bab ii kajian pustaka 2. kajian teori -...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mengutip beberapa pendapat para ahli dalam bidang pendidikan yang dapat mendukung penelitian ini. 2.1 Pengertian Bahasa Hakikat bahasa mengacu pada pembicaraan sistem/struktur atau Langue, sedangkan fungsi bahasa menyangkut pula pembicaraan proses atau parole. Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat, yakni : sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif (Saussure, 1993, Kleden, 1997:34). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88) Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 2.1.1 Fungsi Bahasa Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi hubungannya dengan individu dan masyarakat. Santoso, dkk. (2004 dalam Harjono dan Pirenomulyo, 2009:4) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : 1) Fungsi informasi, yakni untuk menyampaikan informasi timbal balik antar anggota keluarga ataupun anggota masyarakat. 2) Fungsi ekspresi diri, yakni untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi, dan tekanan-tekanan perasaan pembicara. 3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yakni untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat 4) Fungsi kontrol sosial, yakni untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. 2.1.2 Keterampilan Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Standar isi dan standar kompetensi lulusan 2006 menjadi acuan bagi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar Isi 2006,

Upload: hoangngoc

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mengutip beberapa pendapat

para ahli dalam bidang pendidikan yang dapat mendukung penelitian ini.

2.1 Pengertian Bahasa

Hakikat bahasa mengacu pada pembicaraan sistem/struktur atau Langue,

sedangkan fungsi bahasa menyangkut pula pembicaraan proses atau parole.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat, yakni :

sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif (Saussure, 1993, Kleden,

1997:34). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88) Bahasa

adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

2.1.1 Fungsi Bahasa

Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat

komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi hubungannya

dengan individu dan masyarakat. Santoso, dkk. (2004 dalam Harjono dan

Pirenomulyo, 2009:4) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi

memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Fungsi informasi, yakni untuk menyampaikan informasi timbal balik antar

anggota keluarga ataupun anggota masyarakat.

2) Fungsi ekspresi diri, yakni untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,

emosi, dan tekanan-tekanan perasaan pembicara.

3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yakni untuk menyesuaikan dan membaurkan

diri dengan anggota masyarakat

4) Fungsi kontrol sosial, yakni untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang

lain.

2.1.2 Keterampilan Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Standar isi dan standar kompetensi lulusan 2006 menjadi acuan bagi

pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar Isi 2006,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

7

khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebenarnya

merupakan penyempumaan dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

2004. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan yang mendasar antara standar isi 2006

dengan dokumen KBK 2004, maka pengembangannya juga tidak mengalami

perubahan yang berarti. Pembelajaran Bahasa Indonesia dimulai dari tema

tertentu, kemudian dijabarkan dalam komponen mendengarkan, berbicara,

menulis, membaca, kebahasaan dan apresiasi sastra.

Adapun persebaran butir pembelajaran sesuai dengan Standar Isi Tahun

2006 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 Semester 2 Sekolah

Dasar Yang berhubungan dengan membaca pemahaman terdapat pada tabel 2.1

berikut.

Tabel 2.1

Butir Pembelajaran Membaca Kelas 6 Sekolah Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Membaca

Memahami teks dengan membaca

intensif dan membaca teks drama

7.1 Menemu-kan makna tersirat suatu

teks melalui membaca intensif

7.2 Mengiden-tifikasi berbagai unsur

(tokoh, sifat, latar, tema, jalan

cerita, dan amanat) dari teks

drama anak

2.2 Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk

didalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan

menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan

yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Pengetahuan yang

diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebahasaan dan

nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan tentang huruf

(fonem), suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana, semantik, dan intonasi.

Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau judul

bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan, dan sebagainya

(Haryadi,2006:4). Menurut Darmiyati dan Budiasih dalam Ika Ariyanti (2001:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

8

140) butir-butir yang perlu diperhatikan dalam praktek membaca di Sekolah Dasar

mencakup: (1) ketepatan menyuarakan tulisan, (2) kewajaran lafal, (3) kewajaran

intonasi, (4) kelancaran, (5) kejelasan suara.

Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus

dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar

kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat

menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca mempunyai kiat

dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan

menggunakan model membaca, metode membaca dan teknik membaca sesuai

dengan kebutuhan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan membaca yang

baik.

Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang

menuntut kerja sama sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu bacaan,

seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliknya. Lebih lanjut

Anderson (1985:7) mengemukakan ciri-ciri membaca sebagai berikut:

1) Membaca adalah proses konstruktif, tidak ada satu tulisan pun yang dapat

dipahami dan ditafsirkan tanpa bantuan latar belakang pengetahuan dan

pengalaman pembaca.

2) Membaca harus lancar, kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan

pembaca mengenai kat-kata. Artinya, pembaca harus dapat menghubungkan

tulisan dengan makna.

Tarigan (1993: 37) memaparkan tujuan membaca pemahaman dalam

pembelajaran adalah:

1) menemukan ide pokok

2) memilih butir-butir penting

3) mengikuti petunjuk

4) menemukan citra visual dan citra lainnya

5) menarik simpulan

6) menduga makna dan merangkaikan dampaknya

7) menyusun rangkuman dan membedakan fakta dan pendapat.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

9

Nurgiantoro ( 2001: 247) menjelaskan dalam dunia pendidikan aktivitas

dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak daapat ditawar-tawar.

Sebagian memperoleh ilmu dilakukan siswa dengan melakukan kegiatan

membaca. Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu

aspek yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman.

Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa membaca adalah

kegiatan menemukan informasi baik tersirat maupun tersurat pada sebuah teks

bacaan menggunakan keterampilan yang dimiliki seseorang.

2.2.1 Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna erat sekali

berhubungan dengan tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini

beberapa tujuan khusus membaca (Tarigan, 2008: 9):

1) Membaca untuk mendapatkan informasi

Informasi yang dimaksud mencakup informasi biasa tentang fakta dan

kejadian sehari-hari sampai iniprmasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta

temuan ilmiah yang canggih.

2) Membaca dengan tujuan agar citra diri meningkat

Orang membaca karya penulis kenamaan mungkin agar orang lain memberi

nilai positif terhadap dirinya.

3) Membaca untuk melepas diri dari kenyataan

Ketika merasa jenuh, sedih, atau putus asa, orang bisa saja melakukan

membaca. Dalam hal ini membaca dapat merupakan sublimasi atau obat yang

positif, apalagi dipilihnya bacaan yang bermanfaat.

4) Membaca untuk rekreatif, mendapatkan kesenangan atau hiburan

Bacaan untuk tujuan ini tentu saja dipilih bacaan yang ringan atau yang

menghibur.

5) Membaca tanpa tujuan apa-apa

Membaca tanpa tujuan apa-apa muncul karena iseng, tak tentu apa yang akan

dilakukan pembaca. Jadi, hanya untuk merintangi waktu.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

10

2.2.2 Teknik Membaca

Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti jika

berada di ruang sekolah. Bedanya, ilmu pengetahuan yang diberikan guru atau

dosen di kelas dilakukan secara lisan dan yang disampaikan tentu juga sangat

terbatas. Sementara di luar itu, buku, makalah, surat kabar, majalah, dan internet

merupakan sumber pengetahuan yang demikian luas. Untuk itu setiap siswa,

mahasiswa atau siapa saja perlu membaca buku atau tulisan lain di berbagai

media. Namun, untuk memahami isinya dengan cepat dibutuhkan ketrampilan

membaca. Tidak ada perbedaan antara membaca koran dan buku teks, bahkan

dibandingkan dengan membaca komik. Padahal masing-masing membutuhkan

tingkat konsentrasi dan kecepatan yang berdeda. Untuk dapat membaca efektif,

pertama kita harus memahami dulu tujuannya. Yang pasti, membaca dilakukan

untuk memperoleh informasi, menambah wawasan, atau sekadar menghibur diri.

Berikut sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam membaca, disesuaikan

dengan tujuannya (Tarigan, 2008: 13).

1) Membaca sekilas (scanning)

Gunakan teknik ini untuk mencari informasi tertentu dari suatu buku/makalah,

seperti sebuah definisi atau judul bab tertentu. Misalnya, Anda sedang

membuat tinjauan tentang sebuah novel dan mendadak lupa nama salah

seorang tokoh yang tertembak mati. Anda cukup membaca sekilas pada

bagian yang memuat kejadian penembakan tersebut.

