bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 ilmu ...€¦ · sosiologi, antropologi, sejarah,...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika
Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social
Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada
tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18).
Kemudian istilah IPS di Indonesia mulai dikenal dari tahun 1970-an sebagai
hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan
dalam sistem pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Lingkup pendidikan
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti geografi,
sosiologi, antropologi, sejarah, ekonomi, politik, dan psikologi. Ilmu
pengetahuan sosial merupakan bidang studi yang mempelajari mengenai
fenomena dan kenyataan yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat.
Hakikat IPS menurut Gunawan (2011:93) adalah “telaah tentang manusia
dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya”. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan (Akbar & Sriwiyana, 2011:78).
Menurut Sapriyadi (2009:194-195) mata pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
8
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan kompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.
b. Waktu, Berkelanjutan, dan Perubahan.
c. Sistem Sosial dan Budaya.
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Akbar & Sriwiyana, 2011:78).
2.1.2 Model Pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami sebagai
kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perencanaan bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala,
2008: 175-176).
Menurut Suprijono, (2012:45-46) model pembelajaran merupakan landasan
praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori
belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum
dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Menurut Trianto (2010:51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.
Berdasarkan dari pendapat-pendapat para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan model pembelajaran yaitu suatu pedoman yang direncanakan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam kelas
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006:29) Cooperative Learning merupakan kegiatan
belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran
9
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Menurut Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merupakan proses
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dengan struktur yang
heterogen guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan belajar secara
berkelompok diharapkan siswa dapat lebih nyaman dalam belajar dan dapat
menyampaikan pendapat atau pengetahuan mereka dengan lebih leluasa.
Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran
dengan strategi kelompok dengan anggota kelompok yang kecil dengan
kemampuan yang berbeda-beda, dimana setiap anggota bertanggung jawab atas
anggota lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli mengenai pembelajaran
kooperatif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif yaitu pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang menekankan
adanya kelompok belajar dan pada setiap kelompok saling bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas.
Karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran secara tim.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif.
3. Kemauan untuk bekerja sama.
4. Keterampilan bekerja sama (Rusman, 2010: 207)
2.1.4 Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Menurut Aqib (2013: 28) model pembelajaran Course Review Horay adalah
suatu metode pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan siswa untuk
tanya jawab secara individu dengan menyenangkan karena setiap siswa yang
dapat menjawab dengan benar dapat berteriak “Horay”. Menurut Huda (2013:
229), model pembelajaran Course Review Horay merupakan model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan
berteriak „horee!!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai.
10
Berdasarkan beberapa pengertian dari ahli, peneliti menyimpulkan bahwa
Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana dalam kelas menjadi meriah dan menyenangkan. Karena setiap
kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan oleh
guru maka siswa dalam kelompok tersebut diwajibkan berteriak „Horay!‟.
Melalui model pembelajaran CRH siswa diharapkan dapat menjadi lebih
kompak dalam menyelesaikan masalah di kelompok, namun dengan suasana
yang menyenangkan atau tidak tegang. Sehingga siswa dapat meraih hasil
dengan nilai yang tinggi.
Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
course review horay menurut Hamid (2011: 223):
1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
2) Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi.
3) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai
kebutuhan dan tiap kotak diisi angkan sesuai dengan selera masing-masing
siswa.
4) Guru membacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam
kotak yang nomornya telah disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
5) Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau horizontal, atau
diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya.
6) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang diperoleh.
7) Penutup.
Selain menurut Hamid, berikut merupakan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Huda (2013: 227):
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,
b. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi dengan tanya jawab,
c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam
satu kelompok,
d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak
sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru,
e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru,
f. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi,
g. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan langsung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya,
11
h. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay,
i. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak memperoleh horay,
j. Penutup.
Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe course review
horay dapat disimpulkan secara singkat yaitu dengan pemberian materi dari guru
kemudian pembentukkan kelompok kecil, dan pemberian soal secara acak.
Kelompok yang dapat menjawab dengan benar langsung berteriak hore, karena
inilah ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe course review horay.
Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini dikemas dalam suatu permainan.
Setelah penjabaran tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
course review horay tentu terdapat kelebihan dan kelemahan pada model ini.
Tabel 2.1
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay
No. Langkah-langkah Penjelasan
1. Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
Kompetensi ini disampaikan
dengan maksud agar pembelajaran
lebih terarah tujuannya.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan
materi.
Siswa diberi penjelasan sesuai
dengan materi yang diajarkan.
3. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil 4-5 orang.
Agar terjadi kerjasama antar siswa
dalam proses pembelajaran.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa
diminta membuat tempat jawaban.
Tempat jawaban disini berbentuk
tabel (kotak) sesuai kebutuhan.
Tabel (kotak) dapat dapat berisi 9,
16 atau 25. Banyaknya kotak
tempat jawaban disesuaikan
dengan kebutuhan dan tiap kotak
jawaban diisi angka sesuai dengan
selera masing-masing kelompok.
12
No. Langkah-langkah Penjelasan
5. Guru membaca soal secara acak dan
siswa menuliskan jawaban didalam
kotak yang nomornya telah
disebutkan guru.
Soal yang telah dibacakan
langsung didiskusikan, kalau benar
diisi tanda benar (√) dan salah diisi
tanda silang (x). Disini dibutuhkan
kejujuran dari siswa yang telah
menjawab salah ataupun benar.
6. Kelompok yang sudah mendapat
tanda (√) secara vertikal atau
horizontal, atau diagonal harus segera
berteriak “horay” atau yel-yel lainnya.
Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa ciri khas dari model
pembelajaran kooperatif tipe
course review horay ini adalah
berteriak “horay” atau yel-yel
lainnya, yang menandakan bahwa
kelompok tersebut dapat menjawab
soal dengan benar.
7. Nilai dihitung dari jawaban benar dan
jumlah horay yang diperoleh.
Dari nilai yang diperoleh, guru
memberikan reward kepada
kelompok yang mendapatkan nilai
tinggi.
8. Penutup Berupa kesimpulan yang dilakukan
oleh siswa dibimbing guru.
Berikut merupakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe course
review horay menurut Huda (2013:231):
a) Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat
terjun kedalamnya.
b) Metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga
suasana tidak menegangkan.
c) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran
berlangsung menyenangkan.
d) Skill kerjasama antar siswa yang semakin terlatih.
13
Berikut merupakan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe course
review horay menurut Huda (2013:231):
a) Antara siswa yang aktif dan pasif nilainya cenderung sama, sulit untuk
memberi nilai.
b) Adanya peluang untuk curang (menyontek pekerjaan teman sebelah).
c) Menggangu suasana belajar kelas lain.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
course review horay yang dikutip dari Miftahul Huda, peneliti menarik
kesimpulan bahwa model ini lebih menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran
dan membuat interaksi antar sesama siswa lebih dekat terutama dalam bekerja
sama. Meski kekelemahannya akan mengganggu suasana belajar kelas lain, dan
dalam pemberian nilai karena ini dalam kelompok jadi hasil antara siswa yang
aktif maupun pasif cenderung sama.
2.1.5 Model Pembelajaran Snowball Throwing
Menurut Suprijono (2011:8) Snowball Throwing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok
yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya
untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan
yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain
yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwing berasal dari dua kata yaitu
“snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan
throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola salju.
Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model dari
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana
masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam pembuatan
kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Hal ini diungkapkan
oleh para ahli berikut ini.
Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing (melempar bola salju)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang didesain seperti permainan
14
melempar bola. Bola yang dimaksut yaitu merupakan kertas yang berisi
pertanyaan. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat
soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua
kelompok. Karena berupa permainan, siswa harus dikondisikan dalam keadaan
santai tetapi tetap terkendali tidak ramai.
Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing menurut Riyanto (2010: 276):
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja
untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih ± 15 menit.
6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
Tabel 2.2
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
No. Langkah-langkah Penjelasan
1. Guru menyampaikan materi yang
akan disajikan.
Materi yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar
yang sedang berlangsung.
2. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil 4-5 orang. Guru
memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk maju kedepan.
Dibuat berkelompok agar terjadi
kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran.
Masing-masing ketua kelompok
diberi penjelasan tentang materi.
15
No. Langkah-langkah Penjelasan
3. Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-
masing.
Masing-masing ketua kelompok
kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada
teman-teman sekelompoknya.
4. Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kertas kerja.
Lembar kertas kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama ± 15
menit.
Seperti namanya, model
pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing yaitu melempar
bola soal. Untuk saling bertukar
lembar kertas kerja (soal) yang
sudah dibuat masing-masing siswa.
6. Setelah siswa dapat satu bola
diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian.
Untuk melatih keberanian pada
siswa menjawab pertanyaan secara
langsung. Dan menambah
wawasan bagi siswa lain.
7. Penutup Berupa kesimpulan yang dilakukan
oleh siswa dibimbing guru.
Seperti model pembelajaran kooperatif lainnya, tipe Snowball Throwing ini
pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing menurut Huda (2013:227) yaitu untuk
melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan. Sedangkan
menurut Safitri (2011:19) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing antara lain:
16
1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber
pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat
penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta
mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai
materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan
pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan
baik.
5. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang
sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun
guru.
7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah.
8. Murid akan memahami makna tanggung jawab.
9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku,
sosial,budaya, bakat dan intelegensia.
10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Terdapat pula kelemahan pada model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing ini, yaitu karena pengetahuan yang diberikan tidak terlalu
luas dan hanya berkisar pada apa yang telah diketahui siswa (Miftahul Huda,
2013:228).
Berdasarkan penjelasan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing dapat disimpulkan bahwan model ini siswa
menjadi lebih berpikir kritis, memiliki tanggung jawab, melatih kerja sama,
membuat pembelajaran lebih bermakna. Namun dalam penyampaian materi
kurang luas.
2.1.6 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010:3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku seseorang. Hasil belajar seseorang dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, serta sikap. Menurut Arikunto (2010:133) hasil belajar adalah
hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam
perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur. Hasil belajar menurut Suprijono
17
(2009:7) adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja.
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.
Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli
bahwa hasil belajar merupakan suatu proses pembelajaran dari pengalaman atau
lingkungannya yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada
individu tersebut.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini tentu tidak dapat terlepas dari penelitian-penelitan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Anggraeni (2011) dengan judul,
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Course Review Horay Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sekaran
01 Semarang”, menunjukkan hasil penelitian Hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I
sebesar 44%, pada siklus II sebesar 67%, dan pada siklus III sebesar 93%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran IPS
mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe course review horay.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lita Riswati (2012)
dengan judul, “Keefektifan Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning
Dengan Metode Snowball Throwing Dalam Pembelajaran IPS Peserta Didik
Kelas IV SD Gugus Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”,
menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar untuk
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan cooperative learning metode
18
snowball throwing dengan metode pertanyaan berantai. Hasil belajar yang cukup
signifikan pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata 78,71 dan 65,67 yang
diketahui dari probabilitas signifikansi 0,002 < 0,005. Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan cooperative learning dengan
metode snowball throwing efektif dalam pembelajaran IPS peserta didik kelas
IV SD Gugus Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
2.3 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dan Snowball
Throwing merupakan model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan guru
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siswa. Diharapkan siswa
menjadi lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena siswa
aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui kerja sama didalam kelompok.
Selain itu siswa juga dapat berbagi informasi dengan teman satu kelompok
maupun dengan kelompok lain melalui diskusi.
Berikut ini skema dari kerangka pikir penelitian:
Gambar 2.1
Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
Pretest Pretest
Tidak boleh ada
perbedaan yang
signifikan
Penerapan model
pembelajaran
kooperatif tipe
Snowball
Throwing
Penerapan model
pembelajaran
kooperatif tipe
CRH Terdapat
perbedaan
signifikan antara
kelas
eksperimen dan
kelas kontrol
Posttest Posttest
19
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari perumusan masalah diatas adalah ada perbedaan keefektifan
antara model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (X1)
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
(X2), untuk meningkatkan hasil belajar IPS (Y) siswa kelas IV SD Gugus Kartini
tahun ajaran 2015/2016.