bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1eprints.umm.ac.id/46838/3/bab ii.pdfpembinaan kesiswaan...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II mendeskripsikan tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan
dan kerangka berpikir.
2.1 Kajian Teori
Kajian teori berisi tentang teori, dalil, hukum, rumus , model atau konsep
sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian teori dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.1.1 Pembinaan Kesiswaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pembinaan berasal dari
kata “bina” yang berasal dari bahasa Arab “bana” yang berarti membina,
membangun, mendirikan dan mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga
menjadi kata pembinaan yang berarti usaha, tindakan dan kegiatan. Menurut
Wahjosumidjo (2010:241) pembinaan berarti usaha atau kegiatan memberikan
bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan, arahan terhadap pola pikir, sikap
mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
Tujuan pembinaan kesiswaan:
1. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan
sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan
pendidikan
2. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang
meliputi bakat, minat dan kreatifitas
3. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi
unggulan sesuai bakat dan minat
4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang
berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi
manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil
society).
10
Menurut Wahjosumidjo (2010:241) pembinaan kesiswaan merupakan
bagian yang terintegrasi dari kebijakan pendidikan dan dijalankan sesuai program
kurikuler. Program kurikuler tidak terlepas dari program ekstrakurikuler yang
merupakan pendukung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan tersebut adalah diciptakannya masyarakat Indonesia yang berwawasan
luas serta berbudaya.
Tujuan yang hendak dicapai dari pembinaan kesiswaan OSIS menurut
Wahjosumidjo (2010:242) antara lain: (1) mengusahakan agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; (2) membentengi siswa
agar tidak terpengaruh dengan hal negatif baik dari dalam maupun luar sekolah;
(3)membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan wiyatamandala agar siswa
terhindar dari pengaruh negatif yang bertolak dengan peraturan sekolah;
(4)membiasakan perilaku berbangsa dan bernegara yang baik; (5) mendalami
penghargaan dan peresapan keterampilan; (6) meningkatkan kegiatan non
akademik sebagai penunjang kegiatan di dalam kelas; (7) menumbuhkan jiwa
yang memiliki semangat 45; (8) memiliki kesehatan jasmani dan rohani.
Pembinaan kesiswaan sebagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan
siswa diluar kegiatan intrakurikuler atau kegiatan akademik. Salah satu kegiatan
pembinaan kesiswaan adalah menggali minat dan bakat siswa agar menjadi
sesuatu yang bermanfaat di kemudian hari. Dilakukan dalam kegiatan OSIS,
pembinaan kesiswaan memiliki materi dan jenis kegiatan yang termuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 antara lain: (1)
Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2)
Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara; (3)
11
Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia; (4) Pembinaan demokrasi, hak
asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial
dalam konteks masyarakat plural; (5)Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau
olahraga sesuai bakat dan minat; (6) Pembinaan sastra dan budaya; (9) Pembinaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK); (7) Pembinaan kualitas jasmani,
kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi; (8) Pembinaan
kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan; (10) Pembinaan komunikasi dalam
bahasa Inggris.
2.1.2 Penumbuhan dan Penguatan
Penumbuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan menumbuhkan: esensi deregulasi bertujan mengupayakan. Penumbuhan
berarti menumbuhkembangkan bibit yang sudah tertanam. Penumbuhan menurut
Megawangi (2009:27) adalah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang
seperti layaknya menyemai benih, yaitu usaha yang dilakukan secara optimal,
baik dan menyeluruh kepada anak didik dengan menekankan pada aspek knowing,
feeling dan acting yang hasilnya akan terlihat pada waktu yang akan datang.
Winataputra (2005:18) menjelaskan penguatan merupakan tanggapan
terhadap perilaku siswa yang mencerminkan perilaku positif agar dapat diulangi
secara berkelanjutan. Pendapat selanjutnya diutarakan oleh Nurhasnawati
(2005:17) yang menjelaskan bahwa penguatan (reinforcement) adalah tanggapan
positif yang dilakukan guru untuk merangsang siswa sehingga giat dalam belajar.
Kemudian Asril (2010:77) mengatakan penguatan adalah respon terhadap tingkah
laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah
12
laku tersebut. Penguatan tidak boleh dianggap sepele dan sembarangan, tetapi
harus mendapat perhatian serius.
Prayitno (2009:52) mengatakan penguatan sebagai langkah aktif guru
sebagai pendidik untuk meningkatkan perilaku positif yang ada dalam diri siswa.
Penguatan tersebut hanya dilakukan untuk perilaku yang sifatnya positif, bukan
negatif. Terkhusus perilaku yang muncul pada disri siswa setelah melakukan
upaya untuk mengembangkan diri sendiri. Penguatan dapat dilakukan guru
dengan upaya memberikan penghargaan atau hadiah kepada siswa yang
melakukan tindakan positif sebagai bentuk apresiasi dengan harapan mampu
menghilangkan perilaku negatif yang ada pada diri siswa menjadi perilaku positif
secara menyeluruh. Dengan kapasitas perilaku positif yang lebih dominan
diharapkan dapat menjadi penunjang agar siswa berperan aktif untuk mencapai
tujuan pendidikan. Menurut Usman (2013:81) penguatan memiliki pengaruh
berupa sikap positif terhadap proses belajar dan bertujuan sebagai berikut: (1)
Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) Merangsang dan
mingkatkan motivasi belajar; (3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina
tingkah laku siswa yang produktif.
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulanginya kembali perilaku tersebut. Penguatan
dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan,
keantusiasan, kebermaknaan dan menghindari respon yang negatif (Mulyasa,
2011:77). Berdasarkan pemaparan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penguatan adalah suatu perlakuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
13
perilakupositif yang telah tertanam dalam diri pribadi yang dapat dilakukan
dalam skala individu maupun kelompok agar tercapai tujuan yang diharapkan.
2.1.3 Karakter Kepemimpinan
Griek dalam Zubaedi (2012:9) menyatakan bahwa karakter dapat di
definisikan sebagai panduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap,
sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan
yang lain. Karakter menurut (Budiono, 2005:288) dalam kamus ilmiah merupakan
tabiat, watak atau pembawaan. Menurut Kerschensteinr dalam (Kartono,
2005:84), elemen-elemen dasar dari karakter antara lain: (1) daya kemauan pada
aktivitas secara ulet; (2) daya berpikir secara jelas dan logis; (3) sikap halus baik
secara jasmani maupun rohani atau memiliki sikap peka; (4) aufwuhlbarkeit:
kedalaman dan lamanya keharuan jiwa.
Pikiran merupakan komponen terpenting dalam membentuk karakter.
Pikiran menjadi semacam remote control untuk menentukan setiap perilaku
seseorang. Apabila memiliki pola pikir positif maka akan terbentuk karakter
positif, sebaliknya jika memiliki pola pikir negatif maka akan terbentuk karakter
negatif pula. Pikiran memegang peran penting dalam membentuk karakter
seseorang.
Sanusi (2014:15) merangkum pengertian kepemimpinan menurut
para ahli antara lain:
1) Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain
untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok (George P. Terry).
2) Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama
(Rauch & Behling).
3) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain
untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan (Ordway Tead).
14
4) Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar
ikut serta dala mencapai tujuan umum (H. Koontz & C.
Donnell).
Kepemimpinan menurut Locke dalam Pidekso (2001:2) adalah “sebagai
suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama”.
Definisi kepemimpinan tersebut mencakup tiga elemen antara lain: (1)
kepemimpinan adalah konsep hubungan dimana kepemimpinan hanya bisa terjadi
apabila terdapat hubungan antara pemimpin dan pengikut; (2) pemimpin harus
melakukan sesuatu tindakan agar terjadi suatu proses kepemimpinan; (3)
kepemimpinan harus mampu mempengaruhi orang lain dengan berbagai macam
cara sesuai dengan koridor kepemimpinan yang baik sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan.
Menurut Thoha (2010:9) “kepemimpinan adalah kegiatan untuk
memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok”. Menurut Walgito (2003:102) kepemimpinan
adalah gambaran tentang tindakan seseorang yang memiliki sikap sebagai seorang
pemimpin antara lain: (1) memiliki tempat sebagai central; (2) berperan sebagai
penunjuk jalan; (3) sebagai pelopor kegiatan. Dari ketiga hal tersebut dapat
dikatakan bahwa kepemimpinan tidak dititik beratkan pada structural melainkan
fungsi. Oleh sebab itu kepemimpinan dapat dimaknai: (1) kepemimpinan
merupakan ciri-ciri aktivitas seseorang yang dapat memengaruhi pengikutnya; dan
(2) kepemimpinan merupakan suatu instrument untuk dapat melancarkan suatu
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.
