bab ii dasar teori...bab ii dasar teori pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal...

24
BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam aplikasi. Teknik yang paling umum digunakan secara komersial yaitu dengan menggunakan blast furnace dan juga converter. Pada blast furnace reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut [8] : 3Fe 2 O 3 +CO 2 Fe 3 O 4 +CO2 3Fe 2 O 3 +C 2 Fe 3 O 4 +CO Fe 3 O 4 +CO 3FeO+CO2 Fe 3 O 4 + C 3FeO+CO FeO+CO Fe+CO2 FeO+C Fe+CO Meskipun dapat terlihat bahwa bijih besi dapat direduksi secara langsung dengan menggunakan karbon padat, namun reduksi dengan menggunakan gas CO mengindikasikan reaksi utama yang terjadi pada beberapa percobaan reduksi bijih besi yang telah dilakukan [9-13]. Pemrosesan reduksi bijih besi dengan menggunakan blast furnace memiliki kelemahan utama, yaitu karena temperatur proses yang terlalu tinggi maka logam lain ( Si, Mn, dll.) akan banyak yang ikut melebur bersama dengan Fe sehingga akan sulit untuk dipisahkan. Oleh karena itu dikembangkan suatu metode baru untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan proses reduksi langsung. Proses reduksi langsung adalah proses pengurangan oksigen dari besi oksida dimana besi oksida tersebut tidak mengalami perubahan fasa, yaitu fasa padat. Proses reduksi langsung menggunakan zat pereduksi yang afinitas terhadap Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

BAB II

DASAR TEORI

Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting

untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

aplikasi. Teknik yang paling umum digunakan secara komersial yaitu dengan

menggunakan blast furnace dan juga converter. Pada blast furnace reaksi yang

terjadi yaitu sebagai berikut [8] :

• 3Fe2O3+CO 2 Fe3O4+CO2

3Fe2O3+C 2 Fe3O4+CO

• Fe3O4+CO 3FeO+CO2

Fe3O4+ C 3FeO+CO

• FeO+CO Fe+CO2

FeO+C Fe+CO

Meskipun dapat terlihat bahwa bijih besi dapat direduksi secara langsung

dengan menggunakan karbon padat, namun reduksi dengan menggunakan gas CO

mengindikasikan reaksi utama yang terjadi pada beberapa percobaan reduksi bijih

besi yang telah dilakukan [9-13].

Pemrosesan reduksi bijih besi dengan menggunakan blast furnace

memiliki kelemahan utama, yaitu karena temperatur proses yang terlalu tinggi

maka logam lain ( Si, Mn, dll.) akan banyak yang ikut melebur bersama dengan

Fe sehingga akan sulit untuk dipisahkan. Oleh karena itu dikembangkan suatu

metode baru untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan proses reduksi

langsung.

Proses reduksi langsung adalah proses pengurangan oksigen dari besi

oksida dimana besi oksida tersebut tidak mengalami perubahan fasa, yaitu fasa

padat. Proses reduksi langsung menggunakan zat pereduksi yang afinitas terhadap

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 2: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

oksigen lebih besar daripada besi oksida. Proses ini dilakukan dengan

menggunakan temperatur tinggi, namun lebih rendah dari temperatur yang

digunakan pada pemrosesan dengan menggunakan blast furnace.

Banyak studi yang dilakukan untuk mempelajari proses reduksi langsung,

Usui et al. mempelajari tentang proses prereduksi pada besi oksida dengan

menggunakan batu bara dan juga gas dengan reaksi utama yang terjadi antara

besi oksida dan hydrogen [14]. Ishikawa et al. secara sukses mempelajari tentang

reduksi pada wustit (Fe1)xO dengan menggunakan karbon padat [15] .

Untuk lebih memahami proses reduksi langsung, dipaparkan pada dasar

teori dibahan ini :

2.1 PRINSIP DASAR PROSES REDUKSI BESI OKSIDA

Proses reduksi langsung merupakan reduksi bijih besi dengan menghindari

fasa cair. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pereduktor seperti karbon

(coal), minyak bumi dan juga gas metana (CH4). Prinsip dasar proses ini adalah

mengurangi kadar oksigen dengan menggunakan unsur yang afinitas terhadap O

(oksigen) lebih besar daripada Fe (besi). Proses ini dilakukan tanpa mengubah

fasa, yaitu fasa padat. Hasil akhir proses ini menghasilkan bijih besi yang

didalamnya masih terdapat oksida. Proses reduksi langsung digunakan dengan

beberapa alasan sebagai berikut :

a. Menggunakan batu bara/ gas bumi sebagai pengganti kokas

b. Produk berkualitas tinggi

c. Kapasitas produksi bisa rendah, sesuai dengan permintaan pasar

d. Emisi CO2 rendah sehingga lebih ramah terhadap lingkungan

2.1.1 Termokimia

Reaksi kimia selalu melibatkan pelepasan maupun penyerapan energi. Hal

tersebut menunjukkan bahwa setiap material memiliki energi. Energi dilepaskan

apabila dalam suatu reaksi produk memiliki energi yang lebih rendah daripada

pereaktan, sedangkan suatu reaksi dikatakan menyerap energi apabila produk

memiliki energi yang lebih tinggi daripada pereaktan [16].

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 3: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Panas merupakan bentuk energi yang umum pada suatu reaksi. Derajat

panas juga dapat diukur dengan suhu. Panas yang dimiliki oleh suatu material

merupakan entalpi dari material tersebut yang diberi lambang H.

Ketika suatu unsur bereaksi dengan unsur lain membentuk suatu senyawa,

energi panas yang digunakan pada reaksi tersebut disebut sebagai energi panas

pembentukan (entalpi pembentukan) yang diberi lambang ∆Hf. Contoh entalpi

pembentukan adalah sebagai berikut :

C + ½O2 CO ∆Hf = - 26.416 cal/mol

C + O2 CO2 ∆Hf = - 94.052 cal/mol

Ketika suatu senyawa bereaksi dengan senyawa lain membentuk suatu

senyawa baru maka ∆Hf berubah menjadi ∆H penguraian, oleh karena itu besar

∆Hf harus dibalik. Contohnya sebagai berikut :

Apabila ∆H reaksi bernilai positif maka reaksi merupakan reaksi

endotermik (menyerap panas). Apabila ∆H bernilai negatif maka reaksi

merupakan reaksi eksotermik ( melepaskan panas).

2.1.2 Energi Bebas

Energi bebas merupakan selisih antara total energi pada sistem dengan

energi ikatan, TS. Energi bebas reaksi kimia pada temperatur konstan dirumuskan

sebagai berikut [16]:

∆ ∆ ∆ …………………………..(2.1)

Keterangan :

∆F = Energi bebas cal/mol

∆H = Entalpi cal/mol

T = Temperatur K

∆S = Perubahan entropi

Fe3O4 + CO 3FeO + CO2 ∆H = + 30664 + 288800 +26416 3x(-63500) -94052

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 4: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Apabila ∆F bernilai negatif maka reaksi tersebut dapat berjalan secara

spontan, namun apabila suatu reaksi ∆F bernilai positif maka reaksi tersebut tidak

dapat berjalan secara spontan. Contoh energi bebas beberapa reaksi sebagai

berikut [16] :

2Fe + O2 2FeO ∆FTo = -124.100 + 29.90T cal/molO2 (298 – 1642oK)

6FeO + O2 2Fe3O4 ∆FTo = -149.240 + 59.80T cal/molO2 (298 – 1642oK)

4Fe3O4 + O2 6Fe2O3 ∆FTo = -119.240 + 67.24T cal/molO2 (298 – 1460oK)

2C + O2 2CO ∆FTo = -53.400 - 42.0 T cal/molO2 (298 – 2500oK)

C + O2 CO2 ∆FTo = -94.200 - 0.2 T cal/molO2 (298 – 2000oK)

2CO + O2 2 CO2 ∆FTo = -135.000 + 41.6 T cal/molO2(298 – 2000oK)

C + CO2 2CO ∆FTo = +40.800 + 41.8 T cal/molO2 (298 – 2000oK)

2H2 + O2 2H2O ∆FTo = -117.800 + 26.2 T cal/molO2(298 – 2500oK)

Energi bebas suatu reaksi juga dapat ditentukan dengan menggunakan

prinsip kesetimbangan kimia. Pada reaksi kimia :

A + B C + D

Kecepatan reaksi pereaktan sama dengan kecepatan pereaksi produk (Vpereaktan

= Vproduk). Energi bebas dapat ditentukan dengan Persamaan 2.2.

∆ ° RTlnK RTln C DA B

………..…………….(2.2)

Keterangan :

∆Fo = Energi bebas cal/mol

R = konstanta gas

T = Temperatur K

a = aktivitas

Aktivitas pada gas sama dengan tekanan parsial yang dimiliki oleh gas tersebut.

Untuk material padat dan cair, sama dengan konsentrasi yang dimiliki.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 5: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Energi bebas yang dimiliki oleh suatu reaksi dapat diplot kedalam suatu

grafik bersama dengan temperatur. Grafik yang memuat energi bebas versus

temperatur disebut sebagai Diagram Ellingham seperti ditunjukkan pada Gambar

2.1. Pada diagram Ellingham, logam yang aktif secara kimia memiliki energi

bebas yang paling tinggi (negatif) dalam membentuk oksida terletak pada diagram

dibagian paling bawah. Sedangkan untuk logam yang memiliki energi bebas

terkecil (positif) dalam membentuk oksida terletak pada diagram dibagian paling

atas. Nilai dari ∆Fo untuk reaksi oksidasi merupakan ukuran afinitas kimia suatu

logam terhadap oksigen. Semakin negatif nilai ∆Fo suatu logam menunjukkan

logam tersebut semakin stabil dalam bentuk oksida.

Dari diagram Ellingham pada Gambar 2.1, kita dapat mengetahui

temperatur minimal yang dibutuhkan agar reaksi tersebut dapat terjadi. Hal

tersebut dapat ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva oksidasi dan reduksi.

Termodinamika hanya dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu

reaksi dapat berjalan spontan ataukah tidak pada temperatur tertentu berdasarkan

energi bebas yang dimiliki. Namun tidak dapat digunakan untuk menentukan laju

reaksi. Perpotongan antara garis reaksi oksidasi dan reduksi secara termodinamika

menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat berjalan pada temperatur tertentu.

Selain menggunakan diagram Ellingham, kita juga dapat menentukan

termodinamika suatu reaksi melalui perhitungan energi bebas ∆F dari reaksi

tersebut dengan menggunakan ∆Fo referensi seperti yang telah tercantum diatas.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 6: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

2

t

(

(

(

2.1.3 Term

Reak

tahap antara

(I) 3 Fe2

(II) Fe3O

(III) FeO+

G

modinamika

ksi reduksi d

a lain [16] :

Fe2O3

2O3 +CO

O4+CO

+CO

Gambar 2.1 D

a Reaksi Re

dengan meng

I

Fe3

2 Fe3O

3FeO+

Fe+CO

Diagram Elli

eduksi Besi

ggunaan karb

II

O4 F

O4+CO2

+CO2

O2

ingham [16]

Oksida

bon monoks

III

FeO

∆H = -

∆H =

∆H = -

ida (CO) me

Fe

12636 cal

8664 cal

4136 cal

emiliki tiga

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 7: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Secara termodinamika energi bebas dari ketiga reaksi tersebut dapat ditentukan

sebagai berikut :

Persamaan (I)

6Fe2O3 4Fe3O4 + O2 ∆FTo = +119.240 - 67.24T cal/molO2

2CO + O2 2 CO2 ∆FTo = -135.000 + 41.6 T cal/molO2

6Fe2O3 + 2CO 4Fe3O4+ 2CO2 ∆FTo = -15.760 - 25.64 T cal/molO2

Atau

3Fe2O3 + CO 2Fe3O4+ CO2 ∆FTo = -7.880 - 12.82 T cal/molO2

Persamaan (II)

2Fe3O4 6FeO + O2 ∆FTo = +149.240 - 59.80T cal/molO2

2CO + O2 2 CO2 ∆FTo = -135.000 + 41.6 T cal/molO2

2Fe3O4+2CO 6FeO+2CO2 ∆FTo = + 14.240 - 18.2 T cal/molO2

Atau

Fe3O4+CO 3FeO+CO2 ∆FTo = + 7120 - 9.1 T cal/molO2

Persamaan (III)

2FeO 2Fe + O2 ∆FTo = +124.100 - 29.90T cal/molO2

2CO + O2 2 CO2 ∆FTo = -135.000 + 41.6 T cal/molO2

2FeO + 2CO 2Fe + 2CO2 ∆FTo = -10.900 + 11.7 T cal/molO2

FeO + CO Fe + CO2 ∆FTo = -5.450 + 5.85 T cal/molO2

Hasil perhitungan energi bebas diatas menunjukkan bahwa ketiga reaksi

tersebut dapat berjalan spontan. Secara termodinamika menunjukkan ketiga reaksi

tersebut feasible untuk dilakukan.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 8: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

2.1.4 Reaksi Boudouard

Proses reduksi langsung menggunakan kesetimbangan antara besi,

hematite, magnetit, wustit, karbonmonoksida, karbondioksida, serta karbon padat

pada tekanan 1 atm seperti ditunjukkan dalam diagram Bauer Glassner dan

Boudouard pada Gambar 2.2. Kesetimbangan tersebut merupakan dasar

dilakukannya proses reduksi langsung dengan menggunakan karbon padat.

Gambar 2.2. Diagram Bauer Glassner dan Boudouard [16]

Dalam diagram tersebut terdapat kesetimbangan besi oksida dengan

campuran gas CO/ CO2, antara lain :

• Garis kesetimbangan Boudouard : CO2 + C = 2CO

• Garis kesetimbangan : 3Fe2O3 + CO = 2Fe3O4+ CO2

• Garis kesetimbangan : Fe3O4 + CO = 3FeO + CO2

• Garis kesetimbangan : FeO + CO = Fe + CO2

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 9: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Dari garis kesetimbangan Boudouard, pada temperatur 1000 0C terdapat

100 % gas CO. Apabila temperatur diturunkan maka kesetimbangan tersebut tidak

tercapai sehingga terjadi penguraian dari gas CO menjadi CO2 dan C. Sehingga

jumlah gas CO (pereduktor) akan berkurang.

Pada daerah disebelah kiri garis kesetimbangan boudouard maka gas CO2

akan lebih stabil sehingga gas CO yang ada akan terurai menjadi CO2. Pada

daerah disebelah kanan garis kesetimbangan boudouard gas CO lebih stabil

sehingga gas CO2 akan mengalami reaksi boudouard membentuk gas CO.Hal

tersebut merupakan contoh dari prinsip Le Chatelier, reaksi boudouard merupakan

reaksi yang endotermik sehingga membutuhkan temperatur tinggi untuk dapat

berjalan.

Dari Diagram Bauer Glassner dan Boudouard pada Gambar 2.2 , senyawa

yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara CO/CO2 dan juga

temperatur operasi. Misal pada temperatur 7000C dengan perbandingan CO/CO2

adalah 60:40, maka senyawa yang paling stabil adalah wustit. Magnetit akan

tereduksi menjadi wustit, sedangkan Fe akan mengalami oksidasi menjadi wustit.

Hal penting yang dapat disimpulkan dari kesetimbangan Boudouard antara

garis kesetimbangan wustit/Fe dan garis kesetimbangan boudouard berpotongan

pada temperatur 7000C. Hal tersebut menunjukkan bahwa temperatur minimum

yang dibutuhkan untuk mereduksi wustit menjadi Fe adalah 7000C. Antara garis

kesetimbangan Magnetit/wustit dan garis kesetimbangan boudouard berpotongan

pada temperatur 6500C. Hal tersebut menunjukkan bahwa temperatur minimum

yang dibutuhkan untuk mereduksi magnetit menjadi wustit adalah 6500C.

Temperatur minimum diatas pada tekanam 1 atm. Sangat tidak mungkin reaksi

dapat berjalan dibawah temperatur minimum karena karbonmonoksida terurai

menjadi karbondioksida.

2.2 MEKANISME REDUKSI LANGSUNG

Mekanisme reduksi langsung besi oksida dengan karbon padat terdiri dari :

1. Pembentukan gas reduktor

2. Adsorbsi gas pada besi oksida

3. Proses difusi dalam besi oksida

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 10: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

2.2.1 Pembentukan Gas Reduktor

Bila karbon dengan adanya oksigen pada temperatur tertinggi akan

terbentuk gas CO menurut reaksi :

C + O2 CO2

CO2 + C 2CO

Karbondioksida yang dibentuk dapat bereaksi kembali dengan karbon sehingga

terbentuk karbonmonoksida sesuai dengan reaksi boudouard. Karbon tersebut

berasal dari karbon dan gas CO yang merupakan gas reduktor yang akan

mereduksi besi oksida. Pada proses pembakaran karbon terjadi pembentukan

lapisan film. Gas CO yang terbentuk konsentrasinya lebih rendah bila

dibandingkan dengan konsentrasi gas CO pada fraksi padat. Selain gas CO

sebagai reduktor yang terbentuk dari pembakaran tadi, dihasilkan juga abu yang

mempengaruhi jumlah molekul gas reduktor tiap satuan volume. Gas-gas yang

terjadi dipengaruhi oleh kecepatan molar transformasi karbon padat tiap satuan

waktu dan satuan volume.

Proses pembentukan gas CO berjalan dengan seiring waktu, seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.3 . Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak

karbon yang bereaksi dengan karbondioksida membentuk karbonmonoksida yang

digunakan sebagai pereduktor.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 11: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Gambar 2.3 Gasifikasi Karbon

Keterangan :

Cag = konsentrasi gas reaktan pada fasa gas

Cas = konsentrasi gas reaktan pada permukaan partikel padat

Cac = konsentrasi gas reaktan pada permukaan padatan yang belum tereaksi

Crc = konsentrasi gas produk pada permukaan padatan yang belum tereaksi

Crs = konsentrasi gas produk pada permukaan partikel padat

Crg = konsentrasi gas produk pada fasa gas

R = jari-jari partikel padat

rc = jari-jari padatan yang belum tereaksi

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 12: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Secara empiris ditulis

.............................(2.3)

Keterangan :

Vc = Kecepatan molar transformasi karbon ( mol C/ cm3. det)

kc = konstanta gasifikasi karbon (det-1)

n0CO2 = konsentrasi gas CO2 dalam fasa gas (mol/cm3)

n’CO2 = konsentrasi gas CO2 pada kesetimbangan permukaan reaksi karbon

padat (mol/cm3)

Sedangkan

. . ............................................(2.4)

. exp RT ........................................(2.5)

Keterangan :

kr = konstantan reaktifitas (cm3/g. det)

Mc = jumlah karbon( g/ cm3)

n = faktor Thiele’s untuk pori-pori

Hc = reaktifitas batu bara

Pada temperatur diatas 9000C, n = 1

Sehingga diperoleh :

. Mc. exp RT ........................................(2.6)

Dari Persamaan 2.3 dan 2.6 didapatkan :

. Mc. exp RT n0CO2 n’CO2 ................(2.7)

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 13: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Dari Persamaan – Persamaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

gasifikasi karbon yang menghasilkan gas reduktor merupakan molar transformasi

karbon didalam karbon yang tergantung pada reaktifitas karbon dan jumlah

karbon.

Reaksi gasifikasi karbon dengan CO2 merupakan reaksi endotermik, oleh

karena itu reaksi ini terjadi pada temperatur tinggi. Pada temperatur 10000C akan

dihasilkan 100% CO pada tekanan 1 atm. Laju reaksi secara keseluruhan

dikendalikan oleh laju gasifikasi karbon [16]. Laju gasifikasi karbon ditentukan

oleh beberapa faktor yaitu reaktivitas karbon, temperatur dan juga ketersediaan

panas yang digunakan untuk mempertahankan reaksi hingga mencapai temperatur

operasi [16].

Reaktivitas yang dimiliki oleh material yang mengandung karbon

(carbonaceous material) sangat bervariasi. Luas permukaan karbon yang

memungkinkan terjadinya reaksi antara karbon dengan CO2 merupakan hal yang

penting, yang ditentukan oleh ukuran partikel material dan juga porositas yang

dimiliki oleh material. Charcoal, arang dan juga kokas memiliki porositas dan

reaktivitas yang lebih tinggi daripada material karbon alami seperti kayu, karbon,

dan grafit. Charcoal lebih reaktif daripada kokas pada temperatur rendah.Kokas

yang dibuat dengan tipe karbon yang berbeda-beda(lignit, bituminous, anthracite)

juga akan memberikan reaktivitas yang berbeda-beda.

Pada banyak kasus, laju reaksi serta produktivitas dari proses reduksi

langsung ditentukan oleh beberapa faktor yang saling terhubung yaitu : � Transfer panas (heat transfer)

� Reaktivitas karbon (carbon reactivity)

� Reducibility besi oksida (iron oxide reducibility)

Ukuran partikel karbon, jumlah karbon yang tersedia, serta tipe karbon

yang digunakan sangat berpengaruh terhadap laju gasifikasi. Ukuran partikel yang

kecil dan ketersediaan dalam jumlah banyak akan meningkatkan luas permukaan

yang mungkin untuk terjadi reaksi gasifikasi karbon sehingga dapat meningkatkan

laju reaksi[16].

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 14: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

2.3.2 Adsorbsi Gas Pada Besi Oksida

Adsorbsi adalah proses terikatnya gas reduktor pada permukaan besi

oksida yang disebabkan oleh energi secara fisika dan kimia. Fisika adsorbsi

merupakan daya yang terjadi oleh bergeraknya masing-masing molekul gas, yang

dibatasi oleh jumlah molekul gas yang menumbuk luas permukaan besi oksida

dalam satuan waktu. Kimia adsorbsi adalah daya kimia antara gas dengan padatan

(besi oksida), dimana gas melingkupi dan berinteraksi dengan permukaan besi

oksida. Kimia adsorbsi sangat bergantung pada kemampuan dan kecenderungan

antar gas dan besi oksida dalam bertukar ion elektron atau memberi dari orbitnya.

Dalam wustit ( Fe1-yO), dimana y merupakan tempat kosong ion besi

terhadap kisi-kisi besi atau mol fraksi dari tempat kosong ion besi. Dengan adanya

gas CO maka akan menyebabkan pengurangan oksigen dan bersamaan dengan

proses tersebut terjadi pembentukan ion bervalensi 2 dalam posisi kisi normal

menurut reaksi [8] :

keterangan :

= tempat ion kosong dalam wustit

= cacat elektron

Fe2+ Fe2+ = divalen ion besi pada wustit dalam kondisi kisi normal

Pada permukaan besi oksida akan terbentuk ikatan baru sebagai produk yaitu akan

terbentuk Fe metalik dengan ikatan logam, dilain pihak akan terbentuk gas CO2

sebagai hasil dari reaksi adsorbsi oksigen.

Pengurangan oksigen dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan

konsentrasi gas CO2 antara fasa gas dengan fasa kesetimbangan pada permukaan

besi oksida. Dengan demikian oksigen yang hilang tiap satuan waktu dan satuan

volume secara empiris dapat ditulis sebagai berikut :

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 15: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

........................................(2.8)

Sedangkan :

........................................(2.9)

Dimana :

Vo = jumlah oksigen yang dihilangkan ( mol O/ cm3. det)

Vc = kecepatan molar transformasi karbon ( mol C/ cm3. det)

kFe = konstanta kecepatan reduksi (det-1)

n”CO2 = konsentrasi gas CO2 pada permukaan reaksi besi oksida (mol/ cm3)

n’CO2 = konsentrasi gas CO2 pada kesetimbangan reaksi permukaan karbon

padat (mol/ cm3)

noCO2 = konsentrasi gas CO2 dalam fasa gas (mol/ cm3)

kC = konstanta gasifikasi karbon (det-1)

HFe = karakterisasi besi oksida

R = derajat reduksi = jumlah oksigen yang hilang

jumlah oksigen mula-mula

T = temperatur pengukuran proses (K)

Pada keadaan setimbang maka kecepatan molar transformasi gasifikasi

karbon sama dengan molar transformasi oksigen yang hilang (Vc=Vo). Oleh

karena itu diperoleh konsentrasi CO2 pada fasa gas sebagai fungsi dari konstanta

Persamaan 2 .8.

..................................(2.10)

sehingga kecepatan reduksi menjadi :

..................(2.11)

Vo = kFe (n”CO2 - no

CO2)

kFe = HFe (1-R) (T/1173)2 (1/ n”CO2)

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 16: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Vo maks. = kFe (n”CO2 – n’

CO2)

Dari Persamaan 2.11 dapat terlihat bahwa kecepatan reaksi reduksi

tergantung dari konstanta gasifikasi karbon dan konstanta reduksi besi oksida.

Apabila,

• Reaktifitas karbon lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan reduksi

besi oksida : kc < kFe maka terjadi Vo ~ 0

• Reaktifitas karbon lebih besar dibandingkan dengan kemampuan reduksi

besi oksida : kc > kFe maka terjadi Vo = Vo maks.

.........................(2.12)

Vo maks. merupakan kecepatan maksimum reduksi pada permukaan besi oksida

pada temperatur reduksi. Untuk temperatur diatas 9000C, didapatkan n’CO2 <<

n”CO2 , maka didapatkan Persamaan kecepatan :

..........................(2.13)

Dari Persamaan 2.12 didapatkan kecepatan molar oksigen yang hilang pada

temperatur diatas 9000C adalah :

............................(2.14)

Dengan demikian tampak bahwa pengurangan oksigen tiap satuan waktu dan

volume merupakan fungsi dari karakteristik besi oksida, reaktifitas karbon, jumlah

karbon dan temperatur.

2.3.3 Proses Difusi Dalam Besi Oksida

2.2.3.1 Dasar Difusi

Difusi didefinisikan sebagai pergerakan atom didalam suatu material

dengan fasa padat, cair ataupun gas. Fokus pada pembahasan disini adalah pada

material denga fasa padat, yaitu besi oksida pada temperatur tinggi.

Vo maks. = kFe (n”CO2 )

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 17: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Pada temperatur tinggi tempat atom kosong akan bergerak semakin cepat

dengan meningkatnya temperatur. Diperlukan energi untuk menggerakkan sebuah

tempat atom kosong dari suatu keadaan setimbang ke keadaan setimbang yang

lain, sebesar ∆ Hm. Selain itu juga diperlukan juga energi untuk membentuk

tempat atom kosong sebesar ∆ Hv. Sehingga difusi tidak hanya tergantung pada

pergerakan tempat kosong termasuk pada pergerakan atom tetapi juga pada fraksi

kedudukan tempat yang atomnya kosong. Konsekuensi dengan bertambahnya

tempat atom kosong yaitu meningkatkan kecepatan difusi atau meningkatnya

difusifitas dengan meningkatnya temperatur.

. ∆ ∆ / .......................................(2.15)

∆ ∆ .........................................(2.16)

Sehingga diperoleh

. / .........................................(2.17)

Dimana :

D = Difusifitas (koefisien difusi) (cm2. det-1)

Do = Koefisien difusi standard (cm2. det-1)

Q = energi aktivasi ( kal.mol-1)

R = konstanta gas (1.987 kcal/mol)

T = Temperatur (K)

2.2.3.2 Mekanisme Reaksi

Reduciability dari besi oksida sangat dipengaruhi oleh porositas yang

dimiliki oleh besi oksida tersebut. Semakin tinggi porositas maka akan

mempermudah difusi gas pereduktor CO pada besi oksida sehingga akan

meningkatkan laju reduksi. Pellet hasil aglomerisasi memiliki porositas yang jauh

lebih tinggi daripada pellet yang disinter, sehingga reduciability pellet hasil

aglomerisasi jauh lebih tinggi daripada pellet hasil sinter.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 18: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Ukuran partikel pereaksi seperti karbon juga sangat berpengaruh. Semakin

kecil partikel karbon maka semakin luas permukaan yang memungkinkan terjadi

reaksi, sehingga laju pembentukan CO semakin tinggi.

Mekanisme reaksi reduksi langsung pada pellet berpori sangat tergantung

dari difusi CO untuk menyentuh permukaan besi oksida dan bereaksi. Semakin

banyak pori-pori, semakin mudah CO berdifusi kedalam pellet sehingga laju

reaksi reduksi akan berjalan semakin cepat. Semakin sedikit pori-pori, semakin

sulit CO untuk bereduksi sehingga laju reaksi reduksi akan berjalan semakin

lambat. Mekanisme reduksi langsung seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 .

Gambar 2.4 Mekanisme reduksi langsung pada pellet berporos [16]

Pada material yang bebas poros maka reaksi reduksi menggunakan mekanisme

solid state difffusion of ferrous ion.

waktu waktu

Gas CO2Gas CO

Fe2O3

Fe3O4 FeO

FeO

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 19: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

2.4 METODE KARAKTERISASI PRODUK

Metode karakterisasi yang digunakan untuk mengidentifikasi pereaksi

serta produk akhir dapat dilakukan dengan metode XRD maupun XRF.

2.3.3 X-Ray Fluorecence (XRF)

Ketika x-ray primer tereksitasi dari x-ray tube atau radiaoaktif menabrak

sampel, x-ray dapat diserap oleh atom atau disebarkan pada seluruh permukaan

material. Proses dimana x-ray diserap oleh atom dengan mentransfer seluruh

energinya ke elektron yang paling dalam dinamakan protoelectric effect. Prinsip

kerja XRF dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Selama proses jika x-ray mempunyai energi yang cukup maka elektron

akan terlempar dari kulitnya yang lebih dalam (tereksitasi), menciptakan

vacancy pada kulitnya , ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Elektron tereksitasi keluar [17]

• Vacancy itu mengakibatkan kondisi yang tidak stabil pada atom. Untuk

menstabilkan kondisi maka elektron dari luar ditransfer untuk menutupi

vacancy tersebut, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Misalnya elektron

dari kulit L dan M mengisi kekosongan yang ada. Pada proses perpindahan

tersebut energy dibebaskan karena adanya perpindahan dari kulit yang

memiliki energy lebih tinggi (L/M) kedalam kulit yang memiliki energy

paling rendah (K). Emisi yang dikeluarkan oleh setiap material memiliki

karakter khusus.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 20: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Gambar 2.6 Pengisian kekosongan elektron [17]

• Proses tersebut memberikan karakteristik dari x-ray, yang energinya

berasal dari perbedaan energi ikatan antar kulit yang berhubungan. X-ray

yang dihasilkan dari proses ini disebut “X-Ray Flourecence” atau XRF

(Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Pelepasan energi [17]

• Proses untuk mendeteksi dan menganalisa X-Ray yang dihasilkan disebut

“X-ray Flourecence analysis.

• Karena spektrum X-ray maka pada saat penyinaran suatu material akan

didapatkan multiple peak pada intensitas yang berbeda, seperti

ditunjukkan pada gambar Gambar 2.8.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 21: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Contoh :

Gambar 2.8 Contoh hasil XRF

• Karakterisasi x-ray yang ditandai oleh K,L,M, atau N untuk menunjukkan

kulit asalnya. Model yang lain yaitu alfa, beta, atau gamma dibuat untuk

menandai x-ray yang berasal dari elektron transisi dari kulit yang lebih tinggi.

• Kα dihasilkan dari transisi elektron dari kulit L ke K dan x-ray Kβ dihasilkan

dari transisi elektron dari M menuju kulit K, dll.

Metoda x-ray banyak digunakan untuk menentukan komposisi elemen

dari material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel metoda ini

dipilih unutk penggunaan pada aplikasi lapangan dan proses produksi pada

industri untuk mengontrol material. Berdasarkan penggunaanya, x-ray dapat

dihasilkan tidak hanya dari x-ray primer tapi juga sumber eksitasi primer yang

lain seperti partikel α, proton, atau eletron energi tinggi.

2.3.4 X-ray diffraction (XRD)

XRD dilakukan dengan menembakkan sinar X-Ray pada material

kemudian pantulannya akan ditangkap oleh detektor, ditunjukkan pada Gambar

2.9. Prinsip dari XRD dimana elektron yang berada pada bidang elektromagnetik

akan bertolak dengan frekuensi yang sama, ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Ketika berkas x-ray menumbuk atom, elektron disekitar atom akan mulai

Iceland Basalt Fluorescence Spectrum

Counts

Energi (keV)

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 22: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

terpantul kesegala arah dengan frekuensi yang sama sebagai berkas sinar datang,

seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Hampir di semua arah mempunyai

interferensi yang saling melemahkan, yaitu gelombang gabungan keluar dari fasa

dan tidak ada resultan energi meninggalkan sampel padat. Walau bagaimanapun

atom pada kristal tergabung pada pola umum dan pada beberapa arah akan

menghasilkan inteferensi yang saling menguatkan. Oleh sebab itu berkas sinar

diffraksi akan digambarkan sebagai berkas sinar dari sejumlah sinar tersebar yang

saling menguatkan satu sama lain.

Gambar 2.9 Mekanisme X-Ray Diffraction [18]

Gambar 2.10 Geometri pemantulan X-Ray [18]

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 23: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Gambar 2.11 Interaksi antara photon dengan atom [18]

Pada Gambar 2.12 dapat terlihat contoh hasil XRD. Hasil dari XRD dapat

digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif senyawa yang terkandung dalam

suatu material. Setiap senyawa pasti memiliki posisi 2θ yang berbeda.

XRD juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif,

berdasarkan pernyataan dari B.D.Culity dalam buku Element of X-Ray Diffraction

menyatakan bahwa analisa kuantitafif dengan XRD dapat dilakukan dengan

memanfaatkan intensitas hasil pengukuran. Faktanya intensitas tergantung dari

konsentrasi pada campuran sampel.

Gambar 2.12 Contoh hasil XRD

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008

Page 24: BAB II DASAR TEORI...BAB II DASAR TEORI Pembelajaran tentang proses pengolahan besi merupakan hal yang penting untuk dipelajari, mengingat logam tersebut digunakan pada berbagai macam

Hubungan antara intensitas dengan konsentrasi tidak selalu linear, karena

intensitas difraksi tergantung dari koefisien absorbsi pada setiap campuran yang

bervariasi berdasarkan konsentrasi.

Aplikasi XRD biasanya digunakan adalah untuk analisa kimia, meliputi

identifikasi fasa, investivigasi fasa temperatur tinggi ataupun rendah, solid

solution dan menentukan parameter sel dari material baru.

Efektivitas penambahan karbon..., Vita Astini, FT UI, 2008