bab ii finallibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab ii final__11-88.pdfinvestasi terhadap...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Umum
2.1.1 Metode-Metode Dalam Evaluasi Investasi
Teknologi Informasi
Metode-metode yang banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan
dalam mengevaluasi investasi IT (Turban, Leidner, Mclean, dan Wetherbe,
p566) :
• Pendekatan Finansial (Financial Approach)
Metode penilaian yang hanya menggunakan dampak-dampak dari
segi keuangan dalam proses evaluasi yang dilakukan, berfokus
pada arus kas yang diterima dan dikeluarkan sebagai hasil dari
investasi yang sudah dilakukan.
• Pendekatan Multicriteria (Multicriteria Approach)
Metode pengukuran yang mempertimbangkan dari dua sisi, yaitu
segi finansial dan nonfinansial yang tidak bisa diukur segi
moneternya. Menggunakan teknik pengambian keputusan secara
kualitatif dan kuantitatif.
• Pendekatan Rasio (Ratio Approach)
Menggunakan penghitungan rasio dalam mengevaluasi investasi
IT.
8
• Pendekatan Portofolio (Portfolio Approach)
Menggunakan portfolio untuk menempatkan beberapa proposal
investasi terhadap kriteria-kriteria pengambilan keputusan.
Sedangkan menurut Ranti (2006) dalam sebuah jurnal yang ditulisnya.
Disebutkan beberapa jenis metode evaluasi IT seperti:
• Information Economics (IE)
Information Economics (IE) adalah varian atau turunan dari cost-
benefits analysis, dibuat untuk mengatasi berbagai hal yang bersi-
fat intagible seperti intangible benefits yang ditemukan dalam sua-
tu proyek IT.
• Real Options Valuation (ROV)
Tujuan dari ROV adalah meletakkan nilai yang dapat dikuantitatif-
kan pada suatu keadaan yang fleksibel. Teknik ini digunakan pada
leasing, merger dan acquisition, dan manufacturing.
• Balanced Scorecard (BSC)
BSC adalah satu perangkat alat pengukuran financial dan opera-
tional yang menyediakan proporsi yang seimbang antara dampak
financial dan operational dari nilai suatu sistem. BSC fokus pada
empat perspektif area yaitu finance, customers, internal processes,
dan employee learning and growth.
9
• Economic Value Added (EVA)
EVA digunakan sebagai alat ukur untuk pengukuran dari kinerja
individual setiap departemen termasuk IT didalamnya yang dila-
kukan baik itu secara bulanan, empat bulanan, maupun tahunan
yang dapat memberikan bantuan bagi manajemen dalam pengam-
bilan keputusan untuk proyek baru.
• Return on Management (ROM)
ROM mengukur dampak dari IT pada kinerja bisnis unit berdasar-
kan pada nilai tambah yang disediakan manajemen bagi perusa-
haan.
• Multi-Objective Multi-Criteria (MOMC)
MOMC secara jelas mengakui keberadaan dari berbagai aspek dan
lebih dari satu perangkat nilai dalam keputusan untuk melakukan
investasi IT.
2.1.2 Analisa Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Cost benefit analysis adalah proses mengevaluasi suatu sistem yang di-
usulkan dengan membandingkan perkiraan biaya dan manfaat (Alter, 1999,
p404). Analisa biaya manfaat dapat juga didefinisikan sebagai proses memban-
dingkan berbagai jenis biaya yang dikeluarkan untuk pengimplementasian IS
dengan manfaat-manfaat yang diharapkan oleh perusahaan dengan pemakaian
system tersebut (Remenyi, 1995, p80). Analisa biaya manfaat membutuhkan
perkiraan biaya dan manfaat dinyatakan dalam satuan mata uang (rupiah misal-
10
nya). Jika ternyata didapatkan besar manfaat lebih tinggi dibandingkan biaya
maka sistem tersebut mungkin akan diimplementasikan, demikian pula sebalik-
nya (Parker et al, 1988, p75).
Keputusan untuk investasi modal dapat dianalisa dengan menggunakan
analisa biaya manfaat, dengan membandingkan total nilai keuntungan yang di-
dapat dengan biaya-biaya yang berhubungan.
Analisa biaya manfaat dapat digunakan dalam dua cara. Pertama,
sebagai alat perencana yang membantu dalam pengambilan keputusan apakah
suatu sistem layak atau tidak. Kedua, analisa biaya manfaat digunakan sebagai
alat evaluasi apakah proyek sistem informasi sudah sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Setelah menentukan manfaat yang diharapkan dan biaya implementasi
proyek, hubungan antara biaya dan manfaat perlu dijelaskan atau didefinisikan
lebih lanjut. Ada beberapa pendekatan untuk mendefinisikan hubungan tersebut,
diantaranya:
• Simple Return on Investment (ROI)
Teknik ini biasa disebut accounting rate of return dengan mengukur
keefektifan manajemen dalam memperbanyak keuntungan mengguna-
kan asset-asset yang tersedia. Simple ROI merupakan rasio dari rata-
rata pendapatan bersih proyek dibagi dengan investasi proyek tersebut.
Metode ini cocok untuk proyek pemrosesan data dan sistem informasi.
11
• Internal Rate of Return (IRR)
Teknik ini paling banyak digunakan dalam teknik analitis. Teknik ini
mendapatkan tingkat diskonto dari suatu investasi di mana present
value dari arus kas bersih sama dengan present value dari pengeluaran
kas.
• Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan ter-
lebih dulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Dalam analisa NPV,
analis dapat mengkonversi manfaat dari nilai-nilai masa datang men-
jadi sebanding dengan nilai masa sekarang dengan memotong manfaat
tersebut menjadi biaya organisasi. Mereka dapat membandingkan nilai
masa sekarang dari manfaat masa datang dengan biaya-biaya yang di-
butuhkan untuk mencapai manfaat tersebut, untuk menentukan apakah
manfaat yang didapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
2.1.3 Definisi Information Economics (IE)
Menurut Parker, Benson, dan Trainor (1998. p5). Information Eco-
nomics merupakan sekumpulan peralatan (tools) komputasi untuk mengkuanti-
taskan biaya dan manfaat dari suatu proyek teknologi informasi
Sedangkan menurut Robson (1997, p237) Information Economics se-
cara eksplisit mengevaluasi alternatif investasi sistem informasi dengan mengi-
12
dentifikasi dan lalu mengevaluasi (evaluating), pemberian skor (scoring), dan
pemberian peringkat (ranking) faktor positif (nilai) dan faktor negatif (risiko
atau ketidakpastian) yang potensial dari sekumpulan kandidat investasi.
Metode Information Economics ini dikembangkan karena adanya
kebutuhan dari pihak enterprise untuk mengetahui bagaimana dampak
ekonomis investasi teknologi informasi terhadap perusahaan.
Metode Information Economics yang diperkenalkan 20 tahun yang
lalu oleh Bob Benson, Ed Trainor dan Marilyn Parker ini merupakan
pengembangan dari metode tradisional Cost Benerfit Analysis. Metode IE
muncul karena adanya kebutuhan dari pihak perusahaan untuk mengetahui
bagaimana dampak ekonomis investasi IT terhadap perusahaan yang berfokus
pada justifikasi dan prioritisasi investasi IT berdasarkan faktor manajemen
seperti kesesuaian strategi, keunggulan bersaing, respon kompetitif, dan
informasi manajemen, infrastruktur strategic IT yang dihubungkan dengan ROI
atau perhitungan finansial lainnya.
Dalam pengukuran Information Economics terdapat empat tahapan
yaitu:
- Identifikasi nilai dan total biaya dari setiap proyek
- Menetapkan kriteria ekonomi sementara dalam proses pembuatan
keputusan
- Memperkirakan alternatif yang mungkin terjadi
- Alokasi sumber daya yang berharga untuk proyek yang berharga
13
2.2 Teori-teori New Information Economics
Teori-teori berikut merupakan teori yang digunakan untuk mendukung ruang
lingkup bahasan.
2.2.1 Definisi New Information Economics
Information Economics yang dikembangkan oleh Parker ternyata pada
praktiknya ditemukan kelemahan dimana kesulitan timbul pada penerapkan ROI
terhadap project IT strategic yang menghasilkan manfaat yang tidak terlihat
(intangible benefit). Oleh karena itu, Robert J Benson bersama dengan rekan-
rekannya menyempurnakan metode ini menjadi metode New Information
Economics.
New Information Economics adalah sebuah pendekatan yang
terintegrasi antara pengontrolan anggaran pengeluaran teknologi informasi
dengan mendapatkan tender besar di bidang teknologi informasi (IT). Hal ini
dimulai dari bisnis yang terkoordinasi atau proses perencanaan strategis hingga
tercapainya pengukuran kinerja bisnis yang diinginkan. New Information
Economics merupakan paradigma baru untuk memahami, mengatur dan
mengontrol seluruh pengeluaran IT, yang semuanya mengarah kepada
pengambilan keputusan IT yang tepat. (Anonymous, 2004e)
Menurut Benson, Bugnitz dan Walton (2004, p99) New Information
Economics adalah seperangkat praktik terkoordinasi yang didasarkan pada
prinsip dan aktivitas terintegrasi yang secara efektif menghubungkan proses
14
bisnis dengan proses management IT, dengan demikian dapat menghubungkan
strategi bisnis perusahaan ke rencana dan aktivitas IT.
2.2.2 Tujuan dari Praktik New Information Economics
(NIE)
Menurut Benson, Bugnitz, dan Walton (2004, p1) tujuan dari praktik
New Information Economics adalah untuk menghasilkan hasil yang tepat den-
gan keputusan yang tepat (right decision and right results) dalam hal investasi
IT sehingga investasi yang dilakukan dapat mendukung kegiatan strategis dan
efektifitas operasional perusahaan.
Hasil yang tepat diperoleh apabila perusahaan dapat mengontrol biaya
IT dan sekaligus dapat meningkatkan dampak pada hasil akhir utama. Sedang-
kan pengambilan keputusan yang tepat, akan mengarah terhadap tercapainya
hasil yang tepat, seperti:
- Menciptakan alternatif investasi yang lebih baik, atau menciptakan ide
yang lebih baik untuk pengembangan suatu proyek.
- Memilih investasi dan proyek yang tepat dari alternatif yang tersedia.
- Menghilangkan sumber daya IT yang tidak produktif dari pengeluaran
yang sedang berjalan.
- Meningkatkan kinerja dari sumber daya IT yang tersedia.
- Mengimplementasi investasi IT yang tepat untuk peningkatan kinerja
15
Tujuan dari praktik New Information Economics dijelaskan dalam
Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Tujuan NIE adalah IT Improvement Zone (Sumber: Benson et al., 2004, p2)
Pada dunia nyata, perusahaan selalu dihadapkan pada biaya IT dan
dampak bottom-line IT, pengurangan biaya pada IT tidak secara langsung dapat
meningkatkan dampak bottom-line. Tetapi dengan adanya framework dan prak-
tik manajemen yang tepat, perusahaan dapat mengontrol perkembangan biaya
IT dan secara bersamaan dapat meningkatkan dampak untuk bottom-line dari
biaya dan investasi tersebut. (Benson et al., 2004, p3). Untuk memperoleh kepu-
tusan dan hasil yang tepat dari biaya dan dampak IT yang ada, beberapa pende-
katan yang dapat dilakukan, ditunjukkan pada Gambar 2.2, yang dapat dijalan-
kan perusahaan (Benson et al., 2004, pp 4-5):
16
- Reduced cost objective, dengan menerapkan kerangka kerja dan lima
praktik manajemen, perusahaan dapat mengurangi biaya IT dan mem-
pertahankan kontribusi yang diberikan IT terhadap bottom-line. IT dapat
baik seperti semula dengan biaya yang lebih rendah.
- a Stable cost objective, perusahaan dapat melanjutkan penggunaan IT
dan mempertahankan pertumbuhan bisnis, serta tetap mengontrol
pengeluaran IT secara keseluruhan.
- a Sweet pot objective, merupakan kombinasi dari pengurangan biaya
dengan dampak bottom-line yang lebih baik.
Gambar 2.2 Hasil yang mungkin bagi perusahaan (Sumber: Benson et al., 2004, p4)
17
2.2.3 Disconnect
Walaupun perusahaan memerlukan perencanaan yang efektif, keputu-
san kesesuaian sumber daya, anggaran, dan yang lainnya, perusahaan menda-
patkannya tergantung dari seberapa baiknya proses manajemen ke tiap unit bis-
nis.
Kebanyakan perusahaan mempunyai suatu proses manajemen yang
terputus di bagian teknologi informasi. Sebagai contoh, dalam suatu peluncuran
program atau produk baru, kadang kali perencanaan bisnisnya tidak dihubung-
kan dengan perencanaan teknologi informasi, proses anggaran perusahaan, dan
kemampuan manajemen. Akibatnya adalah investasi teknologi informasi peru-
sahaan dan pembelian berkelanjutan tidaklah mendukung strategi bisnis dikare-
nakan tidak adanya titik temu komunikasi antara CEO, manajer bisnis dan ma-
najer teknologi informasi.
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan dalam terputusnya pros-
es manajemen (Benson 2004, p7) antara lain:
- Perencanaan bisnis tidak diiringi dengan perencanaan teknologi
informasi
- Perencanaan teknologi informasi berfokus pada teknologinya, bukan
secara langsung mengarah ke strategi bisnis
- Manajer bisnis tidak melihat teknologi informasi sebagai pendukung
strategi mereka
18
- Proyek teknologi informasi tidak mendukung strategi bisnis.
Pembelian infrastruktur teknologi informasi dan perawatan aplikasi
tidak mendukung strategi bisnis.
- Anggaran perusahaan tidak menggambarkan hasil dari perencanaan
teknologi informasi
- Perencanaan teknologi informasi merupakan shelfware yang tidak
memandu keputusan manajemen, proyek, atau anggaran
- Penguasaan teknologi informasi tidak mengarahkan teknologi
informasi dan perspektif bisnis.
2.2.4 Lima Praktik New Information Economics
New Information Economics terdiri dari lima praktik yang ditunjukkan
pada Gambar 2.3, dimana ke lima praktik tersebut merupakan sebuah alat yang
dapat digunakan untuk mengartikan bisnis strategi perusahaan ke program dan
inisiatif yang dapat diimplementasikan oleh IT. (Benson et al., 2004, pp 101-
105)
19
Gambar 2.3 Lima Praktik New Information Economics (Sumber: Benson et al., 2004, p101)
Kelima praktik tersebut adalah:
- Demand/ Supply Planning
Sasaran dari praktik ini adalah agar perencanaan IT secara eksplisit digera-
kan oleh stategi bisnis dan kebutuhan bisnis.
Perencanaan strategis IT terdiri dari dua komponen, yaitu:
1. Permintaan (demand) dari servis IT, disebabkan oleh bisnis strategi
dan tujuan perusahaan, serta dinyatakan sebagai kebutuhan IT strategis
(Strategis IT requirements)
2. Penawaran (supply) dari servis IT yang akan datang, menggambarkan
agenda strategis IT (IT strategic agenda).
20
Tujuan dari praktik Strategic Demand/Supply Planning adalah untuk meng-
hasilkan Actionable Strategic Plan for IT yang terdiri dari pernyataan Busi-
ness Strategic Requirement (Demand) dan IT Strategic Response (Supply).
Menurut Benson et al (2004, p194) elemen-elemen yang terdapat dalam
Strategic Demand/Supply Planning adalah:
• Deskripsi praktek
- Secara eksplisit menghubungkan strategi dan rencana IT
dengan strategic intention
- Menetapkan permintaan strategi bisnis terhadap IT dan
strategi dan rencana IT untuk pasokan kebutuhan IT yang
dibutuhkan.
• Hasil proses yang diinginkan manajemen:
- Rencana bisnis dan IT berjalan secara bersamaan
- Rencana bisnis secara eksplisit mempertimbangkan inovasi IT
sebagai masukan dan konsekuensi IT sebagai hasil
- Rencana IT secara eksplisit mempertimbangkan, dan didorong
dari, tujuan strategi bisnis.
• Hasil bisnis yang diinginkan :
- Tim manajemen tingkat atas membutuhkan aktivitas IT yang
mendukung secara langsung strategi bisnis dan tujuan strategi
bisnis perusahaan, dan perencanaan yang terhubung
21
- Sebagai hasil dari perencanaan yang terhubung, investasi IT
difokuskan pada strategi bisnis yang terpenting
- Strategi bisnis tergantung pada kontribusi IT untuk
membuatnya berhasil
- Rencana dari manajer-manajer IT didasarkan pada strategi
bisnis perusahaan
‐ Innovation
Sasaran dari praktik ini adalah secara efektif mengubah peluang IT yang ba-
ru menjadi keunggulan bersaing dan hasil bottom-line.
IT memiliki peran dan tanggung jawab yang penting untuk membawa pe-
luang inovatif bagi bisnis dengan menciptakan produk, jasa dan proses yang
baru. Dalam hal ini, peran IT termasuk merespon kebutuhan sekarang dan
mempengaruhi kebutuhan mendatang. IT hanya akan mendukung kebutuhan
operational sekarang, khususnya bagi pengguna mayoritasnya jika upaya
inovasi tidak digalakkan. Innovasi selalu dibutuhkan pada saat kebutuhan
operasional terlihat dengan jelas.
Menurut Benson et al (2004, p190), praktek innovation memiliki empat
komponen, yaitu:
• Business and Technology Monitoring
Merupakan tinjauan dari IT dan manajemen bisnis untuk perubahan
faktor dari bisnis dan teknologi yang dapat mempengaruhi bisnis
perusahaan. Proses ini akan menghasilkan suatu teknologi dan laporan
22
status bisnis serta menggunakan riset eksternal, arsitektur dan
perencanaan IT, dan informasi bisnis untuk menjelajahi dinamika
bisnis dan teknologi yang dapat mempengaruhi bisnis dan IT itu
sendiri.
• Innovation Visioning
Penjabaran dari serangkaian alternatif visi atau arahan untuk
perusahaan, merespon dari perubahan teknis dan bisnis, dan
membentuk seperangkat konsensus untuk alternatif visi atau arahan.
Proses ini memadankan manager bisnis dan IT untuk menjawab
pertanyaan ”Apa yang dapat kita lakukan?”.
• Business Contect and Choices
Memutuskan pilihan mengenai visi atau arahan perusahaan untuk
menentukan bagaimana bisnis dapat berfungsi. Kegiatan ini
menggabungkan manager bisnis dan teknologi dalam menjawab
pertanyaan ”Apa yang seharusnya kita lakukan?”.
• Actionable Innovation
Mengembangkan skenario dan prototipe dari action plan untuk
inovasi. Kegiatan ini menggabungkan manager bisnis dan teknologi
dalam menjawab pertanyaan ”Apa yang akan kita lakukan?”.
‐ Prioritization
Sasaran dari praktik ini adalah prioritas utama pengeluaran yang ditentukan
oleh strategi bisnis. Sebelum prioritas didasarkan pada strategi, prioritas
23
ditentukan oleh sejumlah politik, suara terbanyak dan praktik terdahulu.
Sehingga investasi baru lebih ditentukan oleh kebutuhan taktis bukan
strategi bisnis, akibatnya sumber daya IT mungkin saja tidak diinvestasikan
di tempat yang seharusnya.
Seluruh program dan prakarsa diprioritaskan berdasarkan dampak dari
bisnis yang diinginkan. Seluruh elemen dari tiap portfolio ditinjau kembali,
dan hasil dari program yang diprioritaskan adalah agenda strategi IT, yang
nantinya akan mengarah pada investasi IT tahunan. Dengan menggunakan
agenda strategi IT, bisnis dan IT mengembangkan proyek yang akan
mendukung agenda tersebut, Agenda itu nantinya juga akan diprioritaskan,
menyediakan masukan bagi rencana tahunan dan anggaran IT.
- Alignment
Sasaran dari praktik ini adalah memastikan pengeluaran dasar IT sesuai
dengan kebutuhan strategis dan operasional perusahaan.
Bagian penting dari alignment adalah memeriksa performa yang sedang
berlangsung dari sumber daya IT yang tersedia. Performa didefinisikan pada
tingkat pelayanan, kualitas, teknologi dan intensitas penggunaan. Sebagai
bagian dari praktik alignment, portfolio akan dinilai, dan dihasilkan
penilaian portfolio yang disampaikan pada rantai nilai.
‐ Performance Measurement
Sasaran dari praktik ini adalah menelusuri kinerja dari investasi IT di bisnis.
Pengukuran kinerja penting untuk menetukan apakah sasaran operational
dan strategis sejalan, dan apakah sumber daya IT bekerja sebaik mungkin.
24
Tanpa pengukuran kinerja, tidak dapat dipastikan sumber daya yang ada te-
lah bekerja dengan baik atau apakah tujuan perusahaan telah dicapai. Ak-
hirnya, perusahaan tidak dapat menentukan apakah dampak IT telah cukup
berhasil atau apakah perusahaan sudah mengeluarkan pengeluaran dengan
jumlah yang benar.
2.2.5 Praktik pendukung dalam New Information Eco-
nomics
Selain kelima praktik yang disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa
konsep dasar yang digunakan pada lima praktik tersebut (Benson et al., 2004,
pp 101-106), antara lain:
1. IT impact
Pengelolaan dampak teknologi informasi bagi perusahaan berhu-
bungan dengan pengelolaan budaya perusahaan dan penawaran ke-
rangka kerja untuk menegaskan hal apa saja yang penting bagi pe-
rusahaan.
2. Portfolios and portfolio management
Pengelolaan portfolio memungkinkan adanya pertimbangan terha-
dap pengeluaran keseluruhan untuk IT dan menyediakan kerangka
kerja untuk membuat prioritas dan kebutuhan pengelolaan ma-
najemen.
3. Culture Management
25
Pengelolaan budaya memungkinkan perusahaan untuk berhubun-
gan dengan budaya yang ada di perusahaan dengan tujuan menghi-
langkan hambatan pada proses perubahan manajemen.
2.2.6 Strategy to Bottom Line Value Chain
Menurut Benson et al. (2004, p92), The Strategy to Bottom Line Value
Chain adalah suatu rangkaian dari proses manajemen yang terhubung dan dija-
barkan dalam proyek dan anggaran operasional serta pengukuran kinerja untuk
memantau tindakan dan dampak pada bottom line.
Gambar 2.4 menunjukkan elemen-elemen dari proses perencanaan
dan pengelolaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan Right Decisions/Right
Results bagi bottom line.
Gambar 2.4 Strategy to Bottom Line Value Chain (Sumber: Benson et al., 2004, p93)
• Perencanaan yang efektif – Menghasilkan strategi, program, dan inisiatif
IT yang digerakkan oleh strategi bisnis, tujuan, dan kebutuhan opera-
sional.
26
• Keputusan sumber daya yang tepat – Meninjau kembali investasi dan
prioritasi program stratejik, inisiatif, dan proyek, hasilnya alokasi sumb-
er daya terhadap proyek IT.
• Anggaran, proyek dan rencana operasional yang dapat dijalankan- men-
goperasionalkan dan menetapkan anggaran operasi untuk satu tahun dan
menetapkan jadwal serta tujuan dari tindakan dan proyek IT, hasilnya
tindakan IT yang akan menghasilkan dampak bisnis yang diinginkan.
Rantai nilai terbentuk dari:
• Suatu kerangka yang terintegrasi untuk seluruh rantai yang berdasar-
kan pada peran manajemen yang konsisten, tanggung jawab, dan in-
formasi yang dibagikan. Kerangka tersebut menggunakan alat berupa
portfolio IT.
• Serangkaian praktik yang saling terhubung yang dapat mengambil
manfaat dari keseluruhan kerangka kerja dan mewujudkannya. Hal ini
membutuhkan praktik yang terdefinisi dengan baik, dengan peran dan
proses yang konsisten.
• Serangkaian deliverables yang terdefinisi secara konsisten, dari tujuan
bisnis stratejik menjadi proyek dan anggaran IT yang menghasilkan
tindakan.
2.2.7 Deliverables dalam New Information Economics
Menurut Benson et al (2004, pp 94-97), untuk mendukung tersedianya
informasi dalam praktik-praktik NIE diperlukan 12 deliverables pendukung
27
dalam Strategy to Bottom Line Value Chain yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.5 Deliverables dalam Strategy to Bottom Line Value Chain (Sumber: Benson et al., 2004, p95)
Adapun ke-12 deliverables tersebut antara lain:
1. Business Strategic Intentions
Business Strategic Intentions digunakan oleh lima praktik NIE yang
isinya misi perusahaan serta arahan strategi.
28
2. Assessed Portfolios
Merupakan portfolio manajemen, antara lain portfolio aplikasi, infras-
tuktur, layanan, dan area manajemen, yang dinilai untuk keselarasan
layanan, kualitas, teknikal, dan intensitas penggunaan
3. Strategic IT Agenda for Use of IT
Merupakan hasil dari strategi perencanaan IT. Strategi agenda IT
mendefinisikan harapan bisnis terhadap IT untuk mencapai arahan
strategi.
4. Strategic IT Plan
Merupakan hasil dari perencanaan strategi IT. Menggambarkan men-
genai apa yang IT harus lakukan untuk memenuhi permintaan dari
strategi agenda IT.
5. Strategic IT Requirements
Pernyataan prioritas program dan inisiatif, dimana dalam kurun renca-
na strategi tersebut, akan memenuhi kebutuhan agenda strategi IT dan
arahan strategi bisnis.
6. Projects
Spesifik proyek dari program dan inisiatif yang digunakan untuk me-
menuhi kebutuhan strategi IT.
7. Annual Business Plan
Perencanaan ini adalah kumpulan proyek tahunan yang diharapkan un-
tuk memenuhi kebutuhan strategi IT.
8. Project Plan
29
Perencanaan ini merupakan kumpulan rencana taktis dan operasional
tahunan untuk unit bisnis. Ini merupakan dasar untuk membuat
perencanaan proyek tahunan dan mendefinisikan hal-hal yang
diperlukan unit bisnis terkait dengan penggunaan IT.
9. Annual IT Plan
Perencanaan ini merupakan kumpulan perencanaan taktis dan
operasional tahunan untuk organisasi IT. Perencanaan ini juga
merupakan dasar untuk membuat anggaran IT yang sedang berjalan
untuk mendukung unit bisnis.
10. Projects Budget
Anggaran proyek adalah sekumpulan anggaran investasi untuk proyek
tahunan. Anggaran proyek ini berdasarkan kemampuan yang dapat
diberikan untuk unit bisnis.
11. Lights-On Budget
Anggaran tahunan dari aktifitas IT berjalan. Anggaran ini
menyediakan semua layanan dan dukungan yang tidak disediakan oleh
anggaran proyek.
12. Performance Measurement Metrics
Pengukuran ini adalah metrik untuk IT dan penggunaan IT pada bisnis
Idealnya ke-dua belas variable tersebut digunakan dalam praktik New
Information Economics. Namun, kenyataannya beberapa faktor seperti ukuran
perusahaan, kompleksitas dari perusahaan, dan bagaimana IT services
30
disampaikan menyebabkan perusahaan tidak perlu menggunakan keseluruhan
dari deliverables yang ada tersebut.
Deskripsi dari ke-dua belas deliverables dalam praktik New
Information Economics, dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.6 Deskripsi 12 Deliverables (Sumber: Benson et al., 2004, p95)
2.2.7 Tujuan dan Prinsip Right Decision/Right Results
Benson et al. (2004, p74) merekomendasikan kepada manajemen
perusahaan untuk mengadopsi lima tujuan Right Decisions/Right Results untuk
membawa strategi bisnis dan tindakan IT menuju bottom line. Tujuan ini
dikenal sebagai delapan prinsip NIE sebagai critical success factor yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.7, terdiri atas:
31
Gambar 2.7 Prinsip NIE sebagai Critical Success Factor (Sumber: Benson et al., 2004, p87)
1. Actionable, Commonly Understood Strategic Intentions
Prinsip 1: Arahan strategis yang dapat dilaksanakan
Prinsip 2: Tindakan yang diprakarsai oleh strategi
Prinsip 3: Pemahaman yang umum dan komitmen terhadap arahan
strategis
2. The Right Bottom-Line Result from IT
Prinsip 4: Hasil yang berfokus pada bisnis
Prinsip 5: Pengalokasian sumber daya berdasarkan dampak
32
3. Culture and Management Roles
Prinsip 6: Budaya manajemen berdasarkan peran
4. Portfolios and Portfolio Management
Prinsip 7: Manajemen sumber daya berdasarkan dampak/portfolio
5. Actions and Result
Prinsip 8: Responsif terhadap perubahan
2.3 User Satisfaction
Para ahli IT telah mengembangkan riset-riset yang beraneka ragam untuk
menginvestigasi faktor-faktor dan proses yang berada di antara investasi IT dan nilai
ekonomisnya. Biasanya, para peneliti akan mengaitkan faktor-faktor dan proses ter-
sebut dengan persepsi user mengenai IT dan bagaimana hal tersebut member dampak
terhadap pekerjaan mereka. Secara umum, ada beberapa pendekatan yang digunakan
untuk meneliti factor-faktor tersebut, salah satunya adalah kepuasan pengguna (user
satisfaction). User satisfaction dapat diukur melalui dua hal, yaitu Information Quali-
ty dan System Quality. (Wixom, Barbara H, dan Todd, Peter A., 2005)
2.3.1 Information Quality
Information Quality terdiri dari empat dimensi, antara lain :
• Completeness
Completeness mewakili derajat dari sejauh mana sistem menye-
diakan informasi yang dibutuhkan
33
• Accuracy
Accuracy mewakili persepsi user bahwa informasi yang dihasilkan
oleh sistem benar dan tepat
• Format
Format mewakili persepsi user mengenai sebaik apa informasi
tersebut disajikan
• Currentness
Currentness mewakili persepsi user mengenai sampai sejauh apa
pembaharuan informasi yang disajikan oleh sistem
2.3.2 System Quality
System Quality terdiri dari empat dimensi, antara lain :
• Reliability
Reliability menunjukkan sistem informasi yang dapat diandalkan
• Flexibility
Flexibility menunjukkan adaptasi dari sistem terhadap perubahan
sesuai dengan keinginan user
• Integration
Integration menunjukkan bagaimana sistem memperbolehkan
penggabungan data dari berbagai sumber
• Accessibility
Accessibility menunjukkan kemudahan dalam mengakses atau me-
narik informasi dari sistem
34
• Timeliness
Timeliness menunjukkan seberapa cepat respon dari sistem
tersebut dalam menyajikan informasi yang diminta.
2.4 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
(SWOT)
Menurut pendapat Rangkuti (2004, p18) analisis Strength, Weaknesses,
Opportunities, Threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats).
Menurut Thompson dan Strickland (2001, p127) metode SWOT merupakan
proses penelusuran kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta kesempatan
dan ancaman yang ditimbulkan oleh lingkungan eksternal perusahaan yang kemudian
ditarik beberapa kesimpulan mengenai:
1. Bagaimana strategi perusahaan dapat diselaraskan dengan kemampuan
sumber daya perusahaan dengan kesempatan yang ada dalam pasar.
2. Seberapa penting bagi perusahaan untuk memperbaiki sumber daya
tertentu dan melindunginya terhadap ancaman tertentu dari pasar.
35
Menurut Pearce dan Robinson (2000, p202), komponen SWOT terdiri dari:
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan sumber daya yang ada berhubungan dengan
pesaing dan kebutuhan pangsa pasar yang suatu perusahaan sediakan
atau yang perusahaan harapkan tersedia. Kekuatan muncul dari sumber
daya dan kompetensi yang tersedia pada perusahaaan.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan suatu batasan atau kurangnya satu atau lebih
sumber daya atau kompetensi yang berhubungan dengan pesaing yang
menghambat pelaksanaan efektif pada perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan keadaan utama yang menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Segmen pasar, perubahan dalam
persaingan, atau keadaan peraturan, perubahan teknologi, dan
hubungan pembeli dan pemasok yang baik, dapat merupakan peluang
yang baik dalam perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan keadaan utama yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan kunci
penghalang atas posisi sekarang atau posisi yang diinginkan dalam
suatu perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang
berjalan lamban, naiknya kekuatan tawar-menawar dari pembeli dan
36
pemasok, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang
harus diganti dapat merupakan ancaman atas kesuksesan perusahaan.
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan. Perencanaan
strategis harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal inidisebut dengan
analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis
SWOT.
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan
dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.
2.4.1 Matrix Internal Evaluation Factor (IFE)
Matriks EFI (Evaluasi Faktor Internal) atau Matriks IFE (Internal
Factor Evaluation Matrix) adalah alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional
dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang ini. Penilaian intuitif
diperlukan dalam membuat matriks EFI. Menurut David (2004, pp 217-218)
matriks EFI dapat dikembangkan dalam lima langkah sebagai berikut:
1. Tulislah faktor-faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi
dalam proses audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal
37
terpenting, termasuk kekuatan maupun kelemahannya. Tuliskan
kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. Usahakan se-spesifik
mungkin, gunakan persentase, ratio, dan angka perbandingan.
2. Berikan bobot dengan kisaran 0.0 (tidak penting) sampai 1.0
(terpenting) pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor
menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan
perusahaan dalam industri yang digelutinya. Tanpa memperdulikan
apakah faktor kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-
faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja
organisasi diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus sama
dengan 1.0.
3. Berikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk
menunjukkan apakah faktor itu merupakan kelemahan besar
(peringkat= 1), kelemahan kecil (peringkat= 2), kekuatan kecil
(peringkat= 3),atau kekuatan besar (peringkat= 4). Ingatlah bahwa
peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya
unutk kelemahan. Peringkat diberikan berdasarkan keadaan
perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 berdasarkan keadaan
industri.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai
yang dibobot untuk setiap variabel.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan
total nilai yang dibobot untuk organisasi.
38
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFI,
jumlah nilai yang dibobot dapat berkisar 1.0 yang rendah sampai 4.0 yang
tinggi, dengan rata-rata 2.5. Total nilai yang dibobot jauh di bawah 2.5
merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang
jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Matriks EFI harus
memuat antara 10 sampai 20 faktor. Jumlah faktor tidak berpengaruh terhadap
rentang jumlah nilai yang dibobot karena bobot selalu berjumlah 1.0.
Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor-faktor internal utama
Bobot Nilai Nilai yang dibobot
Kekuatan internal
-
-
-
XXX
XXX
XXX XXX
XXX XXX
Kelemahan internal
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Jumlah xxx xxx
Sumber: David (2004, p219)
39
2.4.2 Matrix External Evaluation Factor (EFE)
Menurut David (2004, pp 161-162) Matrix External Evaluation Factor
(EFE) atau Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) membuat perencana
strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan.
Terdapat lima langkah dalam pengembangan matriks EFE:
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses
audit eksternal. Cari nama 10 sampai 20 faktor, termasuk peluang-
peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan
industrinya. Daftar peluang dahulu kemudian ancaman. Usahakan se-
spesifik mungkin, gunakan selalu presentase, rasio dan angka
perbandingan jika dimungkinkan.
2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut
agar berhasil dalam industri tersebut. Peluang sering mendapat bobot
lebih besar ketimbang ancaman. Tetapi ancaman juga menerima bobot
tinggi, jika berat atau sangat mengancam. Bobot yang wajar dapat
ditentukan dengan membandingkan pesaing yang sukses dan yang
gagal atau dengan mendiskusikan faktor tersebut dan mencapai
konsesus kelompok. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor
di atas harus sama dengan 1.0.
40
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal
kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu
merespon faktor tersebut, dengan catatan 4= respon luar biasa, 3=
respon di atas rata-rata, 2= respon rata-rata, 1= respon jelek. Peringkat
didasarkan atas keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah
2 didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa baik
peluang maupun ancaman dapat memperoleh peringkat 1,2,3, atau 4.
4. Kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang
dibobot.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan
nilai bobot total bagi organisasi.
Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan
dalam matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi
adalah 4.0 dan yang terendah adalah 1.0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah
2.5. jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4.0 menunjukkan bahwa suatu
organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang-peluang dan
ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan
secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan potensi
pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Jumlah nilai yang dibobot sama
dengan 1.0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan
peluang atau menghindari ancaman eksternal.
41
Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal kunci
Bobot Peringkat Nilai yang dibobot
Peluang
-
-
-
XXX
XXX
XXX XXX
XXX XXX
Ancaman
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Jumlah xxx xxx Sumber: David (2004, p163)
2.4.3 Matriks IE ( Internal - External)
Menurut David (2004, pp 302-303) Matriks IE didasari pada dua
dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata
tertimbang EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X dari Matriks IE, total rata-rata
tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99
adalah menengah; dan nilai 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki
impilikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk ke
dalam sel I,II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan.
Strategi intensif ( penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau integratif ( integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi
42
horisontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi ini. Kedua, divisi
yang masuk ke dalam sel III, V, VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan
strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Ketiga rekomendasi
yang umum diberikan untuk sel VI, VIII, dan IX adalah tuai atau divestasi.
Organisasi yang berhasil mampu mencapai portofolio bisnis yang di posisikan
dalam atau sekitar sel I dalam Matriks IE.
43
Tabel 2.3 Matriks IE Total Nilai EFAS Berbobot
Kuat 3,00-4,00 4,00 3,00 2,00 1,00
Tinggi 3,00-4,00
3,00
Sedang 2,00-3,00
2,00
Rendah 2,00-1,00
1,00
Tumbuh dan bina strategi intensif: • Penetrasi pasar :
memasuki pasar po-tensial
• Pengembangan pa-sar: memasuki pasar internasional
• Pengembangan pro-duk : menciptakan trend
Tumbuh bina stra-tegi intensif: • Penetrasi pasar • Pengembangan
pasar • Pengembangan
produk
Pertahankan dan pelihara: • Penetrasi pasar • Pengembangan
produk
Tumbuh bina strategi intensif: • Penetrasi pasar • Pengembangan pasar • Pengembangan pro-
duk
Pertahankan dan pelihara: • Penetrasi pasar • Pengembangan
produk
Panen atau divesta-si
Pertahankan dan peli-hara: • Penetrasi pasar • Pengembangan pro-
duk
Panen atau dives-tasi
Panen atau divesta-si
Sumber : David, 2004
2.4.4 Matriks Strength, Weaknesses, Opportunities,
Threats (SWOT)
Menurut David (2004, pp288-290), Matriks Strength, Weaknesses,
Opportunities, Threats (SWOT) merupakan perangkat pencocokan yang pent-
ing yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi. Mencocok-
kan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat su-
44
lit dalam mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik
dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.
Keempat strategi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
• Strategi SO (Strenghts-Opportunities)
Atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer
menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di mana kekuatan
internal dapat dipakai untuk memanfaatkan trend dan peristiwa eksternal.
Organisasi umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, WT supaya
mereka dapat masuk ke dalam situasi dimana mereka dapat menerapkan
strategi SO. Jika perusahaan memiliki kelemahan besar, perusahaan akan
berusaha untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau
menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha
menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian pada peluang.
• Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Atau strategi kelemahan–peluang bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan yang ada dengan memanfaatkan berbagai peluang eksternal.
Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan
internal sebuah perusahaan membawanya tidak mampu memanfaatkan
peluang itu secara efektif. Strategi WO altrenatif adalah mempekerjakan
dan melatih orang untuk memiliki kemapuan teknis yang diperlukan.
45
• Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak
berarti bahwa organisasi yang kuat pasti selalu mneghadapi ancaman
frontal dalam lingkungan eksternal.
• Strategi WT (Weakness-Threats)
Atau strategi kelemahan - ancaman merupakan taktik defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang dihadapkan pada berbagai
ancaman eksternal dan kelemahan internal, sesungguhnya dalam posisi
yang berbahaya. Faktanya perusahaan seperti ini mungkin harus berjuang
agar dapat bertahan, atau melakukan merger rasionalisasi menyatakan
pailit atau memilih dilikuidasi.
Matriks SWOT terdiri dari 9 sel. Terdapat empat sel faktor kunci,
empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel
strategi dengan label SO, WO, ST, dan WT. Dikembangkan setelah
menyelesaikan empat sel faktor kunci, berlabel S, W, O, T. Delapan langkah ini
diperlukan untuk menyusun matriks SWOT.
1. Tulis peluang kunci perusahaan
2. Tulis ancaman eksternal kunci perusahaan
3. Tulis kekuatan internal kunci perusahaan
4. Tulis kelemahan internal kunci perusahaan
46
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catatlah
strategi SO dalam sel yang sudah ditentukan
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catatlah
strtaegi WO dalam sel yang sudah ditentukan
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah
strategi ST dalam sel yang sudah ditentukan
8. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah
srategi WT dalam sel yang sudah ditentukan.
Tabel 2.4 Matriks SWOT
Selalu dibiarkan
kosong
Strengths (S) Tentukan daftar yang merupakan kekuatan internal perusahaan
Weakness (W) Tentukan daftar yang merupakan kelemahan internal perusahaan
Opportunities (O) Tentukan daftar peluang eksternal
Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO Menciptakan strategi untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada
Threats (T) Tentukan daftar ancaman eksternal
Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi acaman yang ada
Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Sumber: David (2004, p290)