bab ii kajian pustaka · 2017. 11. 15. · 7 bab ii kajian pustaka. 2.1. kajian teori . 2.1.1....

35
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik (2010: 159) mengemukakan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Nana Sudjana (1989: 111) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa. Menurut Nana Sudjana (1990) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Suprijono (2010) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola pola perbuatan, niali nilai, pengertian pengertian, sikap sikap, apresiasi dan keterampilan yang akan berdampak pada perubahan yang diperoleh siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Bloom mengemukakan bahwa hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang baik individu maupun kelompok meliputi tiga aspek yang dimiliki yaitu, kognitif,

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1. Hasil Belajar

    Menurut Oemar Hamalik (2010: 159) mengemukakan bahwa

    Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa

    setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai

    tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat

    diamati dan dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap,

    dan keterampilan. Menurut Nana Sudjana (1989: 111) mengemukakan

    bahwa hasil belajar adalah perubahan mencakup bidang kognitif,

    afektif, dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar

    mengajar yang dialami siswa. Menurut Nana Sudjana (1990)

    mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

    oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Suprijono

    (2010) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola – pola

    perbuatan, niali – nilai, pengertian – pengertian, sikap – sikap, apresiasi

    dan keterampilan yang akan berdampak pada perubahan yang diperoleh

    siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Bloom

    mengemukakan bahwa hasil belajar adalah mencakup kemampuan

    kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang baik individu

    maupun kelompok meliputi tiga aspek yang dimiliki yaitu, kognitif,

  • 8

    afektif, dan psikomotor sehingga menghasilkan perubahan perilaku

    serta dapat ditunjukkan dengan perolehan angka.

    Adapun penjelasan dari ketiga aspek tersebut :

    1. Ranah Kognitif

    Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

    kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori :

    pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis,

    sintesis, dan penilaian.

    2. Ranah Afektif

    Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh

    Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur.

    Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai.

    Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang

    bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan

    pembentukan pola hidup.

    3. Ranah Psikomotorik

    Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya

    kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,

    manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah

    psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih

    dengan ranah kognitif dan afektif.

    Dalam proses pembelajaran guru harus melakukan evaluasi

    terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu alat evaluasi

    melalui pengukuran. Alat evaluasi tersebut biasanya berupa suatu

    instrument tes yang disusun oleh guru sendiri. Tes adalah seperangkat

    tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus

    dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan

  • 9

    penguasaannya terhadap cakupan materi yang sesuai dengan tujuan

    pengajaran tertentu.

    Tes meliputi berbagai macam bentuk antara lain sebagai berikut:

    1. Tes Perbuatan

    Pertanyaan atau persoalan disampaikan dalam bentuk suatu tugas

    yang harus dikerjakan oleh murid.

    2. Tes Lisan

    Pertanyaan maupun jawaban disampaikan secara lisan.

    3. Tes Tertulis

    Pertanyaan maupun jawaban disajikan secara tertulis dengan

    menggunakan kertas dan alat tulis. Tes tertulis dapat berupa tes essay

    atau tes objektif. Tes objektif sendiri masih dibagi menjadi beberapa

    tipe yaitu tes betul salah, tes menjodohkan, dan tes pilihan ganda.

    4. Non Tes

    Non tes merupakan alat penilaian yang dilakukan dengan observasi

    langsung yaitu pengamatan pada situasi yang sebenarnya. Bentuk –

    bentuk teknik nontes berupa kuesioner atau wawancara, skala (skala

    penilaian, skala sikap, skala minat), observasi atau pengamatan, studi

    kasus dan sosiometri. (Sudjana, 2005: 68).

    2.1.2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menurut Heri

    Basuki (2005) factor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

    a. Faktor internal

    a. Faktor Biologis (Jasmaniah)

    Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

    yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan

    sampai lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi

  • 10

    keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi

    kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat

    mempengaruhi keberhasilan belajar.

    b. Faktor Psikologis

    Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

    meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

    seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

    belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.

    b. Faktor eksternal

    a. Faktor Keluarga

    Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan

    pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar

    seseorang.

    b. Faktor Sekolah

    Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

    keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

    keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode

    mengajar, alat peraga, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

    siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau

    disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

    c. Faktor Masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

    terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat.

    Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar

    diantaranya adalah lembaga – lembaga pendidikan non formal,

    seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja.

    Selain itu juga pergaulan – pergaulan di masyarakat juga

    mempengaruhi siswa.

  • 11

    Dari uraian tersebut dapat dikategorikan model pembelajaran

    yang diterapkan oleh guru termasuk kedalam faktor eksternal yang

    kemudian akan mempengaruhi faktor internal siswa. Faktor eksternal

    yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah

    yaitu model pembelajaran. Model pembelajaran yang inovatif akan

    berpengaruh terhadap kesiapan dan rasa tanggung jawab untuk belajar.

    Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran kooperatif Tipe

    Numbered Heads Together (NHT). Dengan model pembelajaran

    melalui Tipe ini diharapkan dapat rasa tanggungjawab untuk belajar

    siswa dan pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.

