bab ii gambaran umum kab. aceh besar
DESCRIPTION
beritaTRANSCRIPT
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Bab II
Gambaran Umum Kabupaten Aceh Besar
2.1.Kondisi Wilayah
Kabupaten Aceh Besar yang juga dikenal dengan sebutan Aceh Besar “Makmue Beu
Saree” , dengan ibukotanya Kota Jantho secara legal-formal didirikan pada tahun
1984 Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai
Hari Jadi Kota Jantho. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah
kabupaten, tidak serta-merta menjadikan kehidupan masyarakatnya seperti yang
terjadi di kota-kota besar karena ukurannya pun tidak mencerminkan sebuah kota
yang cukup luas. Level yang dicapai Kabupaten Aceh Besar adalah sebuah kota yang
masih tergolong klasifikasi kota kecil.
2.1.1. Geografis
Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 Kecamatan. Secara geografis Kabupaten Aceh
Besar terletak pada posisi 5,2⁰ - 5,8⁰ LU dan 95,0⁰ – 95,8⁰ BT. Panjang Pantai 195
Km², dengan luas wilayah 2.974, 12 km².
2.1.2. Topografi
Kabupaten Aceh Besar memiliki topografi yang beragam yang terdiri dari
4 kelas yakni terdiri atas dataran rendah (0-2%), berombak (3-15 %), berbukit-
bukit (16-40 %), dan bergunung (>40 %), dan sebagiannya merupakan wilayah
kepulauan. Yang merupakan daerah dataran umumnya terdapat di wilayah
Pesisir Timur dan Utara serta Pesisir Barat. Keadaan Lereng sangat bervariasi,
dari bentuk dataran sampai curam. Berdasarkan persen lereng (slope), proporsi
luas lahan yang paling besar adalah kemiringan lebih dari 40 %, yaitu 1.313 km2
atau 44.17 % dari luas wilayah. Khusus untuk wilayah eksplorasi untuk
penambangan besi merupakan daerah berbukit yang memiliki kelerengan 15 -
40% sebagaimana tabel berikut:
1
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 1.Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Aceh Besar
Sumber : Buku Aceh Besar Dalam Angka 2010
2.1.3 Geohidrologi
1. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk pertumbuhan
tanaman. Sebagaimana halnya daerah-daerah lain di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Kabupaten Aceh Besar pada umumnya beriklim tropis dengan dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar
antara bulan Januari -Juni. Musim hujan, biasanya berkisar antara bulan Juli
sampai Desember, dengan curah hujan rata – rata per tahun 270 mm. Tentang
keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.Keadaan Hujan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
B u l a n
Keadaan Hujan
Curah Hujan Hari Hujan
2007 2008 2009 2007 2008 2009
Januari 195,9 160,9 276,5 15 17 21
Februari 7,7 23,7 113 5 6 7
Maret 144,7 162,1 114,6 9 15 15
April 118,8 86,4 191 9 17 11
Mei 80,1 62,3 178,1 13 13 15
Juni 100,1 18,4 21,9 15 8 1
Juli 75,5 49,1 6,2 9 11 9
Agustus 21 53,2 118,3 8 14 18
2
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
No. Kemiringan Meliputi ( % )
1. 0 – 2 % 14.262. 3 – 15 % 17.993. 16 – 40 % 23.584. 40 % lebih 44.17
Grafik Keadaan Curah Hujan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2007 - 2009
0
50
100
150
200
250
300
350
Bulan
Curah Hujan (mm)
2007
2008
2009
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
September 81,5 60,3 126,8 14 9 12
Oktober 125,5 62,3 43,5 17 16 7
November 179,7 302 316,5 18 21 21
Desember 197,8 166,7 254 15 18 17
Sumber: Buku Aceh Besar Dalam Angka tahun 2010
Gambar 1
2. Cuaca
Kabupaten Aceh Besar terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga
wilayah ini tergolong beriklim tropis. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25°C -
28°C. Kabupaten Aceh Besar juga mengalami musim kemarau dan hujan. Musim
kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan September. Pada
tahun 2009, Suhu rata-rata pada periode tersebut memang relatif lebih tinggi
dibandingkan periode Oktober sampai dengan Maret. Adapun suhu maksimum
adalah sebesar 34,3ºC pada bulan Juni dan Juli, sedangkan suhu minimum
adalah sebesar 22,2ºC pada bulan Februari.
Tabel 3.
Keadaan Udara di kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
B u l a n
Suhu Udara ( 0C ) Tekanan Udara Kelembaban Udara (%)
2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Januari 26,2 26,6 25,4 1010,9 1009,4 1010,9 80 81 84,5
Februari 26,8 26,8 26,1 1010 1009,4 1009,8 78 78 81,1
3
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Grafik Keadaan Suhu Udara di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
23,524
24,525
25,526
26,527
27,528
28,529
Bulan
Suhu Udara ( 0C )
2007
2008
2009
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Maret 26,6 26,4 26,3 1009,4 1008,3 1009,7 79 84 83,5
April 27,3 27 27,5 1008,9 1007,9 1009,1 81 83 79,7
Mei 27,5 27,7 27,5 1008,4 1008,5 1008,2 78 74 78,4
Juni 27,6 27,8 28,2 1007,1 1008,9 1009,1 75 74 69,3
Juli 27,7 27,3 28,3 1008,3 1008,8 1009,1 72 75 68,8
Agustus 27,6 27,4 27,2 1008,3 1009 1009,4 70 75 76,2
September 27,5 27,7 27,3 1008,6 1009,7 1009,8 70 70 74,2
Oktober 26,4 26,9 26,8 1009 1010,1 1010,1 78 79 77,6
November 26,4 26,4 26,2 1009,2 1009,2 1009,6 82 84 85,2
Desember 26 26 26,4 1008,6 1009,8 1010,3 81 85 85,6
Sumber: Buku Aceh Besar Dalam Angka tahun 2010
Gambar 2
2.2.Administratif
Batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kabupaten aceh Besar
Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Jaya
4
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Pidie
Adapun luas wilayah Kabupaten Aceh Besar seluruhnya sekitar 2.974,12
km² .Secara administrasi Kabupaten Aceh Besar terbagi menjadi 23 Kecamatan
yang tersebar dari 68 Kemukiman, 608 Desa, dan 5 Kelurahan.
Gambar 3.Peta Kabupaten Aceh Besar
Sumber : Bappeda Aceh Besar
Gambar 4Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sumber : Bappeda Aceh Besar
5
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Adapun pembagian wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar berikut luasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.Luas Daerah, Jumlah Desa / Kelurahan, Mukim, menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar
No. Kecamatan Luas Area (Km) Desa Mukim1. Lhoong 125,00 28 42. Lhoknga 98,95 28 43. Leupung 76,00 6 14. Indra Puri 285,25 52 35. Kuta Cot Glie 230,25 32 26. Seulimeum 487,26 47 57. Kota Jantho 274,04 13 18. Lembah Seulawah 322,85 12 29. Mesjid Raya 110,38 13 210. Darusalam 76,42 29 311. Baitussalam 37,76 13 212. Kuta Baro 83,81 47 513. Montasik 94,10 39 314. Blang Bintang 70,51 26 315. Ingin Jaya 73,68 50 616. Krueng Barona Jaya 9,06 12 317. Sukamakmur 106,00 35 418. Kuta Malaka 36,00 15 119. Simpang Tiga 55,00 18 220. Darul Imarah 32,95 32 421. Darul Kamal 16,20 14 122. Peukan Bada 31,90 26 423. Pulo Aceh 240,75 17 3
Jumlah 2.974,12 601 68 Sumber : Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka 2010.
Luas Kabupaten Aceh Besar adalah sekitar 2.974,12 km², dengan wilayah terluas
adalah Kecamatan Seulimeum dengan luas 487,26 km² (16,38%) dan wilayah
terkecil adalah Kecamatan 9,06 km² yaitu seluas (0,30%).
2.3.Kependudukan
Perkembangan kepedudukan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat dari jumlah,
perkembangan dan penyebaran penduduk, serta kepadatan penduduk. Jumlah
penduduk Kabupaten Aceh Besar dari tahun ke tahun nampak terus bertambah. Dari
data kependudukan jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Besar pada
tahun 2009 memiliki kepadatan rata-rata sebesar 283 jiwa/km2. Sedangkan
6
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
kepadatan yang tertinggi yaitu di Kecamatan Krueng Barona jaya sebesar 1.500 jiwa/
km2, kemudian di Kecamatan Darul Imarah yaitu 1.387 jiwa/km2, kemudian
kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Pulo Aceh dengan tingkat kepadatan
15 jiwa/ km2. Kemudian Kecamatan Kota Jantho yaitu 29 jiwa/ km2. Secara
keseluruhan kepadatan penduduk dan penyebaranya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.Jumlah dan Kepadatan Penduduk Diperinci
Tiap Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008 – 2009
No KecamatanLuas
Jumlah Kepadatan Penduduk
Wilayah Penduduk (Jiwa/Km2)(Km2) (Jiwa) 2008 2009
1 Lhoong 125 8.897 76,09 71,182 Lhoknga 98,95 14.561 128,66 147,163 Leupung 76 2.497 53,07 32,864 Indrapuri 285,25 19.231 61,05 67,425 Kuta Cot Glie 230,25 12.047 50,39 52,326 Seulimeum 487,26 21.163 41,66 43,437 Kota Jantho 274,04 8.066 29,69 29,438 Lembah Seulawah 322,85 10.170 27,52 31,509 Mesjid Raya 110,38 20.307 190,95 183,9710 Darussalam 76,42 22.266 281,65 291,3611 Baitussalam 37,76 16.176 432,65 428,3912 Kuta Baro 83,81 23.018 242,14 274,6513 Montasik 94,1 17.382 189,69 184,7214 Ingin Jaya 73,68 27.027 329,97 366,8215 Krueng Barona Jaya 9,06 13.594 1523,62 1500,4416 Suka Makmur 106 13.569 127,93 128,0117 Kuta Malaka 36 5.827 150,17 161,8618 Simpang Tiga 55 5.241 99,31 95,2919 Darul Imarah 32,95 45.725 1277,69 1387,7120 Darul Kamal 16,2 6.586 414,26 406,5421 Peukan Bada 31,9 14.904 372,76 467,2122 Pulo Aceh 240,75 3.793 19,50 15,7523 Blang Bintang 70,51 10.488 137,78 148,74
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
7
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Gambar 5 :Peta Populasi Penduduk Kabupaten Aceh Besar
Sumber : Bappeda Aceh Besar
Dengan melihat dan memperhatikan besarnya jumlah maupun kepadatan
penduduk suatu wilayah dapat diperkirakan bahwa pada wilayah tersebut akan menjadi
pusat kegiatan yang mempunyai karakteristik tertentu, sesuai dengan tipologi maupun
posisi strategis dari wilayah tersebut.
Tabel di atas menjelaskan bahwa Kecamatan Krueng Barona Jaya memiliki
kepadatan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini
dikarenakan kecamatan ini terletak pada perbatasan dengan Kota Banda Aceh
khususnya dengan Kecamatan Ulee Kareng yang merupakan salah satu pusat kegiatan
ekonomi di Kota banda Aceh. Selain itu Kecamatan ini juga berdekatan dengan
Universitas Syiah Kuala sehingga banyak mahasiswa yang menetap di kecamatan
tersebut. Kondisi tersebut sangat mendukung dalam aktivitas penduduk mengingat
kecamatan ini memiliki jalur mobilitas yang bagus sehingga meskipun luasan daerahnya
kecil tetapi tetap menjadi alternatif singgah bagi penduduk yang memiliki tingkat
mobilitas tinggi.
8
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
2.4.Pendidikan
Jumlah sekolah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 ada
sebanyak 207 sekolah, dimana sebanyak 8 sekolah dikelola oleh pihak swasta dan
sisanya berstatus negeri. Jumlah guru yang ada sebanyak 2.616 orang dan jumlah murid
yang terdaftar sejumlah 26.568 orang, dengan kondisi ruang kelas terdapat 50 kelas
yang ternyata rusak berat, 209 kelas rusak dan sisanya sebanyak 1.053 kelas dalam
kondisi baik.
Pada tahun ini tercatat pula jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
sebanyak 63 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 1.551 orang dan 9.368 orang murid.
Sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) jumlahnya ada sebanyak
31 sekolah dan 10 diantaranya merupakan sekolah swasta. Jumlah tenaga pendidik
untuk tingkat SMU sebanyak 1.124 orang dan murid yang terdaftar sebanyak 8.998
orang. Dari seluruh kecamatan hanya 5 kecamatan yang belum memiliki SLTA yaitu
Kecamatan Darussalam, Blang Bintang, Kuta Malaka, Simpang Tiga dan Darul Kamal.
Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses utama dalam proses pelaksanaan
pembangunan daerah, karena dengan pendidikan maka akan dicapai sumber daya
manusia yang berkualitas. Keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
baik dan lancar, yang diharapkan dapat menghasilkan output yang memuaskan. Berikut
ini merupakan tabel sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Aceh Besar.
Tabel 6Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, dan Guru Pada Taman Kanak – kanak Negeri dan
Swasta per Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
KecamatanSekolah Kelas Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta/
01. L h o o n g 0 0 0 0 0 0 0 0
02. Lhoknga 0 0 0 0 0 0 0 0
03. Leupung 0 0 0 0 0 0 0 0
04. Indrapuri 0 20 0 38 0 464 0 95
05. Kuta Cot Glie 0 8 0 7 0 98 0 24
06. Seulimeum 0 9 0 9 0 188 0 24
07. Kota Jantho 1 3 2 6 24 141 5 9
08. Lembah Seulawah 0 5 0 6 0 143 0 13
09. Mesjid Raya 0 12 0 23 0 508 0 54
10. Darussalam 0 5 0 10 0 284 0 25
11. Baitussalam 0 3 0 4 0 104 0 13
12. Kuta Baro 0 7 0 14 0 425 0 38
9
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
13. Montasik 0 6 0 14 0 301 0 39
14. Blang Bintang 0 5 0 10 0 235 0 15
15. Ingin Jaya 0 14 0 29 0 785 0 38
16. Krueng Barona Jaya 0 3 0 6 0 142 0 18
17. Sukamakmur 1 9 2 15 41 313 10 61
18. Kuta Malaka 0 6 0 12 0 231 0 38
19. Simpang Tiga 0 3 0 4 0 96 0 18
20. Darul Imarah 0 15 0 24 0 750 0 31
21. Darul Kamal 0 1 0 2 0 52 0 4
22. Peukan Bada 0 0 0 0 0 0 0 0
23. Pulo Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah2009 2 134 4 233 65 5260 15 55720082007
22
137140
44
27412
7992
2.7295.136
194194
389328
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 7Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, Guru, dan Kondisi ruang Kelas Pada SD Negeri dan
Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kecamatan Sekolah Kelas Murid Guru Kondisi Ruang Kelas
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Baik RusakRusak Berat
01. L h o o n g 13 0 75 0 769 0 84 0 67 8 0
02. Lhoknga 11 0 48 0 782 0 93 0 27 21 0
03. Leupung 4 0 13 0 144 0 25 0 13 0 0
04. Indrapuri 11 1 68 5 1457 45 155 9 57 7 9
05. Kuta Cot Glie 11 0 67 0 1550 0 141 0 50 12 5
06. Seulimeum 12 0 79 0 2351 0 132 0 72 4 3
07. Kota Jantho 9 1 57 15 915 15 80 11 47 24 1
08.Lembah Seulawah 12 0 74 0 1693 0 123 0 63 8 3
09. Mesjid Raya 9 2 66 27 1799 308 123 25 75 11 7
10. Darussalam 9 0 56 0 1144 0 116 0 52 4 0
11. Baitussalam 8 0 47 0 809 0 80 0 45 2 0
12. Kuta Baro 11 1 82 6 1541 70 174 14 64 17 7
13. Montasik 9 0 63 0 1132 0 143 0 49 11 3
14. Blang Bintang 6 1 52 6 1043 31 98 10 48 4 6
15. Ingin Jaya 14 1 80 6 1905 114 219 16 67 19 0
16.Krueng Barona Jaya 4 0 30 0 582 0 68 0 30 0 0
17. Sukamakmur 4 0 30 0 558 0 82 0 21 6 3
18. Kuta Malaka 4 0 21 0 483 0 72 0 12 6 3
19. Simpang Tiga 3 0 20 0 460 0 60 0 10 10 0
20. Darul Imarah 15 1 101 15 3.073 347 235 26 106 10 0
21. Darul Kamal 3 0 26 0 422 0 58 0 22 4 0
22. Peukan Bada 10 0 55 0 585 0 77 0 40 15 0
23. Pulo Aceh 7 0 42 0 441 0 67 0 36 6 0
Jumlah
2009 199 8 1.252 80 25.638 930 2.505 111 1073 209 50
2008 196 6 1.271 42 25.775 769 1.779 27 1.082 138 51
2007 199 6 1.170 30 25.879 718 1.700 0 740 614 0
10
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 8Banyaknya Murid SD dirinci Menurut Kelas
Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
11
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
KecamatanKelas
Jumlah I II III IV V VI
01. L h o o n g 123 136 161 137 111 101 76902. Lhoknga 126 151 141 138 120 106 78203. Leupung 22 34 28 14 18 28 14404. Indrapuri 260 274 257 242 222 247 1.50205. Kuta Cot Glie 297 273 270 258 223 229 1.55006. Seulimeum 446 422 431 407 347 298 2.35107. Kota Jantho 182 170 163 144 130 141 93008. Lembah Seulawah 365 278 315 258 250 227 1.69309. Mesjid Raya 378 395 359 370 312 293 2.10710. Darussalam 230 184 210 212 165 143 1.14411. Baitussalam 185 149 132 137 120 86 80912. Kuta Baro 313 317 257 249 231 244 1.61113. Montasik 193 222 185 190 171 171 1.13214. Blang Bintang 222 189 164 180 173 146 1.07415. Ingin Jaya 399 346 363 347 289 275 2.019
16. Krueng Barona Jaya 117 101 98 97 80 89 582
17. Sukamakmur 81 90 112 87 85 103 55818. Kuta Malaka 74 89 86 89 74 71 48319. Simpang Tiga 79 78 68 79 79 77 46020. Darul Imarah 667 583 621 588 512 449 3.42021. Darul Kamal 84 70 85 50 64 69 42222. Peukan Bada 104 114 99 91 109 68 58523. Pulo Aceh 115 81 71 52 64 58 441
Jumlah2009 5.062 4.746 4.676 4.416 3.949 3.719 26.56820082007
4.8405.253
4.7414.643
4.4704.417
3.9854.222
4.0114.517
3.7283.459
25.77526.511
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 9Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Pada SLTP Negeri
dan Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
12
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
KecamatanSekolah Kelas Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
01. L h o o n g 3 0 11 0 300 0 50 0
02. Lhoknga 3 0 18 0 294 0 62 0
03. Leupung 1 0 3 0 100 0 19 0
04. Indrapuri 3 1 23 6 484 32 78 22
05. Kuta Cot Glie 3 0 25 0 481 0 74 0
06. Seulimeum 5 0 26 0 958 0 106 0
07. Kota Jantho 2 1 18 15 447 162 46 17
08.Lembah Seulawah 3 1 30 7 485 87 60 15
09. Mesjid Raya 2 1 29 6 652 72 63 13
10. Darussalam 1 0 11 0 195 0 44 0
11. Baitussalam 1 0 4 0 139 0 29 0
12. Kuta Baro 2 3 22 26 301 288 60 58
13. Montasik 4 1 43 5 653 178 128 12
14. Blang Bintang 2 1 19 13 474 169 56 25
15. Ingin Jaya 2 2 36 25 679 549 77 70
16.Krueng Barona Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0
17. Sukamakmur 1 1 14 3 494 96 56 17
18. Kuta Malaka 1 2 10 3 86 149 24 26
19. Simpang Tiga 1 0 18 5 104 0 27 0
20. Darul Imarah 2 1 14 18 859 63 87 9
21. Darul Kamal 1 1 7 0 195 75 29 13
22. Peukan Bada 2 0 18 0 446 0 55 0
23. Pulo Aceh 2 0 9 0 148 0 24 0
Jumlah
2009 47 16 408 132 8.380 988 1.254 297
2008 45 16 324 32 8.794 1.797 982 19
2007 46 11 287 0 8.760 1.550 949 252
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 10Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Pada SLTA Negeri
dan Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
13
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Kecamatan
Sekolah Kelas Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
01. L h o o n g 1 0 8 0 344 0 29 20
02. Lhoknga 1 1 9 3 207 107 36 0
03. Leupung 1 0 4 0 102 0 25 0
04. Indrapuri 1 0 16 0 450 0 52 0
05. Kuta Cot Glie 1 0 6 0 247 0 32 16
06. Seulimeum 2 1 24 4 646 54 59 0
07. Kota Jantho 2 0 23 0 649 0 78 0
08. Lembah Seulawah 1 0 4 0 168 0 34 0
09. Mesjid Raya 2 0 22 0 549 0 61 0
10. Darussalam 0 0 0 0 0 0 0 0
11. Baitussalam 1 0 12 0 344 0 48 42
12. Kuta Baro 1 2 6 9 155 283 27 10
13. Montasik 1 1 16 3 576 27 45 23
14. Blang Bintang 0 1 0 8 0 138 0 76
15. Ingin Jaya 1 3 27 26 645 366 60 0
16. Krueng Barona Jaya 1 0 22 0 635 0 82 0
17. Sukamakmur 1 0 19 0 581 0 69 21
18. Kuta Malaka 0 1 0 3 0 78 0 0
19. Simpang Tiga 0 0 0 0 0 0 0 35
20. Darul Imarah 1 3 19 6 758 300 72 0
21. Darul Kamal 0 0 0 0 0 0 0 0
22. Peukan Bada 1 0 13 0 410 0 50 9
23. Pulo Aceh 1 1 3 6 80 99 13 0
Jumlah2009 21 10 253 68 7.546 1.452 872 252
20082007
2016
1212
238199
3921
7.5116.646
1.3181.479
832567
170173
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 11Jumlah Sekolah di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar
Dirinci Menurut Jenis Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009
KecamatanMIN
(Madrasah Ibtidayah Negeri)
MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta)
MTsN(Madrasah
Tsanawiyah Negeri)
MTsS(Madrasah
Tsanawiyah Swasta)
M A N(Madrasah
Aliyah Negeri)
M A S (Madrasah
Aliyah Negeri)
01. L h o o n g 2 - 1 - - -
02. Lhoknga 3 1 1 - 1 3
03. Leupung 1 - - - - -
04. Indrapuri 5 - 1 1 2 1
05. Kuta Cot Glie 1 - - - - 1
06. Seulimeum 5 - - - 1 2
07. Kota Jantho 1 - - - 1 1
08. Lembah Seulawah 1 - - - - -
09. Mesjid Raya 2 - - - - 1
10. Darussalam 2 - 1 1 2 2
11. Baitussalam - - - - - 1
12. Kuta Baro 2 - 1 1 1 1
13. Montasik 3 1 1 1 - -
14. Blang Bintang 1 - - - - -
15. Ingin Jaya 4 1 - - - 1
16. Krueng Barona Jaya - 1 - - 1 2
17. Sukamakmur 4 - 1 - - -
18. Kuta Malaka 1 - - 1 1 2
19. Simpang Tiga - - - - - -
20. Darul Imarah 4 - 1 1 1 1
21. Darul Kamal 1 - - - - -
22. Peukan Bada 3 - - - - 1
23. Pulo Aceh 1 - - - - -
Jumlah2009 47 4 8 6 11 20
20082007
4748
44
87
66
1112
2018
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
14
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 12Jumlah Murid Sekolah Yang Berada di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar
Dirinci Menurut Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan
M I N MIS MTsN MTsS MAN MAS(Madrasah Ibtidayah Negeri)
(Madrasah Ibtidayah Swasta)
(Madrasah Tsanawiyah
Negeri)
(Madrasah Tsanawiyah
Swasta)
Madrasah Aliyah Negeri
Madrasah Aliyah Swasta
L P L P L P L P L P L P01. L h o o n g 126 160 - - 75 57 - - - - - -02. Lhoknga 284 258 49 40 72 81 53 - - - 22 803. Leupung 37 49 - - - - - - - - - -04. Indrapuri 546 508 - - 136 191 263 269 94 143 92 18205. Kuta Cot Glie 109 81 - - - - 128 71 - - - -06. Seulimeum 375 330 - - - - 42 64 - - - -07. Kota Jantho 130 102 - - - - 147 174 - - 32 62
08.Lembah Seulawah 117 105 - - - - - - - - - -
09. Mesjid Raya 152 135 - - - - 39 49 - - - -10. Darussalam 625 621 - - 317 357 150 127 112 246 59 7911. Baitussalam - - - - - - 24 8 - - - -12. Kuta Baro 447 425 - - 184 191 23 11 67 72 52 5113. Montasik 450 413 63 57 194 207 - - 94 92 - -
14.Blang Bintang 501 485 89 72 - - 99 81 - - - -
15. Ingin Jaya - - 45 53 - - 420 139 - - - -
16.Krueng Barona Jaya 557 561 - - 144 176 - - - - 70 -
17. Sukamakmur 143 149 - - - - 168 144 - - - -18. Kuta Malaka - - - - - - - - 106 181 62 31
19.Simpang Tiga 478 414 - - 125 182 151 134 - - - -
20. Darul Imarah 142 127 - - - - - - 74 136 122 17421. Darul Kamal 149 109 - - - - - - - - - -22. Peukan Bada 18 10 - - - - - - - - - -23. Pulo Aceh 70 68 - - - - - - - - - -
Jumlah2009 5.456 5.110 246 222 1.247 1.442 1.707 1.271 547 870 511 5872008 5.447 5.176 238 211 1.241 1.478 1.810 1.443 542 824 462 5472007 5.397 5.403 248 219 1.112 1.246 1.789 1.397 627 834 582 408
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 13
15
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Jumlah Guru Sekolah Yang Berada di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar Dirinci Menurut Jenis Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009
KecamatanM I N MIS MTsN MTsS M A N M A S
(Madrasah Ibtidayah Negeri)
(Madrasah Ibtidayah Swasta)
(Madrasah Tsanawiyah
Negeri)
(Madrasah Tsanawiyah
Swasta)
(Madrasah Aliyah
Negeri)
(Madrasah Aliyah
Negeri)01. L h o o n g 13 - 4 - - -02. Lhoknga 34 6 14 31 - -03. Leupung 5 - - - - -04. Indrapuri 42 - 29 37 42 -05. Kuta Cot Glie 14 - - 19 - -06. Seulimeum 34 - - 29 - -07. Kota Jantho 11 - - 21 - -
08.Lembah Seulawah 9 - - - - -
09. Mesjid Raya 16 - - 11 - -10. Darussalam 50 - 37 - 24 -11. Baitussalam - - - - - -12. Kuta Baro 37 - 25 - 22 -13. Montasik 39 17 25 - 19 -14. Blang Bintang - - - 7 - -15. Ingin Jaya 50 14 - 7 - -
16.Krueng Barona Jaya - 14 - - - -
17. Sukamakmur 74 - 34 - - -18. Kuta Malaka 18 - - 10 24 -19. Simpang Tiga - - - - - -20. Darul Imarah 78 - 21 12 27 521. Darul Kamal 14 - - - - -22. Peukan Bada 27 - - 12 - -
23. Pulo Aceh 3 - - - - -
Jumlah
2009 568 51 189 196 158 52008 851 59 262 442 205 2152007 1.008 67 247 390 143 254
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 14Banyaknya Pondok Pesantren Tradisional dan Modern/Terpadu
Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kecamatan Ponpes Tradisional Ponpes Modern/Terpadu
01. L h o o n g 5 0
02. Lhoknga 2 2
03. Leupung 2 0
04. Indrapuri 3 2
05. Kuta Cot Glie 6 0
06. Seulimeum 8 2
07. Kota Jantho 0 1
16
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
08. Lembah Seulawah 1 0
09. Mesjid Raya 2 1
10. Darussalam 2 3
11. Baitussalam 1 0
12. Kuta Baro 7 2
13. Montasik 4 1
14. Blang Bintang 6 0
15. Ingin Jaya 5 3
16. Krueng Barona Jaya 4 1
17. Sukamakmur 3 1
18. Kuta Malaka 1 4
19. Simpang Tiga 2 0
20. Darul Imarah 6 2
21. Darul Kamal 1 0
22. Peukan Bada 4 1
23. Pulo Aceh 1 0
Jumlah2009 76 2620082007
11164
2119
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 15Banyaknya Santri dan Teungku Dayah
Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kecamatan
Ponpes Tradisional
Ponpes Modern/Terpadu
Santri Tengku Dayah Santri
Tengku Dayah
01. L h o o n g 594 0 - -
02. Lhoknga 138 123 321 19
03. Leupung 127 0 - -
04. Indrapuri 209 842 616 74
05. Kuta Cot Glie 407 0 - -
06. Seulimeum 1956 267 448 65
07. Kota Jantho 0 431 242 32
08.Lembah Seulawah 0 0 434 15
09. Mesjid Raya 325 313 - -
10. Darussalam 142 1037 306 71
11. Baitussalam 25 0 81 3
12. Kuta Baro 985 462 674 73
13. Montasik 275 111 169 14
14. Blang Bintang 1196 0 - -
15. Ingin Jaya 1730 696 810 97
16.Krueng Barona Jaya 367 331 384 38
17. Sukamakmur 246 107 51 6
18. Kuta Malaka 80 559 486 75
19. Simpang Tiga 258 0 - -
20. Darul Imarah 1431 422 238 63
21. Darul Kamal 0 0 - -
17
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
22. Peukan Bada 340 32 - -
23. Pulo Aceh 34 0 - -
Jumlah
2009 10.865 5.733 5.260 645
2008 22.200 1.388 5.260 645
2007 13.483 1.407 5.564 622
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.5.Kesehatan
Ketersediaan sarana dan kesehatan berupa Rumah Sakit, Puskesmas, dan lainnya
merupakan faktor utama untuk menunjang kualitas kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik. Untuk itu sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar pada tahun
2009 telah tersebar di seluruh kecamatan, dengan jumlah puskesmas sebanyak 25 buah,
PUSTU sebanyak 73 buah, Poskesdes 169 buah dan Posyandu berjumlah 648 buah.
Tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan bidan maupun tenaga medis juga telah
menempati seluruh kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tenaga dokter ada sebanyak
61 orang, dengan rincian: dokter spesialis 2 orang, dokter umum sebanyak 48 orang dan
dokter gigi 11 orang. Jumlah perawat sebanyak 259 orang dan bidan ada sebanyak 826
orang serta tenaga medis berjumlah 105 orang.
Jumlah penduduk yang mendapat imunisasi BCG adalah sebanyak 6.574 orang, DPT
I, II, dan III masing-masing 6.448 orang, 5.664 orang dan 6.051 orang. Untuk imunisasi
polio sebanyak 6.051 dan Hepatitis B berjumlah 3.369 orang.
Kasus penyakit menular di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 yang paling banyak
terjadi adalah kasus penyakit Diare sebanyak 6.048 kasus, kemudian disusul dengan TB
Paru sebanyak 1.609 kasus, Disentri 620 kasus, Malaria 486 kasus dan DBD 269 kasus.
Sedangkan yang paling sedikit terjadi adalah kasus penyakit kusta yaitu sekitar 14 kasus.
Adapun jumlah kematian ibu maternal baik saat hamil, bersalin maupun masa nifas
seluruhnya berjumlah 8 kematian. Sedangkan kematian bayi sebanyak 44 kematian dari
6.331 jumlah kelahiran bayi.
Terkait dengan Keluarga Berencana (KB),Banyaknya pos KB di kecamatan-kecamatan
dalam Kabupaten Aceh Besar seluruhnya berjumlah 604 pos KB, dimana setiap desa/
gampong memiliki masing-masing satu pos KB. Pencapaian peserta KB aktif tahun 2009
berjumlah 44.872 peserta dari jumlah yang ditargetkan sebanyak 23.141 peserta, bisa
18
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
dikatakan pencapaiannya hampir dua kali lipat dari yang ditargetkan atau mencapai
193,91 persen.
Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang tercatat di Kabupaten Aceh Besar sebanyak
58.506 pasang. Umumnya jenis metode kontrasepsi yang banyak digunakan adalah
suntik dan pil. Peserta yang memakai suntik sebanyak 21.262 peserta dan yang memakai
pil sebanyak 14.654 peserta. Sedangkan yang paling sedikit adalah jenis metode MOP
yaitu hanya ada 5 peserta.
Jika dilihat dari perkembangannya Klinik Keluarga Berencana (KKB) dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah klinik
sebanyak 48 klinik sedangkan pada tahun 2009 telah bertambah menjadi 58 klinik. Klinik
Keluarga Berencana ini berada di bawah pengelolaan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana, Perlindungan Perempuan, dan Perlindungan Anak (BKKS, PP dan PA).
Adapun jumlah Keluarga Pra Sejahtera di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 adalah
sebanyak 14.378 keluarga.
Tabel 16Jumlah Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Puskesmas PUSTU Poskesdes Posyandu
01. L h o o n g 1 2 11 28
02. Lhoknga 1 3 3 28
03. Leupung 1 1 2 7
04. Indrapuri 1 2 15 52
05. Kuta Cot Glie 1 3 5 34
06. Seulimeum 2 3 2 49
07. Kota Jantho 1 2 3 22
08. Lembah Seulawah 1 3 6 16
09. Mesjid Raya 1 3 2 16
10. Darussalam 1 2 14 29
11. Baitussalam 1 4 4 16
12. Kuta Baro 1 5 17 51
13. Montasik 1 8 16 40
14. Blang Bintang 1 4 9 28
15. Ingin Jaya 1 4 13 50
16. Krueng Barona Jaya 1 2 5 13
17. Sukamakmur 1 3 15 35
18. Kuta Malaka 1 - 4 15
19. Simpang Tiga 1 3 5 18
20. Darul Imarah 1 6 10 42
21. Darul Kamal 1 - 4 14
19
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
22. Peukan Bada 2 4 3 28
23. Pulo Aceh 1 6 1 17
Jumlah 25 73 169 648
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 17Jumlah Tenaga Dokter Dirinci Menurut Lokasi
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Dokter Spesialis
Dokter Umum Dokter Gigi Dokter
Keluarga Jumlah
01. L h o o n g 0 0 0 0 002. Lhoknga 0 1 1 0 203. Leupung 0 1 0 0 104. Indrapuri 0 1 0 0 105. Kuta Cot Glie 0 1 0 0 106. Seulimeum 0 2 1 0 307. Kota Jantho 0 4 0 0 408. Lembah Seulawah 0 1 0 0 109. Mesjid Raya 0 2 0 0 210. Darussalam 0 2 0 0 211. Baitussalam 0 1 0 0 112. Kuta Baro 0 0 0 0 013. Montasik 0 3 0 0 3 14. Blang Bintang 0 3 1 0 415. Ingin Jaya 0 4 1 0 516. Krueng Barona Jaya 0 2 0 0 217. Sukamakmur 0 4 1 0 518. Kuta Malaka 0 3 0 0 319. Simpang Tiga 0 1 0 0 120. Darul Imarah 0 2 1 0 321. Darul Kamal 0 1 2 0 322. Peukan Bada 0 2 1 0 323. Pulo Aceh 0 1 0 0 124. RSU Kota Jantho 2 5 2 0 925. Dinas Kesehatan 0 1 0 0 1
Jumlah 2 48 11 0 61
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 18Jumlah Personil Kesehatan Menurut Unit Kerja (Termasuk Pustu dan Polindes)
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
20
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kecamatan Perawat & Bidan Farmasi Sanitasi Gizi Kesmas Medis Teknisi
Medis Jumlah
01. L h o o n g 49 2 2 2 0 0 0 2
02. Lhoknga 44 1 3 4 2 0 1 0
03. Leupung 16 1 1 3 0 0 2 4
04. Indrapuri 49 0 2 4 4 1 2 2
05. Kuta Cot Glie 34 1 3 1 2 1 2 1
06. Seulimeum 58 2 3 2 1 2 4 1
07. Kota Jantho 29 1 1 2 1 0 4 2
08. Lembah Seulawah 22 0 4 2 2 0 1 0
09. Mesjid Raya 35 1 1 2 0 2 5 6
10. Darussalam 56 3 4 4 6 3 6 6
11. Baitussalam 37 2 4 2 6 2 4 2
12. Kuta Baro 73 2 3 2 2 3 4 3
13. Montasik 60 1 5 2 3 1 5 1
14. Blang Bintang 48 2 3 2 1 2 5 1
15. Ingin Jaya 73 4 3 1 1 4 9 4
16. Krueng Barona Jaya 51 2 2 2 4 2 4 4
17. Sukamakmur 57 1 3 2 4 2 5 2
18. Kuta Malaka 30 0 2 2 2 2 5 3
19. Simpang Tiga 34 2 1 2 3 2 3 5
20. Darul Imarah 80 2 5 2 5 3 6 4
21. Darul Kamal 37 1 4 2 4 1 2 3
22. Peukan Bada 60 3 5 5 3 3 7 0
23. Pulo Aceh 28 0 1 1 0 1 2 3
24. RSU Kota Jantho 13 0 0 1 3 6 15 35
25. Dinas Kesehatan 12 4 6 4 35 1 1 2
Jumlah 1.085 38 71 58 94 61 44 105
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 19Jumlah Tenaga Farmasi Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Apoteker Ass. Apoteker D III Farmasi S1 Farmasi
01. L h o o n g 0 0 2 0
02. Lhoknga 0 1 0 0
03. Leupung 0 1 0 0
04. Indrapuri 0 0 0 0
05. Kuta Cot Glie 0 1 0 0
06. Seulimeum 0 1 1 0
07. Kota Jantho 0 1 0 0
08. Lembah Seulawah 0 0 0 0
09. Mesjid Raya 0 1 0 0
10. Darussalam 0 3 0 0
11. Baitussalam 0 1 1 0
12. Kuta Baro 0 1 1 0
13. Montasik 0 1 0 0
14. Blang Bintang 0 2 0 0
15. Ingin Jaya 0 3 1 0
21
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
16. Krueng Barona Jaya 0 2 0 0
17. Sukamakmur 0 1 0 0
18. Kuta Malaka 0 0 0 0
19. Simpang Tiga 0 2 0 0
20. Darul Imarah 0 2 0 0
21. Darul Kamal 0 1 0 0
22. Peukan Bada 0 2 1 0
23. Pulo Aceh 0 0 0 0
24. RSU Kota Jantho 0 0 0 0
25. Dinas Kesehatan 0 1 3 0
Jumlah 0 28 10 0
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 20Jumlah Tenaga Gizi Menurut Unit Kerja Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan D-IV/S1 Gizi D III Gizi D I Gizi
01. L h o o n g 0 2 0
02. Lhoknga 0 4 0
03. Leupung 0 3 0
04. Indrapuri 0 1 3
05. Kuta Cot Glie 0 1 0
06. Seulimeum 0 1 1
07. Kota Jantho 0 2 0
08. Lembah Seulawah 0 2 0
09. Mesjid Raya 0 1 1
10. Darussalam 0 4 0
11. Baitussalam 2 0 0
12. Kuta Baro 0 2 0
13. Montasik 1 0 1
14. Blang Bintang 0 2 0
15. Ingin Jaya 0 1 0
16. Krueng Barona Jaya 0 2 0
17. Sukamakmur 0 0 2
18. Kuta Malaka 0 0 2
19. Simpang Tiga 1 0 1
20. Darul Imarah 0 2 0
21. Darul Kamal 0 2 0
22. Peukan Bada 0 4 1
23. Pulo Aceh 0 1 0
24. RSU Kota Jantho 0 1 0
25. Dinas Kesehatan 0 3 1
Jumlah 4 41 13
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010 Tabel 21
Jumlah Tenaga Perawat Menurut Unit Kerja Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
22
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kecamatan Perawat Bidan
01. L h o o n g 20 29
02. Lhoknga 9 35
03. Leupung 5 11
04. Indrapuri 7 42
05. Kuta Cot Glie 10 24
06. Seulimeum 11 47
07. Kota Jantho 11 18
08. Lembah Seulawah 7 15
09. Mesjid Raya 8 27
10. Darussalam 5 51
11. Baitussalam 8 29
12. Kuta Baro 11 62
13. Montasik 9 51
14. Blang Bintang 14 34
15. Ingin Jaya 7 66
16. Krueng Barona Jaya 8 43
17. Sukamakmur 13 44
18. Kuta Malaka 12 18
19. Simpang Tiga 10 24
20. Darul Imarah 16 64
21. Darul Kamal 14 23
22. Peukan Bada 14 46
23. Pulo Aceh 11 17
24. RSU Kota Jantho 11 2
25. Dinas Kesehatan 8 4
Jumlah 259 826
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 22Jumlah Tenaga Teknisi Medis Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Analis LAB TEM & P RONTG P Anestesi Fisioterapi
01. L h o o n g 0 0 0 0
02. Lhoknga 0 0 0 0
03. Leupung 0 0 0 0
04. Indrapuri 1 0 0 0
05. Kuta Cot Glie 1 0 0 0
06. Seulimeum 2 0 0 0
07. Kota Jantho 0 0 0 0
08. Lembah Seulawah 0 0 0 0
09. Mesjid Raya 2 0 0 0
10. Darussalam 3 0 0 0
11. Baitussalam 2 0 0 0
12. Kuta Baro 2 0 0 1
13. Montasik 1 0 0 0
14. Blang Bintang 2 0 0 0
15. Ingin Jaya 4 0 0 0
23
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
16. Krueng Barona Jaya 2 0 0 0
17. Sukamakmur 2 0 0 0
18. Kuta Malaka 2 0 0 0
19. Simpang Tiga 2 0 0 0
20. Darul Imarah 3 0 0 0
21. Darul Kamal 1 0 0 0
22. Peukan Bada 3 0 0 0
23. Pulo Aceh 1 0 0 0
24. RSU Kota Jantho 3 2 0 0
25. Dinas Kesehatan 0 1 0 0
Jumlah 39 3 0 1
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 23Jumlah Penduduk Yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi
Pada Puskesmas Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan BCGD P T
Polio Campak Hepatitis BI III
01. L h o o n g 264 236 248 246 - 224
02. Lhoknga 288 287 253 263 - 228
03. Leupung 46 56 38 42 - 25
04. Indrapuri 516 328 250 273 - 131
05. Kuta Cot Glie 257 250 219 233 - 180
06. Seulimeum 391 367 339 422 - 99
07. Kota Jantho 166 183 168 139 - 111
08. Lembah Seulawah 181 185 168 162 - 38
09. Mesjid Raya 297 329 261 300 - 147
10. Darussalam 253 240 220 199 - 101
11. Baitussalam 294 350 322 351 - 153
12. Kuta Baro 394 376 303 364 - 78
13. Montasik 350 370 343 324 - 207
14. Blang Bintang 196 204 96 183 - 107
15. Ingin Jaya 510 478 464 497 - 330
16. Krueng Barona Jaya 220 240 214 256 - 154
17. Sukamakmur 304 282 257 244 - 130
18. Kuta Malaka 144 139 126 114 - 30
19. Simpang Tiga 101 95 83 85 - 56
20. Darul Imarah 893 929 817 797 - 604
21. Darul Kamal 147 144 137 135 - 143
22. Peukan Bada 317 305 284 326 - 7523. Pulo Aceh 45 75 54 96 - 18
Jumlah 6.574 6.448 5.664 6.051 - 3.369
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
24
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 24Kasus Penyakit Menular Yang Diamati Menurut Lokasi Puskesmas
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan D B D
Malaria (+)
TB Paru
DiareKholera Disentri Kusta Pneumonia
(+) Klinis
01. L h o o n g 0 57 0 0 0 0 0 0 0
02. Lhoknga 20 5 0 0 154 0 24 0 5
03. Leupung 0 0 0 0 101 0 18 0 0
04. Indrapuri 7 99 4 0 660 0 80 0 3
05.Kuta Cot Glie 0 38 4 15 70 0 22 0 0
06. Seulimeum 16 95 25 347 458 0 0 1 0
07. Kota Jantho 4 1 0 0 36 0 0 0 0
08.Lembah Seulawah 3 66 7 183 164 0 24 0 0
09. Mesjid Raya 0 11 5 22 0 0 41 0 0
10. Darussalam 31 5 1 8 182 0 37 0 1
11. Baitussalam 9 0 9 0 290 0 0 0 0
12. Kuta Baro 13 2 12 36 503 0 56 2 2
13. Montasik 6 11 11 117 333 0 0 2 5
14.Blang Bintang 10 21 0 23 0 0 36 2 73
15. Ingin Jaya 32 6 12 51 406 0 33 0 0
16.Krueng Barona Jaya 14 8 5 85 481 0 133 0 17
17.Sukamakmur 15 10 9 152 430 0 29 1 0
18. Kuta Malaka 0 6 5 118 287 0 16 0 0
19.Simpang Tiga 6 5 9 68 188 0 24 2 9
20. Darul Imarah 71 2 33 173 484 0 0 0 0
21. Darul Kamal 4 0 2 19 301 0 47 3 32
22.Peukan Bada 8 2 7 5 400 0 0 0 0
23. Pulo Aceh 0 36 1 26 120 0 0 1 4
Jumlah 269 486 161 1.448 6.048 0 620 14 151
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.6. Sosial Kemasyarakatan
Persoalan sosial kemasyarakatan tidak hanya terjadi di wilayah Kabupaten Aceh
Besar, tapi di setiap sudut suatu daerah pasti terjadi permasalahan sosial
kemasyarakatan baik berupa hal yang kecil maupun permasalahan kompleks sekalipun.
Permasalahan ini bisa terjadi dimana saja bahkan keberadaannya seperti tidak ada
habisnya hingga sepanjang perjalanan sejarah manusia.
Permasalahan sosial yang terjadi di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009
didominasi oleh masalah lansia/jompo yaitu sebanyak 3.780 kasus, kemudian disusul
25
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
dengan permasalahan fakir miskin sebanyak 880 kasus dan masalah anak nakal ada
sejumlah 499 kasus.
Perkara yang paling banyak diputuskan pada Mahkamah Syar’iyah Jantho tahun
2009 yaitu masalah Cerai Gugat hingga mencapai 93 kasus, kemudian masalah Isbat
Nikah sebanyak 68 kasus, serta masalah penetapan ahli waris 60 kasus. Faktor penyebab
perceraian yang paling banyak terjadi disebabkan karena faktor meninggalkan kewajiban
sebagai suami/istri dan perselisihan yang terus menerus terjadi. Kedua faktor penyebab
perceraian tersebut paling sering muncul di setiap bulan, sedangkan faktor lain seperti
perkawinan di bawah umur dan cacat biologis tidak pernah muncul sebagai penyebab
perceraian pada tahun 2009.
Kasus bencana alam yang terjadi pada tahun 2009 paling banyak adalah bencana
kebakaran yang terjadi sebanyak 21 kejadian. Selain itu bencana alam banjir juga terjadi
di beberapa kecamatan yaitu sebanyak 3 kejadian serta angin topan sebanyak 5
kejadian.
Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana alam tersebut menyebabkan
terjadinya kerusakan rumah sebanyak 17 rumah rusak berat, 4 rumah rusak ringan dan
tidak memakan korban jiwa dengan taksiran kerugian secara keseluruhan berjumlah
sekitar 246.500.000 rupiah. Kemudian Panti Asuhan yang terdapat di Kabupaten Aceh
Besar baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta berjumlah 28 panti asuhan,
yang memiliki kapasitas seluruhnya 1.925 orang dengan jumlah anak asuh sebanyak
1.320 orang.
Tabel 25Banyaknya Tempat Peribadatan Agama Islam
Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Masjid Meunasah Jumlah
01. L h o o n g 11 28 39
02. Lhoknga 5 28 33
03. Leupung 4 6 10
04. Indrapuri 13 52 65
05. Kuta Cot Glie 3 32 35
06. Seulimeum 9 47 56
07. Kota Jantho 5 13 18
08. Lembah Seulawah 6 12 18
09. Mesjid Raya 11 13 24
26
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
10. Darussalam 6 29 35
11. Baitussalam 5 13 18
12. Kuta Baro 6 47 53
13. Montasik 5 39 44
14. Blang Bintang 3 26 29
15. Ingin Jaya 9 50 59
16. Krueng Barona Jaya 3 12 15
17. Sukamakmur 5 35 40
18. Kuta Malaka 3 15 18
19. Simpang Tiga 4 18 22
20. Darul Imarah 14 32 46
21. Darul Kamal 3 14 17
22. Peukan Bada 8 26 34
23. Pulo Aceh 10 17 27
Jumlah2009 151 604 75520082007
150149
604604
753747
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 26Banyaknya Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk
Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Nikah Talak Cerai Rujuk
01. L h o o n g 63 3 1 0
02. Lhoknga 129 2 6 0
03. Leupung 11 1 1 0
04. Indrapuri 155 1 8 0
05. Kuta Cot Glie 87 0 4 0
06. Seulimeum 189 4 2 0
07. Kota Jantho 53 2 4 0
08. Lembah Seulawah 63 2 3 0
09. Mesjid Raya 131 0 4 0
10. Darussalam 135 4 5 0
11. Baitussalam 98 2 8 0
12. Kuta Baro 179 0 7 0
13. Montasik 205 2 9 0
14. Blang Bintang 0 0 0 0
15. Ingin Jaya 219 0 13 0
16. Krueng Barona Jaya 112 0 6 0
17. Sukamakmur 156 3 6 0
18. Kuta Malaka 38 0 2 0
19. Simpang Tiga 54 1 3 0
20. Darul Imarah 334 9 18 0
21. Darul Kamal 55 1 3 0
22. Peukan Bada 90 0 4 0
23. Pulo Aceh 32 1 1 0Jumlah 2009 2.588 38 118 0
27
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
20082007
2.8123.513
4217
10358
00
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 27Banyaknya Penderita Cacat Dirinci Menurut Jenis cacat
Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Jumlah Keterangan Cacat
01. L h o o n g 138 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
02. Lhoknga 65 Cacat tubuh/Mental//Bisu/Tuli/Peny. Kronis
03. Leupung 12 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra
04. Indrapuri 41 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
05. Kuta Cot Glie 14 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
06. Seulimeum 19 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
07. Kota Jantho 15 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
08. Lembah Seulawah 17 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
09. Mesjid Raya 51 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
10. Darussalam 33 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
11. Baitussalam 27 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli
12. Kuta Baro 55 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
13. Montasik 32 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
14. Ingin Jaya 32 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
15. Krueng Barona Jaya 50 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
16. Sukamakmur 0 -
17. Kuta Malaka 14 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
18. Simpang Tiga 0 -
19. Darul Imarah 31 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
20. Darul Kamal 0 -
21. Peukan Bada 40 Cacat tubuh/Mental/ Bisu/Tuli/Peny. Kronis
22. Pulo Aceh 16 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra
23. Blang Bintang 26 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
Jumlah 728
28
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 28Banyaknya Kelompok Karang Taruna Dirinci
Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 29Banyaknya panti Asuhan Pemerintah/Swasta Dirinci
Menurut Kapasitas Dan Anak Asuh Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2003 - 2009
29
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Kecamatan Jumlah Kelompok
01. L h o o n g 11
02. Lhoknga 5
03. Leupung 6
04. Indrapuri 13
05. Kuta Cot Glie 7
06. Seulimeum 13
07. Kota Jantho 4
08. Lembah Seulawah 13
09. Mesjid Raya 5
10. Darussalam 13
11. Baitussalam 7
12. Kuta Baro 6
13. Montasik 11
14. Blang Bintang 4
15. Ingin Jaya 13
16. Krueng Barona Jaya 6
17. Sukamakmur 9
18. Kuta Malaka 7
19. Simpang Tiga 8
20. Darul Imarah 17
21. Darul Kamal 11
22. Peukan Bada 14
23. Pulo Aceh 7
Jumlah
2009 210
20082007
225371
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
T a h u n Banyaknya Panti Asuhan Kapasitas Anak Asuh Penerima
Subsidi
01. 2003 11 600 516 320
02. 2004 12 720 680 580
03. 2005 14 850 730 634
04. 2006 24 1.763 1.687 760
05. 2007 27 1.815 1.711 793
06. 2008 26 1.850 1.250 550
07. 2009 28 1.925 1.320 665
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 30Jumlah Penderita Cacat Yang Telah Mendapat Pelayanan / Santunan Sistem
Di Luar Panti Asuhan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2001 – 2009
T a h u n J u m l a h
01. 2001 0
02. 2002 0
03. 2003 -
04. 2004 35
05. 2005 105
06. 2006 205
07. 2007 na
08. 2008 0
09. 2009 0
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
30
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 31Banyaknya Penderita Cacat Dirinci Menurut Jenis Cacat Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kecamatan Cacat Tubuh
Cacat Mental
Tuna Netra Bisu/Tuli Penyakit
Kronis Jumlah
01. L h o o n g 81 20 4 30 3 138
02. Lhoknga 37 15 - 12 1 65
03. Leupung 5 6 1 - - 12
04. Indrapuri 18 7 8 6 2 41
05. Kuta Cot Glie 6 3 1 2 2 14
06. Seulimeum 5 6 3 4 1 19
07. Kota Jantho 6 4 1 2 2 15
08. Lembah Seulawah 4 7 3 2 1 17
09. Mesjid Raya 10 13 15 7 6 51
10. Darussalam 7 11 5 6 4 33
11. Baitussalam 10 9 3 5 - 27
12. Kuta Baro 25 7 10 12 1 55
13. Montasik 12 9 4 5 2 32
14. Ingin Jaya 7 10 5 4 6 32
15. Krueng Barona Jaya 21 6 9 12 2 50
16. Sukamakmur - - - - - 0
17. Kuta Malaka 5 4 2 1 2 14
18. Simpang Tiga - - - - - 0
19. Darul Imarah 7 8 4 5 7 31
20. Darul Kamal - - - - - 0
21. Peukan Bada 25 11 - 2 2 40
22. Pulo Aceh 8 7 1 - - 16
23. Blang Bintang 7 9 2 3 5 26
Jumlah2009 306 172 81 120 49 72820082007
306447
172293
8183
120154
49204
7281.181
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 32Jumlah Permasalahan Sosial Dirinci Menurut Jenis Permasalahan Per Kecamatan Di
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kecamatan/Anak
Terlantar LansiaAnak Nakal
Korban Narkoba
Penyandang Cacat
Gelandang &Pengemi
sTuna Susila Fakir Miskin
Wanita Rawan Sosial
Ekonomi
Keluarga Berumah
Tidak Layak Huni
Masyarakat yang Tinggal
di Daerah Rawan Banjir
01. L h o o n g - 3 3 - 14 - - - 1 - -
02. Lhoknga - 45 10 - 15 - - - - - -
03. Leupung - 35 5 - 10 - - - - - -
04. Indrapuri - 225 19 - 15 - - - - - -
05. Kuta Cot Glie - 75 4 - 10 - - 150 2 - -
06. Seulimeum - 25 7 - - - - - - - -
07. Kota Jantho - 27 - - - - - - - - -
08.Lembah Seulawah - 30 4 - - - - 150 1 - -
09. Mesjid Raya - 107 7 - - - - - 5 - -
10. Darussalam - 211 12 - - - - 150 - - -
11. Baitussalam - 45 20 - - - - - - - -
31
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
12. Kuta Baro - 2.343 120 - - - - - 1 - -
13. Montasik - 212 75 - 104 - - - 1 - -
14. Blang Bintang - - - - - - - 120 23 - -
15. Ingin Jaya - 225 112 - - - - 150 1 - -
16.Krueng Barona Jaya - 175 101 - - - - - 1 - -
17. Sukamakmur - - - - - - - - - - -
18. Kuta Malaka - - - - - - - - 1 - -
19. Simpang Tiga - - - - - - - - - - -
20. Darul Imarah - - - - - - - 160 2 - -
21. Darul Kamal - - - - - - - - - - -
22. Peukan Bada - - - - 26 - - - 1 - -
23. Pulo Aceh - - - - - - - - - - -
Jumlah
2009 - 3.783 499 - 194 - - 880 40 - -
2008 - - - - - - - 28.289 - - -
2007 3.244 2.304 - - - - - 55.180 3.133 5.629 -
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.7. Perekonomian
2.7.1. Industri
Nilai investasi pada sektor Industri Kecil Formal di Kabupaten Aceh Besar Tahun
2009 memiliki jumlah yang cukup besar pada Industri Kimia dan Bahan Bangunan yaitu
sebesar 40.499,83 juta rupiah, kemudian disusul dengan Industri Pangan senilai
4.934,111 juta rupiah. Sedangkan Industri Logam dan Elektronika memiliki nilai investasi
yang paling sedikit untuk sektor Industri Kecil Formal yaitu senilai 50 juta rupiah.
Untuk sektor Industri Kecil Non Formal, nilai investasinya juga didominasi oleh
Industri Kimia dan Bahan Bangunan yaitu sebesar 40.450 juta rupiah. Sedangkan nilai
investasi terkecil yaitu Industri Sandang senilai 3.060 juta rupiah.
Unit usaha terbanyak pada sektor Industri Formal berada pada Industri Kimia
dan Bahan Bangunan yaitu 547 unit usaha dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak
3.958 orang atau sebesar 56,27 persen dari seluruh tenaga kerja Formal.
Sedangkan untuk sektor Industri Non Formal unit usaha terbanyak adalah
Industri Kerajinan sebanyak 865 unit usaha yang mampu menampung tenaga kerja
sebanyak 2.168 orang. Akan tetapi untuk jumlah tenaga kerja yang paling banyak
diserap juga ada pada Industri Kimia dan Bahan Bangunan sebesar 4.988 orang.
2.7.2. Perdagangan
32
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Produksi Semen pada PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar
tahun 2009 berjumlah 24.305 ton. Untuk Pemasaran di Provinsi NAD berjumlah 626.484
ton sedangkan pemasaran di luar NAD sejumlah 922.978 ton.
Jika dibandingkan, Pemasaran Semen di Provinsi NAD pada tahun 2009 dengan
tahun 2008 yang berjumlah 680.741 ton, terlihat adanya penurunan sebesar kurang
lebih 54 ribu ton. Akan tetapi lain halnya dengan pemasaran di Luar NAD, jika
dbandingkan dengan tahun 2008, mengalami peningkatan sekitar 50 ribu ton lebih.
Tabel 33Banyaknya Unit Usaha, Tenaga Kerja, Dan Nilai Investasi Pada Industri Kecil Menurut
Klasifikasi Industri Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008
Uraian
Klasifikasi Industri Kecil
Formal Non Formal
Unit Usaha Tenaga Kerja
Nilai Investasi ( 000 Rp )
Unit Usaha Tenaga Kerja
Nilai Investasi ( 000 Rp )
1. Industri Pangan 505 1.802 4.934.111 655 1.958 13.713.334
2. Industri Sandang 333 625 1.222.900 166 336 3.060.000
3.Industri Kimia dan Bahan Bangunan
547 3.958 40.499.830 600 4.988 40.450.000
4.Industri Logam dan Elektronika
2 10 50.000 415 1.247 7.370.000
5. Industri Kerajinan 244 639 2.296.150 865 2.168 3.805.250
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 34Banyaknya Unit Usaha Dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menurut Jenis Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
33
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Uraian Formal Non Formal
Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja
Industri Pangan 505 1.802 655 1.958
Industri Sandang 333 625 166 336
Industri Kimia dan Bahan Bangunan 547 3.958 600 4.988
Industri Logam dan Elektronika 2 10 415 1.247
Industri Kerajinan 244 639 865 2.168
Jumlah 1.631 7.034 2.701 10.697
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 35Produksi dan Pemasaran Semen Per Bulan
pada PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Bulan Produksi
Pemasaran (Ton)
Prov. Aceh Luar Prov. Aceh
01. Januari - 72.112 73.323
02. Pebruari - 60.842 70.040
03. Maret - 48.329 71.958
04. April - 37.500 67.74705. Mei - 41.054 71.78406. Juni - 47.924 79.46607. Juli - 49.950 74.31908. Agustus - 44.787 73.35209. September - 32.690 61.59110. Oktober - 63.604 92.90711. Nopember 9.480 54.044 75.71112. Desember 14.825 73.648 110.780
Jumlah 24.305 626.484 922.978
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 36Produksi dan Pemasaran Semen Per Tahun pada
PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar Tahun 2004 - 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
34
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Tahun Produksi (Ton)
Pemasaran (Ton)
Prov. Aceh Luar Prov. Aceh
01. 2004 1.171.640 384.074 787.566
02. 2005 - 323.876 801.509
03. 2006 - 494.593 779.403
04. 2007 - 614.614 785.246
05. 2008 - 680.741 872.388
06. 2009 24.305 626.484 922.978
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Tabel 37Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 38Jumlah Koperasi Non KUD Menurut Kecamatan
DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2007 - 2009
KecamatanT a h u n
2007 2008 2009
01. L h o o n g 37 41 4202. Lhoknga 49 49 5303. Leupung 18 18 18
35
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
KecamatanTahun
2007 2008 2009
01. L h o o n g 3 3 302. Lhoknga 2 2 203. Leupung 1 1 104. Indrapuri 1 1 105. Kuta Cot Glie 0 0 006. Seulimeum 2 2 207. Kota Jantho 2 2 208. Lembah Seulawah 2 2 209. Mesjid Raya 1 1 110. Darussalam 2 2 211. Baitussalam 0 0 012. Kuta Baro 2 2 213. Montasik 2 2 214. Blang Bintang 1 1 115. Ingin Jaya 4 4 416. Krueng Barona Jaya 0 0 017. Sukamakmur 1 1 118. Kuta Malaka 0 0 019. Simpang Tiga 0 0 020. Darul Imarah 2 2 221. Darul Kamal 1 1 122. Peukan Bada 3 3 323. Pulo Aceh 1 1 1
J u m l a h 33 33 33
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
04. Indrapuri 24 24 2805. Kuta Cot Glie 8 9 906. Seulimeum 28 30 3107. Kota Jantho 46 47 4708. Lembah Seulawah 14 14 1409. Mesjid Raya 23 25 2710. Darussalam 19 20 2211. Baitussalam 23 23 2412. Kuta Baro 37 39 4013. Montasik 25 26 2614. Blang Bintang 6 9 615. Ingin Jaya 67 70 74
16. Krueng Barona Jaya 13 14 15
17. Sukamakmur 27 28 2818. Kuta Malaka 10 10 1019. Simpang Tiga 8 9 920. Darul Imarah 41 46 5021. Darul Kamal 7 8 822. Peukan Bada 29 31 3323. Pulo Aceh 10 10 10
J u m l a h 602 600 624
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 39Perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Dan Non KUD
DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 1995 - 2009
Tahun Banyaknya (buah)
KUD NON KUD
1 1995 33 134
2 1996 33 145
3 1997 33 159
4 1998 33 182
5 1999 33 243
6 2000 33 351
7 2001 33 351
8 2002 33 378
9 2003 33 443
10 2004 33 446
11 2005 33 470
12 2006 33 518
13 2007 33 602
14 2008 33 600
36
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
15 2009 33 624
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 40Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Kelompok Umur
Terdaftar Ditempatkan Dihapus Belum Ditempatkan
LK PR LK PR LK PR LK PR
10 – 14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 – 19 122 196 12 27 0 0 110 169
20 – 29 446 784 43 74 0 0 403 710
30 – 34 318 415 57 45 0 0 261 370
35 – 44 146 171 24 14 0 0 122 157
45 – 54 0 0 0 0 0 0 0 0
55 + 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah
2009 1.032 1.566 136 160 0 0 896 1.406
20082007
1191.672
1352.876
-52
-88
--
--
-1.620
-2.788
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 41Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Pendidikandan Jenis Kelamin Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
37
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
PendidikanTerdaftar Ditempatkan Dihapus Belum
DitempatkanLK PR LK PR LK PR LK PR
S D / Sederajat 0 0 0 0 0 0 0 0S M P/ Sederajat 17 3 0 0 0 0 17 3S M U/ Sederajat 521 488 34 26 0 0 487 462D1/D3 149 680 22 69 0 0 127 611S1/D4 289 447 57 88 0 0 232 359S2 4 0 0 0 0 0 4 0S3 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah2009 980 1.618 113 183 0 0 867 1.43520082007
1451.672
892.876
20452
088
00
00
01.620
02.788
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010Tabel 42
Jumlah Pencari Kerja Di Rinci Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Sumber :
Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.7.3..Penerimaan Asli Daerah (PAD)
38
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Kecamatan Pencari Kerja
01. L h o o n g 802. Lhoknga 10503. Leupung 1204. Indrapuri 14505. Kuta Cot Glie 5206. Seulimeum 12207. Kota Jantho 3808. Lembah Seulawah 1809. Mesjid Raya 3710. Darussalam 23211. Baitussalam 7812. Kuta Baro 22113. Montasik 18214. Ingin Jaya 23915. Krueng Barona Jaya 10316. Sukamakmur 25417. Kuta Malaka 12818. Simpang Tiga 9119. Darul Imarah 24720. Darul Kamal 4721. Peukan Bada 12422. Pulo Aceh 723. Blang Bintang 108
Jumlah2009 2.59820082007
2264.548
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Penerimaan Asli Daerah (PAD) merupakan urat nadi dari suatu daerah untuk
mempertahankan kelangsungan pembangunan serta untuk mensejahterakan
masyarakat yang ada di daerah tersebut. Adapun realisasi Penerimaan Asli Daerah di
Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 adalah sebesar 61,01 milyar rupiah.
Total realisasi penerimaan asli daerah tersebut terdiri dari beberapa jenis penerimaan
yaitu Pajak Daerah sebesar 10,13 milyar rupiah, Pos Retribusi Daerah sebesar 3,49
milyar rupiah, kemudian Pos Bagian Laba Usaha Daerah berjumlah 1,71 milyar rupiah,
Pos Lain-lain PAD yang sah sebesar 11,81 milyar rupiah serta Pos Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak senilai 33,86 milyar rupiah.
Untuk realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Aceh Besar tahun 2009
dikategorikan berdasarkan jenis pengeluaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung dengan nominal sebesar 564,40 milyar rupiah. Sedangkan untuk Pembiayaan
Daerah memiliki jumlah pembiayaan bersih senilai 57,19 milyar rupiah.
2.7.4. Sarana Perekonomian dan Harga-harga
Pasar merupakan tempat transaksi jual beli masyarakat setiap hari, dan sarana
ini dapat meningkatkan pendapatan daerah jika dikelola dengan baik secara professional
serta merupakan tempat perputaran roda perekonomian.
Jika dilihat dari sarana pasar di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 lokasinya
sudah tersebar merata di seluruh kecamatan, dimana status pengelolaannya ada yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda), Pemda Tk.II dan ada pula yang status
pengelolaannya tumbuh sendiri.
Jumlah pasar secara keseluruhan di Kabupaten ini adalah sebanyak 65 pasar,
dimana sebanyak 20 pasar dikelola oleh Pemda, sedangkan Pemda Tk.II mengelola
sebanyak 2 pasar serta pasar yang pengelolaannya tumbuh sendiri ada sejumlah 43
pasar. Di semua kecamatan hari buka pasar adalah tiap hari, sementara itu ada
beberapa kecamatan yang juga buka secara mingguan.
Harga eceran bahan bangunan/konstruksi di Kabupaten Aceh Besar yang
diantaranya terdiri dari barang galian (pasir) memiliki harga rata-rata sebesar 88 ribu
rupiah/m3, batu pondasi senilai 115 ribu rupiah/m3. Sedangkan kayu lapis harganya lebih
bervariatif berkisar antara 65 ribu hingga 80 ribu rupiah per lembarnya.
39
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sementara untuk bata merah biasa memiliki kisaran harrga rata-rata 50 ribu
rupiah per 100 buah. Untuk semen yang dipasarkan memiliki rata-rata harga 43 ribu/zak.
Tabel 43Realisasi Penerimaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar tahun 2005 – 2009Jenis Penerimaan 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pajak Daerah
1.113.243 3.375.628 4.137.578 6.984.128 10.133.617
2. Pos Retribusi Daerah1.096.019 1.337.718 1.757.531 2.895.536 3.495.849
3. Pos Bagian Laba Usaha Daearah 175.000 527.234 1.262.589 1.591.254 1.709.747
4. Pos Lain-lain PAD yang sah 6.402.529 12.627.613 7.446.113 9.696.101 11.811.324
5. Pos Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak 0 0 49.788.877 53.384.964 33.860.969
Jumlah 8.786.792 17.868.193 12.453.225 74.551.983 61.011.506
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 44Realisasi Penerimaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009Jenis Penerimaan Jumlah
Penerimaan Daerah
I. Pendapatan asli daerah ;
1. Pajak daerah 10.133.617
40
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
2. Retribusi daerah 3.495.8493. Laba Usaha Milik Daerah 1.709.7474. Lain-lain PAD yang sah 11.811.324
II. Bagian Dana Perimbangan;
1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 33.860.9692. Dana Alokasi Umum 398.132.6663. Dana Alokasi Khusus 48.972.000
III. Lain-lain Pendapatan Yang Sah;1. Pendapatan Hibah -2. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya 11.567.583
3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 14.059.5214. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 5.000.000
Jumlah2009 538.743.278
20082007
556.253.791476.283.649
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 45Realisasi Pengeluaran Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jenis Pengeluaran Jumlah
A. Belanja Tidak Langsung1. Belanja Pegawai 335.030.6582. Belanja Hibah 20.216.4373. Belanja Bantuan Sosial 14.940.1064. Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan
Pemerintah Desa 50.000
5. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 36.598.600
6. Belanja Tidak Terduga 80.000
B. Belanja Langsung
1. Belanja Pegawai 21.446.3622. Belanja Barang Jasa 66.466.9183. Belanja Modal 69.574.228
J u m l a h2009 564.403.3112008 565.432.1052007 497.560.338
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 46Realisasi Pembiayaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009Jenis Pengeluaran Jumlah
A. Penerimaan Pembiayaan Daerah
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 58.039.633
2. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 155.000
41
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah daerah 1.000.000
Jumlah Pembiayaan Bersih 57.194.633
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 31.534.600
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.7.5. PDRB Kabupaten Aceh Besar
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah. Perhitungan PDRB Kabupaten Aceh Besar
dan seluruh Indonesia umumnya setiap tahun mengalami perbaikan. Saat ini tahun
dasar perhitungan BPS adalah tahun 2000.
PDRB Kabupaten Aceh Besar disajikan dalam 2 bentuk yaitu atas dasar harga
berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) agar pengaruh harga dapat diikuti
sacara berkala dan dapat pula di eliminir.
Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Aceh Besar tahun 2009
sebesar 4,93 triliun rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan pada tahun yang
sama tercatat sebesar 2,41 triliun rupiah.
Adapun sumbangan PDRB terbesar atas dasar harga berlaku (HB) adalah dari
lapangan usaha pertanian sebesar 1,51 triliun rupiah. Sementara atas dasar harga
konstan (HK) yaitu pada lapangan usaha pertanian sebesar 634,75 milyar rupiah.
2.7.6. Peranan PDRB secara Sektoral
Pada tahun 2009 kontribusi PDRB Kabupaten Aceh Besar berdasarkan atas harga
berlaku, sektor Pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dengan persentase
30,74 persen, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 18,20 persen,
kemudian sektor Jasa-jasa sebesar 14,64 persen.
Jika kita lihat berdasarkan atas harga konstan 2000, pada tahun 2009 sektor
Pertanian juga mendominasi dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 26,39 persen,
kemudian disusul oleh sektor Jasa-jasa 21,31 persen dan sektor Bangunan dan
Konstruksi/ Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,51 persen.
42
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
2.7.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 sebesar 6,50 persen.
Angka ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 5,77
persen.
Walaupun angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 sudah
lebih baik dari tahun 2008, akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2007 angka ini
jauh merosot tajam dari 13,87 persen menjadi 6,50 persen saja. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi ini patut lebih diperhatikan agar tidak berdampak buruk
terhadap lapangan kerja yang secara otomatis akan berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat Aceh Besar.
2.7.8. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
Pada tahun 2009 PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku memiliki tingkat
pertumbuhan 13,38 persen dengan nilai nominal sebesar 15,76 juta rupiah. Sedangkan
atas dasar harga konstan pada tahun yang sama memiliki tingkat pertumbuhan sebesar
5,59 persen dengan nilainya sebesar 7,69 juta rupiah.
Sementara Pendapatan Regional Perkapita di Kabupaten Aceh Besar atas dasar
harga berlaku tahun 2009 tercatat sebesar 13,90 juta rupiah dengan tingkat
pertumbuhannya juga sebesar 13,38 persen. Sedangkan untuk Pendapatan Regional
Perkapita atas dasar harga konstan memiliki nilai nominal sebesar 7,28 juta rupiah.
Tabel 47Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Besar
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar harga Berlaku tahun 2006 - 2009
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 1.187.027,97 1.312.335,39
1.411.110,02
1.514.899,15 2. Pertambangan Dan Penggalian
96.073,94100.176,5
6104.740,92 110.740,85
3. Industri Pengolahan 114.566,92 125.434,21
134.892,91 146.693,00
4. Listrik Dan Air Minum 6.507,73 9.331,29 13.147,78 17.145,05
5. Bangunan dan Kontruksi 330.820,59 431.887,24
561.508,51 687.508,52
43
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 641.410,79 723.344,79
777.461,87 896.705,08
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 385.827,70 431.523,80
512.363,70 636.501,30
8. Keuangan,Persewaan Dan Js. Prsh Perusahaan
120.824,70 148.500,54
169.447,24 196.588,92
9. Jasa-Jasa 454.682,92 561.320,9 624.988,44 721.324,81P D R B Berlaku 3.337.743,27 3.843.854,7 4.309.661,4 4.928.106,6
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 48Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Besar
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006 - 2009
Lapangan Usaha / Industrial Origin 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 614.745,13 621.981,56 624.260,63 634.749,76 2. Pertambangan Dan Penggalian 57.827,47 60.289,85 63.036,25 64.036,18 3. Industri Pengolahan 61.008,95 62.847,77 67.529,34 73.021,34
4. Listrik Dan Air Minum 4.268,40 4.367,59 4.486,91 4.593,18
5. Bangunan dan Kontruksi 195.390,75 313.275,68 345.986,19 373.022,19
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 366.077,86 313.275,68 345.986,19 373.022,19
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 157.259,29 161.132,58 163.209,34 165.084,94
8. Keuangan,Persewaan Dan Js. Prsh Perusahaan
40.287,77 43.517,89 46.084,40 49.884,08
9. Jasa-Jasa 378.132,37 466.626,18 483.972,65 512.579,02P D R B Konstan 1.874.997,9 2.135.114,3 2.258.276,0 2.405.000,2
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 49Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Aceh Besar
Tahun 2006 – 2009 (tahun Dasar 2000)
Rincian 2006 2007 2008 2009
I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU
1. P D R B 15,78 15,16 12,12 14,35
2. PENDAPATAN REGIONAL 14,60 15,16 12,12 14,35
3. PDRB PER KAPITA 12,83 14,02 11,13 13,38
4. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 11,68 14,02 11,13 13,38
II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
1. P D R B 4,27 13,87 5,77 6,50
2. PENDAPATAN REGIONAL 4,27 13,87 5,77 6,50
3. PDRB PER KAPITA 1,61 12,74 4,83 5,59
4. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 1,61, 12,74 4,83 5,59
44
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
2.8. Visi Dan Misi
2.8.1. Visi Kabupaten Aceh Besar
Visi merupakan gambaran atau kondisi yang ingin dicapai dalam masa
mendatang, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Visi
tersebut dapat pula diartikan sebagai suatu harapan yang gemilang yang ingin diraih
pada masa depan. Harapan tersebut tidak lain adalah terwujudnya masyarakat yang
damai, maju, dan makmur dalam kehidupan yang islami. Bentuk harapan ini dijabarkan
ke dalam satu kalimat yang mengandung makna yang dalam dan luas, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
(1) Potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang
tersedia di daerah ini;
(2) Implementasi syariat Islam yang telah menjadi konsensus bagi semua unsur
masyarakat, termasuk seluruh unsur aparatur pemerintahan daerah di
kabupaten ini;
(3) Dinamika masyarakat yang menghendaki adanya perubahan perkembangan
dan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan di daerah ini;
(4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan era globalisasi; dan
(5) Kewenangan daerah yang semakin besar pasca UU No. 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh yang akan diimplementasikan mulai tahun 2008 yang akan
datang.
Atas pertimbangan di atas, maka visi pembangunan Kabupaten Aceh Besar
Periode 2007-2012 adalah : “Terwujudnya Masyarakat Aceh Besar yang Damai, Maju,
dan Makmur Dalam Syariat Islam”. Visi ini pula yang diusung oleh Bupati dan Wakil
Bupati Aceh Besar yang terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) pada tanggal
11 Desember 2006 lalu, yaitu Dr. Tgk. Bukhari Daud, M.Ed dan Anwar Ahmad, SE, Ak.
Visi tersebut di atas mengandung makna yang luas dilihat dari beberapa
terminologi kunci, yaitu damai, maju, makmur, dan syariat Islam.
Damai, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan komitmen yang
hidup rukun, memiliki kebersamaan yang tinggi, saling hormat-menghormati, harga-
45
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
menghargai, bebas dari rasa takut, bebas dari berbagai bentuk ancaman, intimidasi dan
tindak kekerasan, serta bebas beraktivitas dalam menjalani rutinitas kehidupannya.
Maju, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan komunitas yang
berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas, terampil, sehat (baik
jasmani maupun rohani), tekun, rajin, kreatif, inovatif, serta produktif dan berwawasan
luas.
Makmur, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan suatu
masyarakat yang hidup layak, mampu memenuhi kebutuhan dasar, bebas dari
kemiskinan, tanpa kesengsaraan, serta sejahtera, dan bebas dari pengangguran.
Syariat Islam, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar yang patuh, dan taat
pada aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, norma dan kaedah-kaedah, serta nilai-nilai
yang terkandung dalam syariat Islam, dan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Dalam makna yang lain, bahwa
masyarakat Aceh Besar merupakan sebuah komunitas yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt yang tercermin dari kesungguhan dan kesadaran dalam menegakkan
amar makruf dan mencegah nahi mungkar, sebagai bentuk pribadi muslim dan
muslimat, dengan budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia, disiplin, jujur, amanah, dan
senantiasa menegakkan hablum minallah, hablum minannas serta hubungan dengan
alam sekitar.
2.8.2. Misi Kabupaten Aceh Besar
Misi merupakan suatu panggilan tugas yang agung dan mulia dari segenap unsur
yang ada untuk mewujudkan visi yang telah disepakati bersama. Keberhasilan
implementasi misi-misi ini tidak terlepas dari dukungan faktor-faktor berikut ini, yaitu :
1) Terpeliharanya perdamaian yang abadi sebagai hasil dari kesepakatan damai
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada tanggal
15 Agustus 2005 yang lalu;
2) Tersedia dan meningkatnya kemampuan keuangan daerah yang dialokasikan
untuk membiayai seluruh sektor pembangunan setiap tahunnya;
3) Terlaksananya syariat Islam yang benar dan kaffah;
4) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa;
46
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
5) Terwujudnya kualitas dan disiplin aparatur dalam menjalankan tugas sehari-hari;
dan
6) Adanya dukungan masyarakat yang menyeluruh serta terciptanya rasa memiliki
yang tinggi dari seluruh masyarakat terhadap seluruh program dan kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan.
Adapun misi-misi pembangunan Kabupaten Aceh Besar sebagai berikut :
1) Meningkatkan pelaksanan syariat Islam;
2) Mengembangkan dan meningkatkan sumberdaya manusia;
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi rakyat;
4) Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good Governance and
Clean Government);
5) Mempercepat pembangunan kawasan pesisir dan terisolir;
6) Mendorong percepatan proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi; dan
7) Memelihara perdamaian.
Selanjutnya misi-misi pembangunan Kabupaten Aceh Besar tersebut dijabarkan
lagi kedalam 7 (tujuh) bidang pembangunan yang akan diimplementasikan selama kurun
waktu lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:
1) Bidang Agama
a. Meningkatkan pelaksanaan syariat Islam;
b. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pelaksanaan syariat Islam;
c. Meningkatkan upaya-upaya pemberantasan berbagai bentuk kemaksiatan dan
perbuatan asusila; dan
d. Meningkatkan pengembangan syiar agama Islam dalam segala aspek kehidupan
masyarakat.
e. Membangun dan memelihara sarana-sarana ibadah.
2) Bidang Ekonomi
a. Merevitalisasi usaha-usaha pertanian berdasarkan peta kawasan komoditi;
47
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Mengembangkan sektor agrobisnis yang berorientasi pada pengembangan
agroindustri;
c. Mengembangkan sistem pengembangan pertanian pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan yang intensif, fokus, berkelanjutan, tuntas
berdasarkan komoditi spesifik kawasan dan dibangun berdasarkan partisipasi
masyarakat;
d. Membangun dan mengembangnkan infrastruktur yang terintegrasi secara
ekonomi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian
secara berkelanjutan;
e. Melakukan intensifikasi dalam upaya-upaya pemanfaatan sumber daya laut;
f. Meningkatkan ekploitasi sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan;
g. Meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro, menengah, dan makro;
h. Menguatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan ekonomi;
i. Mengembangkan dan menguatkan pusat-pusat perdagangan dan sistem
pemasaran; dan
j. Mengintensifkan pendayagunaan potensi ekonomi.
k. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berdasarkan potensi dan
spesifikasi ekonomi unggulan daerah.
3) Bidang Sosial Budaya
a. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu dan
merata;
b. Membuka pusat-pusat pendidikan kejuruan/keterampilan (vocational
education);
c. Meningkatkan alokasi anggaran pendidikan;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat;
e. Membina SDM pemuda yang profesional dan berkualitas;
f. Meningkatkan kualitas dunia olahraga;
g. Mempercepat kemajuan budaya dan adat Aceh;
h. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan serta meningkatkan peranan
perempuan dalam pembangunan; dan
i. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat miskin.
4) Bidang Prasarana dan Sarana
48
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Mempercepat pembangunan infrastruktur;
b. Mempercepat pembangunan kawasan pesisir dan terisolir;
c. Pemeliharaan dan fungsionalisasi aset hasil rehabilitasi dan rekonstruksi;
d. Perencanaan dan pembangunan akses infrastruktur dalam wilayah kerjasama
BASAJAN secara terpadu dna terintegrasi;
e. Pembangunan dan peningkatan jalan antar kabupaten dengan melakukan
pembangunan dan peningkatan jalan terutama untuk menghubungkan jalan
Jantho – Lamno dan Jantho – Keumala;
f. Memperlancar hubungan antar kecamatan dan antar desa dengan
pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan yang rusak;
g. Memperlancar arus bongkar muat Pelabuhan Malahayati dengan
pengembangan kapasitas pelabuhan serta meningkatkan jalan yang menuju
pelabuhan dengan pelebaran jalan;
h. Revitalisasi dan fungsionalisasi pelabuhan pelabuhan nelayan dengan
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi terutama untuk pelabuhan nelayan
Lampuyang, Gugob, Ujung Pancu dan Lam Teungoh;
i. Mendorong peningkatkan fungsi dan penataan kawasan serta pelayanan
Bandara Sultan Iskandarmuda menjara Pusat Penyebaran Primer (Bandara
Internasional);
j. Mendorong percepatan pembangunan kembali rel kereta api yang dan stasiun
stasiun yang pernah ada;
k. Meningkatkan kapasitas sumber air irigasi dengan mengoptimalkan bendungan
baru yang sekarang masih dalam tahap pebangunan seperti bendung Keuliling
serta bendung bendung lainnya yang berpotensi;
5) Bidang Pemerintahan
a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and
clean goverment);
b. Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik;
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, termasuk dalam penyusunan proses
perencanaan;
d. Meningkatkan pelayanan kependudukan;
e. Memperkuat kemampuan dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah; dan
f. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah;
49
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
g. Meningkatkan pelayanan perizinan cepat dan profesional;
h. Meningkatkan profesionalisme perencanaan pembangunan daerah
6) Bidang Keamanan dan Ketertiban
a. Memelihara
b. Mengintensifikasi penyuluhan dan sosialisasi berbagai kebijakan pembangunan
bagi masyarakat;
c. Menertibkan administrasi kependudukan; dan
d. Mempercepat proses reintegrasi mantan GAM.
7) Mitigasi Bencana
a. Mensosialisasikan pengurangan resiko bencana;
b. Meningkatkan koordinasi dalam rangka kerjasama Pemerintah, Lembaga Non
Pemerintah dan dalam negeri serta masyarakat dalam rangka kerjasama
pengurangan resiko bencana;
c. Membangun koordinasi yang kuat dalam penanggulangan resiko bencana dan
pasca bencana.
2.9. Institusi Dan Organisasi Pemda
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan dengan pedoman Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah. Untuk melaksanakan
ketentuan tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menerbitkan Peraturan Daerah
(Perda) dimana didalamnya mengatur tentang struktur kelembagaan yang ada pada
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar.
Adapun jumlah perangkat daerah Kabupaten Aceh Besar, meliputi :
a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRK
c. Sembilan Bagian - Bagian Sekdakab
d. Inspektorat Kabupaten
e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
f. Dinas Daerah, yang terdiri dari :
1. Dinas Pertanian TPH
2. Dinas Peternakan
50
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
3. Dinas kehutana dan Perkebunan
4. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM
5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
6. Dinas kelautan dan Perikanan
7. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya
8. Dinas Pengairan
9. Dinas Pertambangan dan Energi
10. Dinas Perhubungan dan Komintel
11. Dinas Pendidikan
12. Dinas Kesehatan
13. Dinas pariwisata kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
14. Dinas Syari’at Islam
15. Dinas Sosial tenaga Kerja, Kependudukan, dan Catatan Sipil
g. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari :
1. Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
2. Badan Lingkungan Hidup, Pertamanann Kebersihan dan Pemadam Kebakaran
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
4. Badan Keluarga Berencana PP dan PA
5. Badan Kesbang dan Linmas
6. Badan Penanggulangan Bencana
7. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
8. BPM dan Gampong
9. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
10. RSU Daerah
11. Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah
12. Kantor Arsip dan Perpustakaan
h. Satuan Polisi Pamong Praja (PP) dan Wilayatul Hisbah (WH)
i. Kecamatan, yang terdiri dari :LhoongLhokngaLeupungIndra PuriKuta Cot GlieSeulimeumKota JanthoLembah Seulawah
51
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Mesjid RayaDarusalamBaitussalamKuta BaroMontasikBlang BintangIngin JayaKrueng Barona JayaSukamakmurKuta MalakaSimpang TigaDarul ImarahDarul KamalPeukan BadaPulo Aceh
2.10. Tata Ruang Wilayah
2.10.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah
Amanah kelembagaan penataan ruang menurut UU 26/2007 digambarkan dalam tabel
berikut:
Tabel 50Matriks Amanah Kelembagaan Menurut UU No. 26/2007
No UrusanSumber
Ketentuan InstansiMekanisme/
Aturan Alat
Ketentuan Hukum
yang operasiona
l
Keterangan
1 Wewenang Kabupaten
Pasal 11 Wewenang perencanaan oleh DPRK dan Pemkab dengan Perda
2 Pembinaan Pasal 13 (2) Misal: Rakor/Rakons
dll
Diatur dengan PP
Pembinaan meliputi : Koordinasi, sosialisasi, Konsultasi, supervisi, Diklat, SIK, 3 Pengendalian:
a. Zonasib. Perijinanc. Insentifd. disinsentife. Arahan Sanksi
Pasal 26 (f), pasal 35,
jo pasal 38 jo pasal 63
Instansi Perijina
n: Kantor Pelayan
an Terpadu
Satu
Bro-sur Mesti diatur dengan perda
- di Aceh Besar ada 18 jenis perijinan- arahan sanksi : lihat pasal 63
52
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No UrusanSumber
Ketentuan InstansiMekanisme/
Aturan Alat
Ketentuan Hukum
yang operasiona
l
Keterangan
Pintu4. Standard
Pelayanan Minimal (SPM)
Pasal 34 jo pasal 58
SE Mendagri No 100/757/OTDA TH 2002
Ketentuan lebih lanjut ttg SPM dgn Permen
5 Insentif dan Disintensif
Pasal 38 Ketentuan insentif : ayat 2 , disinsentif : ayat 3
6. Pengawasan,Pemantauan, Evaluasi, pelaporan
Pasal 55 jo pasal 59
Harus melibatkan peranserta masyarakat
7. Hak Masyarakat
Pasal 60 jo pasal 66
Diatur oleh PP 96/1996
Tahu, menikmati pertambahan nilai, ganti rugi (bila digusur misalnya), ajukan keberatan, tuntutan pembatalan, gugatan ganti rugi (via Pengadilan)
8. Kewajiban masyarakat
Pasal 61 Diatur oleh PP 96/1996
Memanfaatkan, Mematuhi, memberikan akses
9. Jenis-Jenis Sanksi
Pasal 63 dan 64
Diatur dengan PP
Ada 9 jenis sanksi
10 Peran Serta Masyarakat
Pasal 65 Diatur oleh PP 96/1996
Sejak dari penyusunan RTRW
11. Penyidik PNS Pasal 68 Diatur dengan peraturan Per UU an
Apakah PPNS sudah dibentuk?
12. Ketentuan denda dan Kurungan
Diatur oleh KUHP dan KUH Perdata
Pidana merujuk KUHPHukuman Perdata merujuk pasal 1365 dan 1366 KUH perdata
53
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Berdasarkan analisis isi, maka beberapa kata-kata kunci yang menyangkut kelembagaan
perlu diinventarisasi, dianalisa dan dirancang NSPK nya. Pada pasal 1 ayat 11 Secara
eksplisit dijelaskan bahwa pelaksanaan penataan ruang ada 3 poin penting dalam rangka
penataan kelembagaan penataan ruang daerah, yakni Perencanaan, Pemanfaatan, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Alur kegiatan Perencanaan, Pemanfaatan,
Pengendalian, Pemanfaatan Ruang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6.Proses Perencanaan Tata Ruang Sampai Pelaksanaan
54
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Pelaksanaan
Keputusan
Rencana – Tindak Pelaksanaan Kebijakan
Identifikasi Kebijakan
Estimasi Dampak Kebijakan
Assessment
G o a l s Ident ifi kasi Masalah
Ko leks i D a t a
Ana l i s i s Kond i s i Saa t Ini
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Gambar 7Proses Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
55
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Pelaksanaan Pembangunan & Penganggaran/Pembiayaan
Perumusan Program Sektoral Perwujudan Struktur dan Pola
Ruang
Kebijakan Strategis Operasionalisasi RTRW
Penatagunaan Tanah, Udara, Air, SDA Lainnya
RENCANA STRUKTUR RUANG & POLA RUANG
(+ ZONING MAP )
Pemanfaatan Ruang
PERIZINAN
Insentif & Disinsentif
Penerapan Sanksi
PEMANTAUAN
EVALUASI
PELAPORAN
Pengawasan
Regulasi Zoning
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Adapun keterkaitan Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dengan Sektor Publik dan Privat. Keterkaitan itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 51Indikasi Keterkaitan Manajemen Penataan Ruang
Dengan Sektor Publik Dan Sektor Privat Menurut Undang – Undang No. 26 Tahun 2007
Publik/PrivatePenataan Ruang
Sektor Private Sektor PublikPenduduk Wilayah
Badan Usaha Eksekutif(Pem. / Pemda)
Legislatif (DPRD)
Yudikatif (Pengadilan)
Perencanaan Tata RuangPenyusunan Rencana Tata Ruang (Struktur Ruang & Pola Ruang)
partisipasi dalam proses perencanaan
partisipasi dalam proses perencanaan
pemegang otoritas dalam proses perencanaan
partisipasi dalam proses perencanaan
Penetapan Rencana Tata Ruang (menjadi PP, Perda/Qanun)
pemegang otoritas dalam penetapan
pemegang otoritas dalam penetapan
Pemanfaatan Ruang (implementasi)Pemanfaatan Ruang (implementasi) oleh sektor publik (Pemerintah/Pemerintah Daerah)
menerima insentif/disinsentif, kompensasi
menerima insentif/disinsentif, kompensasi
- pemb. sarana/ prasarana (APBD)
- perizinan pemanfaatan ruang
- insentif & disinsentif
penetapan anggaran (APBD) yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang
Pemanfaatan Ruang (implementasi) oleh sektor private(masyarakat termasuk kelompok badan usaha)
pemanfaatan ruang: bermukim, bekerja/berusaha, bergerak, amenity
pemanfaatan ruang: berusaha, bergerak
- perizinan pemanfaatan ruang
- insentif & disinsentif
Pengendalian Pemanfaatan RuangPengawasan Pemanfaatan Ruang
partisipan dalam proses pengawasan
partisipan dalam proses pengawasan
pemengang otoritas dalam proses
56
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Publik/PrivatePenataan Ruang
Sektor Private Sektor PublikPenduduk Wilayah
Badan Usaha Eksekutif(Pem. / Pemda)
Legislatif (DPRD)
Yudikatif (Pengadilan)
(monitoring) pengawasanPenertiban (termasuk penindakan dan pemberian sanksi)
pemengang otoritas dalam proses penindakan
sanksi pidana, perdata, TUN (Tata Usaha Negara)
Pembinaan Perencanaan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangKoordinasi partisipan
dalam proses koordinasi perencanaan
partisipan dalam proses koordinasi pengendalian
pemegang otoritas dalam proses koordinasi
pengawas penggunaan anggaran koordinasi
Sosialisasi, diklat, litbang, diseminasi, konsultansi, supervisi
penerima sosialisasi, dll
penerima sosialisasi, dll
pemegang otoritas dalam proses sosialisasi
pengawas penggunaan anggaran sosialisasi
Sesuai dengan matriks amanah kelembagaan yang ada dalam UU No. 26/2007 selain
Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan, maka amanah
kelembagaan yang perlu dibahas lebih lanjut adalah:
1. Pembinaan (ditekankan pada koordinasi)
2. Pengendalian
3. Perijinan (bagian dari pengendalian)
4. Standard Pelayanan Minimal
5. Monitoring, Evaluasi, dan Penertiban
6. Ketentuan Penyidikan
Pembahasan perijinan dianalisis tersendiri di luar sub bab pengendalian, karena
urusan perijinan ini cukup mendapat perhatian masyarakat dan sudah adanya Kantor
PTSP tersendiri yang merupakan lembaga yang berwenang memproses perijinan.
Amanah kelembagaan penataan ruang di tingkat Kabupaten/kota perlu juga
dikaitkan dengan pembagian urusan bidang penataan ruang sesuai dengan PP 38/2007
yang telah merinci urusan penataan ruang sebagai berikut:
1. Urusan Pengaturan, yang meliputi:
a.Penetapan RTRW;
57
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b.Penetapan Penataan Ruang Perairan sampai 4 mil dari garis pantai;
c. Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan
wilayah dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang;
d.Penetapan kawasan strategis Kabupaten.
2. Pembinaan:
a. Sosialisasi NSPK (Norma Standard Prosedur Kriteria) penataan ruang;
b. Sosialisasi SPM bidang penataan ruang;
c. Diklat;
d. Litbang;
e. Pengembangan SI dan K penataan ruang Kabupaten/kota;
f. Diseminasi penataan ruang kepada masyarakat;
g. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
3. Pembangunan:
a. Penyusunan dan penetapan RTRW;
b. Penyusunan dan penetapan Rencana tata Ruang kawasan strategis;
c. Penetapan RDTR;
d. Penyusunan program dan anggaran Kabupaten/kota bidang PR;
e. Pemanfaatan kawasan strategis Kabupaten;
f. Pemanfaatan NSPK bidang penataan ruang;
g. Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWK;
h. Pemanfaatan investasi di kawasan strategis Kabupaten/Kota dan Kawasan
lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemda, masyarakat dan dunia
usaha;
i. Pemanfatan SPM di bidang penataan ruang;
j. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWK dan rencana tata
Ruang Kawasan strategis Kabupaten/kota;
k. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten /kota dan kawasan strategis
Kabupaten/kota;
l. Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.
4. Pengendalian:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;
58
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Pengendalian pemanfaatan kawasan strategis;
c. Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang kabupaten/kota;
d. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWK;
e. Pembatalan ijin pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RTRWK;
f. Pembentukan lembaga yang bertugas melaksanakan pengendalian
pemanfaatan ruang tingkat Kabupaten/kota.
5. Pengawasan:
Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah Kabupaten/kota
Adapun struktur Organisasi BKPRD Kabupaten Aceh Besar dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 8.Struktur Organisasi BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Keterangan :
1. Penanggung Jawab : Bupati Aceh Besar
2. Ketua : Wakil Bupati Aceh Besar
59
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
PENANGGUNG JAWABPENANGGUNG JAWAB
KETUAKETUA
ANGGOTAANGGOTA
POKJA PERENCANAAN PRPOKJA PERENCANAAN PR
KETUA HARIANKETUA HARIAN
SEKRETARISSEKRETARIS
ANGGOTAANGGOTA
ANGGOTAANGGOTA
POKJA PENGENDALIAN PRPOKJA PENGENDALIAN PR
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
3. Ketua Harian : Sekda Kabupaten Aceh Besar
4. Sekretaris : Kepala Bappeda
5. Anggota : Pejabat Eselon II Kabupaten Aceh Besar
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Arahan pemanfaatan ruang merupakan aplikasi bagi perwujudan rencana tata ruang
yang sudah dibuat yang meliputi pola struktur ruang, pola pemanfaatan ruang, dan
penetapan kawasan strategis. Aplikasi ini akan diwujudkan dalam bentuk pola program
penanganan potensi dan masalah yang akan diterapkan dalam bentuk pembangunan,
pengembangan, dan peningkatan potensi pemanfaatan ruang
A. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Aceh Besar
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar masih mengadopsi
berdasarkan rencana struktur ruang Aceh, dimana Kota Jantho merupakan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang diprediksi masih tetap melayani fungsi-fungsi kegiatan di
seluruh wilayah Kabupaten Aceh Besar. Fungsi ini hanya didukung oleh kedudukan
Kota Jantho sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Besar, sehingga pelayanan
yang dilakukan oleh kota-kota lain di Kabupaten Aceh Besar hanya sebatas fungsi
kegiatan administrasi pemerintahan.
Sedangkan pada Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Aceh Besar
yang meliputi Lhoong, Leupung, Indrapuri, Lampakuk, Seulimeum, Lamtamot,
Montasik, Sibreh, Samahani, Krueng Mak, dan Lampuyang diarahkan
pengembangan infrastruktur yang memadai untuk melayani fungsi pelayanan
terhadap wilayah pengembangan yang dicakupi masing-masing kota kecamatan
tersebut.
B. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Aceh
Besar
Arahan pemanfaatan ruang bagi perwujudan kawasan lindung di Kabupaten Aceh
Besar meliputi:
60
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
1. Pemantapan dan peningkatan kualitas kawasan lindung yang berstatus kawasan
hutan, khususnya di kawasan hutan sekitar Gunung Seulawah.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan hutan sekitar Gunung Seulawah
dan Kota Jantho sesuai dengan fungsi hutan yang diembannya.
Arahan pemanfaatan ruang bagi kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar
meliputi:
1. Untuk hutan produksi adalah penataan kembali (redesign) pengusahaan hutan,
sehingga kendati sebagai kawasan budidaya tapi tetap memiliki nilai strategis
dalam menjaga kualitas lingkungan wilayah Aceh.
2. Untuk pertanian pangan lahan basah adalah pemantapan dan pengembangan
yang selaras dengan dukungan prasarana irigasi/pengairan pada masing-masing
daerah irigasi (DI) yang bersangkutan, hal ini berkaitan dengan kebijakan.
C. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Kawasan Strategis Kabupaten
Arahan pemanfaatan ruang bagi perwujudan kawasan strategis kabupaten meliputi:
1. Penyusunan rencana rinci bagi kawasan strategis kabupaten agar
pemanfaatannya dapat lebih mudah dipahami pihak-pihak penguna ruang yaitu
pemerintah kabupaten dan swasta.
2. Kawasan strategis kabupaten diarahkan pada program pengembangan,
peningkatan, pendayagunaan, dan/atau revitalisasi.
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar merupakan acuan bagi penyusunan
program pembangunan kabupaten. Oleh karena itu arahan yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang perlu dilengkapi dengan indikasi program pembangunan dalam skala
besar. Indikasi program yang disusun dalam program pembangunan tahunan diharapkan
dapat mendorong perkembangan sektor-sektor strategis untuk memberikan dampak
positif terhadap kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan. Adapun langkah yang
ditempuh dalam penyusunan indikasi program pembangunan Kabupaten Aceh Besar
telah mempertimbangkan aspek:
Mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan dan pembangunan;
Mempertimbangkan aspirasi masyarakat serta potensi dan masalah yang
terdapat di Kabupaten Aceh Besar;
61
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Konsisten dengan arahan tata ruang yang ditetapkan.
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Zonasi, tepatnya Peraturan Zonasi, yang oleh Undang-Undang 26 Tahun 2007 ditegaskan
sebagai ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukannya,
menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Klasifikasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar dibagi menjadi 3 klasifikasi besar
yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Penyangga dan Kawasan Budidaya.
Lebih jelasnya mengenai Klasifikasi Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Aceh Besar
dapat dilihat pada tabel 52
Klasifikasi Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang mengacu pada sistem kegiatan yang berkembang dalam sebuah
penggunaan lahan. Pemanfaatan ruang adalah semua aktifitas dan atau fungsi yang
mungkin terjadi dalam sebuah penggunaan lahan hirarki 3. Pemanfaatan ini didapatkan
dari survei lapangan semua penggunaan yang ada di Kabupaten Aceh Besar. Untuk
memudahkan klasifikasi, maka pemanfaatan ruang dibagi menjadi kategori dan sub
kategori yang dapat dilihat pada tabel 52.
Klasifikasi Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Aceh BesarHirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4
Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat
LS-1 Sempadan Pantai/Sungai
LS-2 Kawasan Rawan Bencana
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
HL Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Suaka Alam CA Cagar Alam HR Hutan Raya
Kawasan Penyangga
Kawasan Hutan HP Hutan Produksi
Kawasan Budidaya
Kawasan Pertanian LB Kawasan Pertanian Lahan Basah
LK Kawasan Pertanian Lahan Kering
62
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4IN Perikanan/Tambak
Kawasan Industri ID Industri Pengolahan
Kawasan PermukimanPM1 Kawasan Permukiman
PerkotaanPerumahan Perkotaan
PM2 Kawasan Permukiman Perdesaan
Perumahan Perdesaan
Kawasan Khusus TransportasiBU Bandara Udara
PL Pelabuhan
Pertambangan HL Kawasan Pertambangan Golangan A, B dan C
Sumber: Hasil Rencana, 2010Tabel 53
Pemanfaatan Ruang Kabupaten Aceh BesarKategori Sub Kategori
Hunian
Rumah TunggalRumah Kopel, Rumah DeretRumah DinasWisma Tamu (Guest House), sebagai aksesoriRumah Usaha sebagai aksesori
Komersial
Pasokan Bahan Bangunan dan Alat PertukanganAlat-alat Rumah Tangga, Perabot, dan PerkakasToko Makanan dan MinumanBarang Kelontong dan Kebutuhan Sehari-hariPakaian dan PerlengkapannyaPasokan PertanianApotik dan toko obat
Jasa Komersial
Jasa BangunanJasa Pelayanan BisnisJasa Usaha Makanan dan MinumanJasa Perawatan/Perbaikan/ReparasiJasa Pengiriman Pesanan/EkspedisiJasa PersonalKlinik dan Laboratorium KesehatanSalon
PerkantoranBisnis dan ProfesionalPemerintahanPraktisi Medis, Dokter Gigi, dan Ahli Kesehatan
Institusional
Tempat IbadahTK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA Sekolah Tinggi, UniversitasSekolah KejuruanRumah Sakit dan Fasilitas PerawatanTransmisi Induk, Relay, dan Distribusi KomunikasiMuseumLembaga Pelayanan Sosial
Industri Industri Ringan
63
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kategori Sub KategoriIndustri ManufakturIndustri Riset dan Pengembangan
Industri
Terminal/Pool Truck dan TransportasiPercetakan/PenerbitanPenimbunan RongsokanIndustri PergudanganIndustri Depo
Pelayanan dan Jasa Kendaraan Bermotor
Bengkel Kendaraan Pribadi/NiagaPenjualan/ Persewaan Kendaraan Pribadi/NiagaPenjualan/Persewaan Peralatan dan Perlengkapan KendaraanPenjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Ruang terbuka Hijau
Rekreasi Aktif (Taman Bermain, Theme Park, Kebon Binatang)Rekreasi Pasif (Taman)PemakamanDanau/ WadukLapangan OlahragaPreservasi Sumber Daya AlamPenjualan Tamanan Hias dan Bunga di Ruang Terbuka
PertambnganPetambangan Golongan APetambangan Golongan BPetambangan Golongan C
Sumber: Hasil Rencana, 2010Ketentuan Zonasi Untuk Untuk Setiap Penggunaan Lahan
Ketentuan zonasi untuk setiap penggunaan lahan menunjukkan boleh tidaknya sebuah
sistem kegiatan dikembangkan dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahan. Jika terdapat
sebuah penggunaan yang belum tercantum dalam kategori maupun sub kategori
pemanfaatan ruang, maka ijin untuk penggunaan tersebut ditentukan menggunakan
ketentuan yang berlaku. Jika penggunaan tersebut diperbolehkan, maka penggunaan
baru tersebut dapat ditambahkan pada kategori dan atau sub kategori melalui
ketentuan yang berlaku. Boleh tidaknya pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki 4
peruntukan tanah ditunjukkan dengan 4 indikator, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
54.
Tabel 54Indikator Pemanfaatan Ruang
Simbol Deskripsi
IPemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.
T Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup
64
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Simbol Deskripsi dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.
B
Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.
- Pemanfaatan yang tidak diizinkanSumber: Hasil Rencana, 2010
Pemanfaatan Terbatas
Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda T atau merupakan pemanfaatan yang
terbatas, berarti penggunaan tersebut mendapatkan ijin dengan diberlakukan
pembatasan-pembatasan, seperti:
Pembatasan pengoperasian. Baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya
sebuah pemanfaatan ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan ruang
tersebut untuk kegiatan yang diusulkan.
Pembatasan intensitas ruang. Baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, ataupun ketinggian
bangunan. Pembatasan ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan
menurunkan nilai maksimum atau meninggikan nilai minimum dari intensitas
ruang.
Pembatasan jumlah pemanfaatan. Jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada,
masih mampu melayani, dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah
kawasan perumahan yang telah cukup jumlah masjidnya, tidak diperkenankan
membangun masjid baru), maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diijinkan, atau
diijinkan dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pengenaan aturan-aturan tambahan seperti disinsentif, keharusan menyediakan
analisis dampak lalu-lintas, dan sebagainya.
Pemanfaatan Bersyarat
Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan
bersyarat, berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang
besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain:
65
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Penyusunan dokumen AMDAL,
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
Penyusunan Analisis Dampak Lalu-Lintas (ANDALIN)
Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau
aturan disinsentif lainya.
Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja.
Penentuan persyaratan mana yang dikenakan ditentukan oleh pemerintah
kabupaten dengan mempertimbangkan besarnya dampak bagi lingkungan
sekitarnya.
Ketentuan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan terdiri dari ketentuan
pemanfaatan ruang untuk guna lahan perumahan, perdagangan, jasa, fasilitas
pelayanan kota, industri pergudangan, dan ruang terbuka hijau. Ketentuan
pemanfaatan ruang untuk guna lahan perumahan dapat dilihat pada tabel berikut
ini (ketentuan yang ditunjukkan melalui abjad I, T, B dan - dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 55Matriks Pengaturan Zonasi Untuk Guna Lahan
di Kabupaten Aceh Besar
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 LS-2
HP LB LK IN PM ID BU PL
A HunianRumah Tunggal T T T T T T T I T - -Rumah Kopel, Rumah Deret - - - - T T T I T - -Rumah Dinas T T T T T T T I T T TWisma Tamu (Guest House), sebagai aksesori
- - - - - - - - - - -
Rumah Usaha sebagai aksesori - - - - - - - I - - -B Komersial
Pasokan Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan
- - - - - - - - - - -
Alat-alat Rumah Tangga, Perabot, dan Perkakas
- - - - - - - T - - -
Toko Makanan dan Minuman - - - - - - - T - T TBarang Kelontong dan Kebutuhan Sehari-hari
- - - - - - - T - - -
Pakaian dan Perlengkapannya - - - - - - - - - - -Pasokan Pertanian - - - - - - - T - - -Apotik dan Toko Obat - - - - - - - T - - -
C Jasa Komersial
66
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 LS-2
HP LB LK IN PM ID BU PL
Jasa Bangunan - - - - - - - - - - -Jasa Pelayanan Bisnis - - - - - - - - - - -Jasa Usaha Makanan dan Minuman
- - - - - - - - - T T
Jasa Perawatan/Perbaikan/Reparasi
- - - - - - - - - I I
Jasa Pengiriman Pesanan/Ekspedisi
- - - - - - - - - I I
Jasa Personal - - - - - - - - - - -Klinik dan Laboratorium Kesehatan
- - - - - - - I - I I
Salon - - - - - - - - - - -D Perkantoran
Bisnis dan Profesional - - - - - - - - T - -Pemerintahan - - - - - - - - - - -Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Ahli Kesehatan
- - - - - - - T - - -
E InstitusiTempat Ibadah - - - - T T T T T T TTK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA
- - - - - - - T - - -
Sekolah Tinggi, Universitas - - - - - - - - - - -Sekolah Kejuruan - - - - - - - T - - -Rumah Sakit dan Fasilitas Perawatan
- - - - - - - - - - -
Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi
- - - B B B B B B B B
Museum - - - - - - - - - - -Lembaga Pelayanan Sosial - - - - - - - - - - -
F IndustriIndustri Ringan - - - - - - - - I - -Industri Manufaktur - - - - - - - - I - -Industri Riset dan Pengembangan
- - - - - - - - I - -
Terminal/Pool Truck dan Transportasi
- - - - - - - - - B B
Percetakan/Penerbitan - - - - - - - - - - -Penimbunan Rongsokan - - - - - - - - - - -Industri Pergudangan - - - - - - - - I I IIndustri Depo - - - - - - - - I I I
G Pelayanan dan Jasa Kendaraan BermotorBengkel Kendaraan Pribadi/Niaga
- - - - - - - - - - -
Penjualan/ Persewaan Kendaraan Pribadi/Niaga
- - - - - - - - - T T
67
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 LS-2
HP LB LK IN PM ID BU PL
Penjualan/Persewaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan
- - - - - - - - - - -
Penjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
- - - - - - - B - B B
H Ruang Terbuka HijauRekreasi Aktif (Taman Bermain, Theme Park, Kebon Binatang)
- - - - - - - - - - -
Rekreasi Pasif (Taman) I I I I I I I I I I IPemakaman - - - - - - - B - - -Danau/Waduk - - - - - - - - - - -Lapangan Olahraga - - - - - - - T T T TPreservasi Sumber Daya Alam I I I B B B B B B B BPenjualan Tanaman Hias dan Bunga di Ruang Terbuka
- - - - - - - T - - -
I Pertambangan B B B B B B B B B B BSumber: Hasil Rencana, Tahun 2010
Keterangan :
I = Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang
berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari
pemerintah kabupaten.
T = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat
dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau
peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini
maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.
B = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan
untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting
pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan
bersyarat ini berupa AMDAL, RKL dan RPL.
- = Pemanfaatan yang tidak diizinkan.
HL = Hutan Lindung
LS-1 = Lindung Setempat (Sempadan Pantai/Sungai)
68
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
LS-2 = Lindung Setempat (Kawasan Rawan Bencana)
HP = Hutan Produksi
LB = Lahan Basah (Sawah)
LK = Lahan Kering (Pangan, Perkebunan)
IN = Perikanan/Tambak
PM = Permukiman
ID = Industri (Pengolahan)
PL = Pelabuhan
KETENTUAN PERIZINAN
Ketentuan tentang perijinan pemanfaatan ruang ini menurut amanah pasal 37 ayat 8,
UU 26/2007 akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebelum ini peraturan perijinan
dan jenis-jenis perijinan yang ada tercantum pada pasal-pasal dari PP no 20/1997
sebagaimana diubah dengan PP No 48/1998 tentang Retribusi Daerah. Pada PP tersebut
Retribusi dikelompokkan menjadi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi
Perijinan tertentu.
Ijin mendirikan bangunan (IMB) pada PP tersebut masuk dalam kelompok Perijinan
Tertentu, yaitu: Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah, Ijin Mendirikan Bangunan, Ijin
Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Ijin Gangguan, Ijin Trayek, Ijin Pengambilan
Hasil Hutan Ikutan. Ketentuan lebih lanjut tentang ruang lingkup masing-masing jenis
retribusi perijinan tertentu secara rinci untuk provinsi, kabupaten/kota ditetapkan
dengan Kepmendagri dengan pertimbangan Menteri keuangan.
Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang
melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan
bagi kepentingan umum.
Menurut UU26/2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme perijinan merupakan
mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja
perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam menarik atau
menghambat investasi. Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan
69
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata
ruang. Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam
ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat
dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata
bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku.
Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut:
Setiap kegiatan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi
kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari Pemerintah
Kota/Kabupaten;
Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat
yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi
legal;
Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih
besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai
berikut:
Melindungi kepentingan umum (public interest);
Menghindari eksternalitas negative;
Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten.
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di kabupaten Aceh Besar
terdiri dari 18 jenis dan diperlihatkan pada tabel 56 berikut ini.
Tabel 56Jenis Perizinan Di Kabupaten Aceh Besar
No. Jenis Ijin Leading Sektor1. Ijin Sanitasi Dinas Binamarga Cipatakarya
70
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)Ijin Galian Golongan C
2. Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)Ijin BengkelIjin Tempat UsahaTanda Daftar Perusahaan (TDP)Tanda Daftar Gudang (TDG)Tanda Daftar Industri (TDI)
Dinas Industri dan Perdagangan
3. Ijin Gangguan Dinas Perhubungan Kominfo4. Ijin Reklame Dinas Pendapatan5. Ijin Kaca Gelap Dinas Perhubungan6. Ijin Kapal Penangkap Ikan
Ijin Pengangkutan Hasil LautIjin Tambak
Dinas Perikanan Kelautan
7. Ijin Restoran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan8. Ijin Usaha Perkebunan Swasta Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Sumber : Kantor PTSP Aceh Besar setelah diolah, Oktober 2008
Keterangan :
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya = 4 jenis perijinan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan = 6 jenis perijinan
Dinas Perhubungan dan Kominfo = 2 jenis perijinan
Dinas Kelautan dan Perikanan = 3 jenis perijinan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan = 1 jenis perijinan
Dinas Kehutanan = 1 jenis perijinan
Dinas Pendapatan = 1 jenis perijinan
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa
transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang
dimohon negatif dan atau kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif
berupa:
Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang;
Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impact fee) sesuai
dengan eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas
sebelum proyek tersebut dibangun.
71
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Jenis perijinan yang harus dimiliki, ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/Dinas
yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian kerja dan kompetensinya,
serta tidak boleh tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai
berikut:
Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan
yang dimohon;
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas yang
menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan kota;
Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan;
Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani lingkungan
hidup.
Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan
kegiatan yang dimohon;
Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh
walikota/Bupati melalui TKPRD.
Untuk efisiensi perijinan, Pemerintah Kota/Kabupaten perlu mengefektifkan pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Atap (PTSP). Adapun alur pengurusan ijin dapat digambarkan
sebagai berikut:
72
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Gambar 9Bagan Alir Prosedur Pengurusan Izin
73
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Verifikasi persyaratan oleh
petugas pelayanan
Pengajuan Permohonan Izin lengkap dengan persyaratan
Mulai/Pemohon
Lengkap
Tidak lengkap
Pemohon mendapatkan resi penerimaan berkas. Pemohon membayar retribusi
untuk izin yang tarifnya bisa ditetapkan tanpa peninjauan lapangan dan diberikan
bukti kwitansi
Pembahasan
Tidak perlu suveyPerlu survey
Tidak sesuai Sesuai
Tinjau Lapangan
Surat penolakan pemrosesan izin yang disampaikan kepada pemohon
Tanda tangan
BAPPengetikan
Naskah izin & paraf Kepala Sub Bid. Pemrosesan
Izin
Penandatangan Sertifikat Izin oleh Kepala PTSP
Penyerahan setifikat izin kepada pemohon setelah pemohon mambayar retribusi
Selesai
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), waktu pengurusan telah ditentukan oleh kantor
PTSP yaitu selama 10 hari dengan persyaratan yang harus dipenuhi:
1. Rekomendasi dari Dinas Kimpraswil;
2. Permohonan ijin yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat;
3. Gambar bangunan 3 rangkap;
4. FC surat keterangan tanah;
5. FC surat ukur tanah;
6. FC surat tanda lunas PBB pada tahun berjalan.
Syarat-syarat pengurusan dan prosedur sudah jelas, tetapi sayangnya tarif tidak
dicantumkan secara resmi. Mestinya tarif dicantumkan di mana untuk menjaga
transparansi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, bahwa pelayanan perijinan adalah salah satu pelayanan
publik yang mestinya mengikuti norma-norma pelayanan, dimana Kepmenpan No.
25/M/PAN/2/2004 yang terdiri dari 14 indikator dan SE mendagri No. 100/757/OTDA
tahun 2002 mungkin dapat dijadikan acuan, meskipun harus disesuaikan dengan
keadaan instansi setempat. Paling tidak, 6 indikator ini secara minimal dapat dijadikan
acuan.
1. Prosedur Layanan
2. Waktu Penyelesaian
3. Biaya Pelayanan
4. Produk Layanan
5. Sarana dan Prasarana
6. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan
Pada kantor PTSP kabupaten Aceh Besar, berdasarkan wawancara, observasi, serta data
sekunder yang didapat, prosedur, waktu, biaya, produk layanan sudah cukup
transparan. Namun ada 2 hal yang menjadi kendala Kantor PTSP dalam meningkatkan
kualitas layanan:
74
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
1. Dasar Hukum masih dengan SK Bupati tahun 2007, belum menjadi SKPD. Karena
belum menjadi SKPD maka belum mempunyai kewenangan otonomi anggaran.
Anggaran masih menginduk pada bagian perekonomian SETDA.
2. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Di kantor PTSP hanya ada 2 komputer
dan belum berbasis Local Area Network (LAN). Hal ini dirasa kurang memadai,
sehingga menghambat tugas sehari-hari.
Struktur organisasi kantor PTSP dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 10
Struktur Organisasi Kantor PTSP
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Mengenai perijinan, IMB dapat dijadikan contoh analisis dalam mendiskripsikan aturan
dan NSPK keseluruhan perijinan. Berdasarkan data sekunder, dengan mengambil contoh
dokumen perda di 3 kabupaten, maka dalam merancang Qanun tentang IMB, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pengertian mendirikan bangunan/pengertian umum;
2. Klasifikasi bangunan;
75
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi Penyuluhan dan DataSeksi Penyuluhan dan Data
KepalaKepala
Sub Bagian TUSub Bagian TU
Seksi Pemrosesan PerizinanSeksi Pemrosesan Perizinan
UPT - KECAMATANUPT - KECAMATAN
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
3. Obyek dan subyek retribusi;
4. Tatacara pembayaran dan penagihan;
5. Ketentuan perijinan;
6. Ketentuan besar kecilnya tarif retribusi;
7. Ketentuan tentang Pembebasan Biaya IMB;
8. Pembinaan dan Pengawasan;
9. Ketentuan Pidana;
10. Ketentuan Penyelidikan.
Di Aceh Besar sudah terdapat Qanun IMB nomor 12/2003, namun ada beberapa hal
yang perlu disesuaikan dengan UU/dasar hukum dan dinamika perkembangan yang
baru:
1. Konsiderans;
Menimbang
Dasar pertimbangan qanun IMB mestinya RTRW dan RDTR. Sedangkan qanun No.
12/2003 di atas bukan Qanun IMB tetapi Qanun Retribusi. Sehingga dasar
pertimbangannya adalah UU 34/2000 tentang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah.
Mengingat
Dalam konsiderans mengingat, yakni dasar hukum, tidak mencantumkan:
UU No 11/2006 tentang pemerintahan Aceh;
UU 26/2007 tentang tata Ruang;
PP 26/2008 tentang RTRWN;
Masih didasarkan pada Qanun No. 2/1993 tentang RTRWK (artinya masih
mengacu pada tata Ruang yang lama yaitu UU 24/1992). Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan UU tata Ruang yang baru dan namanya mesti dirubah
menjadi Qanun IMB.
2. Isi
Isi Qanun retribusi IMB Aceh besar terdiri dari 22 bab, 30 pasal, yang susunan isinya
adalah:
Bab I : Ketentuan Umum;
Bab II : Pengertian Mendirikan Bangunan;
76
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Bab III : Perijinan;
Bab IV : Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
Bab V : Golongan Retribusi;
Bab VI : Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa;
Bab VII : Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan
Besarnya Tarif;
Bab VIII : Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi;
Bab IX : Pencabutan, Penolakan, Peralihan dan Batalnya Ijin;
Bab X : Legalitas;
Bab XI : Tata Cara Pembayaran Retribusi;
Bab XII : Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi;
Bab XIII : Ketentuan Pidana;
Bab XIV : Ketentuan Penutup.
Dari isi Qanun retribusi IMB di atas, pasal tentang legalitas belum dicantumkan, dimana
legalitas merupakan denda biaya retribusi yang dikenakan sebagai akibat kelalaian
pemohon yang sedang dan atau telah membangun tanpa memiliki IMB terlebih dahulu.
Pada Qanun Retribusi IMB Aceh Besar belum dilampiri dengan klasifikasi bangunan
karena memang bukan Qanun IMB tetapi Qanun retribusi.
KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Insentif diberikan untuk mendorong perkembangan zona sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan disinsentif diberikan untuk menghambat perkembangan zona sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
Insentif
Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan
dalam RTRW dengan cara:
Memberikan kemudahan-kemudahan dalam pengurusan ijin dan pengurusan
administrasi lainnya untuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan-arahan
dalam RTRWK.
Memberikan bantuan pada pemanfaatan lahan yang sifatnya mengkonservasi lahan
pada kawasan-kawasan lindung.
77
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Untuk insentif diberlakukan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun masyarakat. Bentuk Insentif antara lain berupa keringanan
pajak, pembangunan sarana dan prasarana, pemberian kompensasi, kemudahan
prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan. Bentuk Insentif di bidang perpajakan
diatur dalam UU No 17/2000 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 31 A ayat 1 UU No
17/2000. Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang usaha
tertentu dan atau di daerah tertentu dapat diberikan fasilitas perpajakan:
Pengurangan penghasilan netto paling tinggi 30 % dari penanaman yang dilakukan;
Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
Konpensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun;
Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas deviden sebagaimana dimaksud dalam
pasal 26 sebesar 10 %, kecuali apabila tarif menurut peraturan perpajakan
menentukan lebih rendah. Sedangkan ayat 2 menyatakan “bahwa pemberian
fasilitas perpajakan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”
Disinsentif
Disinsentif adalah sebagai upaya mencegah, membatasi pertumbuhan, dan atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang antara lain
dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti. Sedangkan sanksi dimaksudkan
sebagai perangkat tindakan penertiban atas ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang dan peraturan Zonasi.
Pemberian disinsentif diberlakukan pada penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan arahan-arahan dalam RTRWK, yaitu dengan cara:
Pemberian sanksi dan bahkan pengenaan denda kepada pelanggar aturan-aturan
dan arahan dalam RTRW;
Mempersulit pengurusan administrasi dan bahkan penolakan usulan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan arahan dalam RTRW.
Pada kawasan-kawasan terbangun yang tidak sesuai dengan arahan dalam RTRW
diberlakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat.
ARAHAN SANKSI
78
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Merupakan arahan sanksi yang perlu diberikan untuk pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Monitoring, evaluasi dan penertiban
merupakan bagian dari kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, baik oleh
Public maupun privat. Kegiatan monitoring, evaluasi hingga penertiban pemanfaatan
ruang dilakukan dari penyusunan kegiatan, keluaran hingga pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan disusun dalam tabel - tabel berikut:
Tabel 57Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
a. Penyusunan daftar penyimpangan/ pelanggaran pemanfaatan ruang persil
Tabel tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang.Peta sebaran penyimpangan
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Minimum sekali dalam 6 bulan
Daftar ini hanya untuk penyimpangan persil atau kawasan yang dikuasai oleh satu kepemilikan (individual ataupun badan hukum)
b. Menyiapkan kerangka acuan pekerjaan pemantauan
Kerangka acuan pelaksanaan pekerjaan pemantauan
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Penyiapan kerangka acuan dengan memanfaatkan hasil rekapitulasi pelaporan perubahan pemanfaatan ruang.
c. Pembentukan tim penyidik penyimpangan pemanfaatan ruang
Keputusaan Ketua /BKPRD tentang pembentukan Tim Kecil terdiri dari berbagai instansi terkait pelaksanaan pemantauan
Bappeda, Lembaga yang Terkait/ BKPRD kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Tim pemantauan lapangan dapat dilakukan secara swakelola atau oleh konsultan.
d. Memeriksa dan membuktikan pelanggaran persil
Bukti pelanggaran
Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran
Pengumpulan bukti diperoleh dari lapangan penguasaan lahan, instansi pemberi ijin dan instansi terkait.
79
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
e. Merumuskan temuan penyimpangan
Rumusan awal pelanggaran pemanfaatan ruang
Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran
Disajikan secara tipologi, besaran dan faktor penyebabnya.
f. Membahas temuan penyimpangan dan rekomendasi tindak lanjut dalam forum TKPR Daerah
Rumusan final pelanggaran pemanfaatan ruang dan rekomendasi penyelesaian masalah
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Temuan penyimpangan dibahas dalam forum BKPRD dengan mengundang pihak-pihak terkait.
g. Laporan hasil pemantauan kepada Bupati
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada Bupati tentang laporan hasil pemantauan.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Surat Ketua DPRD dilampirkan buku laporan hasil pemantauan.
h. Pemberitahuan hasil pemantauan kepada instansi tingkat kota/kabupaten terkait dan camat
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPR kepada instansi terkait dan camat tentang laporan hasil pemantauan.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Surat Ketua DPRD berisikan penyampaian temuan penyimpangan RTRWK yang perlu diketahui oleh instansi terkait.
i. Pemberitahuan laporan hasil pemantauan kepada pelanggar
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada pelanggar.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Berisikan tipologi pelanggaran persil yang bersangkutan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 58Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanan Periode Pelaksanaan
Keterangan
Evaluasi temuan penyimpangan
Rumusan tingkat penyimpangan RTRW Kabupaten
Bappeda dan instansi terkait
Minimum sekali dalam 5 tahun
-
Evaluasi kinerja instansi pemberi perijinan
Rumusan tingkat penyimpangan mekanisme pemberian perijinan pemanfaatan ruang.
Bappeda dan instansi terkait
Minimum sekali dalam 5 tahun
-
Masukan/umpan Rumusan materi Bappeda dan Minimum sekali -
80
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kegiatan Keluaran Pelaksanan Periode Pelaksanaan
Keterangan
balik untuk evaluasi RTRWN/RTRW Propinsi/kota/kabupaten.
bagi evaluasi RTRW. instansi terkait dalam 5 tahun
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 59Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
(Sanksi Administratif)Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode
PelaksanaanKeterangan
Menyiapkan langkah-langkah penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
Rumusan awal langkah-langkah penertiban
Bappeda kabupaten
Sesuai kebutuhan Berdasarkan hasil pemantauan (bagian dari tahap pengawasan pemanfaatan ruang)
Membahas langkah penertiban dalam forum TKPR propinsi
Rumusan final langkah-langkah penertiban
Bappeda atau BKPRD kabupaten
Sesuai kebutuhan -
Melaporkan kepada Bupati tentang rencana tindakan penertiban.
Surat Ketua TLPRD kota kepada Bupati.
BKPRD kabupaten.
Sesuai kebutuhan Berisi rencana tindakan penertiban.
Pembentukan tim khusus pelaksana koordinasi tindakan penertiban
Keputusan Bupati tentang pembentukan tim khusus penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.
Bupati. Sesuai kebutuhan Bupati membentk tim khusus untuk melakukan koordinasi tindakan penertiban yang melibatkan bagian penertiban, satpol pamong praja dan instansi terkait.
Koordinasi tindakan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
Pemberian sanksi adminitratif kepada aparat pemerintah
Tim khusus penertiban.
Sesuai kebutuhan Tim khusus dapat menugaskan anggotanya untuk melaksanakan tindakan
81
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
atau sanksi administratif kepada masyarakat.
penertiban sesuai dengan perundang-undangan.
Tim khusus dapat bekerja sama dengan Polisi, Kodim dll, untuk melaksanakan penertiban langsung.
Pengawasan pelaksanaan sanksi
Daftar pelanggar yang tidak melaksana-kan sanksi.
Tim khusus penertiban/tim wibawapraja
Sesuai kebutuhan Apabila pelanggar tidak menjalankan sanksinya maka tim khusus wajib mengajukan ke pengadilan untuk diproses secara hukum.
Pengajuan atau pengaduan ke lembaga peradilan
Berkas pengajuan ke pengadilan.
Tim khusus. Masyarakat
atau badan hukum.
Sesuai kebutuhan Pengajuan ke lembaga peradilan dapat dilakukan oleh masyarakat atau badan hukum tertentu apabila merasa dirugikan oleh pelanggar.
Pengenaan sanksi Sanksi pidana dan atau sanksi perdata.
Lembaga peradilan.
Sesuai kebutuhan Sanksi dikenakan apabila terbukti bersalah secara hukum oleh pengadilan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 60Alternatif Bentuk Penertiban
Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertibanSetelah rtr diundangkan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah ditetapkan dalam RTR.
Kegiatan/pembangunan dihentikan.Pencabutan ijin.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRW.
Kegiatan/pembangunan dihentikan.Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan.Denda.Kurungan.
82
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertibanSetelah rtr diundangkan
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi kondisi teknis pemanfaatan ruang (bangunan, proporsi pemanfaatan, dll) tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan dalam RTR.
Kegiatan dihentikan.Memenuhi persyaratan teknis.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk atau pola pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam RTR.
Kegiatan dihentikan.Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang.Denda. dan Kurungan.
SEBELUM RTR DIUNDANGKANPemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. Contoh terjadi alih fungsi sawah irigasi teknis menjadi bangunan pertokoan, perumahan maupun bangunan lainnya yang terjadi di sekitar jalan jalan utama seperti di Jalan Banda Aceh – Medan.
a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap, melalui; Pembatasan masa perijinan. Pemindahan/relokasi/resetllement. Penggantian yang layak.
b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan. Penyesuaian persyaratan teknik. Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
c. Pembinaan melalui penyuluhan.Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan menyimpang. Contoh pembangunan rumah yang sesuai dengan fungsinya, tetapi luasannnya tidak sesuai dengan izin yang diterima
a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi persyaratan teknis menyimpang. Contoh bangunan bangunan yang tidak sesuai dengan aturan sempadan bangunan.
a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Penyesuaian persyaratan teknis. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang menyimpang.
a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan. Penyesuaian persyaratan teknis.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
KETENTUAN PENYIDIKAN
83
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Ketentuan penyidikan terhadap indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang tercantum
dalam pasal 68 UU 26/2008 tentang Penataan Ruang. Dalam lingkup Pemerintah
Kabupaten/Kota dimungkinkan adanya PPNS (Penyelidik Pegawai negeri sipil) yang
membantu kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap penyimpangan
pemanfaatan ruang. PPNS berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang di duga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang di duga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat di jadikan dalam perkara tindak pidana dalam
bidang penataan ruang, dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten Aceh Besar
akan menjadi acuan dalam pengendalian pemanfaatan ruang, yang meliputi:
- Ketentuan umum peraturan zonasi;
- Ketentuan perizinan;
- Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
- Arahan sanksi.
dengan demikian ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten Aceh Besar ini akan berfungsi:
- Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten Aceh
Besar;
- Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW
Kabupaten aceh Besar;
- Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
- Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
84
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
- Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
- Melindungi kepentingan umum.
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Ketentuan umum peraturan zonasi ini merupakan acuan bagi penetapan
peraturan zonasi (zoning regulation) pada rencana yang lebih rinci/detail, yaitu rencana
rinci/detail kawasan yang direncanakan pada peta skala 1 : 5.000, terutama pada tingkat
kawasan. Dikaitkan dengan substansi rencana tata ruang, peraturan zonasi mengatur
kegiatan pada pola ruang atau peruntukan ruang, oleh karena itu indikasi arahan
peraturan zonasi ini pada dasarnya akan mengatur kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang ditetapkan dalam rencana. Dalam kenyataan prakteknya, keberadaan
jaringan prasarana wilayah yang melintasi kawasan lindung dan kawasan budidaya
tersebut akan saling berpengaruh atau berdampak. Jaringan prasarana wilayah akan
berpengaruh terhadap kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dilintasinya,
sebaliknya kawasan lindung dan kawasan budidaya akan berpengaruh terhadap kinerja
jaringan prasarana wilayah tersebut. Oleh karena itu, ketentuan umum peraturan zonasi
ini akan meliputi:
- pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar (kawasan lindung dan kawasan
budidaya);
- ruang di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Aceh Besar.
Dalam ketentuan umum peraturan zonasi muatannya akan meliputi:
- arahan pemanfaatan ruang, dan kegiatan yang diperbolehkan, sesuai dengan
penetapannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya;
- kegiatan yang diperbolehkan bersyarat atau terbatas;
- kegiatan yang tidak diperbolehkan.
Dari ketentuan umum peraturan zonasi ini dapat diindikasikan pula acuan untuk
perizinan terhadap kegiatan yang akan dikembangkan pada ruang.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Pola Ruang
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Kawasan Lindung
A. KUPZ Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
1. KUPZ Kawasan Hutan Lindung
85
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam dengan tanpa mengubah bentang alam.
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan
luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah
pengawasan ketat.
c. Pelarangan terhadap kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
dan tutupan vegetasi.
d. Kawasan hutan lindung adalah kawasan dengan status hutan.
B. KUPZ Kawasan Perlindungan Setempat
1. KUPZ Sempadan Sungai
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).
b. Penetapan lebar sempadan sungai sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yaitu dengan lebar 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk
anak sungai/sungai kecil yang berada di luar kawasan permukiman, sementara
untuk di kawasan permukiman disesuaikan dengan ketentuan pengamanan
sempadan sungai dengan jarak 15 meter dan/atau dibatasi dengan
pengembangan jalan inspeksi, dengan catatan bangunan menghadap sungai di
belakang jalan inspeksi tersebut
c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
dan/atau mempertahankan bentuk badan sungai dan aliran sungai.
d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air sungai.
e. Bila sempadan sungai juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat didirikan
bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.
2. KUPZ Kawasan Sekitar Danau/Waduk
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).
b. Penetapan lebar kawasan sekitar danau/waduk sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
86
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
dan/atau mempertahankan bentuk badan air danau/waduk.
d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air danau/waduk.
e. Bila kawasan sekitar danau/waduk juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat
didirikan bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.
3. KUPZ Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
a. Pemanfaatan RTH untuk kegiatan rekreasi, perbaikan iklim mikro, estetika, dan
edukasi/pendidikan.
b. Penetapan luas RTH kawasan perkotaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya.
d. Pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud huruf c.
C. KUPZ Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
1. KUPZ Taman Buru (TM)
a. Pemanfaatan ruang suaka margasatwa untuk penelitian, pendidikan, dan wisata
alam.
b. Pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a.
c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf a.
d. Pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
e. Suaka margasatwa adalah kawasan dengan status hutan.
D. KUPZ Kawasan Rawan Bencana Alam
1. KUPZ Kawasan Rawan Tanah Longsor
87
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pemanfaatan ruang kawasan rawan tanah longsor mempertimbangkan
karakteristik, jenis, dan ancaman bencana.
b. Pemanfaatan ruang kawasan rawan longsor secara terbatas dan/atau bersyarat
untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan hutan, dengan jenis
vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang sesuai, dan drainase
yang lancar.
c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum.
d. Pelarangan pendirian bangunan penting seperti industri atau pabrik, fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
2. KUPZ Kawasan Rawan Kebakaran Hutan.
a. Pemanfaatan ruang kawasan rawan kebakaran hutan mempertimbangkan
karakteristik, jenis, dan ancaman bencana kebakaran hutan/lahan gambut.
b. Pemanfaatan ruang untuk bangunan dan permukiman dengan jarak aman
terhadap hutan/lahan gambut yang rawan terbakar.
c. Pelarangan membuang bahan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan ke
dalam kawasan hutan dan/atau sekitarnya.
d. Pelarangan kegiatan di sekitar hutan yang dapat menimbulkan kebakaran hutan.
E. KUPZ Kawasan Lindung Geologi
1. KUPZ Kawasan Cagar Alam Geologi:
Di Kabupaten Aceh Besar tidak atau belum teridentifikasi kawasan cagar alam
geologi.
2. KUPZ Kawasan Rawan Bencana Geologi
2a. KUPZ Kawasan Rawan Gempa Bumi
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana gempa bumi.
88
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Bangunan didirikan dengan konstruksi tanah gempa.
2b. KUPZ Kawasan Rawan Gerakan Tanah
a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana gerakan tanah.
b. Pemanfaatan ruang kawasan rawan rawan gerakan tanah secara terbatas
dan/atau bersyarat untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, hutan
rakyat, dan/atau hutan produksi.
c. Pembatasan bangunan hanya untuk pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum.
3. KUPZ Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
3a. KUPZ Kawasan Imbuhan Air Tanah
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan.
b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk/kolam pada lahan terbangun yang
sudah ada.
c. Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budidaya
terbangun yang diajukan izinnya.
3b. KUPZ Kawasan Sempadan Mata Air
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).
b. Penetapan lebar kawasan sempadan mata air sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, yaitu minimal dengan radius 200 meter di sekitar mata
air.
c. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
mata air.
F. KUPZ Kawasan Lindung Lainnya
Di Kabupaten Aceh Besar tidak atau belum teridentifikasi kawasan lindung lainnya.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Kawasan Budidaya
1. KUPZ Kawasan Hutan Produksi (HP)
89
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan melalui pengendalian pemanfaatan hasil
hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan.
b. Pemanfaatan ruang kawasan hutan produksi untuk pengambilan hasil hutan
bukan kayu secara selektif, dan pemanfaatan jasa lingkungan (penelitian,
pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan wisata).
c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan sebagaimana pada huruf a dan b.
d. Pelarangan pendirian bangunan yang bukan untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan sebagaimana pada huruf a dan b.
e. Kawasan hutan produksi adalah kawasan dengan status hutan.
2. KUPZ Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah (Sawah)
a. Pemanfaatan ruang sebagai kawasan pertanian pangan lahan basah (sawah)
yang didukung oleh prasarana irigasi dan/atau tadah hujan.
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani dengan
kepadatan rendah.
c. Pelarangan konversi atau alih fungsi lahan pertanian pangan lahan basah
(sawah) beririgasi teknis, sebagai bagian dari lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
d. Pengendalian secara ketat konversi atau alih fungsi lahan pertanian pangan
lahan basah (sawah) tidak beririgasi untuk keperluan prasarana strategis.
3. KUPZ Kawasan Pertanian Lahan Kering
a. Pemanfaatan untuk pertanian pangan lahan kering dan hortikultura.
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani dengan
kepadatan rendah.
c. Pemanfaatan secara terbatas untuk sistem pertanian campuran (mix farming)
sesuai dengan potensi yang ada, misalnya campuran dengan peternakan.
90
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
d. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak
pertanian pangan lahan kering dan hortikultura.
4. KUPZ Kawasan Perkebunan
a. Pemanfaatan ruang dengan tanaman sejenis atau campuran oleh orang pada
lahan yang dibebani hak milik dengan skala usaha rakyat.
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani pekebun dengan
kepadatan rendah, yang didukung oleh kelengkapan prasarana dan fasilitas
penunjangnya.
c. Pemanfaatan secara terbatas untuk sistem pertanian campuran (mix farming)
sesuai dengan potensi yang ada, misalnya campuran dengan peternakan dan
budidaya pertanian lainnya.
d. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat merusak kualitas lingkungan.
5. KUPZ Kawasan Perikanan (Budidaya)
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan budidaya (tambak, kolam,
kerambah, jaring apung, dan sebagainya).
b. Pemanfaatan secara terbatas untuk permukiman petani petambak (masyarakat
pembudidaya perikanan) dengan kepadatan rendah, yang didukung oleh
kelengkapan prasarana dan fasilitas penunjangnya.
c. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak
kegiatan perikanan budidaya.
6. KUPZ Kawasan Perikanan (Tangkap)
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan tangkap di perairan laut dan
perairan air tawar (sungai, danau/waduk).
b. Pemanfaatan ruang secara terbatas di daratan sekitar perairan perikanan
tangkap untuk permukiman nelayan dengan kepadatan rendah yang didukung
oleh prasarana dan fasilitas penunjangnya.
91
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
c. Pengendalian pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi
lestari.
d. Pemanfaatan ruang perairan untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan
sabuk hijau.
7. KUPZ Kawasan Pariwisata
a. Kegiatan pariwisata/wisata yang memanfaatkan potensi alam dan budaya
masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan.
b. Pemeliharaan dan perlindungan terhadap bangunan atau situs peninggalan
kebudayaan masa lampau.
c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.
d. Pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
8. KUPZ Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman dengan kegiatan
utama bukan pertanian, dengan kegiatan yang melayani wilayah, yang didukung
oleh kelengkapan prasarana dan sarana atau fasilitas pelayanan pada tingkat
perkotaan.
b. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30 % dari luas
kawasan perkotaan.
c. Pengembangan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan upaya
mitigasi bencana yang meliputi: tata letak bangunan dan fasilitas, jaringan
prasarana, konstruksi bangunan, serta antisipasi jalur ungsi (escape route) dan
lokasi ungsi (escape building/ hill/area).
d. Penataan bangunan kawasan perkotaan dengan penetapan amplop bangunan
yang mencakup: KDB (koefisien dasar bangunan), KLB (Koefisien Lantai
Bangunan), ketinggian bangunan, KDH (Koefisien Dasar Hijau), sempadan
bangunan (depan, samping, belakang).
92
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
e. Pembatasan melalui pengendalian terhadap kegiatan yang dapat mengganggu
atau menurunkan kualitas lingkungan kawasan perkotaan.
9. KUPZ Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan permukiman dengan kegiatan
utama pertanian, yang didukung oleh kelengkapan prasarana dan sarana atau
fasilitas pelayanan pada tingkat perdesaan.
b. Pengembangan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan upaya
mitigasi bencana yang meliputi: tata letak bangunan dan fasilitas, jaringan
prasarana, konstruksi bangunan, serta antisipasi jalur ungsi (escape route) dan
lokasi ungsi (escape building/ hill/area).
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Ruang Di Sekitar Jaringan Prasarana
KUPZ Ruang Di Sekitar Jaringan Prasarana Transportasi
1. KUPZ Ruang Di Sekitar Jalan Raya (Jalan Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, dan
Jalan Lokal Primer)
a. Pembatasan terhadap bangunan di tepi jalan dengan penetapan sempadan
bangunan.
b. Pembatasan perkembangan ruang di sekitar jalan melalui pengendalian alih
fungsi lahan berfungsi budidaya agar tidak mengganggu fungsi pelayanan jalan.
c. Pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sekitar jalan.
2. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Angkutan Perairan Danau
2a. KUPZ Ruang Di Sekitar Pelabuhan Danau
a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang atau kegiatan di dalam Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan,
yang harus mendapat izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
93
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Pembatasan melalui pengendalian pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar
pelabuhan yang harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional dan
pengembangan kawasan pelabuhan.
c. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang atau kegiatan di dalam Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
yang dapat mengganggu kegiatan pelabuhan.
2b. KUPZ Ruang Alur Pelayaran Danau
a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang pada alur pelayaran sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Pelarangan terhadap kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran.
c. Pelarangan terhadap kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran.
KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Energi
1. KUPZ Ruang Di Sekitar Pembangkit Tenaga Listrik
a. Pembatasan terhadap pemanfatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik
yaitu harus memperhatikan jarak aman.
b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik
yang saling membahayakan.
2. KUPZ Ruang Di Sekitar Transmisi Tenaga Listrik
a. Pembatasan terhadap kegiatan pada kawasan budidaya yang terletak di bawah
jaringan transmisi listrik.
b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. KUPZ Ruang Di Sekitar Gardu Induk (GI) listrik
94
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar Gardu Induk, yaitu harus
memperhatikan jarak aman.
b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar Gardu Induk yang saling
membahayakan.
KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Telekomunikasi
- Pembatasan pemanfatan ruang untuk menara pemancar telekomunikasi (BTS –
Base Tranciever Station) dengan memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.
KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Sumber Daya Air
1. KUPZ Ruang Di Sekitar Wilayah Sungai
a. Pemanfaatan ruang di sekitar sungai sebagai kawasan sempadan sungai sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana yang ditetapkan
dalam ketentuan mengenai sempadan sungai.
b. Pembatasan terhadap kegiatan yang dapat menurunkan kualitas konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air yang melampaui daya dukung
dan daya tamping, serta yang mengakibatkan peningkatan daya rusak air.
c. Pelarangan terhadap kegiatan di dalam wilayah sungai yang akan merusak
kualitas sumber daya air dalam wilayah sungai.
2. KUPZ Ruang Di Sekitar Jaringan Irigasi
a. Pemanfaatan ruang di sekitar saluran irigasi sebagai kawasan sempadan saluran
irigasi.
b. Pembatasan terhadap kegiatan yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas
air pada jaringan irigasi.
c. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar jaringan irigasi yang merusak jaringan
prasarana irigasi.
3. KUPZ Ruang Di Sekitar Bendungan
95
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH);
b. Penetapan lebar kawasan sekitar bendungan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
dan/atau mempertahankan bentuk badan air bendungan;
d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air bendungan;
e. Bila kawasan sekitar bendungan juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat
didirikan bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.
KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Permukiman Perkotaan
1. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Jaringan Air Bersih Perpipaan
a. Pembatasan terhadap kegiatan di sekitar prasarana jaringan air bersih (meliputi
pengambilan air baku, instalasi pengolahan, jaringan pipa ransmisi dan
distribusi, dan bangunan pelengkap lainnya) yang dapat menurunkan kualitas air
bersih dan mengganggu jaringan air bersih perpipaan.
b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana jaringan air bersih yang dapat
merusak jaringan air bersih perpipaan.
2. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Pengolahan Sampah
a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak minimal 400 meter di sekitar
prasarana pengolahan sampah agar tidak saling mengganggu.
b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana pengolahan sampah yang
saling membahayakan.
3. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Pengolahan Air Limbah
a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak tertentu di sekitar prasarana
pengolahan air limbah agar tidak saling mengganggu.
96
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana pengolahan air limbah yang
saling membahayakan.
4. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Drainase
a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak tertentu di sekitar prasarana drainase
agar tidak saling mengganggu.
b. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat menghambat aliran air pada
prasarana drainase.
KETENTUAN PERIZINAN
Ketentuan tentang perijinan pemanfaatan ruang ini menurut amanah pasal 37
ayat 8, UU 26/2007 akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebelum ini peraturan
perijinan dan jenis-jenis perijinan yang ada tercantum pada pasal-pasal dari PP no
20/1997 sebagaimana diubah dengan PP No 48/1998 tentang Retribusi Daerah. Pada PP
tersebut Retribusi dikelompokkan menjadi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha,
Retribusi Perijinan tertentu.
Ijin mendirikan bangunan (IMB) pada PP tersebut masuk dalam kelompok
Perijinan Tertentu, yaitu: Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah, Ijin Mendirikan Bangunan,
Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Ijin Gangguan, Ijin Trayek, Ijin Pengambilan
Hasil Hutan Ikutan. Ketentuan lebih lanjut tentang ruang lingkup masing-masing jenis
retribusi perijinan tertentu secara rinci untuk provinsi, kabupaten/kota ditetapkan
dengan Kepmendagri dengan pertimbangan Menteri keuangan.
Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang
melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan
bagi kepentingan umum.
Menurut UU26/2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme perijinan
merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu,
kinerja perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam menarik atau
menghambat investasi. Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan
mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata
ruang. Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam
97
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat
dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang,
dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat
dan kebiasaan yang berlaku.
Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut:
Setiap kegiatan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi
kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari Pemerintah
Kota/Kabupaten;
Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat
yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi
legal;
Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih
besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai
berikut:
Melindungi kepentingan umum (public interest);
Menghindari eksternalitas negative;
Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten.
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di kabupaten Aceh Besar
terdiri dari 18 jenis dan diperlihatkan pada tabel 61 berikut ini.
Tabel 61Jenis Perizinan Di Kabupaten Aceh Besar
No. Jenis Ijin Leading Sektor1. Ijin Sanitasi
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)Ijin Galian Golongan C
Dinas Binamarga Cipatakarya
98
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
2. Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)Ijin BengkelIjin Tempat UsahaTanda Daftar Perusahaan (TDP)Tanda Daftar Gudang (TDG)Tanda Daftar Industri (TDI)
Dinas Industri dan Perdagangan
3. Ijin Gangguan Dinas Perhubungan Kominfo4. Ijin Reklame Dinas Pendapatan5. Ijin Kaca Gelap Dinas Perhubungan6. Ijin Kapal Penangkap Ikan
Ijin Pengangkutan Hasil LautIjin Tambak
Dinas Perikanan Kelautan
7. Ijin Restoran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan8. Ijin Usaha Perkebunan Swasta Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Sumber : Kantor PTSP Aceh Besar setelah diolah, Oktober 2008
Keterangan :
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya = 4 jenis perijinan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan = 6 jenis perijinan
Dinas Perhubungan dan Kominfo = 2 jenis perijinan
Dinas Kelautan dan Perikanan = 3 jenis perijinan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan = 1 jenis perijinan
Dinas Kehutanan = 1 jenis perijinan
Dinas Pendapatan = 1 jenis perijinan
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa
transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang
dimohon negatif dan atau kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif
berupa:
Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang;
Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impact fee) sesuai
dengan eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas
sebelum proyek tersebut dibangun.
Jenis perijinan yang harus dimiliki, ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/Dinas
yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian kerja dan kompetensinya,
99
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
serta tidak boleh tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai
berikut:
Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan
yang dimohon;
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas yang
menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan kota;
Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan;
Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani lingkungan
hidup.
Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan
kegiatan yang dimohon;
Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh
walikota/Bupati melalui TKPRD.
Untuk efisiensi perijinan, Pemerintah Kota/Kabupaten perlu mengefektifkan pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Atap (PTSP). Adapun alur pengurusan ijin dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 11Bagan Alir Prosedur Pengurusan Izin
100
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Verifikasi persyaratan oleh
petugas pelayanan
Pengajuan Permohonan Izin lengkap dengan persyaratan
Mulai/Pemohon
Lengkap
Tidak lengkap
Pemohon mendapatkan resi penerimaan berkas. Pemohon membayar retribusi
untuk izin yang tarifnya bisa ditetapkan tanpa peninjauan lapangan dan diberikan
bukti kwitansi
Pembahasan
Tidak perlu suveyPerlu survey
Tidak sesuai Sesuai
Tinjau Lapangan
Surat penolakan pemrosesan izin yang disampaikan kepada pemohon
Tanda tangan
BAPPengetikan
Naskah izin & paraf Kepala Sub Bid. Pemrosesan
Izin
Penandatangan Sertifikat Izin oleh Kepala PTSP
Penyerahan setifikat izin kepada pemohon setelah pemohon mambayar retribusi
Selesai
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), waktu pengurusan telah ditentukan oleh kantor
PTSP yaitu selama 10 hari dengan persyaratan yang harus dipenuhi:
1. Rekomendasi dari Dinas Kimpraswil;
2. Permohonan ijin yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat;
3. Gambar bangunan 3 rangkap;
4. FC surat keterangan tanah;
5. FC surat ukur tanah;
6. FC surat tanda lunas PBB pada tahun berjalan.
Syarat-syarat pengurusan dan prosedur sudah jelas, tetapi sayangnya tarif tidak
dicantumkan secara resmi. Mestinya tarif dicantumkan di mana untuk menjaga
transparansi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, bahwa pelayanan perijinan adalah salah satu pelayanan
publik yang mestinya mengikuti norma-norma pelayanan, dimana Kepmenpan No.
25/M/PAN/2/2004 yang terdiri dari 14 indikator dan SE mendagri No. 100/757/OTDA
tahun 2002 mungkin dapat dijadikan acuan, meskipun harus disesuaikan dengan
keadaan instansi setempat. Paling tidak, 6 indikator ini secara minimal dapat dijadikan
acuan.
7. Prosedur Layanan
101
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
8. Waktu Penyelesaian
9. Biaya Pelayanan
10. Produk Layanan
11. Sarana dan Prasarana
12. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan
Pada kantor PTSP kabupaten Aceh Besar, berdasarkan wawancara, observasi, serta data
sekunder yang didapat, prosedur, waktu, biaya, produk layanan sudah cukup
transparan. Namun ada 2 hal yang menjadi kendala Kantor PTSP dalam meningkatkan
kualitas layanan:
3. Dasar Hukum masih dengan SK Bupati tahun 2007, belum menjadi SKPD. Karena
belum menjadi SKPD maka belum mempunyai kewenangan otonomi anggaran.
Anggaran masih menginduk pada bagian perekonomian SETDA.
4. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Di kantor PTSP hanya ada 2 komputer
dan belum berbasis Local Area Network (LAN). Hal ini dirasa kurang memadai,
sehingga menghambat tugas sehari-hari.
Struktur organisasi kantor PTSP dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 12
Struktur Organisasi Kantor PTSP
102
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi Penyuluhan dan DataSeksi Penyuluhan dan Data
KepalaKepala
Sub Bagian TUSub Bagian TU
Seksi Pemrosesan PerizinanSeksi Pemrosesan Perizinan
UPT - KECAMATANUPT - KECAMATAN
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Mengenai perijinan, IMB dapat dijadikan contoh analisis dalam mendiskripsikan aturan
dan NSPK keseluruhan perijinan. Berdasarkan data sekunder, dengan mengambil contoh
dokumen perda di 3 kabupaten, maka dalam merancang Qanun tentang IMB, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
11. Pengertian mendirikan bangunan/pengertian umum;
12. Klasifikasi bangunan;
13. Obyek dan subyek retribusi;
14. Tatacara pembayaran dan penagihan;
15. Ketentuan perijinan;
16. Ketentuan besar kecilnya tarif retribusi;
17. Ketentuan tentang Pembebasan Biaya IMB;
18. Pembinaan dan Pengawasan;
19. Ketentuan Pidana;
20. Ketentuan Penyelidikan.
Di Aceh Besar sudah terdapat Qanun IMB nomor 12/2003, namun ada beberapa hal
yang perlu disesuaikan dengan UU/dasar hukum dan dinamika perkembangan yang
baru:
3. Konsiderans;
Menimbang
Dasar pertimbangan qanun IMB mestinya RTRW dan RDTR. Sedangkan qanun No.
12/2003 di atas bukan Qanun IMB tetapi Qanun Retribusi. Sehingga dasar
pertimbangannya adalah UU 34/2000 tentang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah.
Mengingat
Dalam konsiderans mengingat, yakni dasar hukum, tidak mencantumkan:
UU No 11/2006 tentang pemerintahan Aceh;
UU 26/2007 tentang tata Ruang;
PP 26/2008 tentang RTRWN;
103
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Masih didasarkan pada Qanun No. 2/1993 tentang RTRWK (artinya masih
mengacu pada tata Ruang yang lama yaitu UU 24/1992). Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan UU tata Ruang yang baru dan namanya mesti dirubah
menjadi Qanun IMB.
4. Isi
Isi Qanun retribusi IMB Aceh besar terdiri dari 22 bab, 30 pasal, yang susunan isinya
adalah:
Bab I : Ketentuan Umum;
Bab II : Pengertian Mendirikan Bangunan;
Bab III : Perijinan;
Bab IV : Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
Bab V : Golongan Retribusi;
Bab VI : Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa;
Bab VII : Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan
Besarnya Tarif;
Bab VIII : Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi;
Bab IX : Pencabutan, Penolakan, Peralihan dan Batalnya Ijin;
Bab X : Legalitas;
Bab XI : Tata Cara Pembayaran Retribusi;
Bab XII : Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi;
Bab XIII : Ketentuan Pidana;
Bab XIV : Ketentuan Penutup.
Dari isi Qanun retribusi IMB di atas, pasal tentang legalitas belum dicantumkan, dimana
legalitas merupakan denda biaya retribusi yang dikenakan sebagai akibat kelalaian
pemohon yang sedang dan atau telah membangun tanpa memiliki IMB terlebih dahulu.
Pada Qanun Retribusi IMB Aceh Besar belum dilampiri dengan klasifikasi bangunan
karena memang bukan Qanun IMB tetapi Qanun retribusi.
KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Insentif diberikan untuk mendorong perkembangan zona sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan disinsentif diberikan untuk menghambat perkembangan zona sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
104
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Insentif
Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong
perwujudannya dalam rencana tata ruang. Ketentuan insentif dalam RTRW Kabupaten
Aceh Besar ini disusun berdasarkan:
- rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar
dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten (KSK) sebagai
turunannya;
- ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kabupaten Aceh Besar;
- peraturan perundang-undangan sektor yang terkait.
Ketentuan insentif oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dapat ditujukan kepada 3
pihak, yaitu:
- Daerah tetangga, yaitu Pemerintah Kabupaten lainnya, terutama Kabupaten
tetangga;
- Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten;
- Masyarakat umum, yang terdiri dari: investor/dunia usaha, lembaga komersial,
perorangan, dan sebagainya.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kabupaten tetangga yang
diindikasikan perlu diberikan insentif, antara lain adalah:
- pengembangan prasarana, seperti jaringan jalan dan jembatan, pengolahan
sampah, sumber dan jaringan air bersih pada kawasan permukiman (perkotaan
dan perdesaan) dan lainnya pada bagiaan wilayah yang berdekatan atau
berbatasan;
- pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan budidaya yang
menerus (contiguous) di antara wilayah kabupaten yang berbatasan guna
menjaga kualitas kawasan lindung dan efektifnya pemanfaatan kawasan
budidaya yang berbatasan.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan Pemerintah Desa dalam wilayah
Kabupaten yang diindikasikan perlu diberikan insentif, antara lain adalah:
105
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
- inisiatif pengembangan prasarana dan sarana oleh Pemerintah Desa yang
mengisi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang yang ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten;
- pengembangan kelembagaan (badan dan/atau aturan) di tingkat desa yang
berperan dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di desa yang
bersangkutan.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan masyarakat yang diindikasikan perlu
diberikan insentif, antara lain adalah:
- inisiatif pengembangan prasarana dan sarana secara komunal kawasan
permukiman yang selaras atau sesuai dengan penetapan atau ketentuan dalam
RTRW Kabupaten;
- inisiatif pengembangan bangunan dan lingkungan permukiman yang
menerapkan prinsip mitigasi bencana, seperti pemakaian bahan bengunan dan
penerapan konstruksi bangunan, penataan bangunan dan lingkungan yang
menyediakan jalur ungsi (escape route) dan tempat ungsi (escape
area/building);
- inisiatif peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman , seperti
pergeseran atau perpindahan bangunan yang terkena dengan sempadan sungai
sehingga sesuai dengan tata ruang yang baik atau ditetapkan, pengembangan
ruang terbuka hijau privat dengan vegetasi yang sesuai, dan sebagainya.
Selanjutnya ketentuan insentif untuk masing-masing kelompok tersebut di atas dapat
diidentifikasikan sebagai berikut ini.
1. Ketentuan insentif kepada Pemerintah Kabupaten lainnya antara lain adalah:
a. pemberian kompensasi;
b. urun saham.
2. Ketentuan insentif kepada Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten antara lain
adalah:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
d. publisitas atau promosi.
3. Ketentuan insentif kepada masyarakat umum antara lain adalah:
106
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. pemberian kompensasi;
b. pengurangan retribusi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan prasarana dan sarana;
g. penghargaan; dan/atau
h. kemudahan perizinan.
Disinsentif
Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi
atau mengurangi pertumbuhan/perkembangan, agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ketentuan disinsentif dalam RTRW
Kabupaten Aceh Besar ini disusun berdasarkan:
- rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar
dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten (KSK) dan kawasan
lainnya sebagai turunannya;
- ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kabupaten Aceh Besar;
- peraturan perundang-undangan sektor yang terkait.
Ketentuan disinsentif oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar ditujukan kepada
Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, dan masyarakat umum, yang
terdiri dari: investor/dunia usaha, lembaga komersial, perorangan, dan sebagainya.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan Pemerintah Desa dalam wilayah
Kabupaten Aceh Besar yang diindikasikan perlu penerapan disinsentif berupa:
- bangunan sarana pelayanan umum yang dibangun Pemerintah Desa yang
terletak di sempadan sungai dan atau badan air yang tidak sesuai dengan
penetapan dalam RTRW ini;
- bangunan sarana pelayanan umum yang dibangun Pemerintah Desa yang
pemanfaatannya tidak sesuai dengan peruntukannya secara ruang (terutama
dapat diidentifikasi pada tingkat rencana rinci/detail kawasan dengan peraturan
zonasi yang lebih rinci).
107
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan masyarakat yang diindikasikan perlu
penerapan disinsentif berupa pemanfaatan ruang yang telah ada sebelum RTRW
Kabupaten ini ditetapkan, yang tidak sesuai dengan penetapan dalam RTRW Kabupaten
ini, yang antara lain adalah:
- permukiman atau bangunan yang tidak sesuai perletakannya, yang terletak di
sempadan sungai dan atau badan air yang tidak sesuai dengan penetapan dalam
RTRW ini;
- bangunan atau sarana kegiatan swasta/masyarakat yang pemanfaatannya
tidak sesuai dengan peruntukannya secara ruang (terutama dapat diidentifikasi
pada tingkat rencana rinci/detail kawasan dengan peraturan zonasi yang lebih
rinci).
Ketentuan disinsentif kepada Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar
antara lain adalah:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Ketentuan disinsentif kepada masyarakat umum tersebut antara lain adalah:
a. pengenaan pajak atau retribusi daerah yang tinggi;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur; dan/atau
c. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan.
A. Penerapan Perangkat Insentif
1. Insentif khusus diberikan untuk pengembangan Kota Takengon sebagai ibukota
Kabupaten Aceh Besar yang merupakan simpul pelayanan kawasan skala
wilayah/regional, pengembangan kawasan perkotaan Isaq dan Angkup sebagai
simpul pelayanan/pusat kegiatan skala lokal pada bagian timur dan barat wilayah
kabupaten, pengembangan kawasan strategis agropolitan di Jagong Jeget-Atu
Lintang dan sekitarnya, pengembangan kawasan strategis peternakan Ketapang
(Kec.Linge), pengembangan perkebunan tebu di wilayah Kec.Ketol, pengembangan
kawasan pertanian lahan basah (untuk ketahanan pangan), pengembangan kawasan
permukiman, pengembangan sarana dan prasarana pelayanan umum dan sosial
2. Insentif untuk mendorong pengembangan wilayah meliputi:
108
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
a. Pembangunan Jalan Lintas Tengah Sumatera atau jalan akses
Lintas Tengah Sumatera.
b. Pembangunan sarana pemerintahan, perdagangan dan jasa
serta fasilitas umum dan sosial lainnya ;
c. Kemudahan perijinan perubahan rencana tapak bagi
pengembang yang telah memiliki ijin sebelumnya.
3. Insentif untuk mendorong pengembangan Kawasan Agropolitan dan Peternakan
terpadu adalah:
1. Kemudahan perijinan.
2. Penyediaan pelayanan jaringan infrastruktur jalan, irigasi dan penunjang
kawasan pertanian lahan basah
3. Pembangunan sarana pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa serta
fasilitas umum dan sosial lainnya yang terkait dengan pengembangan pertanian,
peternakan;
4. Insentif untuk mendorong pengembangan Kawasan pertanian lahan basah adalah:
a. Kemudahan perijinan pengembangan kawasan pertanian lahan basah.
b. Penyediaan pelayanan jaringan infrastruktur
c. Kompensasi pajak tanah dan bangunan yang lebih ringan
d. Pembangunan sarana pertanian yang terkait dengan pengembangan pertanian,
lahan basah;
B. Penerapan Perangkat Disinsentif
1. Disinsentif akan dikenakan untuk mengarahkan dan atau mengendalikan
pembangunan di wilayah/kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan (kawasan
lindung) pada bagian utara dan selatan, timur dan barat wilayah.
2. Disinsentif yang dikenakan untuk pembangunan di wilayah selatan dan timur
(kawasan lindung) adalah:
a. Ijin lokasi baru untuk permukiman dengan kepadatan rendah,
berdasarkan kajian geologi dan geohidrologi serta berdasarkan ketentuan
perundang - undangan lainnya;
109
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
b. Pembangunan jaringan prasarana baru disesuaikan dengan
karakteristik wilayah berdasarkan kajian kelayakan teknis, lingkungan dan
kelayakan sosial.
3. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan pembangunan dan
perkembangan di wilayah timur dan barat wilayah Kabupaten Aceh Besar dengan
pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi
kepentingan umum.
4. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan perkembangan kawasan
pertanian lahan basah dengan pembatasan infrastruktur permukiman (listrik, air
bersih)
5. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan perkembangan pada kawasan
pariwisata Danau Lut Tawar dengan pembatasan pembangunan fisik pada lahan yang
secara fisik tidak memungkinkan dibangun bangunan permukiman dan bangunan
lainnya, pembatasan pembangunan infrastruktur permukiman pada bagian kawasan
pariwisata yang tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan.
ARAHAN SANKSI
Pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata ditetapkan pada tingkat Undang-
Undang. Sehingga pengenaan sanksi pada tingkat Kabupaten Aceh Besar adalah
pengenaan sanksi administratif.
Arahan pengenaan sanksi administratif adalah dalam rangka penertiban
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Bentuk
pelanggaran yang dimaksud meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang wilayah dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar;
b. pelanggaran terhadap ketentuan umum peraturan zonasi Kabupaten Aceh Besar;
c. pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin pemanfaatan ruang;
d. pemanfaatan ruang yang telah memiliki izin pemanfaatan ruang tetapi tidak
sesuai dengan RTRW Kabupaten Aceh Besar;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Besar;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
110
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
g. pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang tidak benar;
h. pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang.
Selanjutnya arahan pengenaan sanksi sehubungan dengan bentuk-bentuk pelanggaran
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut ini.
Terhadap bentuk-bentuk pelanggaran huruf: a, b, d, e, f, dan g di atas arahan pengenaan
sanksi administratifnya adalah:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian sementara pelayanan umum;
4. penutupan lokasi;
5. pembongkaran bangunan;
6. pemulihan fungsi ruang;
7. denda administratif;
8. pencabutan izin;
9. pembatalan izin.
Terhadap bentuk pelanggaran huruf c, arahan pengenaan sanksi administratifnya
adalah:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian sementara pelayanan umum;
4. penutupan lokasi;
5. pembongkaran bangunan;
6. pemulihan fungsi ruang;
7. denda administratif.
Terhadap bentuk pelanggaran huruf h, arahan pengenaan sanksi administratifnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan aparat
pemerintahan.
Terkait arahan sanksi yang perlu diberikan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Monitoring, evaluasi dan penertiban merupakan
bagian dari kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, baik oleh Public
maupun privat. Kegiatan monitoring, evaluasi hingga penertiban pemanfaatan ruang
111
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
dilakukan dari penyusunan kegiatan, keluaran hingga pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan disusun dalam tabel tabel berikut:
Tabel 62Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
a. Penyusunan daftar penyimpangan/ pelanggaran pemanfaatan ruang persil
Tabel tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang.Peta sebaran penyimpangan
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Minimum sekali dalam 6 bulan
Daftar ini hanya untuk penyimpangan persil atau kawasan yang dikuasai oleh satu kepemilikan (individual ataupun badan hukum)
b. Menyiapkan kerangka acuan pekerjaan pemantauan
Kerangka acuan pelaksanaan pekerjaan pemantauan
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Penyiapan kerangka acuan dengan memanfaatkan hasil rekapitulasi pelaporan perubahan pemanfaatan ruang.
c. Pembentukan tim penyidik penyimpangan pemanfaatan ruang
Keputusaan Ketua /BKPRD tentang pembentukan Tim Kecil terdiri dari berbagai instansi terkait pelaksanaan pemantauan
Bappeda, Lembaga yang Terkait/ BKPRD kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Tim pemantauan lapangan dapat dilakukan secara swakelola atau oleh konsultan.
d. Memeriksa dan membuktikan pelanggaran persil
Bukti pelanggaran
Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran
Pengumpulan bukti diperoleh dari lapangan penguasaan lahan, instansi pemberi ijin dan instansi terkait.
e. Merumuskan temuan penyimpangan
Rumusan awal pelanggaran pemanfaatan ruang
Tim Penyidik Jika terjadi pelanggaran
Disajikan secara tipologi, besaran dan faktor penyebabnya.
f. Membahas temuan penyimpangan dan rekomendasi tindak lanjut
Rumusan final pelanggaran pemanfaatan ruang dan rekomendasi
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Temuan penyimpangan dibahas dalam forum BKPRD dengan
112
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
dalam forum TKPR Daerah
penyelesaian masalah
mengundang pihak-pihak terkait.
g. Laporan hasil pemantauan kepada Bupati
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada Bupati tentang laporan hasil pemantauan.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Surat Ketua DPRD dilampirkan buku laporan hasil pemantauan.
h. Pemberitahuan hasil pemantauan kepada instansi tingkat kota/kabupaten terkait dan camat
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPR kepada instansi terkait dan camat tentang laporan hasil pemantauan.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Surat Ketua DPRD berisikan penyampaian temuan penyimpangan RTRWK yang perlu diketahui oleh instansi terkait.
i. Pemberitahuan laporan hasil pemantauan kepada pelanggar
Surat Ketua Dinas Tata Ruang/BKPRD kepada pelanggar.
Bappeda/Lembaga yang Terkait/BKPRD Kabupaten Aceh Besar
Jika terjadi pelanggaran
Berisikan tipologi pelanggaran persil yang bersangkutan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 63Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanan Periode Pelaksanaan
Keterangan
Evaluasi temuan penyimpangan
Rumusan tingkat penyimpangan RTRW Kabupaten
Bappeda dan instansi terkait
Minimum sekali dalam 5 tahun
-
Evaluasi kinerja instansi pemberi perijinan
Rumusan tingkat penyimpangan mekanisme pemberian perijinan pemanfaatan ruang.
Bappeda dan instansi terkait
Minimum sekali dalam 5 tahun
-
Masukan/umpan balik untuk evaluasi RTRWN/RTRW Propinsi/kota/kabupaten.
Rumusan materi bagi evaluasi RTRW.
Bappeda dan instansi terkait
Minimum sekali dalam 5 tahun
-
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 64Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
113
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
(Sanksi Administratif)Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode
PelaksanaanKeterangan
Menyiapkan langkah-langkah penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
Rumusan awal langkah-langkah penertiban
Bappeda kabupaten
Sesuai kebutuhan Berdasarkan hasil pemantauan (bagian dari tahap pengawasan pemanfaatan ruang)
Membahas langkah penertiban dalam forum TKPR propinsi
Rumusan final langkah-langkah penertiban
Bappeda atau BKPRD kabupaten
Sesuai kebutuhan -
Melaporkan kepada Bupati tentang rencana tindakan penertiban.
Surat Ketua TLPRD kota kepada Bupati.
BKPRD kabupaten.
Sesuai kebutuhan Berisi rencana tindakan penertiban.
Pembentukan tim khusus pelaksana koordinasi tindakan penertiban
Keputusan Bupati tentang pembentukan tim khusus penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.
Bupati. Sesuai kebutuhan Bupati membentk tim khusus untuk melakukan koordinasi tindakan penertiban yang melibatkan bagian penertiban, satpol pamong praja dan instansi terkait.
Koordinasi tindakan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
Pemberian sanksi adminitratif kepada aparat pemerintah atau sanksi administratif kepada masyarakat.
Tim khusus penertiban.
Sesuai kebutuhan Tim khusus dapat menugaskan anggotanya untuk melaksanakan tindakan penertiban sesuai dengan perundang-undangan.
Tim khusus dapat bekerja sama dengan Polisi, Kodim dll, untuk melaksanakan penertiban langsung.
Pengawasan pelaksanaan sanksi
Daftar pelanggar yang tidak melaksana-kan sanksi.
Tim khusus penertiban/tim wibawapraja
Sesuai kebutuhan Apabila pelanggar tidak menjalankan sanksinya maka tim khusus wajib mengajukan ke pengadilan untuk diproses secara
114
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Pelaksanaan
Keterangan
hukum.Pengajuan atau pengaduan ke lembaga peradilan
Berkas pengajuan ke pengadilan.
Tim khusus. Masyarakat
atau badan hukum.
Sesuai kebutuhan Pengajuan ke lembaga peradilan dapat dilakukan oleh masyarakat atau badan hukum tertentu apabila merasa dirugikan oleh pelanggar.
Pengenaan sanksi Sanksi pidana dan atau sanksi perdata.
Lembaga peradilan.
Sesuai kebutuhan Sanksi dikenakan apabila terbukti bersalah secara hukum oleh pengadilan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 65Alternatif Bentuk Penertiban
Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertibanSetelah rtr diundangkan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah ditetapkan dalam RTR.
Kegiatan/pembangunan dihentikan.Pencabutan ijin.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRW.
Kegiatan/pembangunan dihentikan.Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan.Denda.Kurungan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi kondisi teknis pemanfaatan ruang (bangunan, proporsi pemanfaatan, dll) tidak
Kegiatan dihentikan.Memenuhi persyaratan teknis.
115
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertibanSetelah rtr diundangkan
sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan dalam RTR.Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk atau pola pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam RTR.
Kegiatan dihentikan.Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang.Denda. dan Kurungan.
SEBELUM RTR DIUNDANGKANPemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. Contoh terjadi alih fungsi sawah irigasi teknis menjadi bangunan pertokoan, perumahan maupun bangunan lainnya yang terjadi di sekitar jalan jalan utama seperti di Jalan Banda Aceh – Medan.
a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap, melalui; Pembatasan masa perijinan. Pemindahan/relokasi/resetllement. Penggantian yang layak.
b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan. Penyesuaian persyaratan teknik. Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
c. Pembinaan melalui penyuluhan.Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan menyimpang. Contoh pembangunan rumah yang sesuai dengan fungsinya, tetapi luasannnya tidak sesuai dengan izin yang diterima
b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi persyaratan teknis menyimpang. Contoh bangunan bangunan yang tidak sesuai dengan aturan sempadan bangunan.
b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Penyesuaian persyaratan teknis. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang menyimpang.
b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui; Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang. Pembatasan perluasan bangunan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan. Penyesuaian persyaratan teknis.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010
KETENTUAN PENYIDIKAN
Ketentuan penyidikan terhadap indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang tercantum
dalam pasal 68 UU 26/2008 tentang Penataan Ruang. Dalam lingkup Pemerintah
Kabupaten/Kota dimungkinkan adanya PPNS (Penyelidik Pegawai negeri sipil) yang
116
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
membantu kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap penyimpangan
pemanfaatan ruang. PPNS berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang di duga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang di duga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat di jadikan dalam perkara tindak pidana dalam
bidang penataan ruang, dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang
Gambar 13Peta Kesesuaian Lahan RTRW Kabupaten Aceh Besar
117
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Peta 14Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar
118
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar