bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Latar Belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di 8

Upload: hadan

Post on 03-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

Latar Belakang Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap

juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-

hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja,

namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu.

IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

terbimbing. Hal ini sejalan dengan Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22

Tahun 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain

itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses

diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.

Pembelajaran yang nyata ada di lapangan dan up to date (yang terbaru).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa

melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di

8

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

9

tingkat SD/MI diharpkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,

Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar

untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan

kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Dengan demikian, siswa tidak hanya

menerima materi saja, namun diberikan kesempatan untuk membuat rancangan IPA

nya sendiri dan membuat rancangan itu ke dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini

siswa mengembangkan kreativitasnya.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap

ilmiah. Dengan demikian pembelajaran IPA menjadi bermakna bagi siswa, karena

kreativitasnya dikembangkan sehingga tingkat berfikir kognitif yang dimiliki siswa

menjadi tinggi. Inilah yang diharapkan melalui KTSP.

Tujuan Pembelajaran IPA

Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di

SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

10

Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan

ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan pendekatan

pembelajaran inkuiri sangat dibutuhkan.

Ruang Lingkup

Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu

ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspek-

aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan

pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit

lainnya. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk

dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau

pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar.

Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas atau pekerjaan dengan efektif

Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus

dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus

mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk

mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1

berikut ini.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

11

Tabel 2.1

SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami berbagai bentuk

energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi

yang terdapat di lingkungan sekitar serta

sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan

cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/pendekatan untuk

menunjukkan perubahan energi gerak

akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas /baling-baling /pesawat

kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui

penggunaan alat musik

(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu

rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis

sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan

sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Pendekatan inkuiri memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya

dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa

didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang

dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang

kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima

dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh gurunya (Hidayati, Pengembangan

Pembelajaran IPS SD ).

Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang

sudah ditentukan guru. Menurut Piaget (Wafi, 2009) pendekatan inkuiri merupakan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

12

suatu pendekatan yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan

eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta

menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan

apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce and

M. Weil (1996) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan yang intinya melibatkan

siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan,

membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau pendekatan pemecahan masalah

yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari

masalah tersebut.

Wina Sanjaya (2008) mengemukakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab

antara guru dan siswa. Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009), Pendekatan inkuiri

merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam

2. Merumuskan masalah yang ditemukan

3. Merumuskan hipotesis

4. Merancang dan melakukan eksperimen

5. Mengumpulkan dan menganalisis data

6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin

tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab.

Macam-macam pendekatan inkuiri

Menurut Nanang dan Cucu (2009), pendekatan inkuiri dibagi menjadi tiga jenis

berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis

pendekatan itu adalah:

1. Inkuiri terbimbing.

Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pendekatan dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

13

mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan

permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini

digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan

inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan

petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada

pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk

diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

2. Inkuiri bebas

Pada pendekatan ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri

masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara

mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama

proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu

keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam

memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari

satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya

sendiri.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi

Dalam pendekatan ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya

terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri

jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka

bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan

contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui

diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

.

Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri

Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap

melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

14

penting, keberhasilan Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk

beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa

hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan

masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran

inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman

yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses

berpikir

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara

yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak

(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan

yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan

data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan

intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

15

dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan

menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang

akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Menurut Soewarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang

akan diselesaikan.

2. Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada

guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru

harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan

dengan tahap pertama.

3. Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara

kelompok.

4. Membuat hipotesa

5. Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa.

6. Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat

kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap ppelaksanaan

inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut

adalah:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

16

1. Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan dan

menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa.

2. Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau

informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami,

dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab

ya atau tidak.

3. Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau

unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat

terjadi secara berbeda.

4. Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk

mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah

diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil

temuannya.

5. Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses

inkuiri.

Menurut Suchman (dalam Hamzah, 2008), ada lima langkah mengajar dengan

menggunakan pendekatan inkuiri, antara lain:

1. Tahap pertama adalah siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan

(teka-teki).