    2.1.3. Pembelajaran Kooperatif

    2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Slavin ( Isjoni, 2010: 15 ) mengemukakan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah suatau model pembelajaran dimana

    sistem belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang

    berjumlah 4 – 6 siswa secara kolaboratif sehingga dapat merangsang

    siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut ( Sugiyanto, 2010: 37 )

    mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

    yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

    sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

    belajar. Menurut Djahiri ( Isjoni, 2010: 19 ) mengemukakan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran kelompok yang

    terarah, terpadu, efektif, efisien kearah mencari atau mengkaji sesuatu

    melalui proses kerja sama dan saling membantu (sharing), sehingga

    tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. Menurut Panitz (

    Suprijono, 2011 ) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

    adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

  • 12

    termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan

    oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

    diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan –

    pertanyaan serta menyediakan bahan – bahan dan informasi yang

    dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang

    dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir

    tugas. Menurut ( Ibrahim dkk, 2007: 7 ) model pembelajaran kooperatif

    dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan penting

    pembelajaran yautu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

    keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Menurut teori

    Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

    penekanan belajar sebagai proses dialog internatif dan arti penting

    belajar kelompok serta pembelajaran berbasis social, pembelajaran

    kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada

    unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya

    dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal – asalan.

    Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar

    akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.

    Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan

    pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan 1. “

    memudahkan siswa belajar “ sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta,

    keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama,

    2. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang

    berkompeten menilai. Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

    lebih menekankan pada adanya kerja siswa dalam kelompok –

    kelompok kecil.

  • 13

    2.1.3.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Muslimin Ibrahim, (Isjoni, 2010:27) terdapat

    tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan

    pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik,

    penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan

    sosial.

    a. Hasil Belajar Akademik

    Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam

    tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-

    tugas akademis penting lainnya.Beberapa ahli berpendapat

    bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

    konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

    menunjukkan bahwa model struktur penghargaan

    kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

    belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan

    dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat

    memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah

    maupun kelompok atas yang bekerja bersama

    menyelesaikan tugas-tugas Akademik.

    b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

    Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

    penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

    berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan

    ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

    peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi

    untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

    akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

    belajar saling menghargai satu sama lain.

  • 14

    c. Pengembangan Keterampilan Sosial

    Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif

    adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja

    sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk

    dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang dihadapi

    bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang

    semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik

    supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.

    2.1.3.3. Langkah – langkah Pembalajaran Kooperatif

    Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 yaitu :

    Langkah – langkah Perilaku Guru

    Langkah 1 : Present goal

    and set.

    Menyampaikan tujuan

    dan mempersiapkan

    peserta didik.

    Menjelaskan tujuan pembelajaran

    dan mempersiapkan peserta didik

    siap belajar.

    Langkah 2 : Present

    information.

    Menyajikan informasi.

    Mempresentasikan informasi

    kepada peserta didik secara verbal.

    Langkah 3 : Organize

    student into learning

    teams.

    Mengorganisir peserta

    didik kedalamtim – tim

    belajar.

    Memberikan penjelasan kepada

    peserta didik tentang tatacara

    pembentukan tim belajar dan

    membantu kelompok melakukan

    transisi yang efisien.

    Langkah 4 : Assist team

    work and study.

    Membantu tim – tim belajar

    selama peserta didik mengerjakan

  • 15

    Membantu kerja tim dan

    belajar.

    tugasnya.

    Langkah 5 : Test on the

    materials.

    Mengevaluasi.

    Menguji pengetahuan peserta

    didik mengenai berbagai materi

    pembelajaran atau kelompok –

    kelompok mempresentasikan hasil

    kerjanya.

    Langkah 6 : Provide

    recognition.

    Memberikan pengakuan

    atau penghargaan

    Mempersiapkan cara untuk

    mengakui usaha dan presentasi

    individu maupun kelompok.

    Langkah Pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran

    kooperatif, hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus

    memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran,

    Langkah Kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini

    merupakan isi akademik. Langkah Ketiga, kekacauan akan terjadi pada

    langkah ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok

    – kelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen

    perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya.

    Langkah Keempat, guru perlu mendampingi tim – tim belajar,

    mengingatkan tentang tugas – tugas yang dikerjakan peserta didik dan

    waktu yang dialokasikan. Pada langkah ini bantuan yang diberikan guru

    dapat berupa petunjuk, pengarah, atau meminta beberapa peserta didik

    untuk mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya. Langkah Kelima,

    guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

    konsisten dengan tujuan pembelajaran. Langkah Keenam, guru

  • 16

    mempersiapkan struktur reward kooperatif yang akan diberikan kepada

    tim meskipun anggota tim – timnya saling bersaing.

    2.1.4. Numbered Heads Together (NHT)

    2.1.4.1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

    Numbered Heads Together (NHT) disebut pula dengan

    penomoran, berpikir bersama, kepala bernomor merupakan salah satu

    inovasi dalam pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together

    (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) untuk

    melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

    dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

    pelajaran tersebut, pada prinsipnya pembelajaran ini memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide – ide dan

    mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu ciri dari tipe

    pembelajaran ini menggunakan nomor baik itu kelompok maupun

    anggota kelompok.

    Tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah bagian dari

    model pembelajaran kooperatif structural, yang lebih menekankan pada

    struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

    interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja

    saling bergantung pada kelompok – kelompok kecil secara kooperatif.

    Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur

    kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk

    kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah

    dilontarkan. Menurut Kagan 2007 pembelajaran Numbered Heads

    Together (NHT) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling

    berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan

  • 17

    penuh perhitungan, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

    Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua

    tingkatan peserta didik.

    Menurut Anita,Lie, 2004: 59 mengemukakan bahwa Numbered

    Heads Together (NHT) adalah suatu Tipe dari pembelajaran kooperatif

    pendekatan structural yang memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk saling membagikan ide – ide dan mempertimbangkan jawaban

    yang paling tepat. Menurut Trianto 2007: 62 mengemukakan bahwa

    Tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah jenis pembelajaran

    kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

    dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Menurut

    Ahmad Zuhdi (2010; 64) mengemukakan bahwa Numbered Heads

    Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana

    siswa diberi nomer kemudian dibuat satu kelompok, lalu secara acak

    guru memanggil nomor dari siswa.

    Menurut Rahayu (2006) mengemukakan bahwa Tipe Numbered

    Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih

    mengedepankan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

    melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya

    dipresentasikan di depan kelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa Tipe

    Numbered Heads Together adalah model pembelajaran kooperatif

    dimana terdapat penomoran siswa dalam kelompok untuk bekerja sama

    dalam menyelesaikan soal.

    2.1.4.2. Langkah – langkah Tipe Numbered Heads Together

    Menurut Trianto (2007: 62) Langkah – langkah dalam

    pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

    sebagai berikut :

  • 18

    A. Penomoran

    Penomoran adalah hal yang utama di dalam Tipe Numbered

    Heads Together (NHT), dalam tahap ini guru membagi siswa

    menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 – 5

    siswa dalam tim mempunyai nomor yang berbeda – beda, sesuai

    dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

    B. Pengajuan Pertanyaan

    Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru

    mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang

    diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang

    memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan

    usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga yang

    bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi

    pula.

    C. Berpikir Bersama

    Setelah mendapatkan pertanyaan – pertanyaan dari guru, siswa

    berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan

    jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota

    mengetahui jawaban dari masing – masing pertanyaan.

    D. Pemberian Jawaban

    Langkah terakhir yaitu, guru menyebut salah satu nomor dari

    setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama

    mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh

    kelas, kemudian guru secara random memilih.

    Langkah – langkah penerapan Tipe Numbered Heads Together

    (Anita Lie, 2003: 59) :

    A. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap

    kelompok mendapat nomor.

  • 19

    B. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor

    nya. Misailnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan

    benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan

    dengan penyelesaian soal. Siswa nomer 2 bertugas mencari

    penyelesaian soal. Siswa nomer 3 mencatat dan melaporkan

    hasil kerja kelompok.

    C. Jika perlu tugas – tugas yang lebih sulit, guru juga bisa

    mengerjakan kerja sama antar kelompok. Siswa juga bisa

    diminta untuk pindah dari kelompok pertama ke kelompok

    lainnya dan bergabung dalam kelompok tersebut. Dalam

    kesempatan ini, Siswa – siswa dengan tugas yang sama bisa

    saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

    2.1.4.3.Kelebihan dan Kekurangan Tipe Numbered Heads

    Together (NHT)

    Menurut Hamid Hasan dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2008),

    kooperatif mengandung pengertian kerja sama dalam mencapai tujuan

    bersama. Jadi dalam sebuah kelompok terdapat suatu permasalahan

    yang diselesaikan dengan cara kerja sama dalam rangka mencapai

    jawaban bersama akan permasalahan tersebut. Konsep utama dari

    belajar kooperatif semua menurut Slavin dalam Trianto (2007) adalah :

    1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok

    mencapai kriteria tertentu.

    2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya

    kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota

    kelompok.

    3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa

    telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan hasil

    belajar mereka sendiri.

  • 20

    Menurut Hamdani (2011; 90) terdapat beberapa kelebihan dan

    kekurangan dari Tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu :

    Kelebihan :

    A. Setiap siswa menjadi siap semua

    B. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh – sungguh

    C. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

    Kekurangan :

    A. Kemungkinan nomer yang dipanggil akan dipanggil kembali

    oleh guru.

    B. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

    Selain itu ada beberapa manfaat pada Tipe Numbered Heads

    Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajarnya cukup rendah

    yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim, 2000: 18 yaitu :

    1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

    2. Memperbaiki kehadiran.

    3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.

    4. Konflik antara pribadi berkurang.

    5. Pemahaman yang lebih mendalam.

    6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

    7. Hasil belajar lebih tinggi.

    Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan

    bahwa Tipe Numbered Heads Together adalah model belajar dengan

    cara setiap siswa diberi nomer dan dibuat suatu kelompok, kemudian

    secara acak guru memanggil nomer siswa tersebut. Penomeran dalam

    kelompok digunakan untuk menunjuk siswa untuk melakukan suatu

    kegiatan pembelajaran secara acak. Hal ini dimaksudkan untuk

    membuat siswa agar lebih siap dalam kegiatan pembelajaran.

  • 21

    2.1.5. Pembelajaran IPA SD

    Berdasarkan Permendiknas no. 22 Tahun 2006 tentang Standar

    Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

    tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

    konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

    penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

    peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

    prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

    kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

    pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi

    agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

    Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

    membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

    mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan

    sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

    masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu

    dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

    lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan

    pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk

    merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA

    dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

    Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

    (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja

    dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek

    penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI

    menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung

    melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

  • 22

    sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

    IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional

    harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

    pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK

    dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk

    membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri

    yang difasilitasi oleh guru.

    Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

    bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta

    beserta isi secara langsung atau pengalaman yang ada di lingkungan

    sekitar melalui pengamatan, percobaan dan memerlukan pembuktian.

    Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar

    Isi, ruang lingkup bahan kajian pembelajaran IPA untuk SD/MI

    meliputi aspek-aspek berikut.

    a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

    c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

    d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

    Mata pelajaran IPA di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta

    didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

    a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

    Nya.

    b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

    IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran

    tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

    lingkungan, teknologi dan masyarakat.

    d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

    sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  • 23

    e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

    f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

    sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

    (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

    2.1.6. Hakikat IPA

    IPA tidak hanya kumpulan – kumpulan pengetahuan tentang

    benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara memecahkan

    masalah. Para ilmuwan selalu menaruh perhatian terhadap peristiwa –

    peristiwa alam. Mereka selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan

    mengapa tentang peristiwa itu (Wintapura, 1993; 123). Menurut

    Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 3) IPA adalah dari segi

    istilah yang digunakan IPA atau Ilmuan Pengetahuan Alam “Ilmu

    artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan artinya

    pengetahuan yang benar menurut tokoh ukur kebenaran ilmu yaitu yaitu

    rasional dan objektif. Rasional masuk akal atau logis diterima oleh akal

    sehat sedangkan objektif artinya sesuai dengan objek, sesuai dengan

    kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui

    pancaindera. Menurut pendapat dari Das (2008: 21) bahwa IPA

    merupakan pengetahuan teoritis diperoleh dengan cara khusus, melalui

    kegiatan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,

    eksperimentasi, observasi dan seterusnya serta ada kaitan antara cara

    yang satu dengan yang lainnya. Menurut Cains dan Evans, 1993: 4 :

    1. IPA sebagai produk

    IPA sebagai produk atau isi. Komponen ini mencakup fakta,

    konsep, prinsip, hukum dan teori. Pada tingkat dasar IPA merupakan

    pengetahuan konseptual berdasarkan materi yang dikembangkan

  • 24

    sesuai dengan kurikulum yang ada. Contoh produk dalam penelitian

    ini adalah sumber daya alam.

    2. IPA sebagai proses

    IPA sebagai proses, tidak dipandang sebagai kata benda,

    kumpulan pengetahuan atau fakta untuk dihafalkan melainkan

    sebagai kata kerja, bertindak melakukan, meneliti, mengamati. IPA

    dipandang sebagai alat untuk mengamati. Dalam hal ini siswa

    membutuhkan pengalaman langsung yang meliputi mengumpulakan

    data, menganalisis dan evaluasi berkaitan dengan keterampilan

    proses dalam pembelajaran IPA. Contoh dalam proses pembelajaran

    adalah membedakan hewan langka dan tidak langka.

    3. IPA sebagai sikap

    Guru tingkat dasar harus memotivasi anak didiknya untuk

    mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan

    rational tentang fenomena alam dan fisik. Sebagian guru hendaknya

    memanfaatkan keingintahuan anak dan mengembangkan sikap

    tersebut untuk penemuan.

    Memfokuskan pada pencarian jati diri anak mengapa dan

    bagaimana fenomena terjadi. Anak – anak sebaiknya jangan takut

    membuat kesalahan, karena dengan melalui kesalahan – kesalahan

    akan dihasilkan pengetahuan ilmiah. IPA dapat bersifat

    menyenangkan dan penuh stimulus. Anak – anak sebaiknya terlibat

    dalam aktivitas yang dapat mengacaukan pengalamannya yang telah

    terstruktur. Contohnya hubungan antara kegiatan manusia dan

    kelangkaan hewan.

    4. IPA sebagai teknologi

    Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kegiatan

    sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar IPA. Penerapan IPA

    dalam penyelesaian masalah dunia nyata tercantum dalam kurikulum

  • 25

    baru. Pada kurikulum tersebut siswa terlibat dalam mengidentifikasi

    masalah dunia nyata dan merumuskan alternative penyelesaiaanya

    dengan menggunakan teknologi. Pengalaman ini membentuk suatu

    pemahaman penerapan IPA yang berkaitan dengan masalah

    kehidupan sehari hari dan juga dalam memahami dampak IPA dan

    teknologi pada masyarakat. Contoh IPA sebagai teknologi adalah

    pemanfaatan teknologi subak (alat pengairan yang digunakan oleh

    masyarakat Bali)

    Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

    IPA merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang berbagai

    fenomena alam selain itu IPA dapat diuji kebenarannya. Fenomena

    alam tersebut dapat ditangkap oleh pancaindera manusia, sehingga

    manusia dapat manusia terkhusus siswa dapat mengamatinya secara

    langsung dan memungkinkan siswa belajar dari alam langsung.

    2.1.7. Kompetensi Dasar IPA

    Kompetensi dasar IPA yaitu : pernyataan yang menyatakan

    ketrampilan atau kecakapan siswa yang mencakup kemampuan

    penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah, pengetahuan, dan

    memiliki sikap menghargai kegunaan IPA.

    Kompetensi dasar IPA yang hendak dicapai dalam proses

    pembelajaran telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang

    digunakan yaitu kurikulum SD 2006, walaupun guru harus menjabarkan

    lebih dahulu menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus yang disebut

    indikator.

