bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori -...

17
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Udin dalam Endang Mulyatiningsih (2011:211), model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Gunter dalam Santyasa (2010:7) mendefinisikan “an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes”. Joyce & Weil dalam Santyasa (2010:7) berpendapat model pembelajaran sebagai “kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran”. Menurut Joyce & Weil dalam Santyasa (2010:7) pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu : 1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran. 2. Social system, yaitu suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran. 3. Principles of reaction, yaitu menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa. 4. Support system, yaitu segala sara, bahan, alat atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran. 5. Instructional dan nurturant effects, yaitu hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar yang disasar (nurturant effects). Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan model pembelajaran adalah gambaran pembelajaran dari awal sampai akhir yang tersusun langkah demi langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran, salah satunya adalah cooperatif learning.

Upload: vodat

Post on 08-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

5

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Udin dalam Endang Mulyatiningsih (2011:211), model

pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan

untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Gunter dalam Santyasa (2010:7)

mendefinisikan “an instructional model is a step-by-step procedure that leads to

specific learning outcomes”. Joyce & Weil dalam Santyasa (2010:7) berpendapat

model pembelajaran sebagai “kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan pembelajaran”. Menurut Joyce & Weil dalam

Santyasa (2010:7) pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran.

2. Social system, yaitu suasana dan norma yang berlaku dalam

pembelajaran.

3. Principles of reaction, yaitu menggambarkan bagaimana seharusnya

guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa.

4. Support system, yaitu segala sara, bahan, alat atau lingkungan belajar

yang mendukung pembelajaran.

5. Instructional dan nurturant effects, yaitu hasil belajar yang diperoleh

langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan

hasil belajar yang disasar (nurturant effects).

Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan model pembelajaran adalah

gambaran pembelajaran dari awal sampai akhir yang tersusun langkah demi

langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran, salah

satunya adalah cooperatif learning.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

6

2.1.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Solihatin (2008:4) cooperative learning mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari

dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan

atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar

belakang kemampuan akademik, jenis kelmain, ras atau suku yang berbeda

(heterogen) menurut Sanjaya (2006: 239).

Slavin dalam Sanjaya (2006: 240) mengemukakan dua alasan, pertama

beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri sendiri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.

Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

keterampilan.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 54) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus

diterapkan, yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun

tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota harus menyelesaikan

tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya

sendiri dalam menyelesaikan tugas dalam kelompok agar tugas selanjutnya

dalam kelompok bisa dilaksanakan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

7

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompok. Inti dari

sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan

mengisi kekurangan masing-masing.

4) Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Penulis menyimpulkan, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

dengan memecahkan masalah yang dilakukan bersama teman terdiri dari dua

orang atau lebih. Dalam pembelajaran ini dibutuhkan komunikasi antar anggota

dan tanggung jawab. Pembelajaran ini dapat menumbuhkan hubungan sosial antar

anggota kelompok, meningkatkan bahasa siswa dan dapat meningkatkan keaktifan

siswa.

2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak macam salah satunya

adalah model pembelajaran two stay two stray. Model pembelajaran two stay two

stray ( TSTS ) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Metode ini

dapat digunakan pada semua materi pelajaran dan tingkatan usia siswa. Struktur

dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan

hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling

mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Menurut Lie

(2002: 61), kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan model two stay two

stray yaitu:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

8

1. Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing diantara dua kelompok

akan meninggalkan kelompoknya dan masing bertamu ke dua

kelompok yang lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi kepada tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray menurut Nadiya

dalam Eni (2011: 9-10) adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan kelompok heterogen. Pembentukkan kelompok dalam

kelas ditentukkan oleh guru yang lebih mengetahui siswa yang pandai

dan siswa yang lemah. Pembentukkan kelompok ini harus bersifat

heterogen. Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa

dari tingkat kepandaian, jenis kelamin dan suku. Sehingga tidak akan

ditemui kelompok yang beranggotakan siswa yang pandai saja atau

sebaliknnya.

