bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1. pembelajaran...

17
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS Perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan, untuk mengatasi hal itu maka sangat penting adanya sesuatu pembelajaran yang mengarah kepada masalah itu adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan pada siswa agar mengenal fenomena-fenomena sosial, mulai dari yang dekat dengan lingkungannya sampai dengan fenomena dunia yang luas. Muatan disiplin pembelajaran IPS SD terdiri dari ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sebagai bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi). Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui mata pelajaran IPS siswa dapat diarahkan menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis mata pelajaran IPS juga disusun secara sistematis, komrehensif, dan terpada dalam

Upload: dinhliem

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPS

Perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini harus diimbangi dengan

peningkatan kualitas pendidikan, untuk mengatasi hal itu maka sangat penting

adanya sesuatu pembelajaran yang mengarah kepada masalah itu adalah Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan pada

siswa agar mengenal fenomena-fenomena sosial, mulai dari yang dekat dengan

lingkungannya sampai dengan fenomena dunia yang luas. Muatan disiplin

pembelajaran IPS SD terdiri dari ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi

sebagai bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup

pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan lingkungan; 2)

waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; 4) perilaku

ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar

isi).

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran IPS

adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui mata pelajaran IPS siswa

dapat diarahkan menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung

jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat.

Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam

memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain dirancang untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis mata

pelajaran IPS juga disusun secara sistematis, komrehensif, dan terpada dalam

6

proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat.

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar ini untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di

SD adalah

Siswa memiliki kemempuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berfikir

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan; serta memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, hendaknya pembelajaran IPS

yang berlangsung di SD adalah pembelajaran yang mengenalkan siswa dengan

konsep-konsep yang ada di lingkungan dan kehidupan bermasyarakat melalui cara

yang mendorong siswa berfikir logis dan kritis untuk menemukan permaslahan

sosialyang terjadi serta menemukan solusi dalam permasalahan tersebut yang

mendorong munculnya kesadaran dan rasa komitmen terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan yang nantinya akan dijadikan bekal dalam berkomunikasi,

berkerjasama, dan berkompetisi di dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pembelajran maka

disusun sebuah pedoman dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang

standr isi untuk standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah. Standar kompetensi (SK) adalah “ukuran

kemampuan minimal yang harus dicapai siswa mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan sikap setelah mengikuti suatu proses pembelajaran yang

diajarkan”. Sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah “penjabaran sandar

kompetensi siswa yang cakupan materi lebih sempit”.

Dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas 3 SD semester II, dirumuskan

standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai pedoman

pencapaian tujuan pembelajaran IPS yang disajikan secara rinci dalam bentuk

tabel 2.1 di halaman berikut ini.

7

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pembelajaran IPS SD Kelas 3 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang

2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan

2.2 Memahami pentingnya semangat kerja

2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan

rumah dan sekolah

2.4 Mengenal sejarah uang

2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan

kebutuhan

Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan kerangka ilmiah yang

diterapkan pada kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran pendekatan saintifik

ini dapat disamakan dengan proses belajar secara ilmiah dikarenakan di dalamnya

terdapat tahapan-tahapan terutama dalam kegiatan inti. Dalam pendekatan ini

siswa bukan lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran, tetapi dijadikan subjek

pembelajaran, yang dalam arti guru hanya sebagai motivator dan fasilitator saja.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang stsndar proses pendidikan dasar

dan menengah telah mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu

dipandu dengan pendekatan ilmiah/saintifik. Kurniasih (2014:29) mendefenisikan

bahwa “pendekatan pembelajaran saintifik adalah pendekatan dengan proses

belajar yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif membangun

konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, mengidentifikasi,

mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang ditentukan”.

Pembelajaran yang berlangsung hendaknya memfasilitasi dan mendorong siswa

untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber, bukan diberitahu oleh guru.

Sependapat dengan itu, M. Lazim (2013:1) pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengkonstuk konsep, hukum atau perinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan

8

masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan

konsep, hukum atau perinsip yang ditemukan.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Daryanto (2014:15)

pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta idik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau perinsip

melalui tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang “ditemukan”. Pendekatan

saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan

memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal

dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Demi terwujudnya prinsip-prinsip serta tujuan dari pendekatan

pembelajaran saintifik, dibutuhkan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik.