Karakter kepemimpinan menurut Kadir (2001:5) merupakan hasil dari
proses pendidikan, pelatihan, talent scouting dan pembiasaan yang dilakukan
15
sepanjang hidup. Secara berkesinambungan dilakukan melalui kemampuan nalar,
kecerdasan spriritul, kecerdasan pikiran yang senada dengan kehidupan yang
dinamis. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakter
kepemimpinan adalah suatu sifat dalam diri manusia yang dapat memengaruhi
perilaku orang lain baik perorangan maupun kelompok.
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang alin agar
mau bertindak sesuai harapan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Karakter kepemimpinan dapat ditumbuhkan dan dikuatkan melalui gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter atau PPK yang didalamnya memuat 5 nilai utama
yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong dan Integritas (RENAMAGI).
Adapun penjelasan tentang 5 nilai karakter utama RENAMAGI menurut
Kemdikbud (2017) adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Religius
Nilai karakter religius merupakan sikap beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang dicerminkan pada perilaku taat terhadap perintah agama atau
kepercayaan yang diyakini. Selain itu juga menghargai perbedaan antar agama
yang tidak dapat di tampik keberadaannya, hidup rukun dan tolong-menolong
antar agama lain. Nilai karakter religius ini mencakup tiga dimensi yaitu: (1)
hubungan manusia dengan Tuhan; (2) hubungan manusia dengan manusia
lainnya; (3) hubungan individu dengan alam semesta.
2.1.3.2 Nasionalis
Nilai karakter nasionalis diterapkan melalui sikap, perilaku dan cara berpikir
yang mencerminkan kecintaan terhadap tanah air dalam berbagai aspek kehidupan
16
baik dari segi politik, ekonomi, budaya, maupun sosial serta menempatkan
kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap lain yang
ditunjukkan antara lain: (1) menghargai budaya lokal; (2) menjaga keragaman
budaya lokal; (3) rela berkorban dan cinta tanah air; (4) menjaga kelestarian
lingkungan; (5) disiplin dan taat terhadap hukum; (6) menghormati agama lain.
2.1.3.3 Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan perilaku tidak bergantung kepada orang
lain dan mampu mencapai tujuan dengan usaha sendiri. Nilai lain yang ada dalam
karakter mandiri adalah: (1) bekerja keras; (2) tangguh; (3) mampu bejuang; (4)
kretif dan inovatif; (5) belajar tiada henti.
2.1.3.4 Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong yaitu senang bekerja sama dengan orang lain,
bersatu untuk menyelesaikan masalah, menjalin keakraban dengan orang lain,
saling berkomunikasi dan memberikan bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan bantuan. Nilai lain dalam gotong royong adalah: (1) toleransi,
menghargai orang lain; (2) menghargai keputusan bersama; (3) diskusi atau
musyawarah untuk mencapai mufakat; (4) tolong-menolong terhadap orang lain;
(5) sikap solidaritas, simpati dan empati.
2.1.3.5 Integritas
Nilai utama dalam karakter integritas adalah mampu menjadikan diri
sebagai orang yang dapat dipercaya, bertanggung jawab dalam setiap perkataan
dan perbuatan. Menyelesaikan pekerjaan dan memiliki komitmen atas hal terebut
serta taat pada nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Orang dengan integritas
selalu mampu bertanggung jawab serta aktif dalam kehidupan sosial masyarakat,
17
cinta kebenaran dan memiliki sifat jujur. Selalu menghargai orang lain serta jauh
dari tindakan yang melanggar hukum dan norma, menjunjung tinggi nilai
kebenaran dan anti korupsi. Mampu menjaga martabat diri dan orang lain.
