bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 matematika dan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika dan Pembelajaran Matematika
2.1.1.1 Pengertian dan Tujuan Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di
antara hal-hal tersebut, maka diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep
yang terdapat di dalam matematika. Mustafa dalam Wijayanti (2011)
menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan,
dan ukuran, yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan konsep
yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan
ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat
pada matematika terapan.
Suherman (2001) mendefinisikan matematika sebagai ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar, melainkan matematika lebih menekankan
aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih
menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.Matematika
merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat umum (deduktif) dan
tidak bergantung pada metode ilmiah yang mengandung proses induktif.
Kebenaran dalam matematika bersifat koheren.Selain itu, matematika juga
merupakan produk dari pemikiran manusia yang didorong dari persoalan
pemikiran belaka maupun dari persoalan yang menyangkut dalam kehidupan
nyata. Matematika juga dapat dipandang sebagai proses berpikir dan berperan
menata pemikiran manusia sehingga hasil yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan (Sumardyono, 2004). Lebih khusus, James & James
dalam Suherman (2001) mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu
9
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Lebih lanjut, Soedjadi dalam Depdiknas (2000) mengungkapkan bahwa
1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik; 2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi; 3)
matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan; 4) matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; 5) matematika adalah
pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.Matematika mempelajari tentang
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika
tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, besaran, konsep-
konsep, dan ukuran, yang merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya
bersifat umum (deduktif) dan tidak bergantung pada metode ilmiah yang
mengandung proses induktif. Matematika terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri.
2.1.1.2 Pengertian dan kajian pembelajaran matematika
Matematika diberikan di sekolah dimana materinya telah dipilih dan
dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan penalaran siswa, kemampuan
pemecahan masalah siswa, dan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan mata
pelajaran matematika menurut Depdiknas (2006) untuk semua jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu 1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi
10
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Rahayu (2007) menyatakan bahwa hakikat pembelajaran matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (siswa) melaksanakan kegiatan
belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang
kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
Lebih lanjut, pembelajaran matematika menurut Bruner dalam Hudoyo
(2000:56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat
dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur
matematika di dalamnya. Senada dengan pendapat tersebut, Menurut Cobb dalam
Suherman (2003:71) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan proses aktif dan konstruktif sehingga siswa
mencoba menyelesaikan masalah yang ada sekaligus menjadi penerima atau
sumber dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika
di dalamnya.
Menurut Prihandoko (2006:21),tujuan pembelajaran matematika adalah
melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan
konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam
menyelesaikan masalah. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum
memanipulasi simbol-simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajari
matematika apabila telah didasari pada apa yang telah dipelajari orang itu
11
sebelumnya. Mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
matematika tersebut.
Dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan
SD/MI pada kurikulum 2006 menyatakan tujuan pembelajaran matematika
adalah:
1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari.
2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan
sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan
sehari-hari.
3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,
sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikan dalam pemecahan
masalah sehari-hari.
4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar
dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung,
modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.
7. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Berdasarkan pengertian dan tujuan pembelajaran matematika diatas
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan
memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
tentang matematika sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri.
12
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologi, hasil belajar terdiri dari dua kata dasar, yaitu hasil dan
belajar. Istilah hasil bermakna sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan dan
istilah belajar bermakna usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru.Menurut Susanto (2013:5), hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Adapun
menurut Suprijono (2011:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Hasil belajar merupakan merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi,
yaitu sisi siswa dan sisi guru (Dimyanti, 2002). Sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut dapat terwujud dalam jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dipenuhi menjadi
beberapa jangkauan kemampuan. Jangkauan kemampuan kognitif adalah meliputi
pengetahuan dan ingatan (knowledge), pemahaman, menjelaskan, meringkas, dan
contoh (comprehention), penerapan (application), menguraikan, menentukan
hubungan (analysis), mengorganisasikan, merencanakan membentuk bangunan
yang baru (syntesis), dan menilai (evaluation). Termasuk dalam ranah afektif
(affective) adalah sikap menerima (receiving), partisipasi (participation),
menentukan penilaian (valuving), mengorganisasi (organization, dan pembentukan
pola hidup (characterization), sedangkan ranah psikomotor meliputi persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Hasil belajar dapat dikatakan sempurna
apabila target jangkauanmencapai pada tingkatpencapaian sebagaimana telah
disampaikan sebagai tujuan belajar yang diharapkan siswa. Dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
13
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah,
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu (Hamalik, 2002). Hasil belajar merupakan
perubahan sesuatu yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar
(Anni, 2004). Selain itu, Winkel (1996) berpendapat bahwahasil belajar
merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan
seseorang dalam melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang
berhasil diraihnya.
