bab ii gambaran umum kota makassar - …geoportalmakassar.info/download-bab ii gambaran umum kondisi...

Download Bab II Gambaran Umum Kota Makassar - …geoportalmakassar.info/download-Bab II GAMBARAN UMUM KONDISI … · dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, ... berikut ini deskripsi

If you can't read please download the document

Upload: hoangdiep

Post on 05-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 7

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Bab II Gambaran Umum Kota Makassar

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822.

Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis.

Hingga Tahun 2013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 Nopember 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara.

2.1.1. Karakteristik Wilayah Kota Makassar

2.1.1.1 Luas dan batas wilayah administrasi

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Maros Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah. Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso. Rincian luas masing-masing kecamatan, diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota Makassar sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 8

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di

Kota Makassar Tahun 2013

Kode Wil Kecamatan Luas Area (km2) Persentase Terhadap Luas Kota Makassar

010 Mariso 1,82 1,04

020 Mamajang 2,25 1,28

030 Tamalate 20,21 11,50

031 Rappocini 9,23 5,25

040 Makassar 2,52 1,43

050 Ujung Pandang 2,63 1,50

060 Wajo 1,99 1,13

070 Bontoala 2,10 1,19

080 Ujung Tanah 5,94 3,38

090 Tallo 5,83 3,32

100 Panakukang 17,05 9,70

101 Manggala 24,14 13,73

110 Biringkanaya 48,22 27,43

111 Tamalanrea 31,84 18,12

7371 Kota Makassar 17.577 100,00

Sumber : RTRW Kota Makassar

Secara administratif, 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga pulau-pulau pabbiring, atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau Bonetambung, Pulau

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 9

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil (gusung) dan Pulau Kayangan (terdekat). Wilayah Kepulauan Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2

Peta Sebaran Pulau-Pulau Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak di Pantai Barat

pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119 18 30,18" sampai dengan 11932'31,03" BT dan 500' 30,18" sampai dengan 514 6,49" LS. Sesuai dengan karakteristik fisik dan perkembangannya, berikut ini deskripsi wilayah tiap kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Biringkanaya Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan terluas diantara kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kota Makassar, luasnya 48,22 km2 atau sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota Makassar dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros. Topografi wilayah kecamatan ini mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-19 m di atas permukaan laut. Potensi sumberdaya alam yang ada di kecamatan ini antara lain di sektor pertanian dan perikanan. Berdasarkan data BPS (2013), di subsektor pertanian, luas lahan peruntukannya sebagai lahan sawah yakni 657 ha dan lahan tegalan 284 ha. Subsektor perikanan darat, luas lahan peruntukan sebagai tambak 479 ha dengan produksi 149,80 ton. Secara umum, Pantai Kecamatan Biringkanaya sebagian besar merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai. Hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas. Dilihat dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 10

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

stabil dan tenang, namun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Mandai. Di samping itu juga tampak adanya gejala abrasi sepanjang sekitar 30 m di perkampungan nelayan Kelurahan Untia.

2. Kecamatan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea adalah Kecamatan terluas kedua sesudah Kecamatan Biringkanaya, dengan luas 31,84 km2. Jumlah penduduk 89.143 jiwa. Topografi wilayah kecamatan dimulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-22 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di kecamatan ini sangat bervariasi mulai permukiman, perkantoran, pertokoan hingga gedung pendidikan. Salah satunya adalah Universitas sebagai universitas terbesar di Kawasan Indonesia Timur. Ke arah selatan kecamatan ini mengalir Sungai Tallo sehingga masyarakat yang bermukim di sekitar tepi sungai memiliki tambak.

Selain di tepi Sungai Tallo, kawasan tambak juga ditemukan di sisi utara kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut. Pantai Kecamatan Tamalanrea merupakan pantai yang berbatasan dengan laut dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai. Namun demikian terdapat pula pantai cadas di sebelah selatan Lantebung (Kelurahan ParangLoe).

Dilihat dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, sekalipun juga tampak adanya gejala abrasi dalam skala kecil sepanjang sekitar 20 meter di Lantebung (Kelurahan Bira). Potensi sumberdaya alam yang masih dapat ditemukan di kecamatan ini adalah tambak. Secara keseluruhan luas lahan tambak di Kecamatan Tamalanrea yaitu 588 ha, dengan produksi perikanan darat (tambak) yaitu 190,10 ton.

3. Kecamatan Manggala Kecamatan Manggala merupakan salah satu kecamatan di Kota Makassar yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Luas wilayah sebesar 24,14 km2 atau sekitar 13,73% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar dengan kepadatan penduduk 4.101 jiwa/km2. Topografi wilayah kecamatan ini berelief dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan elevasi 2-22 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan untuk pertanian sawah dan tegalan/kebun merupakan yang terluas dibandingkan kecamatan lain yakni 827 ha dan 411 ha dengan potensi produksi 4774,90 ton dan 1360,84 ton. Di sektor perikanan darat memiliki potensi yang kecil. Tahun 2008 produksinya hanya sekitar 59,10 ton atau senilai 1.156.200 rupiah.

Meskipun di sub sektor perikanan kecil, namun di sektor peternakan kecamatan ini memiliki populasi ternak besar dan kecil dalam jumlah yang sangat besar. Untuk populasi ternak besar (sapi dan kerbau) 1352 ekor sedangkan untuk populasi ternak kecil (kambing) 1.016 ekor.

4. Kecamatan Tamalate Berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Tamalate yang tersebar pada 10 kelurahan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 152.197 jiwa atau 12,14% dari jumlah keseluruhan penduduk Kota Makassar.

Luas wilayah kecamatan ini 20,21 km2 sehingga kepadatan penduduk berkisar 7.531 jiwa/km2. Topografi wilayah kecamatan ini termasuk dalam kategori dataran rendah dengan elevasi ketinggian 1-6 meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa. Persentase penggunaan lahan pertanian terhadap luas wilayah kecamatan terdiri atas 27,07% lahan sawah dan 5,70% tegalan/kebun dengan produksi padi sebesar 3936,32 ton dan tegalan/kebun sebesar 83,85 ton. Di sektor pertambangan, bahan galian C terutama pasir, batu dan sirtu terdapat di Kelurahan Mallengkeri. Kecamatan Tamalate mempunyai pantai terpanjang diantara kecamatan-kecamatan yang mempunyai pantai di Kota Makassar, yaitu sepanjang sekitar 10 km (panjang pantai Kota Makassar sekitar 35 km). Dengan panjang

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 11

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

pantai 31,25% dari panjang pantai Kota Makassar, mampu menyumbangkan 2.696 ton di sektor perikanan laut dan armada kapal tangkap berjumlah 248 buah. Pada umumnya pantai di kecamatan ini bertipe pantai berpasir dengan lebar pantai sekitar 10-30 meter serta kelandaiannya 3%. Secara umum pantai ini dapat dikatakan relatif stabil sekalipun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi pasir halus dari Sungai Jeneberang maupun dari arah selatan. Dengan kondisi pantai tersebut, maka sebagian besar pantai ini digunakan sebagai areal pariwisata pantai.

5. Kecamatan Panakkukang Kecamatan Panakukang merupakan kecamatan yang terletak ditengah-tengah Kota Makassar dan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah 17,05 km2 atau sekitar 9,70% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar, dengan kepadatan penduduk 7.891 jiwa/km2. Topografi wilayahnya memiliki elevasi 1-13 m di atas permukaan laut. Potensi penggunaan lahan di sektor pertanian sangat kecil hanya sekitar 16 ha dan potensi perikanan darat tidak ada. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih diarahkan pada perkantoran dan pemukiman. Saat ini kondisi jalan utama di Kecamatan Panakkukang telah mengalami pelebaran jalan pada bahu jalan selebar 15-22 meter.

6. Kecamatan Rappocini Penggunaan lahan di kecamatan ini hampir seluruhnya diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman. Luas wilayahnya 9,23 km2 atau sekitar 5,25% dari luas keseluruhan Kota Makassar. Topografi wilayahnya dataran rendah dengan elevasi 2-6 m di atas permukaan laut sehingga peruntukan lahan di kecamatan ini dominan pemukiman. Persentase penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman sangat besar hampir 65% sedangkan penggunaan lahan di sektor pertanian sebagai lahan sawah hanya seluas 20 ha (17 ha luas lahan panen).

7. Kecamatan Ujung Tanah Kecamatan Ujung Tanah merupakan kecamatan yang memiliki 5 pulau dengan potensi perikanan laut yang sangat besar yakni 6.709 ton. Luas wilayahnya 5,94 km2 atau 3,38% dari luas keseluruhan Kota Makassar, dengan jumlah penduduk 48.382 jiwa serta kepadatan penduduk 8.145 jiwa/km2. Kondisi sosial masyarakat di kecamatan ini terdiri atas dua kelompok, yakni masyarakat perkotaan dan masyarakat nelayan termasuk masyarakat yang mendiami pulau-pulau di kecamatan ini. Selain potensi perikanan yang sangat besar, potensi pariwisata bawah air menjadi andalan di Kecamatan Ujung Tanah dengan 5 pulau yang menyajikan keindahan bawah laut yang kaya akan keragaman hayatinya sebagai suatu poin menarik bagi para wisatawan. Di sisi lain guna menjaga kestabilan pantai di Kecamatan Ujung Tanah, sebagian besar sudah mengalami pengerasan dengan tembok yang berfungsi sebagai pelindung pantai. Hal ini mengingat pantai tersebut mempunyai nilai penting karena perairan pantainya dimanfaatkan untuk pangkalan pendaratan ikan (TPI Paotere), pelabuhan dan docking kapal TNI AL, Pelabuhan Pertamina Instalasi Makassar dan Bogasari. Kecamatan ini berada pada wilayah pesisir bagian utara Kota Makassar.

