bab ii evaluasi hasil pelaksanaan rkpd tahun lalu dan...

78
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017 II-1 Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Provinsi Kalimantan Utara adalah provinsi ke-34 di Indonesia yang merupakan Provinsi termuda yang berdiri berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2012. Daerah Kalimantan Utara terdiri dari Empat Kabupaten yaitu Kabupaten Bulungan beribukota di Tanjung Selor, Kabupaten Malinau beribukota di Malinau, Kabupaten Nunukan beribukota di Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung beribukota di Tideng Pale serta Kota Tarakan. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Utara 75.467,70 Km2, terletak antara 114°35'22" dan 118°03'00" Bujur Timur, dan antara 1°21'36" dan 4°24'55" Lintang Utara. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, yakni Negara Bagian Sabah dan Sarawak, Laut Sulawesi di sebelah timur, Kalimantan Timur di sebelah selatan, dan Malaysia di sebelah barat. Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia baik wilayah darat dan laut yang juga merupakan Alur Laut kepulauan Indonesia (ALKI) II dari Laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui Selat Makasar dan Selat Lombok yang memiliki potensi strategis sebagai pendukung perekonomian wilayah. Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Utara menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut: Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Ibukota Luas Daratan (Km 2 ) Jumlah Kecamatan Jumlah Desa Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81 Malinau Malinau 42.620,70 15 109 Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240 Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29 Tarakan Tarakan 250,80 4 20 Kalimantan Utara 75.467,70 50 479 Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan kaltara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Upload: vungoc

Post on 07-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-1

Bab II

Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu

Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Provinsi Kalimantan Utara adalah provinsi ke-34 di Indonesia yang

merupakan Provinsi termuda yang berdiri berdasarkan Undang-undang nomor

20 tahun 2012. Daerah Kalimantan Utara terdiri dari Empat Kabupaten yaitu

Kabupaten Bulungan beribukota di Tanjung Selor, Kabupaten Malinau

beribukota di Malinau, Kabupaten Nunukan beribukota di Nunukan dan

Kabupaten Tana Tidung beribukota di Tideng Pale serta Kota Tarakan. Luas

wilayah Provinsi Kalimantan Utara 75.467,70 Km2, terletak antara 114°35'22"

dan 118°03'00" Bujur Timur, dan antara 1°21'36" dan 4°24'55" Lintang Utara.

Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, yakni Negara Bagian

Sabah dan Sarawak, Laut Sulawesi di sebelah timur, Kalimantan Timur di

sebelah selatan, dan Malaysia di sebelah barat. Provinsi Kalimantan Utara

merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga

Malaysia baik wilayah darat dan laut yang juga merupakan Alur Laut kepulauan

Indonesia (ALKI) II dari Laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui Selat

Makasar dan Selat Lombok yang memiliki potensi strategis sebagai pendukung

perekonomian wilayah.

Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Utara

menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 2.1

Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Ibukota Luas

Daratan (Km2)

Jumlah Kecamatan

Jumlah Desa

Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81

Malinau Malinau 42.620,70 15 109

Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240

Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29

Tarakan Tarakan 250,80 4 20

Kalimantan Utara 75.467,70 50 479

Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan kaltara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-2

Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Kabupaten Malinau

merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Utara,

yakni mencapai 56% dari total luasan, sedangkan daerah dengan luas wilayah

terkecil adalah Kota Tarakan karena persentasenya tidak mencapai angka 1%

dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi geografis Provinsi

Kalimantan Utara selain berupa pegunungan adalah juga merupakan daerah

kepulauan. Pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten

Nunukan, Bulungan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Jumlah pulau-pulau kecil

di Provinsi Kalimantan Utara adalah 161 pulau dengan luas total mencapai

3597 m2. Pulau-pulau terbesar diantaranya yaitu Pulau Tarakan (249 m2),

Pulau Sebatik (245 m2), Pulau Nunukan (233 m2), Pulau Tanah Merah (352

m2). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah 3.955 Km, 908 Km

(23%) merupakan garis pantai daratan, dan 3.047 Km (77%) merupakan garis

pantai kepulauan. Secara lebih jelas, persentase luas daratan menurut

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada diagram dan

Peta Cakupan Wilayah di bawah ini:

Gambar 2. 1

Persentase Luas Daratan Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Iklim di Provinsi Kalimantan Utara beriklim Tropis dan mempunyai dua

musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, musim kemarau biasanya

terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim

penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April, namun

dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Utara kadang

tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam

kenyataannya tidak ada hujan sama sekali ataupun sebaliknya.Selain itu karen

18.45%

56.48%

18.34%

6.40% 0.33%

Bulungan

Malinau

Nunukan

TanaTidung

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-3

letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Utara juga dipengaruhi

oleh angin Muson Barat Nopember-April dan Angin Muson Timur Mei-Oktober.

Gambar 2. 2

Peta Administratif Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Bappeda Kalimantan Utara

Secara umum Provinsi Kalimantan Utara beriklim panas dangan suhu

pada tahun 2013 berkisar antara 23,9°C di Tanjung Selor pada bulan Februari

sampai 33,9°C pada bulan September. Rata-rata suhu terendah adalah 24,1°C

di Tanjung Selor dan tertinggi 32,8°C terjadi di Tanjung Selor.

Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di

Kalimantan Utara pada tahun 2013, pengamatan menunjukan bahwa

kecepatan angin antara 3 sampai 5 knot. Kecepatan tertinggi adalah 5 knot

terjadi di Tanjung Selor dan Tarakan, sementara yang terendah adalah 3 knot

di Nunukan.

Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi Sumber Daya

Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga

sebagai penerima manfaat pembangunan. Dalam konteks pengembangan

wilayah, penduduk sebagai potensi sumberdaya manusia berperan untuk

mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya secara

bijaksana dan berkelanjutan. Peran penduduk dalam pembangunan adalah

sebagai subyek dan obyek pembangunan. Selain itu, penduduk juga dapat

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-4

menjadi potensi dan beban pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi

potensi pembangunan apabila disertai dengan kualitas yang tinggi. Dan

sebaliknya, apabila memiliki kualitas yang rendah maka penduduk menjadi

beban pembangunan.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator

tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah

penduduk sehingga akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti

fasilitas pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah

penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2010 sampai 2014 selalu

mengalami peningkatan. Rincian jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara

yang terbagi kedalam penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 2. 2

Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2000-2014

di Provinsi Kalimantan Utara

Jumlah Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Laki-laki (jiwa) 278395 290839 303278 316057 328602

Perempuan (jiwa) 245752 256538 267626 278925 289605

Total (jiwa) 524147 547377 570904 594982 618207

Pertumbuhan (%) 3,09 4,43 4,30 4,22 3,90

Pola persebaran penduduk Kalimantan Utara menurut luas wilayah

sangat timpang. Sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat

kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antara kabupaten

dengan kota. Tingkat kepadatan penduduk Kalimantan Utara adalah 8,82

jiwa/km2.

Tabel 2. 3

Kepadatan Penduduk Kabupaten / Kota Tahun 2012-2014

Kabupaten/Kota Luas

Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk

2010 2011 2012 2013 2014

Bulungan 13181,92 9 9 9 12 12

Malinau 40088,41 2 2 2 2 2

Nunukan 14247,5 10 11 11 11 12

Tana Tidung 4828,58 5 5 4 4 4

Tarakan 250,8 777 808 840 872 906

Kalimantan Utara 72597,21 7 8 8 8 9

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-5

Tabel di atas menunjukkan adanya kesenjangan dalam hal persebaran

penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, terutama antar kabupaten dengan kota.

Kepadatan penduduk di Kota Tarakan mencapai ratusan jiwa/km2 akan tetapi

berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang memiliki kepadatan hanya 1-12

jiwa/km2. Kota Tarakan merupakan daerah paling padat dibandingkan dengan

daerah lainnya yaitu dengan kepadatan 906 jiwa/km2 sampai tahun 2014.

Sedangkan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki

kepadatan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Malinau, yakni hanya 2

jiwa/km2.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Provinsi Kalimantan Utara Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2013

sebesar 4,56 persen dengan migas dan non migas sebesar 6,20

persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 10,41

persen dengan migas dan non migas 10,71 persen, maka pada tahun

2013, laju pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas

mengalami penurunan. Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan

Utara pada Tahun 2013 mengalami percepatan pertumbuhan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya sektor industri

pengolahan yang mengalamai perlambatan.

PDRB dengan migas menunjukan bahwa sektor ekonomi yang

sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Utara adalah

sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (10,94 Persen),

Perdagangan, Hotel & Restoran (10,01 persen), Jasa-jasa (9,71

Persen), serta sektor Bangunan (8,42 Persen).

Struktur PDRB non migas didominasi oleh empat sektor yaitu

sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1094 Persen),

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (10,01 Persen), sektor Jasa-

jasa (9,71 persen), serta sektor Industri Pengolahan (4,86 Persen).

PDRB Kalimantan Utara menurut penggunaan pada tahun 2013,

masih didominasi oleh komponen ekspor impor dengan kontribusi 50,14

persen (net ekspor). Disusul pengeluaran Pembentukan Modal Tetap

Bruto sebesar 21,17 persen dan pengeluaran untuk komsumsi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-6

rumahtangga yaitu 19,44 persen. Sedangkan pertumbuhan untuk

semua komponen tahun 2013 mengalami percepatan dibandingkan

tahun sebelumnya kecuali pada penggunaan perubahan inventori dan

ekspor-impor.

PDRB dengan migas menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013

terbesar ada di Kota Tarakan dengan nilai PDRB sebesar 10,00 triliun

Rupiah disusul Kabupaten Nunukan dengan nilai 5,82 triliun Rupiah,

dan Kabupaten Bulungan dengan nilai 3,23 triliun Rupiah. Sedangkan

pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut Kabupaten/Kota pda tahun

2012 ada di Kabupaten Malinau sebesar 11,18 persen.

Gambar 2. 3

PDRB dari Tahun 2010 s.d 2014 Berdasarkan ADHK Tahun Dasar 2010

Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Sektor perekonomian yang paling dominan dan menunjang

perekonomian daerah di Provinsi Kalimantan Utara masih dipegang

oleh sektor primer yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang

memiliki peranan sebesar 30,33% pada tahun 2010. Kontribusi sektor

pertambangan dan penggalian terhadap PDRB terus meningkat

mencapai 33,68 % di tahun 2013. Meski mengalami penurunan sampai

31,53% di tahun 2014, sektor ini tetap menjadi sektor yang berkontribusi

paling besar selama lima tahun berturut-turut. Sektor primer

penyumbang terbesar selain pertambangan dan penggalian adalah

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 17,02% di tahun

2014. Sektor pertanian kemudian disusul oleh sektor sekunder, yaitu

34.9 37.8

40.7

44.1

47.6

2010 2011 2012 2013 2014

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

Tahun

TriliunRp

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-7

sektor konstruksi. Sektor sekunder ini terus tumbuh dari 11,68% di

tahun 2010 dan mencapai 11,91% pada tahun 2014, yang kemudian

diikuti oleh perkembangan sektor perdagangan 9,95% di tahun 2014

dan industri pengolahan sebesar 9,31% pada tahun yang sama.

Tabel 2. 4

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

di Provinsi Kalimantan Utara

No Sektor

2010 2011 2012 2013 2014

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

% % % % % % % % % %

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

17,86 17,86 16,72

17,65 16,52 16,52 16,23 16,23 17,02 17,02

2 Pertambangan dan Penggalian

30,33 30,33 33,92

30,25 33,25 33,25 33,68 33,68 31,53 31,53

3 Industri Pengolahan

10,23 10,23 9,8 9,95 9,42 9,42 9,21 9,21 9,31 9,31

4 Pengadaan Listrik dan Gas

0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

6 Konstruksi 11,68 11,68

10,77

11,45 11,66 11,66 11,64 11,64 11,91 11,91

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10,7 10,70 10,37

10,81 10,11 10,11 9,73 9,73 9,95 9,95

8 Transportasi dan Pergudangan

5,43 5,43 5,1 5,62 5,23 5,23 5,53 5,53 5,87 5,87

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1,27 1,27 1,23 1,26 1,28 1,28 1,29 1,29 1,31 1,31

10 Informasi dan Komunikasi

2,11 2,11 1,97 2,19 1,99 1,99 2 2 1,95 1,95

11 Jasa Keuangan dan Asuransi

1,13 1,13 1,05 1,15 1,11 1,11 1,12 1,12 1,1 1,1

12 Real Estate 0,91 0,91 0,83 0,96 0,8 0,8 0,82 0,82 0,84 0,84

13 Jasa Perusahaan 0,29 0,29 0,29 0,31 0,29 0,29 0,28 0,28 0,29 0,29

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

5,01 5,01 4,86 5,13 5,11 5,11 5,12 5,12 5,48 5,48

15 Jasa Pendidikan 1,61 1,61 1,76 1,81 1,94 1,94 2,07 2,07 2,15 2,15

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,82 0,82 0,76 0,83 0,75 0,75 0,74 0,74 0,74 0,74

17 Jasa Lainnya 0,52 0,52 0,47 0,51 0,46 0,46 0,44 0,44 0,45 0,45

PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

B. Inflasi

Selama Tahun 2014, provinsi Kalimantan Utara mengalami inflasi

sebesar 11,91 % persen, atau tejadi perubahan Indeks Harga

Konsumen (IHK) dari 159,96 pada bulan Desember 2013 menjadi

176,52 pada bulan Desember 2014. Penghitungan angka inflasi

Provinsi Kalimantan Utara sudah terwakili oleh Kota Tarakan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-8

Gambar 2. 4

Laju Inflasi Tahun 2009-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

C. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita digunakan untuk menunjukkan nilai PDRB per-

kepala atau satu orang penduduk. PDRB per kapita digunakan sebagai

salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. PDRB

ADHK per kapita Provinsi Kalimantan Utara selama rentang tahun

2010-2014 menjadi bukti nyata pertumbuhan ekonomi per kapita yang

positif. Pertumbuhan rata-rata PDRB ADHK per kapita penduduk

Provinsi Kalimantan Utara sebesar 3,73%.

Tabel 2.5

PDRB ADHK Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 37.829.038 40.768.541 44.087.345 47.683.295

Jumlah Penduduk (jiwa)

524.147 547.377 570.904 594.982 618.207

PDRB perkapita (Rp/jiwa)

66.619.818 69.109.660 71.410.502 74.098.620 77.131.601

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil

olahan

Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB

ADHB per kapita. Pada tahun 2010 PDRB per kapita penduduk Provinsi

Kalimantan Utara sebesar 66 juta. Angka ini terus meningkat hingga

mencapai 95,5 juta pada tahun 2014 atau meningkat 8,15% dibanding

tahun 2013.

7.217.92

6.43 5.99

10.35

11.91

0

2

4

6

8

10

12

14

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%

Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-9

Tabel 2. 6

PDRB ADHB Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 42.410.932 47.334.832 52.574.854 59.080.463

Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207

PDRB perkapita (Rp/jiwa)

66.619.818 77.480.297 82.912.069 88.363.773 95.567.445

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara, 2016 dengan hasil

olahan

Gambar 2. 5

PDRB ADHB perkapita 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara

D. Indeks Gini /Koefisien Gini

Indeks gini/koefisien gini merupakan salah satu indikator tingkat

pemerataan distribusi pendapatan atau dengan kata lain indikator

pengukur ketimpangan pendapatan. Koefisien gini merupakan suatu

ukuran kemerataan yang dihitung dengan membagi penduduk

berdasarkan tingkat pendapatannya kemudian menetapkan proporsi

pendapatan yang diterima masing-masing kelompok penduduk. Angka

koefisien gini berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu

(ketimpangan sempurna). Angka koefisien gini yang semakin mendekati

nol berarti dapat diartikan bahwa pemerataan semakin baik. Sebaliknya,

apabila angka koefisien semakin mendekati 1, maka dapat diartikan

bahwa ketimpangan pendapatan semakin besar.

66.6

76.982.9

88.395.5

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

2010 2011 2012 2013 2014

JutaRp

Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-10

Tabel 2. 7

Koefisien Gini Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 2014

Bulungan 0,31 0,34 0,40 0,36 0,302

Malinau 0,23 0,33 0,35 0,33

Nunukan 0,27 0,34 0,35 0,25

Tana Tidung 0,26 0,31 0,30 0,24 0,273

Tarakan 0,19 0,27 0,31 0,33

Kalimantan Utara2

0,33 0,36 0,33 0,33

Nasional 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41

Sumber:

1) RPJP Kaltara

2) Kaltara Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015

Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun

2011-2014 relatif tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan

pendapatan yang terjadi masih dalam kategori ketimpangan rendah,

yaitu antara 0,33-0,36. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa koefisien

gini Provinsi Kalimantan Utara masih lebih kecil dibanding tingkat

nasional. Artinya, kondisi distribusi pendapatan penduduk di Kalimantan

Utara masih dapat dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain

se-Indonesia.

E. Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Indeks Williamson merupakan pendekatan kuantitatif yang

digunakan untuk mengukr tingkat ketimpangan wilayah. Perhitungan

Indeks Williamson didasarkan pada PDRB per kapita dan jumlah

penduduk. Hasil pengukuran Indeks Williamson kemudian

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. IW <0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah.

b. 0,4 < IW< 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat.

c. IW > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi.

Jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka

semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya apabila

indeks Williamson semakin mendekati angka 1 maka semakin besar

ketimpangan pembangunan ekonomi.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-11

Tabel 2. 8

Indeks Williamson Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara

Indikator Kabupaten /Provinsi

2010 2011 2012 2013 2014

PDRB Perkapita

Bulungan1 65.242.285 68.464.033 71.694.894 74.343.814 76.088.963

Malinau2 79.048.416 78.214.964 76.320.500 83.447.507 88.420.984

Nunukan3 61.450.168 70.223.000 77.619.221 84.118.275 93.045.425

Tana Tidung4 186.569.464 174.993.430 169.184.885 161.528.529 159.914.224

Tarakan5 58.022.536 62.199.107 65.836.664 68.238.746 71.415.722

Jumlah Penduduk

Bulungan1 112663 117019 120600 122985 126096

Malinau2 59555 62580 66845 71501 74469

Nunukan3 141927 148822 155680 162711 170042

Tana Tidung4 15202 16356 17079 18985 20400

Tarakan5 194800 202600 210700 218800 227200

Kalimantan Utara 524147 547.377 570904 594982 618207

Indeks Williamson

Kalimantan Utara6

0,35 0,3 0,26 0,24 0,23

Sumber:

1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015

2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, 2015

3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, 2015

4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2015

5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015

6) Hasil Olahan 2016

Berdasarkan tabel di atas, Indeks Williamson Provinsi

Kalimantan Utara tergolong rendah dan cenderung menurun dari tahun

ke tahun. Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tercatat sebesar

0,35 pada tahun 2010 dan berhasil menurun hingga angka 0,23 di tahun

2014. Rendahnya nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa telah

terwujudnya pemerataan pendapatan penduduk atau rendahnya

ketimpangan pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara.

F. Tingkat Kemiskinan

Dari jumlah penduduk miskin, dapat diketahui seberapa banyak

penduduk yang telah berada di atas garis kemiskinan. Pada tahun

2007, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Provinsi

Kalimantan Utara mencapai 82,94% dari total penduduk. Angka ini terus

mengalami Kenaikan hingga mencapai angka 92,3% di tahun 2013.

Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan sedikit menurun di tahun

2014, yakni menjadi 90,6%.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-12

Tabel 2. 9

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, serta Persentase Penduduk di

atas Garis Kemiskinan Tahun 2007-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Tahun Jumlah penduduk miskin (000 jiwa)

Persentase penduduk miskin

Persentase penduduk di atas garis kemiskinan3

20071 77,8 17,06 82,94

20081 69,66 14,38 85,62

20091 66,15 12,97 87,03

20101 65,9 12,47 87,53

20111 57 10,33 89,67

20121 56,7 9,7 90,3

20132 46,4 7,73 92,3

20143 38,5 6,24 93,8

Sumber:

1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara

2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015

3) Hasil Olahan 2016

Gambar 2. 6

Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin Tahun 2007-2014

Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

82.94

85.62

87.03 87.53

89.6790.3

92.3

93.8

76

78

80

82

84

86

88

90

92

94

96

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-13

Tabel 2. 10

Persentase penduduk miskin Tahun 2010-2014 Kabupaten/Kota

Provinsi Kalimantan Utara

Indikator Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142

Persentase penduduk miskin

Bulungan 14,58 12,14 11,76 12,04 12,03

Malinau 15,31 12,67 11,68 10,48 10,26

Nunukan 12,45 10,38 9,62 9,51 8,69

Tana Tidung 13,89 11,41 9,81 10,21 9,48

Tarakan 10,23 8,41 7,95 7,9 7,79

Persentase penduduk di atas garis kemiskinan8

Bulungan 85,42 87,86 88,24 87,96 87,97

Malinau 84,69 87,33 88,32 89,52 89,74

Nunukan 87,55 89,62 90,38 90,49 91,31

Tana Tidung 86,11 88,59 90,19 89,79 90,52

Tarakan 89,77 91,59 92,05 92,1 92,21

Sumber:

1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara

2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015

Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015

Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015

Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015

Kota Tarakan Dalam Angka 2015

3) Hasil Olahan 2016

Gambar 2. 7

Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin per Kabupaten/Kota

Tahun 2007-2014 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Tabel di atas menunjukkan dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

di atas garis kemiskinan paling tinggi ada di Kota Tarakan dengan tren

pertumbuhan yang fluktuatif. Sedangkan yang terendah berada di

Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk saat

ini masih dominan di Kota Tarakan dibanding Kabupaten yang lain.

75

80

85

90

95

100

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%

Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-14

G. Angka Kriminalitas yang Tertangani

Angka Kriminalitas merupakan variabel yang penting untuk

diperhatikan. Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan yang

dihadapi terkait dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, di sisi

lain kriminalitas yang semakin tinggi dapat juga menjadi indikator bahwa

belum terciptanya kesejahteraan masyarakat. Keduanya merupakan

hubungan yang saling terkait. Angka kejahatan yang relatif tinggi dapat

mengganggu terciptanya stabilitas keamanan di Provinsi Kalimantan

Utara. Angka tersebut harus ditekan dengan upaya mengaktifkan

berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kelembagaan sosial di

masyarakat. Terlebih Kalimantan Utara memiliki kawasan perbatasan

yang berpotensi memiliki kerentanan tinggi terhadap kejahatan lintas

negara. Berikut adalah angka kriminalitas Provinsi Kalimantan Utara

pada tahun 2010 hingga 2015.

Tabel 2. 11

Angka Kriminalitas yang Tertangani di Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2010-2015

Kabupaten/Kota 2010 2011 20 12 2013 2014 2015

Bulungan 11 13 14 n/a 9 n/a

Malinau 15 18 19 12 n/a n/a

Nunukan n/a 14 15 9 8 n/a

Tana Tidung 3 0 0 n/a n/a n/a

Tarakan 15 27 21 13 n/a n/a

Kalimantan Utara 10 18 17 9 4 n/a

Sumber : 1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011,

2012, 2013, 2015 2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012,

2013, 2014 3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2009, 2011, 2012, 2013,

2014, 2015 4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013 5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2008, 2009, 2011, 2012, 2013,

2014, 2015 6) Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2009, 2013 7) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015

Data di atas merupakan jumlah kriminalitas di Provinsi

Kalimantan Utara meliputi kejahatan konvensional, kejahatan

transnasional, kejahatan pelanggaran HAM, dan gangguan Kamtibnas.

Angka-angka yang tertera menunjukkan tindak kriminalitas yang

fluktuatif sejak tahun 2007 hingga 2015, pernah menurun drastis pada

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-15

tahun 2010 namun meningkat tajam pada tahun 2011, Akan tetapi

perbedaan angka kriminal yang cukup tajam dalam tabel di atas juga

dipengaruhi oleh perbedaan dari data yang diperoleh, Kendati demikian

dilihat dari angka mutlak jumlah kriminalitas pada dua tahun terakhir

aspek penanganan mengalami penurunan, artinya perlu diwaspadai

secara terus menerus. Angka kriminalitas yang tertangani sedikitnya

dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tidak kriminalitas yang terjadi

itu sendiri, tindak penanganan kriminal yang terjadi, dan jumlah

penduduk. Sebagai upaya tindaklanjut kedepan angka kriminalitas yang

tertangani perlu tingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang

bersifat preventif atau pencegahan tindak kriminalitas.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara dapat

dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai

barometer indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi

angka harapan hidup dan rata-rata pengeluaran riil per kapita (daya beli).

Pencapaian IPM Tahun 2014 sebesar 68,64 poin.

Berdasarkan tingkat keberhasilan pembangunan manusia pada suatu

negara maka Human Development Report mengelompokkan tingkat

keberhasilan pembangunan negara-negara dalam tiga golongan, yaitu :

a. Tingkat pembangunan manusia rendah, adalah negara-negara

dengan IPM nya 0 – 49 (kurang dari 50);

b. Tingkat pembangunan manusia menengah, adalah Negara negara

dengan nilai IPM 50 – 80;

c. Tingkat pembangunan manusia tinggi, adalah negara-negara dengan

nilai IPM nya 80 ke atas

Sehingga menjadikan Provinsi Kalimantan Utara termasuk

kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas (UNDP; nilai IPM

66-80 termasuk kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas).

Selama kurun waktu Tahun 2013-2014 komponen indeks pendidikan,

indeks kesehatan dan daya beli mengalami peningkatan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-16

Tabel 2. 12

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Nilai(ranking) 66,9(2) 68,15(2) 68,88(2) 69,84(2) 70(2)

La ju

Pertumbuhan1,87 1,07 1,39 0,23

Nilai(ranking) 66,79(3) 67,63(3) 68,16(3) 68,66(3) 69,25(3)

La ju

Pertumbuhan1,26 0,78 0,73 0,86

Nilai(ranking) 61,16(4) 61,92(4) 62,91(4) 63,79(4) 64,7(4)

La ju

Pertumbuhan1,24 1,6 1,4 1,43

Nilai 60,33(5) 60,64(5) 61,18(5) 62,18(5) 63,13(5)

La ju

Pertumbuhan0,51 0,89 1,63 1,53

Nilai(ranking) 70,95(1) 71,6(1) 72,53(1) 73,58(1) 74,6(1)

La ju

Pertumbuhan0,92 1,3 1,45 1,39

Nilai(ranking) 67,99(14) 68,64(14)

La ju

Pertumbuhan0,96

KALTARA

Tarakan

Nunukan

TanaTidung

Bulungan

Kabupaten/KotaIPM

Malinau

Sumber BPS Provinsi Kalimantan Timur

Komponen penyusun untuk menghitung IPM terdiri dari angka

harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan rata-

rata pengeluaran riil. Perbandingan komponen penyusun IPM antar

kabupaten/kota menunjukkan angka harapan hidup, rata-rata lama

sekolah, harapan lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil tertinggi

terjadi di Kota Tarakan.

1) Angka Usia Harapan Hidup

Salah satu komponen penting pembentuk IPM dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia adalah Angka Harapan Hidup yang

merupakan indikator di bidang kesehatan dimana angka tersebut

mengindikasikan peluang bayi baru lahir akan mencapai usia

harapan hidup tertentu. Angka harapan hidup Provinsi Kalimantan

Utara setiap tahun semakin meningkat dimana pada tahun 2010,

angka harapan hidup di Kalimantan Utara sebesar 71,39 tahun dan

pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai angka 72,12 tahun

yang berarti bayi baru lahir pada tahun 2014 akan memiliki peluang

hidup hingga usia 71-72 tahun.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-17

Tabel 2. 13

Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2010-2014

Kabupaten

/Kota

Angka Harapan Hidup

2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Malinau 70,17 70,40 70,63 70,82 70,93

Bulungan 71,45 71,64 71,84 72,02 72,11

Tana Tidung 70,03 70,26 70,47 70,68 70,80

Nunukan 70,08 70,30 70,53 70,74 70,82

Tarakan 72,77 73,00 73,23 73,41 73,50

KALTARA 71,39 71,60 71,82 72,02 72,12

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

2) Rata-rata Lama Sekolah

Beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial adalah

indikator di bidang pendidikan. Faktor pendidikan merupakan kunci

peningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berujung pada

kesejahteraan masyarakat karena tingginya pendidikan masyarakat

akan berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia

khususnya di Kalimantan Utara. Terkait dengan IPM, indikator makro

yang digunakan dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah

rata-rata lama sekolah.

Tabel 2. 14

Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2010-2014

Kabupaten/

Kota

Rata-Rata Lama Sekolah

2010 2011 2012 2013 2014

Malinau 7,13 7,43 7,75 8,27 8,27

Bulungan 7,64 7,65 7,88 7,90 8,27

Tana Tidung 7,13 7,37 7,62 7,79 7,84

Nunukan 6,83 6,92 7,01 7,07 7,21

Tarakan 8,99 9,06 9,16 9,28 9,90

KALTARA 8,10 8,35

Sumber BPS Provinsi Kalimantan Timur

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-18

3) Harapan Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang

hanya mencapai 8.35 pada tahun 2014 dinilai masih cukup jauh dari

sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun

nasional 20191 yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan Utara

secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target

tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka

rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi

Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan,

dan Tana Tidung. Berikut ini merupakan grafik angka rata-rata lama

sekolah di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 15

Angka Usia Harapan Lama Sekolah Kabupaten / Kota

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

Kabupaten/

Kota

Harapan Lama Sekolah

2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Malinau 12,39 13,08 13,12 13,17 13,22

Bulungan 11,67 12,33 12,44 12,48 12,53

Tana Tidung 10,84 11,07 11,30 11,54 12,14

Nunukan 11,25 11,30 11,58 11,86 12,39

Tarakan 11,78 12,17 12,57 13,28 13,39

Kalimantan Utara 12,30 12,52

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

4) Pengeluaran Per Kapita

Dari tahun 2008-2014, diketahui bahwa pengeluaran per kapita

di Provinsi Kalimantan Utara mengalami perkembangan positif.

Dalam sebulan pada tahun 2013, pengeluaran konsumsi rumah

tangga per kapita adalah sebesar 837 ribu rupiah. Angka ini

meningkat menjadi 1 juta rupiah di tahun 2014 atau mengalami

peningkatan 20% dari tahun sebelumnya. Di tingkat kabupaten/kota,

pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten

Bulungan mencapai 600 ribu rupiah per kapita per bulan. Sedangkan

Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung telah mencapai

kurang lebih satu juta rupiah.

Kenaikan angka pengeluaran rumah tangga per kapita dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kompleksitas

kebutuhan dan inflasi. Jenis kebutuhan per kapita yang semakin

kompleks dapat langsung mempengaruhi kenaikan pengeluaran. Di

1 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-19

samping itu, inflasi tinggi yang merupakan dampak dari kenaikan

harga barang-barang juga menjadi penyebab semakin tingginya

angka pengeluaran rumah tangga per kapita. Untuk menjaga

kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi, laju inflase

mestinya lebih rendah dibandingkan besar pengeluaran konsumsi.

B. Angka Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah

bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor

yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi

penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan

eksogen.

Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian

bayi berusia di bawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada

suatu tahun tertentu. Kegunaan dari indikator ini adalah untuk

menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat di mana

angka kematian itu dihitung. Data AKB ini dapat digunakan untuk

dasar merencanakan program-program pelayanan kesehatan ibu

hamil dan bayi. Sedangkan Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB)

adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka

ini dihitung dari nilai 1 dikurangi dengan AKB, di mana angka 1

mewakili per 1.000 kelahiran hidup.

Tabel 2. 16

Angka Kematian Bayi tahun 2010-2015

Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah kematian bayi 146 154 191 146 236 154

Jumlah bayi lahir hidup 11400 12547 11347 n/a 12298 11848

Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup

12,8 12,3 16,8 n/a 19,2 13,00

Angka Kelangsungan Hidup Bayi

987,19 987,73 983,17 n/a 980,81 987,00

Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012 2) Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan 2008-2012 3) Kabupaten Malinau dalam angka 2008-2011; Profil Kesehatan Malinau 2012-2013 4) Renstra Dinkes Tarakan 2008-2009; Profil Kesehatan Tarakan 2010-2012 5) IPM Kabupaten Tana Tidung 2009-2010; Profil Kesehatan Tana Tidung 2012-2013 6) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2014 7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-20

Berdasarkan tabel Tabel 2.15, AKB di Provinsi Kalimantan Utara

pada tahun Pada tahun 2010 dan 2011, meskipun jumlah bayi meninggal

bertambah banyak, AKB sempat mengalami penurunan sedikit menjadi

12,8 dan turun lagi menjadi 12,3 di tahun 2011 karena peningkatan jumlah

kelahiran hidup yang cukup tinggi. Kemudian AKB di tahun 2012 naik cukup

signifikan menjadi 16,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 AKB

naik kembali hingga 19,2 per 1.000 kelahiran hidup dan AKHB sebesar

981. Jumlah kematian di tahun 2014 ini (236 kasus) adalah yang terbanyak

sejak 7 tahun terakhir, begitupula AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan

AKHB terendah sejak 2008.

Tabel 2. 17

Angka Kelangsungan Hidup Bayi menurut Kabupaten Tahun 2015

Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten

Jumlah

Kematian

Bayi

Jumlah

Bayi

Lahir

Hidup

Angka

Kematian Bayi

per 1000

kelahiran hidup

AKHB

Bulungan 45 2580 17,4 982,6

Malinau 12 1234 9,7 990,3

Nunukan 32 3747 8,5 991,5

Tana Tidung 1 400 2,5 997,5

Kota Tarakan 64 3887 16,5 983,5

Jumlah 154 11848 13,0 987,0

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data per kabupaten di tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.16.

Kondisi terkini di Provinsi Kalimantan Utara untuk urusan kematian bayi

mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada tahun ini mengalami

penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 154 kasus sehingga angka

kematian bayi turun menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup. Dari kelima

kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di

Kota Tarakan, namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Bulungan karena

jumlah kematian tidak jauh beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah

kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan sehingga angka

kematiannya menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan yang terjadi di

Kabupaten Tana Tidung tahun 2012 -2014. Kematian di kabupaten ini

tidaklah lebih dari 20 kasus namun karena jumlah kelahiran hidup sangat

kecil menyebabkan AKB menjadi tinggi sekali hingga mencapai 45 di tahun

2014 (Gambar 2.8).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-21

Gambar 2. 8

Grafik Angka Kematian Bayi Tahun 2007-2015

Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Analisis 2016

Secara umum, angka kematian bayi dari tahun 2008-2015 berada di

bawah batas yang ditetapkan MDG’s untuk tahun 2015. Semua

kabupaten/kota pada tahun ini berada di bawah batas MDG’s. Upaya-

upaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus dilakukan dan

dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk

menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan

penyakit menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi

dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak, termasuk

program 1000 hari pertama kelahiran yang menekankan perhatian pada

bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun.

C. Angka Usia Harapan Hidup

Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama

hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola

mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada

khususnya.

13.5 12.8 12.3

16.819.2

13.0

3432

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

An

gka

Kem

atia

n B

ayi

Tahun

Bulungan Malinau Nunukan

Tana Tidung Tarakan KALTARA

INDONESIA Target MDG's 2015

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-22

Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari 2010-

2013 mengalami tren yang meningkat secara terus-menerus. Tabel dimulai

dari tahun 2010 dengan usia harapan hidup sebesar 71,4 tahun hingga

menjadi 71,8 di tahun 2013. Berdasarkan Gambar 2.9. terlihat bahwa

Angka usia harapan hidup di Kalimantan Utara lebih tinggi bila

dibandingkan angka Nasional. Target RPJMN tahun 2010-2014 adalah

meningkatkan usia harapan hidup hingga 72 tahun di tahun 2014.

Gambar 2. 9

Grafik Angka Usia Tahun 2007-2015

Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Analisis 2016

Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh banyak variabel yang

erat kaitannya dengan masalah kesehatan penduduk. Oleh karena itulah

untuk meningkatkan angka usia harapan hidup perlu memperhatikan hal-

hal seperti penanganan terhadap kehamilan yang beresiko, cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah tenaga medis dan

kesehatan yang lain, angka kesakitan, kondisi geografis tempat tinggal,

penyediaan air bersih, akses terhadap sarana kesehatan, hingga latar

belakang pendidikan masyarakat.

D. Persentase Balita Gizi Buruk

Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat

badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-

tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor).

Presentase Balita gizi buruk dihitung dari banyaknya balita yang berstatus

gizi buruk di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibandingkan

dengan jumlah balita di wilayah tersebut pada waktu yang sama.

66

67

68

69

70

71

72

73

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Usi

a (t

ahu

n)

KALTIM Indonesia KALTARA

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-23

Berdasarkan WHO (1999), ada 4 kategori untuk suatu wilayah

berdasarkan prevalensi gizi kurang yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%),

tinggi (20-29), dan sangat tinggi (30%). Di Provinsi Kalimantan Utara,

persentase balita gizi buruk mengalami naik turun sejak 2011, namun

persentase balita gizi buruk tersebut tidak pernah melebihi angka 1%.

Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,80% yang

berarti ada 493 balita gizi buruk dibandingkan dengan 61.493 jumlah balita

seluruhnya.

Tabel 2. 18

Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2011-2015

Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Balita Gizi Buruk 174 493 n/a 146 249

Jumlah Balita 70255 61493 n/a 68069 n/a

Prsentase Balita Gizi Buruk (%)

0,25 0,80 n/a 0,21 n/a

Pada tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat drastis menjadi

249 balita. Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten

Bulungan. Perbedaan jumlah ini cukup drastis jika dibandingkan dengan

kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang hanya berjumlah puluhan

balita saja. Bila dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan oleh WHO

(1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong

rendah.

Tabel 2. 19

Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015

Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten / Kota Jumlah Balita

Gizi Buruk Jumlah Balita

Persentase Balita Gizi Buruk (%)

Bulungan 160 n/a n/a

Malinau 10 n/a n/a

Nunukan 27 n/a n/a

Tana Tidung 16 n/a n/a

Tarakan 36 23174 0,2

Jumlah 249

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan

kesehatan individu tersebut. Status gizi seorang ibu hamil sangat

mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Apabila janin yang

dilahirkan bermasalah maka akan menimbulkan permasalahan kesehatan

pada bayi tersebut di kemudian hari dan jika tidak ditangani akan

berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Masalah ini hanya akan

menjadi lingkaran setan jika tidak segera diputus rantainya.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-24

2.1.3. Aspek Kesejahteraaan Masyarakat

2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sekolah pendidikan dalam kondisi bangunan baik dihitung

berdasarkan persentase jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan

jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi ruang kelas yang baik pastinya

akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang nyaman dan

kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan

kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 20 Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2015 Provinsi Kalimantan Utara

No. Uraian Kabupaten

/Kota 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

Bulungan na na na na

Malinau na na na na

Nunukan na na na na

Tana Tidung na na na 2

Tarakan 15 15 15 15

Prov. Kalimantan Timur

na na na na

Prov. Kalimantan Utara

na na na na

2. Jumlah seluruh sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

Bulungan na na na na

Malinau na na na na

Nunukan na na na na

Tana Tidung na na na 3

Tarakan 18 18 19 19

Prov. Kalimantan Timur

na na na na

Prov. Kalimantan Utara

na na na na

3. Persentase sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

Bulungan na na na na

Malinau na na na na

Nunukan 78.64 na na na

Tana Tidung na na na 66.67

Tarakan 87.67 83.33 78.95 78.95

Prov. Kalimantan Timur

na na na na

Prov. Kalimantan Utara

na na na na

Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka

Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-25

Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum

terdata dengan baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi

Kalimantan Utara dapat dilihat dari data Kabupaten Nunukan tahun 2012

yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi bangunannya baik.

Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa hanya 66.67% sekolah di

Kabupaten Tana Tidung dan 78,95% sekolah di Kabupaten Tarakan yang

kondisi bangunannya baik.

2. SDM Tenaga Kependidikan

Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah merupakan perbandingan

jumlah guru dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SMA

sederajat. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar (guru)

dan digunakan untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar

tercapai mutu pengajarannya. Berikut adalah data rasio guru/murid

SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan

2015.

Tabel 2. 21

Perkembangan Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

No.

Uraian Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah guru Guru SMA/SMK/MA

Bulungan 4955 5568 5326 n/a

Malinau 2806 3376 3277 n/a

Nunukan 5903 6515 6638 n/a

Tana Tidung 665 871 768 n/a

Tarakan 7033 7755 7884 n/a

Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a

Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a

2. Jumlah Murid SMA/SMK/MA

Bulungan 466 500 463 n/a

Malinau 388 339 186 n/a

Nunukan 432 416 622 n/a

Tana Tidung 88 87 83 n/a

Tarakan 666 652 679 n/a

Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a

Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a

3. Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA

Bulungan 10.633 11.136 11.5 n/a

Malinau 7.23 9.96 17.62 n/a

Nunukan 11.25 14.75 18.5 n/a

Tana Tidung 7.56 10.01 9.25 10.49

Tarakan 10.56 11.89 11.61 11

Kalimantan Timur 8.42 n/a n/a n/a

Kalimantan Utara n/a 10.4 n/a n/a

Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka

Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-26

2) Publikasi IPM Kaltara 2014 3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015 4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015 6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015 7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015 8) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016 9) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010

Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan

murid untuk jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut

berarti satu guru mengajar 15 siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan

dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio guru dan murid tingkat

SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah 10.24. Nilai

capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi

keuntungan yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini

juga dapat menjadi sebuah tanda bahwa jumlah penduduk yang bersekolah

hanya sedikit, sehingga hal ini apabila dibiarkan akan menjadi

permasalahan di kemudian hari. Jika dikaji dari sudut pandang berupa

kondisi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki banyak wilayah terpencil

terutama di kawasan perbatasan, analisis rasio guru/murid ini juga perlu

memperhatikan distribusi guru dan murid yang ada agar data yang ada

tidak serta-merta digeneralisir begitu saja.

3. Angka Putus Sekolah

Angka putus sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu

dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan

dalam persentase. Hasil perhitungan APS ini digunakan untuk mengetahui

banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada

wilayah tertentu.Semakin tinggi APS berarti semakin banyak siswa yang

putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini

merupakan data angka putus sekolah untuk jenjang SMA sederajat di

Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 22

Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d. 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian Prov/Kabupaten/Kota

2012 2013 2014

Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK

Bulungan 19.86 37.01 27.16

Malinau 34.49 28.17 17.82

Nunukan 23.99 26.83 19.10

Tana Tidung 19.95 37.42 11.23

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-27

Tarakan 19.41 21.49 14.62

Kalimantan Timur 29.33 n/a n/a

Kalimantan Utara n/a 27.59 n/a

SPM 1 1 1

Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana

Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

2) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara, 2016 3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi

Kalimantan Utara 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena

data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat,

pada tahun 2015, kabupaten/kota dengan nilai angka putus sekolah paling

rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, sedangkan

kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi adalah di

Kabupaten Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan

perkembangan angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2012

hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan menunjukkan kecenderungan

angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang semakin meningkat.

Sedangkan 4 (empat) lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten Malinau,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan

merupakan kabupaten yang mengalami kondisi yang baik berupa

kecenderungan penurunan angka putus sekolah pada kurun waktu yang

sama. Jika dibandingkan dengan capaian angka putus sekolah jenjang

SMA/MA/SMK tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara yang sebesar

27.59%, angka putus sekolah di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan

Utara pada jenjang tersebut sebagian sudah melampaui rata-rata provinsi,

yaitu untuk Kabupaten Nunukan (26.83%) dan Kota Tarakan (21.49%),

sedangkan sisanya masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

provinsi.

Kementerian Pendidikan Nasional memiliki standar untuk mengukur

keberhasilan pendidikan di suatu wilayah dengan menggunakan SPM. SPM

untuk angka putus sekolah jenjang SMA sederajat adalah kurang dari 1%.

Melihat kondisi yang ada, kecenderungan capaian angka putus sekolah

jenjang SMA sederajat yang masih berada jauh di atas SPM tersebut, maka

hal ini menjadi persoalan yang perlu diperhatikan di Provinsi Kalimantan

Utara. Angka putus sekolah jenjang SMA sederajat tahun 2014 ini juga

dinilai masih sangat jauh rata-rata angka putus sekolah jenjang SMA

sederajat nasional tahun 20142 yang sebesar 1,66%. Kondisi ini tentunya

2 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-28

membutuhkan kerja keras lebih dari pemerintah, dinas pendidikan, serta

masyarakat untuk mencapai target angka putus sekolah jenjang SMA

sederajat nasional tahun 2019 yaitu 0,8%. Tingginya angka putus sekolah

pada jenjang yang semakin tinggi khususnya SMA/MA/SMK antara lain

dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi maupun kurangnya

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan menengah akhir.

b. Kesehatan

Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah

dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga

negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya.

Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya

kesejahteraan rakyat.

Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi

jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit,

perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga

pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,

tersedianya sarana sanitasi serta berkembangnya kesadaran masyarakat

untuk hidup sehat.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan

pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan

beserta tenaga kesehatannya. Dengan tersedianya sarana dan prasarana

kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup memadai akan sangat

mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.

Tabel 2. 23

Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015

Provinsi Kalimantan Utara

No Uraian 2012 2013 2014 2015

1. Rumah Sakit Umum (Pemerintah) - - - -

2. Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya milik pemerintah

- - - -

3. Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI 1 1 1 1

4. Jumlah Rumah Sakit Daerah 6 6 6 6

Jumlah Rumah Sakit Swasta 1 1 1 1

5. Jumlah seluruh Rumah Sakit 8 8 8 8

6. Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237

Rasio 0,01 0,01 0,01 0,01

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Berdasarkan data terkini dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Utara, tahun 2015 jumlah RSUD berjumlah 6 buah dengan rincian: 1 buah

di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, dan 2

buah di Kabupaten Malinau. Pembangunan Rumah Sakit Pratama di

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-29

Kalimantan Utara direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada 3 RS

Pratama dyang dibangun di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau

yang merupakan kabupaten perbatasan.

Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan

dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1)

pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan

masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4)

pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Indikator rasio puskesmas

per 100.000 penduduk adalah salah satu indikator yang digunakan untuk

mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas.

Tabel 2. 24

Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu

per 100.000 Penduduk Tahun 2007-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2012 2013 2014 2015

Jumlah Puskesmas 48 49 54 55

Jumlah Poliklinik 7

Jumlah Pustu 171 141 161 208

Jumlah Penduduk 569336 595000 663200 615237

Rasio Puskesmas 8,4 8,2 8,1 8,9

Rasio Poliklinik 1,1

Rasio Pustu 30,0 23,7 24,3 33,8

Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2005-2012 2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2005-2012 3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2005-2012, Profil Kesehatan

Kabupaten Nunukan 2007 4) Kota Tarakan Dalam Angka 2005-2012 5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2005-2012 6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2012 7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rasio puskesmas per 100.000 penduduk di Provinsi Kalimantan

Utara berada di kisaran angka 8-9 (Tabel 2.24). Itu artinya terdapat 8-9

puskesmas setiap 100.000 penduduk atau 1 puskesmas di Provinsi

Kalimantan Utara melayani 12.500 penduduk. Di Indonesia sendiri rasio

Puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009-2013 mengalami trend

yang meningkat dari 3,5 - 3.8. Berdasarkan data tersebut, di Indonesia rata-

rata 1 puskesmas dapat melayani 25.730 penduduk (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan jumlah penduduk, rasio Puskesmas di Kalimantan Utara tahun

2015 lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Jumlah puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Malinau dan

Nunukan, sedangkan yang paling sedikit adalah Kota Tarakan. Untuk

Pustu, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Malinau yaitu mencapai 94

unit sedangkan di Kota Tarakan hanya ada 2 unit. Pustu di Kabupaten

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-30

Nunukan dan Malinau harus berjumlah banya mengingat 2 kabupaten ini

adalah kabupaten perbatasan dengan luas wilayah yang sangat besar dan

akses yang masih buruk.

Tabel 2. 25

Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000

Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten /kota

Jumlah Penduduk

Puskesmas Poliklinik Pustu

Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio

Bulungan 120000 12 10,0 2 1,7 36 30,0

Malinau 74469 16 21,5 2 2,7 62 83,3

Nunukan 170042 16 9,4 0 0,0 94 55,3

Tana Tidung 18985 4 21,1 0 0,0 14 73,7

Tarakan 231741 7 3,0 3 1,3 2 0,9

KALTARA 615237 55 8,9 7 1,1 208 33,8

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rasio dokter per satuan penduduk merupakan salah satu indikator

yang digunakan untuk mengukur cakupan pelayanan dokter di masyarakat.

Berdasarkan jenis profesinya, dokter dikelompokkan menjadi tiga yaitu

dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis yang bisa disebut dengan

tenaga medis. Dokter yang dimaksud di sini adalah dokter yang

memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik berstatus PNS

maupun bukan PNS.

Tabel 2. 26

Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015

Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2012 2013 2014 2015

Jumlah Dokter Umum 199 270 112

Jumlah Dokter Gigi 34 48 59 n/a

Jumlah Dokter Spesialis 49 73 80 n/a

Total Dokter 282 391 251

Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237

Rasio Dokter per 100.000 penduduk

49,5 65,7 37,8

Sumber: (1) Kalimantan Timur Dalam Angka 2008-2012 (2) Kabupaten Bulungan Dalam angka 2008-2012; Profil Kesehatan

Bulungan 2008 (3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2012; (4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008-2012; Profil Kesehatan

Kabupaten Nunukan 2010 (5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2008-2012 (6) Kota Tarakan Dalam Angka 2008-2012 (7) Kaltara Dalam Angka 2014-2015

Rasio tenaga medis per jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan

Utara mengalami kenaikan secara terus menerus hingga tahun 2013. Rasio

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-31

dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama periode 2012-2014.

Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan

rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di

tahun 2014 rasio dokter ini menurun cukup drastis dari 65,7 menjadi 37,8.

Kondisi tenaga kesehatan di kawasan perbatasan masih

memprihatinkan. Menurut buku Grand Design Perbatasan Kalimantan

Utara 2016, sebanyak lebih dari 30 desa di Kabupaten Malinau belum

memiliki tenaga dokter yang menetap, dan 12 desa yang sama sekali tidak

memiliki tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain yang menetap.

Sedangkan di Kabupaten Nunukan tidak kalah buruknya. Tenaga dokter

dan kesehatan lain hanya terkonsentrasi di satu kecamatan saja yaitu

Kecamatan Nunukan. Kondisi memprihatinkan ada di tiga kecamatan yaitu

Kecamatan Lumbis ogong, Sebatik Barat, dan Sebatik Utara yang tidak

memiliki dokter di daerahnya. Untuk tenaga bidan di Kabupaten Nunukan,

dari 182 desa, hanya 57 desa yang terdapat bidan desa, sedangkan 127

desa sisanya tidak ada bidan desa.

Masih kurangnya jumlah beberapa tenaga kesehatan dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan di daerah tersebut. Masih rendahnya

rasio tenaga sanitasi di provinsi ini dapat berdampak pada kurangnya

kepedulian tentang kesehatan lingkungan di masyarakat serta kurangnya

perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Selain itu, rasio tenaga

kesehatan masyarakat juga masih belum sesuai target. Tenaga kesehatan

masyarakat atau epidemiolog berkaitan dengan manajemen kesehatan

masyarakat, bukan taraf individu, sehingga perencanaan, evaluasi,

pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan/kebijakan besar

diperankan oleh tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

c. Ketenagakerjaan

1. Rasio Penduduk yang Bekerja

Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah

penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok

umur produktif. Rasio penduduk yang bekerja akan menunjukkan

ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap jumlah angkatan

kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja maka

semakin besar daya serap tenaga kerja.

Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari

perode tahun 2007 hingga 2014 terus menunjukkan perubahan yang

fluktuatif. Pada tahun 2009, rasio penduduk yang bekerja sebesar 0,9 dan

mengalami penurunan hingga tahun 2012 sebesar 0,84. Rasio penduduk

yang bekerja semakin membaik, ditunjukan dari meningkatnya angka ini di

tahun 2013 sebesar 0,91 dan mencapai 0,94 di tahun 2014. Angka ini tidak

berubah signifikan pada tahun 2015. Besarnya rasio penduduk yang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-32

bekerja di Kalimantan Utara hingga melebihi angka 0,5 menunjukkan

bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan

terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.

2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

a. Pertanian

Salah satu sektor yang mempunyai peran vital dalam ekonomi

wilayah Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dalam arti luas

yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunaan, peternakan, dan

perikanan. Luas wilayah yang sampai saat ini digunakan untuk kegiatan

pertanian dalam arti luas mencapai 110.751 Hektar.

Pertanian tanaman pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara

yang potensial untuk dikembangkan meliputi padi dan palawija (jagung,

kacang-kacangan), ubi-ubian, hortikultura (sayuran dan buahan). Beras

merupakan bahan makanan pokok masyarakat Kalimantan Utara, sehingga

untuk dapat mencukupi kebutuhan beras secara aman, maka tanama padi

mendapat skala prioritas dam pengembangan dan peningkatan produksi

untuk dapat mengimbangi pertambahan penduduk agar tidak terjadi bahaya

kelaparan. Namun demikian sebagai DOB, Provinsi Kalimantan Utara

sampai saat ini belum mampu berswasembada beras dan untuk mencukupi

kebutuhan beras penduduk masih harus didatangkan beras dari luar

Kalimantan Utara terutama dari Jawa.

Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi telah

ditempuh dengan berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi baik di

lahan basah maupun di lahan kering atau lahan tadah hujan. Dengan

demikian budidaya padi dilakukan dilahan sawah yang berpengairan baik,

dan padi lahan kering atau padi ladang. Produksi padi pada tahun 2012

mencapai 86.621 ton dari luas panen 19.882 ha untuk padi sawah,

sehingga produktivitas sebesar 43,57 kuintal per hektar, sedang untuk padi

ladang produksi mencapai 28.998 ton dengan luas panen 12.190

ha,sehingga produktivitas padi ladang sebesar 23,79 kuintal per hektar.

Suatu keadaan yang sangat bsesar peluangnya untuk ditingkatkan baik

produktivitas maupun luas panen, sehingga memberikan total produksi

yang tinggi.

Tanaman palawija yang dibudidayakan masyarakat adalah jagung,

ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele dan kacang hijau. Luas panen dan

produksi palawija masih relatif rendah bahkan pernah mengalami

penurunan luas panen dan produksi dikarenakan berbagai faktor, namun

sangat potensial ditingkatkan dalam kaitannya untuk pemanfaatan lahan,

peningkatan kecukupan gizi masyarakat dan pendapatan petani.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-33

Berbagai kendala dalam upaya meningkatkan produksi pertanian

antara lain belum terbangunnya sarana-prasarana irigasi yang memadai,

khususnya untuk budidaya di lahan kering yang potensial. Kendala yang

lain adalah tersedianya tenaga untuk pertanian yang professional

dikarenakan banyak anak-anak petani lebih tertarik bekerja diluar pertanian

yang sebenarnya.

Komoditas perkebunan meliputi kelapa, kelapa sawit, karet, kakao,

kopi yang belum diusahakan secara intensif, kecuali kelapa sawit, sehingga

konstribusinya terhadap pendapatan masyarakat pekebun dan

sumbangannya terhadap PDRB masih rendah. Komoditas perkebunan

tersebut ada yang diusahakan dalam bentuk perkebunan swasta besar

khususnya kelapa sawit dan lainnya sebagai kebun rakyat. Luas

pengusahaan kebun di Kalimatan Utara secara keseluruhan meliputi

156.610 ha dimana luas kebun kelapa sawit 137.389 ha dan kakao

menempati urutan kedua seluas 11.645 ha. Luas perkebunan di Provinsi

Kalimantan Utara khusunya untuk selain karet dan kelapa sawit pada tahun

2011-2012 mengalami penurunan. Pada saat ini kebun karet pada

umumnya belum menghasilkan (TBM). Luas perkebunan terluas terdapat di

kabupaten Nunukan seluas 77.847 ha dikuti di kabupaten Bulungan seluas

41.567 ha, dan terkecil di Tarakan seluas 637 ha.

Jenis ternak yang dibudidayakan di Provinsi Kalimantan Utara

melipti ternak ruminansia dan unggas. Ruminansia yang dipelihara

masyarakat adalah sapi dan kerbau, sedang unggas meliputi ayam

kampung, ayam ras dan itik. Ayam asli Nunukan termasuk jenis ayam

unggul yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.

b. Kehutanan dan Perkebunan

Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi lindung, fungsi

konservasi, dan fungsi produksi. Hutan negara ditetapkan pemerintah

melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan tiga fungsi

pokok tersebut sebagai Hutan Lindung (HL), Hutan Konservasi (HK) yang

terbagi atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam

(KPA), dan Hutan Produksi yang terbagi atas Hutan Produksi Tetap (HP),

Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Luas

wilayah kawasan hutan Kalimantan Utara berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan

Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara sekitar 5.629.110

ha atau 74,59 % dari luas daratan Kaltara ± 75.467,70 km2. Di antara

kabupaten/kota yang ada di Kaltara, Kabupaten Malinau merupakan

kabupaten terluas baik ditinjau dari wilayah maupun kawasan hutannya

(sekitar 48,38 %). Hutan Produksi Terbatas merupakan kawasan hutan

yang paling luas diantara bentuk kawasan hutan lainnya yaitu sekitar

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-34

2.195.329 ha (sekitar 39 %). Jantung Kalimantan atau Borneo (Heart of

Borneo/HoB) telah disepakati dan dideklarasikan oleh tiga negara tersebut

sebagai kawasan penting untuk konservasi keanekaragaman hayati dan

penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia

telah menetapkan kawasan Jantung Kalimantan menjadi Kawasan

Strategis Nasional (KSN) melalui UU No. 26 Thn. 2007 tentang Penataan

Ruang, PP No.26 Thn 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional dibawah koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian.

Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga negara dalam

rangka pengelolaan kawasan HoB yaitu:

1. Program kerjasama konservasi lintas batas Negara.

2. Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi

yang lebih efektif. Dimana dalam program ini konektivitas kawasan

konservasi dan pengelolaan kawasan tersebut dapat dilakukan secara

efektif dan partisipatif bersama masyarakat setempat.

3. Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya

alam secara berkelanjutan.

4. Program keempat difokuskan untuk pengembangan ecotourism dimana

kawasan HoB dapat mengembangkan infrastruktur yang mengarah

kepada pengembangan ekowisata sebagai salah satu kegiatan

ekonomi dari jasa lingkungan.

5. Program kelima adalah pengembangan kapasitas staf dalam rangka

mencapai perwujudkan program-program yang telah ditetapkan.

c. Energi dan Sumberdaya Mineral

Indikator bidang energi dan sumberdaya mineral menurut

Permendagri No. 54 tahun 2010 meliputi: 1) penambangan tanpa ijin dan 2)

kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Indikator penambangan

tanpa ijin yang tersedia adalah batubara, dimana data penambangan tanpa

ijin diolah dari Kabupaten Bulungan, Malinau dan Kota Tarakan dari tahun

2008 hingga 2013. Indikator penambangan tanpa ijin merupakan

perbandingan antara area penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan

dengan seluruh area penambangan tanpa ijin total dikalikan 100%. Data

penambangan tanpa ijin masih menggunakan data yang ada untuk

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi

Kalimantan Utara yakni data tahun 2014.

Akibat aktivitas pertambangan tanpa ijin ini akan meninggalkan

permasalahan seperti: 1) kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan

yang bderdampak terhadap kehidupan flora dan fauna, karena

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-35

penambangan tanpa ijin tidak mempunyai Ijin Usaha Pertambangan (IUP)

dan mereka tidak bisa melakukan reklamasi area pertambangan; 2)

meluasnya area penambangan tanpa ijin yang tidak bisa ditertibkan; 3)

terbentuknya air asam akibat pembuangan limbah sedimen yang banyak

mengandung sulfur/H2S yang akan berpengaruh terhadap air tanah dan air

permukaan; 4) kerusakan infrastruktur jalan akibat pengangkutan batubara

yang melebihi kapasitas muatan; 5) peningkatan penambangan tanpa ijin

akibat permintaan batubara dunia untuk kepentingan industri meningkat,

sehingga harus ada regulasi dalam lapangan kerja terkait dengan

penambangan batubara tanpa ijin.

Secara umum dalam lingkup Provinsi Kalimantan Utara, produksi

batubara terus mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun

waktu tahun 2010 – 2014. Peningkatan produksi batubara di Kalimantan

Utara ini selama kurun waktu tersebut memberikan pengaruh pada

kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di PDRB provinsi yang

berkisar dari 30,33% - 31,99%.

Permasalahan yang diperkirakan timbul kedepannya adalah akibat

dari disahkannya Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yakni pengawasan perizinan pertambangan yang

dikelola oleh pemerintah provinsi. Sehingga pemerintah kabupaten/kota

sudah tidak memiliki lagi hak untuk mengeluarkan izin dan mengawasi

usaha pertambangan. Hal ini telah diantisipasi dengan keputusan

Kementerian ESDM yang mengeluarkan surat kepada setiap Dinas ESDM

Provinsi untuk mengirimkan personelnya untuk dijadikan inspektur

pertambangan untuk dilatih dan akan ditugaskan di kabupaten/kota asal

mereka untuk mengawasi ijin usaha pertambangan.

Produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara yang diolah dari

data yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan

dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Pada grafik dan tabel dibawah dapat

dilihat produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara mengalami

kecenderungan meningkat sampai dengan tahun 2012 kemudian menurun

pada tahun berikutnya. Hal ini diperkirakan disebabkan karena 1) Harga

minyak dunia yang sedang turun; 2) biaya eksploitasi atau eksplorasi yang

mahal; 3) regulasi peraturan yang membahas penambahan sumur produksi

yang kaitannya dengan perizinan perubahan fungsi lahan yang sangat

lama. Kemudian setelah 2 tahun mengalami penurunan, pada tahun 2015

mengalami peningkatan jumlah produksi minyak bumi walaupun tidak

terlalu signifikan.

Sedangkan untuk produksi gas bumi yang diolah dari data BPS

yakni Daerah Dalam Angka di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan,

dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Sedangkan data

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-36

tahun 2015 diperoleh dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Bila

dilihat dalam grafik, terlihat bahwa jumlah produksi gas bumi di Kalimantan

Utara cenderung mengalami fluktuasi. Peningkatan jumlah produksi terjadi

pada tahun 2009, 2012, dan 2014 sedangkan pada tahun 2010 sampai

2015 produksi gas bumi di Kalimantan Utara cenderung mengalami

penurunan.

Sektor pertambangan merupakan salah satu dari tiga sektor dengan

persetase kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara

dan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Utara. Melihat kecenderungan selama periode tahun 2010 –

2014, sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan grafik

peningkatan setiap tahunnya dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi

Kalimantan Utara (lihat grafik). Dan sub sektor penyumbang terbesar dari

sektor pertambangan dan penggalian adalah pertambangan batubara

(66,56% dari kontribusinya terhadap PDRB sektor pertambangan dan

penggalian).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-37

d. Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi

perekonomian wilayah. Eksistensinya mampu menjadi generator sektor lain

seperti perdagangan, jasa, dan penyedia akomodasi. Indikator yang digunakan

untuk menunjukkan bahwa sektor pariwisata turut berkontribusi terhadap

perkembangan perekonomian wilayah adalah melalui besar jumlah kunjungan

maupun jumlah wisatawan, serta kontribusinya terhadap PDRB.

Sebagai provinsi baru, pariwisata bukan merupakan sektor ekonomi

yang perlu dibangun dari awal. Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Utara telah memiliki obyek wisata andalan dan yang potensial

berkembang di masa depan. Tercatat pada tahun 2015, jumlah pengunjung

wisata Provinsi Kalimantan Utara mencapai 262.220 orang.

e. Kelautan dan Perikanan

Sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor yang potensial untuk

dikembangkan secara optimal. Hasil laut terutama ikan merupakan

sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis, hal tersebut dibuktikan dengan

gencarnya pencurian ikan di wilayah laut Indonesia. Ikan yang berada di

wilayah Indonesia menjadi incaran negara tetangga, seperti Malaysia dan

Filipina. Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini tengah fokus memberantas

pencurian ikan di wilayah laut Indonesia, karena dengan adanya pencurian

ikan di wilayah NKRI negara sangat dirugikan. Beberapa waktu terakhir sering

diberitakan bahwa kapal pencuri ikan dimusnahkan oleh pemerintah

Indonesia, yaitu dari Angkatan Laut RI bersama dengan Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Ikan selain bernilai ekonomis juga mengandung zat dan

vitamin yang dibutuhkan bagi tubuh manusia, terutama bagi anak-anak yang

dalam masa pertumbuhan. Ikan mengadung omega 3 yang berfungsi bagi

perkembangan otak manusia, selain itu ikan kaya akan protein sehingga baik

untuk mensuplai kebutuhan dan perkembangan organ tubuh manusia.

Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang terletak

berseberangan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia dan Brunei

Darusalam. Oleh karena letaknya yang berhadapan langsung dengan negara

tetangga dan merupakan daerah perbatasan dengan negara lain, maka perlu

perhatian khusus terutama pada sektor kelautan dan perikanan.

f. Perdagangan

Sektor perdagangan dalam PDRB merupakan sektor sekunder kedua

paling besar yang berkontribusi untuk PDRB Provinsi Kalimantan Utara

setelah sektor konstruksi. Kontribusinya terhadap PDRB Provinsi relatif

stagnan selama lima tahun terakhir. Kontribusi sektor perdagangan mulai

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-38

menurun perlahan sejak tahun 2012 yaitu sebesar 10,7%. Angka ini menurun

1% dari tahun sebelumnya dan kembali menurun menjadi 10,42% di tahun

2013 dan kembali menurun hingga mencapai angka 10,08% pada tahun 2014.

Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota, Kota Tarakan berkontribusi paling

banyak terhadap Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 66,3% pada tahun

2014. Kabupaten Nunukan menyusul dengan 15% dan Kabupaten Bulungan

13,7% pada tahun yang sama.

g. Industri

Sektor industri pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang

perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi

produk baru. Bahan baku industri pengolahan dapat berasal dari pertanian,

kehutanana perikanan, pertambangan, dan penggalian. Kontribusi sektor

industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara hanya meliputi industri

pengolahan non migas. Meskipun Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah

satu Provinsi di Indonesia yang memiliki bonus sumberdaya alam termasuk

minyak dan gas bumi, sampai saat ini belum berkembang industri pengolahan

batubara maupun pengilangan migas.

Tabel 2. 27

Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan

Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

PDRB Kategori Industri Pengolahan (juta Rp)

3.572.234 3.764.732 3.967.913 4.224.983 4.429.739

Kontribusi terhadap PDRB (%)

10,23 9,95 9,73 9,58 9,29

Pertumbuhan (%) 5,39 5,40 6,48 4,85

Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

h. Ketransmigrasian

Transmigrasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk

memeratakan persebaran penduduk terutama di wilayah Indonesia yang luas.

Pemerintah membekali terlebih dahulu para calon transmigran terkait cara

mengelola lahan dan mengembangkan wilayah transmigrasi melalui

pelatihan/kursus. Kegiatan yang memang ditujukan untuk program

transmigrasi adalah kegiatan di sektor pertanian dan dengan sasaran pokok

program yaitu pengembangan wilayah dan pembangunan permukiman.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-39

Tabel 2. 28

Penempatan Transmigrasi Tahun 1972-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Daerah Asal

Kabupaten

Bulungan Nunukan KTT Malinau Jumlah

KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa

Banten 39 155 15 48 - - - - 257

DIY 153 496 95 344 25 79 - - 1192

DKI 136 524 - - 25 109 - - 794

Jabar 1065 3826 258 1002 49 171 44 145 6560

Jateng 1150 4567 289 1013 112 390 46 175 7742

Jatim 2311 7975 317 1067 96 337 - - 12103

Lampung 75 305 - - - - - - 380

NTB 357 1437 220 796 - - - - 2810

NTT 375 1558 74 281 25 124 - - 2437

Setempat 2182 8319 - - 288 1186 10 63 12048

Jumlah 7843 29162 1268 4551 620 2396 100 383 46323

Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara

2016

Hingga saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki program

transmigrasi swakarsa, atau transmigrasi atas kemauan sendiri. Program

transmigrasi yang hingga saat ini berlangsung adalah transmigrasi umum.

Transmigran mayoritas didatangkan dari daerah-daerah di Pulau Jawa,

diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan sebagian berasal dari Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, dan lokal/setempat.

Tabel 2. 29

Rencana Penempatan Transmigrasi Tahun 2016

Provinsi Kalimantan Utara

Kawasan Jumlah KK

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Jawa Tengah

Jumlah

Bulungan

Tanjung Buka SP.6B 150 150 300

Sepunggur 100 100

Tanjung Buka SP.3 200 200

Tana Tidung

Sambungan 35

Kujau 65

Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016

Sedangkan untuk tahun 2016, program transmigrasi ke Kalimantan

Utara akan berlokasi di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan dan

Kabupaten Tana Tidung. Daerah asal transmigran yang bekerjasama dengan

pemerintah Provinsi adalah DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-40

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan Kalimantan Utara untuk bersaing dengan daerah lain secara

nasional dalam mencapai pertumbuhan kesejahteraan daerah selama Tahun 2014

menunjukan peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya kinerja ekonomi

daerah dalam berbagai sektor, meningkatnya kinerja pengembangan wilayah

fasilitas wilayah atau infrastruktur, dan membaiknya iklim investasi.

Dalam struktur perekonomian yang mempunyai kontribusi terbesar pada

pembangunan Kalimantan Utara adalah sektor industri, perdagangan, dan sektor

pertanian (BPS Kalimantan Utara, 2012). Sehingga ke tiga sektor tersebut

mencerminkan potensi perekonomian daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kalimantan Utara secara berkelanjutan.

2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

a. Perhubungan

Secara umum, jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara di

Provinsi Kalimantan Utara memiliki kecenderungan meningkat dalam

kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2014, dengan perkembangan

jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Provinsi Kalimantan

Utara terdapat di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara

internasional. Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan

dapat dikatakan cukup signifikan dalam kurun waktu tahun 2007 hingga

2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 37,06 persen per tahun.

Perkembangan jumlah arus lalu lintas barang di bandara baik di Kota

Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten

Nunukan memiliki kecenderungan meningkat. Bandara Juwata (Tarakan)

memiliki rata-rata peningkatan jumlah arus lalu lintas barang sebesar 8,25

persen per tahun, sedangkan untuk di bandara Kabupaten Bulungan

memiliki peningkatan sebesar 15,87 persen per tahun, dan bandara di

Kabupaten Nunukan memiliki peningkatan sebesar 13,36 persen per

tahun.

Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam

kurun waktu yang sama (tahun 2007 hingga tahun 2014) juga memiliki

kecenderungan meningkat. Meskipun demikian, perkembangan yang

disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-41

transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya

keterbatasan data yang diperoleh.

Penyediaan infrastruktur dasar yang menjadi kebutuhan pokok

penduduk Kalimantan Utara seperti listrik dan air bersih masih belum

maksimal dalam pencapaian pembangunannya. Hal ini terlihat pada rasio

elektrifikasi dan rasio jumlah rumah tangga yang terlayani oleh air bersih.

Sesuai dengan cita-cita dan tujuan dibentuknya Provinsi Kalimantan

Utara, masalah konektivitas merupakan permasalahan bagi sebagian

besar Kabupaten/Kota. Rasio panjang terhadap luas wilayah masih

dibawah rasio nasional yaitu 115 km/1.000 Km2. Hal ini dikarenakan

infrastruktur perhubungan memiliki beberapa kendala antara lain:

1. Konsentrasi penduduk yang masih tidak merata dalam satuan kecil

dan terpencil, serta kondisi topografi yang berat;

2. Kendala pembebasan lahan dan penetapan harga yang disepakati;

3. Keterbatasan anggaran sehingga alokasi dana tidak proposional

sesuai kebutuhan.

4. Pembangunan jalan diperbatasan terkendala fungsi dan status

kawasan lindung;

5. Masih ada beberapa pembangunan infrastruktur yang belum ada

kesepakatan pembiayaan pembangunan antara pemerintah pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota.

Berdasarkan data Dinas PU dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan

Utara untuk panjang jalan nasional dan provinsi tahun 2014 yaitu sebagai

berikut:

Tabel 2. 30

Panjang Jalan Nasional dan Provinsi (Km) menurut jenis permukaan dan kondisi

Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2014

No Status Jalan Panjang

Jalan

Jenis Permukaan Baik Sedang Rusak

Rusak

Berat Aspal Tanah

1 Nasional 585,16 502,84 82,32 258,07 220,59 61,56 44,94

2 Provinsi 544,718 108,38 436,33 23,69 22,19 93,05 405,78

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Utara, 2014

Untuk menunjang infrastruktur perhubungan udara di ibukota

provinsi, perpanjangan landasan pacu bandara Tanjung harapan

dilaksanakan pada tahun 2016 dan 2017 sebagaimana telah terakomodir

pada buku III RPJMN 2014-2019. Pengembangan bandara perintis di

perbatasan merupakan prioritas pembangunan daerah dalam rangka

percepatan pembangunan perbatasan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-42

Demikian juga untuk pembangunan infrastruktur perhubungan laut

dan sungai menjadi fokus pembangunan, khususnya dalam rangka

percepatan arus barang dan orang. Pengembangan Pelabuhan Juwata

dan pelabuhan Nusantara di Kabupaten Tana Tidung dan Pelabuhan di

Nunukan menjadi focus pembangunan daerah.

b. Penataan Ruang

Dalam urusan penataan ruang pada aspek daya saing daerah sesuai

dengan Lampiran 1 Permendagri 54/2010 ini terdapat 7 (tujuh) indikator,

yakni ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah

industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah

perkotaan, dan persentase guna lahan terhadap luas wilayah.

Permasalahan legalisasi perencanaan pembangunan berupat

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Utara,

RTRW Kabupaten/Kota, dan peraturan Zonasi belum disahkan. Untuk itu

Pelaksanaan Pengesahan dan nantinya akan diikuti sosialisasi RTRW

Provinsi akan menjadi prioritas pada tahun 2017.

Tabel 2. 31

Rasio Luas Wilayah Produktif (Pertanian, Perkebunan dan Permukiman)

terhadap Luas Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) Kabupaten/Kota

Provinsi Kalimantan Utara

No Kabupaten / Kota Luas Wilayah Produktif (Ha)

Luas Wilayah Budidaya Non

Kehutanan (Ha) Rasio (%)

1 Malinau

2 Bulungan

3 Tana Tidung

4 Nunukan

5 Tarakan

KALTARA

Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Utara, 2016

2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

a. Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas merupakan salah satu indikator yang dapat

menjadi petunjuk untuk melihat potensi perkembangan investasi daerah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-43

Angka kriminalitas yang rendah merupakan potensi utama bagi terciptanya

iklim usaha yang kondusif yang diharapkan dapat mendorong

perkembangan investasi daerah. Angka kriminalitas jika ditinjau dari akar

permasalahannya memiliki beragam persoalan yakni latar belakang

permasalahan sosial kesejahteraan masyarakat yang cukup tinggi

kesenjangannya, penegakan hukum, dan jaminan sistem pengelolaan

keamanan daerah.

Kondisi angka kriminalitas di Provinsi Kalimantan Utara tergolong

cukup tinggi. Angka kriminalitas paling tinggi terjadi di Kota Tarakan. Hal

ini dapat dipahami mengingat Kota Tarakan merupakan kawasan

perkotaan dan sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pelayanan

publik yang cukup lengkap yang mengundang orang untuk melakukan

migrasi masuk. Akan tetapi pada umumnya tidak semua tenaga kerja yang

masuk dapat terserap selain karena lapangan kerja yang terbatas selain

karena rendahnya ketrampilan sehingga tidak dapat bersaing di pasar

kerja. Kesenjangan sosial ekonomi di antara penduduk perkotaan

seringkali menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas. Seperti

halnya kawasan perkotaan lainnya, pada umumnya tingkat kriminalitas

cenderung tinggi dibandingkan kawasan yang masih bersifat pedesaan.

Angka kriminalitas Kabupaten Bulungan cenderung tinggi namun hanya

bersifat sementara yang terlihat ada kecenderungan penurunan pada

tahun 2008 sampai 2011. Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan

kenaikan jumlah angka kriminalitas terlihat pada tahun 2009 sampai 2012.

Kabupaten Malinau jumlah angka kriminalitas cenderung fluktuatif namun

lebih sedikit dibandingkan Kota Tarakan. Khusus untuk Kabupaten Tana

Tidung memiliki jumlah paling rendah bahkan pada tahun 2011 dan 2012

tidak ada sama sekali angka kriminalitas yang terjadi.

b. Jumlah Demonstrasi

Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi tingkat kerawanan sosial

yang dapat memicu konflik antar masyarakat. Konflik yang terjadi karena

persoalan sosial masyarakat akibat dari kesenjangan sosial ekonomi yang

terjadi antar masyarakat. Data terakhir terdapat dua bencana yang tercatat

BNPB disebabkan kerusuhan sosial. Tingkat heterogenitas masyarakat di

provinsi ini cukup tinggi, terlihat dari keragaman suku dan agama.

Persoalan tingkat ketimpangan sosial ekonomi serta lambatnya proses

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-44

asimilasi di dalam masyarakat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

konflik sosial secara horisontal. Hal ini jika tidak diselesaikan sejak saat ini

akan berpotensi muncul di kemudian hari. Konflik sosial yang sering terjadi

akan menyebabkan kondisi daerah yang tidak aman dan nyaman untuk

melakukan aktivitas baik kegiatan ekonomi, sosial maupun kegiatan

lainnya. Pendekatan rekonsiliasi merupakan langkah awal yang penting

dilakukan untuk mencegah potensi konflik antar golongan mayarakat. Hal

ini dapat dilakukan melalui kerjasama antar lembaga adat, pemuka agama,

dan organisasi sosial masyarakat.

Tabel 2. 32

Jumlah Demo Tahun 2007 – 2015 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015

Bulungan 7 n/a n/a 7

Malinau 2 n/a n/a 4

Nunukan 20 n/a n/a 12

Tana Tidung n/a n/a n/a 0

Tarakan 13 n/a n/a 13

Kalimantan Utara 36

Sumber: 1) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2013 2) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013 3) Profil Kabupaten NunukanTahun 2013

c. Perizinan

Perizinan merupakan sebuah instrumen penting dalam

menumbuhkembangkan iklim investasi yang kondusif. Secara umum, lama

proses pelayanan perizinan merupakan salah satu hal yang dapat

menghambat atau mendorong investasi. Lama proses perizinan

merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu

perizinan (dalam hari). Pada tahun 2013, lama waktu proses pembuatan

izin di Kota Tarakan rata-rata membutuhkan waktu 9 (sembilan) hari. Dari

keseluruhan izin yang dikeluarkan, Izin Usaha Industri, Tanda Daftar

Industri dan Izin Mendirikan Bangunan merupakan jenis perizinan yang

membutuhkan waktu paling lama yaitu 12 (dua belas) hari kerja.

Sedangkan untuk Kabupaten Bulungan, pada tahun 2012 rata-rata lama

perizinan yang dikeluarkan adalah 4 (empat) hari dengan Izin Usaha yang

membutuhkan waktu paling lama yaitu selama 9 (sembilan) hari.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-45

Tabel 2. 33 Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan

Tahun 2013 di Kota Tarakan

No Uraian Lama

Mengurus (Hari)

Jumlah Persyaratan (dokumen)

Biaya Resmi

1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

a. Izin usaha rekreasi dan hiburan umum

7 10 Gratis

b. Izin rumah makan/restoran 5 7 Gratis

c. Izin Usaha Hotel 7 8 Gratis

2 Izin Usaha Industri (IUI) 12 10 Gratis

3 Tanda Daftar Industri (TDI) 12 10 Gratis

4 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 12 11 Gratis

5 Izin Gangguan (HO) 10 8 Gratis

6 Pendaftaran PMDA 3 5 Gratis

Sumber: 1) Standar Pelayanan Minimal, 2) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Tarakan tahun 2014

Tabel 2. 34

Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan Tahun 2012 Kabupaten Bulungan

No Uraian Lama

Mengurus (Hari)

Jumlah Persyaratan (dokumen)

Biaya Resmi

1 Izin Prinsip 3 3 Gratis

2 Izin Usaha 7 7 Gratis

3 Izin Prinsip Perluasan 3 9 Gratis

4 Izin Usaha Perluasan 3 5 Gratis

Sumber: 1) Dokumen dan Peluang Investasi Kabupaten Bulungan, 2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten

Bulungan Tahun 2014

2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

a. Kualitas Pendidikan Penduduk (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Semakin banyak penduduk mengenyam pendidikan maka semakin

berkualitas sumber daya manusia yang ada di suatu daerah.Sarjana

merupakan pendidikan tertinggi yang dapat diduduki oleh penduduk di

perguruan tinggi dengan jenjang SI, S2, maupun S3. Penduduk yang

sudah berijazah S1, S2, atau bahkan S3 sudah dianggap memiliki

kualifikasi ahli sehingga memiliki daya saing dan daya tawar tinggi

terhadap lapangan usaha. Hasil analisis rasio lulusan 1/S2/S3 dapat

disajikan sebagai berikut:

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-46

Tabel 2. 35

Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2010-2013

di Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Rasio Lulusan S1/S2/S3

2010 2011 2012 2013

Bulungan 404,15 436,07

Malinau 453,87 521,89 543,50 549,36

Nunukan

Tana Tidung 1068,94

Tarakan

Kalimantan Utara 82,57 59,67 149,01 156,16

Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025 2) Kabupeten Bulungan Dalam Angka 2011-2015 3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015 4) Kabupaten Nunukan Dalam Angla 2013-2015 5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015 6) Kota Tarakan Dalam Angka 2015 7) Hasil Analisis, 2016

b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Berdasarkan data kinerja pembangunan sebagaimana dijelaskan di

atas dan data kinerja daerah lainnya yang diolah dalam kertas kerja sesuai

dengan amanat pada lampiran I Permendagri Nomor 54 Tahun 2010,

maka secara keseluruhan indikator pembangunan Provinsi Kalimantan

Utara selama dua tahun terakhir disajikan pada tabel sebagai berikut.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-47

Tabel 2. 36

Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Menurut

Bidang Urusan Penyelenggaraan Pemerintahan

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2014

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Pertumbuhan PDRB n/a Hk 8,10 %

Hb 14,13 %

1.2. Laju inflasi provinsi 10,35 11,91

1.3. PDRB per kapita 74.098.620 (Rp/Jiwa)

77.131.601 (Rp/Jiwa)

1.4. Indeks Gini 0,33 0,33

1.5. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia Rendah Rendah

1.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

0,24 0,23

1.7. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan 92,3 % 93,8 %

1.8. Angka kriminalitas yang tertangani 9 4

Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1. Pendidikan

1.1. Angka melek huruf n/a 97,66

1.2. Angka rata-rata lama sekolah 8,1 8,35

1.3. Angka partisipasi kasar 85,37 88,44

1.4. Angka pendidikan yang ditamatkan n/a n/a

1.5. Angka Partisipasi Murni

1.5.1. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A n/a n/a

1.5.2. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B n/a n/a

1.5.3. Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C n/a 69,64

2. Kesehatan

2.1. Angka kelangsungan hidup bayi n/a 980,81

2.2. Angka usia harapan hidup 71,8 n/a

2.3. Persentase balita gizi buruk n/a 0,21 &

3. Pertanahan

3.1. Persentase penduduk yang memiliki lahan

4. Ketenagakerjaan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-48

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

4.1. Rasio penduduk yang bekerja

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

1. Kebudayaan

1.1. Jumlah grup kesenian

1.2. Jumlah gedung

2. Pemuda dan Olahraga

2.1. a. Jumlah klub olahraga

2.2. b. Jumlah gedung olahraga

ASPEK PELAYANAN UMUM

Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

1.1. Pendidikan dasar: n/a n/a

1.1.1. Angka partisipasi sekolah n/a n/a

1.1.2. Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah n/a n/a

1.1.3. Rasio guru / murid n/a n/a

1.1.4. Rasio guru / murid per kelas rata-rata n/a n/a

1.2. Pendidikan menengah: n/a n/a

1.2.1. Angka partisipasi sekolah 72,4 73,4

1.2.2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

n/a n/a

1.2.3. Rasio guru terhadap murid n/a n/a

1.2.4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata 10,4 n/a

1.2.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)

1.3. Fasilitas Pendidikan:

1.3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik n/a n/a

1.3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

n/a n/a

1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): n/a n/a

1.4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) n/a n/a

1.5. Angka Putus Sekolah: n/a n/a

1.5.1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,16 % n/a

1.5.2. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 2,87 % n/a

1.5.3. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA 26,64 % n/a

1.6. AngkaKelulusan:

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-49

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI n/a n/a

1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs n/a n/a

1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA n/a n/a

1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs n/a n/a

1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

98,38 n/a

1.6.6. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV n/a n/a

2. Kesehatan

2.1. Rasio posyandu per satuan balita n/a 0,99

2.2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk

Puskesmas: 8,2 Pustu : 23,7

Puskesmas : 8,1 Pustu : 24,3

2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,013 0,013

2.4. Rasio dokter per satuan penduduk 65,7 37,8

2.5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk n/a n/a

2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani n/a 60 %

2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

n/a 96,2 %

2.8. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

n/a 58,7 %

2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 % 100 %

2.10. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

n/a 15,1 %

2.11. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

100 % 100 %

2.12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

n/a 0,2 %

2.13. Cakupan kunjungan bayi n/a 79,6 %

2.14. Cakupan puskesmas 128,9 108,0

2.15. Cakupan pembantu puskesmas 29,4 % 33,6 %

3. Pekerjaan Umum

3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 1.555.530 Km 1.767.475 Km

3.2. Rasio Jaringan Irigasi n/a n/a

3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

Islam 1,70 1,66

Katolik 3,62 3,85

Protestan 10,42 3,00

Hindu 1,18 5,60

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-50

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

Budha 0,62 1,55

3.4. Persentase rumah tinggal bersanitasi 72,69 % n/a

3.5. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk n/a n/a

3.6. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

n/a n/a

3.7. Rasio rumah layak huni n/a n/a

3.8. Rasio permukiman layak huni n/a n/a

3.9. Panjang jalan dilalui Roda 4 3,866,97 Km 4.055,21 Km

3.10. Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)

n/a n/a

3.11. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )

n/a 45,176 Km

3.12. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)

n/a n/a

3.13. Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar

n/a n/a

3.14. Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar n/a n/a

3.15. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

n/a n/a

3.16. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota

n/a n/a

3.17. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik n/a n/a

3.18. Lingkungan Pemukiman n/a n/a

4. Perumahan

4.1. Rumah tangga pengguna air bersih 29.976 32.689

4.2. Rumah tangga pengguna listrik 80.427 92.214

4.3. Rumah tangga ber-Sanitasi 72,69% n/a

4.4. Lingkungan pemukiman kumuh n/a n/a

4.5. Rumah layak huni n/a n/a

5. Penataan Ruang

5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

n/a n/a

5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan n/a n/a

5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya Tidak Tidak

6. Perencanaan Pembangunan

6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA

Tidak Tidak

6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

Tidak Tidak

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-51

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

Ada Ada

6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Tidak Tidak

7. Perhubungan

7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum 15.385.689 16.876.031

7.2. Rasio ijin trayek n/a 0,0014 %

7.3. Jumlah uji kir angkutan umum n/a 83 %

7.4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis n/a 124/28/2

7.5. Angkutan darat n/a n/a

7.6. Kepemilikan KIR angkutan umum 342 322

7.7. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 25 Menit 25 Menit

7.8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Rp. 45.000,- Rp. 45.000,-

7.9. Pemasangan Rambu-rambu n/a n/a

8. Lingkungan Hidup

8.1. Persentase penanganan sampah 90,50 % 87,36 %

8.2. Persentase Penduduk berakses airminum 5,82 % 6,19 %

8.3. Persentase Luas pemukiman yang tertata n/a n/a

8.4. Pencemaran status mutu air n/a n/a

8.5. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air

n/a n/a

8.6. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. n/a n/a

8.7. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

0,562 % n/a

8.8. Penegakan hukum lingkungan n/a n/a

9. Pertanahan

9.1. Persentase luas lahan bersertifikat 13,74 % n/a

9.2. Penyelesaian kasus tanah Negara 100 % n/a

9.3. Penyelesaian izin lokasi 66,67 n/a

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 0,55 0,60

10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 0,79 0,58

10.3. Rasio pasangan berakte nikah 15,11 0,28

10.4. Kepemilikan KTP 65,71 % 113,65 %

10.5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 48,73 n/a

10.6. Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Ada Ada

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-52

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

n/a n/a

11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n/a n/a

11.3. Rasio KDRT n/a n/a

11.4. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur n/a n/a

11.5. Partisipasi angkatan kerja perempuan n/a n/a

11.6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

n/a n/a

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga n/a 4

12.2. Rasio akseptor KB n/a 57,1

12.3. Cakupan peserta KB aktif n/a n/a

12.4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I n/a n/a

13. Sosial

13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi

8 30

13.2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial n/a n/a

13.3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan social

n/a n/a

14. Ketenagakerjaan

14.1. Angka partisipasi angkatan kerja 66,70 66,38

14.2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun n/a n/a

14.3. Tingkat partisipasi angkatan kerja 65,3 67,8

14.4. Pencari kerja yang ditempatkan 96,13 62,01

14.5. Tingkat pengangguran terbuka 8,59 5,79

14.6. Keselamatan dan perlindungan n/a n/a

14.7. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

15 22

15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

15.1. Persentase koperasi aktif 57,96 % 61,30 %

15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM n/a n/a

15.3. Jumlah BPR/LKM n/a n/a

15.4. Usaha Mikro dan Kecil n/a 7.279 (97%)

16. Penanaman Modal

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-53

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) n/a 292

16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) RP. 573,7 M Rp. 1,8 T

16.3. Rasio daya serap tenaga kerja 0 17,4 %

16.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)

0

Rp. 1,8 T

Pertumbuhan 215 %

17. Kebudayaan

17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya 18 4

17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 7 6

17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan

100 100

18. Kepemudaan dan Olahraga

18.1. Jumlah organisasi pemuda 134 75

18.2. Jumlah organisasi olahraga 73 43

18.3. Jumlah kegiatan kepemudaan 10 1

18.4. Jumlah kegiatan olahraga 8 3

18.5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 0,03 0,03

18.6. Lapangan olahraga n/a n/a

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP n/a n/a

19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah 3 n/a

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

20.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk

0 n/a

20.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk n/a n/a

20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 425 (Malinau) 425 (Malinau)

20.4. Pertumbuhan ekonomi 8,16 n/a

20.5. Kemiskinan 7,73 % 6,24 %

20.6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah

0 0

20.7. Penegakan PERDA 100 0

20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP 1.350 (Tarakan) n/a

20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten

n/a n/a

20.10. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten

n/a n/a

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-54

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

20.11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 11 5

20.12. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

114 88

20.13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik

69 68

20.14. Sistim Informasi Manajemen Pemda n/a n/a

20.15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Tidak ada ada

21. Ketahanan Pangan

21.1. Regulasi ketahanan pangan Tidak Ada Tidak Ada

21.2. Ketersediaan pangan utama 112,99

(Kg/kapita/Tahun)

100,81 (Kg/kapita/Tahun)

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)

1 1

22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK n/a n/a

22.3. Jumlah LSM 1 n/a

22.4. LPM Berprestasi 136 136

22.5. PKK aktif n/a n/a

22.6. Posyandu aktif 97,89 97,34

22.7. Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat

n/a n/a

22.8. Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat

n/a n/a

23. Statistik

23.1. Buku ”kabupaten dalam angka” Ada

23.2. Buku ”PDRB kabupaten” Ada

24. Kearsipan

24.1. Pengelolaan arsip secara baku 0 0

24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan 0 0

25. Komunikasi dan Informatika

25.1. Jumlah jaringan komunikasi 53.833 n/a

25.2. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk n/a 0,74

25.3. Jumlah surat kabar nasional/lokal 9 9

25.4. Jumlah penyiaran radio/TV lokal 10 10

25.5. Website milik pemerintah daerah Ada Ada

25.6. Pameran/expo 38 35

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-55

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

26. Perpustakaan

26.1. Jumlah perpustakaan

26.2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah

Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Pertanian

1.1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar

34,72 (Kw/Ha) 36,05 (Kw/Ha)

1.2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB

n/a n/a

1.3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB n/a n/a

1.4. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB

n/a n/a

1.5. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB 17,07 17,01

1.6. Cakupan bina kelompok petani n/a n/a

2. Kehutanan

2.1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis n/a n/a

2.2. Kerusakan Kawasan Hutan n/a 9,92 Ha

2.3. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB 17,07 17,01

3. Energi dan Sumber Daya Mineral

3.1. Pertambangan tanpa ijin 0 0

3.2. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB 31,61 % 31,99 %

4. Pariwisata

4.1. Kunjungan wisata 1.445.654 1.527.860

4.2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

3,59 %

(Juta Rp.) 535.727,30

3,46 %

(Juta. Rp.) 560.861,40

5. Kelautan dan Perikanan

5.1. Produksi perikanan

Perikanan Tangkap 886,30 Ton 968,90 Ton

Perikanan Budidaya (Tambak) 14245,30 Ton 14076,47 Ton

Perikanan Budidaya (Kolam) 492,4 Ton 496,14 Ton

5.2. Konsumsi ikan 38,98 Kg/Kapita/Tahun

40,78 Kg/Kapita/Tahun

5.3. Cakupan bina kelompok nelayan n/a 17

5.4. Produksi perikanan kelompok nelayan n/a n/a

6. Perdagangan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-56

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

6.1. Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB

10,42 %

(Juta. Rp.) 4.593.690,60

10,08 %

(Juta. Rp.) 4.804.997,20

6.2. Ekspor Bersih Perdagangan $1.057.899,406 $1.068.360,000

6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal n/a n/a

7. Perindustrian

7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB

6,48 %

Rp. 4.224.983 (Juta)

4,85 %

Rp. 4.429.739 (Juta)

7.2. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri

n/a n/a

7.3. Pertumbuhan Industri.(IKM) n/a 2.234

7.4. Cakupan bina kelompok pengrajin n/a n/a

8. Ketransmigrasian

8.1. Transmigran swakarsa n/a n/a

8.2. Kontibusi transmigrasi terhadap PDRB n/a n/a

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita 118.765 152.082

1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita 405.273 527.909

1.3. Produktivitas total daerah Rp. 164 (Juta) Rp. 175 (Juta)

2. Pertanian

2.1. Nilai tukar petani n/a 99,97

Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur

1. Perhubungan

1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0,030 0,028

1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum n/a n/a

1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun

n/a n/a

2. Penataan Ruang

2.1. Ketaatan terhadap RTRW n/a n/a

2.2. Luas wilayah produktif 3.597.103 Ha 3.597.103 Ha

2.3. Luas wilayah industri 11.252,09 Ha 11.252,09 Ha

2.4. Luas wilayah kebanjiran n/a n/a

2.5. Luas wilayah kekeringan n/a n/a

2.6. Luas wilayah perkotaan n/a n/a

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-57

No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014

3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

3.1. Jenis dan jumlah bank dan cabang 58 40

3.2. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang 0 0

3.3. Jenis, kelas, dan jumlah restoran n/a 221

3.4. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel 143 132

4. Lingkungan Hidup

4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih

21,13 21,64

5. Komunikas dan Informatika

5.1. Rasio ketersediaan daya listrik 156,03 133,44

5.2. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik 56,70 61,06

5.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon 4,11 % 3,81 %

Fokus Iklim Berinvestasi

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Angka kriminalitas 246 195

1.2. Jumlah demo 0 0

1.3. Lama proses perijinan 3 Hari 3 Hari

1.4. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah n/a

4 Pajak

(Rp. 326,990,414,05)

1.5. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 0 0

1.6. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa

55 n/a

Fokus Sumber Daya Manusia

1. Ketenagakerjaan

1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3 156,16 n/a

1.2. Rasio ketergantungan n/a n/a

Sumber: BPS Kalimantan Timur, Diolah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-58

Tabel 2. 37

Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2012 s.d 2014

Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Utara

NO Sektor 2012 2013 2014

% % %

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 6.79 4.77 7.37

2 Pertambangan & Penggalian 8.63 12.08 9.46

3 Industri Pengolahan 5,40 6.48 4.85

4 Listrik,Gas & Air bersih 8,50 9.06 15.01

5 Konstruksi 7.58 6.44 9.58

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.66 5.35 4.60

7 Transportasi dan Pegudangan 9.12 8.65 8.60

8 Jasa Keuangan 10.01 4.80 4.70

9 Administrasi Pemerintahan 5.23 5.55 13.26

10 Jasa Pendidikan 19.89 17.48 10.10

11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11.75 6.61 8.91

12 Jasa Lainnya 4.53 2.86 6.85

PDRB 100 100 100

Sumber BPS Kalimantan Timur

Tabel 2. 38

Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2012 s.d 2014

Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Kalimantan Utara

No Sektor 2012 2013 2014

% % %

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 16.52 16.23 17.02

2 Pertambangan & Penggalian 33.25 33.68 31.53

3 Industri Pengolahan 9.42 9.21 9.31

4 Listrik,Gas & Air bersih 0.04 0.03 0.03

5 Konstruksi 11.66 11.64 11.91

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 10.11 9.73 9.95

7 Transportasi dan Pegudangan 5.23 5.53 5.87

8 Jasa Keuangan 1.11 1.12 1.10

9 Administrasi Pemerintahan 5.11 5.12 5.48

10 Jasa Pendidikan 1.94 2.07 2.15

11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.75 0.74 0.74

12 Jasa Lainnya 0.46 0.44 0.45

PDRB 100 100 100

Sumber BPS Kalimantan Timur

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-59

2.2. Evaluasi Kinerja Tahun Lalu

Evaluasi merupakan satu tahapan penting dalam pembangunan daerah, hal

ini dilakukan terhadap pelaksanaan program-program dan kegiatan apakah telah

sesuai dengan mekanisme perencanaan yang benar dan apakah telah mecapai

target yang diinginkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui adanya ketidak

singkronan antara dokumen perencanaan dan pelaksanaan sehingga dapat

diantisipasi dengan mekanisme perubahan sehingga arah pembangunan daerah

dapat kembali seesuai dengan visi dan misi kepala daerah.

Evaluasi hasil RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 dapat disajikan

dalam beberapa tabel sebagai berikut :

Tabel 2. 39

Hasil Pelaksanaan Program RKPD

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015

No Bidang Urusan Jumlah

Program

Rata-rata Tingkat

Capaian Target

RKPD (%)

Predikat Kinerja Perangkat Daerah

Pelaksana Bidang

Urusan K Rp. K Rp.

I URUSAN WAJIB

1. Pendidikan 8 Disdikbudpora, Biro

Umum dan Humas

2. Kesehatan 11 Dinkes, Biro Kesra

3.

Pekerjaan Umum

dan Penataan

Ruang

14 Dinas PUTR

4.

Perumahan rakyat

dan Kawasan

permukiman

Dinas PUTR

5.

Ketenteraman,

ketertiban umum,

dan pelindungan

masyarakat;

11 Badan Kesbangpol,

Satpol PP, BPBD

6. Sosial 3 Dinsosnakertrans, Biro

Kesra

7. Tenaga Kerja 3 Dinsosnakertrans, Biro

Kesra

8.

Pemberdayaan

Perempuan dan

Perlindungan Anak

3 Badan Pemberdayaan,

Biro Kesra

9. Pangan

10. Pertanahan 1 Biro Pem. Umum

11. Lingkungan Hidup 4 BLHD, DPUTR

12.

Administrasi

Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

1 Biro Pem. Umum

13.

Pemberdayaan

Masyarakat dan

Desa

4

Badan Pemberdayaan

Masyarakat,

Pemberdayaan

Perempuan, Keluarga

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-60

Berencana dan

Pemerintahan Desa

14.

Pengendalian

Penduduk dan

Keluarga

Berencana

2

Badan Pemberdayaan

Masyarakat,

Pemberdayaan

Perempuan, Keluarga

Berencana dan

Pemerintahan Desa

15. Perhubungan 4 Dishubkominfo

16. Komunikasi dan

Informatika 4

Dishubkominfo, Biro

umum dan humas

17. Komunikasi dan

Informatika Dishubkominfo

18.

Koperasi, Usaha

Kecil dan

Menengah

3 Disperindagkop dan

UMKM

19. Penanaman Modal 2 BPMPT

20. Kepemudaan dan

Olahraga 5

Disdikbudpora, Biro

Umum dan Humas

21. Statistik

22. Persandian

23. Kebudayaan 3 Disdikbudpora, Biro

Ekbang

24. Perpustakaan

25. Kearsipan 1 Biro Pem.Umum

II URUSAN PILIHAN

1. Kelautan dan

Perikanan DKP

2. Pariwisata 2 Biro Ekbang dan BPP

3. Pertanian 8 Dinas PKKP

4. Kehutanan 4 Dinas PKKP

5. Energi dan Sumber

Daya Mineral 4 ESDM

6 Perdagangan 3 Disperindagkop dan

UMKM

7 Perindustrian 2 Disperindagkop dan

UMKM

8 Transmigrasi 2 Dinsosnakertrans

Berdasarkan data tersebut, dapat diperoleh gambaran antara lain sebagai

berikut:

1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melaksanakan 20 urusan wajib

dan 8 urusan pilihan oleh Perangkat Daerah (termasuk Biro-biro yang

ada pada Sekretariat Daerah).

2. Tidak terdapat program khusus untuk melaksanakan urusan statistic,

Persandian, Perpustakaan, Perumahan Rakyat dan Kawasan

permukiman dan Pangan. Pelaksanaan urusan tersebut dilakukan

melalui kegiatan pada beberapa program tertentu.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-61

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.5.1. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

A. Urusan Wajib :

a. Pendidikan

Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau, persebaran

sarana pendidikan belum merata. Sebanyak 5 desa dari 30 desa

masih belum memiliki sarana pendidikan sama sekali, dari jenjang

SD hingga SMA/SMK baik yang berstatus negeri maupun swasta.

Selanjutnya, 22 desa telah memiliki sarana pendidikan berjumlah 1

unit, dan 3 desa telah memiliki 2 hingga 3 sarana pendidikan formal,

diantaranya adalah desa di Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hulu,

dan Pujungan.

Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kecamatan

perbatasan di Kabupaten Malinau pada umumnya sangat

mengandalkan kegiatan program penyetaraan pendidikan dalam

bentuk paket A, paket B, dan paket C. Hal ini dikarenakan oleh

kurangnya sarana pendidikan formal yang berkualitas dan sulitnya

mengakses sarana pendidikan karena letak geografis yang tidak

memungkinkan.

Disamping penyediaan kebutuhan sarana sekolah,

pembangunan asrama sekolah untuk warga masyarakat yang

mengenyam pendidikan khususnya SMP dan SMA/SMK juga

menjadi hal penting karena letak sekolah dan tempat tinggal yang

sangat jauh.

Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, kondisi

sarana pendidikan formal tingkat SD terdapat hampir di seluruh

kecamatan dan desa. Namun untuk sarana pendidikan SMP tidak

terdapat di seluruh desa dan kecamatan di kawasan perbatasan.

Untuk SMA/SMK hanya ada di ibukota kecamatan. Siswa yang

tempat tinggalnya jauh dari sekolah harus menumpang di rumah

masyarakat yang berdekatan dengan sekolah atau kost atau di

asrama, keberadaan asrama masih terbatas di Kecamatan Krayan

Selatan saja.

Kondisi sarana pendidikan masih banyak kekurangan terutama

fasilitas fisik yang kurang layak, begitu juga dengan prasarana

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-62

pendukung, seperti buku, yang masih kekurangan. Hal ini

disebabkan oleh tidak dapat terdistribusikannya bantuan buku

karena terkendala kondisi geografis wilayah. Adapun tenaga

pengajar di seluruh sekolah masih sangat kurang, di Kecamatan

Lumbis Ogong pengajar kurang aktif ke sekolah khususnya untuk

SD dan SMP. Pengajar lebih memilih menunggu (stay) di ibukota

kecamatan karena faktor geografis dan tidak memiliki tempat tinggal

di lokasi tugas.

Meskipun ada bantuan tenaga pengajar dari pemerintah pusat

melalui program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan

Tertinggal (SM3T) yang sudah berjalan selama 3 tahun di

Kabupaten Nunukan dan tersebar di seluruh kecamatan perbatasan,

namun tidak semua desa ada pengajar dari program tersebut.

Adapun pelaksanaannya bersifat tidak bersifat tidak berkelanjutan,

karena sifatnya hanya sebagai guru bantu selama satu tahun.

b. Kesehatan

Pemerataan sarana kesehatan ke seluruh wilayah dan masih

sulitnya akses ke sarana kesehatan terdekat menjadi hal utama

dalam pelayanan dasar kesehatan. Jumlah sarana kesehatan

(puskesmas, pustu dan rumah sakit) sudah mencukupi sesuai rasio

jumlah penduduk, bahkan rasio puskesmas per satuan penduduk

jauh di atas rasio Indonesia tahun 2012. Akan tetapi bila dikaitkan

dengan faktor eksternal yaitu luas wilayah dan kondisi geografis di

Provinsi Kalimantan Utara, capaian indikator yang telah sesuai ini

kembali menjadi suatu permasalahan.

c. Pekerjaan Umum

Kalimantan Utara sebagai provinsi yang baru terbentuk

memerlukan dukungan infrastruktur yang baik untuk mendukung

proses pembangunan. Dengan kondisi wilayah yang cukup luas

serta berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga

Malaysia, provinsi ini memerlukan sistem jaringan jalan yang andal

agar mampu menghubungkan seluruh wilayah, kegiatan masyarakat

dan layanan umum serta mampu dalam menjaga keamanan dan

kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan. Secara umum

kondisi jaringan jalan dalam lingkup kabupaten sudah baik, terdapat

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-63

68,05% jalan kabupaten dengan kondisi baik (lebih besar dari nilai

SPM sebesar 60%). Namun total ruas panjang jalan dalam kondisi

baik baru mencapai 56,42%, kurang dari nilai SPM sebesar 60%.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa konstruksi jalan di Provinsi

Kalimantan Utara masih bermasalah, antara lain lapis perkerasan

yang rusak, kondisi badan jalan yang tidak mantap, maupun

permukaan jalan licin dan berlumpur pada saat musim penghujan,

seperti ruas jalan Tanjung Selor - Tanjung Palas - Sekatak Buji -

Malinau, Mansalong - Simanggaris - Batas Negara.

d. Perumahan

Permasalahan yang muncul terkait sektor perumahan adalah

pemanfaatan energi listrik pada skala rumah tangga yang cukup

rendah, bahkan selama tahun 2008-2012 terjadi kecenderungan

penurunan jumlah rumah tangga pengguna listrik. Jika dibandingkan

dengan SPM sebesar 100%, rumah tangga pengguna listrik di

Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih rendah yakni sebesar 35,88%,

sehingga dapat dikatakan sebagian besar wilayah provinsi ini belum

teraliri listrik. Rendahnya akses rumah tangga terhadap kebutuhan

energi listrik akan berakibat pada rendahnya produktivitas rumah

tangga karena rumah tangga tidak dapat melakukan kegiatan

ekonomi yang lebih produktif. Di masa depan jika hal ini tidak

diperhatikan sejak saat ini akan menjadi persoalan terkait dengan

rendahnya kemampuan wilayah provinsi ini untuk berkembang dan

bersaing dengan wilayah lain karena kegiatan ekonomi rumah

tangga terhambat karena keterbatasan energi listrik.

Permasalahan perumahan lainnya adalah rendahnya rumah

tangga pengguna air bersih, selama tahun 2008-2012

perkembangan rumah tangga pengguna air bersih cukup fluktuatif

dengan kecenderungan meningkat (36,02%) pada kondisi tahun

2012. Sementara nilai SPM yang ditetapkan sebesar 55-75%. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat belum dapat

mengakses air bersih secara merata, diduga hal ini berkaitan pula

dengan terbatasnya ketersediaan air permukaan dan air bawah

tanah.

Belum tercapainya nilai SPM terdapat pada persentase rumah

tinggal bersanitasi perkembangan selama lima tahun terakhir

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-64

mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Nilai indikator

persentase rumah tinggal bersanitasi (51,2%) yang masih terlampau

jauh di bawah nilai standar pelayanan minimum yang ditetapkan

(80%). Hal ini menjadi catatan yang perlu diperhatikan oleh

stakeholder terkait, oleh karena indikator sanitasi berkaitan dengan

kualitas kesehatan masyarakat. Jika permasalahan sanitasi tidak

diperhatikan, di masa depan akan menjadi salah satu faktor

penghambat bagi terciptanya peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat dan pada akhirnya memperlambat peningkatan kualitas

sumber daya manusia di provinsi ini. Rendahnya kualitas kesehatan

tersebut akan berpengaruh tehadap rendahnya kualitas sumber

daya manusia di provinsi ini, sebagai akibat lebih lanjut sumber daya

manusia provinsi ini akan kalah bersaing dalam menghadapi era

globalisasi maupun Masyarakat Ekonomi ASEAN.

e. Penataan Ruang

Penataan Ruang menjadi urusan yang sangat penting bagi

daerah baru seperti Provinsi Kalimantan Utara, percepatan

pengesahan Rancangan Perda RTRW Provinsi menjadikan prioritas,

yang nantinya akan diikuti oleh revisi RTRW Kabupaten/Kota.

f. Perencanaan Pembangunan

Sampai tahun 2016 Provinsi Kaliimantan Utara baru memiliki

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, melalui

Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016, sedangkan dokumen RPJMD

sebagai pengejawantahan Visi dan Misi Terpilih hingga RKPD Tahun

2017 ini ditetapkan masih dalam proses penyusunan rancangan

akhir. Sementara itu belum singkronnya dokumen perencanaan

Pemerintah Pusat, Daerah dan Kabupaten/Kota menjadikan

perencanaan di Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara masih perlu

ditingkatkan. Secara umum permasalahan utama dibidang

perencanaan pembangunan adalah: (1) Posisi strategis Provinsi

Kalimantan Utara belum memberi kontribusi terhadap kemajuan

ekonomi, sosial, budaya, politik dan investasi;(2) Sinkronisasi

dokumen rencana pembangunan antara pusat dan daerah belum

optimal; (3) Kualitas dan kuantitas sumberdaya perencanaan masih

rendah; (4) Belum optimalnya ketersediaan dan validitas informasi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-65

serta dokumen perencanaan; (5) Masih rendahnya kualitas

pelaksanaan Musrenbang dan penerapan dokumen perencanaan;

dan (6) Lemahnya pengendalian dan evaluasi pembangunan.

g. Perhubungan

Permasalahan keterhubungan antar wilayah diakibatkan oleh

ketersediaan layanan transportasi yang masih terbatas, baik

transportasi darat, sungai, laut dan udara. Layanan transportasi

darat menunjukkan peningkatan jumlah penumpang dan barang

berbagai moda transportasi (darat, laut, sungai, udara) pada lima

tahun terakhir (2008-2012). Peningkatan ini mencerminkan adanya

perkembangan permintaan kebutuhan layanan untuk masing-masing

moda tersebut. Namun demikian kondisi tersebut belum didukung

dengan peningkatan layanan transportasi dalam bentuk jumlah

armada yang melayani, terlihat dari penurunan rasio jumlah armada

angkutan dengan jumlah penumpang, yakni angkutan darat (0,1)

dan angkutan laut (0,07). Sementara itu jumlah fasilitas transportasi

berupa pelabuhan udara, pelabuhan laut dan jumlah terminal masih

konstan, hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan armada di

Provinsi Kalimantan Utara semakin meningkat. Peningkatan jumlah

penumpang selama lima terakhir yang tidak diikuti oleh peningkatan

layanan transportasi akan mengakibatkan terhambatnya pergerakan

orang, barang dan jasa antarwilayah yang pada akhirnya akan

memperlambat pembangunan daerah.

Permasalahan layanan transportasi pada umumnya berupa

jumlah armada terbatas yang mengakibatkan frekuensi layanannya

rendah atau dapat berupa faktor muat (load factor) yang tinggi

ditunjukkan oleh jumlah penumpang yang berjejal, tidak semuanya

mendapatkan tempat duduk. Selain itu ketersediaan terminal

angkutan darat, pelabuhan udara dan pelabuhan laut/sungai

merupakan pendukung dari ketersediaan layanan transportasi.

Meskipun Provinsi Kalimantan Utara memiliki 28 pelabuhan udara, 6

pelabuhan sungai/laut dan sejumlah terminal angkutan darat namun

layanan yang diberikan masih sangat terbatas terkait dengan

keterhubungan layanan transportasi tersebut dengan wilayah-

wilayah yang ada. Sebaran fasilitas layanan transportasi juga

berpengaruh dalam kemudahan pencapaian suatu wilayah. Secara

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-66

umum sebaran fasilitas layanan transportasi udara di Provinsi

Kalimantan Utara belum menjangkau seluruh wilayah

kabupaten/kota secara merata demikian pula sebaran layanan

transportasinya. Frekuensi layanan juga menjadi kendala pula dalam

konteks keterhubungan wilayah. Semakin tinggi frekuensi layanan

transportasi semakin mudah masyarakat mengakses suatu wilayah

dan semakin baik keterhubungan antar wilayah.

Keberadaan terminal dan jumlah angkutan darat merupakan

salah satu penanda kinerja transportasi darat di Provinsi Kalimantan

Utara. Berdasarkan catatan dari Dinas Perhubungan Provinsi

Kalimantan Utara (2014), Kabupaten Tana Tidung merupakan satu-

satunya kabupaten yang tidak memiliki terminal, meskipun demikian

semua kabupaten/kota memiliki angkutan umum, dimana angkutan

umum tersebut terdiri dari angkutan kota, angkutan desa, dan

bahkan di Kabupaten Malinau terdapat angkutan Damri.

Permasalahan mendasar terkait dengan sebaran layanan

transportasi darat adalah ketersediaan jaringan jalan yang belum

merata hingga wilayah terpencil. Kondisi ini akan mempersulit

angkutan umum darat dapat masuk hingga ke pedalaman.

Disamping itu juga kondisi jalan yang tidak menunjukkan karakter

‘all-weather road’ mempersulit ketersediaan kondisi jalan yang baik

pada musim penghujan, yang akan berakibat pada keterhubungan

wilayah akan menjadi terganggu.

Sementara dari layanan transportasi udara, dari kelima

kabupaten/kota yang ada, hanya Kabupaten Tana Tidung yang tidak

memiliki bandara, sehingga total keseluruhan bandara yang terdapat

di Provinsi Kalimantan Utara sebanyak 28 unit. Perlu dicatat bahwa

layanan transportasi udara merupakan layanan transportasi utama

khususnya untuk daerah terpencil dan pedalaman yang hingga saat

ini tidak terjangkau oleh layanan transportasi darat. Bandara yang

terdapat di Provinsi Kalimantan Utara ini selain melayani

penerbangan domestik, juga melayani penerbangan internasional

(Bandara Juwata, Tarakan). Dari ke-28 bandara tersebut, sebagian

besar merupakan bandara dengan layanan penerbangan perintis.

Meskipun demikian, bandara-bandara di Provinsi Kalimantan Utara

tersebut belum didukung dengan frekuensi layanan penerbangan

yang memadai, sehingga menimbulkan permasalahan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-67

keterhubungan antar wilayah, baik dalam lingkup wilayah Provinsi

Kalimantan Utara maupun ke luar wilayah provinsi. Keterhubungan

dengan wilayah lain di luar provinsi sudah diwadahi dengan adanya

rute penerbangan dari Kota Tarakan, ke berbagai kota di Provinsi

Kalimantan Timur maupun kota-kota lain di Pulau Jawa.

h. Lingkungan Hidup

Terkait masalah kesehatan lingkungan, data menunjukkan

bahwa kualitas air masih belum layak. Air adalah zat yang sangat

dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka

seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat

berlangsung dengan lancar. Persentase banyaknya desa yang

mengakses sumber air minum tertentu dibandingkan dengan jumlah

seluruh desa yang ada menunjukkan bahwa sebanyak 65% desa

atau kelurahan di Kota Tarakan sumber air minum/masak berasal

dari PAM/PDAM, jumlah ini mendominasi dibandingkan sumber air

yang lain seperti sumur (15%), air hujan (10%), mata air (5%) dan air

kemasan (5%). Sedangkan di Kabupaten Malinau, sumber air

minum/masak didominasi dari sungai/danau sebesar 43%,

sedangkan yang lain berasal dari mata air (39,45%), PAM/PDAM

(9,17%) dan air hujan (7,34%). Begitu pula sumber air di Kabupaten

Nunukan didominasi dari sungai/danau (36,67%). Sedangkan di

Kabupaten Tana Tidung dan di Kabupaten Bulungan 72,73% dan

38,27% desa di kabupaten tersebut menggunakan air hujan sebagai

sumber air minum, di tahun 2012 pun keluarga di Kabupaten

Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung yang menggunakan sumber

dari air hujan masih cukup tinggi 52,34% dan 56,25% (Podes, 2011).

i. Pertanahan

Belum terbentuknya Kantor Wilayah Pertanahan yang khusus

menangani urusan pertanahan menjadikan provinsi Kalimantan

Utara masih dibawah naungan Kantor Wilayah Kaimantan Timur.

j. Pemberdayaan dan Perempuan dan Perlindungan Anak

Sebagian besar Indeks pemberdayaan perempuan (IDG)

kabupaten/kota di provinsi ini masih di bawah IDG Provinsi

Kalimantan Timur. Pada tahun 2009 hanya Kabupaten Nunukan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-68

(55,73) yang memiliki IDG di atas IDG Provinsi Kalimantan Timur

(52,05), demikian juga tahun 2012 hanya Kabupaten Nunukan

(68,93) yang menunjukkan IDG tertinggi di atas IDG Provinsi

Kalimantan Timur (61,84). Jika dibandingkan dengan IDG nasional,

baik tahun 2009 maupun 2012 IDG provinsi jauh lebih rendah. Pada

tahun 2009 IDG nasional mencapai 63,52 sedangkan tahun 2012

mencapai 70,07. Rendahnya IDG ini menunjukkan bahwa peranan

perempuan dalam pengambilan keputusan, terutama peran aktif

perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik masih sangat

terbatas. Komponen pembentuk IDG adalah keterwakilan

perempuan dalam parlemen, perempuan sebagai tenaga

profesional, teknisi kepemimpinan dan ketatalaksanaan, dan

sumbangan pendapatan perempuan. Pada tahun 2012 partisipasi

perempuan dalam lembaga pemerintah semua kabupaten/kota di

provinsi ini berada di bawah partisipasi perempuan di Provinsi

Kalimantan Timur (38,49). Hanya Kabupaten Tana Tidung yang

menunjukkan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah agak

mendekati angka partisipasi perempuan di Provinsi Kalimantan

Timur, meskipun masih di bawah angka tersebut yakni 35,89.

k. Sosial

Kesejahteraan sosial terkait dengan pelayanan sosial kepada

masyarakat miskin termasuk anak asuh, anak terlantar, penyandang

masalah sosial dan penduduk dengan kemampuan berbeda (cacat).

Kondisi pelayanan sosial di provinsi ini dalam penyediaan sarana

sosial antar kabupaten/kota masih sangat kurang. Kondisi ini terlihat

dari perkembangan sarana sosial yang cukup berfluktuasi selama

lima tahun terakhir meskipun menunjukkan kecenderungan

menurun, dan belum memenuhi target yang disyaratkan dalam SPM.

Sementara penanganan pelayanan sosial seperti pemberian

bantuan sosial pada PMKS saat ini sudah cukup baik, dengan

tercapainya target SPM, namun perlu terus ditingkatkan baik

jangkauan maupun mutu pelayanan. Sementara aspek penanganan

PMKS untuk masing-masing kabupaten/kota masih kurang. Kondisi

ini mengindikasikan bahwa perhatian dalam pengelolaan bidang

sosial masih belum optimal.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-69

l. Kebudayaan

Regulasi khusus mengenai manajemen pengelolaan dan

revitalisasi aset warisan budaya belum tersedia. Selain sistem

pengelolaan pendataan belum tertata dengan baik, sehingga perlu

dilakukan perbaikan database secara komprehensif. Langkah

pengamanan aset ini sebenarnya dapat menjadi sebuah karakter

budaya yang menandakan ciri khas keunggulan Provinsi Kalimantan

Utara. Pelestarian adat ini meliputi berbagai hasil kebudayaan

seperti kerajinan, upacara adat, tarian, baju adat, pelembagaan adat,

dan sistem mekanisme kehidupan adat. Tidak sekedar

membutuhkan perhatian saja tetapi diperlukan juga wujud nyata

upaya perlindungan sebagai bagian hak kekayaan intelektual

budaya di Indonesia.

m. Pemuda dan Olahraga

Hingga lima tahun terakhir keterlibatan pemuda dalam

pembangunan belum dimanfaatkan secara optimal, terlihat dari

sistem pelembagaan sektor kepemudaan seperti jumlah kelompok,

grup, dan aktivitas kegiatan yang belum optimal, sarana dan

prasarana pendukung kegiatan pemuda masih sangat terbatas.

Demikian pula dengan keolahragaan yang ditandai dengan jumlah

gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) masih belum dapat

mencapai standar pelayanan minimum yang ditetapkan. Hal ini

mengisyaratkan pemberdayaan sektor pemuda dan olahraga masih

sangat kurang.

n. Ketahanan Pangan

Secara fisik daya dukung lahan pertanian di provinsi

Kalimanatsn Utara relatif rendah, sehingga secara regional belum

memiliki kemampuan untuk mencukupi ketersediaan pangan yang

berasal dari hasil produksi sendiri sejak tahun 2008-2012. Selama

kurun waktu tersebut daya dukung lahan pertanian provinsi ini masih

di bawah 1, yakni 0,000900 (tahun 2008) dan 0,000910 (tahun

2012), artinya sebagai sebuah wilayah Provinsi Kalimantan Utara

belum mampu swasembada pangan. Nilai daya dukung lahan

pertanian Kabupaten Bulungan relatif lebih baik jika dibandingkan

nilai daya dukung lahan pertanian kabupaten/kota lainnya, meskipun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-70

tetap berada di bawah 1, yakni 0,001665 (tahun 2009) kemudian

meningkat menjadi 0,002378 (tahun 2012). Ketidakmampuan untuk

berswasembada pangan akan berakibat pada ketidakmampuan

wilayah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.

Dengan demikian ketersediaan beras di provinsi ini jika dilihat dari

kemampuan menyediakan kebutuhan kalori per kapita sebesar

setara 265 Kg beras/kapita/tahun belum tercukupi. Pangan,

khususnya beras yang belum mampu tersedia untuk mencukupi

kebutuhan pangan di provinsi ini menjadi permasalahan yang cukup

penting, terlebih ketika di masa datang jumlah penduduk akan

semakin meningkat seiring dengan perkembangan wilayah.

o. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan sejumlah

aktivitas pendorong yang dapat mempengaruhi tingkat

perkembangan masyarakat dan desa. Program pemberdayaan

masyarakat dan desa erat kaitannya dengan tingkat pembangunan

perekonomian, pembangunan sumber daya manusia, pembangunan

kesehatan, ketahanan pangan, dan akses pelayanan. Berdasarkan

data yang sudah dijelaskan di Bab 2, terdapat penurunan aktivitas

pemberdayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari adanya

kecenderungan penurunan program pemberdayaan masyarakat di

kabupaten/kota. Penurunan ini terlihat pada tiga kabupaten yakni

Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana

Tidung. Di masa depan keadaan ini akan menjadi permasalahan

karena aspek pemberdayaan masyarakat yang seharusnya sebagai

langkah utama mengatasi PMKS tidak berjalan efektif. Bukti lain

yang menguatkan adalah adanya kenaikan jumlah masyarakat yang

tergolong PMKS. Capaian indikator kinerja pemberdayaan

masyarakat dan desa jika dibandingkan dengan SPM, maka capaian

indikator kinerja tersebut tidak tercapai

p. Komunikasi dan Informasi

Permasalahan yang ada lebih banyak terkait dengan belum

meratanya jaringan komunikasi dan informasi yang ada di wilayah

ini, tidak semua kabupaten/kota dapat berkomunikasi dan

memperoleh informasi sama baik.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-71

Dalam lima tahun terakhir secara umum jumlah sarana

komunikasi terjadi peningkatan dan diikuti dengan penurunan jumlah

wartel/warnet serta jumlah pameran/expo. Sedangkan jumlah

penyiaran TV, jumlah surat kabar yang beredar serta keberadaan

website pemerintah relatif tetap. Meski jumlah sarana komunikasi

meningkat, tidak ada informasi yang jelas terkait dengan kemudahan

akses ke layanan komunikasi dan informasi. Dari sisi jumlah media

informasi tidak terlihat adanya peningkatan. Dengan kondisi wilayah

yang sangat luas tersebut tentunya sangat dibutuhkan adanya akses

informasi maupun ketersediaan layanan komunikasi yang baik yang

mampu menjangkau seluruh wilayah hingga ke wilayah terpencil

maupun wilayah perbatasan dengan negara Malaysia.

Rendahnya akses informasi dan terbatasnya layanan

komunikasi akan berpengaruh terhadap berkembangnya kegiatan

ekonomi wilayah yang menjadi pemacu perekonomian daerah

maupun upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia baik

pendidikan maupun kesehatan, oleh karena di era globalisasi ini

informasi semakin cepat berubah. Dengan diberlakukannya

Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2016, maka kebutuhan akan

ketersediaan layanan komunikasi yang memadai serta akses

informasi yang semakin mudah menjadi prasyarat utama dalam

pembangunan daerah mengingat provinsi ini berbatasan langsung

dengan Malaysia. Tanpa sarana prasarana komunikasi dan

informasi yang memadai, mudah diakses dan tersebar secara

merata hingga wilayah terpencil maka provinsi ini akan selalu

tertinggal dengan negara tetangga.

B. Urusan Kewenangan Pilihan

a. Pertanian

Provinsi Kalimantan Utara sangat potensial untuk pengembangan

sektor pertanian, yang meliputi tanaman pangan, tanaman

perkebunan, tanaman industri, peternakan dan perikanan. Kondisi

lahan yang luas dan subur, sebaran curah hujan yang tinggi dan

merata sepanjang tahun merupakan potensi dasar yang mendukung

berkembangnya sektor pertanian. Sebagian besar wilayah yang

berupa dataran (flat) merupakan lahan kering, namun dengan curah

hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun akan mampu

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-72

memberikan peran dalam upaya peningkatan produksi pertanian

dengan mengembangkan pertanian lahan kering secara intensif dan

beragam. Pengembangan pertanian lahan kering ini diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan petani lahan kering dan pada

akhirnya secara langsung atau tidak langsung akan mendukung

ketahanan pangan wilayah. Namun hingga saat ini potensi tersebut

belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pertanian, baik

untuk tanaman pangan, hortikultura, peternakan, maupun

perkebunan. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya nilai tambah

sektor pertanian.

Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya pertanian ini antara

lain karena: (1) Masih rendahnya produktivitas tanaman pangan

khususnya padi; 2) Masih adanya suplai produk-produk pertanian

dari luar wilayah; (3) Belum berkembangnya industri-industri

pengolahan berbasis produk pertanian. Kondisi ini diperburuk oleh

keterbatasan kondisi infrastruktur khususnya berupa jaringan jalan

maupun irigasi yang mempengaruhi kelancaran distribusi sarana

produksi pertanian. Sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-

obatan dan peralatan masih perlu mendatangkan dari luar. Kondisi

sarana transportasi yang kurang memadai membuat distribusi

sarana produksi pertanian menjadi mahal, di lain pihak biaya angkut

hasil pertanian untuk pemasaran juga mahal. Bahkan terdapat

beberapa area pertanian menjadi terisolir disebabkan keterbatasan

infrastruktur transportasi, seperti di Krayan hasil produksi pertanian

tidak dapat dipasarkan ke luar daerah karena sangat tergantung

pada transportasi udara yang sangat tergantung pada cuaca, selain

karena mahalnya biaya angkut. Oleh karena itu pembangunan

sektor pertanian harus ditopang oleh pengembangan infrastruktur

pertanian yang berpihak pada sektor pertanian. Sementara itu

tantangan pengembangan sektor pertanian adalah kurangnya

keterpaduan antar sub sektor dalam sektor pertanian serta

keterkaitan dengan sektor lain sebagai pendukung, khususnya

terkait dengan pemasaran produk hasil pertanian maupun

infrastruktur pendukung. Kurangnya keterpaduan dalam

pengembangan sektor pertanian mengakibatkan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya pertanian menjadi tidak optimal dan

inefisien.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-73

Selain itu perlu dicatat bahwa sebagian besar penduduk provinsi

ini memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Jika sumber daya

lahan yang cukup potensial dapat dimanfaatkan dengan lebih

optimal, yang didukung oleh sumber daya manusia dan infrastruktur

yang berkualitas dan memadai di sektor pertanian serta kebijakan

sektor pertanian yang mendukung hal ini maka nilai tambah sektor

pertanian akan semakin meningkat. Sumber daya pertanian yang

berkualitas, terampil dan tangguh akan mampu menguasai teknologi

tepat guna sehingga produktivitas pertanian dapat ditingkatkan.

Meningkatnya nilai tambah sektor pertanian akan memiliki

keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

tumbuhnya lapangan kerja baru dan terbukanya kesempatan kerja,

yang pada akhirnya akan memberi dampak terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

b. Kehutanan

Di banyak daerah dalam beberapa tahun terakhir ini sangat

dirasakan adanya kesenjangan antara permintaan bahan baku kayu

yang besar dengan pengadaannya, akibat dari semakin

berkurangnya potensi hutan (antara lain eksploitasi tidak terkendali

dan konversi) dan juga masih dijumpainya bahan baku illegal yang

beredar di pasaran. Selama ini industri terlalu mengandalkan kayu

dari hutan alam produksi. Sumber bahan baku harus dialihkan dari

hutan alam ke hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat

(HTR), dan memanfaatkan kayu hasil peremajaan perkebunan. Akan

tetapi untuk Provinsi Kalimantan Utara (dan juga Provinsi Kalimantan

Timur) ketiga sumber bahan baku tersebut belum dapat diharapkan

mampu memenuhi kapasitas terpasang pabrik yang ada di Provinsi

Kalimantan Utara maupun di Provinsi Kalimantan Timur. Sejak tahun

2012 industri kehutanan yang berkembang di Kota Tarakan

mengalami kemerosotan produksi, bahkan beberapa produk olahan

kayu tidak diproduksi lagi, sehingga secara akumulatif industri

kehutanan di Provinsi Kalimantan Utara mengalami penurunan yang

sangat drastis3. Hal ini dapat mempengaruhi perekonomian wilayah

terutama dalam hal serapan tenaga kerja. Belum ada informasi yang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-74

jelas tentang penyebab dari fenomena ini. Namun jika melihat dari

perkembangan pada skala nasional, industri kehutanan menghadapi

tantangan yang berat terutama terkait dengan harga bahan baku dan

efisiensi usaha. Berdasarkan analisa terhadap produk kayu bulat

dalam kurun 5 tahun terakhir produksi kayu bulat rata-rata adalah

988.165,2 m3/tahun. Dengan luas hutan produksi sekitar 3,3 juta

hektar maka produksi kawasan hutan per satuan luas masih sangat

rendah.

c. Energi dan Sumberdaya Mineral

a. Menurunnya Produksi Migas

Selama kurun waktu 2007-2012 data produksi migas di Provinsi

Kalimantan Utara menunjukkan kecenderungan meningkat. Namun

kondisi ini berbeda sejak tahun 2013 yang mana mulai terjadi

penurunan produksi. Penurunan produksi migas dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain baik yang bersifat teknis maupun non

teknis. Faktor teknis umumnya dapat diatasi oleh investor yang

bersangkutan, namun yang banyak dikeluhkan justru faktor non

teknis seperti perijinan perubahan fungsi lahan untuk menambah

sumur produksi, penyelesaian masalah sosial terkait dengan

pembebasan tanah, administrasi yang menyangkut aparat birokrasi

pemerintahan dan lain-lain yang dapat menjadi kelemahan daerah.

Pemanfaatan potensi migas di Provinsi Kalimantan Utara belum

optimal, masih perlu dilakukan eksplorasi dan ekploitasi sehingga

dapat menjadi kekuatan ekonomi daerah yang dapat ditingkatkan

produksinya maupun nilai tambahnya sehingga kontribusinya

terhadap PDRB dapat meningkat. Peluang yang berupa peningkatan

produksi dan peningkatan nilai tambah migas sangat bergantung

pada usaha pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

bekerjasama dengan pihak swasta pelaku bisnis. Ancaman yang

timbul adalah munculnya persaingan dengan provinsi lain atau

negara lain dalam hal menarik investor untuk menanamkan

modalnya. Jika potensi yang ada ini tidak dapat dikelola dengan baik

maka tidak akan memberikan manfaat yang memadai bagi

perekonomian masyarakat Provinsi Kalimantan Utara.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-75

b. Pembatasan Ekspor Bahan Mentah Batubara

Pemerintah akan memberlakukan Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Implikasi

dari pemberlakukan kebijakan ini adalah adanya pelarangan ekspor

batubara berkalori rendah (bahan mentah). Selain itu sebagai

langkah awal pemerintah juga akan menaikkan pajak ekspor.

Pelaksanaan kebijakan ini dapat berpotensi menyebabkan

penurunan ekspor batubara di tingkat nasional maupun daerah

(provinsi). Secara ekonomi daerah-daerah penghasil batubara

seperti Provinsi Kalimantan Utara akan mengalami penurunan

pendapatan dari sektor ini. Jika tidak diantisipasi dengan baik maka

larangan ekspor batubara mentah atau berkalori rendah ini dapat

berpengaruh cukup besar terhadap perekonomian di Provinsi

Kalimantan Utara, mengingat kontribusi ekonomi pertambangan non

migas dari batubara juga cukup besar. Perlu dicatat pula bahwa

batubara selama ini masih dipandang sebagai hasil produksi yang

memiliki nilai kontribusi tinggi terhadap perekonomian wilayah,

meskipun sektor pertambangan merupakan kegiatan yang rentan

terhadap kelestarian lingkungan. Selama ini batubara belum dilihat

sebagai potensi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan industri sebagai energi alternatif yang dibutuhkan dalam

kegiatan pembangunan. Pemanfaatan batubara sebagai sumber

energi altenatif untuk pemenuhan kebutuhan energi di provinsi inilah

yang harus menjadi perhatian, sehingga batubara tidak lagi menjadi

tumpuan utama penggerak perekonomian wilayah, melainkan

sebagai pendukung berkembanganya sektor ekonomi lainnya.

Menurunnya kontribusi ekonomi pertambangan batubara harus

digantikan kegiatan sektor lain yang lebih ramah terhadap

kelestarian lingkungan.

d. Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan perikanan selama ini belum menjadi sub-sektor

andalan yang dapat memacu perkembangan sektor-sektor lain di

provinsi ini. Kontribusi sub-sektor kelautan dan perikanan di Provinsi

Kalimantan Utara masih jauh di bawah sektor mineral dan

pertambangan, meskipun jika dibandingkan sub-sektor lain dalam

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-76

kelompok pertanian, sub-sektor kelautan dan perikanan ternyata

merupakan salah satu sub-sektor yang kontribusinya terhadap

PDRB terus meningkat sejak tahun 2008 bersama-sama dengan

sub-sektor tanaman perkebunan. Sedang sub-sektor yang lain

dalam kelompok pertanian kontribusi terhadap PDRB semuanya

mengalami penurunan. Dengan demikian, sub-sektor kelautan dan

perikanan dapat diprediksikan menjadi salah satu sub-sektor yang

dapat diandalkan sebagai prime mover pembangunan di Provinsi

Kalimantan Utara, mengingat potensi sumber daya ikan yang besar

dan belum dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu, potensi

perairan baik laut maupun perairan umum (sungai, rawa dan danau)

yang besar dan sementara ini belum dimanfaatkan.

2.5.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah

yang menjadi Isu Strategis Pembangunan Daerah

Berdasarkan data, informasi, dan gambaran umum capaian kinerja

pembangunan; identifikasi isu-isu penting dan masalah urgent dari tingkat

nasional yang ada keterkaitannya dengan daerah; serta identifikasi isu-isu

penting dan masalah urgent yang terjadi pada daerah, maka dapat

digambarkan bahwa permasalahan pembangunan di Provinsi Kalimantan

Utara pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 40

Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Prioritas

dan Sasaran Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara

No Prioritas

Pembangunan Daerah Tahun Berkenaan

Permasalahan Faktor-faktor

Penentu Keberhasilan

1 Pembangunan Infrastruktur

Terhambatnya aktivitas ekonomi yang disebabkan tidak tersedia akses jalan dan jembatan

Belum tercapainya kondisi jalan provinsi yang memadai

Fasilitas sarana dan prasarana transportasi (darat, laut dan udara) belum representative dalam mendukung secara penuh kegiatan ekonomi masyarakat

Belum terpenuhinya kebutuhan air baku, air bersih dan sanitasi yang layak

2 Peningkatan Akses Pelayanan Pendidikan

Belum meratanya prasarana dan sarana dan akses pendidikan bagi masyarakat

Masih banyak masyarakat kurang mampu yang belum menikmati pelayanan pendidikan.

Relevansi pendidikan belum memenuhi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-77

kebutuhan standar lapangan kerja.

Tenaga pendidik dan kependidikan belum memenuhi kualifikasi

3 Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

Upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan masih belum optimal.

Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarama medis

Terbatasnya kualitas dan kuantitas tenaga medis

Masih tingginya angka kematian bayi, kematian balita, kematian Ibu melahirkan, kekurangan gizi dan kesakitan penyakit menular.

4 Kemandirian dan kedaulatan pangan

Masih adanya alih fungsi lahan pertanian

Masih perlunya peningkatan produktivitas pertanian

Kurangnya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian

Kurangnya sarana dan prasarana dan system irigasi pertanian

Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM pertanian

Belum berkembangnya pemasaran hasil pertanian

Ketersediaan benih dan pupuk yang kurang

Belum berkembangnya hilirisasi produk pertanian

5 Pembangunan perbatasan, pedalaman dan daerah tertinggal

Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan

Terbatasnya tenaga kesehatan dikawasan perbatasan

Belum tersedianya transportasi jalan dan jembatan yang memadai di kawasasan perbatasan

Belum tersedianya bandara di kawasan perbatasan yang representatif dalam mengoptimalkan pelayanan transportasi udara

Belum tersedianya dermaga yang representatif dalam rangka mengoptimalkan pelayanan transportasi sungai

Jaringan telekomunikasi belum menjangkau seluruh kawasan perbatasan

6 Pemenuhan daya listrik dan energi

Daya mampu pln yang belum memenuhi kebutuhan listrik

Jaringan transmisi listrik yang belum mencukupi

Pengembangan energi baru dan terbarukan belum berjalan secara optimal

Keterbatasan akses terhadap sumber energi

7 Daya saing ekonomi daerah

Rendahnya tingkat capaian rencana investasi dibandingkan dengan realisasi investasi

Belum disosialisasikannya RTRW Provinsi dan beberapa RTRW Kabupaten/Kota secara menyeluruh

Kompetesi tenaga kerja belum memenuhi kebutuhan pasar kerja

Rendahnya Infrastruktur pendukung kawasan pusat pertumbuhan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017

II-78

Belum memadainya kualitas infrastruktur destinasi pariwisata, promosi paket wisata dan jasa pendukung pariwisata

8. Tata Kelola Pemerintahan

Belum terbangunnya Tata Kelola Permerintahan dan Administrasi Daerah

Belum berkembangnya Sistem Jaminan Sosial Masyarakat

Lemahnya Pengelolaan Aset Budaya Daerah