2. Tahap kedua pengumpulan data untuk verifikasi. Verifikasi merupakan proses

menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami. Pada tahap ini, siswa

menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan

jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan percobaan sesuai dengan

permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada

tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus

dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang

dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana.

3. Tahap ketiga adalah pengumpulan data untuk eksperimentasi. Eksperimen

(percobaan) merupakan proses memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru

pada suatu situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi

secara berbeda. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyan yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

17

dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan

percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun,

perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur

penelitian yang harus dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan

permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling

sederhana.

4. Tahap keempat, adalah tahap merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah

mereka alami. Pada tahap ini, disarankan agar beberapa siswa memberikan

penjelasan tentang apa yang dialami. Dengan demikian, akan diperolah beberapa

penjelasan yang satu sama lain dapat saling mendukung sehingga menghasilkan

suatu penjelasan yang lengkap.

5. Tahap kelima atau tahap terakhir adalah menganalisis proses penelitian yang telah

mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian

ynag mereka lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan

agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan

guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif.

Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut

intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai

dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. tahap orientasi

b. tahap verifikasi

c. tahap eksperimentasi.

d. tahap merumuskan peristiwa yang terjadi

e. tahap analisis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan dan

menemukan hasil

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan

sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu

menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja

sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah

yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

18

fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan

ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan

masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam

meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti

langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari

orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru

hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama

pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin

intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan,

menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri.

Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka

peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa

dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan

sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan

mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan

berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui

penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Dengan demikian dalam penelitian ini,

peneliti memilih pendekatan inkuiri terbimbing, karena guru yang berperan dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan

masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.

2.1.3. Kreativitas belajar IPA

Kreativitas dalam belajar IPA, banyak ahli yang membuat definisi. Supriyadi

(1994:20) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif

berbeda dengan apa yang telah ada. Penekanan kreativitas disini lebih kepada sesuatu

yang baru. Hal ini senada dengan pendapat Semiawan (1997:19) yang

mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan

baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Berbeda dengan Supriyadi dan

Semiawan, Chaplin (1989:3), mengutarakan bahwa krativitas adalah kemampuan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

19

menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam

memecahkan masalah-masalah dengan pendekatan-pendekatan baru.

Definisi kreativitas yang lebih kompleks, dikemukakan oleh Ayan (Candra,

2005:6) bahwa hakekat kreativitas adalah kemauan, keinginan atau semangat untuk

melakukan eksplorasi, mempertanyakan dan melakukan eksperimen terhadap berbagai

objek, peristiwa dan situasi yang ada di lingkungan. Sementara, Munandar (1990:50)

mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. David

Campbell (2001:17) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya

baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru yang diartikan sebagai inovatif, belum ada

sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna yang diartikan sebagai

lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik,

memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan

hasil yang baik. Dapat dimengerti yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan

dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja,

tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas

adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain,

atau menciptakan sesuatu yang baru.

Ciri-ciri Kepribadian Kreatif

Kepribadian termasuk siswa yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu yang

merupakan salah satu aspek penting dalam kreativitas. Upaya untuk menciptakan iklim

yang kondusif bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin dilakukan jika terlebih

dahulu memahami sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang

mengitarinya.

Supriyadi (1994:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan

dalam dua kategori yaitu kategori kognitif dan kategori non kognitif. Ciri kategori kognitif

diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri kategori

non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

20

pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan

menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang

memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja,

namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya

sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat

menghasilkan karya kreatif. Sama halnya dengan Supriyadi, Campbell (2001:19)

mengelompokkan aspek kreativitas ke dalam dua kategori yakni aspek pokok dan

aspek kemungkinan. Aspek pokok kreativitas adalah kunci untuk melahirkan ide,

gagasan, pemecahan masalah dan penemuan. Adapun yang termasuk dalam kategori

aspek-aspek pokok individu kreatif, antara lain:

1. Kelincahan berfikir dari segala arah, yaitu kemampuan untuk melihat masalah dari

segala arah, sudut pandang, dan megumpulkan berbagai fakta yang penting untuk

mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi.

