bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan
yang telah diajarkan. Menurut Sujana (2008:22) proses adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Menurut Winkel dalam Lina (2009:5), mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sedangkan menurut Gunarso dalam Lina (2009:5), hasil belajar adalah
usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-
usaha belajarnya.
Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan menjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut
Darmansyah (2006:13), mendefinisikan hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.
Menurut Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil
belajar sebagai tingkat penugasan yang dicapai dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Ani (2006) hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Dimyati dan
Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru,
8
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan
menurut Arikunto (2001:132) hasil belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang
dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau
materi yang diajarkan sudah diterima siswa.
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dominan kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, membentuk hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai).
Dominan afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Dominan psikomotorik meliputi initiatory,
pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual.
Uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir
dari proses kegiatan belajar selururh kegiatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di kelas, menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar
dengan menggunakan penilaian yaitu tes evaluasi yang dinyatakan dalam
bentuk nilai.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan
eksternal :
1. Faktor intetnal adalah faktor yang ada didalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat
tubuh) dan faktor psikologis (perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan).
2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor eksternal
yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah,
9
dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi orang tua
mendidik, relasai antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah
pembelajaran dan waktu sekolah, standart pembelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa
kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat dan media massa.
Menurut Munadi (2008) antara lain meliputi faktor internal dan eksternal:
1. Faktor internal
Faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal
tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi
pelajaran. Faktor psikologis, setiap setiap individu dalam hal ini
peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.
Beberapa faktor psikologis yang meliputi intelegensi (IQ), perhatian,
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor
limgkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar
pada tengah hari diruangan yang kurang sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan berbeda pada pembelajaran pagi yang kondisinya
masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
3. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan.
10
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua lowongan,
yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari
luar individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling
berinteraksi sehingga menumbuhkan prestasi belajar.
2.1.3 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa
serta mengukur keberhasilan strategi pengajaran yang diterapkan guru di
kelas. Djamarah dan Zain (2010:106) menyatakan bahwa mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui
tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi
belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut.
1. Tes formatif
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan
tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.
3. Tes sumatif
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah diajarkan selama satu semester, satu tahun, atau
11
dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau
taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu.
Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun
peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Penilaian hasil belajar menggunakan teknik tes meliputi: tes
formatif, tes sub sumatif, dan tes sumatif. Adapun instrument tes yang
digunakan dapat berupa soal pilihan ganda, jawaban singkat, uraian, dll.
2.1.4 Pembelajaran IPA
Berhasil tidaknya proses belajar mengajar antara lain ditentukan oleh
metode yang digunakan untuk mengajar. Penetapan metode yang akan
digunakan ditentukan oleh bahan pembelajaran dipilih sesuai dengan
materi pembelajaran dan digunakan untuk merancang mekanisme yang
bermakna.
Dalam upaya perbaikan pembelajaran guru mempunyai tugas yang
sangat kompleks antara lain adalah memahami dengan baik materi yang
akan diajarkan, melibatkan siswa untuk berperan aktif serta bagaimana
memanfaatkan model pembelajaran yang tepat. Ilmu pengetahuan tidak
hanya daftar dari kenyataan-kenyataan, ilmu pengetahuan adalah
kesenangan, ilmu pengetahuan adalah cara untuk menyelesaikan masalah
dan mencari tahu mengapa sesuatu bisa terjadi ( Janive Cleavers, dalam E.
Yuda Kusuma, 2005.1:99 ).
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata
pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses
pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif.
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja pendidik untuk menyampaikan suatu upaya yang dilakukan
dengan segaja pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasikan, menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
12
model sehingga siswa melakukan kegiatan belajar secara efektif dan
efesien serta mendapatkan hasil yang optimal (Sugihartono, dkk 2007).
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari guru dan peserta didik,
dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens, terarah menuju suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2010).
Pembelajaran bukan hanya penguasaan materi yang diajarkan, akan
tetapi proses untuk mengubah tingkah laku tujuan yang dicapai dalam
pembelajaran tersebut. Penugasan materi pembelajaran bukanlah akhir dari
proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai pembentukan tingkah laku
siswa, karena tungkah laku siswa membentuk pola prilaku siswa itu
sendiri.
1. Pembelajaran adalah proses berfikir
Belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan
pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.
Pembelajaran berfikir proses pendidikan disekolah tidak hanya
menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang
diutamakan kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan.
