bab ii kajian pustaka 2.1. signalling theory

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory Signalling theory atau teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Selanjutnya perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan utang. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Teori sinyal menjelaskan mengapa manajer suatu entitas mempunyai insentif secara sukarela (voluntary) melaporkan informasi-informasi kepada pasar modal walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan.

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Signalling Theory

Signalling theory atau teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan

mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak

eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui

lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak

luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri

adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang.

Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau sinyal adalah suatu

tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi

investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Selanjutnya perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba

menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain

seperti dengan menggunakan utang. Perusahaan dengan prospek yang kurang

menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Teori sinyal

menjelaskan mengapa manajer suatu entitas mempunyai insentif secara sukarela

(voluntary) melaporkan informasi-informasi kepada pasar modal walaupun tidak

ada ketentuan yang mengharuskan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

Teori sinyal mengemukakan tentang pentingnya informasi yang dikeluarkan

oleh perusahaan terhadap keputusan investasi. Informasi merupakan unsur penting

bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi menyajikan keterangan catatan

dan gambaran masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi perusahaan

dan pasar modal. Informasi yang lengkap dan relevan serta akurat dan tepat waktu

diperlukan investor pasar modal sebagai alat untuk menganalisis sebelum

mengambil keputusan untuk berinvetasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai

suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Pada

saat informasi diumumkan dan pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut,

pelaku pasar terlebih dahulu mengiterprestasikan dan menganalisa informasi

tersebut sebagai sinyal baik ataupun sinyal buruk. Jika pengumuman yang

diumumkan sebagai sinyal baik bagi investor maka akan terjadi perubahan volume

dalam perdagangan saham (Jogiyanto, 2013:392).

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat

menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah

laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa

informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan

informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan

keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan

mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna

laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

2.2. Teori Penilaian Saham

Terdapat dua pendekatan yang digunakan investor untuk menganalisis dan

menilai harga satuan saham, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.

Analisis teknikal lebih menekankan pada pola penggerakan harga berdasarkan data

pasar masa lalu, sedangkan analisis fundamental menekankan analisisnya pada

variabel ekonomi, industri dan perusahaan (Gitman, 2010:273).

2.2.1 Analisis Teknikal

Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh

permintaan dan penawaran terhadap harga tersebut, sehingga asumsi yang

mendasari analisis teknikal, antara lain (Tandelilin, 2010:248):

1) Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan

penawaran.

2) Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik

faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. Faktor-faktor tersebut

meliputi berbagai variabel makroekonomi dan variabel fundamental serta

faktor seperti opini yang beredar, mood investor dan ramalan-ramalan

investor.

3) Harga-harga sekuritas secara individu dan nilai pasar secara keseluruhan

cenderung bergerak mengikuti suatu tren selama jangka waktu yang relatif

panjang.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

4) Tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan

permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan dideteksi

dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.

Analisis teknikal secara umum memfokuskan perhatian pada chart dari harga

pasar sekuritas. Dow theory menyatakan bahwa pergerakan harga saham dibedakan

menjadi tiga komponen, yaitu fluktuasi harian, pergerakan secara bulanan dan

primary trend.

2.2.2 Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis mengenai ekonomi, industri dan

kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisis

fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang

dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga

saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel

sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2010:315).

Menurut Tandelilin (2010:338), analisis fundamental dapat dilakukan secara

top down approach melalui tiga tahapan, yaitu:

1) Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk mengetahui jenis prospek bisnis

suatu perusahaan. Analisis ekonomi merupakan analisis terhadap faktor-

faktor eksternal dan bersifat makro berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi

di luar perusahaan dan mempengaruhi semua perusahaan, sehingga tidak

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

dapat dikendalikan oleh perusahaan. Analisis kondisi ekonomi merupakan

langkah awal yang penting sebelum melakukan investasi karena pergerakan

arah ekonomi mempengaruhi pergerakan pasar modal yang berguna bagi

pengembangan keputusan para investor. Para investor menjadikan kondisi

ekonomi yang stabil sebagai kabar baik sehingga berpengaruh positif bagi

pasar modal.

Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi

operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan

meramalkan kondisi makro dimasa yang akan datang akan sangat berguna

dalam membuat keputusan investasi yang menguntungkan sehingga harus

memperhatikan beberapa indikator makroekonomi yang bisa membantu

mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro

(Tandelilin, 2010:342).

a) Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa

total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi

terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik,

maka daya beli masyarakat akan meningkatkan dan ini merupakan

kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan

penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan maka

kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin

meningkat (Tandelilin, 2010:342).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

b) Inflasi

Inflasi adalah kondisi di mana tingkat harga umum meningkat.

Tingginya tingkat inflasi sering dikaitkan dengan ekonomi yang tidak

efisien, yaitu ekonomi dimana permintaan barang dan jasa melebihi

kapasitas produktif, yang mengarah ke atas tekanan pada harga (Bodie

et al, 2010). Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan

perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan

kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal

biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.

Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap seperti

tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka

menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi

produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun.

Sebagai akibatnya akan lebih banyak pengangguran. Kenaikan harga-

harga menimbulkan efek yang buruk pula ke perdagangan. Kenaikan

harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di

pasar internasional, maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-

harga produksi dalam negeri akan semakin tinggi sebagai akibat dari

inflasi menyebabkan barang-barang impor menjadi relatif murah, maka

lebih banyak impor dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula

oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam

aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk

(Sukirno, 2010:39).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,

kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan

kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya

kecenderungan menaik yang terus-menerus perlu diingat. Kenaikan

harga-harga karena misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau

yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak

disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai

masalah atau “penyakit” ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan

khusus untuk menanggulanginya. Jika melihat skala penilaian inflasi,

banyak pihak (khususnya investor dan pihak manajemen perusahaan)

menginginkan berada dalam kategori jenis inflasi ringan. Hal yang

ditakuti adalah berada dalam hiperinflasi. Hal ini disebabkan karena

dalam keadaan hiperinflasi banyak rencana yang tidak bisa dijalankan,

bahkan kebijakan pengubahan dan pengalihan keputusan asset harus

dilakukan. Dalam kejadian hiperinflasi, dengan kenaikan harga sebesar

100% atau lebih dalam satu tahun, ada kecenderungan orang-orang akan

lebih menyukai aset keras daripada aset keuangan (Fahmi, 2012:69).

Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran

klasik atau lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang. Teori ini

berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan

jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan

pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

c) Suku Bunga

Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga

saham. Tingkat suku bunga yang meningkat akan meningkatkan suku

bunga yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di samping

itu, tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor

menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi

berupa tabungan ataupun deposito (Kewal, 2012:58). Tingkat bunga

yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value)

aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang

ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan

meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.

Disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return

yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

d) Kurs Valuta Asing

Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan

untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs valuta di antara dua

negara seringkali berbeda diantara suatu masa dengan masa yang

lainnya (Sukirno 2010:397).

e) Defisit Anggaran

Defisit Anggaran akan mendorong konsumsi dan investasi pemerintah

sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan.

Akan tetapi defisit anggaran di sisi lain justru akan meningkatkan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

jumlah uang beredar dan akibatnya akan mendorong inflasi. Anggaran

yang defisit merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang sedang

mengalami resesi, tetapi merupakan sinyal yang negatif bagi ekonomi

yang mengalami inflasi (Tandelilin, 2010:344).

f) Sentimen

Konsumen dan produsen optimis atau pesimis mengenai ekonomi

merupakan faktor penentu pentingnya dari kinerja ekonomi. Jika

konsumen memiliki kepercayaan terhadap tingkat pendapatan masa

depan mereka, misalnya mereka akan bersedia untuk menghabiskan

pendapatannya. Demikian pula, bisnis akan meningkatkan produksi dan

persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi untuk

produk mereka. Dengan cara ini, keyakinan mempengaruhi berapa

banyak konsumsi dan investasi akan di produksi dan mempengaruhi

permintaan agregat terhadap barang dan jasa (Bodie et al, 2010:545).

