bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 belajar dan...

15
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar Secara formal belajar dapat didefinisikan sebagai tingkah laku yang dikaitkan dengan kegiatan sekolah. Belajar merupakan kegiatan fisik atau badaniah yang hasilnya berupa perubahan-perubahan dalam fisik itu, misalnya dapat berlari, mengendarai, berjalan, dan sebagainya. Belajar selain merupakan aktivitas fisik juga merupakan kegiatan rohani atau psikis. Belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar merupakan bentuk pertumbuhan dan perkembangan dalam diri seorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seorang dikatakan belajar apabila di asumsikan dalam diri seorang tersebut mengalami suatu proses kegiatan belajar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang menghasilkan atau membuat suatu perubahan tingkah laku yang ada dalam dirinya dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan, sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif artinya mencari kesempurnaan hidup. Belajar itu sendiri terdiri dari berbagai tipe yaitu: (1) menghafal dalam pelajaran dengan sedikit tanpa memahami artinya, misalnya rumus-rumus matematika; (2) memperoleh pengertian-pengertian yang sederhana, seperti kenyataan empat ditambah lima semua berjumlah sembilan; (3) menemukan dan memahami hubungan yang menghendaki respon-respon logis dan benar-benar psikologis. Memahami beberapa konsep yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan fisik dan badaniah yang akan mengubah tingkah laku seseorang yang di dapat dari hasil pengalaman dan latihan yang bersifat positif. Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang 6

Upload: danghuong

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

47

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar

Secara formal belajar dapat didefinisikan sebagai tingkah laku yang

dikaitkan dengan kegiatan sekolah. Belajar merupakan kegiatan fisik atau

badaniah yang hasilnya berupa perubahan-perubahan dalam fisik itu, misalnya

dapat berlari, mengendarai, berjalan, dan sebagainya. Belajar selain merupakan

aktivitas fisik juga merupakan kegiatan rohani atau psikis.

Belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai

seluruh pribadi anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar.

Pendapat lain mengatakan bahwa belajar merupakan bentuk pertumbuhan dan

perkembangan dalam diri seorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seorang dikatakan belajar apabila

di asumsikan dalam diri seorang tersebut mengalami suatu proses kegiatan

belajar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Dijelaskan pula bahwa

belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang menghasilkan atau membuat

suatu perubahan tingkah laku yang ada dalam dirinya dalam pengetahuan, sikap

dan ketrampilan, sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku

yang positif artinya mencari kesempurnaan hidup. Belajar itu sendiri terdiri dari

berbagai tipe yaitu: (1) menghafal dalam pelajaran dengan sedikit tanpa

memahami artinya, misalnya rumus-rumus matematika; (2) memperoleh

pengertian-pengertian yang sederhana, seperti kenyataan empat ditambah lima

semua berjumlah sembilan; (3) menemukan dan memahami hubungan yang

menghendaki respon-respon logis dan benar-benar psikologis. Memahami

beberapa konsep yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan kegiatan fisik dan badaniah yang akan mengubah tingkah laku

seseorang yang di dapat dari hasil pengalaman dan latihan yang bersifat positif.

Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha

penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

7

menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melalui belajar dapat diperoleh hasil

yang lebih baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 11), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (2007: 24), hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran

atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah

laku yang lebih baik lagi.

Menurut Rohman Natawidjaya (1992: 29) mengemukakan bahwa “Wujud

lain dari hasil belajar adalah keterampilan individu menggunakan berbagai cara,

seperti cara berorganisasi, membaca puisi, belajar yang efisien dan membaca

yang baik.”

Penilaian adalah proses pengumpulan data/bukti untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka penilaian kelas dapat

diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk

mengukur proses dan hasil belajar siswa. Definisi ini selaras dengan definisi yang

dikemukakan oleh O’Malley dan Valdez Pierce (1996) yang menyatakan bahwa

penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang merefleksikan proses belajar

siswa, kemampuan siswa, motivasi dan sikap-sikap siswa dalam pembelajaran.

Definisi ini menyatakan bahwa fokus penilaian kelas adalah proses dan hasil

belajar siswa.

Menurut Chasimar Saleh (1988: 54) “Penilaian hasil belajar digunakan

untuk melihat keberhasilan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan”.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

8

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa hasil belajar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah nilai hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa setelah mendapatkan proses pembelajaran di kelas

sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan, yaitu pokok bahasan

membuat pantun.

2.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang Pantun

Pengertian bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh warga

negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga. Bahasa indonesia

merupakan salah satu bahasa terbesar di dunia.

Menurut Annie Oktaviani (2010: 23) menyatakan bahwa Bahasa

Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa

Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai

berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa

kerja.

Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah suatu varian

bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya

sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses

pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak

dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan

"imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini

menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu

yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa

Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata

baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan

bahasa asing.

Menurut Anton M. Moeliono (1995: 77) bahasa diartikan sebagai sistem

lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

9

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005: 1), memberikan dua

pengertian bahasa. Pengertian pertama mengatakan bahasa sebagai alat

komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang

mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer (tetap).

Menurut Owen dalam Setiawan (2006: 21), bahasa yaitu sebagai kode

yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan

konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-

simbol yang diatur oleh ketentuan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang

digunakan sebagai penghantar pendidikan diperguruan-perguruan di Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(1) Mendengarkan; (2) Berbicara; (3) Membaca; (4) Menulis. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia Kelas IV Semester II dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas IV Semester II

No Kompetensi Dasar

5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

5.2 Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat

6.1 Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat

6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan

7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif

7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat

7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat

8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll)

8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan

8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.)sesuai dengan ciri-ciri pantun

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

10

Menurut E. Kosasih (2008: 23) mengatakan bahwa “Umumnya pantun

merupakan sajak percintaan yang lebih sering dinyatakan pada waktu perayaan,

misalnya pernikahan. Bentuknya terdiri dari empat baris. Kedua baris pertama

memuat perumpamaan atau ibarat, atau ucapan yang tidak bermakna, yang

fungsinya hanya sebagai penyelaras rima. Sedangkan kedua baris terakhir

merupakan isi (pesan)-nya, yang mungkin di dalamnya berupa nasihat, berisi

kerinduan, sindiran, teka-teki ataupun guyonan”.

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal

dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai

parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun

terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan

pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya

merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran

adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam, dan biasanya tak

punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk

mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan

tujuan dari pantun tersebut. Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan

pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan

pantun "versi pendek" hanya dua baris, sedangkan talibun adalah "versi panjang",

enam baris atau lebih.

2.1.3 Permainan Kartu Kata

Menurut Anggani Sudono (2000: 77) bermain pada hakekatnya adalah

meningkatkan daya kreativitas dan citra diri anak yang positif. Pada halaman 7

dikemukakan bahwa alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan

oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat

seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya,

merangkai, membentuk, menyempurnakan suatu desain atau menyusun sesuai

bentuk utuhnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

11

Arti bermain menurut Moeslichatoen (1999: 24) merupakan bermacam

bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat

nonserius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara

imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain

mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak.

Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17) permainan adalah

bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari

proses pembentukan kepribadian anak. Selanjutnya Andang Ismail (2009: 26)

menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian, 1) permainan adalah sebuah

aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau

kalah; 2) permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam

rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-

kalah.

Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan

bahwa definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang

sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan

prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih

baik.

Menurut Andang Ismail (2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai

suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik

fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Menurut Joan Freeman (2003: 42) definisi permainan adalah suatu

aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang

dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai

perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa

yang tidak dikenali sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat

sampai mampu melakukan. Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting

bagi anak seperti halnya kebutuhan terhadap makanan bergizi dan kesehatan

untuk pertumbuhannya (Padmonodewo, 2002). Cohen (1993: 15) juga

menganggap bahwa bermain merupakan pengalaman belajar. Bermain bagi anak

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

12

memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan

sehari-hari.

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, 1991 (dalam Wood,

1996:3) permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) permainan dimotivasi secara

personal, karena memberi rasa kepuasan; (2) pemain lebih asyik dengan aktivitas

permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya; (3) aktivitas permainan

dapat bersifat nonliteral(tidak teratur/ bebas); (4) permainan bersifat bebas dari

aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat

dimotivasi oleh para pemainnya; (5) permainan memerlukan keterlibatan aktif dari

pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas

yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk

pengandaian misalnya bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna.

Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman

menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan

secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri

siswa sendiri secara spontan.