2. Proses pembelajaran adalah Memanfaatkan Otak
Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan otak secara maksimal. Menurut
para ahli, otak manusia terdiri dari bagian yaitu otak kanan dan otak kiri.
Masing-masing belahan otak mempunyai spesialisasi dalam kemampuan
tertentu. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan
rasional maupun melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara
berfikirnya sesuai , ekspresi verbal, menulis, membaca asosiasi auditorial,
menempatkan npada fakta, fonetik serta simbolis. Cara bekerja otak kanan
bersifat acak, tidak teratur. Cara berfikirnya sesuai cara-cara untuk
mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran
yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spesial, pengenalan bentuk
(pola), musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan evaluasi.
3. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
13
Belajar adalah proses terus menerus, yang tidak pernah berhenti tidak
terbatas pada dinding kelas. Berdasarkan asumsi bahwa sepanjang
hidupnya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah pada tujuan yang
ingin dicapai. Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar
pendidikan universal seperti dirumuskan UNESCO (1996) yaitu Learning
to know, learning todo, learning to be, dan learning to live together.
Learning to know, artinya belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi
kepada produk atau hasil belajar, peserta didik bukan hanya sadar akan apa
yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan
kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus harus dipelajari itu.
Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan peserta
didik sebagai pendengar melainkan peserta didik diberdayakan agar mau
dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be
mengandung pengertian belajar adalah membentuk manusia yang
“menjadi dirinya sendiri” belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri
sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab
sebagai manusia. Learning to live together artinya belajar untuk bekerja
sama. Kesempatan berintergrasi dengan berbagai individu akan
membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap
kemajemukan dalam kehidupan bersama.
IPA pada awalnya berasal dari kata scientia yang berarti saya tahu,
sehingga belajar IPAharus menjadikan tahu IPA. Tahu artinya komponen
dengan keilmuan IPA beserta nilai-nilai dan sikap IPA (Supriyadi, 2007).
Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep,
prinsip, hukum wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains
belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains termasuk
kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiahdan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman
pada anak melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan
(suprijono, 2010).
14
Menurut Trianto (2010) proses pembelajaran IPA lebih ditekankan
pada pendekatan ketrampilan proses sehingga siswa dapat menekankan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah siswa
sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Ada tujuh fungsi mata pelajaran
IPA menurut Sumanji (2009) yaitu :
1. Memberi pengetahuan sebagai bekal dasar, baik dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mengembangkan ketrampilan dalam perolehan, mengembangkan daln
menerapkan konsep IPA .
3. Menanamkan sikap ilmiah, melatih siswa dalam menggunakan metode
ilmiah dalam memecahkan masalah.
4. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam, segala keindahannya
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengaggungkan
ciptaannya.
5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
6. Membuat siswa memahami gagasan informasi baru dalam bidang
IPTEK
7. Memupuk dan mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
Menurut peneliti dalam memilih metode memang harus disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan. Dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan alam yang menyangkut kehidupan sehari-hari siswa akan
lebih memahami bila mengalami dan melaksanakan sendiri dengan
percobaan.
2.1.5 Pemanfaatan Media dan Alat Peraga
Sebagian instrumen dalam proses belajar mengajar dalam hal ini
media dan alat peraga mempunyai peranan penting, dan bahkan dalam
hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu
15
sendiri. Jenis dan spesifikasi media dan alat peraga/ praktik ada yang sulit
kita buat dan ada yang mudah dibuat bahkan mudah di dapat. Alat/ media
yang mudah dibuat diupayakan agar guru/ siswa membuat dan mudah
didapat di lingkungan sekitar. Alat peraga/ media pembelajaran yang sulit
biasanya sudah dibuatkan prototipenya dan tinggal pakai sesuai dengan
bahan ajar/ pembelajaran yang sedang berlangsung. ( Dirjen Dikdasmen,
2000. 1:1 ).
Media pembelajaran yang nyata merupakan alat yang dapat
merangsang imajinasi siswa, perasaannya akan tersentuh dan terjadi
pemahaman kedalam pikiran. Siswa mampu memahami, mengingat dan
melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan guru.
Bagi peneliti media pembelajaran memang merupakan sarana yang
perlu dipersiapkan dan disesuaikan dengan materi dan tujuan juga tingkat
kemampuan siswa. Disamping itu dengan menggunakan media dalam
proses pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa, lebih aktif dan
guru hanya sebagai moderator dalam proses belajar.
2.2 Metode Percobaan
2.2.1 Pengertian Metode Percobaan
Menurut Joseph Mbulu , (2001 :58), metode percobaan adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar mengajar dengan metode percobaan , siswa diberi pengalaman untuk
mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan , dan
menarik kesimpulan tentang suatui objek keadaan.
Menurut J.R David, (Sanjaya, 2006), metode percobaan adalah
metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atu kelompok
untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri seuatu yang dipelajari,
mengalami suatu proses, mangamati suatu objek, keadaan atau proses
sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
16
kebenaran, atau mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
Menurut Schoenherr (Palendeng, 2003), metode percobaan adalah
metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode ini mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk
menyusun sendiri konsep dalam struktur kodnitifnya, selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode percobaan guru dapat
mengembangkan fisik dan mental, serta emosional siswa.
2.2.2 Tujuan dan Esensi Metode Percobaan
Menurut Djamarah (2002), penggunaan metode percobaan ini
mempunyai tujuan yaitu agar siswa mampu dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapi dengan melakukan
percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang
ilmiah, dengan percobaan siswa menemukan bukti kebenaran dan teori
sesuatu yang sedang dipelari. Esensi dari penggunaan metode percobaan
adalah menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan serta mengamati
suatu proses. Pengalaman belajar yang akan diperoleh adalah menguji
sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan dan
mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Agar penggunaan metode percobaan
ini efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Dalam percobaan setiap siswa harus melakukan percobaan maka jumlah
alat dan bahan harus cukup bagi setiap siswa.
b. Agar percobaan tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan atau hasilnya tidak membahayakan maka kondisi alat dan
mutu bahan yang digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam percobaan siswa perlu telitidan konsentrasi dalam mengamati
proses perubahan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama.
d. Siswa dalam percobaan adalah sedang belajar dan berlatih maka perlu
diberi petunjuk yang jelas sebab mereka disamping memperoleh
17
pengetahuan, pengalaman serta keterampilan juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungan oleh guru dalam meilih objek yang akan di uji
cobakan.
2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan
Roestiyah (2001 : 81) menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan
metode percobaan adalah sebagai berikut :
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan.
b. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat dan bahan yang
akan digunakan dalam percobaan, urutan percobaan, hal-hal yang perlu
dicatat.
c. Selama percobaan berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.
d. Setelah percobaan selesai guru harus mengumpulkan hasil penelyian
siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.
2.2.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan atau Dipersiapkan Guru dalam
Percobaan
Menurut E. Mulyasa (2007) hal-hal yang harus dipersiapkan guru
dalam melakukan percobaan adalah :
a. Tetapkan tujuan percobaan
b. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
c. Persiapkan tempat melakukan percobaan
d. Perhitungkan jumlah siswa, sesuai dengan alat yang tersedia
e. Perhatikan keamanan dan keselamatan agar dapat memperkecil resiko
yang mungkin berbahaya, perhatikan disiplin dan tata tertib, terutama
dalam menjaga alat dan bahan yang digunakan.
f. Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan, tahapan yang
harus dilakukan, dan yang dilarang.
18
2.2.5 Tahap-tahap Pelaksanaan Percobaan
Pembelajaran dengan metode percobaan menurut Palendeng (2003)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Percobaan awal, pembelajaran ini diawali dengan melakukan percobaan
yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatan.
4. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dan dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, dan
dilaporkan hasilnya.
5. Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari.
6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode percobaan akan membantu
siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila
siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Dengan kata lain siswa memilki kemampuan untuk
menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep
yang terkait dengan pokok bahasan.
2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Percobaan
Menurut Djamarah (2002) , kelebihan dan kekurangan metode
percobaan adalah sebagai beikut :
1. Kelebihan
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
19
b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
2. Kekurangan
a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan kadang mahal.
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
2.2.7 Pemanfaatan Pendekatan Pembelajaran Melalui Metode Percobaan
Peningkatan mutu pembelajarn di sekolah dasar telah diupayakan
antara lain melalui pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat kepada
aktifitas siswa. Kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna jika
melibatkan seluruh indera yang ada pada peserta didik. Dengan melihat,
mendengar, merasakan, mengamati dan mengalami/ mempraktikan sendiri,
siswa akan mengalami internalisasi konsep pembelajaran IPA secara
mendalam (Kfw, dalam Depdiknas, 2001.V.). akan lebih menyenangkan dan
mengesankan bagi siswa jika dikemas oleh guru dalam bentuk permainan
dan suasana yang kompetisi yang sehat untuk maju bersama.