Berdasarkan penjelasan tentang karakter yang terdapat dalam program
Penguatan Pendidikan Karakter, dapat disimpulkan bahwa integritas merupakan
landasan atau dasar pembentuk karakter kepemimpinan. Integritas penting bagi
seorang pemimpin untuk mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya. Dalam
kepemimpinan yang menjadi syarat utama adalah memiliki integritas. Sebagai
payung utama dalam karakter kepemimpinan yang baik, integritas tetap tidak
dapat berdiri sendiri dan diperlukan karakter lain yang saling berkesinambungan.
2.1.4 OSIS
OSIS atau Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan organisasi yang
berada di tingkat SMP, SMPLB, SMA, SMALB, dan SMK atau yang sederajat.
Pengurus OSIS merupakan siswa yang terpilih melalui seleksi dan anggotanya
adalah seluruh siswa di sekolah. OSIS dibina oleh seorang pembina OSIS yang
merupakan guru atau pihak yang dipilih oleh sekolah.
Menurut Supriatna (2010:14) kepanjangan OSIS memiliki definisi masing-
masing yaitu: (1) organisasi secara umum adalah kelompok yang terbentuk untuk
mencapai tujuan yang sama. Kelompok ini bermaksud untuk mencapai tujuan
pembentukan pembinaan kesiswaan melalui OSIS; (2) siswa adalah seseorang
yang menempati satuan pendidikan; (3) intra adalah berada di dalam sekolah yang
bersangkutan; (4) Sekolah adalah tempat satuan pendidikan yang melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
18
OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siwa di sekolah untuk
mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan
(Wahjosumidjo, 2010:244). OSIS merupakan tempat bagi siswa untuk berlatih
berorganisasi, eksplorasi dan mengembangkan potensi diri. Wadah bagi siswa
untuk mewujudkan pembinaan kesiswaan yang terdapat dalam kegiatan
ekstrakulikuler. OSIS merupakan organisasi wajib yang harus ada di lingkungan
pendidikan pada tingkat SMP, SMPLB, SMA, SMALB, dan SMK. Sejak awal
pembentukannya, OSIS telah memiliki dasar hukum antara lain: (1) Pancasila; (2)
UUD NRI 1945; (3) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan; (5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Kelulusan; (6) Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; (7)
Buku Panduan OSIS terbitan Kemdiknas tahun 2011.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dilakukan oleh Rakhmad Riyadi Tri
Wibowo berjudul “ Manajemen Pembinaan Kesiswaan Melalui OSIS di SMA
Negeri 1 Cilacap”. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pembinaan
kesiswaan sudah dilakukan dengan baik melalui berbagai kegiatan antara lain
MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik), CMB (Cresta Mandala Bhakti) dan
kegiatan wisuda atau purnawiyata.
Perbedaan penelitian Rakhmad Riyadi dengan penelitian ini adalah, dalam
penelitian Rakhmad Riyadi berfokus pada bagaimana mengorganisir atau
mengatur kegiatan pembinaan kesiswaan agar sesuai dengan visi misi dan tujuan
19
pembentukan OSIS di sekolah, sedangkan penelitian ini berfokus pada kegiatan
pembinaan kesiswaan agar menghasilkan capaian sesuai amanat dan tujuan
pembinaan kesiswaan yaitu penumbuhan dan penguatan karakter kepemimpinan.
Penelitian yang senada selanjutnya dilakukan oleh Dyah Nursanti dengan
judul “Peranan Organisasi Siswa Intra sekolah dalam membentuk Karakter Siswa
SMP Negeri di Kabupaten Magelang”. Penelitian tersebut menghasilkan temuan
bahwa kegiatan OSIS dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi
diri sesuai dengan bakat dan minat siswa. Pembentukan karakter yang dicapai dari
melaksanakan kegiatan OSIS adalah mampu memiliki tanggung jawab, rajin,
disiplin, inisiatif, menepati janji, bersemangat dalam demokrasi serta memiliki
pandangan ke depan. Perbedaan penelitian Dyah Nursanti dengan penelitian ini
adalah, penelitian yang dilakukan oleh Dyah Nursanti bertujuan untuk meneliti
tentang karakter apa saja yang akan dibentuk melalui kegiatan OSIS sedangkan
penelitian ini berfokus pada karakter kepemimpinan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alifah Luthfi Aliwardani dengan
judul “Manajemen Pembinaan Kesiswaan dalam Pengembangan Bakat Siswa di
SMA Muhammadiyah 1 Klaten”. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
pelaksanaan manajemen pembinaan kesiswaan dilakukan oleh wakil kepala
sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler dan wali kelas sebagai penanggung
jawab siswa di setiap kelas. Pengembangan bakat dilakukan dalam berbagai
macam ekstrakurikuler. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Alifah Luthfi
Aliwardani dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan oleh Alifah
berfokus pada pengembangan bakat siswa sedangkan penelitian ini berfokus pada
penumbuhan dan penguatan karakter kepemimpinan.
20
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Manajemen
Pembinaan
Kesiswaan
Melalui
OSIS di
SMA Negeri
1 Cilacap.
Penelitian
Tahun 2015.
Pembinaan
kesiswaan
sudah
dilakukan
dengan baik
melalui
berbagai
kegiatan antara
lain MOPD
(Masa Orientasi
Peserta Didik),
CMB (Cresta
Mandala
Bhakti) dan
kegiatan
pelepasan siswa
atau
purnawiyata.
Persamaan
dalam
penelitian
adalah
sama-sama
meneliti
tentang
proses
pelaksanaan
pembinaan
kesiswaan.
Penelitian Rakhmad
Riyadi berfokus pada
bagaimana
mengorganisir atau
mengatur kegiatan
pembinaan kesiswaan
agar sesuai dengan visi
misi dan tujuan
pembentukan OSIS di
sekolah,sedangkan
penelitian ini berfokus
pada kegiatan
pembinaan kesiswaan
agar menghasilkan
capaian sesuai amanat
dan tujuan pembinaan
kesiswaan yaitu
penumbuhanpenguatan
karakter kepemimpinan
2. Peranan
Organisasi
Siswa Intra
sekolah
dalam
membentuk
Karakter
Siswa SMP
Negeri di
Kabupaten
Magelang.
Penelitian
Tahun 2013
Penelitian
tersebut
menghasilkan
temuan bahwa
kegiatan OSIS
dapat
memfasilitasi
siswa untuk
mengembangka
n potensi diri
sesuai dengan
bakat dan minat
siswa.
Pembentukan
karakter yang
dicapai dari
melaksanakan
kegiatan OSIS
Persamaan
dalam
penelitian
adalah
objek
penelitian
yaitu OSIS
serta tujuan
dari
pembentuka
n OSIS.
Penelitian yang
dilakukan oleh Dyah
Nursanti bertujuan
untuk meneliti tentang
karakter yang akan
dibentuk melalui
kegiatan OSIS
sedangkan penelitian
ini berfokus pada
penguatan karakter
kepemimpinan
21
adalah mampu
No. Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
memiliki
tanggung
jawab, rajin,
disiplin,
inisiatif,
menepati janji,
bersemangat
dalam
demokrasi serta
memiliki
pandangan ke
depan.
3 Manajemen
Pembinaan
Kesiswaan
dalam
Pengembang
an Bakat
Siswa di
SMA
Muhammadi
yah 1 Klaten
Penelitian
Tahun 2017
Dalam
penelitian
tersebut
ditemukan
bahwa
pelaksanaan
manajemen
pembinaan
kesiswaan
dilakukan oleh
wakil kepala
sekolah
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler
dan wali kelas
sebagai
penanggung
jawab siswa di
setiap kelas
Pengembangan
bakat dilakukan
dalam berbagai
macam
ekstrakurikuler.
Penelitian
sama-sama
meneliti
tentang
proses
pelaksanaan
pembinaan
kesiswaan.
Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh
Alifah Luthfi
Aliwardani berfokus
pada pengembangan
bakat siswa sedangkan
penelitian ini berfokus
pada penumbuhan dan
penguatan karakter
kepemimpinan.
22
2.3 Kerangka Berpikir
Bagan 2.1
Kerangka Pikir Peneliti
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional
Nomor 39 Tahun 2008
Tentang Pembinaan
Kesiswaan
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 20
Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter
Penerapan Kegiatan
Pembinaan Kesiswaan
melalui OSIS
5 Karakter Uatama
(RENAMAGI)
Penumbuhan Karakter
Kepemimpinan
Penguatan Karakter
Kepemimpinan
Karakter Integritas
Kegiatan Pembinaan
Kesiswaan untuk
Penumbuhan dan Penguatan Karakter
Kepemimpinan