2) Skimming

Teknik ini mirip dengan scanning, hanya saja tujuannya untuk mendapat

gambaran ringkas akan isi suatu buku/makalah. Jika Anda mendapat tugas

membaca lima judul buku dan harus membuat tinjauannya dalam waktu

kurang dari tiga hari, Anda mungkin tidak dapat menyelesaikannya jika harus

membaca buku itu satu per satu. Cukup membaca secara skimming dan

kembangkan tinjauan Anda berdasarkan gambaran umum yang Anda peroleh.

3) Untuk memahami

Teknik ini banyak digunakan untuk membaca materi pelajaran yang baru.

Membaca dilakukan dengan lebih perlahan, mendalam dan terkadang diulang-

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

11

ulang, sehingga terserap dalam ingatan. Untuk mengulang dapat digunakan

teknik skimming. Teknik ini adalah teknik yang cocok digunakan dalam

penggunaan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif.

4) Mengeja

Teknik ini digunakan jika menyangkut istilah asing atau teknis, misalnya

fenilpropanolamina HCI. Tujuannya agar pengejaan nama tidak salah dan

nama tersebut benar-benar masuk dalam ingatan.

5) Mencatat

Kalau sudah menyangkut materi bacaan yang banyak, catatan-catatan kecil

berupa kata kunci atau “jembatan keledai” akan sangat membatu mengingat

keseluruhan bacaan.

2.2.3 Hakikat Membaca pemahaman

Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1999:

71) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan

isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Jadi, seorang

pembaca berusaha untuk memahami isi, menggali informasi secara lisan atau

dalam hati.

Tarigan (2008:36) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang

dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan demikian,

pembaca berusaha menangkap maksud atau pesan yang diinginkan penulis.

Makna dalam bacaan ada yang tercantum secara tersirat dan tersurat.

Seorang pembaca dituntut untuk mampu memahami makna tersebut. Dengan

demikian, makna tidak selalu dapat ditemukan dalam bacaan. Seorang pembaca

harus aktif melibatkan dirinya untuk menangkap makna dan memahami maksud

di luar bacaan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

membaca pemahaman adalah aktivitas yang melibatkan pembaca, isi bacaan, dan

penulis. Seseorang dikatakan memahami suatu bacaan apabila ia telah menangkap

maksud penulis baik yang tersirat maupun yang tersurat.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

12

2.2.4 Tingkatan Membaca Pemahaman

Pada artikel Dictionary Of Reading and Related Terms (1983:226)

disebutkan bahwa ada beberapa tingkatan proses pemahaman, antara lain :

1) mendapatkan makna harfiah,

2) mendapatkan makna interpretatif,

3) mendapatkan makna yang dibaca,

4) mereaksi apa yang dibaca dengan kreatif.

Dalam buku Kemampuan Membaca Silitonga (1984 : 8–9) menyatakan

bahwa kemampuan membaca siswa dapat diukur dan dianalisis. Sasaran

pengukuran mengacu pada gejala-gejala tingkah laku siswa secara langsung. Hal

ini berarti, tingkah laku berbanding lurus dengan kemampuan membaca siswa.

Gejala-gejala tingkah laku tersebut meliputi :

1) kemampuan menguasai bacaan dan sistem penulisannya yang mencakup

kemampuan memahami kalimat, dan rangkaian kalimat, serta memahami

respon yang tepat pada penggunaan tanda baca;

2) kemampuan dalam menangkap gagasan penulis dan menyimpulkan isi bacaan;

3) kemampuan memahami gaya dan pemaparan penulis yang mencakup

kemampuan mengenal atau mengidentifikasi sikap pengarang.

Secara rinci Davis dalam buku Analisis Kesalahan karya Pateda (1989:93)

menyebutkan membaca pemahaman akan mengukur kemampuan membaca

seseorang, yakni :

1) mengidentifikasi kata;

2) mengantisipasi makna;

3) menyimpulkan kata dari konteks;

4) menjalin ide dalam konteks;

5) menyimpulkan konteks menemukan maksud penulis, sikap, penekanan, cara-

cara penulis;

6) mengidentifikasi strategi penulis;

7) mengidentifikasi struktur penulisan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

13

Dengan demikian, pengukuran dalam membaca pemahaman adalah

pertanyaan-pertanyaan yang meliputi: makna kata dalam kalimat, ide pokok dan

ide penjelas, maksud pengarang, penggunaan tanda baca, kesimpulan bacaan,

judul, dan data-data baik yang tersirat maupun yang tersurat.