8. Kecamatan Tallo Berdasarkan data BPS (2013), Kecamatan Tallo merupakan yang memiliki jumlah kelurahan terbanyak (15 kelurahan), dengan luas wilayahnya 5,83 km2 atau 3,32% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar. Topografi wilayahnya merupakan dataran rendah dengan elevasi 1- 3 m di atas permukaan laut. Potensi penggunaan lahan yang dimiliki terdiri dari sektor pertanian yakni hanya 25 ha (lahan sawah dan tegalan/kebun) dan sektor perikanan darat (tambak) 293 ha. Total produksi pertanian tahun 2008 sebesar 49,15 ton sedangkan di subsektor perikanan 2.585,90 ton. Potensi bencana di Kecamatan Tallo berupa banjir, karena kecamatan ini merupakan Daerah Aliran Sungai Tallo yang berpotensi terjadinya luapan Sungai Tallo ke pemukiman sekitarnya. Potensi pencemaran dan pendangkalan pada muara Sungai Tallo sebagi akibat limbah buangan industri yang tidak terkontrol pada anak-anak

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 12

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Sungai Tallo. Pantai Kecamatan Tallo merupakan pantai yang berbatasan dengan laut dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dan vegetasi mangrove-nya sangat minim serta merupakan pantai yang landai. Pada bagian barat pantai kecamatan ini sudah ada kegiatan reklamasi pantai sekitar sepanjang 200 m sebagai lahan kegiatan industri pengolahan kayu. Dilihat dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, sekalipun cenderung maju ke arah laut memperpanjang Tanjung Tallo akibat sedimentasi di muara Sungai Tallo. Ditinjau dari pemanfaatannya maka pantai ini sebagian dimanfaatkan untuk kegiatan industri galangan kapal dan pemukiman pantai (pinggir muara Sungai Tallo) dan pantai paling barat Kelurahan Tallo.

9. Kecamatan Mamajang Luas wilayah Kecamatan Mamajang adalah 2,25 km2 atau 1,28% luas keseluruhan wilayah Kota Makassar dengan kepadatan penduduk 26.842 jiwa/km2. Topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan elevasi 15 m di atas permukaan laut yang memungkinkan pengembangan lahan kecamatan sebagai kawasan pemukiman. Kecamatan Mamajang merupakan salah satu kecamatan yang memiliki laju infiltrasi tinggi sehingga potensi ancaman banjir sangat kecil.

10. Kecamatan Ujung Pandang Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan yang dijadikan sebagai tempat area publik karena adanya Pantai Losari yang menjadi ikon Kota Makassar. Luas wilayahnya 2,63 km2 atau 1,50% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar. Kecamatan Ujung Pandang memiliki jumlah penduduk terendah yakni 28.637 jiwa (2,28%) dengan kepadatan penduduk berkisar 10.889 jiwa/km2. Ancaman terhadap bahaya abrasi sangatlah besar sehingga diperlukan bangunan pemecah ombak di depan pantai. Oleh karena itu, Pantai Kecamatan Ujung Pandang umumnya juga sudah mengalami pengerasan dengan tembok pematang pantai, khususnya pada Daerah Rekreasi Pantai Losari dan sekitarnya. Hanya sebagian lokasi di sebelah utara pantai kecamatan ini merupakan komplek perhotelan (Pantai Gerbang Makassar Hotel dan Makassar Golden Hotel) serta dermaga penyeberangan Kayu Bangkoa ke Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan dan pulau-pulau lainnya di wilayah Kota Makassar. Selain itu, Kecamatan Ujung Pandang juga berpotensi terhadap pencemaran air laut dan air tanah karena penggunaan lahan yang lebih diarahkan pada pembangunan hotel. Selain itu juga restoran merupakan usaha paling besar memberikan kontribusi terhadap pencemaran air di kecamatan ini.

11. Kecamatan Makassar Kecamatan Makassar merupakan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan terbesar yakni 32.900 jiwa/km2, jumlah penduduk 82.907 jiwa dengan luas wilayah 2,52 km2 atau 1,43% dari keseluruhan luas wilayah Kota Makassar. Penggunaan lahan di Kecamatan Makassar lebih diperuntukkan bagi kawasan pemukiman, pertokoan dan perkantoran. Kecamatan ini sangat minim dan bahkan tidak memiliki potensi sumber daya alam baik di sektor pertanian maupun perikanan (tambak).

12. Kecamatan Bontoala Luas wilayah Kecamatan Bontoala adalah 2,10 km2 atau 1,19% dari keseluruhan luas Kota Makassar yang terdiri atas 12 kelurahan. Kecamatan Bontoala termasuk dalam kategori kecamatan terpadat (urutan ke-3) yakni 29.433 jiwa/km2 dan jumlah penduduk 61.809 jiwa. Topografi di kecamatan ini dataran rendah dengan elevasi 1-4 m di atas permukaan laut, sebagian daerah di kecamatan ini berpotensi banjir utamanya daerah yang dialiri anak Sungai Tallo. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih diperuntukkan sebagai pemukiman, sehingga kecamatan ini tidak memiliki potensi sumber daya alam baik di sektor pertanian maupun perikanan.

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 13

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

13. Kecamatan Wajo Salah satu kecamatan yang terletak di pesisir barat Kota Makassar dan wilayah pantainya merupakan kompleks Pelabuhan Soekarno-Hatta (Pelabuhan Umum dan Peti Kemas), dengan luas wilayah 1,99 km atau 1,13% dari luas keseluruhan wilayah Kota. Jumlah penduduk di Kecamatan Wajo 35.011 jiwa dengan kepadatan 17.593 jiwa/km2. Secara topografi, kecamatan ini termasuk dalam kategori dataran rendah dengan elevasi 1-4 m di atas permukaan laut sehingga berpotensi terjadi abrasi. Oleh karena itu, Pantai Kecamatan Wajo umumnya sudah mengalami pengerasan dengan tembok pematang sebagai pelindung pantai.

14. Kecamatan Mariso Kecamatan Mariso merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah yang paling kecil yakni hanya 1,04% dari luas wilayah Kota Makassar atau sekitar 1,82km2, dengan tingkat kepadatan sebesar 30.009 jiwa/km2. Potensi sumber daya alam di Kecamatan ini yaitu subsektor perikanan laut. Kecamatan mampu menghasilkan 1.227 ton hasil laut atau 3.767.509 rupiah. Penggunaan lahan di kecamatan ini sebagian besar diperuntukkan pada pemukiman, pertokoan, dan perkantoran.

Untuk potensi bencana alam di kecamatan ini berupa abrasi pantai. Oleh karena itu pantai di Kecamatan Mariso pada umumnya sudah mengalami pengerasan dengan tembok pematang pantai, karena sebagian besar pantai di kecamatan ini merupakan daerah pangkalan pendaratan ikan (TPI Rajawali) dan permukiman pantai.

2.1.1.3 Topografi Topografi wilayah Kota Makassar memiliki ciri-ciri sebagai berikut : tanah relatif datar, bergelombang, berbukit dan berada pada ketinggian 025 m di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan lereng berada pada kemiringan 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, menunjukkan bahwa kemiringan 0-2%=85%; 2-3%=10%; 3-15%=5%. Hal ini memungkinkan Kota Makassar berpotensi pada pengembangan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut, dan fasilitas penunjang lainnya.

2.1.1.4 Geologi Wilayah Kota Makassar terbagi dalam berbagai morfologi bentuk lahan. Satuan-satuan

morfologi bentuk lahan yang terdapat di Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Satuan morfologi dataran aluvial pantai; dan b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang.

Kedua satuan morfologi diatas dikontrol oleh batuan, struktur, dan formasi geologi yang ada di wilayah Kota Makassar dan sekitarnya. Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung api dan endapan dari angkutan sedimen Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo. Sedangkan struktur batuan yang terdapat di kota ini dapat dilihat dari batuan hasil letusan gunung api dan endapan aluvial pantai dan sungai. Struktur batuan ini penyebarannya dapat dilihat sampai ke wilayah Bulurokeng, Daya, dan Biringkanaya. Selain itu, terdapat juga tiga jenis batuan lainnya seperti breksi dan konglomerat yang merupakan batuan berkomponen kasar dari jenis batuan beku, andesit, basaltik, batu apung, dan gamping.

2.1.1.5 Hidrologi Kota Makassar memiliki garis pantai sepanjang 32 km dengan kondisi hidrologi Kota

Makassar dipengaruhi oleh 2 (dua) sungai besar yang bermuara di pantai sebelah barat kota. Sungai Jeneberang yang bermuara di sebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di sebelah utara. Sungai Jeneberang misalnya, mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara di bagian Selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m3/detik). Sedangkan Sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian Utara Makassar adalah sungai

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 14

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m3/detik di musim kemarau. Selain itu, dipengaruhi juga oleh sistem hidrologi saluran perkotaan, yakni kanal-kanal yang hulunya di dalam kota dan bermuara di laut.

2.1.1.6 Klimatologi Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Suhu udara rata-rata Kota Makassar dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 24,5C sampai 28,9C dengan intensitas curah hujan yang bervariasi. Intensitas curah hujan tertinggi berlangsung antara bulan November hingga Februari. Tingginya intensitas curah hujan menyebabkan timbulnya genangan air di sejumlah wilayah kota ini. Selain itu, kurangnya daerah resapan dan drainase yang tidak berfungsi dengan baik memicu timbulnya bencana banjir. 2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Secara umum, konteks pola ruang Kota Makassar mencakup Wilayah Kota Makassar yang memiliki 14 (empat belas) kecamatan dimana didalamnya mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya.

A. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang pedoman penyusunan rencana tata ruang wilayah, secara substansial penetapan kawasan lindung mengakomodasi kawasan-kawasan berikut :

a) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya bertujuan untuk

memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kawasan, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya mencakup kawasan resapan air. Daerah resapan air di Kota Makassar berada di kawasan Lakkang dan sekitarnya di Kecamatan Tallo serta danau Balang Tonjong dan sekitarnya di Kecamatan Panakkukang yang selama ini menjadi kawasan prioritasnya. Berikut daerah resapan air dan lokasi resapan air di Kota Makassar

Tabel 2.2

Daerah Resapan Air (Ha) Berdasarkan Jenisnya, 2009

Total Luasan Danau Rawa Sungai

84,95105999 382,6467371 530,198464

Sumber : RTRW Kota Makassar

Tabel 2.3

Lokasi Resapan Air Di Kota Makassar

No. Kelurahan Luas (km2)

1. Kelurahan Bangkala 0,747427325

2. Kelurahan Batua 0,184961187

3. Kelurahan Manggala 0,488360927

4. Kelurahan Tamangapa 3,464905307

Total Luasan 4,885654745

Sumber : RTRW Kota Makassar

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 15

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

b) Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber

air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, dan kawasan sempadan danau atau waduk. Kawasan perlindungan setempat dalam wilayah Kota Makassar diuraikan sebagai berikut :

Kawasan sempadan pantai Kota Makassar merupakan daerah tepian pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 42 (empat puluh dua) kilometer dari kawasan pesisir bagian utara kota hingga ke kawasan pesisir bagian barat dan selatan Kota Makassar. Secara fungsi, bagian dari kawasan sempadan pantai di Kota Makassar adalah kawasan hutan mangrove yang lokasinya berada di wilayah pesisir laut bagian utara (Pantai Untia) dan merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Berikut perincian lokasi dan luasan kawasan sempadan pantai di Kota Makassar :

Tabel 2.4 Lokasi dan Luasan Kawasan Sempadan Pantai Di Kota Makassar (km2)

No Kelurahan Luas (km2)

1. Kelurahan Barombong 0,101819

2. Kelurahan Barrang Caddi 0,389254

3. Kelurahan Barrang Lompo 0,108916

4. Kelurahan Bira 0,076923

5. Kelurahan Bulogading 0,053269

6. Kelurahan Butung 0,008841

7. Kelurahan Cambaya 0,012848

8. Kelurahan Ende 0,007823

9. Kelurahan Gusung 0,041896

10. Kelurahan Kaluku Bodoa 0,463634

11. Kelurahan Kodingareng 0,158129

12. Kelurahan Lae-Lae 0,310212

13. Kelurahan Losari 0,005004

14. Kelurahan Maccini Sombala 0,276499

15. Kelurahan Maloku 0,015084

16. Kelurahan Mampu 0,007887

17. Kelurahan Melayu Baru 0,016196

18. Kelurahan Panambungan 0,025613

19. Kelurahan Parangloe 0,357303

20. Kelurahan Pattunuang 0,014725

21. Kelurahan Tallo 0,181179

22. Kelurahan Tamalabba 0,020724

23. Kelurahan Tanjung Merdeka 0,162636

24. Kelurahan Totaka 0,005611

25. Kelurahan Ujung Tanah 0,034267

26. Kelurahan Untia 0,394524

TOTAL LUASAN 3,250817

Sumber : RTRW Kota Makassar

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 16

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang memiliki fungsi utama melindungi sungai dari gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya yang ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar kaki tanggul pada sungai dalam kawasan perkotaan dan 5 (lima) meter di sebelah luar kaki tanggul pada sungai di luar kawasan perkotaan. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter dikiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Selanjutnya, dalam arah rencana penetapannya sepanjang koridor Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo merupakan kawasan sempadan sungai di Makassar.

Tabel 2.5

Lokasi dan Luasan Kawasan Sempadan Sungai Kota Makassar

No. Kelurahan Luas (km2) No. Kelurahan Luas (km2)

1. Kel. Antang 0,046575899 43. Kel. Mappala 0,003268455

2. Kel. Bajimapakasunggu 0,000535795 44. Kel. Maradekaya 0,001198057

3. Kel. Bala Parang 0,000621424 45. Kel. Maradekaya Utara 0,001517059

4. Kel. Balangbaru 0,0255051 46. Kel. Maricaya Baru 0,001812231

5. Kel. Bangkala 0,012493875 47. Kel. Maricaya Selatan 0,002773441

6. Kel. Banta-bantaeng 0,000932912 48. Kel. Mario 0,000848053

7. Kel. Bara Baraya 0,000570648 49. Kel. Mariso 0,001959759

8. Kel. Bara Baraya Selatan 0,004295095 50. Kel. Matoanging 0,00879035

9. Kel. Bara Baraya Timur 0,003059515 51. Kel. Pa'baeng baeng 0,003416476

10. Kel. Barana 0,002471428 52. Kel. Pa'batang 0,000686848

11. Kel. Baraya 0,001687349 53. Kel. Paccerakkang 0,11544943

12. Kel. Barombong 0,129459742 54. Kel. Pai 0,001631895

13. Kel. Batua 0,009976292 55. Kel. Pampang 0,13539789

14. Kel. Bira 0,044349443 56. Kel. Panaikang 0,046440575

15. Kel. Bontolebang 0,003007384 57. Kel. Panambungan 0,004769824

16. Kel. Bontorannu 0,029572939 58. Kel. Pandang 0,003774373

17. Kel. Borong 0,003061849 59. Kel. Pannampu 0,000504844

18. Kel. Buloa 0,015838067 60. Kel. Parang 0,00151244

19. Kel. Bulurokeng 0,099585976 61. Kel. Parangloe 0,248326432

20. Kel. Bunga Eja Baru 0,002516477 62. Kel. Parangtambung 0,045396191

21. Kel. Bungaya 0,001662902 63. Kel. Paropo 0,008828236

22. Kel. Daya 0,076712397 64. Kel. Pattingalloang 0,001233688

23. Kel. Gunung Sari 0,013380676 65. Kel. Rappocini 0,002313217

24. Kel. Gusung 0,001733054 66. Kel. Rappokalling 0,010414843

25. Kel. Jongaya 0,005609868 67. Kel. Sambungjawa 0,024454246

26. Kel. Kaluku Bodoa 0,024892009 68. Kel. Sinri Jala 0,00320163

27. Kel. Kapasa 0,118758388 69. Kel. Sudiang 0,064840417

28. Kel. Karampuang 0,011846337 70. Kel. Sudiang Raya 0,04241941

29. Kel. Karunrung 0,006240782 71. Kel. Tallo 0,013270455

30. Kel. Karuwisi 0,001296441 72. Kel. Tamalanrea 0,008522213

31. Kel. Kassi-kassi 0,004369128 73. Kel. Tamalanrea Indah 0,104508681

32. Kel. Kunjungmae 0,000872821 74. Kel. Tamalanrea Jaya 0,085492999

33. Kel. Lakkang 0,154638169 75. Kel. Tamamaung 0,006820569

34. Kel. Layang 0,001043544 76. Kel. Tamarunang 0,003970977

35. Kel. Lembo 0,004408733 77. Kel. Tanjung Merdeka 0,101607307

36. Kel. Lette 0,004560036 78. Kel. Tello Baru 0,12164439

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 17

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

No. Kelurahan Luas (km2) No. Kelurahan Luas (km2)

37. Kel. Maccini Gusung 0,001000394 79. Kel. Tidung 0,000376091

38. Kel. Maccini Sombala 0,146114329 80. Kel. Timongan Lompoa 0,000881962

39. Kel. Mamajang Dalam 0,001718423 81. Kel. Tompo Balang 0,002253373

40. Kel. Mandala 0,001808508 82. Kel. Totaka 0,001467421

41. Kel. Mangasa 0,014656716 83. Kel. Untia 0,04122223

42. Kel. Manggala 0,003263416 84. Kel. Walawalaya 0,014843686

TOTAL LUASAN 2,330766944

Sumber : RTRW Kota Makassar

Kawasan sempadan danau atau Waduk ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter yang berada pada kawasan permukiman, dan kawasan riset dan pendidikan. Pada kawasan riset dan pendidikan ditetapkan di Danau Universitas Hasanuddin (UNHAS) di Kecamatan Tamalanrea dan pada kawasan permukiman ditetapkan di Danau Balang Tonjong di Kecamatan Manggala. Umumnya danau di kota Makassar juga difungsikan sebagai area/kawasan resapan air.

c) Ruang Terbuka Hijau Kota Ruang terbuka hijau yang disebut juga sebagai kawasan hijau di Kota Makassar dibagi

berdasarkan bobot kealamiannya yaitu kawasan hijau lindung dan binaan. Kawasan Hijau Lindung adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas. Sementara Kawasan Hijau Binaan adalah bagian dari kawasan hijau di luar kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui penanaman, pengembangan, pemeliharaan maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan dan didukung fasilitasnya yang diperlukan baik untuk sarana ekologis maupun sarana sosial kota yang dapat didukung fasilitas sesuai keperluan untuk fungsi penghijauan tersebut. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) disesuaikan amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikelompokkan kedalam beberapa jenis berdasarkan tipologinya, yakni dari segi fisik, fungsi, struktur, dan kepemilikan. Berdasarkan kepemilikan ruang terbuka hijau terbagai atas ruang terbuka hijau privat dan ruang terbuka hijau publik. Untuk ruang terbuka hijau privat merupakan RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Sedangkan ruang terbuka hijau publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan masyarakat secara umum. Kondisi eksisting ruang terbuka hijau Kota Makassar saat ini masih jauh dari yang ditetapkan oleh pemerintah dari alokasi total ruang terbuka hijau yang mencapai 30%. Untuk luasan RTH eksisting Kota Makassar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 18

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Tabel 2.6 Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar

No Kecamatan Luas (Ha)

Ketersediaan RTH Eksisting (Ha) Jumlah RTH

Eksisting (Ha)

Persentase thd luas wilayah

kota (Ha)

Hutan Kota

Jalur Hijau

Lapangan

Taman Pemaka

man Bakau Sempadan

1. Biringkanaya 4822 62,9306 8,6414 69,1640 52,3041 14,3822 10,0990 217,52 1,24

2. Bontoala 210 0,4521 4,6963 1,1620 6,31 0,03

3. Makassar 252 2,6342 0,2935 3,8700 1,8758 8,67 0,05

4. Mamajang 225 0,1474 0,2597 1,7398 4,4404 6,59 0,04

5. Manggala 2414 11,7922 2,0649 37,0512 4,7029 57,35 0,33

6. Mariso 182 0,5438 1,9251 5,0202 2,0393 9,53 0,05

7. Panakkukang 1705 17,9466 8,9194 13,7499 9,54 13,3391 63,50 0,36

8. Rappocini 923 9,3156 3,8255 3,0930 1,2459 17,48 0,10

9. Tallo 583 4,3992 3,9216 7,1144 13,1018 364,0627 391,85 2,23

10. Tamalanrea 3184 44,5131 16,1707 9,8345 7,3920 5,3108 20,9905 74,5290 105,10 0,60

11. Tamalate 2021 0,7581 6,4276 11,2939 2,3399 6,4056 161,8264 187,71 1,07

12. Ujng Pandang 263 2,9813 8,4631 4,4419 15,89 0,09

13. Ujung Tanah 594 4,2440 3,1506 1,55 0,3145 9,26 0,05

14. Wajo 199 1,1607 0,0157 0,7288 0,0320 1,94 0,01

Total 17.577 44,52 18,45 119,18 53,78 65,00 1.098,7 6,25

Sumber : RTRW Kota Makassar

Sesuai arahan dari undang-undang penataan ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 5 Tahun 2008 yang mengalokasikan luasan RTH sebesar 30% dengan alokasi persentase untuk RTH publik 20% dan RTH privat 10%, maka pengembangan RTH Kota Makassar didorong untuk memenuhi luasan minimal tersebut. Konsep pengembangan luas Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar dilakukan dengan membagi wilayah kota kedalam 3 kawasan dengan alokasi persentase RTH publik dan RTH privat pada masing-masing kawasan, yaitu : a. Kawasan kota yang sudah terbangun, arahan pengembangan RTH publik minimal 10% dari luas

kawasan dan RTH privat minimal 20% dari luas kawasan; b. Kawasan kota yang belum terbangun arahan pengembangan RTH publik minimal 20% dari luas

kawasan dan RTH privat minimal 20% dari luas kawasan; dan c. Kawasan reklamasi arahan pengembangan RTH publik minimal 30% dari luas kawasan dan RTH

privat minimal 20% dari luas kawasan.

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 19

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.3 Peta Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

d) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya bertujuan untuk melestarikan dan melindungi kenakeragaman dan/atau keunikan alam serta situs-situs purbakala sebagai peninggalan budaya. Kawasan Cagar Budaya di Kota Makassar tersebar di beberapa bagian kota Makassar. Kawasan Cagar Budaya merupakan kawasan yang terdapat bangunan atau situs-situs purbakala sebagai peninggalan budaya di kota dan patut dijaga kelestariannya. Kawasan cagar budaya ditetapkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai hasil budi daya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan sejarah. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan cagar budaya, meliputi pelestarian budaya, hasil budaya atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi dan khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kehidupan. Cagar budaya di Kota Makassar meliputi lingkungan bangunan non gedung dan lingkungan bangunan gedung serta halamannya yang perlu dijaga kelestariannya. Cagar budaya yang ditetapkan dalam wilayah Kota Makassar antara lain: a. Benteng Fort Rotterdam yang berada di Kecamatan Ujungpandang; b. Benteng Somba Opu di Kecamatan Tamalate; c. Makam raja-raja Tallo di Kecamatan Tallo; dan d. Bangunan Masjid Raya yang terletak di Kecamatan Bontoala.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan adalah wilayah yang dilihat dari fungsi utamanya. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan Budidaya Kota Makassar meliputi :

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 20

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

a. Kawasan Perumahan Dari rencana pengembangan kawasan permukiman dalam Tata Ruang Kota Makassar,

arahan pengembangannya dikelompokkan dalam kategori pengembangan kawasan permukiman yang berkepadatan tinggi, sedang, dan rendah.

Kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi meliputi : Kecamatan Bontoala, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, Sebagian Kecamatan Mariso, sebagian Kecamatan Panakkukang, sebagian Kecamatan Rappocini, sebagian Kecamatan Tallo, sebagian Kecamatan Tamalate, Kecamatan Ujung Pandang, sebagian Kecamatan Ujung Tanah, dan Kecamatan Wajo.

Kawasan perumahan dengan kepadatan sedang meliputi : sebagian Kecamatan Biringkanaya, sebagian Kecamatan Manggala, sebagian Kecamatan Mariso, sebagian Kecamatan Panakkukang, sebagian Kecamatan Rappocini, sebagian Kecamatan Tallo, sebagian Kecamatan Tamalanrea, sebagian Kecamatan Tamalate dan sebagian Kecamatan Ujung Tanah.

Kawasan perumahan dengan kepadatan rendah meliputi : sebagian Kecamatan Biringkanaya, sebagian Kecamatan Manggala, sebagian Kecamatan Panakkukang, sebagian Kecamatan Tallo, sebagian Kecamatan Tamalanrea, sebagian Kecamatan Tamalate, sebagian Kecamatan Ujung Pandang dan aebagian Kecamatan Ujung Tanah.

b. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdagangan dan jasa bertujuan untuk menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi melalui lapangan usaha perdagangan dan jasa. Kawasan perdagangan dan jasa terdiri atas : pasar tradisional (pasar tradisional skala pelayanan kota dan pasar tradisional skala pelayanan lingkungan), pusat perbelanjaan dan toko modern, rencana pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern ditetapkan pada Kawasan Bisnis Global di Kecamatan Mariso.

c. Perkantoran

Kawasan perkantoran meliputi : kawasan perkantoran pemerintahan (tingkat provinsi tingkat kota, tingkat kecamatan dan/atau kelurahan, pemerintahan pusat) dan perkantoran swasta.

d. Kawasan Industri Kawasan peruntukan industri meliputi : kawasan peruntukan industri besar yang

terdapat di Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea, kawasan peruntukan industri sedang, kawasan peruntukan industri kecil yang terdapat di Kecamatan Ujung pandang.

e. Kawasan Peruntukan Pergudangan

Kawasan peruntukan pergudangan terdapat di Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea. Adapun rencana pengembangan kawasan pergudangan terdiri atas : kawasan pergudangan pada kawasan pelabuhan, kawasan pergudangan pada kawasan bandar udara, kawasan pergudangan pada kawasan maritime.

f. Kawasan Pariwisata

Kawasan Pariwisata Kota Makassar meliputi : kawasan Pariwisata Budaya (benteng Fort Rotterdam, benteng Somba Opu, makam Raja-Raja Tallo, makam Pangeran Diponegoro, Monumen Korban 40.000 Jiwa, Monumen Emmy Saelan, Museum Kota,

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 21

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Masjid Raya, Gereja Katedral, Klenteng Ibu Agung Bahari, dan kawasan China Town), Kawasan Pariwisata Alam (pantai Losari, pantai Akkarena, pulau Kayangan, pulau Samalona, pulau Kodingareng Keke, pulau Lajukang), Kawasan Pariwisata Buatan. Secara lengkap Pola Ruang Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.4

Peta Pola Ruang Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Secara struktur ruang, sistem perkotaan RTRW Kota Makassar disusun berdasarkan klasifikasi menurut sistem pusat pelayanannya sebagai berikut : a. Pusat Pelayanan Kota (PPK), untuk melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional dalam

aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota dan/atau regional. PPK Kota Makassar terdiri atas 3 (tiga) PPK meliputi : PPK I berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan provinsi, pusat kegiatan pemerintahan kota, pusat kegiatan budaya, dan pusat perdagangan dan jasa, PPK II berfungsi sebagai pusat kegiatan bisnis skala internasional, nasional, dan regional, PPK III berfungsi sebagai Pusat kegiatan maritim dengan skala internasional, nasional, dan regional di Kawasan Maritim Terpadu.

b. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK), untuk melayani sub wilayah kota dalam pelayanan internal wilayah. Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota. Terdapat 9 (Sembilan) sub pusat pelayanan kota dalam wilayah Kota Makassar, yaitu :

Sub PPK I berfungsi sebagai pusat kegiatan perumahan yang berkepadatan tinggi dan sedang dengan skala pelayanan tingkat kota;

Sub PPK II berfungsi sebagai pusat kegiatan penelitian dan pendidikan dengan skala pelayanan tingkat nasional dan regional;

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 22

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Sub PPK III berfungsi sebagai pusat kegiatan kebandaraan dengan skala pelayanan internasional dan nasional;

Sub PPK IV berfungsi sebagai pusat kegiatan industri di Kawasan Industri Terpadu dengan skala pelayanan tingkat internasional, nasional, dan regional;

Sub PPK V berfungsi sebagai pusat kegiatan pergudangan di Kawasan Pergudangan Terpadu dengan skala pelayanan tingkat regional;

Sub PPK VI berfungsi sebagai pusat kegiatan kepelabuhanan di Kawasan Pelabuhan Terpadu dengan skala pelayanan tingkat nasional dan internasional;

Sub PPK VII berfungsi sebagai pusat kegiatan bisnis pariwisata di Kawasan Bisnis Pariwisata Terpadu dengan skala pelayanan tingkat internasional, nasional, dan regional;

Sub PPK VIII berfungsi sebagai pusat kegiatan Budaya di Kawasan Budaya Terpadu dengan skala pelayanan tingkat kota;

Sub PPK IX berfungsi sebagai pusat kegiatan olahraga di Kawasan Olahraga Terpadu dengan skala pelayanan tingkat internasional, nasional, dan regional.

c. Pusat Lingkungan (PL), untuk melayani bagian wilayah kota dalam skala lingkungan.

Pusat kegiatan lingkungan merupakan penghubung dari pusat kegiatan lokal. Zona ini menjadi nodes yang berperan dalam kawasan local sprawl di sekitarnya yang didasarkan pada radius pelayanan yang efektif dan efisien. Pusat lingkungan meliputi kawasan-kawasan fungsional yang berperan penting terhadap kerangka struktur ruang kota. Pusat Lingkungan (PL) yang berada dalam struktur ruang Kota Makassar yaitu ditetapkan di:

Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai dan sekitarnya di Kecamatan Tamalanrea;

Kawasan Antang dan sekitarnya di Kecamatan Manggala; dan

Kawasan Gunung Sari dan sekitarnya di Kecamatan Rappocini.

Adapun rencana Struktur Ruang Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 23

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,

definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Ancaman bencana di Kota Makassar dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Bencana yang disebabkan oleh Faktor Alam dan Faktor Non Alam. Ancaman bencana yang disebabkan oleh faktor alam terdiri dari : gempa bumi, tsunami, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, resiko cuaca ekstrim, epidemi dan wabah. Ancaman Bencana yang disebabkan Faktor Non Alam yaitu Kebakaran Gedung dan Pemukiman, dan Epidemi dan Wabah Penyakit, Konflik Sosial. a. Banjir

Berdasarkan topografinya, kota Makassar dikategorikan sebagai dataran landai dengan ketinggian mencapai 1-22 m dpl. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya banjir atau luapan air yang juga didukung oleh sistem drainase kota yang belum optimal. Kawasan yang sering mengalami banjir terkonsentrasi di daerah dengan elevasi 1-4 m dpl serta pada daerah dengan sistem drainase yang tidak memadai. Selain itu Kota Makassar juga sangat dipengaruhi oleh proses sungai yang bersumber dari sungai utama yang melewati kota ini, yaitu Sungai Tallo, Sungai Pampang dan Sungai Jeneberang. Kondisi morfologi ini berperan penting dan sekaligus menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di kota Makassar.

Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir pada umumnya merupakan daerah rendah, yang terletak di sepanjang daerah aliran Sungai Tello dan daerah aliran Sungai Jenneberang serta sepanjang Sungai Pampang. Pada tahun 2013 banjir dan genangan terjadi pada 8 kecamatan (Tamalanrea, Manggala, Bringkanaya, Panakukang, Rappocini, Ujung Pandang, Wajo dan Ujung Tanah) dengan jumlah korban sebanyak 47.028, dengan kerusakan bangunan sebanyak 18.637 unit dengan perkiraan kerugian kurang lebih sebesar 11,7 milyar. Daerah banjir selanjutnya adalah daerah-daerah hulu atau bagian tengah dari suatu daerah layanan, seperti kawasan Antang, Minasa Upa, sekitar Pelabuhan dan sekitar Jalan Tol. Berdasarkan peta terdampak banjir Kota Makassar di atas, terlihat wilayah banjir berdasarkan ketinggian genangannya. Ketinggian banjir tertinggi berada di Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala sekitar 300 cm, dimana sebagian besar wilayah terdampaknya hanya di bantaran sungai Tallo dengan penggunaan lahan berupa sawah.

Wilayah Kota Makassar yang sering terdampak bencana banjir dapat dilihat pada tabel dan peta di bahwa ini :

Tabel 2.7 Genangan Air/Banjir yang terjadi Kota Makassar

Periode 2009-2013

Tahun Kecamatan Terdampak

Jumlah Kerusakan Bangunan

Kerugian (Rp.Juta) KK Jiwa

2009 12 511 540 1501 950

2010 2 476 470 - 950

2011 8 1508 2058 1488 3.72

2012 9 654 2397 462 1.15

2013 8 12.291 47.028 18.637 11.69

Sumber: BPBD Kota Makassar

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 24

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.6 Peta Wilayah Terdampak Banjir Kota Makassar

Sumber: BPBD Kota Makassar, 2013

b. Abrasi Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut

yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Kawasan rawan abrasi pada wilayah Kota Makassar berada di sepanjang kawasan pesisir kota yang terbentang mulai dari bagian Utara hingga Barat kota sepanjang kurang lebih 42 (empat puluh dua) kilometer di sebagian Kecamatan Tamalate, sebagian Kecamatan Mariso, sebagian Kecamatan Ujung Pandang, sebagian Kecamatan Wajo, sebagian Kecamatan Ujung Tanah, sebagian Kecamatan Tallo, sebagian Kecamatan Tamalanrea, dan sebagian Kecamatan Biringkanaya.

c. Gempa Bumi dan Tsunami

Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB (version 5.11) terlihat bahwa Wilayah Kota Makassar aman dari ancaman gempa, sehingga sangat prospektus untuk pengembangan kota yang lebih baik. Daerah rawan gempa yang terdekat berada di sebelah barat kawasan (Teluk Mandar) dengan jarak cukup jauh yaitu 250 km dan pusat gempa berkisar pada kedalaman 50 100 km.

Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB terlihat bahwa wilayah perkotaan Makassar cukup aman dari ancaman tsunami, tetapi harus tetap mempertimbangkan kemungkinan adanya

http://id.wikipedia.org/wiki/Pantaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelombanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Erosi

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 25

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

ancaman gelombang kiriman dari pusat kejadian. Kawasan rawan tsunami di Kota Makassar terletak di sepanjang kawasan pesisir kota yang terbentang mulai dari bagian Utara hingga Barat kota sepanjang 42 km yaitu pada daerah pesisir Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso bagian barat, daerah pesisir Kecamatan wajo, daerah pesisir bagian utara Kecamatan Ujung Tanah, bagian utara Kecamatan tallo, bagian utara dan tengah Kecamatan Panaikang, bagian selatan Kecamatan Makassar, bagian timur Kecamatan mamajang, bagian timur Kecamatan Rappocini, bagian barat Kecamatan Tamalanrea, dan bagian utara Kecamatan Biringkanaya.

Untuk melihat pengaruh terjadinya Tsunami terhadap Kota Makassar dapat dilihat pada simulasi pergerakan gelombang akibat tsunami, seperti dibawah:

Gambar 2.7 Peta Sebaran Titik Tsunami di Pulau Sulawesi

Sumber: RTRW Kota Makassar

d. Gelombang Pasang/Kenaikan Muka Air Laut Kenaikan muka air laut yang tinggi telah terjadi di beberapa daerah dan pulau di

Indonesia, seperti hilangnya salah satu pulau di Maluku, dan di Pulau Bonetambung Makassar yang telah terjadi perubahan garis pantai mengakibatkan air masuk hingga daratan pulau. Untuk daerah pesisir Makassar, ancaman terbesar berada di Pantai Selatan yaitu Tanjung Bunga dan Pantai Akkarena. Kawasan rawan kenaikan muka air laut (sea level rise) berada pada daerah pesisir Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso bagian barat, daerah pesisir Kecamatan Wajo, daerah pesisir bagian utara Kecamatan Ujung Tanah, bagian utara Kecamatan Tallo, bagian Utara dan Tengah Kecamatan Panaikang, bagian Selatan Kecamatan Makassar, bagian Timur Kecamatan Mamajang, bagian Timur Kecamatan Rappocini, bagian Barat Kecamatan Tamalanrea, dan bagian Utara Kecamatan Biiringkanaya.

Dalam analisis ilmuwan dunia melalui forum UNFCC, bahwa dalam 100 tahun ke depan kenaikan muka air laut setinggi 110 cm sebagai akibat peningkatan suhu global sebesar 6o C, yang akan mengancam pulau dan daerah pesisir yang dapat merendam daratan hingga batas ketinggian di atas muka air laut rata-rata. Untuk daerah Makassar dengan ketinggian muka air laut rata-rata saat ini dalam kisaran 157 cm, maka dalam prediksi 100 tahun kedepan, tinggi muka air laut rata rata meningkat hingga 267 cm, yang mengakibatkann ancaman terhadap

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 26

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

daerah relief rendah dan ketinggian diatas permukaan air laut di bawah 2,5 meter. Adapun kawasan yang terancam bencana kenaikan air laut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.8

Peta Ancaman Kenaikan Muka Air Laut Kota Makassar

Sumber: RTRW Kota Makassar

e. Bencana Longsor Bencana tanah longsor yang terjadi di kaki gunung Bawakaraeng tahun 2004 lalu masih

menyisakan permasalahan dan ancaman yang perlu mendapatkan perhatian serius. Ancaman itu berupa endapan sedimentasi yang saat ini terus bertambah di kawasan Bendungan Bili-Bili. Jika semakin menebal, sedimentasi tersebut dapat menjebol Waduk Bili-Bili yang menyebabkan banjir besar hingga ke Kota Makassar. Gunung Bawakaraeng memiliki tingkat longsor potensial sekitar 115 juta meter kubik. Dari volume potensial longsor tersebut, 22 juta meter kubik termasuk dalam kategori level satu atau patut diwaspadai. Sewaktu-waktu bisa saja runtuh, terutama dimusim hujan. Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa, saat ini menampung 60 juta m3 material longsor dari 300 juta meter kubik potensi longsor Gunung Bawakaraeng. Selain ancaman banjir, peristiwa longsornya waduk Bili-Bili ini juga mempengaruhi pasokan air bersih ke 3 wilayah, Makassar, Gowa dan daerah lainnya. Berikut juga, ancamannya akan mengarah pada pasokan energi listrik. Adapun kawasan yang terancam bencana longsor dapat dilihat pada gambar berikut :

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 27

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.9

Area Limpahan Waduk Bili-Bili jika terjadi bencana

Sumber: RTRW Kota Makassar

2.1.4. Demografi

Kota Makassar kini berkembang tidak lagi sekedar gateway namun diposisikan sebagai ruang keluarga (living room) di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai kota metropolitan, Makassar tumbuh dengan ditunjang berbagai potensi, yang salah satunya adalah jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 2.8

Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Kota Makassar

Kecamatan Populasi Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk 2012 2013

Mariso 56.989 56.578 0,59

Mamajang 60.172 58.087 - 0,35

Tamalate 174.282 182.939 2,89

Rappocini 154.101 156.665 1,81

Makassar 83.328 81.054 - 0,25

Ujung Pandang 27.440 26.477 - 0,94

Wajo 24.942 27.556 - 1,76

Bontoala 55.278 52.631 - 0,88

Ujung Tanah 47.618 46.836 0,21

Tallo 136.972 138.419 1,10

Panakkukang 144.199 144.997 0,94

Manggala 119.409 130.943 4,24

Biringkanaya 171.084 195.906 5,88

Tamalanrea 105.249 108.984 2,14

Makassar 1.361.063 1.408.072 1,78

Sumber : BPS / Makassar Dalam Angka 2013/INKESRA Kota Makassar 2014

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 28

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Berdasarkan data tersebut jumlah penduduk terbesar yang dirinci menurut Kecamatan terdapat di Kecamatan Tamalate sejumlah 172.506 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,48 sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Ujung Pandang sejumlah 27.160 dengan laju pertumbuhan (0,73).

Tabel 2.9 Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Makassar

Kade Wilayah

Kecamatan Persentasi Kepadatan Penduduk

10 Mariso 4,17 30,993

20 Mamajang 4,40 26,471

30 Tamalate 12,76 8,536

31 Rappocini 11,28 16,526

40 Makassar 6,10 32,730

50 Ujung Pandang 2,01 10,327

60 Wajo 2,19 14,894

70 Bontoala 4,05 26,054

80 Ujung Tanah 3,49 7,935

90 Tallo 10,03 23,254

100 Panakkukang 10,56 8,371

101 Manggala 8,74 4,896

110 Biringkanaya 12,52 3,512

111 Tamalanrea 7,70 3,272

7371 Makassar 100 7,693

Sumber : BPS / Makassar Dalam Angka 2013

Berdasarkan tabel 2.7, persentase penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Biringkanaya

yaitu sebesar 12,52% dengan tingkat kepadatan penduduk 3,512 sementara kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Makassar dengan persentase penduduk 6,10%. Hal ini memberi gambaran bahwa distribusi penduduk yang terjadi di Kota Makassar tidak merata, dimana luas wilayah tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk, dalam artian bahwa luas wilayah yang besar tidak harus mempunyai jumlah penduduk yang besar demikian pula sebaliknya luas wilayah yang kecil tidak harus mempunyai jumlah penduduk yang kecil.

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 29

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.10 Peta Kepadatan Penduduk Kota Makassar

Sumber : RTRW Kota Makassar

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat disini terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi,

kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga, dimana Pembangunan yang dilaksanakan secara bekelanjutan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil akan mendorong peningkatan kemampuan faktor-faktor produksi untuk memproduksi barang dan jasa sehingga dapat memacu berkembangnya perekonomian dalam skala yang lebih besar dan berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan penduduk

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi diindikasikan dengan melihat indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, dan PDRB perkapita. Peningkatan perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi wilyah tersebut, yaitu dengan adanya kenaikan statistik pendapatan regional pada periode tertentu atau yang disebut dengan produk domestik regional bruto (PDRB). Ketersediaan data PDRB secara berkala menjadi penting karena bermanfaat sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi wilayah, berguna dalam rangka perencanaan, pemantauan pelaksanaan serta evaluasi pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, yang digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dihitung dari Pertumbuhan PDRB. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang biasa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedang PDRN per kapita merupakan gambaran

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 30

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator tersebut biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah a. Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Terdapat 2 (dua) jenis penilaian produk domestik regional bruto (PDRB) dibedakan dalam dua jenis penilaian yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan.

Angka yang ditunjukkan oleh PDRB merupakan penjumlahan seluruh pendapatan yang diperoleh perekonomian suatu daerah yang dikelompokkan dalam 9 sektor ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai barang dan jasa (komoditi), pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga tetap (konstan) tahun 2000. Struktur perekonomian pada suatu wilayah digambarkan oleh besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan total PDRB. Perekonomian suatu wilayah dapat dikatakan cukup mapan salah satu cirinya adalah apabila struktur ekonomi suatu wilayah disominasi sektor tersier. Semakin besar peranan sektor tersier dalam pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa wilayah tersebut semakin mapan ekonominya. Struktur perekonomian Kota Makassar dalam pembentukan total PDRB dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut ini :

Tabel 2.10 PDRB Kota Makassar berdasarkan harga berlaku

Dan harga konstan (Juta Rupiah) Tahun 2009-2013

KETERANGAN 2009 2010 2011 2012 2013

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ( Juta Rupiah )

31.263 37.007 42.894 50.233 58.544,11

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah )

14.798 16.252 17,75 19.510 21.349,66

Sumber : BPS Kota Makassar Tahun 2013

Gambar 2.11

PDRB atas dasar harga konstan dan Harga

Berlaku Kota Makassar 2009-2013

Sumber : BPS Kota Makassar Tahun 2013

31,263

37,007

42,894

50,233

58,544

14,798 16,252 17,750 19,510

21,349

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

2009 2010 2011 2012 2013

PDRB atas dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 31

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Tingkat kemajuan dan kesejahteraan penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai PDRB perkapita yang diciptakan. Namun angka PDRB perkapita bukanlah suatu angka riil yang dinikmati oleh penduduk wilayah tersebut. Kontribusi nilai PDRB perkapita terhadap kesejahteraan penduduk dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah kepemilikan faktor produksi serta kesenjangan pendapatan antara yang berpendapatan tinggi dan yang berpendapatan rendah.

Kemajuan pembangunan ekonomi yang dicapai dalam kurun waktu tahun 2009-2013 Kota Makassar mendorong meningkatnya nilai PDRB yang diciptakan. Pada tahun 2009 angka PDRB Kota Makassar atas dasar Harga Berlaku mencapai Rp.31.263.651.000.000,- dan nilai PDRB berdasarkan Harga Konstan Rp.14.798.187.000.000,-. Pada tahun 2013 nilai PDRB Kota Makassar telah mencapai Rp.58.544.109.000.000,- atas dasar Harga Berlaku dan Rp.21.349.666.850.000,- atas dasar Harga Konstan. Kontribusi terbesar nilai PDRB Kota Makassar diberikan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang untuk tahun 2013 sebesar Rp. 17.327,478.000.000,- atau 29,60%. Bila dilihat pada tingkat Provinsi, pada tahun 2013 Kota Makassar memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 36,88%. Hal ini menunjukkan besarnya konstribusi Kota Makassar terhadap perekonomian Sulawesi Selatan. PDRB Kota Makassar yang terbesar ditunjang oleh sektor (tersier) jasa, yang menunjukkan bahwa Makassar sudah semakin mapan ekonominya.

Nilai dan kontribusi sektor terhadap PDRB Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10 berikut ini.

Tabel 2.11

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha

Di Kota Makassar

N0 SEKTOR 2010 2011 2012 2013

Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) %

1 Pertanian 271.008,77 0,73 288.085,27 0,66 300.812,67 0,59 319.123,00 0,55

2 Pertambangan dan Penggalian

2.430,86 0,01 1.971,79 0,01 1.573,13 0,01 1.334,00 -

3 Industri Pengolahan 7.287.914,63 19,69 8.206.704,13 18,90 9.042.273,23 17,83 10.253.592,00 17,51

4 Listik, Gas dan Air Bersih 670.435,23 1,81 762.502,21 1,76 865.954,56 1,71 1.005.768,00 1,72

5 Bangunan 2.898.340,37 7,83 3.356.010,04 7,73 3.848.112,63 7,59 4.462.515,00 7,62

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

10.763.583,18 29,08 12.781.102,14 29,43 14.888.102,54 29,36 17.327.478,00 29,60

7 Angkutan dan Komunikasi

5.302.664,06 14,33 6.236.356,16 14,36 7.729.553,99 15,24 9.208.105,00 15,73

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

3.793.000,09 10,25 4.710.227,19 10,85 5.724.216,67 11,29 6.794.153,00 11,61

9 Jasa-Jasa 6.018.074,75 16,26 7.065.190,88 16,31 8.301.801,15 16,37 9.172.041,00 15,67

T o t a l 37.007.451,94 100,0 43.408.149,81 100,01 50.702.400,57 100,0 58.544.109,00 100,01

Sumber Data : BPS Kota Makassar, 2013

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 32

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Tabel 2.12 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013

Atas Dasar Harga Konstan menurut lapangan usaha Di Kota Makassar

No SEKTOR 2010 2011 2012 2013

Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp(Juta) %

1 Pertanian 102.025,94 0,62 103.144,16 0,58 104.093,67 0,53 105.134,45 0,49

2 Pertambangan dan Penggalian

1.134,69 0,01 874,29 - 639,64 - 537,3 0,0025

3 Industri Pengolahan 3.485.020,60 20,24 3.485.020,60 19,56 3.703.126,27 18,91 3.927.943,07 18,42

4 Listik, Gas dan Air Bersih 324.183,50 1,99 347.049,64 1,95 384.518,48 1,96 406.710,82 1,91

5 Bangunan 1.384.442,77 8,52 1.504.473,96 8,44 1.626.027,50 8,30 1.799.090,6 8,43

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

4.869.152,65 29,96 5.361.695,74 30,09 5.847.222,82 29,86 6.366.686,38 29,85

7 Angkutan dan Komunikasi 2.780.432,94 17,11 3.139.282,37 17,62 3.653.009,29 18,65 4.032.679,15 18,91

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

1.788.806,40 11,01 2.090.233,20 11,73 2.424.670,23 12,38 2.776.899,31 13,02

9 Jasa-Jasa 1.712.703,74 10,54 1.788.924,01 10,04 1.838.752,49 9,39 1.911.576,8 8,96

T o t a l 16.447.903,23 100,00 17.820.697,97 100,01 19.582.060,39 99,98 21.327.227,88 99,99

Sumber Data : BPS Kota Makassar, 2013

b. Laju Inflasi

Perekonomian suatu wilayah juga dapat dilihat dari laju inflasi di wilayah tersebut. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu, hal ini bila berlebihan dapat berdampak penurunan daya beli masyarakat.

Angka inflasi Kota Makassar dalam kurun 2009-2013 berkisar antara 3,24 persen sampai 6,24 persen. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2010 dan 2013 yaitu sebesat 6,82 persen dan 6,24 persen. Inflasi ditahun ini terhitung tinggi karena dipicu oleh kelompok pengeluaran Tranportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan dimana ada kebijakan pemerintah untuk menaikan harga harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Analisis inflasi Kota Makassar mulai tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 2.13 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2009 s.d 2013

Kota Makassar

Uraian Tahun

Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013

Inflasi (%) 3,24 6,82 2,87 4,57 6,24 4,75

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

http://id.wikipedia.org/wiki/Mata_uang

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 33

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.12

Grafik Inflasi Rata-Rata

Kota Makassar 2009-2013

Sumber Data : Badan Pusat

Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Kota Makassar

PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional netto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahan tahun. PDRB perkapita Kota Makassar dalam kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan yang cukup sinifikan dimana tahun 2009 sebesar 24,6 juta perkapita meninkat menjadi 42,9 juta perkapita tahun 2013 atau meningkat sebesar 74,4 persen. Ini berarti setiap tahun rata-rata PDRB perkapita Kota Makassar meningkat sekitar 14,9 persen setiap tahunnya. Hasil penghitungan PDRB perkapita disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.14 PDRB Per-Kapita Tahun 2009 s.d 2013

Kota Makassar

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai PDRB (Rp)

31.263.651,65 37.007.451,94 43.408.149,81 50.702.400,57 58.544.109,00

Jumlah Penduduk (jiwa)

1.272.349 1.339.374 1.352.136 1.369.606 1.387.302

PDRB perkapita (Rp/jiwa)

24.571.601

27.630.409

32.103.390

37.019.698

42.199.974

Sumber : BPS Kota Makassar

3.24

6.82

2.87

4.57

6.24

0

1

2

3

4

5

6

7

2009 2010 2011 2012 2013

Inflasi (%)

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 34

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.13

Grafik Perkembangan

PDRB Perkapita Kota Makassar

Sumber : BPS Kota Makassar, 2013

d. Indeks Gini/Koefisien Gini Kota Makassar

Tingkat pemerataan distribusi pendapatan sering diukur dengan koefisien gini. Koefisien gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau ketimpangan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz (daerah A) dibagi dengan luas segitiga di bawah diagonal. Gini rasio Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 adalah sebesar 0,36 menurun menjadi 0,41 di tahun 2014. Penurunan Gini Rasio ini menunjukan semakin melebarnya kesenjangan diantara masyarakat, termasuk juga kesenjangan pendapatan di Kota Makassar. Tugas berat pemerintah daerah agar kedepan Gini Rasio ini dapat ditekan, sehingga kesenjangan dimasyarakat menjadi lebih baik.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1 Pendidikan

Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia yaitu sejak dalam kandungan hingga lanjut usia. Upaya tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa kualitas manusia yang baik ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam kandungan, pembangunan manusia yang baik merupakan kunci bagi tercapainya kemakmuran bangsa. Selama periode tahun 2009 2013 berbagai program yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kota Makassar yang ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan taraf pendidikan penduduk yang meningkat secara bertahap.

Gambaran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator Angka Melek Huruf (AMH), Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan dan rasio penduduk yang bekerja. a. Angka Melek Huruf (AMH)

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia yang dapat terlihat dari tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan

0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000

2009

2010

2011

2012

2013

24,571,601

27,630,409

32,103,390

37,019,698

42,199,974

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 35

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

dan daya beli. Dalam indikator pendidikan dapat diukur dari Angka Melek Huruf penduduk dewasa serta Rata-rata Lama Sekolah. Analisa atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf menunjukan bahwa ketersediaan sarana prasarana, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf. Peningkatan yang cukup signifikan AMH dan RLS terjadi di wilayah perkotaan sementara kondisi di wilayah pinggiran kota akibat berbagai sebab mengalami perlambatan.

Perkembangan Angka Melek Huruf di Kota Makassar periode tahun 20092013 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka Melek Huruf pada tahun 2009 adalah sebesar 96,6 meningkat sebesar 0,74 % jika dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 97,34 %.

Tabel 2.15

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2009 2013 Kota Makassar

NO URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 Tahun yang bisa membaca dan menulis

837.468 871.526 932.297 945.869 959.891

2 Jumlah penduduk usia 15 Tahun keatas

866.944 901.641 963.913 973.517 986.148

3 Angka Melek Huruf 96,6 96,66 96,72 97,16 97,34

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

Gambar 2.14 Grafik

Perkembangan Angka Melek Huruf

Kota Makassar 2009-2013

Sumber : Dinas Pendidikan Kota

Makassar, 2013

96.6 96.66

96.72

97.16

97.34

96

96.2

96.4

96.6

96.8

97

97.2

97.4

97.6

2009 2010 2011 2012 2013

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 36

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Tabel 2.16

Angka Melek Huruf Tahun 2013 menurut kecamatan Kota Makassar

NO KECAMATAN

Jumlah penduduk usia diatas 15 Tahun yang bisa membaca

dan menulis

Jumlah penduduk usia 15 Tahun keatas

Angka Melek Huruf

1 Kec. Biringkanaya 119.650 122.179 97,93

2 Kec. Bontoala 36.524 39.367 92,78

3 Kec. Mamajang 42.066 42.973 97,89

4 Kec. Makassar 57.557 59.343 96,99

5 Kec. Manggala 84.341 86.220 97,82

6 Kec. Mariso 39.435 40.693 96,91

7 Kec. Rappocini 106.148 108.480 97,85

8 Kec. Tallo 93.856 96.461 97,30

9 Kec. Tamalate 120.409 124.377 96,81

10 Kec. Tamalanrea 73.118 75.162 97,28

11 Kec. Panakkukang 100.507 102.979 97,60

12 Kec. Ujung Pandang 19.328 19.612 98,55

13 Kec. Ujung Tanah 31.487 34.006 92,59

14 Kec. Wajo 21.402 21.666 98,78

JUMLAH 945.828 973.518 97,16

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

b. Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Tingginya kontribusi indeks pendidikan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana setiap tahunnya menunjukan peningkatan. Rata-rata Lama Sekolah penduduk Kota Makassar setiap tahunnya menunjukan kenaikan. Hal ini dapat dilihat bahwa Rata-rata Lama Sekolah pada tahun 2009 sebesar 10,6 dan pada tahun 2013 naik menjadi 10,86. Artinya bahwa pada tahun 2013 rata-rata penduduk Kota Makassar baru memiliki jumlah tahun bersekolah hampir 11 tahun atau telah menyelesaikan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai kelas 2 SMA. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 2.17

Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kota Makassar Tahun 2009 2013

No. Indikator Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Rata-rata Lama Sekolah (tahun)

10,60 10,82 10,85 10,86 10,88

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 37

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.15 Angka Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) Kota Makassar

Tahun 2009 2013

Sumber : Dinas Pendidikan Kota

Makassar, 2013

c. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni di Kota Makassar untuk setiap jenjang pendidikan mengalami

peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,08% dari tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah Kota Makassar untuk menuntaskan program Wajib Belajar pendidikan dasar 9 tahun dan menuju rintisan program wajib belajar 12 tahun. Gambaran mengenai APM di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.18

Angka Partisipasi Murni Jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2009 2013 Kota Makassar

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD/MI

1.1. jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI

141.914 143.835 144.156 145.534 147.940

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

144.335 145.748 145.762 146.919 148.820

1.3. APM SD/MI 98,32 98,69 98,90 99,06 99,41

2 SMP/MTs

2.1. jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

66.924 68.342 70.918 72.384 74.083

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

71.933 72.007 74522 75.281 76.255

2.3. APM SMP/MTs 93,04 94,91 95,16 96,15 97,15

3 SMA/MA/SMK

3.1. jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

59.841 64.031 67.404 69.316 72.091

3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

79.855 82.965 84.375 85.479 86.582

3.3. APM SMA/MA/SMK 76,94 77,18 79,89 81,09 83,26

10.6

10.82 10.85 10.86

10.88

10.45

10.5

10.55

10.6

10.65

10.7

10.75

10.8

10.85

10.9

10.95

2009 2010 2011 2012 2013

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 38

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.16 Grafik Angka

Partisipasi Musrni Jenjang SD/MI,

SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

Kota Makassar Tahun 2009

2013

Sumber : Dinas Pendidikan Kota

Makassar, 2013

Tabel 2.19 Angka Partisipasi Murni Tahun 2013 menurut Kecamatan

Kota Makassar

NO KECAMATAN

SD / MI SMP / MTs SMA/MA/SMK

JUMLAH MURID USIA 7 -

12 TAHUN

JUMLAH PENDUDUK USIA

7 - 12 TAHUN

APM

JUMLAH MURID

USIA 13-15 TAHUN

JUMLAH PENDUDUK USIA

13-15 TAHUN

APM

JUMLAH PENDUDUK USIA

16-18 TAHUN

APM

1 Kec. Biringkanaya 18.067 19.245 93,88 9787 9.861 99,25 9.263 82,75

2 Kec. Bontoala 5.864 5.924 99,00 2922 3.035 96,28 2.855 82,85

3 Kec. Mamajang 6.365 6.429 99,00 3168 3.294 96,15 3.137 83,89

4 Kec. Makassar 8.842 8.913 99,20 4476 4.567 98,01 4.348 83,87

5 Kec. Manggala 13.214 13.347 99,00 6710 6.839 98,11 6.510 83,85

6 Kec. Mariso 6.080 6.142 99,00 3028 3.147 96,21 2.981 83,45

7 Kec. Rappocini 16.549 16.753 98,78 8423 8.584 98,12 8.074 82,85

8 Kec. Tallo 13.953 14.645 95,27 7062 7.504 94,10 6.978 81,92

9 Kec. Tamalate 19.035 19.227 99,00 9571 9.852 97,15 9.366 83,75

10 Kec. Tamalanrea 11.413 11.435 99,81 5730 5.859 97,80 5.577 83,85

11 Kec. Panakkukang 15.389 15.463 99,52 7697 7.923 97,15 7.533 83,75

12 Kec. Ujung Pandang 2.936 2.956 99,35 1488 1.514 98,25 1.503 87,45

13 Kec. Ujung Tanah 4.877 5.121 95,23 2417 2.624 92,11 2.399 80,55

14 Kec. Wajo 3.216 3.220 99,90 1602 1.650 97,10 1.566 83,65

JUMLAH 147.940 148.820 99,41 74.081 76.255 97,15 72.091 83,26

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

Berdasarkan data-data tersebut menunjukan Kota Makassar sudah menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun, mengingat sesuai ketentuan Kementerian Pendidikan Nasional bahwa Kabupaten/Kota yang telah mencapai APM minimal 85 % dinyatakan telah menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun dimana Kota Makassar Untuk SMP/MTs-nya telah mencapai 97,255.

98.32 98.69 98.9 99.06 99.41 93.04 94.91 95.16 96.15

97.15

76.94 77.18 79.89 81.09 83.26

20

40

60

80

100

120

140

2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

APM SD/MI APM SMP/MTs APM SMA/MA/SMK

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 39

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

d. Angka Partisipasi Kasar (APK) Selain Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) sering digunakan untuk

menunjukan berapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. APK di Kota Makassar untuk setiap jenjang pendidikan tiap tahunnya mengalami fluktuasi.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Makassar untuk semua jenjang pendidikan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. APK SD/MI pada tahun 2013 adalah sebesar 114.22 persen, meningkat angkanya dari tahun 2009 yang sebesar 106,76 persen. APK jenjang pendidikan SMP/MTs pada tahun 2009 sebesar 98.98 persen, mengalami peningkatan menjadi 108,67 persen ditahun 2013. Sementara itu, APK untuk jenjang SMA/SMK/MA pada tahun 2009 sebesar 79,26 persen, meningkat di tahun 2013 menjadi 87,46 persen. Memperhatikan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada semua jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs yang melebihi angka 100 % menunjukan bahwa terjadi pergeseran usia anak-anak para perserta didik. APK ini juga menunjukan bahwa banyak anak-anak dari Kabupaten daerah hinterland yang bersekolah di Kota Makassar.

Perkembangan APK Kota Makassar sebagaimana terlihat pada tabel berikut dan grafik dibawah ini.

Tabel 2. 20 Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

di Kota Makassar Tahun 2009 2013

N0 Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD/MI

1.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI

154.087 158.934 163.008 166.648 169.978

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

144.335 145.748 145.762 146.919 147.940

1.3. APK SD/MI 106,76 109,05 111,83 113,43 114,22

2 SMP/MTs

2.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

71.196 73.486 78.250 81.330 82.867

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

69.104 72.007 74.522 75.281 74.083

2.3. APK SMP/MTs 98,98 102,05 105,00 108,04 108,67

3 SMA/MA/SMK

3.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

63.290 67.259 70.803 73.662 75.726

3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

79.855 82.965 84.375 85.479 72.091

3.3. APK SMA/MA/SMK 79,26 81,07 83,91 86,18 87,46

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 40

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

Gambar 2.17 APK SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA/SMK

Kota Makassar 2009-2013

Sumber: Dinas Pendidikan Kota

Makassar, 2013

Tabel 2.21

Angka Partisipasi Kasar menurut kecamatan Tahun 2013 Kota Makassar

N0

Kecamatan

SD / MI SMP / MTs SMA/SMK/MA

Jumlah Murid SD Sederajat

Jumlah Penduduk Usia 7 - 12

Tahun

APK

Jumlah Murid SMP

Sederajat

Jumlah Penduduk Usia 13-15

Tahun

APK

Jumlah Murid SMA

Sederajat

Jumlah Penduduk Usia 16 - 18

Tahun

APK

1 Kec. Biringkanaya 22109 19245 114,88 10773 9861 109,25 9935 11194 88,75

2 Kec. Bontoala 6707 5924 113,22 3305 3035 108,88 2923 3445 84,85

3 Kec. Mamajang 7416 6429 115,35 3583 3294 108,75 3287 3740 87,89

4 Kec. Makassar 10185 8913 114,27 4974 4567 108,91 4607 5184 88,87

5 Kec. Manggala 15371 13347 115,16 7442 6839 108,81 6898 7764 88,85

6 Kec. Mariso 7048 6142 114,75 3423 3147 108,76 3131 3572 87,65

7 Kec. Rappocini 19077 16753 113,87 9333 8584 108,72 8551 9745 87,75

8 Kec. Tallo 16809 14645 114,77 8083 7504 107,71 7396 8519 86,82

9 Kec. Tamalate 21892 19227 113,86 10724 9852 108,85 9713 11183 86,85

10 Kec. Tamalanrea 13014 11435 113,81 6368 5859 108,68 5770 6651 86,75

11 Kec. Panakkukang 17554 15463 113,52 8626 7923 108,87 7874 8994 87,55

12 Kec. Ujung Pandang 3395 2956 114,85 1662 1514 109,75 1522 1719 88,52

13 Kec. Ujung Tanah 5763 5121 112,53 2780 2624 105,95 2495 2979 83,75

14 Kec. Wajo 3641 3220 113,09 1792 1650 108,65 1606 1873 85,75

JUMLAH 169978 148820 114,22 82867 76255 108,67 75708 86562 87,46

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

e. Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT)

APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga

106.76 109.05 111.83 113.43 114.22

98.98 102.05 105 108.04

108.67

79.26 81.07 83.91 86.18

87.46

20

40

60

80

100

120

140

2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

APK SD/MI APK SMP/MTs APK SMA/MA/SMK

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 41

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah.

APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. APT Kota Makassar yag tertinggi adalah jenjang pendidikan Menengah Atas, yang dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar penduduk Kota Makassar hanya tamat SMA. Selanjutnya, data APT Kota Makassar dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.22

Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan(APT) Tahun 2009 s.d 2013 Kota Makassar

NO APT 2009 2010 2011 2012 2013

1. SD 18,43 16,22 21,32 18,87 19,22

2. SMP 17,00 15,66 16,86 17,63 17,97

3. SMA 34,74 37,52 29,47 33,69 34,15

4. Perguruan Tinggi 14,13 16,64 14,72 16,55 -

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2013

Gambar 2.18 Angka

Pendidikan Yanng

Ditamatkan (APT) SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA/SMK

Kota Makassar Tahun 2009-

2013

Sumber : Dinas Pendidikan Kota

Makassar, 2013

2.2.2.2 Kesehatan a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat, yang berguna untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka kematian bayi). AKB dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Angka kematian bayi kota makassar tahun 2013 menurun dibanding dari tahun 2012. Dengan kata lain untuk Kota Makassar, Angka Kelahiran Hidup Bayi tahun 2012 sebesar 996/1000 kelahiran menurun menjadi 993/1000 kelahiran ditahun 2013. Angka ini sebetulnya sudah jauh lebih rendah dibandingkan target MDGs 2015 yang sebesar 23/1000 kelahiran,

18.43

16.22

21.32

18.87

17

15.66

16.86

17.63

34.74

37.52

29.47

33.69

14.13

16.64

14.72

16.55

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2009

2010

2011

2012

Perguruan Tinggi SMA SMP SD

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 42

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 - 2019

namun angka ini harus kembali ditingkatkan sehingga AKB kembali bisa ditekan. Berikut AKHB Kota Makassar, disajikan dalam tabel ini :

Tabel 2.23

Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) menurut kecamatan Tahun 2013 Kota Makassar

Kecamatan Jmlh kematian

bayi usia dibawah 1 tahun

Jumlah Kelahiran Hidup

AKB AKHB

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

Mariso 14 17 830 1.079 16,86 15,75 983 984

Mamajang 6 12 761 1.049 7,88 11,44 992 989

Tamalate 3 12 2.044 2.469 1,47 4,86 999 995

Rappocini 12 15 1.773 3.306 6,77 4,54 993 995

Makassar 8 19 1.204 1.530 6,64 12,42 993 988

Ujung Pandang 1 1 314 449 3,18 2,23 997 998

Wajo 2 3 365 549 5,48 5,46 995 995

Bontoala 4 9 607 908 6,59 9,91 993 990

Ujung Tanah 3 9 665 861 4,51 10,45 995 990

Tallo 8 16 2.081 2.602 3,84 6,15 996 994

Panakukang 6 21 2.663 3.355 2,25 6,26 998 994

Manggala 2 8 1.176 1.390 1,70 5,75 998 994

Biringkanaya 7 12 2.459 3.137 2,85 3,82 997 996

Tamalanrea 5 11 1.540 1.892 3,25 5,81 997 994

81 165 18.482 24.576 4,38 6,71 996 993

Sumber