Adapun Suprijono (2010:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil belajar pada siswa hakikatnya adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya sedangkan Slameto
(2010) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud hasil belajar dalam
penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang atau kemampuan-
kemampuan yang ditunjukan oleh siswa baik itu dalam perubahan tingkah laku
maupun dalam bentuk angka atau skor yang biasanya didapatkan siswa setelah
melakukan sesuatu yang dinilai. Hasil belajar terkadang sesuai dengan yang kita
inginkan tapi juga terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Ketiga
domain dalam penilaian hasil belajar, domain kognitiflah yang akan digunakan
untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan telah efektif.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa bukan hanya semata-mata sebatas
karena kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran saja, namun
ada faktor-faktor lain yang memengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Susanto
(2013:12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal yaitu siswa itu sendiri dan
14
lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasliman dalam Susanto (2013:12)
yang mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal
maupun eksternal. Selain hal tersebut, Wasliman juga menambahkan bahwa
sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa.
Menurut Susanto (2013:12) faktor internal merupakan faktor yang
bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Selain pendapat ahli di atas Rusefendi dalam Susanto(2013:14)
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh
macam, yaitu : 1)kecerdasan; 2)kesiapan anak; 3)bakat anak; 4)kemauan belajar;
5)minat anak; 6)model penyajian materi; 7)pribadi dan sikap guru; 8)suasana
belajar; 9)kompetensi guru; 10)kondisi masyarakat.
Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu berbagai macam faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang bermacam-macam bentuknya.Adapun faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri siswa yang juga bermacam-macam bentuknya.
Menurut Slameto (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar seorang siswa yaitu :
a) Faktor internal
1. Faktor jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatan orang
tersebut terganggu, selain itu juga cepat lelah, tidak bersemangat, dan
15
sebagainya. Agar seseorang dapat belajar dengan semangat harus
mengusahakan kesehatannya terjamin dengan baik.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang menyandang
cacat, belajarnya juga akan terganggu.
1. Faktor psikologis
Orang yang keadaan jiwanya tenang dan gembira maka akan
berdampak pula pada sikap dan perbuatannya.
2. Faktor kelelahan (jasmani dan rohani)
Kelelahan jasmani misalnya, lemah lunglai, tubuh lemas. Sedangkan
lelah rohani seperti kelesuan, kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b) Faktor eksternal
1) Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anak. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya,
orang tua yang acuh tak acuh terhadap belajar anak, tidak memperhatikan
kepentingan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anak dalam
belajar dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi yang terpeting adalah relasi antara orang tua dan anaknya.
Selain itu juga relasi dengan anggota keluarga lain pun juga mempengaruhi
belajar anak. Wujud realisasi itu misalnya hubungan yang penuh dengan
kasih sayang dan kehangatan atau diliputi oleh kebencian, sikap acuh tak
acuh.
c) Suasana rumah
Misalnya suasana rumah yang gaduh atau ramai dan tidak teratur
akan mengganggu ketenangan anak yang sedang belajar. Suasana yang
16
tegang, ribut dan sering cek cok atau pertengkaran antar anggota keluarga
dengan keluarga lain, menyebabkan anak bosak di rumah dan akibatnya
menjadi kacau. Begitu juga suasana rumah yang bising dengan radio, tape,
recoder, atau televisi pada waktu belajar akan mengganggu belajar anak.
Agar anak dapat belajar dengan baik maka perlu diciptakan suasana rumah
yang tenang dan tentram.
d) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika anak
mengalami lelah semangat, maka orang tua bertanggung jawab memberikan
pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak.
e) Latar belakang budaya
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempegaruhi
sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan-
kebiasaan baik dalam belajar, agar mendorong semangat belajar anak.