2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok. Guru memberikan informasi

pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa serta

relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada saat guru memberikan

materi pelajaran, siswa harus sudah berada dalam kelompok masing-

masing, kemudian guru memberikan tugas dan masing-masing

kelompok mengerjakannya. Apabila terdapat kesulitan dalam

intepretasi petunjuk kegiatan, siswa dapat meminta bantuan guru

3. Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan

setiap anggota kelompok memahami jawaban tersebut.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke dua kelompok lain. Dua

orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka kepada tamu mereka.

5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil- hasil kerja mereka.

7. Pemberian penghargaan. Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tiap

anggota paling baik, pantas diberi penghargaan. Skor yang dicapai tiap

kelompok ini digunakan sebagai dasar pembentukkan kelompok baru

untuk materi berikutnya.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba memberikan

tentang metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stay. Model

pembelajaran two stay two stay adalah model pembelajaran kooperatif dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

9

teknik setiap kelompok membagikan hasil atau informasi kepada kelompok lain.

Langkah-langkah pembelajaran two stay two stray adalah siswa berkelompok

kemudian setiap kelompok diberi permasalahan yang harus mereka diskusikan

jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok, dua dari anggota kelompok

bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi. Dua anggota dari

kelompok tetap tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu yang datang.

Setelah semua informasi didapatkan, mereka kembali ke kelompok masing-

masing untuk berdiskusi mengenai informasi yang diperoleh. Dalam proses

mencari informasi dan berbagi informasi diharapkan dapat menambah minat

siswa megikuti pelajaran matematika sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna. Menurut Eko (http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-

pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html) kelebihan dan kelemahan dari

pembelajaran two stay two stay adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan model pembelajaran two stay two stray

a. Pembelajaran akan lebih bermakna.

b. Pembelajarn berpusat pada siswa.

c. Siswa akan lebih aktif.

d. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya.

e. Meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

f. Dapat meningkatkan minat siswa.

2. Kelemahan model pembelajaran two stay two stray

a. Memperlukan waktu yang lama.

b. Membutuhkan banyak persiapan.

c. Siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka

ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam kelompok.

Dari kekurangan model pembelajaran kooperatif two stay two stray guru

dapat mensiasatinya dengan terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk

kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan

kemampuan akademis. Berdasarkan jenis kelamin, dalam satu kelompok harus

ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis

maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis

tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari orang yang

memiliki kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen

memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehinga

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

10

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang

berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota

kelompok lain.

Pada tabel 2.1 di bawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran

yang dilakukan guru dan siswa dengan models two stay two stray berdasar teori

belajar Dienes. Pembelajaran ini akan diuji cobakan di SD Negeri Cebongan 02

Salatiga.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

11

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Two Stay Two Stary Berdasar Teori Dienes

No Indikator Indikator untuk Guru Indikator untuk Siswa

1 Persi-

apan

1. Guru membuka pelajaran

dengan nyanyian yang

menarik.

2. Guru membagi kelompok.

1. Siswa tertarik mengikuti

pelajaran.

2 Penje-

lasan

3. Guru menjelaskan sisi,

rusuk dan titik sudut

bangun ruang.

4. Guru menjelaskan jalannya

permainan dalam diskusi.

2. Siswa menentukan

pengertian sisi, rusuk dan

titik sudut.

3. Siswa mengajukan

pertanyaan tentang materi.

4. Siswa mengajukan

pertanyaan tentang jalannya

permainan dalam diskusi.

3 Perm-

ainan

dalam

disku-

si

5. Guru mengarahkan dan

membimbing siswa dalam

jalannya permainan dalam

diskusi.

5. Siswa mengunjungi

kelompok lain.

6. Siswa bekerjasama dalam

kelompok.

7. Siswa di dalam kelompok

berdiskusi mengerjakan

lembar kerja.

8. Siswa mencatat hasil

informasi yang didapat dari

hasil permainan.

9. Siswa mencatat hasil

informasi yang didapat dan

hasil diskusi di lembar

kerja.

4 Prese-

ntasi

6. Guru memberi kesempatan,

siswa mempresentasikan

hasil diskusi.

7. Guru memimpin presentasi

membahas hasil diskusi.

10 Siswa mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas.

11. Siswa menanggapi

presentasi kelompok lain.

5 Eval-

uasi

8. Guru bersama siswa

mengulas kembali sifat-sifat

bangun ruang

12. Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru.

6 Kesi-

mpula

n

9. Guru mengarahkan siswa

untuk menyimpulkan hasil

penelitian.

10. Guru menghargai pujian

atas hasil kerja siswa.

13. Siswa tekun dalam

melakukan diskusi dan

permainan.

14. Siswa nampak gembira

dalam mengikuti pelajaran.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

12

2.1.2 Teori Belajar Dienes

Zoltan P. Dienes adalah seorang ahli matematika yang memfokuskan

perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya

bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa,

sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang

mempelajarinya. Dienes dalam Aisyah (2007:2.7) berpendapat bahwa pada

dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-

misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan

hubungan-hubungan di antara struktur-struktur.

Perkembangan konsep matematika menurut Dienes dalam Aisyah

(2007:2.8) dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam

rangkaian kegiatan belajar dari kongkret ke simbolik. Tahap belajar adalah

interaksi yang direncanakan antara yang satu segmen struktur pengetahuan dan

belajar aktif, yang dilakukan melalui media matematika. Konsep-konsep

matematika dapat dipelajari sesuai tahapannya, tahapan ini seperti halnya tahap

perkembangan menurut Piaget. Menurut Dienes dalam Aisyah (2007:2.8),

konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap

tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu :

1. Permainan Bebas (Free Play)

Dalam setiap tahap belajar, tahap yan paling awal dari pengembangan

konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar

konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi

kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul.

Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam

mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya

dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-

konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari

benda yang dimanipulasi.

2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-

pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

13

mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang

lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui

permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana

struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan

dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena

akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang

dipelajari itu. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik

memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman,

dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan

permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun

yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda

berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok

bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan

merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak

merah (biru), hijau, kuning).

3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan

menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk

melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka

dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi

ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan

semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic, anak

dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta

mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut

(anggota kelompok).

4. Permainan Representatif (Representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang

sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah

mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi

yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

14

demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya

abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.

5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan

kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan

menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh,

dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut,

kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang

digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.

6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap

ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian

merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah

mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu

merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut. Contohnya, anak

didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma,

harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti

membuktikan teorema tersebut. Karso dalam Aisyah (2007:2.11) menyatakan

pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta

membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan

tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu

sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta sifat-

sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, an mempunyai elemen

invers, membentuk sebuah sistem matematika. Dienes dalam Aisyah (2007:2.11)

menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama belajar.

Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi

matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan

tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai

penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan

bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik.

Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

15

pengklasifikasian abstraksi konsep. Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya

tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas

perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari

berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap

setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment)

juga membuat adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel

matematika. Variasi matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai

sejauh mana sebuah konsep dapat digeneralisasi terhada konteks yang lain.

Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam

konsep tertentu, semakinjelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.

Penulis menyimpulkan teori belajar dienes adalah suatu pendekatan dalam

pembelajaran matematika yang dugunakan untuk memudahkan siswa dalam

memahami konsep suatu materi. Dalam pendekatan teori belajar ini, penulis

menggunakan tahap belajar permainan mengggunakan aturan. Dalam permainan

ini, siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam

konsep tertentu. Misalnya, untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang, siswa

harus mengetahui pola-pola dari bangun rruang tersebut. Siswa mendefinisikan

sisi, rusuk dan titik sudut kemudian melalui analisis sisi, rusuk dan titi sudut,

siswa dapat menentukan sifat-sifat dari bangun ruang tersebut. Adapun kelebihan

dan kelemahan teori pembelajaran Dienes menurut

http://sekilaskamushidupku.blogspot.com/2011/04/teori-belajar-dienes

pembelajaran.html (8 Oktober 2011) adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan teori belajar Dienes

a. Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa lebih dapat

memahami konsep dengan benar.

b. Suasana belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak

membosankan.

c. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.

d. Konsep yang dipahami dapat lebih tertanan dalam diri siswa karena

siswa membuktikannya sendiri.

e. Dengan banyaknya contoh permaianan, siswa dapat

menerapkannya dalamsituasi lain.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

16

2. Kelemahan teori belajar Dienes

a. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes,

karena teori ini lebih mengarah pada permainan.

b. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama.

c. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarahkan siswa maka

siswa cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.

Untuk mensiasati kelemahan teori belajar Dienes maka dalam permainan

setiap siswa harus mempunyai tanggungjawab perseorangan. Jadi siswa tersebut

diberi tanggungjawab atas persoalan yang dibebankan padanya secara individu.

Dengan begitu siswa tidak hanya bermain tapi berusaha memahami dari setiap

permainan karena dia harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

2.1.3 Pengertian Pembelajaran

Menurut Usman dalam Astuti (2010:30) pembelajaran adalah “inti dari

proses pendidikan secara kesuluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan

utama”. Berhasil atau tidaknya proses pembelajran tergantung dari seberapa besar

guru berperan dalam pembelajaran. Menurut Miarso dalam Eni (2011:13),

pembelajaran adalah “usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan

tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta

pelaksanaannya terkendali”. Sebelum guru melaksanakan pembelajaran di kelas,

terlebih dahulu guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang natinya

sebagai acuan guru dalam proses pembelajraan.

Menurut Degeng dalam Eni (2011:14), pembelajaran adalah “upaya untuk

membelajarkan siswa”. Dalam pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator siswa

sehingga siswa dapat menganlisis suatu permasalahan. Menurut Suherman dalam

Astuti (2010:30), pembelajaran merupakan “proses komunikasi antara peserta

didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap”.

Sedangkan menurut Yamin dalam Astuti (2010:31) pembelajaran pada dasarnya

adalah “proses komunikasi sebagai rangkaian kegiatan setiap unsur yang terlibat

dalam suatu komunikasi dan bagaimana interaksi antar unsur tersebut”.

Dari pengertian pembelajaran di atas penulis mencoba menyimpulkan,

pembalajaran adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja dan terarah

dan bertujuan oleh guru agar siswa memperoleh pengalaman yang bermakna.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

17

2.1.4 Hakekat Matematika

Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam

sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif

menurut Sutawijaya dalam Aisyah (2007:1.1). menurut Hudoyo dalam Aisyah

(2007:1.1) matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan,

hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak.

Keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta,

konsep, operasi, dan prinsip menurut Soedjadi dalam Muhsetyo (2011:1.2). Untuk

memahami konsep matematika yang abstrak Bruner dalam Muhsetyo (2011:2.6)

menyatakan, pentingnya tekanan pada kemampuan siswa dalam berfikit intuitif

dan analitik akan mencerdasakan siswa membuat prediksi dan terampil dalam

menemukan pola dan hubungan/keterkaitan. Jadi penanaman pemahaman belajar

matematika utamanya adalah menanamkan konsep-konsep dan pengetahuan

prosedural.

2.1.5 Cara Mengembangkan Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

Berdasar Teori Dienes

Model pembelajaran kooperatif two stay two stray memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Untuk mengembangkan metode two stay two stray,

penulis menutupi kelemahan metode pembelajaran tersebut dengan kelebihan

teori belajar Dienes. Sedangkan kelemahan teori belajar Dienes, penulis

menutupinya dengan kelebihan model pembelajaran kooparetif two stay two stray.

Jadi model pembelajaran two stay two stray akan digabungkan dengan teori

pembelajaran matematika menurut teori Dienes.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Ferdianto, Wanda. 2011. Telah melakukan penelitian tentang pengaruh

penerapan teori belajar matematika Dienes dalam metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD terhadap peningkatan hasil belajar matematika kelas IV semester II SD

negeri Salatiga I. Setelah melaksanakan penelitian dan pengolahan data dapat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

18

disimpulkan bahwa penerapan teori belajar Dienes dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

Hapsah, Dewi Sufia. 2008. Telah melakuan penelitian tentang “Visualisasi

Blok Dienes sebagai Media Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan di Sekolah

Dasardengan Bantuan Komputer”. Penelitian ini menghasilkan program yang

memvisualisasikan Blok Dienes sebagai media pembelajaran operasi hitung

bilangan, yang mudah digunakan. Dengan program ini tidak perlu tersedia Blok

Dienes, selama pembelajaran berlangsung. Peragaan penggunaan Blok Dienes

untuk menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian

dapat ditampilan setahap demi setahap. Dengan demikian pemahaman konsep

operasi hitung bilangan menjadi lebih baik dan lebih ringkas.