2. Kelincahan mental berfikir ke segala arah, yaitu kemampuan untuk berfikir dari satu

ide/gagasan menyebar ke segala arah yang memungkinkan mencari berbagai

jawaban yang berbeda.

3. Fleksibilitas konseptual adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara

pandang dan pendekatan kerja yang tidak sejalan.

4. Originalitas adalah kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemecahan, cara

kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan.

5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, individu kreatif lebih menyukai

kerumitan daripada kemudahan memiliki tantangan dari keamanan, kecenderungan

pada banyak tali temalinya.

6. Latar belakang yang merangsang, lingkungan yang merangsang dan suasana yang

mendukung mendorong timbulnya kreativitas individu.

7. Kecakapan dalam banyak hal, para individu kreatif pada umumnya mempunyai

minat serta kecakapan dalam berbagai bidang dan dapat menikmati kehidupan dari

berbagai sudut pandang.

Kategori aspek kreatif yang ke dua adalah kategori aspek yang memungkinkan.

Kategori aspek yang memungkinkan adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang

yang membuatnya mampu mempertahankan ide kreatif yang sudah ditemukan. Adapun

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

21

aspek-aspek yang termasuk dalam kategori aspek yang memungkinkan kepribadian

kreatif adalah:

1. Kemampuan untuk bekerja keras, orang yang kreatif mempunyai gaya hidup bekerja

keras, umumnya tidak tegang karena sudah menyatu dengan gaya hidup modern.

2. Berfikir mandiri, orang kreatif memiliki rasa individualistis yang kuat, mereka

membuat keputusan sendiri mempunyai pendapat sendiri sehingga pada umumnya

mampu berdiri ditengah kekacauan dan tidak mudah terkena terpaan angin dan

cerita burung.

3. Pantang menyerah, orang kreatif tidak takut gagal, mereka rela dan senang untuk

mencoba lagi dan pantang menyerah.

4. Mampu berkomunikasi dengan baik

5. Kaya humor dan fantasi, orang kreatif memiliki rasa humor dan fantasi, mereka

mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk mengatur pikiran, emosi,

dorongan hati dan gejolak jiwa mereka mampu mendapatkan dunia luas dan penuh

berbagai unsur yang menarik.

6. Tidak segera menolak ide atau gagasan baru.

7. Arah hidup yang mantap, individu kreatif kebanyakan menampakkan sikap yakin

akan tujuan dan hidup mereka, ada rasa ketertarikan untuk menyelesaikan suatu

tugas hidup di tempat dan jaman mereka.

Berbeda dengan pendapat Supriyadi dan Campbell yang mengelompokkan

aspek kreatif dalam dua kategori. Ayan mengelompokkan aspek kreatif ke dalam empat

kategori. Menurut Ayan (candra, 2005:8) aspek-aspek kreativitas yaitu:

1. Rasa ingin tahu (Curiousity) merupakan komponen pertama yang sangat penting

bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai

kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force).

2. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to experiences)

atau informasi baru. Untuk menjadi orang kreatif diperlukan persediaan informasi

dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu. Agar

cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersifat fleksibel, terbuka, mau

menerima dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat dan hasil

karya orang lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

22

memperkaya pengetahuan yang telah ada didalam struktur kognitif, sehingga ia

berpeluang besar untuk dapat memunculkan gagasan yang luar biasa.

3. Toleransi terhadap resiko (Risk Tolerance) merupakan kesanggupan atau

kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak

diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan

berkembang dengan baik apabila seseorang juga mempunyai toleransi yang tinggi

atau kesanggupan menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkannya.

4. Energi (Energy) meliputi energi fisik dan energi mental.Pada umumnya orang kreatif

memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif

berlangsung mulai dari pencarian gagasan sampai dengan pengujian atau

pelaksanaan gagasan tersebut, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.