Menurut Hidayat (1980: 5) permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)

adanya seperangkat pengetahuan yang eksplisit yang mesti diindahkan oleh para

pemain; (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti

dilaksanakan.

Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan

dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan

menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak

memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan

permainan bahasa. Sebaiknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan

bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut

permainan bahasa. Sebuah permainan disebut permainan bahasa, apabila suatu

aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan

berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Setiap permainan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

13

bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung

dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

“Kartu kata” terdiri dari dua kata, yaitu “kartu” dan “kata”. Menurut Anton

M. Moeliono (1995: 448), kartu artinya kertas tebal berbentuk persegi panjang

(untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis), sedangkan “kata” artinya

unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa atau

satuan (unsur) bahwa yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang

bebas.

Menurut Suyatno (2010: 67) mengatakan bahwa “Teknik kartu kata

merupakan teknik pembelajaran kata majemuk melalui kartu. Kartu tersebut

berukuran 2 cm lebarnya dan panjang 15 cm yang di dalamnya tertulis kata

tunggal. Permainan ini dapat diterapkan secara individu dan kelompok. Teknik

pembelajaran kartu kata ini bertujuan agar siswa dapat dengan mudah, senang

dan bergairah dalam memahami kata majemuk melalui proses yang dilalui

sendiri”.

Dari definisi dua kata tersebut di atas, dapat diambil pengertian bahwa

“kartu kata” adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang yang berisi unsur

bahasa terkecil yang dapat diujarkan atau dituliskan.

Pengertian kartu kata dalam penulisan ini adalah suatu kartu yang

bertuliskan kata-kata yang digunakan sebagai media atau alat dalam proses

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan

perbendaharaan kata bagi siswa.

Permainan kartu kata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, tindakan

atau gerakan anak-anak sendiri yang terikat dengan peraturan yang telah di

tetapkan dengan menggunakan alat kartu kata. permainan dengan kartu kata tidak

hanya menarik tetapi jika diterapkan dengan baik, permainan tersebut juga

memberikan kelancaran pada siswa untuk mempraktekkan berbicara atau

berkomunikasi. Apabila seorang anak sedang melakukan permainan dengan kartu

kata, anak tersebut akan merasa terlibat, senang, berusaha mengatasi kesukaran

yang dihadapinya, tanpa merasakan waktu yang telah dilalui. Dengan demikian

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

14

permainan kartu kata dapat membantu mengurangi atau menghilangkan

kebosanan dalam belajar, dalam hal ini untuk belajar kemampuan bahasa.

Permainan dengan kartu kata dapat mengasah ketajaman atau kepekaan

penglihatan. Hal tersebut sangat baik untuk dikembangkan, karena akan

membantu anak agar lebih mudah belajar mengenal dan mengingat bentuk-bentuk

atau kata-kata tertentu yang akhirnya memudahkan anak untuk membaca serta

menulis di kemudian hari.

Menurut Norhayati (2011) permainan kartu kata dalam pantun misalnya

diberikan kata sekolah, maka siswa membuat pantun yang didalamnya memuat

kata sekolah misalnya:

Di sana gunung di sini gunung

Di tengah-tengah gunung Rajabasa

Ke sana bingung ke sini bingung

Lebih baik ke sekolah saja.

Dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa permainan adalah

kegiatan melakukan sesuatu baik dengan atau tidak menggunakan alat tertentu

dengan tujuan untuk bersenang-senang. Kartu kata adalah kertas tebal dengan

ukuran tertentu yang berisi kata-kata. Jadi permainan kartu kata adalah permainan

dengan menggunakan kertas tebal yang berukuran tertentu yang didalamnya

berisi kata-kata.

2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang Pantun dengan Permainan Kartu

Kata

Penerapan permainan kartu kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,

kartu kata sebagai media pembelajaran sangat membantu siswa dalam membuat

pantun. Kartu kata tersebut berbentuk persegi panjang yang berisi satu kata yang

akan dibuat satu bait pantun oleh siswa.