Susiloningtiyas, Eni. 2011. Melakukan penelitian tentang “Pengaruh

Penggunaan Model Two Stay Two Stray pada Pembelajaran Matematika terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten

Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011” dan hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD

Negeri Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dengan penggunaan

model two stay two stray. Hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibanding

pembelajaran tanpa model two stay two stray yaitu nilai rata-rata posttes kelas

eksperimen 87,20 sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol 75,46.

Suhendar, Heri. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay – Two Stray dalam Pembelajaran Matematik untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA ( Studi Eksperimen

terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Hasil dari penelitian ini adalah

meningkatanya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay

two stray lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional, kualitas

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa setelah mengikuti

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

19

two stray berada dalam kategori sedang, sedangkan respon siswa terhadap

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah positif.

Penelitian sebelumnya adalah penelitian eksperimen dengan tema model

kooperatif two stay two stray dan teori belajar Dienes. Hasil penelitiannya

menunjukkan berpengaruh terhadap hasil belajar, model two stay two stray

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan pemahaman

konsep operasi hitung bilangan menjadi lebih baik dan lebih ringkas apabila

belajar menggunakan visualisasi blok Dienes. Oleh karena penggunaan model two

stay two stray dan teori Dienes berhasil digunakan dalam pembelajaran, maka

peneliti mengembangkan model two stay two stray berdasar teori Dienes dalam

pembelajaran matematika untuk siswa kelas V SD. Hasil penelitian

pengembangan ini berupa modul pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam peningkatkan sumber daya manusia diperlukan pengembangan

dalam pendidikan untuk hasil yang optimal. Komunikasi dua arah antar guru dan

siswa atau siswa dengan siswa sangat diutamakan sehingga terjadi kerjasama yang

timbal balik. Salah satu model pembelajaran yang membutuhkan kerjasama

adalah kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), dua orang dari kelompok akan

tinggal sebagai penunggu rumah bertugas memberikan informasi dan dua orang

bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi. Dengan model ini

diharapkan siswa dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman

sejawat. Tetapi dalam pembelajarn siswa cenderung tidak mau belajar dalam

kelompok karena ada siswa yang tidak tanggungjawab, untuk itu diperlukan suatu

siasat agar siswa mempunyai tanggungjawab masing-masing dan siswa tidak

merasa bekerja dalam kelompok.

Sesuai Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan,

pasal 19, ayat (1) yang lebih dikenal dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif Menyenangkan) dapat dijadikan siasat agar siswa tidak merasa bekerja

dalam kelompok. Pembelajarn PAKEM sesuai dengan teori pembelajaran

matematika mneurut Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pada

pembentukan konsep yang abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

20

cocok diterapkan untuk menutupi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe

TSTS. Dalam pembelajaran Dienes mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung

hanya bermain tanpa memahami materi. Agar dalam pembelajaran siswa tida

hanya bermain tanpa memahami maka setiap siswa perlu dibebani tanggungjawab

berupa tugas. Maka model pembelajaran kooperatif tipa TSTS perlu

dikembangkan berdasar teori belajar Dienes. Secara sistematis alur kerangka

berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/778/3/T1_292008007_BAB II.pdfkooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

21

Gambar 2.1

Bagan Alur Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model two stay two stary berdasar

teori Dienes dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD diduga

efektif dalam pembelajaran.

Uji Coba Terbatas

Produk Akhir

Validasi Praktisi

Guru

Model two stay two stray

Kelemahan dan

Kelebihan Model

two stay two stray

Teori Dienes

Kelemahan dan

Kelebihan

Teori Dienes Draft Produk Awal

Pakar Materi Pakar Modul

Revisi

Validasi Pakar