2.2.5 Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman

Keberhasilan dalam membaca ditentukan oleh banyak faktor. McLaughlin

dalam Hidayat (2005) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip membaca yang paling

mempengaruhi pemahaman bacaan, sebagai berikut.

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

Teori kontruktivis menyatakan bahwa pemahaman dan penyusunan bahasa

sebagai suatu proses membangun. Hal ini mengandung pengertian bahwa apa

yang mereka bangun dan pengetahuan sebelumnya adalah bahan untuk

membangun makna. Dalam membaca, informasi baru yang akan diajarkan

harus diintegrasikan dengan apa yang diketahui sehingga siswa mempunyai

banyak pengalaman dalam suatu topik tertentu.

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang

membantu perkembangan pemahaman.

Kemahiraksaraan yang dimiliki seseorang akan membantunya dalam

proses membaca maupun menulis secara penuh. Adapun, model pembelajaran

pemahaman yang diharapkan adalah sebuah model yang memberikan

kesempatan belajar, menghubungkan, dan mengintegrasikannya. Dengan

demikian, kegiatan belajar mengajar harus diletakkan dalam kerangka kerja

kurikulum sehingga dapat menciptakan suatu lingkungan yang optimal untuk

pelaksanaan belajar.

c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi proses belajar.

Guru yang unggul adalah guru yang mengetahui pentingnya setiap siswa

untuk memiliki pengalaman kemahiraksaraan. Hal ini karena, peranan guru

dalam proses membaca adalah menciptakan pengalaman memperkenalkan,

memelihara, dan memperluas kemampuan siswa dalam memahami teks. Jika

guru mengetahui cara mengembangkan motivasi siswa, mengenal karakteristik

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

14

siswa, dan strategi-strategi mengajarkannya, maka proses belajar akan lebih

menyenangkan.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif

dalam proses membaca.

Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat mengintegrasikan

informasi dan terampil menghubungkannya dengan topik sebelumnya.

Sebaliknya, pembaca yang tidak baik terlampau menekankan simbol-simbol

dalam teks atau terlampau yakin pada pengetahuan sebelumnya tentang topik.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, sebaiknya

guru memberikan teks dalam berbagai tingkat kesukaran. Guru dapat

membantu siswa dengan menyuruhnya membaca nyaring apabila teksnya

dianggap sulit dan menantang. Apabila teks tersebut sangat tepat untuk

pembelajaran, siswa diberikan dukungan yang penuh dari gurunya.

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada

berbagai tingkat.

Setiap hari, siswa perlu membaca berbagai teks dengan tingkat yang

berbeda. Apabila teks itu digunakan, guru perlu memberikan bantuan untuk

meningkatkan dan memperluas pengalaman belajar siswa serta menerima

dukungan yang bergantung pada tujuan dan setting pengajaran. Dengan

mengenal berbagai jenis materi bacaan akan meningkatkan pemahaman siswa.

Hal ini akan memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan

meningkatkan proses memahami suatu teks.

g. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

Teori kontruktivis memiliki peranan penting pada perkembangan kosakata.

Kosakata yang dimaksud adalah memperkenalkan antonim, sinonim, makna

ganda, dan definisi abstrak. Ahli bahasa mengidentifikasikan empat petunjuk

untuk pengajaran kosakata. Adapun petunjuk yang dimaksud yakni siswa

hendaknya memperkenalkan secara aktif dalam memahami kata-kata dan

dihubungkannya dengan strategi-strategi, belajar kosakata harus sesuai dengan

keinginan siswa, mengakrabi kata-kata, dan mengembangkan kosakatanya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

15

melalui wacana-wacana yang diulang penggunaannya dari berbagai sumber

informasi.

h. Pengikutsertaan merupakan faktor kunci dalam proses pemahaman.

