bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Obyek kajian matematika adalah benda-benda abstrak ( benda pikir ) yang disusun dalam sitem aksiomatik dengan menggunakan simbol atau lambang penalaran deduktif. Penyusunan sistem matematika dimulai dengan menetapkan : 1. underfined term, yaitu suatu konsep yang diterima tanpa definisi, 2. defined term, yaitu konsep yang harus didefinisikan terlebih dahulu, 3. aksioma / Postulat, yaitu pernyataan yang dapat diterima tanpa bukti, 4. teorema, yaitu pernyataan yang harus dibuktikan terlebih dahulu secara deduktif dari aksioma atau teorema yang sudah ada sebelumnya. a. Pengertian Matematika Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, apa yang dimaksud dengan matematika itu. Sasaran pembelajaran matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak dengan cabang-cabangnya semakin lama semakin berkembang dan bercampur. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani matheina atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata Sansakerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi (Andi Hakim Nasution, 1980, h 12) Ruseffendi (1989, h.23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Selanjutnya dalam Rusefendi (1988, h.2) diungkapkan beberapa pendapat tentang matematika seperti menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;

Upload: lycong

Post on 07-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Obyek kajian matematika adalah benda-benda abstrak ( benda pikir ) yang disusun

dalam sitem aksiomatik dengan menggunakan simbol atau lambang penalaran deduktif.

Penyusunan sistem matematika dimulai dengan menetapkan :

1. underfined term, yaitu suatu konsep yang diterima tanpa definisi,

2. defined term, yaitu konsep yang harus didefinisikan terlebih dahulu,

3. aksioma / Postulat, yaitu pernyataan yang dapat diterima tanpa bukti,

4. teorema, yaitu pernyataan yang harus dibuktikan terlebih dahulu secara

deduktif dari aksioma atau teorema yang sudah ada sebelumnya.

a. Pengertian Matematika

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para

matematikawan, apa yang dimaksud dengan matematika itu. Sasaran pembelajaran

matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak dengan cabang-cabangnya semakin lama

semakin berkembang dan bercampur.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani matheina atau manthenein yang

artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata

Sansakerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi

(Andi Hakim Nasution, 1980, h 12)

Ruseffendi (1989, h.23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan

dari unsur-unsur tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil,

dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah

matematika sering disebut ilmu deduktif.

Selanjutnya dalam Rusefendi (1988, h.2) diungkapkan beberapa pendapat

tentang matematika seperti menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

7

matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbul dan padat, lebih

berupa bahasa simbul mengenai arti daripada bunyi, matematika adalah pengetahuan

struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif

berdasarkan kepada unsur yang tidak terdefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang

telah dibuktikan kebenarannya,; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola

atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada

keterurutan dan keharmonisan.

Menurut Herman Hudoyo (1990 h.4) secara singkat dapat dikatakan bahwa

matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara

hierarkis dan penalarannya deduktif.

Tambunan (1987 h.29) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan

mengenai kuantitas dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang

sistematis, teratur dan eksak. Matematika adalah angka-angka perhitungan yang

merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan

secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu

mengenai logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas faktor-faktor

dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan bentuk. Matematika

adalah ratunya ilmu.

Berdasarkan pernyataan para ahli matematika di atas, dapat dikatakan bahwa

matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-

bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungannya diantara hal-hal itu. Untuk

dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan

tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar

matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang

sedang dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut.

b. Teori-teori Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di SD terutama di kelas rendah merupakan

pembelajaran yang utama, khususnya pembelajaran materi berhitung, karena materi ini

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

8

merupakan materi dasar. Apabila seorang siswa tidak menguasai materi ini, maka ia

akan mengalami kesulitan pada saat mempelajari materi matematika yang lain.

Beberapa teori belajar matematika.

1. Teori Belajar Bruner

Jerome S. Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami

atau mengenal peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model

mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau yang dikenalnya. Menurut

Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi

tiga tahapan, yaitu sebagai berikut.

a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) yaitu tahap pertama anak belajar

konsep yang berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di

dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak atik, dan bentuk-

bentuk gerak yang lainnya

b) Tahap ikonik atau tahap gambar bayangan (Iconic) yaitu tahapan dimana anak telah

mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk

bayangan mental. Dengan kata lain, anak dapat membayangkan kembali atau

memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami

atau dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda

riil itu tidak lagi berada di hadapannya.

c) Tahap simbolik (symbolic) yaitu tahapan dimana anak dapat mengutarakan

bayangan mental dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan

suatu simbol, maka bayangan mental yang ditandai dengan simbol itu akan dapat

dikenalnya kembali.

Penerapan ketiga tahapan diatas dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

berikut.

1) Tahap pertama dimulai dari model konkret, yaitu menggunakan benda-benda

nyata yang ada di sekitar anak, misalnya : buku tulis, pensil,kembang gula, dan

lain-lain.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

9

2) Tahap ke dua menggunakan model semi konkret (model gambar), tidak

menggunakan benda-benda nyata, misalnya gambar buku, pensil, kelereng, dan

lain sebagainya Atau menggunakan model semi abstrak (model diagram), yang

tidak lagi menggunakan gambar, tetapi cukup menggunakan tanda-tanda

tertentu misalnya menggunakan turus (tally) bundaran, dan lain sebagainya.

3) Tahap ke tiga menggunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat

mengerti arti tiga dan arti dua tanpa bantuan apa-apa. Tahap terakhir merupakan

wujud dari pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol yang padat arti dan

bersifat abstrak.

Dari ketiga tahapan belajar diatas maka jelaslah bahwa untuk memudahkan

pemahaman dan keberhasilan siswa dalam pemebelajaran matematika haruslah

secara bertahap.

c. Karakteristik Pembelajaran Matematika

1. Pembelajaran matematika dilakukan secara berjenjang, dimulai dari konsep

sederhana bergerak ke konsep yang lebih sukar. Dari hal yang konkrit bergerak ke

semi konkrit, kemudian semi abstrak dan terakhir abstrak.

2. Pembelajaran matematka mengikuti metoda spiral. Konsep baru diperkenalkan

dengan mengaitkannya dengan konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini

merupakan prinsip belajar bermakna atau belajar dengan pemahaman. Konsep

baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep sebelumnya.

3. Pembelajaran matematika menekankan penggunaan pola deduktif, yaitu memahami

suatu konsep melalui pemahaman definitif kemudian ke contoh-contoh. Di sekolah

dasar ditempuh pola pendekatan induktif yaitu mengenal konsep melalui contoh-

contoh. Hal ini disebabkan alasan psikologis yaitu siswa sekolah dasar masih pada

tingkat berpikir konkrit.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, yaitu suatu pernyataan

dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap

benar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

10

d. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1. Tujuan Umum

a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, dan efektif.

b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan.

2. Tujuan Khusus

a) Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di SMP.

d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

e. Pendekatan Pembelajaran Matematika

1. Pendekatan belajar aktif.

Pendekatan belajar aktif yaitu pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa

secara fisik, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang

maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2. Pendekatan Terpadu.

Pendekatan terpadu dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui konsep dari

beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan dari

konsep yang bersangkutan. Pengertian kebermaknaan inilah yang dapat

menyebabkan siswa memahami suatu konsep secara mantap.

3. Pendekatan Kontruktifisme.

Pembelajaran matematika secara kontruktifis merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran di kelas melalui tiga fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

11

dan aplikasi konsep. Melalui tiga fase ini, siswa dibimbing membentuk

pemahamannya. Selanjutnya siswa dikatakan memahami matematika secara

bermakna apabila ia memahami secara konseptual dan prosedural.

Kebermaknaan pemahaman tersebut akan dapat dicapai melalui pembelajaran

komtruktifis.

4. Pendekatan Realistik

Pembelajaran matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan ketrampilan proses,

berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga

mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematka

untuk menyelesaikan masalah, baik secara induvidu maupun kelompok.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa

sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh

pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan

implikasi dari prinsip kesiapan ini.

2. PerhatianPerhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek.

Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

3. Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu

aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

12

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses

pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.

5. Mengalami sendiri

Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih

mendalam.

6. Pengulangan

Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan

kemampuan dan pemahaman materi.

7. Balikan dan Penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.

Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang

telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

8. Perbedaan individual

Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan

minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap

berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam model pembelajaran tipe jigsaw, semua siswa diwajibkan belajar satu dengan

yang lain. Informasi belajar (pelajaran) dibagi dalam beberapa bagian. Setiap anggota

kelompok diwajibkan mempelajari satu bagian pelajaran tersebut dan setelah itu

mengajarkan bagian yang dipelajari kepada teman atau anggota yang lain dalam satu

kelompok. Seluruh tugas kelompok merupakan tugas bersama, dengan demikian semua

anggota kelompok mendapatkan semua informasi belajar atau pelajaran (Chng, M.S,

1983:viii dalam Ms. Ng Khar Thoe, tth:1.)

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mencakup langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

13

a. Kelompok cooperative (awal)

1) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang

2) Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan

3) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang

berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya

b. Kelompok ahli

1) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama

dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan

wacana/tugas yang telah dipersiapkan

2) Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk

menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung

jawabnya

3) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat

menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah

dipahami kepada kelompok cooperative

c. Kelompok cooperative (akhir)

1) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-

masing siswa kembali kelompok cooperative (awal)

2) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk

menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli

3) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan

masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan

kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota

kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru

harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik

bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri

dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik

tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

14

Langkah – langkah Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw(oleh Aronson. dkk di Universitas

Texas)

1. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang

sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan

pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk

mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan

memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang

diberikan.

2. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada

kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah

mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus

mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di

kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada

kelompok asal.

3. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim

yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki

tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk

mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.

Berdasar uraian di atas dapat dikaji bahwa langkah–langkah pembelajaran yang

dikemukakan oleh Chng, M.S, 1983:viii dalam Ms. Ng Khar Thoe, tth:1.dan Aronson. dkk di

Universitas Texas hampir sama hanya dalam penerapan dalam pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw agak berbeda

Dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran tipe jigsaw yang dikemukakan

diatas dapat memotivasi anak dalam belajar,kerja sama dalam kelompok, guru sebagai

fasilitator harus pandai mengembangkan model kooperatif tipe jigsaw yang sesui dengan

linkungan belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru hendaknya dapat

memilih alat peraga yang menarik minat siswa dalam pembelajaran agar dapat

meningkatkan hasil belajar sesuai yang diharapkan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

15

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Iis Holisin (2006), Meningkatkan Partisipasi siswa kelas VII SMP Maryam Surabaya dalam

Pembelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa meningkatkan

partisipasi siswa kelas VII SMP Maryam Surabaya dalam pembelajaran matematika

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan dengan cara sebagai

berikut.

1. Mengembangkan RP yang didesain sesuai dengan langkah-langkah pada model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Pembentukan kelompok asal

b. Pembagian tugas

c. Siswa yang mendapat tugas sama berkumpul dalam satu kelompok,dan disebut

kelompok ahli

d. Membaca (siswa membaca buku siswa)

e. Diskusi kelompok (pada kelompok ahli)

f. Laporan tim (menjelaskan pada kelompok asal)

g. Kuis (mengerjakan LKS)

h. Penghargaan tim

2. Mendesain buku guru. Buku ini merupakan panduan bagi guru untuk membimbing

siswa selama proses pembelajaran.

3. Mendesain buku siswa. Buku siswa ini merupakan kumpulan dari lembar ahli yang

berisi uraian materi masing-masing topik. Selain buku siswa disusun juga LKS

untuk tiap topik.

4. Setelah dilakukan pengamatanterhadap aktifitas siswa, diperoleh rata-rata kadar

partisipasi aktif siswa sebesar 54,309 % pada siklus I dan 63,488 % pada siklus 2.

5 Respon siswa terhadap KBM dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

positif. Hal ini dapat dilihat dari prosentase siswa yang merasa sangat senang dan

senang terhadap materi sebanyak 87,87%,sangat senang dan senang terhadap

LKS sebanyak 90,9%,sangat senang dan senang terhadap cara guru mengajar

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

16

sebanyak 96,97%, sangat senang dan senang terhadap kuis yang diberikan

sebanyak 96,96%.Selain itu 93,93% siswa sangat berminat untuk mengikuti KBM

berikutnya seperti yang telah dilakukan ,yaitu dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

Agus,Ria Noviana(2008) Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bangun datar segi tiga,trapezium,belah ketupat,jajar genjang dan laying-layang

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pembelajaran Bangun

Datar segi tiga,trapesium,belah ketupat,jajar genjang dan layang-layang Melalui

Pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw siswa yang mempunyai skor ≥ 65 sebesar 70%.

(2) Dari data hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan hasil belajar siswa

pada pembelajaran bangun datar segi tiga,trapesium,belah ketupat,jajar genjang dan

layang-layang.

Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw yang

dilaksanakan oleh Iis Holisin (2006),telah berhasil untuk Meningkatkan Partisipasi siswa

dalam pembelajaran matematika,sedangkan Agus,Ria Noviana(2008) dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika. Untuk itu penulis akan menerpkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri

Kambangan 01 tahun pelajaran 2011/2012.

Dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memotivasi

siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala

psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat

teratasi.sehingga berpengaruh pada hasil ketuntasan hasil yang meningkat juga.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

17

2.3 Kerangka Pikir

Setelah memahami pengertian dari metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di

atas, dapat dipertegas bahwa tipe jigsaw (semua siswa belajar satu dengan yang lain)

merupakan alat utama untuk meningkatkan hasil belajar Matematika.Berdasar hal

tersebut, di bawah ini disampaikan bentuk kerangka pemikiran perbaikan pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar di kelas V SD Negeri Kambangan 01 kecamatan Blado

Kabupaten Batang.

KERANGKA PIKIR

Alur Pembelajaran Konvensional ke Pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw

Model Pembelajaran

berpusat pada guru

Model Pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

Model Pembelajaran

berpusat pada siswa

Hasil Belajar < KKM

Langkah 2 1. Kumpulkan masing-

masing siswa yang memiliki wacana/tugas

yang sama dalam satu kelompok

sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan

wacana/tugas yang telah dipersiapkan

2. Dalam kelompok ahli ini

ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk

menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas

yang menjadi tanggung jawabnya

3.Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative

Langkah I

1.Siswa dibagi ke

dalam kelompok kecil

yang beranggotakan 3-

5 orang

2.Bagikan wacana atau

tugas yang sesuai

dengan materi yang

diajarkan

3. Masing-masing siswa dalam kelompok

mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda dan

memahami informasi yang ada di dalamnya

Langkah 3

1. Apabila tugas sudah

selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing- masing siswa kembali kelompok cooperative

(awal)

2. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing

siswa untuk menyampaikan hasil dari

tugas di kelompok ahli

3.Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya,

secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi

Hasil belajar > KKM

Penilaian proses belajar

Tes Formatif

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2153/3/T1_262010842_BAB II… · Pada tahap ini anak masih gerak reflek dan coba-coba, belum

18

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dan kajian teori, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini

adalah: ”Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkakan hasil

belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Kambangan 01 Kecamatan Blado Kabupaten

Batang Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”