bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 metode...

12
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial (Anita, 2007). Menurut Muslimin, dkk. (2007), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut beliau pembelajaran kooperatif memiliki prinsip dasar, yaitu: setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama; setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi; setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; dan setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2007), yaitu sebagai berikut: tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Slavin, dkk (1995) Pembelajaran tipe STAD merupakan pembelajaran yang paling sederhana dan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.

Upload: lyanh

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Metode STAD

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya

menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial (Anita,

2007).

Menurut Muslimin, dkk. (2007), pembelajaran kooperatif

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut beliau pembelajaran kooperatif memiliki prinsip

dasar, yaitu: setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; setiap anggota

kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama; setiap anggota kelompok (siswa) harus

membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota

kelompoknya; setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi; setiap

anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; dan setiap

anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2007), yaitu

sebagai berikut: tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI

(Team Assited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions). Slavin, dkk (1995) Pembelajaran tipe STAD merupakan

pembelajaran yang paling sederhana dan dapat digunakan untuk memberikan

pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut

telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat

pembelajaran yang lain.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

9

Trianto (2007) mengatakan bahwa pada pembelajaran tipe STAD

siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 siswa yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Trianto juga mengatakan, apabila dalam kelas terdiri atas jenis kelamin,

ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok

hanya didasarkan pada prestasi akademik siswa. Penelitian ini

menggunakan teori model pembelajaran tipe STAD yang dikemukakan

oleh Trianto.

2.1.1.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe STAD

Model pembelajaran tipe STAD pada dasarnya memiliki tahap yang

hampir sama dengan tipe pembelajaran lainya. Menurut Rusman (2011:

215), langkah-langkah model pembelajaran tipe STAD, yaitu: guru

menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar; siswa dibagi ke dalam

beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa

yang memperioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi

akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik; guru menyampaikan

materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok

bahasan tersebut dipelajari; siswa belajar dalam kelompok dan

penyampain hasil kerja kelompok; guru memberikan evaluasi hasil

belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari secara

individu dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja masing-masng

kelompok; dan guru memberikan penghargaan pada kelompok yang

memiliki nilai tertinggi. Cara yang dilakukan adalah guru memberikan

penilaian dari tes yang dikerjakan oleh siswa secara individu, setelah itu

masing-masing nilai individu dalam anggota kelompok tersebut

dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota kelompok.

Trianto (2007), juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah pembelajaran tipe STAD ini ini,

terdiri atas enam langkah seperti yang telihat dalam tabel 2.1.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

10

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD

Langkah-langkah Kegiatan Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa untuk belajar.

Langkah 2

Menyajikan atau

menyampaikan materi.

Menjelaskan materi pada siswa dengan

metode ceramah, demonstrasi atau lewat

bahan bacaan.

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa

dalam kelompok-

kelompok belajar.

Menjelaskan kepada siswa apa tujuan

dibentuk dalam kelompok-kelompok.

Masing-masing beranggotakan 4-5 siswa

yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Apabila dalam kelas terdiri atas jenis

kelamin, ras dan latar belakang yang relatif

sama, maka pembentukan kelompok hanya

didasarkan pada prestasi akademik siswa.

Langkah 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar.

Membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas.

Langkah 5

Persentasi dan evaluasi

Masing-masing perwakilan dari kelompok

mempersentasikan hasil kerjanya dan

memberikan soal evaluasi secara individu

dari materi yang dipelajari.

Langkah 6

Memberikan penghargaan

Memberikan penghargaan dengan tujuan

untuk menghargai hasil belajar individu dan

kelompok.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model pembelajaran tipe

STAD yang dikemukakan oleh Trianto.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

11

2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe STAD

Setiap penggunaan model dalam pembelajaran memiliki kelebihan

dan kekurangan, begitu pula dengan penggunaan mode pembelajaran tipe

STAD.

Kelebihan dari pembelajaran tipe STAD (Trianto, 2007) yaitu: aktivitas

siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau

kerjasama; siswa cenderung aktif dalam pembelajaran; dapat

meningkatkan peahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama

siswa terbangun; meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik dan membantu siswa menumbuhkan berpikir kritis.

Slavin (1995) juga mengemukakan kelebihan model pembelajaran

tipe STAD, yaitu: siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok; siswa aktif membantu dan

memotivasi semangat untuk berhasil bersama; siswa aktif berperan

sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok;

dan interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka

dalam berpendapat.

Menurut Rusman (2011), model pembelajaran tipe STAD juga

memiliki kekurangan, yaitu: membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum; membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau

menggunakan pembelajaran kooperatif; membutuhkan kemampuan

khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran

kooperatif; dan menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka

bekerja sama.

Kekurangan dari model pembelajaran STAD, juga dikemukakan

oleh Trianto (2007) yaitu: siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran tipe

STAD; alokasi waktu kurang mencukupi; guru mengalami kesulitan

dalam menciptakan situasi belajar yang kondusif; siswa kurang dapat

bekerjasama dengan teman yang kurang akrab dan adanya dominasi dari

siswa yang pandai.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

12

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat

dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar, demikian pula sebaliknya.

Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar

mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal

maupun faktor eksternal.

Menurut Darsono (2000) hasil belajar siswa merupakan perubahan-

perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/

psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan

lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar

dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik,

dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman belajar.

Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru,

adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik

dan siswa bisa menerimanya.

2.1.3 Pembelajaran IPA

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berhubungan dengan cara mencar tahu tetang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

13

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada

penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara

inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek

penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri

yang difasilitasi oleh guru.

2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

14

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3.2 Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

2.1.4 Gender

Menurut Santrok (2007), gender adalah dimensi psikologis dan

sosiokultural yang dimiliki karena seseorang adalah lelaki atau

perempuan. Ada dua aspek penting dari gender yaitu identitas gender dan

peran gender. Identitas gender adalah perasaan menjadi laki-laki atau

perempuan, yang biasanya dicapai anak berusia 3 tahun. Peran gender

adalah sebuah set ekspektasi yang menggambarkan bagaimana pria atau

wanita seharusnya berfikir, bertindak atau merasa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

15

Dayakisni dan Yuniardi dalam Marisa (2010) mendefisikan gender

sebagai perilaku dan pola-pola aktifitas yang dianggap cocok atau pantas bagi

pria dan wanita oleh suatu masyarakat atau budaya. Dalam penelitian ini

gender didefinisikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan

berdasarkan perbedaan karakteristik biologis dan perbedaan peran sosialnya.

Gender merupakan peran dan perbedaan status sosial di mana peran

laki-laki dan peran perempuan ditentukan yang dibentuk oleh masyarakat

sesuai dengan nilai budaya yang berlaku

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Katalina (2008) dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas 4 SD Negeri Kecandran 01 Gugus

Gajahmada Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012” menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif dan

signifikan, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Keberhasilan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata (mean) menunjukan

bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen sebesar 80,5600 sedangkan

nilai rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 67.8571. Hal tersebut menunjukan

ada pengaruh pada kelas yang diberi perlakuan (treatment) dengan kelas yang

tidak diberikan perlakuan (treatmen).

Pangestuti (2008) dalam penelitian “Pengaruh Penerapan Pembelajaran

Kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) Terhadap hasil belajar

Matematika Berdasarkan Gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus

Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 20011/2012”

menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh penerapan pembelajaran TGT

(Team Game Turnament) terhadap hasil belajar siswa tetapi gender tidak

berperan menentukan hasil belajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

16

Keberhasilan ini dilihat dari hasil posttest yang didapat dari kedua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan

bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran TGT terhadap hasil belajar

siswa. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai rata – rata siswa kelas eksperimen

78,79 dan nilai rata – rata kelas kontrol 69,84. Nilai rata – rata 78,79 > 69,84,

di mana selisih 8,95 yang berarti kelompok eksperimen dengan pembelajaran

kooperatif tipe TGT lebih baik daripada kelompok kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional, dengan kata lain perlakuan yang diberikan dalam

pembelajaran mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa.

Pengujian hipotesis pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif TGT

dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan gender berdasarkan tabel

between-subject effect menunjukkan nilai sig 0,770 di mana sig 0,770 > 0,05

artinya tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan gender. Dengan kata lain

gender tidak berperan menentukan hasil belajar.

Selvia Yeni (2008) dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II pada Mata

Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti Tahun

Pelajaran 2011/2012” menarik kesimpulan bahwa pengaruh yang yang

signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

hasil belajar IPA kelas IV di SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Tahun Pelajaran

2011/2012.

Uji t menunjukkan Sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05), terdapat rata-rata hasil

belajar antara kelas control dan kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari

nilai rata-rata hasil posttest kelas eksperimen yaitu 79,44 lebih tinggi daripada

nilai rata-rata hasil posttest kelas kontrol 69,92.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

tipe STAD efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

17

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

adalah dari metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap

hasil belajar anak karena metode pembelajaran sangat penting dalam

keberhasilan seseorang dalam belajar.

Pada pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan

aktifitas seluruh siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar IPA

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD. Sedangkan

pada kelas kontrol akan dilakukan pembelajaran seperti biasa guru mengajar

(metode konvensional). Untuk soal pretest akan diambil dari alat evaluasi yang

telah diuji coba pada kelas uji coba. Hasil pretest di kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilakukan uji beda rata-rata dan harus menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran STAD di

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol maka hasil

belajar dari kedua kelompok tersebut di lakukan uji beda rata-rata hasil posttest

untuk melihat apakah ada pengaruh dengan penggunaan model pembelajaran

STAD dan dalam penelitian ini hasil belajar siswa akan didasarkan pada

gender.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

18

Alur kerangka pikir ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pikir

Pembelajaran menggunakan

Metode Konvensional

pretest Kelas

Kontrol Posttest

Hasil uji anova apakah ada pengaruh penerapan model

STAD terhadap hasil belajar, dan hasil belajar

berdasarkan gender

Hasil pretest tidak ada perbedaan yang signifikan

Pembelajaran menggunakan

model pembelajaran

STAD

Posttest Kelas Eksperimen

Pretest

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STADrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3824/3/T1_292009228_BAB II.pdf · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori

19

2.4 Hipotesis

Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) dalam pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD

Negeri II Ngadipiro Gugus Kalasan Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun

Pelajaran 2012/2013.

H0 : diduga tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran STAD (Student

Teams Achievement Division) terhadap hasil belajar IPA berdasarkan gender

siswa kelas 4 SD Negeri II Ngadipiro Kabupaten Wonogiri Semester II

Tahun Pelajaran 2012/2013.

H1 : diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran STAD (Student Teams

Achievement Division) terhadap hasil belajar IPA berdasarkan gender siswa

kelas 4 SD Negeri II Ngadipiro Kabupaten Wonogiri Semester II Tahun

Pelajaran 2012/2013.