    Adapun kompetensi dasar IPA yang digunakan dalam penelitian

    ini sesuai dalam buku kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI

    oleh Refandi (2006:47) sebagai berikut :

  • 26

    No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Mengidentifikasikan fungsi

    organ tubuh manusia dan hewan

    1.1 Mengidentifikasikan fungsi organ

    pernapasan manusia

    1.2 Mengidentifikasikan fungsi organ

    pernapasan hewan, misalnya

    ikan dan cacing tanah

    1.3 Mengidentifikasikan fungsi organ

    pencernaan manusia dan

    hubungan nya dengan makanan

    dan kesehatan

    1.4 Mengidentifikasikan fungsi organ

    peredaran darah manusia

    1.5 Mengidentifikasi gangguan pada

    organ peredaran darah manusia

    2. Memahami cara tumbuhan hijau

    membuat makanan

    2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan

    hijau membuat makanan

    2.2 Mendeskripsikan ketergantungan

    manusia dan hewan pada

    tumbuhan hijau sebagai sumber

    makanan

    3. Mengidentifikasi cara makhluk

    hidup menyesuaikan diri

    dengan lingkungan

    3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri

    hewan dengan lingkungan tertentu

    untuk mempertahankan hidup

    3.2Mengidentifikasi penyesuaian diri

    tumbuhan dengan lingkungan

    tertentu untuk mempertahankan

    hidup

    4. Memahami hubungan antara

    sifat bahan dengan

    4.1 Mendeskripsikan hubungan antara

    sifat bahan dengan bahan

  • 27

    penyusunnya dan perubahan

    sifat benda sebagai hasil suatu

    proses

    penyusunnya, misalnya benang,

    kain dan kertas

    4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan

    tentang perubahan sifat benda,

    baik sementara maupun tetap

    Sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diatas, peneliti

    memilih Standar Kompetensi nomor 4 tentang Memahami hubungan

    antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda

    sebagai hasil suatu proses dan Kompetensi Dasar nomor 4.1

    mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan

    penyusunnya, misalnya benang, kain, dan kertas, 4.2 tentang

    Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik

    sementara maupun tetap, materi tersebut sebagai acuan materi

    penelitian.

    2.1.8.Tinjauan Pokok Bahasan Hubungan Antara Sifat Bahan dengan

    Penyusunnya dan Perubahan Sifat Benda sebagai hasil proses

    Jas hujan dikenakan ketika turun hujan, jas hujan berfungsi untuk

    melindungi diri agar tidak basah oleh air hujan. Namun jika

    mengenakan jaket kain di saat hujan, kamu akan tetap basah. Jas hujan

    lebih tahan air dari pada jaket kain. Tahukah kamu, apa penyebabnya?

    Bahan apakah yang digunakan untuk membuat jas hujan? Adapaun peta

    konsep pada materi ini sebagai berikut!

  • 28

    Benda – benda yang kita gunakan terbuat dari bahan dengan

    sifat tertentu, pemilihan bahan ini disesuaikan dengan kegunaannya.

    Kesesuaian antara sifat bahan dengan kegunaannya akan mempermudah

    pekerjaan kita.

    A. Hubungan Antara Sifat Bahan dengan Bahan Penyusunnya

    Sifat suatu bahan tergantung dari penyusunnya. Sifat – sifat bahan

    meliputi kekuatan, kelenturan, ketahanan terhadap air atau api, hangat,

    halus atau kasar, dan juga kekakuan. Suatu benda dibuat berdasarkan

    sifat – sifat bahan tersebut.

    1. Benang

    Benang adalah tali halus yang dipintal dari kapas atau bahan

    sintetis (buatan). Benang jahit biasanya dibuat dari bahan kapas.

    Benang nilon dibuat dari bahan sintetis. Sifat benang tergantung

    Sifat Bahan

    Hubungan Antara Sifat Bahan

    Dengan Bahan Penyusunnya

    Kain

    Serat

    tumbuhan

    Serat

    hewan

    Kertas

    Kertas

    Bahan sintetis

    (Benang

    nilon)

    Kapas

    (Benang

    jahit)

    Benang

  • 29

    dari bahan penyusunnya. Benang yang dibuat dari kapas umumnya

    lebih kuat dari pada benang nilon. Oleh karena itu, benang dari

    kapas digunakan sebagai benang jahit. Fungsi benang jahit untuk

    memyambung potongan – potongan kain menjadi pakaian. Jahitan

    pakaian akan kuat dan tahan lama jika menggunakan benang jahit

    yang kuat pula. Ada bermacam – macam jenis benang, benang

    tersebut dibuat untuk tujuan tertentu. Benang untuk menjahit tidak

    sama dengan benang untuk membuat sulaman. Demikian juga

    benang untuk menyulam tidak sama dengan benang untuk

    menerbangkan layang – layang.

    2. Kain

    Kain terbuat dari serat. Serat – serat ini dipintal membentuk

    benang. Benang kemudian ditenun untuk dijadikan kain.

    Serat ada dua macam, yaitu serat alami dan serat sintetis.

    Serat alami berasal dari tumbuhan maupun hewan. Serat tumbuhan

    diperoleh dari kapas, kapuk dan kulit batang rami. Serat kapas

    memiliki sifat yang lentur, lembut, serta mudah menyerap air. Oleh

    karena itu, serat dari bahan kapas banyak digunakan untuk

    membuat pakaian. Pakaian dari bahan kapas relative nyaman

    dikarenakan mudah menyerap keringat. Kain dari bahan kapas

    disebut kain katun.

    Serat kapuk memiliki sifat yang kuat, lentur, dan mudah

    menyerap air. Serat kapuk cenderung lebih kuat jika dibanding

    serat kapas. Akan tetapi, serat kapuk kurang halus sehingga jarang

    digunakan untuk membuat pakaian. Serat kapuk dimanfaatkan

    untuk membuat perabotan rumah tangga misalnya kaos kaki, kasur,

    dan sumbu kompor.

    Serat dari kulit batang rami merupakan serat yang sangat kuat.

    Serat rami sangat kasar dan kaku. Oleh karena itu, serat rami sangat

  • 30

    jarang digunakan sebagai bahan pakaian. Sifat serat yang kuat ini

    digunakan untuk membuat karung, misalnya karung beras dan

    karung gula.