Proses ini tentu membutuhkan konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan

ketahanan kerja dan waktu kerja lembur dapat berlangsung berminggu-minggu,

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Torence (1988) mengatakan bahwa kretivitas merupakan proses merasakan dan

mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau

hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan

hasilnya. Hasil dari kreativitas adalah suatu yang baru, orisinil da bermakna. Untuk

mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas seseorang perlu dilakukan pengukuran,

yang oleh Torreance (1968: 3) pengukuran kreativitas dikatakan menyerupai langkah-

langkah pendekatan ilmiah, yaitu: the process of (1) sensing difficultties, peoblems,

gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and

formulating hypothesis about these deficiencies; (3) evaluating and testing these

guasses and hypotheses; (4) possibly revising ang retesting them; and finaly; (5)

communicating the result.

Mendasarkan pada langkah-langkah pengembangan tersebut, Munandar (1999

:27) mengemukakan tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan proses kreativitas

adalah persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.

Selanjutnya Torrance (1988) dalam Abdul Kamil Marisi (2007), mengemukakan

bahwa dalam pelaksanaan pengukuran kreativitas pengembangan tujuh kegiatan yang

dilakukan oleh peserta tes yakni membuat pertanyaan, menebak sebab akibat,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

23

menebak akibat dari peristiwa, mengembangkan manfaat suatu benda, menggunakan

sesuatu dengan cara luar biasa, mengajukan pertanyaan luar biasa dan membuat

tebakan. Ke tujuh kegiatan tersebut dilakukan dengan mencermati gambar yang telah

disajikan pada saat tes. Hasil jawaban tes tersebut kemudian diskor dengan

mencermati tiga hal yaitu kelancaran dalam menjawab tes (fluency), fleksibelitas

jawaban yang dilihat dari banyaknya kategori jawaban yang dibuat (flexibility), dan

orisinalitas jawaban yang dibuat (originality).

Mendasarkan uraian di atas maka ciri-ciri kepribadian kreatif adalah meliputi

aspek kognitif dan non kognitif yang terdiri dari rasa ingin tahu (curiousity), keterbukaan

terhadap pengalaman dan pengetahuan (openness to experiences ), toleransi terhadap

resiko (risk tolerance), dan energi (energy) yaitu energi fisik dan mental. Dalam

penelitian ini ciri-ciri kepribadian kreatif yang akan diterapkan meliputi 3 aspek yakni

rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, dan toleransi

terhadap resiko. Ke tiga aspek tersebut diterapkan melalui langkah-langkah pendekatan

pembelajaran inkuiri IPA dengan KD Membuat suatu karya/pendekatan untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas /baling-baling /pesawat kertas/parasut.

Pengukuran Kreativitas

Besarnya tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui melalui pengukuran.

Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani NS (2010; 2.4) diartikan sebagai

kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu

gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan

bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk

menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan

angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut. Dalam penelitian ini,

pengukuran dilakukan terhadap 3 aspek kreativitas, yang mengikuti 8 langkah dalam

pendekatan pembelajaran inkuiri yang ditetapkan sebagai indikator dan ditetapkan

melalui 8 ketersediaan indikator tersebut. Pengukuran tingkat kreativitas tersebut

secara rinci disajikan melalui kisi-kisi tingkat kreativitas belajar IPA seperti dalam tabel

2.2. berikut ini.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

24

Tabel 2.2

Kisi-kisi Kreativitas Belajar IPA

Aspek Indikator Uraian Skor

1 2

1. Rasa ingin tahu

Pengamatan gerak ranting pohon 1. Ada menyimak pohon

Penemuan penyebab gerak ranting pohon

2. Ditemukannya penyebab gerak ranting

Penemuan pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dari kertas

3. Diketahuinya pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling

Perumusan masalah 4. Terumuskannya masa lah angin dan gerak

2. Toleransi terhadap resiko

1. Menentukan alat dan bahan untuk membuat baling-baling dari kertas.

2. Membuat baling-baling dari kertas.

1. Adanya alat dan bahan

2. Adanya baling-baling.

3. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan

1. Mendemonstrasikan gerak kincir angin

2. Membuat kesimpulan bahwa energi angin dapat mengubah gerak benda.

1. Dapat mendemonstrasi kan gerak kincir angin

2. Dapat membuat kesim pulan bahwa energi angin dapat mengubah gerak benda.

Keterangan : Skor 1 : ketemu/diketahui/ada/dapat; Skor 2 : tidak ketemu/diketahui/ada/dapat

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan (2011) menemukan bahwa pendekatan

inkuiri yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran IPA tentang pemecahan

masalah robotik telah mendorong perkembangan kreativitas siswa kelas VI. Ada 4 aspek

yang terbukti sangat penting dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai pengembangan

kreativitas siswa yaitu open ended, goal oriented task, teacher modelling dari teknik

inkuiri, dan penggunaan media dan lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan.

