bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut pandangan teori behavioristik di dalam Budiningsih
(2005) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialamai siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi anatar stimulus dan respon. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara
tentang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Menurut Slameto (2003) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut Sukirno (2009) belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan
kognitif (intelektual) dan terefleksi dalam prilaku berkat pengalaman dan latihan.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan, Yamin
(2007) memberikan pandangan bahwa belajar adalah perubahan perilaku
seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pandangan,
membaca dan meniru.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan dari diri seseorang yang dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk dalam segala situasi dan mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
9
2.1.2 Matematika
Matematika, menurut DepDikNas (2004) adalah suatu kajian yang
memiliki sifat abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya
sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat
dan jelas.. Sedangkan menurut Saniyah (2004) matematika adalah disiplin ilmu
yang mempunyai sifat khas disbanding ilmu yang lain, mempelajari tentang
bilangan dan ruang yang bersifat abstrak.
Menurut Purwoto (2003) menyatakan bahwa matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang mempelajari tentang bilangan
bilangan, kalkulasi, penalaran logis, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan
bentuk, aturan-aturan yang ketat dan pola keteraturan serta tentang struktur yang
terorganisir.
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011). Sedangkan menurut
Rusmono (2012) hasil belajar merupakan semua akibat dari proses belajar
mengajar dengan menggunakan menggunakan suatu metode, dimana hasil ini
dapat dijadikan indikator keberhasilan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa
hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau
hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu
tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang
diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa
mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud
belajar.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam
usaha belajarnya. Pendapat lain dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2006)
10
bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru. Selanjutnya mengenai bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil
belajar yang ingin dicapai. Dan hasil belajar matematika dapat diukur langsung
dengan menggunakan tes hasil belajar.
Dalam penelitian ini hasil belajar difokuskan pada peningkatan
kemampuan kognitif yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar
mengajar menggunakan metode demonstrasi, berupa nilai yang didapatkan
menggunakan alat ukur pretest dan posttest.
2.1.4 Pengertian Metode
Dalam hal ini metode berasal dari kata “Methodos” yang secara
etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Secara etimologis kata
methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya
jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Menurut Uno (2007) metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan
menurut Bahri (2010), metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pembelajaran, metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh
guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tujuan untuk membantu
pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan.
2.1.5 Pengertian Metode Demonstrasi
Menurut Sudjana (2008), metode demonstrasi merupakan metode efektif
sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Sedangkan pendapat ahli yang lain
mengatakan bahwa demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu
langkah-langkah pengerjaan sesuatu (Roestyah, 2008). Dalam hal ini dengan
demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati
11
segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.
Syaodih dan Ibrahim (2010) mengemukakan bahwa metode demonstrasi
merupakan sebuah metode yang dalam pembelajarannya memperlihatkan
langkah-langkah suatu proses terbentuknya atau terjadinya sesuatu yang
menitikberatkan pada kemampuan seorang guru untuk mendemonstrasikannya.
Menurut Bahri dan Aswan (2010), metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa
suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun
tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dari beberapa pendapat tentang metode demonstrasi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa, metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang
menunjukkan benda atau proses tentang sesuatu yang sedang dipelajari di dalam
kelas dengan disertai penjelasan singkat dari guru dan peran serta siswa dalam
pembelajaran. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan
guru selama pelajaran berlangsung.
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah:
1. Dapat membimbing siswa kearah berfikir satu saluran pikir.
2. Dapat untuk mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga.
3. Perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting.
4. Permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan langsung guru.
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
Kelemahan metode demonstrasi menurut Bahri dan Aswan (2010) adalah
sebagai berikut:
1) Tidak senua permasalahan dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
2) Memerlukan alat/perlengkapan khusus yang bahkan kadang sulit ditemukan.
3) Memerlukan banyak waktu.
4) Memerlukan kesabaran dan ketelatenan.
c. Langkah – langkah Pembelajaran dengan Metode Demonstrasi
12
Menurut Bahri dan Aswan (2010) langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:
- Menyediakan alat-alat demonstrasi
- Tempat duduk siswa
2. Pelaksanaan
Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah). Melaksanakan demonstrasi:
- Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses.
- Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/mengamati demonstrasi dengan
baik.
- Beri penjelasan yang padat, tapi singkat. Hentikan demonstrasi kemudian
adakan tanya jawab.
3. Evaluasi/tindak
- Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan
sendiri.
- Membuat kesimpulan demonstrasi.
- Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Sedangkan menurut Suprijono (2011) langkah-langkah metode
demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3. Menyiapkan bahan atau alat yang akan diperlukan.
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.
13
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi, secara garis besar ada beberapa langkah yang harus diperhatikan
yaitu:
1. Mendemonstrasikan suatu proses atau prosedur.
2. Memberikan penjelasan yang padat tapi singkat.
3. Melibatkan siswa dalam pembelajaran demonstrasi.
Berdasarkan beberapa teori tentang langkah-langkah pembelajaran metode
demonstrasi, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi yang
akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:
Persiapan pembelajaran dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran:
1. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.
3. Menyediakan alat-alat yang digunakan selama pembelajaran untuk
kepentingan demonstrasi.
Pelaksanaan pembelajaran:
Kegiatan awal
- Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari.
Kegiatan inti
- Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang topik yang akan dipelajari.
- Mendemonstrasikan suatu proses dan prosedur disertai penjelasan yang padat
dan singkat.
- Mengatur tempat duduk siswa sesuai kebutuhan, dengan pertimbangan jenis
kelamin siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan demonstrasi
serupa guna pemahaman lebih mendalam tentang topik.
- Guru memastikan semua siswa telah melakukan demonstrasi seperti yang
dilakukan guru.
- Siswa menyelesaikan soal baru yang diberikan guru menggunakan langkah
serupa yang telah didemonstrasikan guru.
14
- Selama penyelesaian soal, guru berkeliling untuk memastikan semua kelompok
dan semua anggota kelompok telah melakukan langkah demonstrasi dengan
benar.
- Meminta siswa maju untuk mempresentasikan jawaban soal hasil demonstrasi
yang telah dilakukan di dalam kelompok.
Kegiatan akhir
- Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan materi tentang proses
demonstrasi yang telah dilakukan.
2.1.6 Jenis Kelamin
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara kodrat dibedakan menjadi
dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Antara kedua jenis kelamin
tersebut terdapat perbedaan karakteristik khas yang dapat membedakan satu
dengan yang lainnya, baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi psikis. Jenis
kelamin dalam bahasa Inggris disebut dengan ‘sex’. Sex berasal dari bahasa Latin
secare yang mempunyai arti membagi atau memisahkan. Menurut Sasongko
(2009) jenis kelamin atau seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan
secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu,
seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan
universal.
Menurut Badudu dan Zain (2001), jenis kelamin adalah pembedaan atas
laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina. Pembedaan itu berdasarkan
perbedaan biologis yang dibawa sejak lahir dan mempunyai ciri-ciri diantaranya
pada genital, bentuk tubuh, kepala, payudara, pinggul, tangan dan kaki, rambut
yang tampak. Seluruh perbedaan yang ada menjadikan perempuan dan laki-laki
berbeda satu dengan yang lain dalam hal biologis maupun psikologis.
Dari beberapa pendapat tentang jenis kelamin maka dapat disimpulkan
bahwa, jenis kelamin adalah perbedaan biologis yang melekat pada manusia yang
merupakan kodrat dari Tuhan yang membagi manusia menjadi jenis kelamin laki-
laki dan perempuan.
Selain faktor biologis, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa adalah faktor psikologis. Secara psikologis laki-laki dan perempuan
15
berbeda. Hal ini senada dengan pendapat dari Usman dan Setiawati (2001) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
kematangan fisik dan psikis.
2. Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial, faktor budaya seperti adat istiadat,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, faktor lingkungan isik, dan faktor
lingkungan spiritual dan keagamaan.
Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor fisiologis dan
psikologis dapat menyebabkan perbedaaan hasil belajar siswa. Kehadiran faktor
psikologis dalam belajar, akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor
psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya
mencapai tujuan belajar. Menurut Witherington dalam Karnadi (2009)
menyatakan bahwa laki-laki mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan pada tes mengenai ilmu pasti dan pengetahuan mekanis.
Menurut Jensen (2008) bahwa kecenderungan perbedaan kecakapan
keterampilan pada laki-laki dan perempuan dapat diuraikan sebagai berikut:
Perempuan biasanya lebih unggul daripada laki-laki dalam keterampilan atau
tugas-tugas sebagai berikut:
1. Keterampilan motorik yang baik-mampu menggerakkan jari-jemari dengan
cepat dalam kesatuan.
2. Ujian perhitungan.
3. Mampu bekerja dalam berbagai tugas dalam satu waktu
4. Mengingat posisi objek dalam satu susunan.
5. Mengeja
6. Fasih dalam mengolah kata-kata
7. Hal-hal yang menuntut sensitivitas terhadap stimuli eksternal (kecuali stimuli
visual).
8. Mengingat petunjuk di sepanjang rute perjalanan.
9. Menggunakan memori verbal.
10. Apresiasi terhadap kedalaman dan kecepatan perseptual.
11. Membaca ekspresi bahasa tubuh/ mimik wajah.
16
Laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal
keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut:
1. Terampil dalam menentukan target.
2. Mengolah perbendaharaan kata.
3. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas
4. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah
5. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang.
6. Intelgensia verbal.
7. Formasi dan pemeliharaan kebiasaan.
8. Berbagai tugas spasial.
Berdasarkan teori tentang perbedaan kemampuan laki-laki dan perempuan
di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki unggul dalam hal kemampuan
matematis dan penyelesaian masalah, konsentrasi dan fokus yang lebih luas,
sedangkan perempuan unggul dalam hal keterampilan motorik, dan fasih dalam
mengolah kata-kata.
Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa secara garis besar dapat
ditarik kesimpulan kemampuan penguasaan matematika dan pemecahan masalah
antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda sehingga akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Mardianingrum (Universitas Negeri Malang, 2011) dengan judul “Penerapan
Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
Kelas IV SDN Purwantoro 8 Malang”. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (PTK). Langkah PTK ini meliputi 2 siklus, masing-
masing siklus dilaksanakan dalam 3 hari dan 2 hari. Siklus tindakan pembelajaran
dihentikan jika telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar 75% dari jumlah
keseluruhan subyek penelitian dengan rata-rata skor minimal 75. Subyek
penelitian adalah siswa kelas IV SDN Purwantoro 8 Kecamatan Blimbing Kota
Malang yang berjumlah 36 siswa. Pada penelitian ini menggunakan alat
pengumpulan data berupa: lembar Observasi (pengamatan) untuk mengamati
17
kegiatan siswa, catatan lapangan, LKS, studi dokumentasi dengan hasil tes dan
foto-foto pada saat pembelajaran, serta lembar evaluasi. Hasil penelitian
menunjukkan: pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada siklus I masih banyak
kekurangan, yaitu ada beberapa siswa yang belum paham cara kerja metode
demonstrasi menggunakan media wayang-wayangan; metode demonstrasi dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat
dari skor rata-rata prates 58,89 menjadi 67,14 pada siklus I dan pada siklus II
menjadi 80,28; metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan,
siswa dalam belajar "jumlah siswa yang konsentrasi dalam belajar meningkat dari
56,11% pada siklus I menjadi 68,33% pada siklus II"; “kerjasama siswa dari
56,67% pada siklus I meningkat menjadi 65,56% pada siklus II"; “keberanian
siswa dalam bertanya ataupun berpendapat juga mengalami peningkatan dari
58,89% pada siklus I menjadi 66,11% pada siklus II". Berdasarkan analisis data di
atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mengajarkan tentang konsep operasi hitung
bilangan bulat. Yang kedua penggunaaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi hitung bilangan bulat pada siswa
kelas IV di SDN Purwantoro 8, dan ketiga adalah dampak penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan konsentrasi,
kerjasama, keberanian bertanya dan berpendapat siswa dalam belajar.
Penelitian tindakan kelas lain yang mendukung penelitian ini dilakukan
oleh Nurhidayat (Universitas Terbuka, 2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Dan Kreativitas Pembelajaran Matematika Dalam Menentukan
Letak Suatu Benda Pada Diagram Kartesius Melalui Penggunaan Metode
Demonstrasi Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Gesikan”. Proses pelaksanaan
penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat jam
pelajaran dua kali pertemuan. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai materi yang telah diberikan setiap akhir siklus diadakan evaluasi.
Adapun data tentang hasil belajar yang diperoleh adalah sebagai berikut: nilai
rata-rata pada studi awal adalah 60,19, dengan ketuntasan belajar 33,33%; nilai
rata-rata siklus I adalah 64,44 dengan ketuntasan belajar 40,7%; nilai rata-rata
18
siklus II adalah 86,67 dengan ketuntasan belajar 96,3%. Dari hasil analisis data,
kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian ini adalah: penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar
menentukan posisi titik dalam sistem koordinat dapat membantu siswa
mempermudah memahami materi; Penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam
sistem koordinat dapat meningkatkan kesungguhan siswa dalam pembelajaran;
Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Matematika dengan
kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinat dapat
meningkatkan prestasi hasil belajar dan kreativitas siswa.
Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Wati (Universitas Sebelas
Maret, 2011) dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Jaten 1 Jogorogo Ngawi Tahun 2011”. Subjek penelitian
tindakan kelas adalah siswa kelas IV SD Negeri Jaten 1 Jogorogo Ngawi Tahun
2011 yang terdiri dari 26 siswa. Sedangkan objeknya adalah pemahaman konsep
siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Bentuk penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, tes dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui
metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,31 dengan prosentase ketuntasan
sebesar 46,15% meningkat menjadi 71,15 dengan prosentase ketuntasan 73,08%
pada siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan
prosentase ketuntasan 84,61%. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 88,26 dengan prosentase ketuntasan 96,15%. Pada siklus I
skor rata-rata 50,5 atau sebesar 52,57% menjadi 56,14 atau sebesar 57,7% pada
19
siklus II dan pada siklus III skor rata-rata meningkat menjadi 72,86 atau 83,33%.
Peningkatan keaktifan siswa dari sikus I sampai siklus III sebesar 30,76%.
Peningkatan ketuntasan siswa dari prasiklus sampai siklus III sebesar 50%.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan hasil dari siklus III bahwa
metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pemahaman
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Penelitian tindakan kelas selanjutnya yang mendukung penelitian ini
dilakukan oleh Kasno (Universitas Sebelas Maret, 2009) dengan judul “Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Penjumlahan Bersusun Melalui
Demonstrasi Media Kubus Bagi Siswa Kelas V SLB-C Setya Darma Surakarta
Tahun Pelajaran 2008/2009”. Metode pendekatan penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran matematika. Subyek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester II SLB-C Setya Darma
Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasidan tes. Teknik analisis
data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul
dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang
berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru
dan reaksi serta hasil belajar siswa. Nilai awal prestasi belajar penjumlahan
bersusun nilai rerata sebesar 48,00, ketuntasan secara klasikal sebesar 20 %. Pada
siklus I, diketahui rerata nilai penjumlahan bersusun sebesar 58,00, ketuntasan
secara klasikal mencapai 60 %. Pada siklus II, diketahui rerata nilai penjumlahan
bersusun sebesar 68,00, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih
(tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan
data tersebut bahwa metode demonstrasi media kubus dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika penjumlahan bersusun pada siswa kelas V SLB-C
Setya Darma Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009.
Dari segi tinjauan jenis kelamin, penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Aviory (Universitas Sebelas Maret, 2011) dengan judul
20
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI) pada Pemahaman
Konsep dan Pemecahan Masalah Statistika I Ditinjau dari Jenis Kelamin”.
Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Teknik analisis data
menggunakan analisis multivariat dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikansi
α = 5 %. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan TAI memberikan efek yang berbeda pada pemahaman konsep dan
pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. pada pemahaman konsep, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik
daripada model pembelajaran kooperatif tipe TAI; b. pada pemecahan masalah,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak memberikan rataan skor yang
berbeda jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Siswa
laki-laki dan perempuan mempunyai prestasi yang berbeda pada pemahaman
konsep dan pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. pada pemahaman
konsep, siswa laki-laki mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
perempuan; b. pada pemecahan masalah, siswa laki-laki mempunyai prestasi
belajar lebih baik daripada siswa perempuan. Terdapat interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dan jenis kelamin pada pemahaman konsep dan
pemecahan masalah dengan memperhatikan : a. model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran kooperatif tipe TAI pada pemahaman konsep ditinjau dari masing-
masing jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); b. pada pemecahan masalah,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak memberikan rataan skor yang
berbeda jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
ditinjau dari siswa laki-laki. Tetapi pada siswa perempuan, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada
model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Ditinjau dari model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pemecahan masalah, siswa laki-laki tidak memberikan
rataan skor yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Tetapi pada
model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa laki-laki memiliki prestasi belajar
yang lebih baik dibandingkan siswa perempuan.
21
Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Karnadi (Universitas Negeri
Jakarta, 2009) dengan judul “Pengaruh Jenis Kelamin Dan Kreatifitas Terhadap
Kemampuan Mengemukakan Pendapat Anak Kelas Rendah Di Sekolah Dasar”.
Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) Sekolah Dasar Negeri Mitra Binaan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang seluruhnya berlokasi di Jakarta.