Dalam permendikbud RI No. 81A tahun 2013 lampiran IV tentang implementasi

kurikulum pedoman umum pembelajaran (2013:35-37) pendekatan saintifik

mempunyai langkah-langkah yaitu:

1. Mengamati, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk

menemukan masalah dan informasi melalui kegiatan membaca, mendengar,

menyimak, dan melihat dengan atau tanpa alat peraga.

2. Menanya, yaitu kegiatan pembelajran yang memberikan kesempatan siswa untuk

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

3. Mengumpulkan informasi/eksperimen, yaitu kegiatan mengumpulkan informasi

dengan cara melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,

mengamati objek/kejadian, mampu wawancara dengan nara sumber.

4. Mengasosiasi/mengelolah informasi, adalah kegiatan pembelajran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengelolah informasi yang sudah dikumpulkan.

5. Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan pada

siswa untuk menyampaikan hasil pengamatan dan menyimpulkan hasil analisis

berdasarkan kesimpulan melalui lisan, tertulis, dan media.

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pendekatan

pembelajaran saintifik adalah salah satu proses belajar dimana siswa diajak

berfikir kritis, sistematik, dan ilmiah dalam menemukan konsep melalui tahapan

9

mengamati, mengidentifikasi, menanya, menalar, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang ditemukan.

Dalam permendikbud RI No.81A tahun 2013 lampiran IV tentang

implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai prinsip-prinsip:

1. Berpusat pada siswa.

2. Mengembangkan kreativitas siswa.

3. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.

4. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika.

5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai

strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,

efesien, dan bermakna.

Prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran saintifik tersebut perlu

dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik. Tujuan dari penggunaan pendekatan pembelajaran saintifik

menurut Kurniasih, Imas (2014:33-34) adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat

tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan sustu masalah secara

sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siwa merasa bahwa belajar inu merupakan

suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel

ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Berdasarkan prinsip-prinsip, tujuan dan langkah-langkah pendekatan

pembelajran saintifik dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan sebuah prinsip

harus ada tujuan dan langkah-langkah yang harus di lakukan dalam pendektan

pembelajran saintifik seperti prisip berpusat pada siswa, mengembangkan

kreativitas siswa, menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan

menantang yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika, serta

menyediakan strategi dan model pembelajaran yang PAKEM dengan tujuan

10

meningkatkan intelek siswa dalam mendapatkan ide-ide khusus untuk

menyelesaikan suatu masalah dengan langkah-langkah mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengelolah informasi dan

mengkomunikasikannya melalui lisan, tulisan, dan media.

2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Konvensional

Salah satu pendekatan pembelajaran yang masih berlaku dan sangat

banyak digunakan oleh guru adalah pendekatan konvensional. pendekatan

konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli.

Djamarah dalam Iyas (2010:1), pendekatan konvensional adalah

pendekatan pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah,

karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan

antara guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Menurut Freire

dalam Iyas (2010:1-2) memberikan istilah terhadap pengajaran konvensional

sebagai suatu penyelengaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelengaraan

pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktifitas pemberian informasi yang

harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Depdiknas

(2001:592) konvensional mempunyai arti berdasarkan konvensi (kesepakatan)

umum seperti adat, kebiasaan, kelaziman, dan yang masih tradisional.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran konvensional adalah pembelajran dengan gaya penyampaian

pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan masih tradisional. Kholik

(2011:2) dalam artikelnya menjelaskan ciri-ciri pembelajaran konvensional

adalah:

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif.

2. Belajar secara individual.

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5. Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final.

6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

8. Interaksi di antara siswa kurang.

9. Guru sering bertindak memperhatiakan proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

11

Menurut Djamarah dalam Metta Anugerah Dewi (2014:01), langkah-

langkah pendekatan konvensional adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan materi secara lisan

2. Tanya jawab

3. Memberi tugas

4. Membahas tugas

5. Menyimpulkan pembelajaran

6. Pemberian evaluasi

Selanjutnya Kholik (2012:2) mengemukakan pembelajaran konvensional

mempunyai keunggulan dan kekurangan, keunggulan-keunggulan tersebut

diantaranya:

1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.

2. Menyampaikan informasi dengan cepat.

3. Membangkitkan minat akan informasi.

4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.

2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa

yang dipelajari.