Penggunaan media dan lingkungan membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman

yang terintegrasi dengan temannya melalui media alat, komunikasi dan interaksi

pengetahuan yang siswa miliki. Kelebihan dalam penelitian ini adalah ada kreativitas

peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

25

dan penggunaan lokasi penelitian di luar kelas. Sedangkan kelemahannya, apabila materi

pembelajaran bukan pemecahan masalah, maka pendekatan inkuiri tidak dapat

dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian yang akan dilakukan ini menekankan pada

materi untuk membuat karya IPA yang akan dimulai dengan penemuan konsep,

memunculkan permasalahan sendiri dan menemukannya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Longo (2010) telah menemukan bahwa metode

inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreativitasnya. Proses pengukuran

kemampuan siswa melalui tes telah membuat beban yang tidak mendorong

berkembangnya kreativitas guru dan siswa selama pembelajaran. Dalam penelitian ini,

metode inkuiri terbuti membantu siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri, bukan

hanya mengingat-ingat saja apa yang telah siswa terima dari guru. Pembelajaran inkuiri

yang dilakukan oleh Longo terbukti telah meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan

ketertarikan siswa dengan tetap berpegang pada kurikulum yang dituntut untuk dipenuhi.

Kelebihan dari penelitian ini adalah kreativitas peneliti dalam mengemas pembelajaran

yang mendasarkan pada kurikulum untuk membuat siswa kreatif. Pengukuran

kemampuan siswa dilakukan non tes yang jarang dilakukan oleh guru. Kelemahan dalam

penelitian ini kurang menonjolkan aspek-aspek kreativitas yang dilakukan. Oleh karena

itu, penelitian yang akan dilakukan menekankan pada aspek-aspek kreativitas siswa.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani Naniek Sulistya (2010) dengan

judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD Dengan

Pendekatan Inkuiri Melalui Diskusi Kelompok”. Diskusi kelompok merupakan metode

yang dipakai dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai proses penemuan sendiri. Oleh

karena itu, proses penemuan sendiri itu dipandu melalui diskusi kelompok. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran

IPS SD dapat diupayakan melalui metode pembelajaran diskusi kelompok. Tema yang

diberikan dalam diskusi kelompok ini adalah perjuangan para pahlawan. Tema yang ada

terdiri dari beberapa sub tema, yang perlu didiskusikan oleh siswa dalam kelompok.

Adanya kreativitas ditunjukkan oleh adanya kedinamisan diskusi kelompok artinya dalam

diskusi kelompok, siswa saling memberikan pendapat, merespon, dan bertanya. Ketika

kelompok menemukan kesulitan, kelompok menanyakan kepada guru, sehingga jalannya

diskusi lancer. Hal ini ditunjang melalui kelancaran siswa dalam mendiskusikan jawaban

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

26

dari pertanyaan yang diberikan, adanya kemampuan siswa dalam menebak sebab akibat

dari suatu peristiwa dari materi perjuangan, dan mengembangkan manfaat suatu

peristiwa (dari perjuangan). Jadi penggunaan diskusi kelompok dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam membuat kategori menebak sebab akibat dari suatu peristiwa,

meningkatkan kemampuan kerjasama, keaktifan dan meningkatkan kemampuan guru

dalam membangun hubungan dengan siswa. Kelebihan dari penelitian tersebut terletak

pada terfokusnya aspek kreativitas yang diukur pada aktivitas diskusi kelompok yakni

menggali pertukaran ide atau pengalaman yang dimiliki oleh peserta diskusi. Sedangkan

kelemahan yang ada pada penelitian tersebut, penelitian tersebut merupakan penelitian

diskriptif saja yang sekedar menguraikan hasil penelitian secara kualitatif. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini perlu dikembangkan menjadi penelitian diskriptif yang mendasarkan

pada kuantitatif, dan pengembangan pendekatan pembelajaran yang sejajar seperti

pengembangan untuk pendekatan inkuiri dalam mata pelajaran IPA.