    Serat alami hewan diperoleh dari bulu binatang misalnya

    kambing, biri – biri maupun unta. Bulu – bulu ini harus diolah

    terlebih dahulu sebelum dipintal dan ditenun. Serat yang dihasilkan

    dari pengolahan bulu – bulu hewan disebut serat wol. Sifat serat

    wol yang dihasilkan tergantung jenis hewan yang diambil bulunya.

    Serat wol kasar digunakan sebagai bahan pembuat selimut

    maupun karpet. Sementara itu, serat wol halus digunakan sebagai

    bahan pakaian. Pakaian dari wol merupakan pakaian yang bernilai

    tinggi.

    Wol memiliki sifat yang mudah menyerap air, halus, dan

    terasa hangat saat dipakai. Oleh karena itu, pakaian dari serat wol

    cocok digunakan di daerah yang bersuhu dingin.

    Serat juga dapat diperoleh dari kepompong ulat sutra, yang

    disebut serat sutra. Kain sutra mempunyai sifat yang kuat dan

    sangat halus. Selain itu, kain sutra juga memiliki kilauan alami

    yang sangat indah. Kain sutra pertama kali dibuat di cina sekitar

    tahun 2600 SM.

    Serat sintetis diperoleh dengan mengolah bahan plastik.

    Bahan pakaian yang terbuat dari bahan serat sintetis diantaranya

    nilon dan poliester. Pakaian yang terbuat dari serat sintetis

    memiliki sifat, antara lain tidak mudah kusut, kuat, tetapi tidak

    nyaman dipakai dan tidak menyerap keringat. Selain itu, terdapat

    pula beberapa kain yang dilapisi dammar sehingga kedap air. Kain

    – kain seperti ini digunakan sebagai bahan untuk membuat jas

    hujan, parasut, karpet, serta tenda.

  • 31

    3. Kertas

    Kayu merupakan bahan dasar pembuatan kertas. Kayu

    dapat dibuat kertas karena memiliki serat selulosa yang kuat.

    Berbagai jenis kertas memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda.

    Pada umumnya, kertas memiliki sifat mudah menyerap air dan

    cenderung mudah sobek.

    Saat ini pengolahan kertas melibatkan bahan – bahan lain

    sehingga mempunyai sifat yang berbeda. Misalnya untuk

    memperoleh kertas tahan air, lapisan lilin atau plastik ditambahkan

    pada permukaannya. Kertas juga dibuat lebih tebal dan padat agar

    tidak mudah sobek.

    Beberapa contoh kertas yang sering kita gunakan

    diantaranya kertas HVS, Manila, karton, dan kertas minyak. Kertas

    – kertas tersebut memiliki sifat – sifat yang berbeda. Kertas

    tersebut juga digunakan untuk tujuan yang berbeda.

    Kertas HVS merupakan kertas tipis berwarna putih. Kertas

    ini digunakan untuk keperluan tulis menulis. Kertas manila

    cenderung lebih tebal dibanding kertas HVS. Kertas ini digunakan

    untuk membuat stopmap maupun berbagai kerajinan tangan. Kertas

    karton merupakan lembaran kertas yang sangat tebal dan kaku.

    Kertas karton digunakan untuk membuat kardus tempat

    menyimpan dan mengepak barang – barang. Sementara itu, kertas

    minyak digunakan untuk membungkus makanan karena sifatnya

    yang tahan air.

    B. Perubahan Sifat Benda

    Pernahkah kamu melihat cara pembuatan batu bata? Batu

    bata dibuat dari tanah liat. Tanah liat terlebih dahulu dicampur air

    untuk membentuk adonan. Adonan ini kemudian dicetak

    menggunakan cetakan batu bata, setelah dicetak batu bata mentah

  • 32

    dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Batu bata mentah

    yang telah kering dibakar hingga terbentuk batu bata merah.

    Adakah perbedaan antara tanah dan batu bata? Dapatkah batu bata

    kembali menjadi tanah? Perhatikan peta konsep berikut:

    Batu bata dibuat dari adonan tanah liat yang dicetak, kemudian

    dibakar. Sifat tanah liat berbeda dengan sifat batu bata. Tanah liat

    bersifat lembut dan berwarna hitam kecokelatan. Batu bata bersifat

    lebih lembut dan berwarna jingga. Dari proses pembuatan batu bata

    ini tampak adanya perubahan sifat. Perubahan ini disebabkan oleh

    proses pencampuran dengan air dan proses pembakaran.

    Perubahan Sifat Benda

    a. Sifat Benda

    Setiap benda mempunyai sifat tertentu yang membedakannya dengan

    benda lain, sifat benda meliputi :

    Perubahan Sifat Benda

    Jenis Perubahan Sifat Benda Penyebab Perubahan Sifat Benda

    Tetap Sementara Pembusuka

    n

    Pencamp

    uran

    dengan

    air

    Pembaka

    ran

    Pemanas

    an

  • 33

    1. Bentuk

    Bentuk benda bermacam – macam. Benda yang berupa bangunan

    datar mempunyai bentuk persegi, persegi panjang, segitiga, dan

    lingkaran. Benda yang berupa bangun ruang mempunyai bentuk

    bola, kubus, balok, kerucut, dan tabung.

    2. Warna

    Warna benda bermacam – macam, seperti warna pelangi. misalnya

    batu berwarna hitam

    3. Kelenturan

    Kelenturan adalah sifat benda yang yang mudah dilengkungkan,

    benda yang bersifat lentur dapat dibengkokkan dan tidak mudah

    patah.

    4. Kekerasan

    Kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan goresan.

    Suatu benda ber sifat lebih keras daripada benda lain jika dapat

    menggores benda tersebut.

    5. Bau

    Benda yang berbau dan ada yang tidak berbau. Bau benda meliputi

    harum, busuk dan amis.

    b. Perubahan sifat benda dan faktor – faktor yang mempengaruhinya

    benda – benda dapat berubah wujud. Benda padat dapat berubah

    wujud menjadi benda cair ataupun gas. Demikian juga sebaliknya.

    Perubahan wujud ini menyebabkan perubahan – perubahan sifat

    benda.:

    1. Berbagai penyebab perubahan sifat benda

    Benda dapat berubah sifat apabila ada perlakuan atau peristiwa yang

    mengenainya. Benda dapat mengalami perubahan wujud jika

    mendapat perlakuan berikut ini.

  • 34

    a. Pemanasan

    Pemanasan lilin berbeda dengan pembakaran lilin. Pemanasan

    lilin tidak terjadi secara langsung, lilin ditempatkan pada sebuah

    wadah. Selanjutnya wadah dipanaskan. Batang lilin yang semula

    berbentuk padat akan mencair karena meleleh. Selanjutnya, cairan

    dari batang lilin akan berubah bentuk menjadi padat lagi setelah

    dingin. Sumbu lilin tidak akan mengalami perubahan.

    b. Pembakaran

    Pembakaran api unggun dibuat dengan mengumpulkan kayu –

    kayu, kemudian dibakar. Akibat peristiwa pembakaran ini, kayu

    yang semula bersifat padat dan keras berubah bentuk menjadi

    arang dan abu. Arang mempunyai sifat rapuh, sementara abu

    berbentuk serbuk. Pembakaran dapat mengubah sifat benda.

    c. Pencampuran dengan air

    Para pekerja bangunan menggunakan berbagai macam bahan

    bngunan yang dicampur dengan air. Misalnya semen, pasir dan

    kapur. Semen berbentuk serbuk, setelah dicampur dengan air,

    semen berubah menjadi agak lengket. Jika sudah kering,

    campuran ini akan berubah menjadi keras dan kuat.

    d. Pembusukan

    Buah pisang yang telah matang akan membusuk bila dibiarkan

    selama beberapa hari. Proses pembusukan ini akan merubah sifat

    – sifat buah tersebut. Perubahan yang terjadi meliputi kekerasan,

    bau, dan warnanya. Buah pisang yang busuk baunya tidak sedap.

    Kulit buah yang semula berwarna kuning akan berubah menjadi

    cokelat kehitaman. Apabila dipegang, daging buahnya terasa

    lunak.

  • 35

    2. Macam – macam perubahan sifat benda

    Pada dasarnya perubahan sifat benda dapat dibedakan menjadi dua

    yaitu ;

    a. Perubahan sifat benda yang bersifat sementara

    Perubahan bersifat sementara adalah perubahn benda yang dapat

    kembali kewujud semula dan tidak menghasilkan zat baru.

    Perubahan bersifat sementara disebut juga perubahan

    fisika. Contoh perubahan yang bersifat sementara yaitu perubahan

    wujud air menjadi es. Air berwujud cair, dapat berubah menjadi

    es yang berwujud padat. Perubahan wujud benda dari cair

    menjadi padat disebut membeku. Es dapat berubah wujud

    menjadi air kembali jika dipanaskan. Perubahan wujud ini

    disebut mencair. Perubahan sifat pada benda tersebut bersifat

    sementara, kareena benda dapat kembali kewujud semula.

    b. Perubahan sifat benda yang bersifat tetap

    Perubahan bersifat tetap adalah perubahan benda yang tidak

    kembali kewujud semula. Perubahan ini menghasilkan zat baru.

    Perubahan bersifat tetap disebut juga perubahan kimia. Contoh

    perubahan yang bersifat tetap, yaitu perubahan wujud kertas yang

    dibakar menjadi abu. Apakah abu dapat kembali menjadi kertas?

    Tidak, bukan?

  • 36

    2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan Yuni Winarti membahas mengenai

    “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk

    Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 01

    Sumurbanger Kabupaten Batang Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/

    2012” simpulan dari penelitian tersebut adalah: metode pembelajaran

    NHT (Numbered Heads Together) dengan kerja kelompok dan diskusi,

    mampu membuat siswa dapat berpendapat untuk memecahkan

    permasalahan dengan pengamatan melalui pemanfaatan alat peraga yang

    sudah tersedia. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut, pada siklus I

    dan siklus II peneliti memberikan patokan KKM = 65 siswa yang

    mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 65) dari 32 siswa

    sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau

    46,87% belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25 sedangkan nilai

    tertinggi adalah 88 dan nilai terendahnya adalah 52. Siklus II siswa

    yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 32

    siswa atau100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah

    Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 79,75sedangkan

    nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 68.Sehingga

    penerapan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) di

    SDN 01 Sumurbanger Kabupaten Batang berhasil meningkatkan

    keaktifan dan hasil belajar IPA.

    Selain itu penelitan juga dilakukan oleh Lila tentang “Efektivitas

    Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan

    Pendekatan Konstruktivisme Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Mata

    Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang

    Kabupaten Bandung Barat Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”

    kesimpulanya bahwa berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa t

    hitung > t tabel (2.756 > 2.020 dan signifikans < 0.05 (0.009 < 0.05),

  • 37

    maka Ho ditolak, atau hipotesis yang menyatakatan Tidak Terdapat

    pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan

    Konstruktivisme tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa

    kelas 5 SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

    Barat Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, ditolak. Sehingga hasil

    dari penelitian tersebut terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran

    kooperatif dengan Pendekatan Konstruktivisme tipe NHT dalam

    meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN 2 Suntenjaya

    Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Semester II Tahun

    Pelajaran 2012/2013.