2) Analisis Industri

Analisi industri diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan

jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Hal-hal penting yang perlu

dipertimbangkan pemodal dan analis saham misalnya seperti penjualan dan

laba perusahaan, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap industri, kondisi

persaingan dan harga saham perusahaan sejenis.

3) Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan.

Para penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

relevan sebagai dasar pembuatan kepuusan investasi. Informasi tersebut

baik informasi internal dan eksternal perusahaan. Informasi tersebut antara

lain tentang informasi laporan keuangan periode tertentu. Rasio keuangan

dan resiko yang dapat digunakan antara lain:

a) Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ada 2 macam rasio likuiditas

yaitu dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) dan quick ratio.

b) Rasio solvabilitas

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas dapat

menggunakan debt ratio, debt to equity ratio (DER) dan ratio time

interest earned (TIE ratio).

c) Rasio aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu

dalam kegiatan tertentu. Terdapat beberapa macam rasio aktivitas

diantaranya yaitu rasio rata-rata umur piutang, rasio rata-rata umur

persediaan, rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total

aktiva.

d) Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

(profitabilitas) pada tingkat penjualan aset dan modal saham tertentu.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

Rasio profitabilitas biasa disebut juga sebagai Rasio Rentabilitas. Dalam

penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas yang diproksikan dengan

Return on Assets (ROA). Istilah lain dari Return on Assets (ROA) adalah

Return On Investment (ROI). Gitman (2003: 65) menyatakan bahwa

“Return on Total Assets (ROA) measures the overall effectiveness of

management in generating profit with its available assets; also called

the return on investment (ROI)”. Berdasarkan definisi tersebut bahwa

return on total assets istilah lain dari return on investment yang

mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba

dengan pemanfaatan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan

menurut Tandelilin (2010:40) return on assets menggambarkan sejauh

mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa

menghasilkan laba. Return on total assets menunjukkan seberapa

banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang

dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak

dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Rasio return on assets dinyatakan

sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = Laba bersih setelah pajak

Total aktiva x 100 %................(1)

e) Rasio pasar

Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada

beberapa rasio pasar diantaranya yaitu, earning per share (EPS), price

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

earning ratio (PE ratio), dividen payout ratio (DPR), book value per

share (BVS ratio),price to book ratio (PBV ratio).

2.3 Konsep Risk-Return Tradeoff

Konsep tersebut menjadi tulang punggung teori investasi dan juga teori

keuangan. Karena itu Markowitz dikenal sebagai bapak teori portofolio. Dan karena

jasanya, Ia memperoleh hadiah Nobel bidang ekonomi pada tahun 1990. Secara

definisi konsep risk-return tradeoff merupakan hubungan antara risiko dan return

yang biasanya dipegang, dalam mana seseorang akan menerima risiko yang lebih

besar bila ingin memperoleh return yang lebih besar. Dalam hal ini, seorang

investor harus memutuskan antara keinginan untuk menerima risiko rendah dan

return tinggi, karena level yang rendah dari ketidakpastian (risiko) dihubungkan

dengan return potensial yang rendah, sementara level yang tinggi dari

ketidakpastian dihubungkan dengan return potensial yang tinggi. Dengan kata lain,

secara prinsip return potensial meningkat dengan meningkatnya risiko. Bila dua

alternatif investasi memberikan imbalan yang sama, maka kebanyakan individu

akan memilih investasi yang risikonya lebih rendah.

Bila dipandang dari sisi preferensi investor, Risk averse investors akan

mensyaratkan tingkat imbalan yang diharapkan (expected rates of return) yang

lebih tinggi sebagai kompensasi terhadap pengambilan level risiko yang lebih

tinggi. Suatu kesalahan konsepsi yang umum terjadi mengenai Risk-return tradeoff

adalah bahwa risiko yang lebih tinggi sama dengan return yang lebih besar. Konsep

Risk-return tradeoff mengatakan kepada kita bahwa risiko yang lebih tinggi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

memberi kita kemungkinan return yang lebih besar. Tidak ada garansi bahwa hal

tersebut pasti terjadi, konsep ini hanya bermaksud untuk menyatakan bahwa return

potensial yang lebih tinggi, berarti kerugian potensial juga lebih tinggi.