Langkah-langkah permainan kartu kata dalam membuat pantun pada

pelajaran Bahasa Indonesia: (1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai

atau materi + 5 menit; (2) guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok;

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

15

(3)setiap kelompok diberi kartu berbentuk persegi panjang yang berisi satu kata;

(4) siswa membuat satu bait pantun berdasarkan kata yang ada pada kartu

tersebut; (5) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya; (6) siswa yang lain

boleh menanggapi dengan bimbingan guru.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Adi Roeswigijanto (2009) penelitian yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Membuat Pantun Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Menggunakan Permainan Kartu Kalimat Siswa Kelas IV MIN I Malang”. Hasil

Penelitian pra tindakan dilakukan untuk mengetahui kemampuan membuat pantun

yang dilakukan siswa. Hasil tes pra tindakan diperoleh skor rata-rata kelas 48,7, ini

menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berhasil karena rata-rata kelas

masih kurang dari 75%. Hal ini disebabkan siswa masih belum terlatih untuk

menyusun dan membuat pantun. Pada siklus I hasil belajar diperoleh rata-rata

kelas 62,2 atau ada peningkatan 32% dari nilai pada pra tindakan, untuk nilai

ketuntasan kelas masih belum terpenuhi persentase siswa yang tuntas hanya 38%

atau kurang dari 80%. Oleh karena itu siklus I belum berhasil dan dilanjutkan pada

siklus II. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan

dengan menggunakan media kartu kalimat atau pantun dengan cara siswa

membuat sendiri kartu tersebut. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, nilai

rata-rata kelas 78,3 atau di atas 79% siswa telah tuntas. Peningkatan yang terjadi

dari siklus I ke siklus II adalah 41%. Penerapan dari penggunaan permainan kartu

kalimat untuk menyusun pantun dilihat dari aktivitas, kreativitas, peran guru dan

suasana pembelajaran siswa kelas IV MIN I Malang yaitu, aktivitas siswa

meningkat, kreativitas siswa bertambah, peran guru sebagai fasilitator, dan

suasana pembelajaran semakin menyenangkan.

Yuyun Setyaningsih (2008) penelitian yang berjudul “Penggunaan alat

permainan kartu kata bergambar untuk meningkatkan keterampilan membaca dan

menulis siswa kelas I SDN Ternyang 02 Kecamatan Sumberpucung Kabupaten

Malang”. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)

model kolaboratif, yaitu kerjasama antara peneliti dengan guru kelas. Hasil

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

16

penelitian menunjukkan bahwa kecermatan dalam memilih, menata dan

mempresentasikan materi pelajaran mempengaruhi hasil belajar. Keterlibatan kelas

dalam proses pembelajaran mencapai 70% pada siklus 1 dan 95% pada siklus II.

Keterampilan membaca kelas mencapai 75% pada siklus 1 dan 95% pada siklus II

dengan peningkatan sebesar 13%. Keterampilan menulis kelas mencapai 80%

pada siklus 1 dan 95% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 14%. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan kartu kata

bergambar dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa serta

memberikan nuansa belajar yang menyenangkan. Melalui kartu kata bergambar

siswa dapat membuat 5 kalimat sederhana dan membuat cerita sederhana.

Siswati (2011) penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan

Membaca permulaan Melalui Permainan Kartu Kata Tipe Index Card Match Pada

Siswa Kelas I SD Negeri Kutasari 05 Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian

ini adalah (1) adanya peningkatan rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa dari

sebelumnya pada sebelum tindakan 75,05; kemudian pada siklus I menjadi 78;

naik menjadi pada siklus II 92, (2) adanya peningkatan persentase ketuntasan

belajar siswa sebelum tindakan hanya 64%; pada tes siklus I menjadi 76%;

kemudian pada siklus II menjadi 94%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa melalui permainan kartu kata mampu meningkatkan

keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I SD N Kutasari 05

Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.

Erna Fitriyah (2010) penelitian yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan

Menulis Pantun Sesuai Dengan Syarat-Syarat Pantun Siswa Kelas VII MTs Al

Hidayah Malang dengan menggunakan daftar kosakata”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa media daftar kosakata dapat meningkatkan kemampuan

menulis pantun. Pada siklus I tahap pramenulis dari 24 siswa yang mendapat

tindakan 18 siswa dikatakan berhasil mencapai nilai rata-rata kelas diatas SKM

(>70), dengan rincian 9 siswa mencapai kriteria sangat baik dengan rentangan nilai