Variabel penelitiannya terdiri dari variabel bebas jenis kelamin, variabel atribut
kreatifitas dan variabel terikat kemampuan mengemukakan pendapat. Desain yang
digunakan adalah factorial group design. Hasil dalam penelitian ini adalah
kemampuan mengungkapkan pendapat anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan; Didalam kreatifitas anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan; Kreatifitas tidak mempengaruhi pengaruh terhadap kemampuan
mengemukakan pendapat; Kemampuan mengemukakan tidak bergantung pada
jenis kelamin dan kreatifitas. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa tidak
terdapat pengaruh interaksi jenis kelamin terhadap kemampuan mengemukakan
pendapat dengan mempertimbangkan kreatifitas anak memberikan implikasi
secara teoritik bahwa perbedaan jenis kelamin dengan beragam karakteristiknya
tidak berpengaruh secara signifikan ketika berinteraksi dengan kreatifitas.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chotimah (Universitas
Gunadarma, 2008) dengan judul “Perbedaan Motivasi Belajar Matematika
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji perbedaan motivasi belajar mata pelajaran matematika antara siswa dan
siswi SMA. Teknik pengumpulan data dilakukan pada 80 siswa SMA 55 Jakarta
dengan metode angket, mengunakan skala motivasi belajar, dimana item-item
yang digunakan pada skala motivasi belajar berdasarkan pada aspek-aspek
motivasi belajar. Berdasarkan uji validitas, korelasi skor total item pada skala
motivasi belajar bergerak antara 0,328 – 0,824. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach terhadap item yang telah lolos analisis item.
Sedangkan hasil uji reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,949.
Kemudian berdasarkan uji normalitas diketahui bahwa uji normalitas pada
variabel motivasi belajar diperoleh hasil signifikansi 0,107 untuk jenis kelamin
laki-laki dan 0,150 untuk jenis kelamin perempuan. Secara umum dikatakan
22
bahwa distribusi skor dari sampel yang telah diambil baik jenis kelamin laki-laki
dan jenis kelamin perempuan dikatakan normal. Hasil dari penelitian ini adalah
tidak ada perbedaan motivasi belajar matematika pada siswa dan siswi SMA.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan jenis
kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki memiliki motivasi belajar
matematika yang termasuk dalam kategori rata-rata atau sedang yang mungkin
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika
seperti minat siswa terhadap pelajaran matematika, perhatian orang tua terhadap
nilai-nilai pelajaran siswa dan adanya dukungan keluarga terhadap usaha siswa
untuk belajar (lingkungan keluarga) serta cara guru mengajar di sekolah
(lingkungan sekolah).
Berdasarkan penelitian relevan yang disebutkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar, prestasi
belajar, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Sedangkan untuk
tinjauan jenis kelamin, dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan mungkin
laki-laki akan lebih unggul dalam pembelajaran matematika.-
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dengan penggunaan metode demonstrasi, guru menyampaikan materi
disertai dengan penggunaan alat peraga yang menarik dan bervariasi sehingga
dapat membimbing siswa ke arah berpikir satu saluran pikir. Selain itu di dalam
metode demonstrasi akan membuat perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang
dianggap penting dan dapat mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu
itu juga sehingga permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan
dari guru. Setelah siswa mengalami pembelajaran dengan metode demonstrasi
maka diharapkan konsep atau materi yang diajarkan pun dapat terserap secara
optimal dibandingkan pembelajaran secara konvensional. Hasil akhir setelah
melakukan pembelajaran metode demonstrasi adalah terjadinya peningkatan hasil
belajar matematika dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional.
23
Dalam menerapkan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yang
dimungkinkan bisa meningkatkan hasil belajar matematika, ada faktor lain yang
diduga mempengaruhi penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika, salah satunya adalah jenis kelamin. Dikarenakan dalam pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi diberikan kepada kelas heterogen antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan maka faktor jenis kelamin akan berpengaruh
terhadap kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran menggunakan
metode demonstrasi, sehingga jenis kelamin dapat menentukan hasil belajar
seseorang menggunakan metode demonstrasi. Faktor psikologis yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan akan berpengaruh pula dalam hal menerima materi
pelajaran menggunakan metode demonstrasi. Dengan keterampilan yang berbeda
berdasarkan jenis kelamin maka dimungkinkan untuk diketahui jenis kelamin
mana yang lebih cocok dengan metode demonstrasi, apakah siswa laki-laki atau
perempuan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika pada siswa kelas II SD Laboratorium Satya Wacana.
2. Terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas II SD
Laboratorium Satya Wacana.