2) Faktor sekolah
a) Metode pengajaran
Metode mengajar guru yang kurang akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Ini terjadi karena guru kurang persiapan dan
kurang menguasai bahan pelajaran sehingga keterangan guru menjadi
kurang jelas dan akibatnya siswa menjadi malas belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan tepat, efisien dan
efektif.
b) Relasi guru dengan siswa
Relasi guru dan siswa yang baik akan membuat siswa menyukai
guru dan juga matapelajaran yang diberikan. Guru yag kurang berinteraksi
dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar kurang
17
lancar. Siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif
dalam belajar.
c) Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa perlu diadakan agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
d) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan melancarkan
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan lebih
giat.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
minat belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan dalam masyarakat.
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu banyak ambil bagian dalam
kegiatan masyarakat akan terganggu belajarnya. Lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktu. Perlu kiranya membatasi siswa dalam
bermasyarakat.
b) Teman bergaul
Siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar siswa
mempunyai teman bergaul yang baik. Pembinaan pergaulan yang baik seperti
pengawasan dari orang tua maupun pendidik harus cukup bijaksana.
c) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruhi terhadap
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang tidak terpelajar akan
berpengaruh jelek terhadap anak yang belajar di lingkungan tersebut.
Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang terpelajar, baik-baik, antusias
18
dengan cita-citanya, maka anak akan terpengaruh dengan apa yang ada di
sekitarnya.
2.2.3 Ranah Hasil Belajar
Menurut Bloom (Thobroni, 2015:21), hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Domain Kognitif mencakup:
a. Knowledge (pengetahuan, ingatan);
b. Comprehension (pemahaman,4 menjelaskan, meringkas, contoh);
c. Application (menerapkan);
d. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);
e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);
f. Evaluating (menilai).
2. Domain Afektif mencakup:
a. Receiving (sikap menerima);
b. Responding (memberikan respon);
c. Valuing (menilai);
d. Organization (organisasi);
e. Characterization (karakterisasi).
3. Domain Psikomotor mencakup:
a. initiatory;
b. Pre-routine;
c. Rountinized;
d. keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual
2.3 Minat belajar
2.3.1 Pengertian Minat belajar
Menurut Widya (2006: 19), minat belajar siswa merupakan rasa suka
dan ketertarikan pada aktifitas belajar antara lain membaca, menulis, serta tugas
praktek, tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat belajar yang
19
tinggi akan memperhatikan partisipasinya pada suatu aktifitas yang dia minati
khusus di kelas. Senada dengan pendapat tersebut, Ayunigtyas (2005)
mendefinisikan minat belajar merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan yang menimbulkan keinginan untuk berhubungan lebih aktif yang
ditandai adanya hubungan perasaan senang tanpa ada paksaan. Siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi dalam kelasnya akan menimbulkan keinginan
untuk berhubungan lebih aktif dengan proses belajar di kelas seperti sering
bertanya pada guru, rajin mengerjakan pekerjaan rumah, mencari referensi
materi pelajaran sekolah dengan rasa senang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat
membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar.
2.3.2 Indikator Minat Belajar
Menurut Safari (2003:60), untuk mengetahui tingkat ketertarikan dan
keterlibatan belajar siswa, dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
a. Kesukaan, pada umumnya individu yang suka pada sesuatu disebabkan
karena adanya minat. biasanya apa yang paling disukai mudah sekali untuk
diingat. Sama halnya dengan siswa yang berminat pada suatu mata pelajaran
tertentu akan menyukai pelajaran itu. Kesukaan ini tampak dari kegairahan
dan inisiatifnya dalam mengikuti pelajaran tersebut. Kegairahan dan inisiatif
ini dapat diwujudkan dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk
menguasai ilmu pengetahuan yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut
dan tidak merasa lelah dan putus asa dalam mengembangkan pengetahuan
dan selalu bersemangat, serta bergembira dalam mengerjakan tugas ataupun
soal yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
b. Ketertarikan, seringkali dijumpai beberapa siswa yang merespon dan
memberikan reaksi terhadap apa yang disampaikan guru pada saat proses
belajar mengajar di kelas. Tanggapan yang diberikan menunjukkan apa yang
20
disampaikan guru tersebut menarik perhatiannya, sehingga timbul rasa ingin
tahu yang besar.
c. Perhatian, semua siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu
akan cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap pelajaran itu.
Melalui perhatiannya yang besar ini, seorang siswa akan mudah memahami
inti dari pelajaran tersebut.
d. Keterlibatan yakni keterlibatan, keuletan, dan kerja keras yang tampak
melalui diri siswa menunjukkan bahwa siswa tersebut ada keterlibatannya
dalam belajar di mana siswa selalu belajar lebih giat, berusaha menemukan
hal-hal yang baru yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan guru di
sekolah. Dengan demikian, siswa akan memiliki keinginan untuk
memperluas pengetahuan, mengembangkan diri, memperoleh kepercayaan
diri, dan memiliki rasa ingin tahu.
2.3.3 Ciri-Ciri Minat Belajar
Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth
Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar
sebagai berikut:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2) Minat tergantung pada kegiatan belajar
3) Perkembangan minat mungkin terbatas
4) Minat tergantung pada kesempatan belajar
5) Minat dipengaruhi oleh budaya
6) Minat berbobot emosional
7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
21
2.4 Ice Breaking
2.4.1 Hakikat IceBreaking
Menurut Sunarto (2012:1), istilah ice breaking berasal dari dua kata
asing, yaitu ice yang berarti es yang memiliki sifat kaku, dingin, dan keras,
sedangkan breaker berarti memecahkan. Arti harfiah ice-breaker adalah
pemecah es. Jadi, ice breaking bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan
atau mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman
mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan
dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi pelajaran jika suasana
tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat. Ice breaking juga dapat
diartikan sesuatu yang dingin yang perlu diberikan pada suasana yang panas.
Artinya, ketika suasana sudah memanas, menegang, maka perlu suatu minuman
yang dingin dan menyegarkan, yaitu ice breaking agar suasana kembali dingin
dan otak siap menuju kegiatan pembelajaran yang lebih menantang. Selain itu,
M. Said dalam Andi Offset (2010:1) mengungkapkan yang dimaksud ice
breaking adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah
suasana kebekuan dalam kelompok.
Soenarno dalam Andi (2005:1) menyebutkan bahwa Ice breaking adalah
peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan
dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada
perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang
berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. Ice breaking merupakan cara
tepat untuk mencipatakan suasana kondusif. “Penyatuan” pola pikir dan pola
tindak ke satu titik perhatian adalah yang bisa membuat suasana menjadi
terkondisi untuk dinamis dan fokus. Dinamis karena peserta bisa mengubah
aktivitasnya sendiri untuk mengikuti pola terstruktur yang telah diarahkan oleh
pemimpi forum.
22
2.4.2 Pentingnya Ice breaking Dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran yang serius dan kaku tanpa adanya nuansa
kegembiraan akan membuat siswa cepat merasa bosan dan jenuh. Menurut
Darmansyah dalam Sunarto (2012) menyatakan bahwa hasil penelitian dalam
pembelajaran pada dekade terakhir mengungkapkan bahwa belajar akan lebih
efektif, jika siswa dalam keadaan gembira. Lebih lanjut, Gestalt dalam Nasution
(2009: 112) menyatakan bahwa belajar tidak mungkin tanpa kemauan untuk
belajar, maka kesukaan siswa terhadap sikap yang dilahirkan guru jelas akan
memberikan motivasi tersendiri dalam belajar. Cara yang paling sering
digunakan oleh guru yang bisa membuat nuansa gembira saat belajar adalah
dengan meramu. Keunggulan ice breaking, yaitu dapat dipelajari oleh setiap
orang tanpa membutuhkan keterampilan tinggi. Proses pembelajaran yang
menarik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perhatian dan tentunya minat
belajar siswa akan meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan perhatian
siswa adalah menyisipkan permainan icebreaking dalam proses pembelajaran.
Icebreaking dapat dilakukan dengan menyajikan lelucon, variasi tepuk tangan,
bernyanyi, mendongeng, yel-yel dan bermain. Icebreaking juga dimaksudkan
untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan
antusiasme.
Sunarto (2012: 3) menyatakan bahwa karakteristik ice breaking adalah
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai
(sersan), untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi
gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Ice breaking bukan menjadi
tujuan utama dalam pembelajaran namun merupakan pendukung utama dalam
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah. Begitu pentingnya
membangun suasana hati siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Suasana
hati yang gembira dan tidak tertekan akan sangat membantu siswa dalam
konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar yang baik dan lama akan menarik
23
perhatian siswa dalam pembelajaran, maka diharapkan bisa mencapai hasil
belajar yang lebih baik.
2.4.3 Tujuan Ice breaking
Ice breaking didefinisikan sebagai “a fun way to support the objective of
presentation”(Svendsen, 1996). Bahkan hampir dipastikan semua aktivitas
manusia memerlukan kehadiran ice breaking. Ada beberapa tujuan penggunaan
ice breaking, yaitu :
a. Menghilangkan sekat-sekat pembatas di antara siswa.
b. Terciptanya kondisi yang dinamis di antara siswa
c. Menciptakan motivasi antara sesama siswa untuk melakukan aktivitas
selama proses belajar-mengajar berlangsung.
d. Membuat peserta saling mengenal dan akan menghilangkan jarak mental
sehingga suasana menjadi benar-benar rileks, cair dan mengalir.
e. Mengarahkan atau memfokuskan peserta pada topik pembahasan,
Ice breaking dapat pula digunakan sebagai daya pembangkit (energizer).
Energizer adalah permainan-permainan yang digunakan ketika para peserta
tampak dingin atau kehilangan semangat, jenuh dan mengantuk. Aktivitas ini
digunakan sebagai sarana menurunkan ketegangan dan menyuntikkan tenaga
baru. Menurunnya semangat ini juga bisa terjadi sesudah jeda (break) atau
makan siang. Catatan penting pemakaian Ice breaking: Sebelum
mempraktikkan, hendaknya seorang guru, melakukan uji coba, dengan ujicoba
akan diketahui secara pasti waktu yang dibutuhkan, bahkan melihat secara
cermat antara kesesuaian materi ice breaking dengan materi pelajaran.
2.4.4 Teknik Penerapan Ice breaking dalam Pembelajaran
Teknik penggunaan ice breaking menurut Sunarto (2012) ada dua cara
yaitu secara spontan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran dan
direncanakan. Ice breaking digunakan secara spontan dalam proses
pembelajaran biasanya digunakan tanpa skenario tetapi lebih banyak digunakan
24
karena situasi pembelajaran yang ada saat itu butuh energizer atau karena
terlalu noice sehingga pembelajaran tidak terfokus lagi. Pelaksanaan ice
breaking dapat dibagi dalam tiga kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Penerapan ice breaking secara spontan dalam proses pembelajaran
Ice breaking dapat dilakukan secara spontan dalam proses
pembelajaran. Hal ini tentu dilakukan tanpa persiapan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu oleh guru. Seorang guru yang tanggap
terhadap kondisi siwa tentu akan segera mengambil tindakan terhadap
kondisi dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif selama KBM. Ice
breaking diberikan secara spontan adalah dengan tujuan antara lain untuk :
1) Memusatkan kembali perhatian siswa
2) Memberikan semangat baru pada saat siswa mencapai titik jenuh.
3) Mengalihkan perhatian terhadap fokus materi pelajaran yang berbeda.
Ice breaking yang dilaksanakan secara spontan memiliki beberapa
keunggulan, yaitu:
1) Lebih kontekstual dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang
dihadapi saat itu.
2) Guru lebih kreatif memanfaatkan kondisi siswa untuk melakukan Ice
breaking secara interaktif.
3) Kejenuhan yang dialami siswa cepat segera dapat diatasi.
b. Ice breaking di awal kegiatan pembelajaran
Pada kegiatan awal pembelajaran biasanya anak masih dalam
kondisi segar, kecuali sebelumnya ada mata pelajaran lain. Kondisi yang
masih segar seperti ini dapat menggunakan ice breaking tipe ringan, yaitu
dengan menepuk-nepuk punggung tangan dengan punggung tangan, telapak
kaki dengan telapak kaki, atau kebalikannya telapak tangan dengan telapak
kanan dengan punggung kaki dengan punggung kaki. Dapat juga diisi
dengan berbagai tepuk sesuai dengan mata pelajaran yang akan dilakukan.