90- 100, 7 siswa mencapai kriteria baik dengan rentangan nilai 80-89 dan 1 siswa

mencapai kriteria cukup dengan rentangan nilai 71-79. Dalam tahap pramenulis

masih terdapat 6 siswa yang mendapat nilai rata-rata kelas dibawah SKM (70),

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

17

dengan rincian 10 siswa mencapai kriteria sangat baik dengan rentangan nilai 90-

100, 6 siswa mencapai kriteria baik dengan rentangan nilai 80-89 dan 1 siswa

mencapai kriteria cukup dengan rentangan nilai 71-79. Dalam tahap ini ditemukan

7 siswa yang mencapai nilai rata-rata kelas dibawah SKM (70), dengan rincian 20

siswa mencapai kriteria sangat baik, dan 4 siswa mencapai kriteria baik. Pada

siklus II didapatkan hasil semua siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas

diatas SKM. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk Kepala Sekolah dan

guru agar menggunakan media daftar kosakata sebagai salah satu media

pembelajaran menulis pantun atau puisi, sebab daftar kosakata merupakan sebuah

daftar yang berisi sejumlah nama benda yang sering ditemui dalam kehidupan

siswa sekaligus dapat memperluas kosakata siswa dan mudah dipahami serta

dapat membantu siswa dalam mengatur pola sajak pantun yang harus a-b-a-b.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut memiliki persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan dalam

penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian yang berupa penelitian tindakan

kelas, sedangkan instrumen yang digunakan sama-sama menggunakan instrumen

yang berupa tes dan nontes. Instrumen yang berupa tes diperoleh dari hasil

tes/evaluasi siswa, sedangkan instrumen yang berupa nontes siswa diperoleh dari

deskriptif data kualitatif.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti-peneliti tersebut adalah

terletak pada masalah yang dikaji, tujuan penelitian, variabel penelitian, subjek

penelitian, serta kompetensi yang digunakan. Peneliti mengkaji masalah seberapa

besar peningkatan keterampilan membuat pantun menggunakan kartu kata pada

siswa kelas IV SD Negeri Gondang Kecamatan Watumalang Kabupaten

Wonosobo. Variabel penelitian yang digunakan adalah keterampilan siswa dalam

pembelajaran membuat pantun, keterampilan guru dalam pembelajaran membuat

pantun dan hasil belajar keterampilan membuat pantun siswa kelas IV. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Gondang Kecamatan Watumalang

Kabupaten Wonosobo dan guru kelas IV SD Negeri Gondang Kecamatan

Watumalang Kabupaten Wonosobo.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

18

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam memberikan pembelajaran seorang guru dituntut untuk melakukan

berbagai upaya dan berbagai cara sekreatif mungkin agar siswa benar-benar

paham dengan apa yang disampaikan oleh seorang guru, diantaranya memillih

strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan disamping itu juga penggunaan

media dan sumber belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

optimal. Salah satu cara dengan penggunaan permainan yang dapat memotifasi

siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu dapat

meningkatkan keterampilan menbuat pantun pada siswa kelas IV SD Negeri

Gondang Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Dari uraian tersebut

dan berdasarkan beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang relevan maka

penulis memiliki pendapat atau gagasan. Adapun alur kerangka pemikiran yang

ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari

pokok-pokok permasalahan dilukiskan dalam sebuah skema.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

19

Skematis uraian di atas data digambarkan kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Gambar 1.

Skema Kerangka Berpikir

KONDISI

AWAL

GURU:

Pembelajaran tanpa

permainan kartu kata

SISWA:

Nilai Bahasa Indonesia

rendah < KKM (70)

TINDAKAN

Menerapkan

pembelajaran dengan

permainan kartu kata

SIKLUS I:

Melalui permainan kartu kata

hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa meningkat

tetapi belum tuntas

SIKLUS II:

Melalui permainan kartu

kata hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa meningkat

dan tuntas

KONDISI

AKHIR

Melalui permainan kartu

kata hasil belajar Bahasa

Indonesia bagi siswa

kelas IV semester II

tahun pelajaran

2011/2012 meningkat

dan tuntas 100% > KKM

(70)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1061/3/T1_292010625_BAB II.pdf · yang lebih baik. Menurut Dimyati dan ... Sebuah

20

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Penggunaan

permainan kartu kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membuat

pantun dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester II SD Negeri

Gondang Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran

2011/2012.