Tutik dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Pendekatan Inquiri

Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa

pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal 01

pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Prestasi siswa kelas eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar

71,40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretes. Setelah dilakukan treatment dan siswa diberi

tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan terhitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar

2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada t-test

lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan

yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan

pendekatan inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan bahwa

pemanfaatan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat dibandingkannya kelas kontrol

dan kelas eksperimen dalam pencapaian prestasi belajar. Adapun kelemahannya adalah

dalam melakukan pengukuran prestasi belajar untuk aktivitas inkuiri hanya melalui tes,

sementara taraf berfikir tingkat tinggi tidak diberikan dalam butir-butir soal. Sementara

aktivitas inkuiri adalah aktivitas kognitif yang menuntut taraf berfikir tingkat tinggi. Oleh

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

27

karena itu, perlu ada pengembangan penelitian tersebut yang mengukur taraf berfikir

tingkat tinggi melalui kreativitas siswa dalam melaksanakan pendekatan inkuiri untuk

mata pelajaran IPA

Mendasarkan pada empat penelitian tersebut diatas, maka pengembangan

pembelajaran di kelas terutama bagi siswa SD perlu dilakukan dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa, sehingga peranan guru

dalam pembelajaran IPA adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator.

Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kreativitasnya

untuk menemukan rasa keingin tahuannya terhadap obyek IPA, berani mengambil resiko

atas keputusannya dan terbuka terhadap pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.

2.3 Kerangka Berpikir

Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah

ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera

dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang

lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan

atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang

diperoleh rendah.

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang

diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila

siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses

pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri

konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung.

Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya

dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa.

Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami

pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

28

belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi

paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri.

Pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan inkuiri merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa

yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan

prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.

Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi

hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa

dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah

sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk menghadapkan siswa untuk mengetahui

penyebab gerak ranting pohon, menemukan benda lain yang dapat bergerak akibat

pengaruh angin misalnya kincir angin dari kertas , menentukan alat dan bahan yang

digunakan untuk membuat kincir angin dari kertas, membuat kincir angin dari kertas

dan mempraktikan gerak kincir angin akibat pengaruh energi angin serta dapat

menyimpulkan bahwa energi angin dapat mempengaruhi gerak benda. Hasil yang

diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja

dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor

yang signifikan. Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan pendekatan

inkuiri ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi kreativitas belajarnya. Dari

uraian di atas, secara rinci dapat dijelaskan melalui gambar 2.1. berikut ini

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas belajar IPA tentang

perubahan energi dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD

Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2073/3/T1... · IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara ... 7

29

Pendekatan Pembelajaran Pengukuran Inkuiri

Mengamati gerak ranting pohon Ada menyimak pohon

Menemukan penyebab gerak ranting pohon Ditemukannya penyebab gerak ranting

Menemukan pengaruh energi angin Diketahuinya pengaruh energi terhadap gerak baling- baling dari kertas terhadap gerak baling-baling.

Merumuskan masalah apakah energi Terumuskannya masalah angin angin dapat menyebabkan gerak benda

Menentukan alat dan bahan untuk membuat Adanya alat dan bahan baling-baling dari kertas.

Membuat baling-baling dari kertas. Adanya baling-baling Mendemonstrasikan gerak kincir angin Dapat demonstrasi gerak kincir angin

Menyimpulkan: energi angin dapat mengubah Dapat membuat kesimpulan

gerak benda energi angin mengubah gerak benda

Ada Kreativitas belajar IPA dan meningkat

Gambar 2.1 Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi

Melalui Pendekatan Inkuiri

Pendekatan Pembelajaran konvensional (Berpusat Guru)

Tidak ada kreativitas belajar IPA