Ice breaking yang direncanakan dalam Rencana Pelaksaan Pembelajaran
25
(RPP) memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki pada Ice breaking
spontan, antara lain :
1) Ice breaking dapat dipilih secara lebih tepat, baik dalam menyesuaikan
materi pembelajaran maupun ketepatan dalam memenuhi prinsip-
prinsip penggunaan Ice breaking dalam pembelajaran.
2) Ada kesempatan bagi guru untuk belajar terlebih dahulu terhadap Ice
breaking yang belum dikuasainya.
3) Ice breaking yang dipersiapkan lebih sinkron dengan strategi
pembelajaran yang dipilih guru saat itu.
4) Ice breaking terasa lebih menyatu dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
c. Ice breaking pada inti kegiatan pembelajaran
Pada kegiatan inti pembelajaran merupakan saat-saat krusial di
mana siswa harus terus memusatkan perhatian selama jam pembelajaran
berlangsung, baik pada saat mengerjakan tugas ataupun mendengarkan
penjelasan guru. Penggunaan ice breaking pada inti pembelajaran harus
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Ice breaking digunakan pada saat pergantian sesi atau pergantian
kegiatan. Ice breaking hendaknya jangan digunakan pada saat tengah-
tengah kegiatan, seperti pada saat diskusi, kerja kelompok,
demonstrasi dan lain-lain.
2) Ice breaking dilakukan pada saat anak mengalami kejenuhan atau
kebosanan dalam menjalankan tugas belajar. Hal ini diperlukan untuk
mengembalikan stamina kepada peserta didik agar dapat optimal
dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Ice breaking juga dapat digunakan untuk memberikan penguatan
materi pembelajaran yang sedang diberikan. Biasanya Ice breaking
yang dapat digunakan untuk penguatan adalah jenis yel-yel ataupun
jenis lagu.
26
d. Ice breaking pada akhir kegiatan pembelajaran
Walaupun pelajaran sudah selesai Ice breaking masih dianggap
perlu. Ice breaking pada akhir pembelajaran berfungsi antara lain untuk :
1) Memberikan penguatan tentang pemahamam konsep pelajaran yang
baru saja dilaksanakan.
2) Mengakhiri kegiatan dengan penuh kegembiraan
3) Memotivasi siswa untuk selalu senang mengikuti pelajaran berikutnya.
Menurut Sunarto (2012), cara-cara yang dilakukan untuk
mengakhiri sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dipelajari
dan memahami cara menerapkannya dimasa mendatang. Ada beberapa
teknik yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Peninjauan: mengingat dan mengikhtisarkan apa yang telah
dipelajari.
b. Penilaian-diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan,
ketrampilan atau sikap.
c. Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana siswa akan
melanjutkan belajarnya setelah pelajaran berakhir.
d. Ungkapan perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan
persoalan yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.
2.4.5 Jenis-jenis Teknik Ice Breaking
Menurut Sunarto (2012), ada 9 (sembilan) jenis teknik Ice breaking
yang sering digunakan oleh guru yang meliputi :
a. Jenis yel-yel
Jenis yel-yel ini sangat efektif dalam menyiapkan aspek psikologis siswa
untuk siap mengikuti pelajaran, terutama pada jam-jam awal
pembelajaran. Selain itu, yel-yel juga sangat efektif membangun
kekompakan dan kerja sama dalam tim (kelompok).
b. Jenis Tepuk Tangan
27
Jenis ice breaking ini adalah jenis yang paling sering digunakan oleh para
tenaga pendidik. Teknik tepuk tangan merupakan teknik ice breaking
yang paling mudah dilakukan, karena tidak memerlukan persiapan yang
15 membutuhkan banyak waktu.
c. Jenis Lagu
Lagu-lagu sangat populer dalam proses pembelajaran pada zaman dulu.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, para guru masa kini sudah
jarang menggunakan sarana ini. Terdapat banyak varian lagu yang bisa
digunakan untuk ice breaking dalam pembelajaran:
1) Lagu murni untuk kegembiraan hampir semua lagu-lagu anak ceria
bisa digunakan dalam ice breaking. Hal yang perlu diingat dalam
menyanyikan lagu yang berfungsi sebagai ice breaking adalah tingkat
keseriusannya. Lagu-lagu yang paling nyaman dinyanyikan adalah
lagu anak-anak yang sudah bisa dinyanyikan oleh semua anak didik.