3. Para siswa tidak mengetahui tujun mereka belajar pada hari itu.

4. Penekanan sering hanya pada pennyelesaian tugas.

5. Daya serapny rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan pendekatan

konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang banyak berpusat pada guru,

komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2011:22), adalah kemampuan yang

dimiliki siswa yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Menurut

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik

untuk menentukan proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

secara berkesinambungan.

12

Hasil belajar ditinjau dari taksonomi C.Bloom dalam Wardani Naniek

Sulistya dkk. (2012:23) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kognitif,

afektif dan psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut dapat diketahui melalui

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan

untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda

(Wardani Naniek Sulistya dkk: 2012:47). Berdasarkan hasil pengukuran, maka

dilakukan evaluasi belajar. Dalam evaluasi belajar tidak hanya menekankan pada

hasil belajar saja, namun juga menekankan pada evaluasi proses belajar (Wardani

Naniek Sulastya dkk. 2012:18). Menurut Gagne dalm Jamil Suprihatiningrum

(2014:37) mengatakan bahwa hasil belajar berupa: informasi verbal, keterampilan

intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik , dan sikap. Hasil belajar

adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar

(non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran pada saat

proses belajar dengan menggunakan teknik non tes dan teknik pengukuran pada

hasil belajar menggunakan teknik tes.

Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran, asesmen, dan evaluasi

(hasil belajar). Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga sitilah yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lainnya, yakni Pengukuran, Asesmen, dan Evluasi

(Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:1). Istilah yang terkait dengan hasil belajar

melalui menurut Wardani Naniek Sulistya (2010) adalah pengukuran, asesmen,

dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik

untuk menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979 dalam Wardani NS,

2012: ). Asesmen adalah proses pengambilan dan pengelolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi adalah

proses pemberian makna atau kualitas hasil pengukuran, dengan cara

membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.

Dalam mengevaluasi suatu pelajaran pasti ada sesuatu yang harus di capai

terutama ialah tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran. Tujuan utama

penggunaan evaluasi dalam pembelajaran (classroom evaluation) disekolah

adalah membantu guru dan peserta didik untuk mengambil keputusan profesional

13

dalam memperbaiki pelajaran. Dalam buku panduan penilaian berbasis kelas

(Depdiknas, 2006) menjelaskan fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk:

1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik,

2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk mengembangkan

kepribadian,

3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik serta sebagi

alat diagnosis bagi guru,

4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran yang

dilakukan ataupun yang sedang berlangsung,

5. Sebagai control bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang gambaran

kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

Prinsip evaluasi pembelajaran adalah patokan yang menjadi pedoman guru

ketika melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsip

dasar dalam evaluasi pembelajaran, yang dikemukakan oleh Wardani Nanik

Sulistya, dkk (2012:65-67) adalah sebagai berikut ini.

1. Komprehensif (menyeluruh). Evaluasi hasil belajar peserta didik hendaknya

dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain

aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif atau nilai, dan keterampilan, serta materi

secara representative sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik.

2. Berorientasi pada kompetensi. Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP), evaluasi harus berorientasi pada pencapaian kompentensi

(rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

3. Terbuka, adil dan objektif. Prosedur evaluasi, kriterie evaluasi dan pengambilan

keputuasn hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka

bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung.

4. Berkesinambungan. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dikelas secara terus-menerus

mulai dari memberi PR, latihan, ulangan, ulangan umum bersama dan ujian akhir

secara berkesinamungan, direncanakan melalui penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), bertahap dari minggu ke minggu,bulan dan semester, teratur dari

wktu kewaktu, yang kesemuannya itu untuk mengetahui secara menyeluruh

perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

5. Bermakna. Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua

pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

berkepentingan.

6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan criteria. Pelaksanaan evaluasi merupakan

komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara

berencanaan dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, serta

mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

7. Mendidik dan akuntabel. Evaluasi dilakukan untuk mendeferensiasi peserta didik,

sehinga dapat diketahui kemajuan tingkat kompetensi setiap peserta didik.

Kemajuan belajar peserta didik didukung dengan kumpulan informasi

yang dapat diperoleh melalui beragam teknik, baik berhubungan dengan proses

14

belajar maupun hasil belajar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain

kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum

Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:10-13) mengatakan bahwa teknik asesmen

dapat dikelompokan menjadi dua, yakni teknis tes dan non tes

1. Teknik tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan

untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan

yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar (Suryanto Andi, dkk., 2009). Sebagai alat ukur dalam bentuk

pertanyaan, maka tes harus memberi informasi mengenai pengetahuan dan

kemampuan objek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa

tugas/latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat

seseorang atau sekelompok orang. Dalam tes, minimal ada dua fungsi yaitu (a)

mengukur tingkat penguaaan terhadap seperangkat materi atau tingkat

pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu. (b) menentukan kedudukan

atau perangkat peserta didik dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau

pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

2. Teknik nontes. Teknik nontes adalah sebuah tes yang berisi pertanyaan atau

pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah dengan instrument

yang berbentuk kuesioner atau inventori. Hasil pengukuran melalui instrument

non tes berupa angka yang disebut kuantitatif dan bukan berupa angka seperti

pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan sebagainya

atau disebut kualitatif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa

diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan (project), tugas

individual, tugas kelompok, laporan, ujian praktek dan portofolio. Dari

berbagai macam teknik dalam nontes dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Unjuk kerja

Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan

aktifitas siswa dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau

interaksi. Contoh: berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi.

b. Penugasan

15

Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung

penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu.

c. Tugas individu

Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang

dilakukan secara individual.

d. Tugas kelompok

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang dilakukan

secara berkelompok.

e. Laporan

Merupakan penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang

diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan pratikum

dan pemantapan praktik lapangan (PPL).

f. Response atau unjuk praktek

Merupakan suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada

kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL.

g. Portopolio

Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan

informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu

periode tertentu.

Setelah proses pengukuran dilakukan, selanjutnya dilakukan penilaian.

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan,

penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna

dalam pengambilan keputusan. Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:51)

menjelaskan bahwa evalusi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru

untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar siswa sesuai

potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang tarit atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

16

butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar (Suryanto Adi, dkk., 2009) Wardani Naniek Sulistya, dkk., ( 2012:52).

Non tes yaitu berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah. Instrument nontes dapat berbentuk kuesioner atau

inventori.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun

penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut:

Penelitian yang dilaksanakan oleh Dhedhi Novianto pada tahun 2015 yang

berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik Terhadap Ketrampilan

Belajar IPS Siswa kelas 4A SDN Beringin 01 Kabupaten Semarang Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik mendapatkan pengaruh

yang positif terhadap keterampilan belajar IPS siswa kelas 4A SDN Beringin 01

Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti

dengan adanya perbedaan rata-rata jumlah melakukan aktifitas keterampilan

belajar sebesar 4,2069 kegiatan pembelajaran IPS tampa pendekatan saintifik

dengan kegiatan pembelajaran IPS yang menggunkan pendekatan saintifik.

Pembelajara IPS dengan perilaku yang berpendekatan pembelajaran saintifik

menunjukan rata-rata jumlah melakukan keterampilan belajar lebih tinggi

dibandingkan keterampilan belajar dalam pembelajaran sebelum perilakuan yang

tidak berperilaku pembelajaran saintifik, yaitu 7,0345 > 2,8276. Hal ini diperkuat

dengan uji t Paired samples T-test yang menunjukan t hitung > t tabel (10,909 >

1,701) dengan signifikansi < 0,05, yaitu 0,000<0,05.

Penelitian yang dilakukan Nur Hayati pada tahun 2015 berjudul “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Evaluasi Index Card Match

dengan Pendekatan Scientific siswa kelas 4 SDN Semowo 01 Pabelan Semarang

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini terbukti berpengaruh. Hal

ini ditunjukan dengan perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan

17

belajar dengan KKM ≥ 90 antara siklus I, dan siklus II adalah 0 %; 64,71%; dan

100%. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor minimum antara pra

siklus, siklus I, dan siklus II adalah 17 : 73 : 90. Perbandingan hasil belajar IPS

berdasarkan skor maksimum antara pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 32 : 98

: 100. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor rata-rata antara siklus I,

dan siklus II adalah 24,94 : 88,35. Penelitian ini dinyatakan berhasil, yang

ditunjukan oleh 100% ≥ 90% dari 17 siswa telah mencapai hasil belajar IPS yang

ditetapkan dengan KKM ≥90.

Penelitian oleh Sri Sumartini pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery

Learning dan Problem Based Learning terhadap hasil belajar Matematika Siswa

Kelas 3 SD Negeri Gedangan 01 dan SD Negeri Gedangan 03 Salatiga tahun

ajaran 2014/2015”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran

discovery learning dan problem based learning yang dilaksanakan di SD Negeri

Gedangan 01 dan SD Negeri Gedangan 03 tahun ajaran 2014/2015 tidak ada

perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 3 dalam materi luas persegi

dan persegi panjang. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi (2-tailed) 0,274 > 0,05

dan nilai rata-rata kedua kelas hamper sama. Rata-rata hasil beajar siswa diberi

perilaku menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran

discovery learning adalah 86,96 dan kelas yang diberi perilaku menggunakan

pendekatan saintifik melalui model pembelajaran problem based learning adalah

83,81. Hal tersebut menunjukan tidak adanya perbedaan pengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Pada masa sekarang ini pembelajaran IPS yang berlangsung dalam

kegiatan pembelajaran di SD adalah pembelajaran yang menggunakan guru

sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung adalah pembelajaran

dengan guru memberikan informasi kepada siswa melalui ceramah. Kondisi yang

demikian membuat partisipasi siswa menjadi sangat minim karena sebagian besar

18

waktunya dalam pembelajaran IPS dihabiskan untuk mendengar ceramah guru,

sehingga siswa akan merasakan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan

contoh siswa sering mengobrol dan bermain dengan temannya sewaktu kegiatan

pembelajaran. Kadaan yang demikian akan berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Pada kondisi ini jika siswa diberi tes, hasil belajar yang diperoleh siswa

masih dibawah KKM ≥ 90 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara

optimal.

Pembelajaran berbasis guru seperti keadaan diatas adalah pembelajaran

yang didominasi oleh guru tampa memperhatikan interaksi siswa. Guru

menghabiskan waktu dalam pembelajaran hanya untuk memberikan penjelasan

saja, sehingga interaksi siswa dalm pembelajaran sangat dibatasi karena

penjelasan guru melalui ceramah. Guru pada akhirnya akan menilai hasil belajar

dari pengetahuan saja, tanpa melakukan penilaian pada proses pembelajaran.

Melihat kenyataan dilapangan, perlu perbaikan dalam proses pembelajaran yaitu

menggunakan pendekatan pembelajaran saintfik. Pendekatan pembelajaran

saintifik dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, dengan pendekatan saintifik

siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya.

Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang

oleh guru dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang menuntun siswa

bersikap objektif dan rasional serta memberikan keterampilan proses agar siswa

secara aktif menemukan dan mengkonstruk konsep dan prinsip. Pembelajaran

dengan pendekatan saintifik yang berlangsung berpusat pada aktivitas siswa.

Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a) mengamati

gambar uang, b) menanya tentang uang, c) Mengumpulkan informasi tentang

uang, d) mengelolah informasi tentang uang, e) mengkomunikasikan/membuat

kesimpulan tentang uang.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik guru

diharapkan untuk melakukan penilaian tidak hanya pada aspek pengetahuan siswa

saja, namun juga hasil belajarnya melalui penilaian terhadap hasil belajar dalam

pembelajaran ini menggunakan rubrik penilaian sikap sebagai berikut: 1) sikap

spiritual meliputi menghayati karunia Tuhan, dan 2) sikap sosial meliputi

19

tanggung jawab dan kerja sama. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan

saintifik membuat siswa akan secara langsung mempunyai pengalaman belajar.

Bagan kerangka berfikir disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

20

Gambar 2.1.

Skema Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Terhadap Hasil Belajar IPS

KD: 2.4 Mengenal sejarah uang

Tanya jawab

Menyampaikan materi

Pembelajaran

Konvensional

Menerima tugas

Mengerjakan tugas

Pembelajaran

pendekatan saintifik

Berdoa

Mengamati gambar

Jenis Uang

Menanya Jenis uang

Mengumpulkan

informasi Jenis uang

Menganalisis

informasi Jenis uang

R.P.S. Menghargai ajaran

agama yang dianut

R.P.S. Tanggung jawab

R.P.S. Toleransi

Hasil Belajar IPS

Menyimpulkan

pelajaran Skor Non Tes

Mempersentasikan

Jenis uang

Berdoa

Posttest

Skor Tes Hasil Belajar IPS

Posttest

21

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian eksperimen ini adalah terdapat

pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran saintifik terhadap hasil belajar

IPS siswa kelas 3 SDN Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran

2015/2016.