Dengan demikian, belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan berbagai
percobaan tidak sekedar betujuan menanamkan konsep-konsep secara
kognitif dan hafalan semata. Lebih jauh dengan percobaan-percobaan yang
kreatif diharapkan akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap
ilmiah yaitu diantaranya : disiplin, jujur, tekun, bekerja keras, ekerja sama
dalam tim, saling menghargai, peka terhadap gejala alam di sekitarnya,
kritis, berani bertanya, tekun mencari dan menemukan, kreatif, inovatif
bahkan mengagumi kekuasaannya.
20
Dalam melaksanakan percobaan, orang ingin mengetahui jenis
pesawat sederhana sebagai alat untuk mempemudah dan mempercepat
pekerjaan, adapun jenis pesawat sederhana ada empat yaitu pengungkit/
tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Metode demonstrasi dan
eksperimen (percobaan) adala salah satu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil
dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode demonstrasi dan
percobaan ini amat baik digunakan untuk mencari jawaban atau pertanyaan.
Bagaimana cara membuatnya ? apa akibatnya apabila faktor tertentu
dipenuhi atau tidak dipenuhi ? mengapa demikian ?
Menurut E. Mulyasa (2007), jalannya pengajaran dengan metode
percobaan adalah sebagai berikut :
1. Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya percobaan,
misalnya agar siswa mengetahui proses apa yang terjadi, cara belajarnya,
benar tidaknya hipotesa dan sebagainya.
2. Guru atau siswa, atau guru bersama siswa menyediakan alat-alat yang
digunakan.
3. Menjelaskan urutan langkah-langkah dalam penerapan
4. Pelaksanaan dan percobaan. Dalam hal ini guru menyediakan lembar
pengamatan.
5. Mencatat dan menyimpulkan hasil.
Menurut peneliti pembelajaran akan lebih bermakna jika melibatkan
seluruh indera pada peserta didik. Belajar IPA dengan berbagai percobaan
akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap ilmiah dalam
melaksanakan percobaan jenis pesawat sederhana sebagai alat untuk
mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
Metode percobaan adalah salah satu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan memperlihatkan sesuai proses dan hasil proses itu untuk mencapai
21
tujuan mengajar. Metode percobaan amat baik digunakan untuk mencari
jawaban atau pertanyaan.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti
menggunakan beberapa kajian sebagai perbandingan. Acuan tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Penelitian Tindakan Kelas karya Fitriani pada tahun 2012, dengan judul
“Melalui Penerapan Metode Percobaan dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD
Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan”. Berdasarkan hasil tes
tindakan siklus I diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal
terhadap materi pelajaran sebesar 71,87% atau sebanyak 23 siswa yang
memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 69,81 sedangkan hasil
evaluasi tindakan siklus II diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara
klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 87,50% atau sebanyak 28
siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 73,81. Dari
hasil observasi, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus tindakan, maka
dapat disimpulkan melaluinpenerapan metode percobaan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sifat-sifat cahaya
siswa kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro.
2) Penelitian Tindakan Kelas karya Sugiyanto pada tahun 2010, dengan
judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode
Percobaan tentang Cara Tumbuhan Membuat Makanan Kelas V SD
Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode
percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
hasil tes mulai pra tindakan (56,88), meningkat pada siklus I (64,84),
dan meningkat lagi pada siklus II (76,25).
22
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka dapat diambil
pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
Pemahaman dan struktur kognitif dalam pembelajaran IPA dapat
diperoleh melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah
peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan “learning by doing”, yakni
belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan. Pemahaman itu sendiri
bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan
melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga siswa
memperoleh pengalaman yang menuntun kepada pemahaman yang bersifat
abstrak.
Dalam proses pembelajaran siswa akan lebih memahami dan mudah
ingat jika siswa melakukan percobaan sendiri. Dengan metode percobaan
yang diterapkan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang
menyangkut kehidupan sehari-hari akan lebih tepat bila siswa diajak untuk
mencoba hal-hal yang nyata.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, peneliti menarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut :
“ Hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri
Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat ditingkatkan
melalui penerapan metode percobaan.”
Dalam hal ini setiap siswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-
sendiri. Pelaksanaan percobaan lebih memperjelas hasil belajar dan
tercapainya tujuan pembelajaran.