Keterlibatan pembaca dalam membangun pemahaman didasarkan pada

hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru.

Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan,

memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya

untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam interaksi

sosial yang bermakna tentang bahan bacaan.

i. Strategi dan keterampilan pemahaman bisa diajarkan.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa saat siswa mengalami strategi

pengajaran pemahaman langsung, ternyata meningkatkan pemahaman teks

tentang topik baru. Pertanyaan-pertanyaan pemahaman sering timbul pada

tingkat pemahaman literal, ditugaskan dan kemudian dikoreksi, pemahaman

dinilai, tetapi tidak diajarkan. Dengan mengaitkan keterampilan dan strategi-

strategi bisa mempermudah siswa memahami strategi pemahaman yang

umumnya lebih kompleks dari keterampilan pemahaman.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca

pemahaman.

Penilaian merupakan sekumpulan data, seperti nilai tes dan catatan-catatan

informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi merupakan

interpretasi dan analisis data. Asesmen ini berguna untuk menilai kemajuan

siswa karena memungkinkan guru untuk menemukan kelebihan dan

kekurangan, merencanakan pengajaran dengan tepat, mengkomunikasikan

kemajuan siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan

strategi mengajar.

2.2.6 Rumus Pengukuran KEM

Menurut Ahmadslamet dan Tampubolon dalam buku Membaca I karangan

Harras (1997), disebutkan bahwa untuk menentukan KEM seseorang ada dua

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

16

prosedur yang dilalui, yakni : pengukuran kecepatan membaca dan pemahaman

isi.

1) Pengukuran Kecepatan Membaca (KM) dengan cara menghitung jumlah kata

yang terbaca setiap menit. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :

2) Pengukuran pemahaman isi bacaan (PI) secara keseluruhan dengan cara

menghitung persentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban yang ideal

dari pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan. Prosesnya dapat

digambarkan sebagai berikut : Adapun untuk mengukur KEM seseorang,

kedua aspek tersebut harus diintegrasikan. Menurut Harjasujana, hal ini dapat

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

K : jumlah kata yang terdapat dalam bacaan

W : jumlah waktu yang ditempuh dalam hitungan detik

B : skor jawaban yang benar

SI : skor jawaban ideal

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

17

2.2.7 Standardisasi Kecepatan Membaca

KEM satu orang dengan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini sangat

bergantung pada tingkat pendidikan dan jabatan yang disandang. Walaupun

demikian, ada formula yang dapat dijadikan acuan atau tolak ukur untuk

mengetahui KEM yang harus dimiliki seseorang.

Christine Nuttal (1989) dalam Harras menyebutkan bahwa jenjang SD

antara kelas 1 sampai 6 pun berbeda dalam kecepatan membacanya seperti yang

tercantum pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

KEM Menurut Tingkatan Kelas

Kelas Kecepatan Membaca

1 60-80 kata per menit

2 90 - 110 kata per menit

3 120 – 140 kata per menit

4 150 – 160 kata per menit

5 170 – 180 kata per menit

6 190 – 200 kata per menit

Standardisasi di atas digunakan umtuk menghitung kecepatan membaca saja.

Adapun untuk menghitung kemampuan efektif membacanya harus diikuti oleh

pemahaman terhadap wacana.

2.3 Metode SQ3R

2.3.1 Pengertian Metode SQ3R

SQ3R merupakan suatu metode membaca yang terdiri dari lima langkah

yaitu Survei, Question, Read, Recite, Review (Soedarso, 2010:59). Metode ini

sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional untuk

keperluan studi. Metode membaca untuk studi ini dianjurkan oleh seorang guru

besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof. Francis P. Robinson, tahun

1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin

dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan

metode SQ3R mencakup lima langkah sebagai berikut ini.

1) Survei (prabaca),

2) Question (bertanya),

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

18

3) Read (baca),

4) Recite (mengutarakan kembali),

5) Review (mengulang kembali).

2.3.2 Karakteristik Metode SQ3R

Untuk menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei

terhadap bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan

dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan

membaca buku, kita menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang,

nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar

pustaka. Setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk

diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam buku

itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita memahami bacaan. Dengan bekal

rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Pertanyaan itu

merupakan penentuan yang dapat membantu pembaca menemukan informasi

yang diinginkannya dengan cepat.

Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita

lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri.

Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil.

Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan

meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu

membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-

bagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari

bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat

kita membaca sebelumnya.

Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan

metode SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu

metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta

membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu

survei, question, read, recite, dan review.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

19

2.3.2.1 Langkah-langkah Metode SQ3R

Soedarso (2010:60-64) menjelaskan bahwa Metode SQ3R merupakan

suatu rencana studi yang terpadu untuk memahami serta menguasai isi bacaan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini meliputi:

1) Prabaca ( survey : S )

Pada langkah yang pertama ini dilakukan pengkajian sepintas terhadap

seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengenal bahan sebelum

membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan

ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1. Mempercepat

menangkap arti, 2. Mendapatkan abstrak, 3. Mengetahui ide-ide yang penting,

4. Melihat susunan bahan tersebut, 5.Mendapatkan minat perhatian yang

seksama terhadap bacaan dan 6. Memudahkan mengingat lebih banyak dan

memahami lebih mudah. Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi

dengan cara yang sistematis kita dapat menentukan ide-ide penting dan

sistematis bahan.

2) Mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan ( question : Q )

Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan sebanyak-

banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah isi judul dan subjudul

serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa,

apa, kapan, di mana atau mengapa. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-

hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat

beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak

berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-

banyaknya. Suatu pertanyaan dapat menimbulkan pertanyaan lain tentang isi

secara lebih mendalam. Dengan adanya pertanyaan itu cara membaca kita

menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Inti dari

langkah ini adalah melihat hal yang ditandai sebagai bagian penting menjadi

kalimat tanya. Langkah ini dilakukan bersamaan dengan langkah pertama.

3) Membaca isi ( read : R1)

Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

20

membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-

paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan

relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.

4) Menceritakan isi bacaan dengan kata-kata kita sendiri ( recite/recall : R2 )

Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali

jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin

diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan

dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap

terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian

seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat

diselesaikan dengan baik.

5) Meninjau kembali isi bahan bacaan ( review : R3 )

Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan untuk menelusuri kembali

judul-judul dab subjudul dan bagian-bagian yang penting lainnya dengan

menemukan pokok-pokok penting yang perlu diingat kembali. Tahap ini

selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk

mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum ini.

2.3.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode SQ3R

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan

masing-masing, sama halnya dengan metode SQ3R yang memiliki keunggulan

dan kelemahan dalam penerapannya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1) Keunggulan Metode SQ3R

Keunggulan metode SQ3R adalah adanya langkah-langkah yang jelas dan

tidak rumit. Selain itu dengan langkah-langkah metode SQ3R pembaca

cenderung lebih mudah memahami isi bacaan dalam waktu relatif cepat.

Metode ini sangat baik bagi pembaca yang bertujuan belajar atau

mendapatkan informasi. Anif (2009) .

2) Kelemahan metode SQ3R

Kelemahan metode SQ3R adalah metode ini lebih memakan waktu diawal

karena ada proses Survey dan Question setidaknya 10 menit pertama.

Walaupun demikian investasi waktu diawal akan memberikan manfaat besar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

21

dalam pemahaman isi bacaan pada proses selanjutnya, sehingga bisa dikatakan

kelemahan pada metode SQ3R ini cenderung positif, karena proses yang

memakan waktu ini memberi manfaat pada pemahaman siswa saat membaca

teks bacaan. Noer (2009).

2.4 Konsep Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada

pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi

merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Zuchdi,

1997:34). Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi

komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi dua bagian, yaitu

kompetensi dan performansi atau unjuk kerja.