2) Lagu-lagu gubahan yang berisi materi pelajaran Lagu ice breaking
akan menjadi lebih bermakna jika guru mampu mengubah lagu-lagu
dengan syair berisi materi pelajaran. Biasanya lagu semacam ini
digunakan pada akhir sesi pelajaran sebagai bentuk penguatan atau
kesimpulan (verifikasi).
d. Jenis Gerak Badan
Jenis ice breaking ini bertujuan untuk menggerakkan tubuh setelah
beberapa jam berdiam diri dalam aktivitas belajar. Bergeraknya badan,
maka aliran darah akan menjadi lancar kembali dengan demikian
proses berpikir akan menjadi lebih segar dan kreatif. Banyak cara
untuk membuat siswa bergerak sebagai selingan dalam proses belajar.
e. Jenis Humor
Humor berasal dari istilah Inggris yang pada mulanya memiliki beberapa
arti. Namun, semuanya berasal dari suatu istilah yang berarti “cairan”.
Humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau
28
menyebabkan pendengarnya merasa tergelitik, perasaan lucu, sehingga
terdorong untuk tertawa (Dananjaya, 2009: 91). Humor dalam
pembelajaran yang diperlukan tidaklah mengharuskan siswa didik bisa
tertawa terpingkal-pingkal, namun lebih kepada bagaimana membuat
suasana menjadi cair tanpa ada ketegangan setelah beberapa jam serius
memperhatikan materi pelajaran.
f. Jenis Permainan (Games)
Permainan (games) adalah jenis ice breaking yang paling membuat siswa
heboh. Siswa akan muncul semangat baru yang lebih saat melakukan
permainan. Dengan permainan akan mampu membangun konsentrasi
anak untuk dapat berpikir dan bertindak lebih baik dan lebih efektif.
Permainan merupakan kegiatan yang paling digemari oleh semua orang.
Bukan saja bagi anak-anak, namun juga bagi para siswa didik dewasa.
g. Jenis Cerita/Dongeng
Dongeng adalah salah satu sarana yang cukup efektif untuk memusatkan
perhatian siswa. Sejak zaman dulu dongeng selalu digunakan untuk
membentuk karakter anak dengan cara memperdengarkannya ketika
menjelang tidur. Menurut isinya, dongeng dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut:
1) Dongeng motivasi, yaitu dongeng yang bertujuan untuk membangun
semangat yang tinggi dalam perjuangan hidup maupun dalam belajar.
2) Dongeng nasehat, yaitu dongeng yang berisi tentang petuah kebijakan
yang diharapkan dapat ditiru oleh anak didik. Banyak sekali contoh-
contoh dongeng nasehat, baik berupa fabel (cerita hewan) maupun
yang berupa legenda.
3) Dongeng lelucon, yaitu dongeng yang bersifat jenaka (lucu) yang
dapat menghibur dan menciptakan situasi yang menyegarkan,
sehingga suasana kelas menjadi lebih akrab dan lebih kondusif untuk
proses pembelajaran.
29
h. Jenis Sulap
Sulap adalah sarana ice breaking yang sangat menarik perhatian anak-
anak. Namun demikian, jenis ini sangat jarang digunakan para guru di
sekolah, karena tidak semua orang mampu bermain sulap. Untuk
kepentingan ice breaking dalam pembelajaran guru tidaklah harus
menguasai semua jenis permainan sulap. Paling tidak mempelajari
beberapa jenis yang mudah diterapkan di dalam kelas, seperti sleight of
hand (permainan yang mengandalkan kecepatan tangan untuk
menghilangkan dan memunculkan suatu benda), dan tricks (permainan
yang mengandalkan peralatan sulap untuk menghilangkan,
memunculkan, dan mengubah suatu benda).
i. Jenis Audio Visual
Banyak sekali jenis audio visual yang dapat digunakan sebagai ice
breaking. Biasanya berupa klip film pendek yang lucu, inspiratif, atau
memotivasi anak didik untuk belajar lebih keras, saling menghargai, dan
lain-lain.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian Isti Khadiyanti pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Ice
Breaking dan Media Poster terhadap minat belajar pada mata pelajaran IPA kelas III
Siswa SDN Panjang 3 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014” dengan hasil
perhitungan thitung < ttabel atau 0,557<2,032 (α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ice breaking tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Penelitian Ari Nur Cahyani pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh
Reward dan Ice breaker terhadap minat belajar tematik Siswa kelas IV SDN
Ngadirejo 01 Kec. Kartasura, Kab. Sukoharjo tahun pelajaran 2013/ 2014” dengan
hasil uji t diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,547 > 2,042 dan nilai signifikansi
< 0,05 yaitu 0,016 dengan sumbangan relatif sebesar 54,7 % dan sumbangan efektif
30
sebesar 33,53 %. Sehingga dapat disimpulkan Ice breaker berpengaruh signifikan
terhadap minat belajar siswa.
Penelitian Alaena Saroya pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh
Penerapan Ice breaking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi
di SMA Darussalam Ciputat” dengan hasil hasil perhitungan diperoleh nilai thitung
sebesar 4,29 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,325 atau thitung
> ttabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice
breaking terhadap hasil belajar pada pembelajaran Sosiologi.
Tampaklah bahwa terdapat dua hasil penelitian yang kontradiktif akan
pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. Adapun yang
membedakan penelitian ini dengan dua penelitian diatas adalah penelitian ini
menggunakan ice breaking tetapi dibantu dengan penggunaan media musik yang
akan mendukung penggunaan ice breaking. Penggunaan ice breaking dengan
bantuan musik dirasa akan menarik minat siswa dan akan berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika yang digunakan di SD Gugus Among Siswa
Temanggung adalah berpusat pada guru yang juga dapat disebut dengan pendekatan
konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa
menjadi jenuh dan bosan. Keadaan tersebut membuat minat belajar siswa terhadap
pembelajaran matematika menjadi berkurang. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan konvensional juga bersifat membosankan, tidak menarik, dan
menyebabkan siswa mengantuk, dan tidak aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
malas bertanya, malas mengerjakan tugas, dan malas mendengarkan penjelasan guru.
Faktor lain adalah siswa kurang bersemangat dan kurang berminat untuk mengikuti
pembelajaran matematika. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.
31
Upaya untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi diatas maka penelitian
ini mencoba mengeksperimenkan pembelajaran menggunakan ice breaking
berbantuan musik. Pembelajaran matematikayang dilakukan dengan menggunakan
media ice breaking berbantuan musik akan lebih menarik dan menyenangkan bagi
siswa. Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan sederhana, ringan, dan
ringkas untuk mengubahkan seasana kekakuan, rasa bosan, atau mengantuk dalam
pembelajaran. Sehingga bisa membangun suasana belajar yang dinamis penuh
semangat dan antusias yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu satu
kelas sebagai kelas eksperimen, dan satu kelassebagai kelas kontrol. Kedua kelas
tersebut akan diberikan perlakuan yang berbeda, pada kelas kontrol akan diberikan
pembelajaran konvensional sedangkan untuk kelas eksperimen akan diperlakukan
dengan pembelajaran menggunakan ice breaking berbantuan musik. Melalui
penggunakan ice breaking berbantuan musik, diharapkan memberikan pengaruh
terhadap minat belajar dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka
kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Model Ice Breaking Minat Belajar
Hasil Belajar
32
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan hipotesis atau dugaan sementara yaitu
1. ada pengaruh ice breaking berbantuan musik terhadap hasil belajar bagi siswa
kelas III SDN Gugus Among Siswa Temanggung
2. ada pengaruh ice breaking berbantuan musik terhadap minat belajar bagi siswa
kelas III SDN Gugus Among Siswa Temanggung.