penanganan das bengawan solo di masa...

12
Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi perkotaan dan perdesaan yang ada di sekitarnya, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan DAS dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan DAS Bengawan Solo sebagai salah satu prioritas utama dalam penataan ruang sehubungan dengan fungsi hidrologi untuk mendukung pengembangan wilayah. Selain itu, DAS Bengawan Solo juga merupakan satu sistem ekologi besar yang dalam perkembangannya saat ini mengalami banyak kerusakan dan mengarah pada kondisi degradasi lingkungan. Ada dua indikator degradasi, pertama, konversi lahan hutan di daerah hulu ke penggunaan pertanian, perkebunan, dan permukiman yang menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi dan peningkatan laju sedimentasi. Kedua, terjadinya fluktuasi debit sungai yang mencolok di musim hujan dan kemarau. Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi, DAS Bengawan Solo merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal batas wilayah administrasi. Potensi dan persoalan yang ada ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja tetapi perlu disikapi bersama-sama secara bijak. Selain pertimbangan ekologis, sosial ekonomi, maupun sejarah, juga karena keberadaan sumber daya alam DAS Bengawan Solo sebagai sumber daya alam bersama (common pool resources) yang menuntut adanya kepemilikan bersama (collective ownership). Sebagai sumberdaya alam milik bersama, maka sumber daya alam yang terdapat di DAS Bengawan Solo membutuhkan penanganan secara bersama di antara semua pemangku kepentingan atau yang dikenal dengan collective management yang mengarah pada suatu bentuk collaborative management. Hal ini juga menjadi penting karena hingga saat ini belum tercipta kerjasama penataan ruang di antara semua pemerintah daerah di dalam kawasan DAS yang bertujuan untuk penyelamatan DAS. PENINGKATAN PENATAAN KAWASAN DAS Posisi yang SOLO BENGAWAN penting dan keunikan karakteristik dari DAS Bengawan Solo ini perlu diwadahi dan diantisipasi dalam suatu arahan penataan ruang yang menyeluruh dan jelas. Rencana tata ruang DAS Bengawan Solo yang menjadi panduan bagi semua RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan Solo sebagai dasar kegiatan pengembangan wilayah di provinsi, kabupaten maupun kota tersebut, sampai saat ini belum tersusun. Padahal, rencana tata ruang ini nantinya diharapkan dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengendalian lahan sehingga secara

Upload: buikhanh

Post on 03-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

DAS Bengawan Solo merupakan salah

satu DAS yang memiliki posisi penting

di Pulau Jawa serta sumber daya alam

bagi kegiatan sosial-ekonomi

perkotaan dan perdesaan yang ada di

sekitarnya, baik untuk kebutuhan

rumah tangga maupun kebutuhan

ekonomi. Pentingnya peranan DAS

dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN)

yang menetapkan DAS Bengawan

Solo sebagai salah satu prioritas utama

dalam penataan ruang sehubungan

dengan fungsi hidrologi untuk

mendukung pengembangan

wilayah. Selain itu, DAS Bengawan Solo juga merupakan satu sistem ekologi besar yang

dalam perkembangannya saat ini mengalami banyak kerusakan dan mengarah pada

kondisi degradasi lingkungan. Ada dua indikator degradasi, pertama, konversi lahan

hutan di daerah hulu ke penggunaan pertanian, perkebunan, dan permukiman yang

menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi dan peningkatan laju sedimentasi.

Kedua, terjadinya fluktuasi debit sungai yang mencolok di musim hujan dan

kemarau. Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi, DAS Bengawan Solo

merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal batas wilayah administrasi.

Potensi dan persoalan yang ada ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja tetapi

perlu disikapi bersama-sama secara bijak.

Selain pertimbangan ekologis, sosial ekonomi, maupun sejarah, juga karena keberadaan

sumber daya alam DAS Bengawan Solo sebagai sumber daya alam bersama (common

pool resources) yang menuntut adanya kepemilikan bersama

(collective ownership). Sebagai sumberdaya alam milik bersama, maka sumber

daya alam yang terdapat di DAS Bengawan Solo membutuhkan penanganan secara

bersama di antara semua pemangku kepentingan atau yang dikenal dengan collective

management yang mengarah pada suatu bentuk collaborative management. Hal ini juga

menjadi penting karena hingga saat ini belum tercipta kerjasama penataan ruang di antara

semua pemerintah daerah di dalam kawasan DAS yang bertujuan untuk penyelamatan

DAS. PENINGKATAN PENATAAN KAWASAN DAS Posisi yang

SOLO BENGAWAN penting dan keunikan karakteristik dari DAS Bengawan Solo ini

perlu diwadahi dan diantisipasi dalam suatu arahan penataan ruang yang menyeluruh dan

jelas. Rencana tata ruang DAS Bengawan Solo yang menjadi panduan bagi semua

RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan Solo

sebagai dasar kegiatan pengembangan wilayah di provinsi, kabupaten maupun

kota tersebut, sampai saat ini belum tersusun. Padahal, rencana tata ruang ini nantinya

diharapkan dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengendalian lahan sehingga secara

Page 2: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

langsung dapat mengurangi kontribusi debit puncak dan volume banjir yang terjadi dan

sekaligus menjadi pengikat dalam kerjasama penataan DAS. Jelas bahwa RTR DAS

Bengawan Solo memiliki peran penting. Untuk itu telah dilakukan penyusunan arahan

kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang serta pengelolaan wilayah sungai yang

terakomodasi antar sektor dan antar wilayah sehingga dapat tercapai pola pemanfaatan

ruang yang mendukung kelestarian dan keserasian pemanfaatan wilayah

Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya kebijakan dan strategi tersebut akan menjadi dasar

dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan serta mampu meningkatkan taraf

kesejahteraan masyarakat setempat. Dari beberapa pertemuan telah dilakukan

kesepakatan untuk ditindak lanjuti yaitu:

Guna Lahan Optimal (GLO), yang diharapkan menjadi dasar pemanfaatan ruang

DAS dan menjadi basis untuk penyusunan rencana tata ruang DAS Bengawan

Solo. Adapun GLO ini sudah mempertimbangkan aspek kontribusi debit

puncak dan volume banjir berdasarkan pemanfaatan penggunaan lahan;

Arahan kebijakan, strategi, dan arahan program, yang dapat menjadi panduan

untuk menata DAS Bengawan Solo dengan memperhatikan aspek bencana banjir,

longsor, dan pengembangan wilayah kawasan;

Mekanisme kelembagaan dan arahan pengendalian untuk mendukung tercapainya

penyesuaian RTRW masing-masing pemerintah daerah dengan Guna Lahan

Optimal, terciptanya rencana tata ruang DAS Bengawan Solo,

tercapainya sinkronisasi semua RTRW dengan rencana tata ruang DAS, dan

tercapainya penataan DAS dengan memperhatikan aspek sosial-ekonomi kawasan.

Optimalisasi Penggunaan Lahan di Kawasan DAS Bengawan Solo

Page 3: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

Guna Lahan Optimal adalah guna lahan yang memberikan kondisi: debit puncak banjir

berkurang, run off menurun, volume banjir berkurang, kegiatan ekonomi

tetap berkembang, kondisi sosial dan budaya masyarakat tidak terganggu Penggunaan

Lahan optimal DAS Bengawan Solo Optimalisasi penggunaan lahan di Kawasan DAS

Bengawan Solo merupakan hasil simulasi guna lahan dengan menggunakan pemodelan

hidrologi dan geologi lingkungan. Beberapa kondisi di DAS Bengawan Solo

berdasarkan pemodelan tersebut adalah sebagai berikut:

Perubahan lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah, dan permukiman

yang terjadi di DAS Bengawan Solo menimbulkan puncak dan volume banjir

yang semakin besar;

Besarnya banjir dari anak-anak sungai tergantung juga dari jenis tanah selain dari

perubahan fungsi lahan dan karakteristik hidrologi seperti kemiringan dan

panjang sungai;

Daerah yang rentan terhadap pertambahan banjir adalah sub-sub DAS yang

mengandung jenis tanah berkemampuan meresapkan air ke dalam tanah cukup

tinggi (daerah resapan);

Sub-sub DAS dengan alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah,

dan permukiman terjadi pada sebagian besar kawasan sehingga

menimbulkan pertambahan puncak dan volume banjir lebih dari 100%;

Sub-sub DAS dengan dominasi jenis tanah kurang mampu meresapkan air

(kemampuan melewatkan air di permukaan tanah cukup tinggi) biasanya rentan

terhadap perubahan fungsi lahan seperti diketemukan pada bagian hulu sub-

DAS Kali Madiun dan sebagian besar sub DAS Bengawan Solo Hilir;

Perubahan guna lahan mempengaruhi tinggi rendahnya debit puncak dan volume

banjir.

Komposisi guna lahan seperti sekarang menimbulkan puncak dan volume banjir

makin besar dibandingkan dengan guna lahan sebelumnya di tahun 1964 untuk

sub DAS Bengawan Solo Hilir;

Pengembalian fungsi konservasi hutan pada beberapa

Page 4: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

kawasan akan memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pengurangan

debit puncak dan volume banjir apabila dikombinasikan dengan penerapan Low

Impact Development (LID);

Kondisi di atas juga dipicu oleh kondisi

alih fungsi lahan yang tidak

memperhatikan kemampuan lahan yang

ada. Berdasarkan pada hasil analisis

geologi lingkungan terkait kemampuan

lahan tersebut, terdapat beberapa kondisi

penggunaan lahan di DAS Bengawan Solo

sebagai berikut:

Terdapat penggunaan lahan yang

sesuai dengan kemampuan

lahannya;

Terdapat penggunaan lahan pada

kawasan rawan dengan

kemampuan lahan sedang, seperti

di sekitar puncak Gunung Lawu,

Gunung Merapi dan

Gunung Jeding-Patujbanteng,

Cawas, Wonogiri-Eromoko,

Giriwoyo, Tirtomoyo, Slogohimo, Badegan, Wonokerto, Jetis, Sarangan, Kendal,

Ngrampe, Pulung- Wungu, Caruban, Talangkembar, dan Ngadirejo-Juwok;

Terdapat kawasan yang tidak boleh dikembangkan karena kemampuan lahan yang

rendah, seperti di sekitar daerah Cawas, Wonogiri-Eromoko,

Tirtomoyo, Slogohimo, Badegan, Wonokerto, Sarangan, Kendal, Ngrampe, dan

Pulung- Wungu; dan

Terdapat beberapa kawasan yang harus dihutankan kembali atau

dikembalikan fungsinya sebagai kawasan konservasi, seperti yang terjadi di

Boyolali, Klaten, Wonogiri, Gresik, Madiun, Magetan, Ponorogo, dan Tuban.

Terumuskannya Implikasi Perubahan Iklim dan Perubahan Guna Lahan terhadap Puncak

dan Volume Banjir di Kawasan DAS Bengawan Solo Beberapa kondisi di Kawasan DAS

Bengawan Solo

berdasarkan pemodelan perubahan iklim tersebut yaitu:

Hujan di kawasan DAS Bengawan Solo mengakibatkan banjir

cenderung bertambah besar;

Hujan tahunan yang cenderung berkurang disertai dengan alih fungsi

lahan mengakibatkan aliran air di musim kemarau berkurang sehingga

intensitas kekeringan bertambah besar;

Page 5: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

Untuk 30 tahun mendatang, perubahan iklim akan mengakibatkan

banjir bertambah 50% dan perubahan guna lahan akan mengakibatkan

banjir bertambah 53%;

Jika proses perubahan iklim terjadi saat perubahan guna lahan, maka puncak dan

volume banjir akan bertambah sebesar 135%.

Terumuskannya Pengembangan Ekonomi Alternatif dan Ramah Lingkungan untuk

Pengembangan Wilayah

Adanya alih fungsi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya merupakan

akibat dari tekanan kebutuhan lahan yang pada akhirnya menyebabkan adanya

degradasi lingkungan. Berdasarkan hasil analisis ekonomi untuk Kawasan DAS

Bengawan Solo, faktor lahan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh

terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa

temuan studi sebagai berikut:

Peningkatan luasan lahan budidaya di Kawasan DAS

Bengawan Solo akan meningkatkan PDRB DAS Bengawan Solo, dan sebaliknya

pengurangan luasan lahan budidaya akan dapat mengurangi PDRB DAS

Bengawan Solo;

Setiap pertambahan luasan lahan budidaya di DAS Bengawan Solo sebesar 1%

akan meningkatkan PDRB DAS sebesar 0,144% dan sebaliknya;

Peningkatan luasan lahan budidaya akan meningkatkan PDRB sub-DAS

Bengawan Solo Hulu dan sebaliknya pengurangan luasan lahan budidaya akan

mengurangi PDRB;

Setiap pertambahan luasan lahan budidaya di sub DAS Bengawan Solo Hulu

sebesar 1% akan meningkatkan PDRB sebesar 0,168% dan sebaliknya;

Terdapat beberapa sektor yang memiliki kecenderungan dominan unggul,

dominan menurun, dan potensial berkembang yang berbeda-beda di setiap

kabupaten/kota;

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang dominan unggul

di hampir setiap kabupaten/kota di DAS Bengawan Solo, dimana kontribusi

sektor terhadap PDRB kabupaten/kota besar dan memiliki pertumbuhan yang

positif;

Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan di hampir semua

kabupaten/kota di DAS Bengawan Solo, namun dengan pertumbuhan yang

cenderung negatif/ menurun; dan

Sektor-sektor tersier (non-ekstraktif ) merupakan sektor potensial berkembang

dengan pertumbuhan yang tinggi namun kontribusinya kecil di hampir setiap

kabupaten/ kota di DAS Bengawan Solo

DAS Bengawan Solo merupakan bagian dari Wilayah Sungai Bengawan Solo, yang

berdasarkan RTRWN ditetapkan masuk ke dalam kategori „Wilayah Sungai LINTAS

PROVINSI‟. Namun pada perkembangannya, berdasarkan persyaratan yang ada, DAS

Bengawan Solo sudah memenuhi kriteria sebagai kawasan strategis nasional. Hal ini

berimplikasi pada mekanisme penyelenggaraan penataan ruang untuk DAS Bengawan

Page 6: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

Solo. Oleh karena itu, kedudukan dan status rencana tata ruang DAS Bengawan Solo

adalah sebagai berikut:

Perlu ada rencana tata ruang DAS Bengawan Solo yang berfungsi untuk mengikat

seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah agar

kegiatan peningkatan penataan Kawasan DAS Bengawan Solo berdasarkan

optimalisasi penggunaan lahan dapat dilaksanakan;

Perlu ada kejelasan mengenai kedudukan rencana tata ruang DAS Bengawan Solo

terhadap dokumen perencanaan lainnya;

Dibutuhkan dasar hukum yang kuat bagi rencana tata ruang

DAS Bengawan Solo agar dapat menjadi acuan penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) di daerah.

Kedudukan Rencana Tata Ruang DAS Bengawan Solo terhadap Perencanaan Dokumen

Lain Faktor lahan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap

perkembangan konomi masyarakat. Hasil kajian Peningkatan Penataan Kawasan DAS

Bengawan Solo menunjukkan adanya beberapa kebutuhan untuk penanganan lebih lanjut

dari sisi penataan ruang, yang meliputi:

Penanganan yang sifatnya lintas sektor dan seluruh pemangku kepentingan terkait,

Perlunya pengaturan penataan ruang dan pengarahan pemanfaatan ruang

yang mempertimbangkan optimalisasi pengembalian fungsi hidrologi sungai

dan pengembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat; dan

Perlunya penanganan bersama untuk pengelolaan DAS dalam suatu

mekanisme kelembagaan kolaboratif (collaborative management).

Page 7: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

PERAN DAN KEDUDUKAN HASIL GUNA LAHAN OPTIMAL (GLO)

Dengan penerapan GLO, maka debit puncak dan volume banjir dapat dikurangi, dan

kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya dapat terus meningkat. Dalam

rangkaian studi Peningkatan Penataan Kawasan DAS Bengawan Solo, GLO merupakan

salah satu keluaran yang dihasilkan yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Pemerintah

dan pemerintah daerah baik provinsi, kota, maupun kabupaten. Di samping adanya

beberapa manfaat yang dapat diperoleh, penerapan GLO di tengah banyaknya kebijakan

dan strategi penanganan dan pengelolaan DAS Bengawan Solo yang dihasilkan oleh para

pemangku kepentingan yang terkait tetap berpotensi untuk menimbulkan beberapa

persoalan sebagai implikasinya, antara lain:

• Kemungkinan alokasi ruang dalam GLO berbeda dengan alokasi pola ruang dalam

RTRW, sehingga;

• Kemungkinan kebijakan, strategi, dan arahan program untuk perwujudan GLO berbeda

dengan kebijakan dan strategi dalam RTRW.

PERAN DAN KEDUDUKAN USULAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN ARAHAN

PROGRAM

Kebijakan, strategi, dan arahan program peningkatan penataan kawasan DAS Bengawan

Solo ini, dalam kaitannya dengan kebijakan dan strategi penataan DAS Bengawan Solo

lainnya yang telah ada, dapat menjadi masukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

(RTR) DAS Bengawan Solo dan penyempurnaan Pola Sumber Daya Air Wilayah

Sungai Bengawan Solo dari sisi pengembangan wilayah. Selain itu kebijakan, strategi,

dan arahan program yang dihasilkan ini akan menjadi pelengkap bagi Rencana

Page 8: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

Induk Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air Satuan Wilayah Sungai

Bengawan Solo atau yang lebih dikenal sebagai CDMP yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum. Masukan dari sisi

Pengembangan Wilayah Kedudukan Kebijakan, Strategi, dan Arahan Program yang

Dihasilkan dari Studi Peningkatan Penataan DAS Bengawan Solo dalam Kerangka

Penanganan DAS Bengawan Solo Kebijakan, strategi, dan arahan program yang

dihasilkan dipahami sebagai kebijakan untuk peningkatan DAS Bengawan Solo dengan

melakukan intervensi terhadap penggunaan lahan yang ada beserta aktivitas yang ada

di atasnya. Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan penataan kawasan DAS

Bengawan Solo, kebijakan, strategi, dan arahan program yang dihasilkan ini merupakan

suatu bentuk upaya perwujudan dan pengantisipasian implikasi kebutuhan peningkatan

dan penataan DAS Bengawan Solo.

Dalam hal ini, kebijakan, strategi, dan arahan program yang dihasilkan dipahami sebagai

kebijakan untuk peningkatan DAS Bengawan Solo dengan melakukan intervensi

terhadap penggunaan lahan yang ada beserta aktivitas yang ada di atasnya, serta sistem

yang mempengaruhinya. Kebijakan peningkatan DAS Bengawan Solo dalam konteks

ini didudukan sebagai suatu penguatan dan tindak lanjut dari kebutuhan untuk

mewujudkan penataan lahan yang optimal (GLO) yang dapat meningkatkan kualitas

lingkungan DAS Bengawan Solo itu sendiri. Maka kebijakan, strategi, dan

arahan peningkatan penataan DAS Bengawan Solo secara garis besar terbagi dalam 6

(enam) arahan kebijakan besar, yaitu:

PENINGKATAN KUALITAS RTRW PROV/KAB/KOTA

PENGEMBANGAN SISTEM KELEMBAGAAN BERSAMA

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH

PENDEKATAN SOSIAL DAN EKOSISTEM DALAM PENANGANAN DAS

OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN

PENERAPAN LID (LOW IMPACT DEVELOPMENT)

topik utama Secara garis besar, keterkaitan keenam kebijakan tersebut dalam perwujudan

penataan lahan yang optimal dapat dilihat pada Gambar berikut. Keenam arahan

kebijakan tersebut, pada dasarnya saling terkait satu sama lain dan dapat

dirangkum dalam 4 (empat) kelompok kebijakan, yaitu:

PENATAAN RUANG, yang meliputi peningkatan kualitas dari RTRW di

provinsi/kota/kabupaten yang berada di dalam lingkup DAS Bengawan Solo

beserta peningkatan kualitas RTR DAS Bengawan Solo;

PENATAAN KAWASAN BUDIDAYA, yang meliputi

pengendalian pemanfaatan pada kawasan budidaya eksisting

dengan memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat, fisik lingkungan,

penerapan LID, dan pengembangan ekonomi wilayah;

FUNGSI LINDUNG KAWASAN, yang meliputi pengembalian fungsi lindung

kawasan resapan dengan juga memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat,

fisik lingkungan, penerapan LID, dan pengembangan ekonomi wilayah; serta

KELEMBAGAAN, yang mengarah pada perwujudan suatu “lembaga” kolaborasi

yang didalamnya mencakup semua pemangku kepentingan.

Page 9: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

KELEMBAGAAN PENATAAN KAWASAN DAS BENGAWAN SOLO Memperhatikan karakterisik DAS Bengawan Solo sebagai Common Pool Resources

(CPR) yang melibatkan banyak pemangku kepentingan yang terkait, maka perumusan

kelembagaan yang baik menjadi salah satu syarat mutlak dalam upaya penanganan dan

pengelolaannya. Aspek kelembagaan ini diharapkan dapat:

mengawal pelaksanaan kebijakan, strategi, dan arahan program.

mengawal terlaksananya penyesuaian RTRW kabupaten, kota, dan provinsi

dengan hasil guna lahan optimal;

menguatkan hasil studi GLO ini untuk menjadi basis usulan Rencana Tata Ruang

DAS Bengawan Solo; dan

mengawal terlaksananya sinkronisasi RTRW antar kabupaten- kota-dan-provinsi.

Aspek kelembagaan diharapkan tidak hanya fokus pada pengelolaan sumber daya air,

melainkan juga pada aspek dll Pemerintah Provinsi Pemerintah Pusat BBWS Penerima

Manfaat Penerima Persoalan penataan ruang dan pengembangan wilayah.

Implementasi dari aspek kelembagaan ini sendiri tidak harus berupa lembaga baru,

melainkan dapat memanfaatkan lembaga koordinasi yang sudah ada. Kelembagaan yang

diperlukan adalah kelembagaan bersama yang bersifat lintas sektor dengan pembagian

peran dan fungsi yang jelas, yang disepakati secara bersama oleh stakeholders

(kabupaten/kota) terkait untuk menangani DAS. Kelembagaan ini akan dikoordinasi oleh

suatu sekretariat lembaga kolaborasi yang bertugas untuk membentuk aturan dan tata cara

pengelolaan dan penanganan bersama DAS Bengawan Solo, serta mengkoordinasikan

semua pemangku kepentingan yang terkait dalam upaya pengelolaan dan penanganan

bersama DAS Bengawan Solo tersebut. Secara diagramatis konsepsi mekanisme

kelembagaan bersama dapat

Page 10: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

dilihat pada Gambar berikut.

dan Limbah oleh oleh PDAM Hutan oleh Dinas dinas Lingkungan Kehutanan

Hidup Terdapat beberapa alternatif bentuk kelembagaan yang mungkin

dikembangkan untuk penanganan dan pengelolaan DAS Bengawan Solo. FORUM

Bentuk Lembaga Kolaboratif

Berdasarkan hasil analisis dan diskusi teridentifikasi berbagai bentuk kelembagaan untuk

penataan DAS Bengawan Solo secara kolaboratif, baik dalam bentuk lembaga baru

maupun mengembangkan lembaga yang sudah ada. Adapun saat ini sudah cukup banyak

organisasi pengelolaan DAS (River Basin Organization – RBO) yang menangani

Bengawan Solo, seperti PJT, BBWS, Forum DAS, dan sebagainya. Terkait dengan hal ini

terdapat beberapa alternatif bentuk kelembagaan yang mungkin dikembangkan untuk

penanganan dan pengelolaan DAS Bengawan Solo yang secara rinci dapat dilihat pada

Tabel berikut. BMengacu pada tabel tersebut, terdapat dua kemungkinan untuk

pengembangan lembaga kolaborasi penataan DAS Bengawan Solo, yaitu

mengoptimalkan lembaga yang telah ada dan membentuk lembaga baru, yang masing-

masing memiliki kelemahan dan kelebihan.

Page 11: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

TINDAK LANJUT PENANGANAN DAS BENGAWAN SOLO

Adapun untuk proses implementasi tersebut diperlukan beberapa kesepakatan awal oleh

semua pemangku kepentingan terkait. Setidaknya terdapat 4 (empat) hal yang disepakati,

yaitu:

1. kesepakatan mengenai usulan kebijakan, strategi, dan

a. arahan program dalam penanganan dan pengelolaan DAS Bengawan Solo;

2. kesepakatan mengenai penanganan DAS Bengawan Solo secara kolaboratif;

3. kesepakatan mengenai mekanisme pengendalian penanganan DAS Bengawan

Solo;

4. kesepakatan mengenai mekanisme kelembagaan untuk menjamin tercapainya

penyesuaian dan sinkronisasi

RTRW dengan GLO, dan pada akhirnya dengan RTR DAS, serta antar RTRW

kabupaten-kota-provinsi lain di dalam kawasan DAS. Untuk memperkuat kesempatan

tersebut, maka legitimasinya perlu ditandatangani oleh pimpinan daerah sebagai

sebuah kesepakatan bersama (kolaborasi) di mana semua pemerintah daerah di dalam

Page 12: Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datangtataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Penanganan Das...RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan

DAS Bengawan Solo secara bersama-sama menyepakati untuk berkontribusi dalam

penataan ruang DAS. Selain itu, kesepakatan tersebut perlu ditindaklanjuti dalam suatu

rencana aksi penanganan dan pengelolaan DAS Bengawan Solo yang juga dirumuskan

dan disepakati bersama oleh seluruh pemangku kepentingan yang terkait.