Brumfit dan Finocchiaro dalam Sheva (2012:1) mengungkapkan bahwa

ciri-ciri pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah:

1) makna merupakan yang terpenting

2) percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan

secara normal

3) kontekstualisasi merupakan premis pertama

4) belajar bahasa berarti belajar berkomunkasi

5) komunikasi efektif dianjurkan

6) latihan penubihan atau drill diperbolehkan, tetapi tidak memberatkan

7) ucapan yang dapat dipahami diutamakan

8) setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik

9) segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal

10) penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak

11) terjemahan digunakan jika diperlukan peserta didik

12) membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal

13) sistem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi

14) komunikasi komunikatif merupakan tujuan

15) variasi linguistic merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

22

16) urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk

memperkuat minat baca

17) guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan

bahasa itu

18) bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui percobaan dan mencoba

19) kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama, ketepatan

dinilai dalam konteks bukan dalam keabstrakan

20) peserta didik diharapkan berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok

atau pasangan, lisan dan tulis

21) guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya

22) motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang

dikomunikasikan

2.5 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar

merupakan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2011:3), hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognnitif,

afektif, dan psikomotoris. Dan menurut Suprijono (2009:5), hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nlai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

ketrampilan. Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah

melakukan pembelajaran, perubahan tingkh laku dari yang belum bisa menjadi

bisa, dari yang belum tau menjadi tau.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia meneima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar , yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

23

(a) informasi ferbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap,

dan (e) ketrampilan motoris. Sudjana (2011:22).

Menurut Bloom dalam Winkel (2004:273-274), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, penjelasannya lebih lanjut

tentang domain kognitif dan afektif sebagai berikut:

Domain kognitif adalah:

a. Pengetahuan (knowledge):

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali

tentang nama-nama, struktur, bentuk, dan sebagainya. Ini merupakan tingkat

berpikir paling rendah.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan peserta didik untuk mengerti atau memahami sesuatu yang

telah diketahui atau diingat.

c. Penerapan (aplication)

Kemampuan siswa untuk menerapkan atau menggunakan sesuatu yang telah

diketahui ke dalam situasi yang kongkrit.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan seseorang untuk menguraikan sesuatu bahan ke dalam bagian-

bagian yang lebih kecil.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan seseorang untuk memadukan elemen-elemen dan bagian-

bagian yang kecil ke dalam satu bentuk yang utuh.

f. Evaluasi (evaluation).

Kemampuan seseorang untuk memberikan pertimbangan nilai dari situasi

tertentu untuk tujuan tertentu

Domain afektif adalah:

a. Penerimaan (receiving)

Kepekaan seseorang untuk mnerima rangsangan (stimulus) yang datang

dari luar dirinya. Stimulus ini dapat berupa aktifitas di kelas, buku-buku

teks, musik dan lain sebagainya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

24

b. Partisipasi (responding)

Adanya partisipasi aktif dari peserta didik. kemampuan menanggapi disini

adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya

secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya

dengan salah satu cara.

c. Penilaian/ penentuan sikap (valuing)

Memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu obyek,

sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa

kerugian atau penyesalan.

d. Organisasi (organization)

Mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang lebih

universal, yang membawa kepada perbaikan umum.

e. Pemahaman pola hidup (characterization by a value or value complex)

Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yakni

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Fitri Setyorini

dalam Penelitian Tindakan Kelasnya yang berjudul Penerapan SQ3R untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V di SDN

Ketawanggede 2 Malang. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang, Tahun 2011.

Bahasa Indonesia salah satu faktor pendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia salah satu

penyebabnya karena kemampuan membaca mereka dalam memahami bacaan

yang masih rendah. Bahasa Indonesia sering dianggap mudah padahal ppada

kenyataannya kemampuan memahami bacaan masih kurang, terutama dalam

menyelesaikan soal yang disertai dengan bacaan. Peneliti berpendapat bahwa

dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

25

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) penerapan SQ3R

(Survey, Question, Read, Recite, Review) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di

kelas V SDN Ketawanggede 2, (2) hasil kemampuan membaca pemahaman

setelah menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) di

kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang. Subyek dari penelitian adalah siswa kelas

V sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Penelitian ini menggunakan rancangan PTK terdiri dari 2 siklus. Instrument yang

digunakan adalah tes dan lembar observasi aktivitas siswa. Tehnik analisis yang

dipakai rata-rata dan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan SQ3R (Survey,

Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang dengan menerapkan

metode SQ3R memberikan dampak positif bagi siswa. Hal tersebut antara lain

memudahkan pemahaman siswa membaca isi bacaan, perbendaharaan kosa kata

bahasa Indonesia siswa bertambah, lebih terampil merangkai kata dalam kalimat,

mampu mengerjakan evaluasi dengan benar, menjawab pertanyaan guru dan

mampu menceritakan kembali isi bacaan. (2) Kemampuan membaca pemahaman

siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang melalui penerapan SQ3R (Survey,

Question, Read, Recite, Review) mengalami peningkatan yaitu dari peningkatan

pada pratindakan hasil belajar siswa terdapat 4 siswa yang berkualifikasi sangat

baik, 12 siswa mendapat kualifikasi baik, dan 10 siswa dengan kualifikasi cukup.

Kemudian pada siklus I meningkat yaitu terdapat 7 siswa berkualifikasi sangat

baik, 13 siswa mendapat kualifikasi baik, 6 siswa dengan kualifikasi cukup. Pada

siklus II berdasarkan standar kualifikasi penilaian terdapat 14 siswa yaitu 53,8%

siswa dengan kriteria sangat baik dan sisanya 12 siswa yaitu 46,2% siswa dengan

kriteria baik.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: (1) penerapan SQ3R dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V yaitu

memudahkan pemahaman siswa membaca isi bacaan, perbendaharaan kosa kata

bahasa Indonesia siswa bertambah, lebih terampil merangkai kata dalam kalimat,

mampu mengerjakan evaluasi dengan benar, menjawab pertanyaan guru dan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

26

mampu menceritakan kembali isi bacaan, (2) telah terjadi peningkatan

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang

yang ditunjukkan dari kualifikasi siklus I yaitu 7 siswa mendapatkan kriteria

sangat baik, 13 siswa mendapatkan kriteria baik, 6 siswa mendapatkan kriteria

cukup dan pada siklus II meningkat menjadi 53,8% siswa mendapatkan kriteria

sangat baik dan 46,2% siswa mendapatkan kriteria baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan: (1) Kepala Sekolah hendaknya

memotivasi dan mengarahkan guru agar lebih terfokus dalam peningkatan

kemampuan membaca pemahaman siswa yang salah satunya dapat dilakukan

dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), (2)

guru bahasa Indonesia agar dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dapat

menggunakan pembelajaran dengan metode SQ3R (Survey, Question, Read,

Recite, Review) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa,

(3) peneliti yang lain untuk mencoba mengembangkan penelitian lanjutan

menggunakan metode SQ3R yang mencakup jenis-jenis membaca lain, karena

penelitian ini masih terbatas pada membaca pemahaman.

2.7 Kerangka Berpikir

Dengan metode SQ3R pendektakan komunikatif khususnya dalam

pelajaran Bahasa Indonesia dijadikan salah satu pembelajaran yang efektif untuk

meningkatkan hasil belajar, karena metode ini diyakini mampu membantu siswa

memahami materi membaca pemahaman.

Setelah melakukan observasi di kelas 6 SD Negeri Tambakboyo 02

Ambarawa, rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia dikarenakan ketika guru

menyampaikan materi pembelajaran hanya mengandalkan ceramah, yaitu guru

hanya membaca buku materi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran,

sehingga siswa pasif dan kurang berminat untuk mempelajari dan memahami

materi pembelajaran. Perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode SQ3R dengan pendekatan

komunikatif.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3827/3/T1_292009244_BAB II.pdfmenggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca

27

Adapun kerangka berpikir metode SQ3R dengan pendekatakan

komunikatif dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, dan dengan

mempertimbangkan dan merujuk kepada beberapa pendapat pakar dan kerangka

berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah :

1) Penerapan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6 semester 2

SD Negeri Tambakboyo 02 Ambarawa tahun ajaran 2012/2013.

Kondisi Sebelum Tindakan Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia

Siswa tidak bisa menemukan gagasan sendiri dari materi

pembelajaran yang disampaikan

Guru kurang memaksimalkan kegiatan belajar siswa di

dalam kelas

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia masih rendah

Dilaksanakan Tindakan Guru menggunakan metode SQ3R dengan

pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

Siswa dapat menemukan gagasan sendiri dari

materi pembelajaran yang disampaikan

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia meningkat

Siswa lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran