bab ii gambaran umum kondisi daerah - … · daratan kabupaten lamongan dibelah oleh sungai...
TRANSCRIPT
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6º 51’ 54” sampai
dengan 7º 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 112° 4’ 41”
sampai 112° 305’12”. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih
1.812,8 km² atau + 3,78 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Daratan
Wilayah Kabupaten terdiri dari daratan rendah dan ‘bonorowo’ dengan tingkat
ketinggian 0-25 m seluas 50,17 persen, sedangkan ketinggian 25-100 meter
seluas 45,68 persen, selebihnya 4,15 persen berketinggian di atas 100 meter di
atas permukaan air laut, dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km.
Ditinjau dari aspek klimatologi, Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan
merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah
hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2010 dari hasil
pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak 2,631 mm dan hari
hujan tercatat 72 hari.
Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh
air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang
melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya pada saat
musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif
berkurang. Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-
waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai.
Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan
Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata – rata 531,61 m3/bulan (debit
maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di
Waduk Gajah Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 2
sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di
Kabupaten Lamongan.
Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari cekungan air bawah tanah
Surabaya-Bojonegoro, dimana potensi air bawah tanah dangkal di Kabupaten
Lamongan diduga sebesar 306 juta M3/Tahun dan air tanah dalam sebesar 3 juta
M3/Tahun, sehingga untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi air bawah
tanah ini diperlukan studi khusus. Adapun untuk air tanah (dibawah permukaan,
termasuk mata air) sebarannya sangat jarang dan terbatas.
Wilayah Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan dengan jumlah
desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa dan 12 kelurahan).
Jumlah dusun sebanyak 1.431 dusun, Rukun Warga (RW) sebanyak 2.408 dan
Rukun Tetangga (RT) sebanyak 7.085 RT.
Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah :
Bagian Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa.
Bagian Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik.
Bagian Selatan : Berbatasan dengan Kab. Jombang dan Mojokerto.
Bagian Barat : Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Tuban.
Gambar 2.1Peta Wilayah Kabupaten Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 3
Sebagai salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur,
Lamongan memiliki kawasan pesisir berupa perbukitan. Formasi ini merupakan
kelanjutan dari rangkaian pegunungan kapur utara.
Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan
secara garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga karakteristik, yaitu:
Bagian Tengah Selatan, merupakan dataran rendah yang relatif subur
membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Sugio,
Lamongan, Deket, Tikung, Kembangbahu dan Sarirejo.
Bagian Selatan dan Utara, merupakan pegunungan kapur berbatu–batu
dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup,
Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan
Solokoro.
Bagian Tengah Utara, merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah
rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah.
Tabel 2.1.1Luas Tanah Kabupaten Lamongan Dirinci Menurut
Kemampuan Tanahnya
UraianLuas
Hektar Persen (%)1. Luas Kemiringan Tanah
a. 0 - 2 131.352 72,45b. 3 - 15 40.474 22,33c. 16 - 40 9.172 5,06d. > 40 282 0,16
Jumlah 181.280 100,002. Tekstur Tanah
a. Sedang 114.884 63,38b. Halus 63.709 35,14c. Kasar 2.687 1,48
Jumlah 181.280 100,003. Kedalaman Efektif Tanah
a. 0 cm-30 cm 5.989 3,3b. 31 cm-60 cm 12.916 7,12c. 61 cm-90 cm 34.656 19,12d. > 90 cm 127.719 70,45
Jumlah 181.280 100,00
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 4
Uraian Luas4. Drainase Permukaan Tanah
a. Tidak Pernah Tergenang 151.395 83,51b. Tergenang Periodik 29.273 16,15c. Tergenang terus-menerus 612 0,34
Jumlah 181.280 100,005. Faktor Terbatas Berbatu
a. Tidak Berbatu 180.072 99,33b. Berbatu 1.208 0,67
Jumlah 181.280 100,006. Erosi tanah
a. Tidak ada Erosi 169.994 93,77b. Ada Erosi 11.286 6,23
Jumlah 181.280 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan
Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten
Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5 persen
lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2 persen yang tersebar
di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi,
Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinagun, Mantup, Sugio,
Kedongpring, sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, dan hanya sebagian kecil
wilayah (tepatnya 0,16 persen) mempunyai kemiringan yang sangat curam
(tingkat kemiringan lahan lebih dari 40 persen).
Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:
Permukiman seluas 13.030 Ha (7,19%), sawah irigasi 45.841 Ha (25,29%),
sawah tadah hujan 33.479 Ha (18,47%), perkebunan 9.919,14 Ha (5,47%), hutan
33.717,30 Ha (18,60%), hutan rakyat 7.098,10 Ha (3,92%), tambak 1.380,05 Ha
(0,76%), sungai 8.760 Ha (4,81%), waduk 8.719,50, tegalan/ladang 12.138,91
Ha (6,7%), pertambangan 1.200 Ha (0,66%) dan peruntukan lainnya (rawa,
tanah tandus dll) 5.997 Ha (3,31%).
b. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan karakteristik wilayah Kabupaten Lamongan, maka wilayah
yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya sesuai
dengan pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan adalah
sebagai berikut :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 5
1) Hutan Produksi
Secara keseluruhan, luas hutan di Kabupaten Lamongan seluas 33.717,30 Ha
dengan rincian 33.464,40 Ha merupakan hutan produksi yang terdapat di
Kecamatan Laren, Brondong, Sukorame, Sugio, Sambeng, Bluluk,
Kedungpring, Mantup, Ngimbang dan Modo dan selebihnya 252,9 Ha
merupakan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Sugio, Sambeng,
Modo dan Ngimbang.
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan produksi merupakan
kawasan hutan di luar kawasan hutan lindung. Keberadaan hutan produksi di
Kabupaten Lamongan dimana pada kawasan ini merupakan kawasan yang
perlu dilindungi dan untuk peningkatan dari nilai manfaat (hutan produksi)
melalui penerapan sistem tebang pilih, pemanfaatan sebagai lokasi wisata
dengan tetap menerapkan asas kelestarian ekosistemnya, penerapan sistem
penjarangan.
Pengolahan hasil hutan produksi, dikelola untuk upaya peningkatan hasil dan
mutu dalam bentuk-bentuk yang menarik konsumen. Diharapkan dengan
peningkatan hasil produksi sektor kehutanan, dapat mendorong
perkembangan kegiatan industri yang mengelola hasil hutan dan adanya
multiplier effect.
Pengembangan hutan guna meningkatkan fungsi penghijauan, melestarikan
kawasan, sekaligus mencegah erosi dan meningkatkan nilai ekonomi lahan.
2) Pertanian
Potensi areal pertanian sawah di Kabupaten Lamongan cukup besar yakni
seluas 79.320 Ha atau sekitar 43,70 % dari luas wilayah Kabupaten
Lamongan. Berdasarkan irigasinya areal lahan sawah yang ada terbagi
menjadi sawah teknis, sawah setengah teknis, sawah sederhana dan sawah
tadah hujan. Komoditi yang menjadi unggulan yaitu padi, jagung, kedelai
dan hortikultura.
Komoditi padi merupakan bahan pangan andalan di Kabupaten Lamongan
dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyediaan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 6
pangan di Jawa Timur. Produksi tanaman padi tersebar di semua kecamatan,
dan sebagai penghasil terbesar dari produksi padi di antaranya Kecamatan
Sugio, Kedungpring, Modo, Tikung dan Kembangbahu.
Pengembangan produksi pertanian komoditi padi dilakukan dengan
mempertahankan luasan sawah yang ada, setidaknya melalui peningkatan
sistem irigasi bila terjadi alih fungsi sawah. Hal ini dapat didukung oleh
peningkatan pelayanan irigasi di wilayah yang potensial, serta peningkatan
kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Komoditas pertanian lainnya yang merupakan komoditas andalan Kabupaten
Lamongan adalah jagung dan kedelai. Berdasarkan wilayah penyebarannya
komoditas tanaman jagung tersebar hampir disemua kecamatan, dan
Kecamatan Solokuro merupakan penghasil terbesar dari produksi jagung.
Kemudian untuk komoditas kedelai penyebarannya pada beberapa kecamatan,
Kecamatan Kembangbahu dan Sarirejo merupakan kecamatan yang
memberikan kontribusi terbesar.
Pengembangan pertanian komoditi jagung beserta kegiatan pengolahannya
memungkinkan pengembangannya di kawasan agropolitan yakni di
Kecamatan Ngimbang dan wilayah sekitarnya.
Pengembangan hortikultura di Kabupaten Lamongan terkonsentrasi di
beberapa lokasi yakni di wilayah Kabupaten Lamongan bagian tengah hingga
selatan. Potensi ini cukup besar karena hortikultura di Kabupaten Lamongan
selain untuk memenuhi kebutuhan penduduk wilayah Kabupaten Lamongan
sendiri juga untuk kebutuhan daerah lainnya (seperti ke Surabaya dan Jakarta)
dan beberapa komoditas telah di eksport. Hasil produk hortikultura
mempunyai peluang pemasaran yang signifikan baik didalam maupun luar
negeri, sehingga prospek pengembangan kawasan untuk hortikultura di
Kabupaten Lamongan sangat diharapkan.BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 7
Data selengkapnya produksi komoditi padi, jagung, kedelai, palawija dan
hortikultura Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2011 sebagaimana tabel
berikut :
Tabel 2.1.2Data Produksi Komoditi Pertanian
Kabupaten Lamongan Tahun 2006 - 2011Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Keterangan
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)I Tanaman Pangan
1 Padi 776,085 819,823 839,986 892,613 857,638 678,042 GKG2 Jagung 249,991 273,625 319,844 335,717 279,655 282,555 Pipilan Kering3 Kedelai 28,866 18,512 23,779 30,977 31,768 30,773 Ose Kering Kedelai4 Kacang tanah 6,736 7,224 8,641 9,349 10,967 7,642 Ose Kering Kacang Tanah5 Kacang hijau 7,905 8,617 8,808 9,163 6,314 8,108 Ose Kering Kacang Hijau6 Ubi kayu 39,691 38,508 35,462 47,882 43,046 44,807 Ose Ubi Basah
II Buah-buahan (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw)1 Blimbing 1,329.94 2,296.50 1,731.00 2,988.00 2,782.10 795.00 Buah Segar2 Jambu Air 692.20 3,487.00 3,799.00 1,561.00 1,576.00 1,321.00 Buah Segar3 Jambu Biji 3,971.65 1,780.00 2,963.00 757.00 702.00 915.00 Buah Segar4 Jeruk 16.29 9.00 452.00 175.00 65.00 65.20 Buah Segar5 Mangga 115,771.52 116,956.10 104,602.00 129,408.00 129,425.00 119,811.00 Buah Segar6 Nangka 49,982.65 51,159.90 52,720.70 57,344.40 58,412.60 49,575.00 Buah Segar7 Nanas 10.00 3.00 23.00 15.00 3.00 17.00 Buah Segar8 Pepaya 14,162.97 14,205.50 11,303.10 14,160.00 14,200.00 14,575.00 Buah Segar9 Pisang 56,316.52 56,451.60 59,986.50 55,203.00 53,641.00 46,102.00 Buah Segar
10 Rambutan 684.88 60.00 60.00 79.00 49.00 31.00 Buah Segar11 Salak 240.98 87.00 88.00 125.00 113.00 80.00 Buah Segar12 Sawo 331.98 756.00 807.00 895.00 176.00 150.00 Buah Segar13 Sirsak 67.00 459.00 615.00 561.00 543.00 30.00 Buah Segar14 Sukun 8,530.12 13,056.50 2,800.00 12,280.00 1,728.00 432.00 Buah Segar15 Melon *) 25,274.70 162,288.00 - 212,890.00 22,377.00 647.00 Buah Segar16 Semangka *) 36.492.90 364,943.10 169,249.00 351,458.00 137,857.00 207,854.00 Buah SegarIII Sayuran (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw)
1 Bawang Merah 1,160.00 1,150.00 1,155.00 1,207.00 5,792.00 5,797.00 Sayuran Segar2 Bawang Daun 468.00 620.00 122.00 90.00 72.00 74.00 Sayuran Segar3 Sawi 64.00 34.00 39.00 51.00 56.00 65.00 Sayuran Segar4 Kacang Panjang 1,222.00 1,200.00 1,120.00 1,127.00 1,129.00 1,242.00 Sayuran Segar5 Lombok kecil 28,553.6 31,792.5 24,450.0 31,616.00 32,791.00 32,580.00 Sayuran Segar6 Tomat 390.0 275.0 967.0 933.00 989.00 405.00 Buah Segar7 Terong 1,104.0 1,210.0 1,215.0 1,227.00 730.00 742.00 Sayuran Segar8 Ketimun 675.0 825.0 750.0 649.00 745.00 670.00 Sayuran Segar9 Kangkung 8,136.0 9,702.0 3,930.0 624.00 4,475.00 7,893.00 Sayuran Segar
10 Bayam 150.0 48.0 57.0 69.00 70.34 150.00 Sayuran Segar
No Komoditi(Ton)
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan
3) Perkebunan
Di Kabupaten Lamongan perkebunan hampir tersebar di seluruh kecamatan
di Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan
peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Luas kawasan
perkebunan di Kabupaten Lamongan sebesar 9.919,14 Ha atau sekitar 5,47 %
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 8
dari luas wilayah yang tersebar di Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk,
Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan
Kembangbahu, Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan
Modo, Kecamatan Babat, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren,
Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong.
Komoditi yang paling prospektif dikembangkan pada sektor perkebunan
adalah tebu dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu terbesar
yaitu berkisar 5.115,004 ton (gula kristal) per tahun. Potensi di sektor
perkebunan sangat ditunjang dan tergantung pada kesesuaian dan kemampuan
tanah serta jenis tanaman yang ada. Potensi perkebunan jenis komoditi tebu
sangat dimanfaatkan oleh penduduk karena untuk pengolahan komoditi ini,
cukup mudah. Untuk satu kali tanam, petani tebu dapat memanen sebanyak 3
kali dengan biaya produksi cukup murah.
Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah :
1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri
pengolahan hasil komoditi;
2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat
kegiatan ekonomi ;
3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman
perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan
yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi
peruntukan lainnya;
4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman
perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, tebu, tembakau,
kapas dan kenaf.
Adapun produksi komoditi perkebunan Kabupaten Lamongan tahun 2006 s/d 2011
sebagai berikut :BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 9
Tabel 2.1.3Produksi Komoditi Perkebunan Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 – 2011
Komoditi2006 2007 2008 2009 2010 2011
KeteranganProd(Ton)
Prod(Ton)
Prod(Ton)
Prod(Ton)
Prod(Ton)
Prod(Ton)
Tembakau Virginia 868,50 19.889,90 2.178,40 2.423,22 4.532,22 10.747,00 KrosokTembakau Jawa 708,00 956,00 2.009,70 3.881,60 107,10 14.032,00 RajanganTebu 23.134,60 13.208,62 14.361,00 15.394,50 17.444,60 20.919,00 KristalKenaf 1.433,96 1.564,50 53,35 1.579,00 1784,00 - SeratKapas 156,97 160,29 247,29 270,00 140,00 29,43 Serat BerbijiKelapa 961,90 162,15 1.777,59 1950,10 1.910,56 1.450,60 BuahSiwalan 96,00 145,00 190,00 210,60 220,40 225,60 BuahCabe Jamu 321,20 321,24 97,05 125,00 115,00 114,00 Buah
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan
4) Peternakan
Potensi peternakan cukup besar, dan secara umum dikembangkan pada
budidaya ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar (sapi) terdapat
di Kecamatan Kecamatan Kembangbahu, Mantup, Sambeng, Modo,
Ngimbang, Tikung dan Kedungpring. Sedangkan untuk pengembangan
ternak kecil ( kambing dan domba ) dan unggas pendistribusian sudah cukup
merata pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan
Untuk ternak besar dengan komoditas unggulan adalah sapi potong dan sapi
perah, untuk ternak kecil dengan komoditas unggulan domba dan kambing,
sedangkan untuk budidaya unggas adalah ayam buras, ayam ras pedaging,
ayam ras petelur dan itik yang populasinya terus meningkat. Pada tahun
2006, populasi ternak besar sebesar 37.916 ekor, meningkat menjadi 110.964
ekor pada tahun 2011, ternak kecil sebesar 62.498 ekor pada tahun 2006 dan
meningkat menjadi 135544 ekor pada tahun 2011, kemudian untuk populasi
unggas mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu dari 1.207.087
ekor di tahun 2006 menjadi sebesar 33.326.209 di tahun 2011.
Jenis produksi ternak di Kabupaten Lamongan dibedakan menjadi produksi
telur, produksi daging dan produksi susu. Jenis produksi daging merupakan
hasil produksi dengan jumlah tertinggi dan ayam pedaging merupakan jenis
komoditi peternakan penghasil terbanyak. Produksi daging dan telur pada
tahun 2010 juga mengalami peningkatan masing – masing menjadi
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 10
12.047.936,07 kg dan 2.045.371,38 kg dibandingkan tahun 2006 masing –
masing sebesar 3.019.566 kg dan 315.124.
Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Lamongan adalah sebagai
berikut :
1. Pengembangan sentra ternak sapi potong di Kecamatan Sambeng,
Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring, Modo, Pucuk, sukodadi,
Lamongan, Tikung, Sarirejo, Karanggeneng, Sekaran, Maduran dan
Paciran ;
2. Pengembangan sentra ternak kerbau di Kecamatan Sukorame, Bluluk,
Ngimbang, Deket, Glagah, Karangbinangun, Turi, Karanggeneng dan
Laren.
3. Pengembangan ternak kambing di Kecamatan Kembangbahu dan sentra
ternak domba di Kecamatan Pucuk.
4. Kawasan ternak unggas banyak tersebar di permukiman penduduk
harus dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah
penyebaran penyakit ternak seperti flu burung; serta
5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah
hasil ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak,
mengolah kulit, dan industri lainnya.
5) Perikanan
Potensi perikanan di Kabupaten Lamongan terkonsentrasi pada budidaya
di tambak, sawah tambak, kolam dan sungai, serta perikanan tangkap
(laut) di Kecamatan Brondong dan Paciran.
Perikanan budidaya dikembangkan pada budidaya air payau dan air tawar.
Budidaya air payau tersebar di sepanjang pantai utara Kabupaten
Lamongan dengan luas areal kurang lebih 1.380 ha dengan komoditas yang
dikembangkan meliputi udang windu, udang vannamei, bandeng dan
kerapu.
Sedangkan untuk perikanan budidaya air tawar seperti sawah tambak dan
kolam dengan luas kurang lebih 24.115 ha tersebar di beberapa kecamatan
seperti Kecamatan Deket, Karangbinangun, Glagah, Lamongan, Turi,
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 11
Kalitengah dan Karanggeneng. Komoditas yang biasa dikembangkan pada
usaha budidaya air tawar adalah ikan bandeng, ikan tawes, ikan mas, nila,
mujaer, lele, udang vannamei dan lain-lain.
Untuk kegiatan budidaya di sawah tambak dan kolam tersebar di
kecamatan seperti Kecamatan Deket, Karangbinangun, Glagah, Lamongan,
Turi, Kalitengah dan Karanggeneng. Sesuai karakteristik wilayahnya
budidaya ikan disawah tambak menggunakan pola usaha ikan-ikan-padi
dan ikan-padi-padi. Adapun pengembangan perikanan budidaya adalah :
1. Perikanan kolam dan sungai produksinya terdistribusi merata di seluruh
Kabupaten Lamongan;
2. Perikanan tambak terdapat di Kecamatan Paciran, Brondong dan Glagah;
3. Perikanan sawah tambak tersebar dibeberapa kecamatan, yaitu Kecamatan
Pucuk, Lamongan, Sarirejo, Deket, Glagah, Karangbinangun, Turi,
Kalitengah, Karanggeneng dan Maduran.
Potensi pengembangan untuk perikanan budidaya di sesuaikan dengan
komoditas unggulan tiap kecamatan.
Dengan adanya wilayah utara Kabupaten Lamongan yang berbatasan
dengan perairan laut jawa, maka areal perikanan tangkap Kabupaten
Lamongan cukup besar. Potensi perikanan tangkap cukup besar di
Kabupaten Lamongan, ditandai dengan hasil tangkapan nelayan sebanyak
68.302,08 ton pada tahun 2011 serta adanya TPI (tempat pelelangan ikan)
mampu menampung hasil perikanan tangkap dengan jumlah yang besar
yaitu TPI Brondong di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.
Prospek pengembangan kegiatan perikanan tangkap sangat besar di
wilayah pesisir Lamongan, hal ini terkait dengan adanya rencana
pengembangan pelabuhan perikanan dan pelabuhan umum Nasional di
Kawasan Brondong-Paciran.
Untuk perikanan tangkap atau perikanan laut akan dikembangkan sebagai
berikut :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 12
1. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Brondong;
2. Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan di Kecamatan Brondong dan
Paciran;
3. Pengolahan hasil perikanan di Kecamatan Brondong dan Paciran.
Data selengkapnya mengenai produksi perikanan di Kabupaten Lamongan
tahun 2006 s/d 2011 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.1.4Perkembangan Produksi Ikan di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2011
KegiatanProduksi Ikan (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010 2011Penangkapan di Laut 37.618,32 38.317,04 63.593,97 63.911,94 61.431,53 68.302,08
Penangkapan PerairanUmum
2.036,11 2.125,01 2.192,17 2.243,65 2.945,16 2.991,78
Budidaya 26.220,55 28.645,45 29.759,78 32.365,03 35.167,26 36.625,31
Jumlah 65.874,98 69.087,50 95.545,92 98.520,62 99.543.95 107.919,17Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan
6) Kawasan Pertambangan
Kabupaten Lamongan memiliki sumber daya potensial mineral dengan
potensi pertambangan mineral bukan logam berupa berupa minyak bumi di
Kecamatan Tikung dan bahan galian mineral berupa batu kapur, namun
hingga saat ini belum dapat dikelaola secara optimal. Potensi bahan galian
mineral di Kabupaten Lamongan kurang lebih sebesar 1.200 ha yang banyak
terdapat di Kecamatan Babat, Solokuro, Brondong, Paciran, dan Mantup.
Nilai ekonomis yang dihasilkan oleh bahan galian tambang dapat
meningkatkan perekonomian wilayah.
Masalah atau dampak negatif yang ditimbulkan akibat usaha bahan galian
tambang antara lain :
1. Bentuk topografi akan berubah ( khusus untuk daerah perbukitan ) dan
meninggalkan bentang alam yang rusak dan gersang.
2. Tanah penutup yang subur akan hilang yang menyebabkan pertambahan
luasnya perbukitan gundul dan tanah gersang, mengakibatkan terjadinya
tanah longsor / gerakan tanah pada daerah perbukitan yang curam.
3. Tata air termasuk air tanah akan berubah / berkurang atau menghilangkan
sumber air. Permukaan air tanah menurun akan menyebabkan kelembaban
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 13
udara akan turun dan tanah akan menjadi kering, pada daerah – daerah
tertentu terjadi penurunan permukaan tanah yang berakibat langsung
dengan penurunan permukaan air tanah.
7) Kawasan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Lamongan akan dikembangkan
dalam bentuk kawasan industri, lokasi industri yang telah berkembang, dan
home industry. Kawasan Industri yang dikembangkan akan dipusatkan pada
dua lokasi, yakni di Utara dan Selatan. Untuk lokasi sebelah utara
dikembangkan di Kecamatan Brondong dan Paciran, sedangkan di sebelah
selatan dikembangkan di Kecamatan Ngimbang dan Sambeng.
Adapun pengembangan kawasan peruntukan industri di Kabupaten
Lamongan adalah :
1. Kawasan Industri LIS di Kecamatan Paciran;
2. Kawasan Industri Galangan Kapal, di Kecamatan Brondong dan Paciran;
3. Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di Kecamatan Brondong dan
Paciran;
4. Pengembangan Home Industri di Desa Sendangagung – Sendangduwur –
Tlogosadang, Kecamatan Paciran;
5. Pengembangan Home Industri Rokok di Kecamatan Ngimbang;
6. Pengembangan Industri Kayu di Kecamatan Kembangbahu;
7. Pengembangan Industri pengolahan Jagung di Kecamatan Ngimbang dan
Kecamatan Sambeng;
8) Pariwisata
Potensi pariwisata di Kabupaten Lamongan cukup besar baik wisata alam,
wisata budaya, maupun minat khusus. Wisata-wisata alam tersebut meliputi
Wisata Bahari Lamongan (WBL), Goa Maharani, Waduk Gondang. Wisata
budaya meliputi Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, Makam
Joko Tingkir, Makam Nyai Putri Andongsari. Wisata minat khusus meliputi
Monumen Van Der Wijck, TPI Kranji, TPI Brondong, Sumber mata air Panas
Tepanas, Sumber air Panas Puncakwangi, Babat Barrage, Desa Balun, dsb.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 14
Secara umum lokasi objek-wisata potensial berada pada jalur regional
sehingga memundahkan akses wisatawan dari luar Kabupaten Lamongan.
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Lamongan dikembangkan melalui
pembentukan zona-zona wisata, yaitu :
1. Zona I, meliputi obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Brondong,
Paciran, Solokuro (Monumen Van Derwijk, Wisata Bahari Lamongan
(WBL), Sunan Drajat, Maharani Zoo, TPI Brondong, Sumber Air Panas
Tepanas, Pelabuhan Rakyat Sedayu Lawas, Makam Sendang Duwur). Pada
zona ini juga terdapat wisata kirab dengan rute : Sumber Air Panas
Tepanan, Makam Sendang Duwur, Makam Sunan Drajat, Goa Maharani,
Wisata Bahari Lamongan, TPI Brondong dan Monumen Vanderwijk;
2. Zona II, meliputi obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Maduran,
Babat dan Sugio (Makam Jaka Tingkir, Puncak Wangi, Waduk Gondang);
3. Zona III, meliputi obyek wisata di Kecamatan Ngimbang (Makam Nyai
Ratu Andongsari);
Wisata utama / wisata unggulan di Kabupaten Lamongan yang perlu
didorong adalah : pengembangan Wisata Waduk Gondang di Kecamatan
Sugio dan Makam Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang.
9) Kawasan Pemukiman
Kawasan permukiman adalah suatu kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat
tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Kawasan permukiman di Kabupaten
Lamongan pada umumnya mengikuti struktur jalan. Kawasan permukiman
pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman
perdesaan dan permukiman perkotaan. Luas kawasan permukiman di
Kabupaten Lamongan secara keseluruhan adalah 13.030 Ha.
a. Pemukiman Pedesaan
Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman
pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan,
perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah
sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Secara
fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan terletak di
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 15
wilayah pegunungan dataran tinggi dan dataran rendah. Setiap lokasi
memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter
masing-masing.
b. Pemukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi
kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan
merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah
sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Lamongan
merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan dan
kondisi yang sangat beragam.
10) Kawasan Peruntukan lainnya
a. Kawasan Pesisir
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Kawasan pesisir
terletak sepanjang utara Kabupaten Lamongan. Kawasan pesisir ini
memiliki potensi sangat besar, baik dari segi wisata maupun ekosistemnya.
Arahan pengembangannya sebagai berikut :
1. Pelestarian dan penyelamatan ekosistem kawasan pesisir;
2. Kawasan Pesisir yaitu Kecamatan Brondong dan paciran akan
dikembangkan sebagai pelabuhan skala Nasional, serta kawasan
industri skala Nasional - Internasional, maka dibutuhkan perbaikan dan
pengembangan jaringan jalan, baik yang ada di wilayah pesisir
maupun jalan akses menuju wilayah pesisir.
3. Pemanfaatan untuk pariwisata dengan tetap mengedepankan
kelestarian lingkungan; serta
4. Pengembangan permukiman dilakukan secara terbatas sesuai dengan
skala pelayanan permukiman dan kegiatan dominan masing-masing.
b. Suaka Alam / Cagar Alam Laut
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya yaitu kawasan pelestarian
alam baik di perairan laut, darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 16
karang dan atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan atau
keunikan ekosistem, yang perlu dilindungi bagi kepentingan plasma
nuftah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan.
c. Wilayah Rawan Bencana
1. Rawan bencana yang terdapat di Kabupaten Lamongan adalah bencana
banjir, rawan gelombang pasang dan abrasi pantai. Kawasan rawan Banjir di
Kabupaten Lamongan berada di kawasan yang di lalui oleh Sungai
Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Laren, Kecamatan Sekaran, Kecamatan
Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Babat, Kecamatan
Karangbinangun, Kecamatan Glagah dan Kecamatan Turi.
2. Potensi kawasan rawan bencana lainnya dapat terjadi di Kecamatan Paciran
dan Kecamatan Brondong yang merupakan kawasan pesisir yaitu rawan
gelombang pasang dan abrasi pantai.
d. Demografi
Secara administratif Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan,
meliputi 462 Desa dan 12 Kelurahan yang terbagi dalam 1.431 dusun dan 7.085
RT, dengan jumlah penduduk hasil sensus penduduk pada tahun 2010 sebanyak
1.179.770 jiwa dan rata-rata pertumbuhan penduduk -0,02%. Hasil sensus
penduduk tahun 1990 mencatat jumlah populasi penduduk Kabupaten Lamongan
sebanyak 1.143.431 jiwa, pada tahun 2000 naik menjadi 1.181.660 jiwa, dan
pada tahun 2010 telah menjadi 1.179.770 jiwa.
Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk menunjukkan hasil sensus
tahun 1990 tingkat kepadatan penduduk sebesar 630,7 jiwa per Km², tahun 2000
naik menjadi 651,8 jiwa per Km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 650,8
jiwa per Km².
Penduduk menurut kelompok umur memberi gambaran tentang kejadian
demografis (Vertilitas, Mortalitas, dan Migrasi). Struktur penduduk Kabupaten
Lamongan menurut hasil Susenas 2010 menunjukkan bahwa presentase
penduduk lanjut usia (lansia) yaitu penduduk usia 65 tahun atau lebih rata-rata
mencapai 7,70%, usia 15-64 tahun sebesar 66,91%, dan usia 0-14 tahun sebesar
25,39%.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 17
Masyarakat Lamongan adalah masyarakat yang religius, Pemerintah
Kabupaten Lamongan sangat mendorong terciptanya pembangunan masyarakat
seutuhnya. Wujud dari dorongan pemerintah tersebut adalah dengan pendirian
tempat ibadah, banyaknya pondok pesantren yang ada di Kabupaten Lamongan
serta banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang berlangsung.
Sumberdaya manusia Kabupaten Lamongan dilihat berdasarkan mata
pencaharian masih unggul disektor pertanian, sekitar 55,84 persen penduduk
Kabupaten Lamongan bekerja disektor pertanian, kemudian disektor
perdagangan sebesar 18,01 persen, disektor jasa sebesar 10,35 persen, sektor
industri 9,49 persen dan sisanya disektor pertambangan, gas, listrik dan air
bersih, konstruksi, keuangan dan transportasi dan komunikasi.
Melihat perkembangan Kabupaten Lamongan dimasa yang akan datang
menunjukkan sektor industri akan semakin meningkat, hal ini akan
mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat. Berkurangnya lahan
pertanian untuk pengembangan kawasan industri akan mengakibatkan terjadinya
peralihan mata pencaharian dari petani menjadi pekerja industri. Untuk
mengantisipasi hal tersebut diperlukan adanya pelatihan di bidang industri, agar
masyarakat dapat memperdalam pengetahuan tentang potensi besar yang dapat
dihasilkan oleh industri.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
- Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan
kondisi lingkungan. Kemiskinan didefinisikan kondisi penduduk yang tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat karena masyarakat mempunyai hak-hak dasar yang
sama dengan anggota masyarakat lainnya.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 18
Rumah tangga miskin di Kabupaten Lamongan pada kurun waktu tahun
2003 sampai 2006 mengalami kenaikan. Tercatat tahun 2003 jumlah rumah
tangga miskin 94.515 rumah tangga miskin, sedangkan tahun 2006 jumlah
rumah tangga miskin 111.809 rumah tangga miskin. Kemudian pada tahun 2008
mengalami penurunan menjadi 84.694 rumah tangga miskin.
Tabel 2.2.1Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM)
Per Kecamatan Tahun 2003, 2006 & 2008
Kode Kec Nama KecamatanRTM
2003 2006 2008
010 SUKORAME 1,258 1,539 843
020 BLULUK 1,799 1,995 1,101
030 NGIMBANG 3,087 3,511 2,474
040 SAMBENG 2,891 4,004 3,531
050 MANTUP 3,250 3,641 3,317
060 KEMBANGBAHU 4,111 4,588 3,700
070 SUGIO 5,090 6,061 3,804
080 KEDUNGPRING 5,349 5,777 4,423
090 MODO 3,076 3,931 3,670
100 BABAT 6,526 8,303 9,300
110 PUCUK 4,246 5,584 3,674
120 SUKODADI 4,016 5,018 4,122
130 LAMONGAN 2,611 2,714 2,413
140 TIKUNG 2,173 2,687 1,500
141 SARIREJO 2,460 2,859 1,424
150 DEKET 2,338 2,641 1,649
160 GLAGAH 3,093 3,537 2,554
170 KARANGBINANGUN 3,515 3,856 2,667
180 TURI 3,657 5,490 3,722
190 KALITENGAH 3,529 3,864 1,401
200 KARANGGENENG 3,281 3,633 3,060
210 SEKARAN 3,404 3,787 3,080
220 MADURAN 2,746 3,509 2,531
230 LAREN 4,656 5,864 4,418
240 SOLOKURO 2,791 2,987 2,350
250 PACIRAN 4,373 4,568 3,682
260 BRONDONG 5,189 5,861 4,284
JUMLAH 94,515 111,809 84,694
Sumber : BPS Prov Jatim (Buku Evaluasi Kerja PembangunanPemprov Jatim Th 2008)
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 19
- Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran di Kabupaten Lamongan setiap tahun terus
menurun secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari tabel 2.2.2 dimana jumlah
pengangguran pada tahun 2006 sebanyak 61.969 orang (9,12%), tahun 2007
mengalami penurunan menjadi 41.002 orang (6,31%). Tahun 2008 juga
mengalami penurunan menjadi 41.475 orang, tetapi pada tahun 2008 juga terjadi
peningkatan jumlah Angkatan Kerja sebesar 657.976 orang. Tahun 2009 jumlah
pengangguran sebesar 32.087 orang (4,92%) dan tahun 2010 jumlah
pengangguran sebesar 22.756 orang (3,62%).
Tabel 2.2.2Tingkat Pengangguran di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006-2010
Tahun Pengangguran Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran
2006 61.969 679.677 9,12%
2007 41.002 649.878 6,31%
2008 41.475 657.976 6,30%
2009 32.087 652.322 4,92%
2010 22.756 628.623 3,62%
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
- Pemerataan Ekonomi
Sedangkan apabila diamati dari PDRB per-kapitanya, PDRB per-kapita
Kabupaten Lamongan terus mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lamongan
cukup baik. Peningkatan PDRB per-kapita Kabupaten Lamongan bisa dilihat
dari tabel berikut :BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 20
Tabel 2.2.3PDRB Per Kapita Kabupaten Lamongan
Tahun 2006-2011Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011*
PDRB Per
Kapita (Rp)5.903.278 6.717.968 7.673.292 8.706.666 9.986.061 10.954.705
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan *angka estimasi
Pertumbuhan ekonomi Lamongan didorong oleh seluruh sektor yang ada
dan pada tahun 2011 Sektor Bangunan / Kontruksi mengalami memperoleh
pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 25,09%, disusul Sektor Jasa-jasa yang
dengan pertumbuhan sebesar 15,36 %.
Selanjutnya sektor Industri Pengolahan dengan pertumbuhan cukup
tinggi sebesar 8,75%. Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian juga
mengalami pertumbuhan sebesar 8,73%.
Sektor Pertanian, meskipun mengalami pertumbuhan 3,87 % tetapi
memiliki kontribusi sangat besar dalam struktur perekonomian Kabupaten
Lamongan, sehingga masih memiliki peranan penting dan strategis dalam
menggerakkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu enam tahun
terakhir memberikan indikasi bahwa kegiatan ekonomi di Lamongan terus
berlangsung dan semakin membaik.
Bila diukur dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
berdasarkan harga berlaku (ADHB), menunjukkan peningkatan sebesar 84,21 %
dimana pada Tahun 2006 PDRB sebesar Rp. 7.013.896.640.000,- meningkat
menjadi sebesar Rp. 12.920.440.000.000,- pada Tahun 2011. Sedangkan
berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000, PDRB Lamongan juga
menunjukkan peningkatan. Pada Tahun 2011 PDRB Kabupaten Lamongan
sebesar Rp 4.849.618.480.000,- meningkat menjadi sebesar Rp.
6.629.207.830.000,- pada Tahun 2011 atau tumbuh sebesar 36,69%.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 21
Tabel 2.2.4Perbandingan Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Lamongan Tahun 2006 & 2011( Juta Rupiah)
Lapangan UsahaADHB ADHK
2006 2011* 2006 2011* Pertanian 3.473.751,35 5.746.843,00 2.631.359,25 3.257.267,28
Pertambangan danPenggalian
16.440,42 26.176,51 7.990,10 9.762.,61
Industri Pengolahan 331.908,06 655.677,18 235.118,66 352.826,63
Listrik, Gas dan AirBersih
62.164,68 104.892,93 54.365,79 73.996,31
Bangunan/Konstruksi 217.275,12 320.942,71 136.460,37 199.119,99
Perdagangan, Hotel &Restoran
1.842.320,62 4.133.003,31 1.135.065,89 1.751.380,04
Pengangkutan danKomunikasi
129.178,18 272.200,28 78.336,58 117.526,02
Keuangan, Persewaan& Jasa Perusahaan
222.234,49 462.356,26 154.774,39 252.596,69
Jasa-Jasa 718.623,73 1.198.347,81 416.147,47 614.732,26
Jumlah 7.013.896,64 12.920.440,00 4.849.618,48 6.629.207,83
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan *angka estimasi
Laju inflasi Kabupaten Lamongan pada tahun 2006 sebesar 7,77%, tahun
2007 mengalami penurunan menjadi 6,89%, tahun 2008 kembali naik menjadi
8,76%. Pada tahun tahun 2009 sebesar kembali turun menjadi 4,24%, namun di
tahun 2010 naik sebesar 5,98%, dan pada tahun 2011 yang sementara
menggunakan angka estimasi inflasi turun menjadi 3,48% .
b. Fokus Kesejahteraan Sosial
- Angka Melek Huruf
Kemampuan membaca dan menulis tercermin dan angka melek huruf
yang didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis huruf latin maupun huruf lainnya. Dari hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2010 telah diketahui, bahwa rata-rata
Angka Melek Huruf di Kabupaten Lamongan sebesar 87,43%. Sedangkan pada
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 22
tahun 2011 rata-rata Angka Melek Huruf di Kabupaten Lamongan sebesar
99,84% yang berarti masih terdapat 0,16% penduduk usia 15 tahun ke atas yang
buta huruf. Angka Melek Huruf tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun
2010 yang mencapai 87,43%.
Tabel 2.2.5Persentase Angka Buta Huruf dan Angka Melek Huruf
Penduduk Umur 15 tahun ke atasTahun 2006 - 2011
Tahun ABH (%) AMH (%)
2006 14,39 85,61
2007 13,40 86,60
2008 13,40 86,60
2009 13,03 86,97
2010 12,57 87,43
2011 0,16 99,84
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan 2011
Dari tabel 2.2.5 diatas dapat deketahui, bahwa Angka Melek Huruf di
Kabupaten Lamongan selama periode lima tahun terakhir cenderung semakin
meningkat. Sebaliknya angka buta huruf menunjukkan perubahan yang semakin
menurun. Hal ini berarti sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun yang
telah dicanangkan pemerintah dalam rangka memberantas buta huruf.
- Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Indikator yang digunakan untuk mengetahui rata-rata tingkat pendidikan
adalah melalui rata-rata lama sekolah / Mean Years of Schooling (MYS), yaitu
rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk diseluruh jenjang
pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah dihitung
berdasarkan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat /
kelas yang sedang/ pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan.
Dari hasil Susenas tahun 2010 telah diketahui, bahwa rata-rata lama
sekolah penduduk Kabupaten Lamongan mencapai 7,12 tahun, mengalami
kenaikan dibanding tahun 2006 yang mencapai 6,76 tahun. Dan berdasarkan
angka proyeksi pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 23
Lamongan sebesar 8,71 per tahun.Untuk mendapatkan gambaran mengenai
perkembangan tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2.6Rata-rata Lama Sekolah
Penduduk Usia 15 Tahun ke atasTahun 2006 – 2011
Tahun MYS (tahun)2006 6,762007 6,762008 7,142009 7,032010 7,122011 8,71
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan
Dari tabel 2.2.6 di atas tampak bahwa rata-rata lama sekolah penduduk
Lamongan lima tahun terakhir setiap tahun mengalami kenaikan. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Lamongan terhadap pentingnya
pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi semakin baik.
Dengan meningkatnya angka melek huruf dan angka rata-rata lama
sekolah tersebut, maka indeks pendidikan di Kabupaten Lamongan tahun 2011
juga mengalami kenaikan, yakni dari 72,10 pada tahun 2006 menjadi 81,57 pada
tahun 2011. Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai perkembangan
indeks pendidikan di Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur dapat di lihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.2.7Perkembangan Indeks Pendidikan
Tahun 2006 – 2011Tahun Lamongan
2006 72,10
2007 72,76
2008 72,77
2009 73,61
2010 74,11
2011* 81,57
Sumber : BPS Kab. Lamongan *angka sementara
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 24
Dari tabel 2.2.7 diatas dapat diketahui, bahwa Indeks Pendidikan
Kabupaten Lamongan dari waktu ke waktu terus meningkat. Dilihat dari 3 aspek
tersebut, secara umum tingkat pendidikan masyarakat Lamongan relatif tinggi.
Dan untuk mendapatkan gambaran secara lebih detail terhadap kondisi
pendidikan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dari beberapa indikator di
bawah ini, yakni : Angka Partsisipasi Kasar (APK), Angka Pendidikan yang
Ditamatkan, Angka Partisipasi Murni (APM), Agka Kelulusan (AL), dan
turunnya Angka Putus Sekolah (APS).
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan jumlah siswa
pada tingkat pendidikan SD/SMP/SMA terhadap jumlah penduduk kelompok
usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu dan merupakan indikator
yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan. Lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel
2.2.8 di bawah ini periode tahun 2006 sampai tahun 2011.
Tabel 2.2.8Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2006 - 2011
No Angka
Partisipasi
Kasar
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 117,35 116,05 117,36 115,80 115,20 113,98
2 SMP/MTs 110,65 112,41 112,43 112,93 120,54 125,81
3 SMA/SMK/MA 74,53 75,11 74,14 76,77 76,77 87,35
Sumber : Dinas Pendidikan
Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) merupakan presentase
jumlah penduduk baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut
pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. APT bermanfaat untuk menunjukkan
pencapaian pembangunan pendidikan di Lamongan dan juga berguna untuk
melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja , terutama untuk melihat
kealifikasi pendidikan angkatan kerja. Data APT tahun 2006 – 2011 dapat dilihat
pada tabel 2.2.9 berikut ini .
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 25
Tabel 2.2.9Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) Tahun 2006 - 2011
No Angka
Pendidikan yg
ditamatkan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 19,73% 20,26% 20,27% 19,31% 18,73% 18,60%
2 SMP/MTs 35,55% 33,26% 33,85% 35,35% 38,36% 43,10%
3 SMA/SMK/MA 20,22% 20,54% 20,48% 26,84% 21,87% 24,73%
Sumber : Dinas Pendidikan
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah presentase siswa dengan usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat
pendidikan tertentu. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat data APM pada tabel
2.2.1 berikut ini.
Tabel 2.2.10Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2006 - 2011
No Angka Partisipasi
Murni
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI/Paket A 99,88 99,89 99,91 99,92 99,93 99,94
2 SMP/MTs/Paket B 84,69 84,71 84,82 84,83 90,01 90,02
3 SMA/SMK/MA/Paket C 53,30 52,40 53,79 53,81 60,01 60,46
Sumber : Dinas Pendidikan
Angka Putus Sekolah (APS) mencerminkan anak-anak usia sekolah yang
sudah tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan
tertentu. Faktor penyebab utama putus sekolah diantaranya adalah kondisi
ekonomi dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan. Data APS tahun
2006 – 2011 dapat dilihat dari tabel 2.2.11 dibawah ini.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 26
Tabel 2.2.11Angka Putus Sekolah (APS) tahun 2006 - 2011
No Angka Putus
Sekolah
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 0,17 0,09 0,09 0,02 0.01 0.01
2 SMP/MTs 1,23 0,85 0,68 0,08 0.08 0.07
3 SMA/SMK/MA 1,07 1,34 1,10 0,76 0.51 0.50
Sumber : Dinas Pendidikan
Angka Kelulusan (AL) adalah presentase jumlah lulusan pada jenjang
tertentu dibanding jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang tertentu pada tahun
ajaran sebelumnya. Semakin tinggi AL maka semakin baik dan idealnya sama
dengan 100 %. Hal ini berarti semua siswa berhasil lulus dari jenjang pendidikan
tersebut. Angka Kelulusan tahun 2006 – 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.2.12Angka Kelulusan (AL) Tahun 2006 - 2011
No Angka
Kelulusan
(AL)
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 99,99% 99,30% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
2 SMP/MTs 99,63% 99,31% 99,70% 99,74% 99,75% 100,00%
3 SMA/SMK/MA 99,68% 99,78% 99,60% 99,29% 99,30% 99,98%
Sumber : Dinas Pendidikan
Angka Melanjutkan (AM) adalah presentase jumlah lulusan yang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Makin tinggi AM maka
semakin baik dan idealnya sama dengan 100 %. Hal ini berarti semua lulusan
dapat ditampung di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka Melanjutkan
tahun 2006 – 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 27
Tabel 2.2.13
Angka Melanjutkan (AM) Tahun 2006 – 2011
No Angka
Melanjutkan
(AM)
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI ke
SMP/MTs
98,43 98,45 98,46 102,08 100,21 99,96
2 SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA
77,40 85,27 85,28 89,32 91,95 91,97
Sumber : Dinas Pendidikan
- Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Angka Kelangsungan Hidup Bayi merupakan rasio antara jumlah kematian bayi
(berumur kurang dari 1 tahun) dengan jumlah kelahiran hidup per seribu
kelahiran dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Untuk melihat perkembangan
Angka Kelangsungan Hidup Bayi sebagaimana pada tabel 2.2.14.
Tabel 2.2.14Angka Kelangsungan Hidup Bayi
NO IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Angka
Kelangsungan
Hidup Bayi
2,60 4,37 3,86 6,72 5,52 2,55
- Presentase Balita Gizi Buruk
Presentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat
badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
Di Kabupaten Lamongan presentase balita gizi buruk dari tahun 2006 sampai
tahun 2010 turun menjadi 0,35 % dan pada tahun 2011 sebesar 1,35%
(menggunakan angka sementara).
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 28
Tabel 2.2.15Presentase Balita Gizi Buruk
NO IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Presentase Balita
Gizi Buruk
2,06% 1,95% 1,99% 2,17% 0,35% 1,35%
- Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan tiga komponen
bidang pembangunan manusia yaitu komponen pendidikan, kesehatan dan
pendapatan diperoleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Lamongan tahun 2010 sebesar 69,63 mengalami kenaikan dibanding tahun 2006
yang mencapai 67,41.
Angka IPM berkisar antara 0 – 100. Angka IPM suatu daerah
memperlihatkan jarak yang harus ditempuh – shortfall – untuk mencapai nilai
maksimum yaitu 100. Angka ini dapat diperbandingkan antar daerah, sehingga
merupakan suatu tantangan bagi setiap daerah, untuk menemukan cara
mengurangi nilai shortfall.
Dilihat dari status pembangunan manusia, angka IPM dapat dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu :
Tingkat pembangunan manusia menengah atas ( IPM 66,00 – 79,99 )
Tingkat pembangunan manusia menengah bawah ( IPM 50,00 – 65,99 )
Tingkat pembangunan manusia kategori rendah ( IPM kurang dari 50,00)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan tiga komponen
bidang pembangunan manusia yaitu komponen pendidikan, kesehatan dan
pendapatan diperoleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Lamongan tahun 2010 sebesar 69,63 termasuk kategori tingkat pembangunan
manusia menengah ke atas.BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 29
Tabel 2.2.16Perkembangan IHH, IP, PPP dan IPM
Kabupaten Lamongan Tahun 2006 – 2011Tahun IHH IP PPP IPM
2006 70,83 72,10 59,29 67,41
2007 71,21 72,76 59,68 67,88
2008 71,41 72,77 60,82 68,33
2009 71,71 73,61 61,77 69,03
2010 71,98 74,11 62,79 69,63
2011 71,91 74,19 62,99 69,95Sumber : BPS Kabupaten Lamongan *angka sementara
Dari Tabel 2.2.16 di atas menunjukkan perkembangan Indeks
Pendidikan, Indeks Kesehatan, Indeks Paritas Daya Beli dan Indeks
Pembangunan Manusia, maka dapat disimpulkan rata-rata tingkat kesehatan
penduduk, pendidikan penduduk, daya beli masyarakat dan Indek Pembangunan
Manusia Kabupaten Lamongan selama periode empat tahun terakhir cenderung
semakin meningkat. Hal ini menunjukkan, bahwa pembangunan manusia di
Kabupaten Lamongan semakin baik dan berada pada tingkat pembangunan
manusia menengah atas.
- Ketahanan Pangan
Kondisi ketahanan pangan disamping dapat dilihat dari aspek
ketersediaan bahan pangan melalui data neraca bahan makanan, juga dapat
dilihat dari aspek kecukupan energi yang menunjukkan kondisi Pola Pangan
Harapan di suatu daerah.
Kondisi ketersediaan bahan pangan beserta konsumsinya pada tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 dapat diketahui pada tabel Neraca Bahan
Makanan (NBM) berikut :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 30
Tabel 2.2.17Neraca Bahan Makanan (NBM) Tahun 2006-2011
No Komoditas2006 2007 2008
Ket Kons +/- Ket Kons +/- Ket Kons +/-
1 Beras 450.953 131.152 319.802 493.989 133.259 360.730 487.487 135.853 351.634
2 Jagung 220.029 8.952 211.077 245.669 9.096 236.573 282.966 9.273 273.693
3 Ubi Jalar 776 2.975 -2.199 1.181 3.023 -1.842 121 3.081 -2.961
4 Ubi Kayu 33.748 16.625 17.123 32.739 16.892 15.847 30.144 17.221 12.923
5 Tebu 141.161 13.066 128.094 154.365 13.276 141.088 143.619 13.535 130.084
6 Kacang Tanah 6.163 973 5.190 6.588 989 5.599 7.908 1.008 6.900
7 Kacang Hijau 7.343 681 6.662 8.110 692 7.417 8.184 706 7.479
8 Kedelai 26.240 14.637 11.603 16.978 14.872 2.106 21.725 15.162 6.563
9 Daging 5.276 3.753 1.523 5.276 3.813 1.462 6.091 3.888 2.203
10 Telur 359 7.534 -7.175 359 7.655 -7.296 2.625 7.804 -5.180
11 Ikan 56.333 19.767 36.566 61.586 20.084 41.502 81.214 20.475 60.739
No Komoditas2009 2010 2011
Ket Kons +/- Ket Kons +/- Ket Kons +/-
1 Beras 518.864 139.456 379.409 498.420 111.244 387.176 393.421 142.370 251.051
2 Jagung 297.279 9.519 287.760 247.480 7.593 239.887 231.761 11.426 220.336
3 Ubi Jalar 569 3.163 -2.594 543 2.523 -1.980 838 2.706 -1.868
4 Ubi Kayu 40.700 17.678 23.022 34.317 14.102 20.216 42.783 23.302 19.481
5 Tebu 247.138 13.894 233.244 144.679 11.083 133.596 28.052 16.302 11.966
6 Kacang Tanah 8.577 1.035 7.542 10.081 825 9.256 13.062 1.052 12.010
7 Kacang Hijau 8.541 724 7.817 5.874 578 5.296 7.550 601 6.948
8 Kedelai 28.329 15.564 12.765 29.112 12.415 16.697 246.370 15.034 231.336
9 Daging 3.807 3.991 -183 4.226 3.183 1.042 15.540 7.367 8.174
10 Telur 5.709 8.011 -2.302 1.887 6.390 -4.504 19.198 8.118 11.080
11 Ikan 82.905 21.018 61.887 84.618 16.766 67.852 91.734 21.198 70.537
Sumber : Kantor Ketahanan Pangan
Keterangan : - Ket = Ketersediaan
- Kons = Konsumsi
- +/- = Surplus / Minus
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 31
Tabel 2.2.18Skor PPH Kabupaten LamonganTahun 2006
NoKelompok
Bahan Pangan
Standar 2006
Gr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPHGr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPH
1 Padi-padian 275 1000 50 25,0 384 1.394 69,7 25,0
2 Umbi-umbian 100 120 6 2,5 24 29 1,5 0,8
3 Pangan Hewani 150 240 12 24,0 98 157 7,9 15,8
4Lemak &Minyak
20 200 10 5,0 24 240 12,0 5,0
5Buah/bijiberminyak 10 60 3 1,0 12 72 3,6 1,5
6Kacang-kacangan
35 100 5 10,0 31 90 4,5 9,0
7 Gula 30 100 5 2,5 49 163 8,2 2,5
8 Sayur & Buah 250 120 6 30,0 96 46 2,3 11,5
9 Lainnya 0 60 3 0,0 0 0 0,0 0,0
Jumlah 870 2000 100 100,0 718 2.191 109,6 71,1
Sumber : Kantor Katahanan Pangan
Skor PPH Kabupaten Lamongan Tahun 2007-2008
NoKelompok
Bahan Pangan
2007 2008
Gr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPHGr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPH
1 Padi-padian 380 1.379 69,0 25,0 368 1.336 66,8 25,0
2 Umbi-umbian 28 33 1,7 0,9 26 31 1,6 0,8
3 Pangan Hewani 95 152 7,6 15,2 94 150 7,5 15,0
4Lemak &Minyak
22 219 11,0 5,2 22 220 11,0 5,0
5Buah/bijiberminyak
10 59 3,0 1,5 9 54 2,7 1,4
6Kacang-kacangan
30 86 4,3 8,6 32 93 4,7 9,4
7 Gula 41 138 6,9 2,5 34 113 5,7 2,5
8 Sayur & Buah 138 66 3,3 16,5 125 60 3,0 15,0
9 Lainnya 0 0 0,0 0,0 0 0 0,0 0,0
Jumlah 744,0 2.132 106,6 75,2 710 2.057 102,9 74,1
Sumber : Kantor Katahanan Pangan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 32
Skor PPH Kabupaten Lamongan Tahun 2009-2010
NoKelompok
Bahan Pangan
2009 2010
Gr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPHGr/Kap/Hari
Energi(Kkal)
% AKE PPH
1 Padi-padian 346 1.256 62,8 25,0 281 1.020 51,0 25,0
2 Umbi-umbian 39 47 2,4 1,2 22 27 1,3 0,7
3 Pangan Hewani 102 163 8,2 16,4 136 218 10,9 21,8
4Lemak &Minyak
20 200 10,0 5,0 39 381 19,0 5,0
5Buah/bijiberminyak
10 60 3,0 1,5 4 21 1,1 0,5
6Kacang-kacangan
34 98 4,9 9,8 30 87 4,4 8,7
7 Gula 32 107 5,4 2,5 19 64 3,2 1,6
8 Sayur & Buah 165 79 4,0 20,0 192 92 4,6 23,1
9 Lainnya 0 0 0,0 0,0 0 35 1,7 0,0
Jumlah 748 2.010 100,5 81,4 723 1.945 97,3 86,4
Sumber : Kantor Katahanan Pangan
c. Fokus Seni, Budaya dan Olahraga
Keragaman dan kekayaan budaya Lamongan secara historis terbagi
menjadi 2 (dua) wilayah sesuai karakteristik nudaya dan kesenian, yaitu :
a. Wilayah selatan yang kental dengan budaya jawa (Majapahit).
b. Wilayah utara yang sangat dominan dan monumental dengan budaya Islam
(Budaya Pesisir).
Adanya perbedaan kondisi budaya tersebut melahirkan aneka seni
budaya jawa di kawasan selatan seperti wayang kulit, lindur, sandur, ketoprak,
tayub, kepang dor dan sebagainya. Sedangkan di kawasan utara yang diilhami
oleh kesenian dan budaya Islam antara lain, sampro, seni hadrah, jidor,
sholawatan, kentrung, pencak silat, qasidah dan sebagainya.
Terdapat 188 kelompok seni dan 4 padepokan seni di Kabupaten
Lamongan, satu padepokan seni dan budaya telah mengikuti dan berprestasi di
festival seni tingkat nasional, serta terdapat 14 cagar budaya yang dilindungi dari
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 33
61 cagar budaya yang ada.Budaya tersebut perlu dilestarikan dan dikembangkan
sebagai upaya untuk menyatukan dan memperkokoh budaya bangsa.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan berupaya membina pemuda
secara individu maupun kelompok melalui pelayanan, penyadaran,
pemberdayaan, pengembangan, koordinasi dan kemitraan. Jumlah pemuda
berprestasi dalam bidang olahraga di Kabupaten Lamongan sampai dengan
tahun 2010 sebesar 1.14%.
Di tingkat Nasional pada Kejurnas 2006, Kabupaten Lamongan meraih
Juara II untuk cabor atletik Lari 200 m dan Juara III untuk cabor catur. Di
tingkat Propinsi pada tahun yang sama Lamongan berhasil merebut Juara I pada
cabor gulat. Pada even POR SD tingkat Propinsi di tahun 2007, Lamongan
berhasil meraih Juara I, II dan III pada cabor panahan. Cabor panahan, panjat
tebing dan gulat merupakan cabor yang paling sering mendapatkan penghargaan.
Pada tahun 2008 cabor panahan berhasil mendapatkan 43 penghargaan baik
tingkat Propinsi maupun Nasional yaitu di kejuaraan POPDA, PON XVII dan
Kejurnas. Cabor gulat memperoleh 23 penghargaan di even POPDA dan
Kejurda. Selain prestasi diatas, prestasi membanggakan lainnya antara lain :
1. Pada tahun 2008 meraih Juara 2 Tingkat Nasional untuk kategori Pemuda
Pelopor bidang Teknologi Tepat Guna.
2. Tahun 2009 berhasil meraih Juara 2 tingkat Propinsi pada kategori Pemuda
Pelopor bidang Kewirausahaan dan Juara 2 bidang Pariwisata dan Seni
Budaya.
3. Tahun 2010, Pertukaran Bhakti Pemuda antar Propinsi mewakili Jawa
Timur.
4. Tahun 2011, meraih 9 medali emaspada Kejuaraan Nasional cabang panjat
tebing.
Dari aspek kehidupan beragama, kesadaran melakukan ibadah
keagamaan telah berkembang dengan baik. Hal ini antara lain didukung oleh
menguatnya kesadaran di kalangan pemuka agama untuk membangun
harmonisasi sosial dan hubungan intern dan antar umat beragama guna
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 34
menciptakan rasa aman, damai dan saling menghargai di antara umat beragama.
Sampai dengan tahun 2010, agama Islam merupakan agama dengan jumlah
pemeluk terbesar yaitu sebesar 1.495.395 orang (99,7%). Berikutnya pemeluk
Kristen Katolik sebesar 3.414 orang (0,23%), Kristen Protestan 680 orang
(0,05%), Hindu 350 orang (0,02%), dan Budha 312 orang (0,01%).
Tabel 2.2.19Jumlah Penduduk Menurut Agama
Tahun 2010
Agama Jumlah Prosentasi
Islam 1.495.395 99,695%
Kristen Katolik 3.414 0,228%
Kristen Protestan 680 0,045%
Hindu 350 0,023%
Budha 132 0,009%
TOTAL 1.499.971 100%
Sumber : Departemen Agama Kab. Lamongan
Sedangkan perkembangan tempat ibadah selama kurun waktu tahun
2006-2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2.20Sarana Ibadah
No. Tempat IbadahBanyaknya
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Masjid 1618 1618 1633 1633 1633 1696
2 Langgar 274 274 299 299 299 340
3 Musholla 3763 3763 3813 3813 3813 4119
4 Gereja 11 11 11 12 12 12
5 Pura 2 2 2 2 2 2
6 Pondok Pesantren 258 258 258 258 273 301
Jumlah 5926 5926 6016 6017 6032 6470
Sumber : Bagian Kesmasy Sekretariat Daerah Kab. Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 35
2.3 Aspek Pelayanan Umum
a. Kondisi Pendidikan
Berdasarkan kondisi tahun 2007 jumlah penduduk penyandang buta
aksara berusia 10 – 44 tahun berjumlah 6.467 orang, dari semuanya telah tuntas
dilakukan pemberantasan. Sedangkan penyandang buta aksara usia 45 s/d 65
tahun keatas 23.258 orang, terhadap permasalahan ini pemerintah pusat, propinsi
dan daerah secara bertahap berupaya melakukan pemberantasan buta huruf
melalui Program Keaksaraan Fungsional (KF) dengan melibatkan lembaga lain.
Hasil perkembangannya penyandang Buta Aksara Tahun 2010 menjadi 10.164
orang dan pada tahun 2011 berkurang menjadi 1.733 orang.
Sebagaimana diamanatkan Amandemen Undang-undang Dasar 1945
Pasal 31 ayat (2) : “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya“, Dengan demikian pemerintah wajib
menyiapkan segala prasarana dan sarana, namun hambatannya adalah kondisi
prasarana gedung SDN di Kabupaten Lamongan kurang baik. Dari 616 gedung
SD, yang kondisinya baik 2.231 ruang kelas. Upaya rehabilitasi selalu dilakukan
setiap tahun, namun karena dana pemeliharaan yang terbatas, dilain pihak
tingkat kerusakannya sudah parah maka kondisi gedung SD tidak banyak
berubah. Oleh karena itu perlu kiranya memprioritaskan penanganan rehabilitasi
gedung SD secara tuntas.Selama periode 6 tahun (2006-2011) keberadaan sarana
dan prasarana pendidikan (Lembaga) untuk jenjang pendidikan SD/MI terus
mengalami penurunan dengan adanya Regrouping rata-rata sebesar 1,82%,
untuk jenjang SMP/MTs mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,81% dan untuk
jenjang SMA/SMK/MA mengalami kenaikan rata – rata sebesar 2,87% dan
untuk jenjang Perguruan Tinggi relatif stabil.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 36
Tabel 2.3.1Lembaga Pendidikan
NoJenjang
PendidikanJumlah Lembaga
2006 2007 2008 2009 2010 20111 SD/MI 1258 1252 1167 1150 1164 1171
2 SLTP/MTs 289 296 308 308 310 316
3 SMU/MA 133 135 139 140 140 140
4 SMK 40 45 55 55 56 59
5 PT 10 11 12 12 12 12
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan
Selanjutnya untuk mengetahui kondisi sarana pendidikan di Kaupaten
Lamongan terlihat pada kondisi gedung sekolah dalam kondisi baik dari tingkat
pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA dan untuk lebih lanjut
sebagaimana tabel 2.3.2
Tabel 2.3.2Fasilitas Pendidikan
NOTingkat
Pendidikan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 GedungSD/MI
kondisi baik
1.580 1.664 1.752 1.807 2.008 2.231
2 Gedung
SMP/MTs
kondisi baik
1.761 1.622 1.754 1.680 1.676 1.621
3 Gedung
SMA/SMK/MA
kondisi baik
1.391 1.371 1.191 1.249 1.242 1.377
b. Rasio Murid/Guru, Rasio Siswa/Sekolah. Rasio Siswa/Kelas, dan Rasio
Kelas/Guru dan Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Rasio Murid/Guru untuk jenjang pendidikan mulai dari Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, SMP/MTS, SMA/SMK/MA dapat diketahui pada
tabel berikut :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 37
Tabel 2.3.3Rasio Murid/Guru
Periode Tahun 2006-2011
NOTingkat
Pendidikan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 11 10 10 10 9 9
2 SMP/MTs 10 9 10 10 8 8
3 SMA/SMK/MA 9 9 9 8 9 8
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio Murid/Guru untuk
semua jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA menunjukkan
bahwa ketersediaan guru di Kabupaten Lamongan sudah cukup baik karena 1
orang guru berbanding dengan sekitar 8-11 orang murid.
Adapun kondisi rasio Murid/Sekolah di Kabupaten Lamongan pada
tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3.4Rasio Murid/Sekolah
Tahun 2006-2011
NO TingkatPendidikan
Tahun2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 106 105 110 107 105 103
2 SMP/MTs 220 220 212 209 203 189
3 SMA/SMK/MA 244 244 242 251 268 258
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio Murid/Sekolah
untuk jenjang pendidikan SD/MI paling kecil pada tahun 2011 sebesar 103.
SMP/MTs rasio murid/sekolah paling kecil dimana satu sekolah mempunyai 189
orang murid pada tahun 2011. Sedangkan rasio yang tertinggi pada tahun 2010
terdapat pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA dimana satu sekolah
mempunyai 268 orang murid.
Sedangkan perkembangan Rasio Murid/Kelas pada tahun 2006-2011
adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 38
Tabel 2.3.5Rasio Murid/KelasTahun 2006-2011
NOTingkat
Pendidikan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 17 17 16 17 16 16
2 SMP/MTs 37 37 37 29 30 30
3 SMA/SMK/MA 36 34 36 31 34 32
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rasio Murid/Kelas untuk
jenjang pendidikan SD/MI yang paling kecil dimana satu kelas mempunyai 16
orang murid pada tahun 2008, 2010, dan 2011. Sedangkan rasio tertinggi pada
tahun 2006 dan 2008 terdapat pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA dimana
terdapat 36 orang murid dalam satu kelas.
Sementara itu untuk perkembangan Rasio Kelas/Guru selama kurun
waktu tahun 2006-2011 dapat diketahui dari tabel berikut :
Tabel 2.3.6Rasio Kelas/GuruTahun 2006-2011
NOTingkat
Pendidikan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 0,64 0,59 0,59 0,58 0,53 0,51
2 SMP/MTs 0,26 0,26 0,24 0,28 0,28 0,26
3 SMA/SMK/MA 0,24 0,26 0,24 0,26 0,26 0,25
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata pada jenjang tingkat
pendidikan untuk setiap ruang kelas terhadap ketersediaan tenaga pengajar lebih
dari 2 guru.
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan
dasar terhadap jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini untuk
mengetahui kemampuan menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.
Rasio keersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah sebagaimana tabel
2.3.7
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 39
Tabel 2.3.7Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
No Rasio
Ketersediaan
Sekolah/Penduduk
Usia Sekolah
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 SD/MI 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,011
2 SMP/MTs 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber : Dinas Pendidikan
Perhatian dan peran serta masyarakat terhadap Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) semakin menggembirakan. Perkembangan ini tentu tidak lepas
dari dukungan berbagai pihak untuk bersama-sama memajukan PAUD di
Kabupaten Lamongan. Peningkatan kualitas layanan PAUD diupayakan melalui
berbagai kegiatan antara lain peningkatan mutu pendidikan dan penguatan
kelembagaan. Sampai dengan tahun 2011 PAUD di Kabupaten Lamongan
menunjukkan adanya peningkatan terhadap jumlah murid, lembaga, dan jumlah
guru. Hal ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.8Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2001 - 2011
No Pendidikan Anak
Usia Dini
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Murid 12.195 13.985 14.985 19.380 19.930 20.959
2 Lembaga 619 767 828 933 1.017 1.021
3 Guru 1.438 1.807 2.050 2.361 2.619 2.752
Sumber : Dinas Pendidikan
c. Kondisi Kesehatan
Pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum. Kesehatan adalah investasi yang mengandung
makna bahwa kesehatan adalah kekayaan dan anugerah yang patut disyukuri,
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 40
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Lamongan telah dilaksanakan
melalui program-program Pelayanan Kesehatan dan Upaya Kesehatan Rujukan,
Kesehatan Keluarga, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Penyehatan
Lingkungan Permukiman, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Farmasi,
Makanan dan Minuman, dan Sumber Daya Kesehatan.
Untuk menunjang pelayanan di Bidang Kesehatan, Kabupaten
Lamongan telah melengkapi sarana dan prasarana antara lain : Pusling sebanyak
44 unit, Puskesmas 33 unit, Puskesmas Pembantu 108 unit, Polindes 403 unit,
Posyandu 1.732 unit. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang tersedia adalah:
Bidan di desa sebanyak 401 bidan, Tenaga Medis sebanyak 353 orang,
Paramedis Perawatan 1.375 orang, Non Paramedis Perawatan 389 orang dan
Non Perawatan 832 orang, serta didukung oleh Tenaga Kader Kesehatan
sebanyak 5.763 orang, Rumah Sakit Swasta 4 unit dan Rumah Sakit Daerah
sebanyak 2 unit yakni RSUD Dr. Soegiri & RSUD Ngimbang, Balai Pengobatan
35 unit, Rumah Bersalin 3 unit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) 3 unit
dan Apotik sebanyak 53 unit.
Puskesmas sebagai pelayan kesehatan terdepan pada tahun 2011 mampu
melayani 1.396.418 orang, sedangkan pelayanan kesehatan rujukan yang
dilakukan Rumah Sakit Umum pada tahun 2011 sebanyak 73.438 orang,
peningkatan jumlah kapasitas pelayanan ini disebabkan karena semakin
bertambahnya poli pelayanan dan penambahan dokter spesialis.
Tabel 2.3.9Sarana Kesehatan
No Sarana Kesehatan Banyaknya (Th 2011)
1. Rumah Sakit 6
2. Rumah Bersalin -
3. Balai Pengobatan 35
4. BKIA 12
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 41
Selanjutnya untuk tingkat pelayanan kesehatan dapat dijelaskan sebagai
berikut. Untuk rasio posyandu per satuan balita pada tahun 2006 sebesar 18,61
dan sampai tahun 2011 naik menjadi 18,75. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu
per satuan penduduk dari tahun 2006 naik 0,03 menjadi 0,16 di tahun 2011.
Untuk rasio rumah sakit per satuan penduduk hanya mengalami peningkatan
sebesar 0,001 dari tahun 2006 sampai 2011 menjadi 0,005. Rasio dokter per
satuan penduduk selalu meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2011, begitu
pula rasio tenaga medis per satuan penduduk hingga mencapai 0,19.
Untuk cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari tahun 2008
telah mencapai 100%. Cakupam pertolongan persalinan oleh nakes yang
memiliki kompetensi kebidanan naik 8,46% dari tahun 2006 sampai tahun 2011
menjadi 96,60%. Sedangkan cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) turun dari tahun 2006 sebesar 99,16% menjadi 89,24% di tahun
2011. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan dan cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit DBD telah 100% ditangani sejak tahun 2006. Cakupan
penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA di tahun 2006 sebsar 63,85%
dan menjadi 70,14% di tahun 2011. Sedangkan cakupan pelayanan kesehatan rujukan
pasian maskin berfluktuatif yang menurun di tahun 2008 menjadi 0,97% dan meningkat
menjadi 1,44% di tahun 2011. Begitu pula dengan cakupan kunjungan bayi juga
mengalami fluktuasi hingga tahun 2011 menjadi 98,82%. Cakupan puskesmas dan
cakupan pembantu puskesmas dari tahun 2006 tidak mengalami perubahan dari tahun
2006 sampai 2011 masing-masing sebesar 122,22% dan 22,78%. Data selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3.10Indikator Kesehatan Tahun 2006-2011
NO IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Rasio Posyandu per Satuan
Balita
18,61 17,11 17,37 21,15 19,64 18,75
2 Rasio Puskesmas, Poliklinik,
Pustu per Satuan Penduduk
0,13 0,14 0,14 0,14 0,16 0,16
3 Rasio Rumah Sakit per
Satuan Penduduk
0,004 0,004 0,004 0,004 0,005 0,005
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 42
NO Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 2011
4 Rasio Dokter per Satuan
Penduduk
0,12 0,13 0,14 0,28 0,19 0,19
5 Rasio Tenaga Medis per
Satuan Penduduk
0,12 0,13 0,14 0,28 0,19 0,19
6 Cakupan Komplikasi
Kebidanan yang Ditangani
60,21% 92,65% 100,00
%
100,00
%
100,00
%
100,00
%
7 Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh Nakes yg
Memiliki Kompetensi
Kebidanan
88,14% 91,11% 92,38% 95,50% 96,52% 96,60%
8 Cakupan Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization (UCI)
99,16% 93,88% 88,82% 88,82% 89,03% 89,24%
9 Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan
100,00
%
100,00% 100,00
%
100,00
%
100,00
%
100,00
%
10 Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita
Penyakit TBC BTA
63,85% 88,01% 99,76% 97,59% 70,00% 70,14%
11 Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita
Penyakit DBD
100,00
%
100,00% 100,00
%
100,00
%
100,00
%
100,00
%
12 Cakupan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Pasian
Maskin
1,54% 1,48% 0,97% 1,19% 1,42% 1,44%
13 Cakupan Kunjungan Bayi 99,81% 92,73% 97,23% 96,98% 98,80% 98,82%
14 Cakupan Puskesmas 122,22
%
122,22% 122,22
%
122,22
%
122,22
%
122,22
%
15 Cakupan Pembantu
Puskesmas
22,78% 22,78% 22,78% 22,78% 22,78% 22,78%BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 43
d. Produktivitas Pertanian
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten
Lamongan yang hampir mencapai 50%. Enam (6) komoditi pertanian yang
mempunyai produktivitas terbesar di Kabupaten Lamongan yaitu padi dengan
produktivitas sebesar 53,09 kw/ha, jagung dengan 54,60 kw/ha, kedelai 13,34
kw/ha, kacang tanah 13,39 kw/ha, kacang hijau 13,24 dan yang terakhir adalah
komoditi ubi kayu dengan produktivitas sebesar 162,5 kw/ha
Tabel 2.3.11Produktivitas Komoditi Pertanian Tahun 2011
Komoditi Produktivitas (kw/ha)
Padi 53,09
Jagung 54,60
Kedelai 13,34
Kacang Tanah 13,39
Kacang Hijau 13,24
Ubi Kayu 162,5
e. Perkembangan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
Isu pemanansan global sudah dapat dirasakan sehingga untuk
meminimalisisr akibatnya perlu dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan kritis
termasuk di Kabupaten Lamongan. Dilihat dari perkembangan data dibawah ini
dapat dilihat bahwa setiap tahunnya ada peningkatan jumlah lahan yang
ditangani sehingga di tahun 2011 jumlah area lahan kritis yang tersisa adalah
6.451,17 Ha.
Tabel 2.3.12Penanggulangan Lahan Kritis
No IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1Lahan yang
ditangani (Ha)1.837,56 2.000,15 1.077,95 871,8 642,51 375
2Lahan Kritis
(Ha)12.508,99 9.418,58 8.340,48 7.468,68 6.826,17 6.451,17
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 44
f. Perkembangan Koperasi, UMKM,Industri, dan Investasi
Koperasi sebagai salah satu unsur lembaga ekonomi masyarakat
memiliki spektrum dan akses pemberdayaan terhadap masyarakat pedesaan,
maka koperasi di daerah dituntut adanya restrukturisasi, revitalisasi dan upaya
partisipasi dalam pembangunan ekonomi daerah. Adapun sasaran utama
pengembangan koperasi adalah terwujudnya peningkatan struktur permodalan
yang kokoh dan sehat sehingga mampu meningkatkan akses kepada sumber-
sumber pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun Keragaan Koperasi
di Kabupaten Lamongan selama enam tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3.13Data Keragaan Koperasi di Kabupaten Lamongan
Tahun 2006 s/d 2011
Uraian Set 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jml Koperasi Kop. 379 407 468 647 1.006 1.048
Jml Anggota Org. 145.200 144.469 137.217 137.439 153.912 16.303
Jml Manajer Org. 35 66 76 64 64 64
JmlKaryawan
Org. 4.356 7.375 7.454 3.092 6.494 7.143
Jml Pengurus Org. 1.094 1.119 1.304 1.775 4.444 4.888
RAT Kop. 172 199 215 185 219 240
Modal Sendiri Rp. 000 61.723.392 96.635.459 106.718.103 127.298.421 132.884.608 146.173.068
Modal Luar Rp. 000 111.083.746 166.491.010 182.824.138 250.198.406 280.684.073 508.752.480
Volume Usaha Rp. 000 250.056.577 458.198.644 544.481.905 549.923.586 578.196.381 636.016.019
SHU Rp. 000 5.928.878 8.446.174 8.927.981 12.406.190 14.081.019 15.489.120
Sumber : Dinas Kopindag Kabupaten Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 45
Sementara itu kondisi UMKM di Kabupaten Lamongan pada tahun
2008-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.3.14UMKM di Kabupaten Lamongan
Tahun 2008-2011
TAHUNUMKM PEDAGANG UMKM INDUSTRI
SEDANG KECIL MIKRO TOTAL SEDANG KECIL MIKRO TOTAL
2008 319 2.751 11.750 14.820 5 355 11.432 11.792
2009 339 3.761 12.990 17.990 10 375 11.887 12.272
2010 594 4.768 13.001 18.363 15 400 12.337 12.752
2011 642 4.816 19.251 24.709 20 430 12.799 13.252
Sumber : Dinas Kopindag Kabupaten Lamongan
Dalam konstelasi perindustrian dan perdagangan di era otonomi daerah
menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah untuk semakin tumbuh
dan berkembang secara mandiri sekaligus melebur dalam era globalisasi yang
menekankan adanya peluang dan kompetisi dalam memenangkan pasar. Kondisi
perindustrian dan perdagangan di Kabupaten Lamongan masih dominan
diarahkan pada pengembangan industrialisasi pedesaan. Perkembangan industri
berdasarkan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja serta nilai investasi selama
enam tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3.15Perkembangan Bidang Industri Berdasarkan Unit Usaha,
Penyerapan Tenaga Kerja Dan Nilai InvestasiTahun 2006 s/d 2011
TahunUnit Usaha Tenaga Kerja Investasi ( Rp.000 )
FormalNon
FormalFormal
NonFormal
Formal Non Formal
2006 305 10.522 5.428 12.191 35.880.670 22.575.115
2007 325 10.977 5.928 12.226 42.560.100 24.030.200
2008 355 11.432 6.530 12.262 50.750.250 25.441.320
2009 325 11.887 7.025 12.302 57.960.620 26.881.264
2010 400 12.337 7.526 12.337 62.430.000 27.419.233
2011 430 12.799 7.720 12.369 66.800.000 29.338.579
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 46
Di era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini, kita dituntut untuk
lebih kompetitif guna menyongsong perdagangan bebas. Termasuk di dalamnya
kegiatan investasi yang sangat ketat persaingannya. Menghadapi hal tersebut
Pemerintah Daerah diwajibkan melakukan regulasi melalui kebijakan–kebijakan
yang terfokus pada upaya untuk memacu pertumbuhan investasi sehingga dapat
menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Selain itu, daerah harus memiliki dan
menyediakan pelayanan penunjang untuk menarik investor agar dapat
berinvestasi pada suatu daerah. Dalam kurun waktu 2006 s/d 2011 terdapat
beberapa investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lamongan,
diantaranya PT. Lamongan Integrated Shore Base (LIS), PT. Dok Pantai
Lamongan, PT. QL Hasil Laut, dan PT. Sorini Agro Asia Corporindo TBK.
Berikut data perkembangan investasi di Kabupaten Lamongan :
Tabel 2.3.16Perkembangan Investasi di Kabupaten Lamongan
Perkembangan investasi daerah di Kabupaten Lamongan sampai tahun
2011 sebesar 805,154 Milyar naik dari tahun 2010 sebesar 633,304 Milyar.
Begitu juga dengan investasi berskala nasional, Kabupaten Lamongan melonjak
tajam dari 88,504 Milyar tahun 2006 naik menjadi 3.043,627 Milyar di tahun
UraianTahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Investasi Daerah(Milyar)
383,050 354,461 745,452 782,310 633,304 805,154
Nilau InvestasiBerskala Nasional(Milyar)
88,504 7.974,600 798,430 512,036 161,551 3.043,627
Investor BerskalaNasional
3 4 9 2 15 18
Rasio Daya SerapTenaga Kerja
109,0 265,0 12,3 45,0 14,2 725,6
Kenaikan/PenurunanNilai RealisasiPMDN
9.327% 8.910% -89.99% -35,87% -57,26% 1.784%
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 47
2011 dengan rasio data seraptenaga kerja sebanyak 725,6 yang kenaikan nilai
realisasi PMDN sebesar 1.784%.
g. Perkembangan PDRB
Produk Domestik Bruto Kabupaten Lamongan jika ditinjau dari sembilan (9)
sektor, maka berdasar Angka Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Angka
Dasar Harga Konstan (ADHK) sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar
di tahun 2011 yaitu sebesar 44,48% dan 49,14%. Kontribusi PDRB terbesar
kedua disumbang oleh sektor Perdagangan, Hotel & Jasa sebesar 31,99% dan
26,42%. Selanjutnya sektor jasa yang masing-masing 9,27% memberikan
kontribusi terbesar ketiga pada PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 disusul
dengan sektor Industri Pengolahan; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;
Bagunan / Kontruksi; Pengangkutan & Komunikasi; Listrik, Gas & Air Bersih;
dan terakhir adalah sektor Pertambangan & Penggalian.
Tabel 2.3.17
Kontribusi PDRB
Lapangan Usaha ADHB ADHK Pertanian 44,48% 49,14%
Pertambangan dan Penggalian 0,20% 0,15%
Industri Pengolahan 5,07% 5,32%
Listrik, Gas dan Air Bersih 0,81% 1,12%
Bangunan/Konstruksi 2,48% 3,00%
Perdagangan, Hotel & Restoran 31,99% 26,42%
Pengangkutan dan Komunikasi 2,11% 1,77%
Keuangan, Persewaan & JasaPerusahaan
3,58% 3,81%
Jasa-Jasa 9,27% 9,27%
*angka estimasi
h. Penyelenggaraan Pemerintahan
1) Aparatur
Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat, untuk itu peningkatan kemampuan dan
profesionalisme aparatur, baik secara teknik maupun manajerial, mutlak
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 48
diperlukan. Kondisi kepegawaian sebagai sumber daya manusia yang bekerja
di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamongan menurut jabatan
dalam kurun waktu 6 (enam) tahun (2006-2011) terakhir sebagaimana terlihat
pada tabel 2.3.18.
Tabel 2.3.18Jumlah Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jabatan
di Instansi Otonom Kabupaten LamonganTahun 2006-2011
Tahun Staf FungsionalEselon
IVEselon
IIIEselon
II Jumlah
2006 2.271 7.561 640 132 22 10.6262007 2.306 7.665 603 129 23 10.7262008 3.565 7.879 635 137 25 12.2412009 3.392 8.268 622 159 24 12.4652010 2.981 8.942 679 184 27 12.8132011 3.002 8.816 695 194 30 12.737
Sumber : BKD Kabupaten Lamongan
Latar belakang pendidikan bervariasi dari tingkat pendidikan SD sampai
dengan S3 baik lulusan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dilihat dari
tingkat pendidikan, rata-rata dalam 6 tahun terakhir sebagian besar tamatan
D4/S1 yaitu sebanyak 7.835 orang atau 61,51% dari total jumlah PNS/CPNS
di Kabupaten Lamongan pada tahun 2011.
Tabel 2.3.19Banyaknya PNS/CPNS Menurut Tingkat Pendidikan
di Instansi Otonom Kabupaten LamonganTahun 2006 - 2011
TahunSD/
SetaraSLTP SLTA D1/D2/D3 D4/S1
S2 ke
AtasJumlah
2006 270 343 2.619 2.215 4.693 486 10.626
2007 304 368 3.040 2.064 4.568 382 10.726
2008 260 346 3.214 3.581 4.321 519 12.241
2009 261 358 3.275 3.651 4.336 584 12.465
2010 187 385 1.906 1.702 7.551 1.082 12.813
2011 147 286 1.736 1.700 7.835 1.033 12.737
Sumber : BKD Kabupaten Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 49
Dilihat dari kepangkatan/golongannya, selama 6 tahun terakhir PNS/CPNS di
Kabupaten Lamongan rata-rata sebagian besar yang menduduki golongan I
pada tahun 2010 dan 2011 dengan presentase 1,54%, golongan II terbesar di
tahun 2010 dengan presentase sebesar 23,51%, golongan III terbesar di tahun
2008 dengan presentase sebesar 49,84%, dan golongan IV terbesar berada di
tahun 2009 dengan presentase mencapai 37,12%.
Tabel 2.3.20Banyaknya PNS/CPNS Menurut Tingkat Golongan
di Instansi Otonom Kabupaten Lamongan Tahun 2006 - 2011Tahun Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Jumlah
2006 124 1.686 5.740 3.076 10.626
2007 112 1.696 5.345 3.573 10.726
2008 180 2.434 6.101 3.526 12.241
2009 191 2.636 5.011 4.627 12.465
2010 197 3.012 4.990 4.614 12.813
2011 197 2.936 5.059 4.545 12.737
Sumber : BKD Kabupaten Lamongan
Selain PNS/CPNS terdapat pegawai honorer dalam instansi pemerintahan
Kabupaten Lamongan. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir (2006-2011)
rata-rata perbandingan jumlah PNS/CPNS laki-laki dan perempuan adalah
3:2, sedangkan rata-rata perbandingan jumlah pegawai honorer laki-laki dan
perempuan 3:1.
Tabel 2.3.21Banyaknya PNS/CPNS dan Pegawai Honorer Menurut Jenis Kelamin
di Instansi Otonom Kabupaten LamonganTahun 2006 - 2011
Tahun PNS/CPNS Pegawai HonorerLaki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
2006 6.721 3.905 10.626 624 181 805
2007 6.947 3.779 10.726 461 139 600
2008 7.813 4.428 12.241 334 135 469
2009 7.869 4.569 12.465 349 138 487
2010 7.474 5.339 12.813 325 150 475
2011 7.441 5.296 12.737 306 118 424
Sumber : BKD Kabupaten Lamongan.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 50
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyelenggaraan Pemerintahan
selalu diarahkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat, untuk itu peningkatan kemampuan dan profesionalisme aparatur,
baik secara fungsional maupun manajerial mutlak diperlukan Disamping itu,
penanaman disiplin, sikap mental, dan dedikasi perlu terus ditingkatkan.
Untuk itu program peningkatan mutu aparatur melalui pendidikan, kursus-
kursus dan pelatihan-pelatihan telah dilaksanakan dan akan terus dilanjutkan
pada tahun-tahun berikutnya.
2) Kelembagaan
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota telah ditentukan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah terdiri urusan wajib sejumlah
26 urusan pemerintahan daerah dan urusan pilihan sejumlah 8 urusan
pemerintahan daerah.
Tabel 2.3.22Organisasi Perangkat Daerah
Sebagai Pelaksana Urusan Pemerintahan DaerahNo. Urusan Pemerintahan SKPD Pelaksana
1 PendidikanDinas Pendidikan, Badan Perpustakaan & ArsipDaerah
2 KesehatanDinas Kesehatan, RSUD Dr. Soegiri dan RSUDNgimbang
3 Pekerjaan UmumDinas PU Cipta Karya, Dinas PU Bina Marga,Dinas PU Pengairan.
4 Perumahan Dinas PU Cipta Karya
5 Penataan Ruang Dinas PU Cipta Karya, Bappeda
6 Perencanaan PembangunanBappeda, Kantor Penelitian & PengembanganDaerah, Sekretariat Daerah.
7 Perhubungan Dinas Perhubungan
8 Lingkungan Hidup BLH, Dinas PU Cipta Karya
9 Pertanahan Bagian Pemerintahan (Setda)
10 Kependudukan & Capil Dinas Kependudukan & Capil
11 Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak
Badan Pemberdayaan Perempuan & KeluargaBerencana, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 51
No. Urusan Pemerintahan SKPD Pelaksana
12Keluarga Berencana & KeluargaSejahtera
Badan Pemberdayaan Perempuan & KeluargaBerencana
13 SosialDinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi,Bappeda, Sekretariat Daerah, Badan PemberdayaanMasyarakat Desa
14 Ketenagakerjaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi
15 Koperasi & UMKM Dinas Koperasi,Industri, dan Perdagangan
16 Penanaman Modal Badan Penanaman Modal & Perijinan
17 Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
18 Kepemudaan & Olah Raga Dinas Pemuda dan Olah Raga, Kecamatan
19Kesatuan Bangsa & Politik DalamNegeri
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, SATPOL PP,Badan Penanggulangan Bencana Daerah.,Kecamatan
20
Otonom Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah,Perangkat Daerah, Kepegawaian danPersandian
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat,Badan Kepegawaian Daerah, Dinas PendapatanPengelolaan Keuangan, Kecamatan
21 Ketahanan Pangan Kantor Ketahanan Pangan
22 Pemberdayaan Masyarakat & DesaBadan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan BagianPemerintahan Desa, Bagian Pemerintahan,Kecamatan
23 StatistikBappeda, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan,Dinas Perikanan dan Kelautan
24 Kearsipan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
25 Komunikasi dan Informatika Kantor PDE, Bagian Humas dan Protokol (Setda)
26 Perpustakaan Badan Perpustakaan dan Arsip
PILIHAN
1 PertanianDinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakandan Kesehatan Hewan
2 Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan
3 Energi & Sumber Daya Mineral Bagian Perekonomian (setda)
4 Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
5 Kelautan & Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan
6 PerdaganganDinas Koperasi,Industri, dan Perdagangan, BagianPerekonomian (Setda)
7 Industri Dinas Koperasi,Industri, dan Perdagangan
8 Ketransmigrasian Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi
Sumber : Bagian Organisasi (setda)
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 52
i. Perhubungan
Pembangunan bidang perhubungan melalui program transportasi akan
mendukung dalam mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong
peningkatan ekonomi daerah baik lokal maupun regional melalui ketersediaan
sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang sistem transportasi yang
terintegrasi baik laut maupun udara sehingga angkutan dapat berjalan lancar,
tertib, teratur, aman, dan nyaman.
Jumlah rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di Kabupaten Lamongan tahun
2011 adalah sebanyak 823 buah dan ketersediaan marka jalan telah mencapai
4.206 m3. Selain itu pemasangan warning light adalah 5 buah dan traffic light
sebanyak 9 buah.
j. Pariwisata
Kepariwisataan Kabupaten Lamongan telah berkembang sesuai dengan potensi
Wisata yang tersedia. Dibarengi dengan sentuhan astetika yang menarik dan
bernilai global sehingga mampu memenuhi selera konsumen yang berkunjung.
Ada 3 (empat) obyek wisata yang telah terkelola dengan baik dan dijadikan
obyek/wahana sajian kepariwisataan yaitu : Waduk Gondang, Sunan Drajat, dan
Maharani Zoo/Wisata Bahari Lamongan (WBL).
k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dalam rangka memberdayakan perempuan menuju kesetaraan gender,
diperlukan akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di
semua bidang kehidupan. Untuk mengetahui peran aktif perempuan salah
satunya dapat diukur dari partisipasi perempuan pada lembaga pemerintah
maupun swasta. Pada tahun 2011 partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
meningkat menjadi 2,13% dari tahun 2010 sebesar 2,05%. Begitu juga
peningkatan peran perempuan di bidang ekonomi mengalami kenaikan dari
tahun 2010 yang sebelumnya 5,75% menjadi 8,18% di tahun 2011. Selain itu,
rasio kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga mengalami penurunan dari
tahun 2010 yang sebelumnya 0,066% menjadi 0,003% di tahun 2011.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 53
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
a. Kemampuan Ekonomi Daerah
Dengan ditetapkannya Wilayah Tengah Kabupaten Lamongan sebagai
kawasan perdagangan dan jasa, hal ini berpengaruh terhadap jumlah pedagang di
Kabupaten Lamongan di tahun 2011 ini jumlah pedagang meningkat menjadi
24.709 pedagang atau naik sebesar 34,56% dibanding tahun 2010, sehingga
sektor perdagangan menjadi salah satu dari tiga (3) kontributor terbesar dalam
menyumbang APBD Kabupaten Lamongan.
Selain dari sisi perdagangan, koperasi , usaha mikro dan kecil, serta
industri juga bisa menjadi peluang yang baik di Kabupaten Lamongan. Di tahun
2011 jumlah koperasi aktif meningkat menjadi 823 koperasi dibanding tahun
2010 sebesar 787 koperasi. Begitu pula dengan industri, di Kabupaten
Lamongan pada tahun 2011 jumlah industri menjadi 12.752 industri, naik 520
industri dari tahun sebelumnya 2010 yaitu 12.272 industri.
Menurut Susenas Jatim Tahun 2010, pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita di Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp.
345.500,-. Konsumsi rumah tangga per kapita dibagi menjadi 2 (dua) yakni
konsumsi pangan dan non pangan. Untuk pengeluaran konsumsi pangan per
kapita Rp. 203.884,- sedangkan pengeluaran konsumsi non pangan per kapita
adalah sebesar Rp. 141.616,-.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 54
b. Kinerja Keuangan
Sebagai gambaran umum berikut ini data perkembangan dan komposisi
struktur pendapatan daerah Kabupaten Lamongan :
Tabel 2.4.1Data Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun 2007 - 2010
No KomponenPendapatan Daerah 2007 2008 2009 2010
1 Pendapatan Asli Daerah 55.639.143.647,41 66.608.873.942.51 71.452.396.308.29 95.244.807.228.09
Pajak Daerah 11.993.879.168,96 14.271.468.396,00 16.537.881.443,00 17.540.953.399,00 Retribusi Daerah 19.618.544.117,00 24.300.382.597,00 25.096.757.445.00 12.222.044.607,00 Bagian Laba Usaha
Daerah 11.116.259.100,46 12.397.880.685,77 13.713.375.128,04 15.332.247.889,18 Lain-Lain PAD yang
sah 12.910.461.260,99 15.639.142.263.74 16.104.382.298,25 50.149.561.332.91
2 Dana Perimbangan 659.965.223.305,71 742.671.110.057,00 731.738.429.005,00 742.952.461.022,00 Bagi hasil Pajak dan
Bukan Pajak 59.500.223.305,71 67.406.727.057,00 66.459.600.005.00 76.287.161.022,00 Dana Alokasi Umum 540.603.000.000,00 599.292.383.000,00 581.718.829.000,00 606.700.000.000,00 Dana Alokasi Khusus 59.862.000.000,00 75.972.000.000,00 83.560.000.000,00 59.965.300.000,00
3 Lain-Lain Pendapatanyang sah 41.104.992.798,00 60.497.981.365.00 144.187.138.806,64 225.830.961.676,00
Jumlah Pendapatan 756.709.359.751,12 869.777.965.364.51 947.238.155.625,93 1.063.887.257.303,38
Sumber : DPPKA Kabupaten Lamongan
Dengan melihat data perkembangan diatas pendapatan daerah masih
bertumpu pada Dana Perimbangan khususnya komponen Dana Alokasi Umum
(DAU), sedangkan Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan yang
dipungut di daerah masih memiliki kontribusi berkisar 7,35% – 8,95% dibanding
seluruh pendapatan. Dari perkembangan selama empat tahun terakhir,
Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Selama
periode Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010 mengalami peningkatan hingga
mencapai 41,58%. Hal tersebut menunjukkan adanya kemampuan daya bayar
masyarakat terhadap pendapatan asli daerah. Di masa datang masih perlu adanya
upaya-upaya optimalisasi pembangunan seperti pengembangan sektor
pariwisata, agribisnis dan berbagai bidang lainnya yang berakibat langsung pada
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 55
peningkatan perokonomian dan pendapatan masyarakat serta berdampak pada
peningkatan penerimaan daerah.
Di bawah ini disajikan data perkembangan Belanja Daerah selama lima
tahun terakhir setelah dilakukan konversi sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 13 tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4.2
Data Perkembangan Realisasi Belanja Daerah
Tahun 2007 – 2010
No.URAIAN
BELANJA2007 2008 2009 2010
2.1Belanja TidakLangsung
2.1.1 Belanja Pegawai 340.353.596.021,67 399.758.137.182.00 497.999.346.839.00 641.128.099.372.20
2.1.2 Belanja Bunga 28.671.000,00 27.246.000,00 20.658.653.00 14.239.598.55
2.1.3 Belanja Subsidi 6.969.365.000,00 0,00 0,00 0,00
2.1.4 Belanja Hibah 16.815.000.000,00 38.424.440.333.00 52.660.675.000.00 77.475.258.143.00
2.1.5Belanja BantuanSosial 35.953.258.540,00 25.529.486.896.00 24.855.115.095.00 23.675.273.766.00
2.1.6 Belanja Bagi HasilKepada Propinsi/Kabupaten/ Kota danPemerintahan Desa 1.522.977.275,00 1.838.914.362.00 2.330.721.170.00 2.295.298.266.00
2.1.7Belanja BantuanKeuangan KepadaPemerintahan Desa 41.813.438.987,00 48.932.478.000,00 44.729.232.000.00 52.900.170.000.00
2.1.8Belanja TidakTerduga 134.734.481,19 690.286.499,44 109.765.000.00 0.00
Sub Jumlah 443.591.041.304,86 515.200.989.272,44 622.705.513.757.00 797.488.339.145.75
2 Belanja Langsung2.1 Belanja Pegawai 27.218.016.750,00 27.719.226.245,00 26.037.707.809.00 31.559.687.326.00
2.2Belanja Barang danJasa 136.561.266.175,46 126.280.387.143,00 127.376.937.311.00 111.301.374.776.00
2.3 Belanja Modal 148.060.249.433,00 191.930.727.365,00 206.287.004.700.00 106.435.063.468.00
Sub Jumlah 311.839.532.358,46 345.930.340.753,00 359.701.649.820,00 249.296.125.570.00
Jumlah Belanja 755.430.573.663,32 861.131.330.025,44 982.407.163.577.00 1.046.784.464.715.75
SURPLUS/(DEFISIT) 1.278.786.087,80 8.646.635.339,07 (35.029.199.457.07) 17.243.765.210.34
3.PEMBIAYAANDAERAH
3.1PenerimaanPembiayaan 88.286.525.355,11 74.609.435.108,18 84.315.292.848.58 45.441.679.691,51
3.1.1
Sisa LebihPerhitunganAnggaran TahunAnggaransebelumnya (SILPA)
66.630.579.005,11 54.572.111.608,18 46.779.487.247,25 21.144.510.191,51
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 56
No.URAIAN
BELANJA2007 2008 2009 2010
3.1.2Pencairan danacadangan
0,00 0,00 10.363.106.101.56 0,00
3.1.3Hasil penjualankekayaan daerahyang dipisahkan
0,00 0,00 0,00 0,00
3.1.4Penerimaan pinjamandaerah
0,00 0,00 0,00 0.00
Penerimaan kembalipemberian pinjaman
0,00 0,00 0,00 0,00
Penerimaan piutangdaerah
21.655.946.350,00 20.037.323.500,00 27.172.699.500.00 24.297.169.500.00
3.2PengeluaranPembiayaan 34.993.199.834,73 36.476.583.200,00 28.141.583.200.00 23.841.583.200.00
3.2.1Pembentukan danacadangan 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 0,00 0,00
3.2.2Penyertaan modal(Investasi) daerah 29.951.616.634,73 31.435.000.000,00 28.100.000.000,00 23.800.000.000,00
3.2.3Pembayaran pokokutang 41.583.200,00 41.583.200,00 41.583.200,00 41.583.200.00
Pemberian pinjamandaerah 0,00 0,00 0,00 0,00
3.3 Pembiayaan netto 53.293.325.520,38 38.132.851.908,18 56.173.709.648.58 21.600.096.491.51
Dari perkembangan selama 4 tahun terakhir sebagaimana tabel di atas,
belanja daerah mengalami kenaikan mencapai sekitar 27,83%. Namun apabila
dilihat dari masing-masing komponen belanja yakni belanja tidak langsung dan
belanja langsung, perkembangannya mengalami fluktuasi.
c. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur
1) Pemukiman
Penyediaan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman di Lamongan
juga sangat diperlukan mengingat nantinya Lamongan dengan segala potensi
dan pengembangannya merupakan kawasan tempat tinggal yang sangat
menarik. Namun kedepan dengan adanya perkembangan kota yang diikuti
dengan bertambahnya jumlah penduduk maka pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman melalui penciptaan lokasi-lokasi permukiman
khususnya di daerah perkotaan. Disamping itu kendala lain yang dihadapi
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 57
adalah terjadinya kesenjangan (mismatch) dalam pembiayaan perumahan
disebabkan belum adanya sumber pembiayaan perumahan jangka panjang.
2) Jaringan Air Berih dan Sumber Daya Air
Pembangunan sarana dan prasarana air bersih bagi suatu wilayah perkotaan
merupakan salah satu pokok yang harus dipersiapkan, karena dapat
mempengaruhi pengembangan perekonomian wilayah tersebut. Dengan
kesiapan sarana dan prasarana air bersih, maka keinginan masyarakat untuk
tinggal di wilayah tersebut semakin tinggi. Dengan semakin pesatnya
masyarakat tinggal di wilayah tersebut, tentunya kegiatan masyarakat juga
semakin meningkat, baik dalam kegiatan perdagangan, perkantoran, industri
dan lain-lain. Dengan semakin tinggi aktifitas yang ada, maka kebutuhan air
bersih juga semakin meningkat.
Begitu pula dengan Kabupaten Lamongan, dengan pertumbuhan pemukiman
penduduk yang semakin meningkat maka diperlukan pula peningkatan
pelayanan kebutuhan air di wilayah tersebut. Pemenuhan kebutuhan air
hingga saat ini diambilkan dari Sungai Bengawan Solo, dan pengelolaan air
bersih yang dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok HIPPAM
(Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum). Sampai dengan tahun 2011
pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan baru melayani 10 dari 27
kecamatan di Kabupaten Lamongan melalui 12 area pelayanan yaitu di
Kecamatan Lamongan, Sukodadi, Deket, Brondong, Kembangbahu, Sugio,
Sekaran, Babat, Kedungpring dan Ngimbang. Sehingga sampai pada tahun
2011 ini jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Lamongan
telah mencapai 65.941 rumah tangga.
Manajemen pengelolaan sumberdaya air dalam kaitannya dengan
penyediaan air bagi kegiatan pertanian dan perikanan di Kabupaten
Lamongan terbagi dalam 7 wilayah Unit Pelayanan Teknis (UPT), yaitu
UPT Lamongan, Kedungpring, Babat, Karanggeneng, Sukodadi, Solokuro
dan Laren yang meliputi 55 Daerah Irigasi (DI) dengan luasan area
sawah45.841 Ha, meliputi 14.730 Ha merupakan jaringan irigasi teknis,
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 58
10.551 Ha jaringan irigasi semi teknis dan 20.560 Ha jaringan irigasi
sederhana.
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat presentase rumah tangga pengguna air
bersih. Meskipun dalam presentase memiliki data yang berfluktuatif, karena
terdapat kenaikan jumlah rumah tangga. Namun dalam angka rumah tangga
pengguna air bersih setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada
tahun 2005 jumlah rumah tangga pengguna air bersih adalah 14,42% yaitu
35.599 RT pengguna air bersih dari 246.794 RT dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 14,42% yaitu 67.521 RT pengguna air bersih dari
304.271 RT.
Tabel 2.4.3Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
Tahun Rumah TanggaPengguna Air Bersih
Presentase
200535.599246.794
14,42%
200649.575286.748
17,29%
200760.024286.748
20,93%
200861.789287.977
21,45%
200964.963304.271
21,35%
201065.414235.954
27,72%
201167.521304.271
22,19%
3) Jaringan Transportasi
Sistem transportasi di Kabupaten Lamongan lebih didominasi oleh
transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian sarana kereta api.
Sedangkan untuk transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana
penangkapan ikan, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di
Kecamatan Brondong. Selain itu saat ini telah dikembangkan pelabuhan laut
nasional-internasional PT. Lamongan Integrated Shorebase di wilayah utara
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 59
Lamongan dan Pelabuhan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
(ASDP).
Kondisi transportasi di Kabupaten Lamongan tergambar sebagai berikut :
a) Jaringan Jalan
Total panjang jalan kabupaten sebesar 346,732 Km. Selama kurun waktu
5 tahun (2007 - 2011) kondisi jalan di Kabupaten Lamongan masih perlu
peningkatan terutama pada tahun 2010. Terlihat pada table kondisi jalan
rusak yang cukup besar yaitu 53,23%. Dengan kondisi jalan seperti hal
tersebut akan menghambat distribusi dan pergerakan barang di wilayah
Kabupaten Lamongan. Dan pada tahun 2011 panjang jalan dalam kondisi
baik dan sedang meningkat dari tahun 2010 yaitu 57,03% yakni
sepanjang 197.742 km.
Tabel 2.4.4Kondisi Jalan dan jembatan kabupaten
No URAIAN
KONDISI
TH. 2007 TH.2008 TH.2009 TH. 2010 TH. 2011
Km % Km % Km % Km % Km %
1Jln Baik &Sedang
285.360 82,30 292.701 84,42 299.923 86,49 162.166 46,77 197.742 57,03
2 Jln Rusak 61.372 17,7 54.031 15,58 46.809 13,50 184,56 53,23 148,99 42,97%
3 Jemb. Baik 144 Bh 61,02 148 Bh 62,71 149 Bh 63,14 149 Bh 63,14 151 Bh 64,00%
4Jemb.Sedang
70 Bh 29,66 71 Bh 30,09 71 Bh 30,09 71 Bh 30,09 70 Bh 29,66%
5 Jemb. Rusak 22 Bh 9,32 17 Bh 7,20 16 Bh 6,78 16 Bh 6,78 15 Bh 6,38%
Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. LamonganTabel 2.4.5
Panjang Jalan Menurut Jenis Perkerasan(dalam Km)
Jenis PerkerasanJalan
Negara Propinsi Kabupaten
Aspal 70,63 57,23 266,372Beton - - 80,360KerikilTanah - - -Tidak dirinci - - -
Jumlah 70,63 57,23 346,732Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. Lamongan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 60
Dari aspek jaringan angkutan transportasi di Kabupaten Lamongan
dibagi dalam transportasi dalam kota dan antar kota. Dari keseluruhan
aspek pelayanan transportasi di Kabupaten Lamongan hampir seluruh
wilayah kecamatan telah terjangkau pelayanan umum roda empat.
b) Prasarana Kereta Api
Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan
digunakan untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara
Surabaya – Lamongan – Bojonegoro. Prasarana kereta api saat ini telah
dikembangkan jalur kereta api ganda (double track) yaitu Jalur Surabaya
– Lamongan – Bojonegoro – Cepu.
c. Pelabuhan Laut
Pelabuhan laut di Kabupaten Lamongan berdasarkan fungsi
pelayanannya meliputi :
1) Pelabuhan Perikanan Nusantara yang berfungsi untuk pelayanan
pendaratan ikan, dengan kunjungan nelayan berkisar 2.000 kapal /
bulan.
2) Pelabuhan Sedayu Lawas yang berfungsi untuk menyediakan
fasilitas berlabuhnya transportasi laut untuk bongkar muat barang
maupun fasilitas nelayan lokal.
3) Pelabuhan ASDP ( Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan)
Paciran bertujuan untuk memfasilitasi terbentuknya alur
peyeberangan / transportasi laut nasional.
4) Lamongan Integrated Shorebase (LIS) sebagai kawasan terpadu
untuk memfasilitasi penggunaan sumberdaya dan fasilitas eksplorasi
produksi di bidang migas.
4) Persampahan
Penanganan persampahan di Kabupaten Lamongan terpusat di 3 lokasi,
yakni Kota Lamongan, Babat dan Paciran-Brondong, dimana ketiganya telah
dilengkapi sarana TPA dengan metode pananganan control landfill, masing-
masing dengan luasan 6.3 Ha (terletak di Desa Tambakrigadung Kecamatan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 61
Tikung) untuk Kota Lamongan 0,063 Ha (Desa Gendongkulon Kecamatan
Babat) untuk Kota Babat, dan seluas 0,09 Ha (di Desa Dadapan, Kecamatan
Solokuro) untuk Kota Brondong-Paciran
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Lamongan
diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat
perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan
Kabupaten Lamongan diperlukan sebuah TPA skala regional untuk
menampung dan mengelola sampah yang ada. TPA Regional ini
direncanakan di Kecamatan Tikung dengan menggunakan sistem sanitary
landfill. Sedangkan sistem pengelolaan sampah di kawasan pedesaan
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
5) Jaringan Listrik
Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah
terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus
dilakukan melalui peningkatan penyediaan listrik di perkotaan dan pedesaan
Dengan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik akan terjadi
pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Lamongan, sehingga
dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan
listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani. Pada tahun 2010
jumlah KK desa yang belum terlayani energi listrik sebanyak 50 KK, dengan
adanya pembangunan jaringan listrik di pedesaan pada tahun 2011 jumlah
KK yang belum terlayani energi listrik turun menjadi 30 KK.
6) Jaringan Telekomunikasi
Telekomunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi
masyarakat dalam menghadapi kemajuan di bidang teknologi informasi.
Teknologi informasi memungkinkan masyarakat akan memperoleh
kemudahan serta percepatan akses dalam penyebaran informasi.
Kondisi hingga saat ini, seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten
Lamongan telah terjangkau oleh sarana telekomunikasi baik melalui sarana
telepon kabel (oleh PT. Telkom) maupun yang menggunakan sarana
telekomunikasi seluler.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 62
Sementara di bidang pemerintahan pengembangan jaringan komunikasi dan
informasi juga menjadi suatu hal yang sangat penting, khususnya sebagai
sarana interaksi antar perangkat daerah dalam hal penyediaan data atau
informasi secara cepat, tepat dan akurat. Dalam hal ini Kabupaten Lamongan
telah mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi melalui media
Wireless LAN di 19 titik (18 kecamatan dan perpustakaan umum daerah).
d. Angka Kriminalitas dan Jumlah Demonstrasi
Kondisi keamanan suatu daerah merupakan salah satu aspek terciptanya
iklim investasi yang kondusif, selain aspek pelayanan public serta kondisi
infrastruktur. Selama ini kondisi keamanan di Kabupaten Lamongancukup baik,
walaupun terjadi kasus-kasus gangguan keamanan namun tidak menimbulkan
dampak yang luas terhadap kehidupan masyarakat.
Adapun gangguan keamanan dan ketertiban umum yang dilaporkan yang
terjadi selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 dapat
diketahui pada tabel berikut :
Tabel 2.4.6Angka Kriminalitas dan Jumlah Demonstrasi
Di Kabupaten LamonganTahun 2005 – 2011
Tahun Kriminalitas Demonstrasi
2005 603 42
2006 663 38
2007 653 29
2008 724 23
2009 797 42
2010 663 31
2011 687 20Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
e. Pelayanan Perizinan
Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad untuk memperbaiki sistem
dan kinerja yang berkaitan di bidang pelayanan melalui pembentukan unit
pelayanan terpadu (Samsat Perijinan/UPT Perijinan) pada tahun 1993 dengan
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 63
pelayanan sebanyak 5 jenis perijinan dan 2 Pelayanan Umum antara lain Ijin
Mendirikan Bangunan; Ijin Gangguan (HO) dan Surat Ijin Tempat Usaha
(SITU); Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin
Hiburan/Tontotan; KTP/KK; Akta Catatan Sipil.
Pada Tahun 2002 telah dikembangkan Kantor Perijinan melalui Perda
Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan. Sedangkan jenis perijinan yang telah
dikelola oleh Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan ada 16 jenis pelayanan
antara lain Persetujuan Prinsip; Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); Ijin Gangguan
(HO); Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin Hiburan; Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP); Tanda Daftar Perusahaan (TDP); Tanda Daftar
Industri (TDI); Ijin Usaha Industri; Tanda Daftar Gedung (TDG); Ijin
Operasional BP/RB/BKIA/RS dan Ijin Praktek Para Medis; Ijin Optikal; Ijin
Apotik/Toko Obat; Ijin Laboratorium; Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK).
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Bupati Nomor : 188/185/Kep/413.013/2010
tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Perijinan Bidang
Penananaman Modal di Kabupaten Lamongan, merupakan aplikasi pemberian
kepastian hukum bagi masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang cepat dan
tepat serta transparan. Saat ini telah terdapat 34 jenis ijin yang dilayani oleh
Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan.
Untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memenuhi
pelayanan yang cepat dan tepat serta transparan maka telah terbit Keputusan
Bupati Lamongan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Mekanisme dan Prosedur
Pengajuan dan penerbitan Ijin di Kabupaten Lamongan.
f. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
Rasio ketergantungan antara penduduk usia produktif dan penduduk usia
tidak produktif selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2010 adalah
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Lamongan Tahun 2005 - 2025
BAB II - 64
Tabel 2.4.7Rasio Ketergantungan
Tahun 2005-2010
Tahun 0-14 15-64 65+ JumlahDependency
Ratio
2005 315.476 826.852 95.289 1.237.616 49,68
2006 291.716 850.735 96.418 1.238.868 45,62
2007 301.724 795.323 91.512 1.188.559 49,44
2008 301.858 795.677 91.553 1.189.087 49,44
2009 302.022 796.007 91.596 1.189.615 49,45
2010 281.734 806.628 90.697 1.179.059 46,17
Sumber : BPS provinsi Jawa Timur
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan
penduduk usia produktif dengan usia penduduk tidak produktif menunjukkan
kecenderungan penurunan jumlah penduduk usia tidak produktif. Dimana pada
tahun 2005, dari 100 orang penduduk usia produktif menanggung 49,68 orang
penduduk usia tidak produktif. Sedangkan pada tahun 2010, dari 100 orang
penduduk usia produktif menanggung 46,17 orang penduduk usia tidak
produktif.
BAPPEDA KAB. L
AMONGAN