Kebanyakan investor mempertimbangkan konsep ini sebelum melakukan investasi

mereka. Seorang investor yang mencari return lebih tinggi secara umum akan

memberanikan diri investasi di pasar modal, sementara investor yang mencari

kestabilan dan kepastian return akan memilih investasi pada sekuritas

berpendapatan tetap.

2.3.1 Risiko Sistematis

Investor selalu menghadapi dua masalah dalam berinvestasi yaitu return dan

risiko mempunyai dua komponen yang tidak dapat dihindari dari investasi. Return

dan risiko mempunyai hubungan yang positif (Jogiyanto, 2013). Semakin tinggi

risiko, maka semakin tinggi pula expected returnnya, begitu pula sebaliknya. Oleh

sebab itu dalam membuat investasi, investor akan selalu mencari portofolio

optimum yang menawarkan expected return maksimal pada tingkat risiko tertentu

dengan risiko yang maksimum..

Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko sering

mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang

diobservasi. Risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Risiko sistematis (Systematic Risk)

Adalah risiko selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi.

Systematic Risk sering disebut dengan market risk karena fluktuasi risiko ini

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

disebabkan oleh karena faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan

kondisi sosial politik.

2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)

Adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Unsystematic

Risk dapat dihindari dengan cara melakukan diversifikasi atas portofolio

yang dimiliki oleh investor.

Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dijumlahkan disebut sebagai risiko

total dan menjadi dasar pertimbangan manajer investasi dalam mengambil

keputusan investasi. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) adalah risiko yang

dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Unsystematic Risk dapat dihindari dengan

cara melakukan diversifikasi atas portofolio yang dimiliki oleh investor. Berbeda

dengan risiko tidak sistematis, risiko sistematis sulit dihindari karena risiko ini

sangat berkaitan dengan risiko pasar secara umum yang berdampak pada hampir

semua perusahaan. Meskipun demikian risiko pasar yang sangat dipengaruhi

karakteristik pasar ini sangat sensitif terhadap faktor fundamental perusahaan.

Dapat digambarkan apabila di suatu negara terjadi pertumbuhan ekonomi sehingga

menyebabkan peningkatan penjualan terhadap masing-masing perusahaan yang

mana pengaruh terhadap tiap-tiap perusahaan berbeda tergantung fundamentalnya

sehingga akan mempengaruhi tinggi rendahnya risiko sistematik perusahaan

tersebut.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

2.3.1.1 Jenis Risiko

Adapun beberapa jenis risiko sistematis dilihat dari sumber penyebabnya

yang dapat digolongkan menjadi 8 jenis risiko sistematis menurut Mamduh (2010)

dapat digolongkan menjadi:

1) Risiko suku bunga merupakan variabilitas pendapatan saham yang

disebabkan karena adanya perubahan tingkat suku bunga. Risiko suku

bunga cenderung naik turun secara bersamaan yang berpengaruh terhadap

nilai aktiva secara umum. Harga saham akan bergerak berlawanan dengan

perubahan suku bunga.

2) Risiko pasar merupakan variabilitas pendapatan saham yang disebabkan

fluktuasi kondisi pasar secara keseluruhan meliputi resesi, perang,

perubahan struktur ekonomi, dan perubahan preferensi konsumen.

3) Risiko inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi daya beli atau

kemungkinan menurunnya daya beli dana yang diinvestasikan. Risiko ini

berhubungan dengan risiko suku bunga karena kenaikan suku bunga

menyebabkan kenaikan inflasi.

4) Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan bisnis pada suatu industri

atau lingkungan industri.

5) Risiko keuangan adalah risiko yang timbul karena pemakaian hutang oleh

perusahaan. Semakin besar hutang semakin besar pula risiko.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

6) Risiko likuiditas adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder

dimana saham diperdagangkan. Semakin mudah atau cepat saham

diperjualbelikan semakin kecil risiko likuiditasnya.

7) Risiko nilai tukar adalah variabilitas pendapatan saham yang disebabkan

karena fluktuasi nilai tukar.

8) Risiko negara merupakan variabilitas pendapatan saham yang disebabkan

perubahan situasi politik suatu negara.

2.3.1.2 Menghitung Risiko

Menurut Jogiyanto (2013:344) beta merupakan pengukur risiko sistematik dari

suatu sekuritas relatif terhadap risiko pasar. Beta suatu sekuritas dapat dihitung

dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung

berdasarkan historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasikan beta

masa datang. Jogiyanto (2013:357) menyatakan beta digunakan di model CAPM

untuk menghitung return ekspektasi. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas

(volatility) return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i

mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Dengan demikian

beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas

relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari

return-return suatu sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu. Jika fluktuasi

return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka

beta dari sekuritas tersebut dikatakan bernilai 1 (satu). Karena fluktuasi juga

sebagai pengukur dari risiko (ingat bahwa varian return sebagai pengukur risiko

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

merupakan pengukur fluktuasi dari return-return terhadap return ekspektasinya),

maka beta bernilai 1 menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas sama

dengan risiko pasar

Dengan demikian, beta pasar menjadi patokan suatu risiko saham. Besarnya

suatu risiko sistematik (beta) suatu saham dapat dikemukakan dengan patokan

sebagai berikut :

βi < 1 : berarti di bawah rata-rata dari risiko pasar;

βi = 1 : berarti sama dengan risiko pasar;

βi > 1 : berarti di atas rata-rata dari risiko pasar

Bila suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan

data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat

digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Beta historis dapat dihitung

dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan

return pasar), data akuntansi (laba-laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data

fundamental (menggunakan variabel-variabel fundamental). Beta yang dihitung

dengan data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung dengan data

akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data

fundamental disebut dengan beta fundamental.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

2.3.2 Return Saham

Menurut Mishkin dan Eakins (2009:259). “Investor can earn a return from stock

in one of two ways. Either the price of the stock rises over time or the firm pays the

stockholder devidends”. Ketika orang membeli aset finansial, keuntungan atau

kerugian dari investasi ini disebut return atas investasi. Total return atas investasi

umumnya mempunyai dua komponen. Pertama, tunai apapun yang diterima ketika

mempunyai investasi. Untuk saham, pembayaran tunai dari perusahaan kepada

pemegang saham adalah deviden. Kedua, nilai aset yang dibeli mungkin berubah,

yang berarti ada capital gain atau capital loss. Untuk saham, harganya bisa

mengalami peningkatan sehingga pemegangnya dikatakan memperoleh capital

gain atau juga bisa mengalami penurunan yang disebut capital loss (Tandelilin.

2010:26).

Menurut Jogiyanto (2013: 205) return dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Return realisasi (realized return)

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.

Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis. Return

realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari

perusahaan. Return realisasi atau return historis ini juga berguna sebagai

dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa

datang.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

2. Return ekspektasi (expected return)

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan

diperoleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang

sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

2.4 Hubungan Inflasi terhadap Return Saham

Tingkat inflasi yang tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan,

banyak perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi dapat

menurunkan harga saham di pasar, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah

akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lamban, sehingga pergerakan

harga saham juga sangat lamban. Suatu pekerjaan yang sulit untuk menciptakan

tingkat inflasi yang mampu mendorong pergerakan usaha, sehingga perusahaan

akan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal dan harga saham dapat

bergerak normal. Menurut teori kuantitas harga barang berbanding lurus dengan

jumlah uang yang beredar. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya inflasi

disebabkan oleh satu faktor yaitu kenaikan uang yang beredar. Inflasi akan

cenderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Artinya, margin

keuntungan dari perusahaan menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut

menjadikan harga sahamnya di bursa efek menjadi menurun. Tingginya inflasi akan

mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal investasinya.

Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka harga saham akan menurun. Hal ini

akan diikuti oleh penurunan return saham (Tatik, 2013).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

Hubungan mengenai Inflasi dan Return Saham dalam penelitian yang dilakukan

oleh Kuwornu (2012), Kudryavtsev (2014), Adusei (2014) menyatakan bahwa

inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitian tersebut

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oshaibat menyatakan bahwa

inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sementara

penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Widyawati (2013), Mahilo dan

Parengkuan (2013) dan Komariah dkk (2011) mendapatkan hasil bahwa inflasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

2.5 Hubungan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham

Konsep risk-return tradeoff merupakan hubungan antara risiko dan return

yang biasanya dipegang, dimana seseorang akan menerima risiko yang lebih besar

bila ingin memperoleh return yang lebih besar. Risiko merupakan faktor utama

yang menentukan besar kecilnya nilai pengembalian. Return biasanya berbanding

lurus dengan risiko, yaitu semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi maka

semakin tinggi return dari investasi tersebut, demikian sebaliknya. Oleh karena

itu, sebelum investasi dilakukan, perlu pemahaman yang cukup atas investasi,

sehingga risiko yang mungkin timbul di masa yang akan datang dapat diantisipasi,

dan tingkat return dapat dioptimalkan (Nugroho dan Triyonowati, 2013).

Hubungan risiko sistematis terhadap return saham dalam penelitian yang

dilakukan oleh Chen (2013) menyatakan bahwa risiko sistematis memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham, semakin tinggi risiko

maka akan meningkatkan return saham yang akan diterima.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

2.6 Hubungan Profitabilitas Terhadap Return Saham

Rasio Keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas

yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA)

mengukur kemampuan mengasilkan laba dari total aktiva yang digunakan

(Wiagustini, 2010:81). Semakin besar ROA maka menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian (return) semakin besar.

Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya

Prastowo (2005:91).

Hubungan profitabilitas terhadap return saham dalam penelitian yang

dilakukan oleh Gunadi dan Kesuma (2015), Widyastuti (2007) menyatakan ROA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham yang mengindikasikan

semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka return yang dihasilkan

meningkat.

2.7 Hubungan Inflasi Terhadap Risiko Sistematis

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus

untuk periode waktu tertentu. Inflasi adalah variabel makroekonomi yang dapat

sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Pada dasarnya inflasi

tinggi tidak disukai oleh pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya

produksi berdampak buruk pada harga produk yang dijual dan pendapatan. Namun

disisi lain inflasi juga akan meningkatkan harga jual produk perusahaan tersebut.

Jika margin pendapatan lebih tinggi daripada margin biaya maka perusahaan akan

memperoleh keuntungan dari inflasi tetapi hal sebaliknya yang lebih sering terjadi.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

Menurunnya kinerja perusahaan karena dampak inflasi akan dirasakan oleh seluruh

perusahaan yang ada dalam industri. Kondisi ini akan berpengaruh pada kinerja

pasar modal, karena banyak perusahaan tidak dapat beroperasi secara maksimal,

akibatnya pasar modal menghadapi ketidakpastian yang tinggi

Hubungan antara inflasi dan risiko sistematis terdapat dalam penelitian yang

dilakukan oleh Suparno (2013) mendapatkan hasil bahwa inflasi berpengaruh

positif signifikan terhadap Risiko Sistematis yang mengindikasikan semakin tinggi

tingkat inflasi maka investor akan mengahadapi ketidakpastian yang tinggi.

2.8 Hubungan Inflasi Terhadap Profitabilitas

Inflasi adalah kondisi di mana tingkat harga umum meningkat. Tingginya

tingkat inflasi sering dikaitkan dengan ekonomi yang tidak efisien, yaitu ekonomi

dimana permintaan barang dan jasa melebihi kapasitas produktif, yang mengarah

ke atas tekanan pada harga (Bodie et al, 2010).

Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan

kenaikan tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku

bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas. Inflasi

yang terlalu tinggi akan menurunkan profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan

begitu juga sebaliknya.

Hubungan inflasi terhadap profitabilitas terdapat dalam penelitian yang

dilakukan oleh Kalengkongan (2013), Malik et al. (2015), Vejzagic dan Zarafat

(2014), Lee (2014) menyatakan inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Signalling Theory

signifikan terhadap ROA karena inflasi yang tinggi akan menurunkan profitabilitas

perusahaan.