bab ii kajian pustaka 2.1 ka 2.1 -...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Trianto, (2012:137) menjelaskan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. jadi disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya adannya temuan-temuan yang bersifat ilmiah. Menurut Laksmi Prihantoro (dalam Trianto 2010:137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan bagi kehidupan. Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana (dalam Trianto 2010: 136). Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta adanya kemajuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “scince”, Trianto (2010: 136). Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin “scientia” yang berarti tahu. Menurut (Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering

Upload: lamdan

Post on 08-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Trianto, (2012:137) menjelaskan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar

produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. jadi disimpulkan bahwa IPA pada

hakikatnya adannya temuan-temuan yang bersifat ilmiah.

Menurut Laksmi Prihantoro (dalam Trianto 2010:137) mengatakan bahwa

IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk,

IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan

konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk

mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains,

dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat

memberikan bagi kehidupan.

Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program

untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai

ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan

siswa secara aktif.

2.1.1.1 Pengertian IPA

IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan

dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh

adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana (dalam Trianto 2010: 136).

Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta adanya kemajuan pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan

atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “scince”, Trianto (2010: 136).

Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin “scientia” yang

berarti tahu. Menurut (Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

7

diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.

Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas IV, maka ruang

lingkup pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep

yang dibahas di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut:

1. Rangka manusia

2. Alat indera manusia

3. Bagian tumbuhan dan fungsinya

4. Penggolongan hewan

5. Daur hidup hewan

6. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan

7. Sifat dan perubahan wujud benda

8. Gaya

9. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya

10. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

11. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

12. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

8

selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian

juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan

yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara

berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu

dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau

gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol,

tabel, diagram, dan media lain. Kompetensi Dasar ini merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan

KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SDN Sidorejo

Kidul 03 disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Kelas IV Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami hubungan antara struktur

organ tubuh manusia dengan

fungsinya, serta pemeliharaannya.

1.1. Mendeskripsikan hubungan antara

struktur kerangka tubuh manusia

dengan fungsinya.

1.2. Menerapkan cara memelihara

kesehatan kerangka tubuh

2.1.1.3 Tujuan Mata Pelajaran IPA

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

kompetensi Menurut Depdiknas (dalam Trianto 2014:138) adalah sebagai berikut:

1. Menanam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

9

3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

teknologi

4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di dalam masyarakat dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Upaya terpenting yang bertujuan memperoleh keberhasilan proses belajar

IPA siswa yang optimal yaitu :

1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak.

3. Mencegah terjadinya miskonsepsi.

4. Lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang di pelajari.

5. Mengembangkan pengetahuan teori, kemudian mengkaitkan dengan

kehidupan.

6. Memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

10

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2 Model Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Model Kooperatif

Menurut Isjoni, (2011:15-27) dalam buku Pembelajaran Kooperatif

Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar Peserta Didik, terdapat beberapa

ahli mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Sunal dan Hans, 2000 mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peseta didik

agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

2. Menurut Anita Lie, 2000 menyebut pembelajaran kooperatif dengan

istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan

siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

3. Menurut Davidson dan Warsham, 2003 pembelajaran kooperatif

adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil,

siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman

belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman

kelompok .

Menanggapi pendapat ahli tersebut daiatas tentang pembelajaran

kooperatif, bahwa model pembelajaran tersebut dirancang oleh guru dalam

kegiatan kelompok untuk mencapai pengalaman belajar yang sudah ditentukan.

Model pembelajaran kooperatif juga dapat dikatakan sebagai wahana belajar

berdemokrasi, tiap individu dituntut untuk menuangkan ide-ide hingga melakukan

tindakan yang mengarahkan pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.2.2 Ciri-ciri Model Kooperatif

Menurut Isjoni, (2011:27) ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap

anggota memiliki peran, 2) terjadi interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

11

interpersonal kelompok, dan 5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan .

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs and Share)

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think pair and

share) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe yang mampu

mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam

setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model TPS (Think pair

share) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk

menyelesaikan permasalahan. TPS (Think pair and share) memiliki prosedur

secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,

menjawab, saling membantu satu sama lain, Ibrahim, (2007:10) dengan cara ini

diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling

bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Strategi Think Pairs and Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan pertama kali

dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai

yang dikutip Arends (1997), bahwa Think Pairs and Share merupakan cara yang

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa

diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan

dan prosedur yang digunakan dalam metode ini memberi lebih banyak siswa

waktu berpikir,merespon dan saling membantu.

2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Kelebihan model pembelajaran TPS (Think Pair and Share) menurut Lie

(2008: 58) keunggulan Think Pair and Share adalah: (1) meningkatkan

kemandirian siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan

pemikiran karena leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; dan (3) melatih

kecepatan berpikir siswa. Adapun kelemahan model pembelajaran koperatif

tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata

kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah

kelompok yang terbentuk banyak.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

12

Menurut Lie (2008:58), kekurangan dari kelompok berpasangan

(kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:

Kelompok yang melapor banyak dan perlu dimonitor,

1. Lebih sedikit ide yang muncul,

2. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

2.1.3.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Menurut Wawan Junaidi,(2009:1) langkah-langkah pembelajaran TPS

(Think Pairs and Share) adalah sebagai berikut:

Langkah I : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan

siswa diminta menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri.

Langkah II ; Berpasangan (Pairing)

Lalu guru meminta murid berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

peroleh.Interaksi selam waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika

suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah

khusus yang di identifikasi.Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4

atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah III : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir,guru meminta pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan

kelas yang telah mereka bicarakan.Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari

pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan

mendapatkan kesempatan untuk melapor. Arends, (1997) disadur

Tjokrodihardjo,(2003).

Langkah-langkah pembelajaran Think Pairs and Share (TPS)

(Depdiknas,2008):

a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai.

b. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan

yang disampaikan guru.

c. Peserta didik diminta berpasangan dan mengemukakan hasil

pemikiran masing-masing.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

13

d. Guru memimpin pleno kecil dan masing-masing kelompok

mengemukakan hasil diskusinya.

e. Berawal dari hal tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh

siswa.

f. Guru memberi kesimpulan

g. Penutup

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya.Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian

besar masyarakat tidaklah demikian.Belajar dianggapnya property

sekolah.Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.Sebagian

besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi

ilmu pengetahuan.Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti

dikatakan Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge.Belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan.

Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009 : 2) menyatakan, bahwa belajar

adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

sesorang secara alamiah.

Menurut Baharuddin (2015:14) dalam bukunya Teori Belajar dan

Pembelajaran.Menjelaskan “Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-

pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan, learning is

to observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to listen, to follow

direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

Sedangkan Purwanto ( 2014 : 85) mengatakan bahwa belajar merupakan

perubahan yang terjadi melalui pelatihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

14

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada anak bayi.

Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan

bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar

untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui

sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari

tidak tahu menjadi tahu.

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut (Sudjana, 2008 : 22) Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam

proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.

Menurut Purwanto ( 2014 : 85) hasil belajar merupakan suatu perubahan

dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku

yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah yang

lebih buruk.

Sedangkan menurut Hamalik (2001: 103) hasil belajar ialah penguasan

pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan dalam hal-

hal tersebut penting artinya bagi guru, oleh sebab dalam pengenalan ini guru dapat

membantu/ mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan

kemajuan belajar selanjutnya (pada kelas-kelas berikutnya), kendatipun hasil-hasil

tersebut dapatt saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi,

kematangan, dan penyesuaian sosial.

Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil

belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

15

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sukmadinata (2009:162-165) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu faktor

yang bersumber pada dirinya atau dari luar dirinya atau lingkungan. Kedua faktor

tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentuka

kualitas hasil belajar.

1. Faktor dalam diri individu (internal)

Faktor dari dalam individu menyagkut hal-hal berikut:

a. Aspek jasmaniah

Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmaniah dari

individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang

tahan belajar lima atau enam jam terus-menerus, tetapi ada juga yang

hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula

kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar

adalah penglihatan dan pendengaran.

b. Aspek psikis atau rohaniah

Hal-hal yang menyangkut aspek-aspek ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan psikis

Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang bebas dari

tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan

perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangggu, frustasi,

konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya akan

merasakan kebahagian, dapat bergaul dengan orang lain dengan

wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang lain,

dapat tidur nyenyak, selera makan normal, dsb.

2. Kondisi intelektual

Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat

baik bakat sekolah maupun bakat pekerejaan. Juga termasuk

kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau

pelajaran-pelajaran yang lalu.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

16

3. Kondisi sosial

Kondisi sosial menyangkut siswa dengan orang lain., baik gurunya,

temannya, orang tuanya, maupun orang-orang yang lainnya.

Seseorang yang memiliki kondisi hubungan yang wajar dengan

orang-orang disekitarnya akan memiliki ketentraman hidup, dan

hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dan kegiatan belajar dan

sebaliknya.

4. Situasi afektif

Selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk

belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan

konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan kurangnya usaha

belajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

5. Keterampilan yang dimiliki

Keberhasiulan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh

keterampilan-keterampilan yang di milikinya, seperti keterampilan

membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-

tugas, dsb.

2. Faktor dari luar individu atau lingkungan (Eksternal)

Faktor-faktor luar individu atau eksternal yang dapat mempengaruhi hasil

belajar, terdapat hal-hal berikut:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam

pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada

lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial

psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan

keluarga adalah keadaan rumah, keadaan tempat belajar, sarana dan

prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau

banyak kegaduhan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

17

b. Lingkungan rumah

Suasana lingkungan rumah di sekitar pasar, terminal atau tempat-

tempat hiburan berbeda dengan daerah khusus pemukiman. Suasana

lingkungan rumah di lingkungan pemukiman yang padat dan kurang

tertata, juga berbeda dengan pemukiman yang jarang dan tertata.

c. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah kondisi dan suasana sosial psikologis dalam

keluarga. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga,

iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antara anggota keluarga.

Keluarga yang tidak utuh, baik secara struktural maupun fungsional,

kurang memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan

belajar.

d. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi

perkembangan belajar bagi para siswanya. Lingkungan ini meliputi

lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan

prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media

pembelajaran, dsb. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan

siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya, serta staf sekolah yang

lain. Lingkungan sekolah menyangkut akademis yaitu suasana dan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler,

dsb.

e. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga

berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan

masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber

belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap

semangat dan perkembangan belajar generasinya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

18

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Dari penerapan model pembelajaran TPS (Think Pairs and Share) terbukti

hasil belajar siswa meningkat,dengan adanya kerjasama antar siswa dengan

pasangan masing-masing akan menambah pemahamannya terhadap materi energi

bunyi seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai

berikut:

a) Akhbib Nanda Mahardika (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran think pair share

materi perubahan energi bunyi siswa Kelas IV SD 1 Temulus” persentase

ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 60% pada siklus I

menjadi 86,7% pada siklus II.

b) Kornelia (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar IPA Melalui Model Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share)

Pada Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga Semester II Tahun

Ajaran 2015/2016” persentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan

dari 72,5% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II.

Dari dua penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran

TPS dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan Hasil belajar IPA

siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan

penelitian lagi dengan menggunakan model yang pembelajaran yang sama.

Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang

dilakukan kali ini dengan penelitian-penelitian terdahulu. Peneliti menduga dapat

meningkatkan hasil belajar yang berimplikasi pada nilai rata rata belajar siswa.

Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah yang

berbeda. Penulis beranggapan bahwa perbedaan subyek didik, merupakan faktor

lain yang akan mempengaruhi hasil belajar. Situasi sekolah yang berbeda, fasilitas

yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian juga pola asuh dari

orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap

hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih subyek penelitian yaitu

siswa kelas IV SDN Sidorejo Kidul 03 Kota Salatiga, peneliti bermaksud melihat

efektivitas penerapan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

19

siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka model ini akan menjadi rujukan bagi

sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada

sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang berbeda-beda.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas maka dirumuskan kerangka pemikiran

sebagai berikut:

a) Penerapan model pembelajaran Think Pairs and Share diharapkan

siswa mampu menguasai materi mengajarkan pasangannya yang

kurang mampu untuk memahami materi pelajaran.

b) Dari proses pembelajaran Think Pairs and Share diharapkan ada

kerjasama antar siswa dengan pasangannya dan dapat diadakan sharing

antar pasangan dalam kelompok.

c) Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi rangka

manusia.

Tabel 2.2

Kerangka Berfikir

Kondisi awal

Siklus II menggunakan model

pembelajaran TPS dalam

pembelajaran dengan alat peraga

media gambar dan LCD

Hasil belajar siswa belum

mencapai KKM

Menggunakan model

TPS dalam

pembelajaran IPA

melalui 2 siklus

Tindakan

Siklus I menggunakan model

pembelajaran TPS dalam

pembelajaran dengan alat peraga

media gambar

Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA SK : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh

manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya, KD : Mendeskripsikan

hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.

sehinngga dapat meningkat mencapai KKM.

Kondisi akhir

Guru Belum

Menggunakan model

TPS

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ka 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11159/2/T1_292012616_BAB II... · Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang

20

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:“ Melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs and

Share) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Kidul

03 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2016/2017’’.