    Selanjutnya penelitian yang dilakukan Natanael Dwi Kristiyanto

    tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

    Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas 4 SD Negeri Sugihan 01

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

    2012/2013” disimpulkan bahwa Hasil uji analisis hipotesis yang telah

    dilakukan, diperoleh nilai pada uji t-test adalah sebesar 0,000 < 0,05

    maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari penjelasan data tersebut dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe NHT(Numbered Heads Together)

    berpengaruh signifikan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

    siswa Kelas 4 SD Negeri Sugihan 01 semester II tahun pelajaran

    2012/2013.

    Kemudian penelitian yang dilakukan Tri Sarono tentang

    “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Numbered Heads

    Together pada Siswa Kelas 5 SDN Gombong Kecamatan Pacalungan

    Kabupaten Batang Semester I/2013-2014”. Disimpulkan bahwa pada

    kondisi awal rata-rata hasil belajar siswa 58,5 meningkat menjadi 65,9

    pada siklus I dan 74,4 pada siklus II. Selain itu presentasi ketuntasan

  • 38

    kelas tersebut adalah pada siklus I meningkat sebesar 75 % dan

    meningkat lagi pada siklus II sebesar 87,5 %. Sehingga dengan

    menggunakan model dan media tersebut dapat meningkatkan hasil

    belajar.

    Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Noor Azizah (2007)

    dengan judul Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

    Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pemanfaatan LKS Pokok

    Bahasan Bangun Ruang Datar (Kubus dan Balok) siswa kelas VIII

    Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 dan hasilnya

    adalah nilai rata – rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) dengan pemanfaatan LKS lebih baik

    daripada nilai rata – rata hasil belajar pada pembelajaran dengan model

    konvensional.

    Penelitian serupa dilakukan oleh Intan Putri Utami (2011) dengan

    judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas V

    SD dan hasilnya didapat signifikan 0,006 ˂ 0,05 dan t hitung sebesar

    2,840 ˃ t table 2,000 sehingga kesimpulannya ada perbedaan hasil belajar

    antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe

    Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diajar

    menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar Matematika

    siswa kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih baik

    dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran

    konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

    Together (NHT) efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V

    SD.

    Penelitian lainnya oleh efi andriyani dengan juduk Pengaruh Model

    Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar

  • 39

    IPS Siswa kelas V SD Blotongan 2 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

    2010/2012 yang hasilnya menunjukkan rata – rata hasil belajar kelompok

    eksperimen 79,09 sedangkan kelompok kontrol 66,66 dengan hasil uji t

    signifikansi sebesar 0,00 sehingga kesimpulannya ada perbedann

    pengaruh penggunaan Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil

    belajar IPS Siswa Kelas V SD N Blotongan 2 Salatiga semester II Tahun

    2010/2012.

    Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, relevan dengan

    penelitian yang akan dilakukan, karena hasil dari penelitian tersebut

    mendukung Tipe NHT (Numbered Heads Together), dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa.

    2.3. Kerangka Berpikir

    Melihat dari kajian diatas, hasil belajar siswa erat hubungannya

    dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar.

    Dimana dalam kelas V guru kelas yang menggunakan model

    pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah, siswa dalam

    kelas hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh

    guru. Akan berbeda jika sebuah kelas dengan seorang guru yang

    menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT) dalam mengajar. Siswa dalam kelas akan dibagi menjadi

    beberapa kelompok – kelompok kecil siswa yang anggota nya heterogen

    baik dari jenis kelamin maupun kemampuan belajarnya.

    Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan memberikan nomer serta

    pembagian kelompok – kelompok secara heterogen. Kemudian dilakukan

    pengajuan pertanyaan saat proses pembelajaran baik diawal, tengah, dan

    akhir pembelajaran. Pertanyaan yang di dapat dipikir secara bersama

    terhadap teman kelompoknya masing – masing, jawaban yang sudah

  • 40

    didapat dipresentasikan di hadapan teman – teman sekelas. Kemudian

    hasil belajar yang diperoleh melalui Pre Test maupun Post Test berguna

    untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran

    kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).

    Adapun siklus alur nya :

    TINDAKAN

    Menggunakan Langkah –

    langkah NHT untuk

    meningkatkan hasil belajar

    IPA.

    Langkah – langkah NHT :

    Penomoran

    Pengajuan pertanyaan

    Berpikir bersama

    Pemberian jawaban

    Siklus

    I

    Dengan menggunakan Langkah – langkah Numbered

    Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

    mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri Mukiran 04

    Semester I tahun ajaran 2015/2016.

    KONDISI

    AWAL

    Guru :

    Kurang berinovasi dalam model

    pembelajaran, Pembelajaran masih

    berpusat pada guru

    (teacher centered),

    Lebih mengandalkan ceramah,

    Pembelajaran kurang dihubungkan dengan

    kehidupan sehari – hari

    Siswa :

    Siswa kurang

    bertanggungjawab dan

    sungguh-sungguh dalam

    belajar sehingga,

    Siswa hanya cenderung

    aktif mendengarkan dan

    memperhatikan,

    Banyak siswa yang

    mendapat nilai di bawah

    KKM

    Siklus

    II

    KONDISI

    AKHIR

  • 41

    2.4. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka berpikir

    diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

    pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Mukiran 04 Kaliwungu Semarang

    Semester 1 Tahun Ajaran 2015/2016.