bab ii antimalaria

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Tanaman dalam Prespektif Islam Bagi Makhluk-Nya Tumbuhan merupakan salah satu dari ciptaan Allah SWT yang banyak memberikan manfaat kepada manusia. Dalam Alqur’an banyak menyebutkan tentang tumbuh- tumbuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Thaha : 53 Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam (QS. Thaha : 53). Menurut Shihab (2002: 318) dalam tafsir Al-Mishbah bahwa aneka tumbuhan dengan bermacam-macam jenis bentuk dan rasanya itu merupakan hal-hal yang sungguh menakjubkan lagi membuktikan betapa agung penciptanya. Setiap macam tumbuhan diciptakan Allah untuk 11

Upload: nmooddy

Post on 24-Jul-2015

118 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Antimalaria

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Tanaman dalam Prespektif Islam Bagi Makhluk-Nya

Tumbuhan merupakan salah satu dari ciptaan Allah SWT yang banyak

memberikan manfaat kepada manusia. Dalam Alqur’an banyak menyebutkan

tentang tumbuh-tumbuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana

Firman Allah dalam QS. Thaha : 53

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam (QS. Thaha : 53).

Menurut Shihab (2002: 318) dalam tafsir Al-Mishbah bahwa aneka

tumbuhan dengan bermacam-macam jenis bentuk dan rasanya itu merupakan hal-

hal yang sungguh menakjubkan lagi membuktikan betapa agung penciptanya.

Setiap macam tumbuhan diciptakan Allah untuk kemaslahatan umat manusia,

diantaranya sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia dan dapat dipetik

hasilnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manfaat tumbuhan ini salah

satunya digunakan sebagai tanaman obat.

Manfaat segala macam jenis tumbuhan yang diciptakan oleh Allah ini

merupakan bentuk kekuasaan dan kebesaran Allah SWT terhadap makhluknya

dimana semuanya dapat dimanfaatkan oleh manusia jika manusia itu mau berfikir.

Kekuasaan Allah dalam tumbuh-tumbuhan terlihat pada modifikasi tumbuh-

11

Page 2: BAB II Antimalaria

12

tumbuhan sesuai dengan berbagai kondisi lingkungan. Semua tumbuhan memiliki

susunan dan bentuk luar yang berbeda dengan tumbuhan lain. Setiap tanaman

yang ditumbuhkan oleh Allah tentunya memiliki kegunaan yang berbeda-beda

(Iva, 2006). Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT dalam Alqur’an surat asy

Syu’ara ayat 7 :

“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” (QS. Asy- Syu’ara: 7)

Tumbuhan yang baik adalah tumbuhan yang subur dan bermanfaat

(Shihab, 2002). Menurut Savitri (2008) tumbuhan yang baik dalam hal ini adalah

tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup termasuk tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai pengobatan. Tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya dapat

digunakan sebagai obat berbagai penyakit dan ini merupakan anugrah dari Allah

SWT yang harus dipelajari dan dimanfaatkan, tidak terkecuali tanaman bunga

matahari yang dikenal sebagai tanaman hias. Tanaman bungan matahari ini dapat

dimanfaatkan sebagai tanaman obat, seperti halnya sabda Nabi Muhammad SAW

dalam HR. Ibnu Majah (Farooqi, 2005):

“Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menciptakan pula obat untuknya.

Barang siapa mengerti hal ini, ia mengetahuinya dan barang siapa tidak mengerti

hal ini, ia tidak mengetahuinya kecuali kematian.” (HR. Ibnu Majah).

Penjelasan hadits tersebut menunjukkan bahwa Allah Maha Adil dimana

apabila diciptakan suatu penyakit maka diciptakan beserta obatnya. Hal itu akan

diketahui apabila manusia mau berfikir. Allah SWT menciptakan manusia dengan

sebaik-baiknya bentuk. Manusia dibekali otak untuk memikirkan apa-apa yang

Page 3: BAB II Antimalaria

13

telah diciptakan oleh Allah SWT untuk kemaslahatan hidupnya. Dengan

memikirkan segala sesuatu yang apa telah diciptakan oleh Allah ini maka akan

timbul suatu ilmu. Ilmu pengetahuanlah yang akan menuntun manusia untuk

menemukan obat-obatan dari suatu penyakit. Jika manusia tidak pernah berfikir

dan mengembangkan ilmu pengetahuan maka tidak akan pernah tahu bahwa Allah

telah menciptakan berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

obat. Terdapat berbagai obat yang telah tersedia di alam dan seringkali disebut

dengan tanaman herbal termasuk tanaman bunga matahari.

2.2 Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.)

Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.) berasal dari Amerika Utara, yang

ditanam pada awal abad ke 16 untuk dipakai sebagai bahan makanan lembu dan

makanan ayam. Kemudian secara besar-besaran telah di tanam di USSR dan

Eropa Timur untuk mendapatkan minyaknya. Sekarang Helianthus Annuus

merupakan tanaman kosmopolit yang banyak terdapat di Eropa, Kanada,

Amerika, Meksiko, India. Di Indonesia bunga matahari banyak ditemukan sebagai

tanaman hias. Petani Sunda biasa menanamnya di pinggir ladang atau melintasi

tengah ladang untuk menolak hama dan penyakit tanaman (Sundararaj et al., 1976

dan Simpson et al., 1986).

Bunga matahari (Helianthus Annuus L.) termasuk ke dalam famili

Compositae yang berasal dari Amerika Utara (Hoflands, 1990). H. Annuus

berhabitus perdu dan memiliki kelenjar-kelenjar minyak (Tjitrosoepomo, 1988).

Tanaman ini bersifat protandus yaitu benang sari masak terlebih dahulu sebelum

Page 4: BAB II Antimalaria

14

putiknya sehingga tanaman ini dibudidayakan dengan cara penyilangan antar

varietas dengan bantuan serangga penyerbuk (Satyanaraya, 1982).

Gambar 2.1 Bunga Matahari (Helianthus annus L.)

Pada tahun 1919, di tanam di Jawa. Tanaman ini subur di daerah

pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan

sinar matahari langsung. Pohonnya tumbuh didataran rendah sampai ketinggian

1.500 meter di atas permukaan laut.

Banyak orang yang menganggap tanaman herba anual berumur pendek ini

sebagai tanaman hias saja. Karena bentuk dan warna bunganya sangat menarik

hati dan indah dipandang mata. Namun ada juga yang memanfaatkannya sebagai

obat tradisional. Tanaman ini merupakan tanaman Herba annual (umumya

pendek, kurang dari setahun), tegak, berbulu, tinggi 1-3 m, ditanam pada halaman

dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias.

Termasuk tanaman berbatang basah, daun tunggalberbentuk jantung, bunga

besar/bunga cawan, dengan mahkota berbentuk pita disepanjang tepi cawan,

berwarna kuning, dan di tengahnya terdapat bunga-bunga yang kecil berbentuk

tabung, warnanya coklat.

Page 5: BAB II Antimalaria

15

2.2.1 Klasifikasi Umum Bunga Matahari

Menurut Cronquist (1981), Helianthus annuus diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Subclassis : Asterid

Ordo : Asterales

Familia : Compositae

Genus : Helianthus

Species : Helianthus annuus

2.2.2 Morfologi Bunga Matahari

Helianthus annuus adalah tumbuhan yang hidup satu tahun, tumbuh tegak

dengan tinggi 1,5-6 m. Batang herbaceus, diameter batang 2,5-7,5 cm, kasar

berbulu, biasanya tanpa cabang, tetapi kadang-kadang bercabang pada ujungnya.

Daun berbentuk alternatus, kedua permukaan kasar, dan tepi daun bergerigi

dengan tangkai daun panjang 5-25 cm dan lebar 2-3 cm. Daun tunggal, berwarna

hijau muda sampai hijau tua, tumbuh berselang seling berhadapan pada batang.

Bunga biasanya terdiri atas satu bunga dalam setiap batang dan terlwtak pada

ujung batang. Bunga besar seperti mangkok, diameter 10-50 cm dengan mahkota

bunga berjumlah 40-80, berwarna kuning terang dengan bunga pinggir berwarna

coklat atau hitam. Biji terdiri atas kulit biji, testa, daging biji dan kotiledon. Kulit

Page 6: BAB II Antimalaria

16

biji biasanya berwarna hitam atau kelabu dengan strip (bilur) hitam atau coklat

(Simpson et al., 1986).

2.2.3 Kegunaan

Berdasarkan IPTEKnet (2011), menyebutkan bahwa seluruh Seluruh

bagian tanaman dari bunga matahari ini dapat digunakan, untuk penyimpanannya

pun sangat mudah, yaitu dapat dengan cara dikeringkan. Adapun manfaat dari

masing-masing tanaman adalah sebagai berikut:

Bunga: Tekanan darah tinggi, mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala,

pusing sakit gigi, nyeri menstruasi (dysmenorrhoe), nyeri lambung

(gastric pain), radang payudara (mastitis), rheumatik (arthritis), sulit

melahirkan.

Biji : Tidak nafsu makan, lesu, disenteri berdarah, merangsang

pengeluaran rash (kemerahan) pada campak, sakit kepala.

Akar : Infeksi saluran kencing, radang saluran nafas (bronchitis), batuk

rejan (pertussis), keputihan (leucorrhoe).

Daun : Malaria.

Menurut Simpson et al., 1986, batang bunga matahari memiliki banyak

serat kulit dan mempunyai jaringan yang diduga sebagai pemberi energi. Serat

dan jaringan lunak, serta rapuh, banyak digunakan untuk membuat tali, kertas,

tekstil dan juga sering digunakan untuk bahan bakar. Biji bunga matahari

mempunyai tepung yang memiliki nutrisi tinggi dan dipakai dalam pembuatan roti

atau minyak makanan. Kulit biji dipakai sebagai campuran makanan ternak dan

Page 7: BAB II Antimalaria

17

juga sebagai bahan bakar. Biji juga dipakai sebagai diuretik dan pengobatan

penyakit saluran nafas.

2.2.4 Kandungan Kimia

Morrison (Copeland, 1976) menyatakan bahwa presentase terbesar dari

senyawa kimia yang terkandung dalam biji H. Annuus adalah lipid dan protein.

Masing-masing 25,9 persen dan 16,8 persen.

Kandungan kimia dalam bunga matahari adalah sebagai berikut:

Daun: siskuiterpen lakton (Franscisco, 1996), monoterpen (Ceccarinia,

2004 dan Verma, 2008), diterpen (Franscisco, 2008), alkaloid dan fenol (Spring,

et.al. 1982). Bunga: triterpen (Ukiya, 2007) dan saponin (Chirva et.al, 1968). Biji:

tanin (Catherine, 2011), polifenol (Kenneth et.al, 1970 dan Sripat et.al, 1982) dan

asam lemak (Peireti, 2011 dan Qasim et.al, 2009)

Fifendi (1997) telah mengkaji daun bunga matahari sebagai anti demam

berdarah dengan pengaruh ekstraknya yang diisolasi menggunakan pelarut

metanol terhadap aides aigepty. Berdasarkan penelitiannya, daun bunga matahari

yang diisolasi dengan metanol mengandung golongan senyawa seperti alkaloid,

minyak atsiri, kumarin yang salah satunya juga bisa dijadikan sebagai antimalaria.

2.3 Malaria

2.3.1 Deskripsi Malaria

Page 8: BAB II Antimalaria

18

Penyakit malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria,

yang merupakan suatu protozoa darah termasuk :

Filum : Apicomplexa

Klas : Sporozoa

Sub klas : Cocidiidae

Ordo : Eucoccidiidae

Sub ordo : Haemosporidiidae

Familia : Plasmodiidae

Genus : Plasmodium

Genus plasmodium secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) sub genus yaitu

sub genus plasmodium dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae, sub genus

laverania dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium

falciparum dan sub genus vinckeia yang hanya menginfeksi kelelawar dan

binatang pengerat lainnya (Depkes, 1999).

Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk

aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk

malaria (Anopheles spp) betina. Definisi penyakit malaria lainnya adalah suatu

jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan

perantara suatu vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi kepada

host. Penyakit malaria termasuk salah satu penyakit menular yang dapat

Page 9: BAB II Antimalaria

19

menyerang semua orang, bahkan mengakibatkan kematian terutama yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum (Depkes, 2003).

Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus Plasmodium yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Zein, 2005). Malaria berasal

dari bahasa Italia; mala yang berarti buruk dan Aria yang berarti udara. Jadi

malaria dapat didefinisikan sebagai penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina. Berbeda dengan nyamuk biasa Culex, nyamuk ini khususnya

menggigit pada malam hari pada posisi yang khas, yakni dengan bagian

belakangnya menuju keatas (Tjay dan Rahardja, 2000).

2.3.2 Epidemiologi

Di daerah mana saja yang terdapat suhu yang sesuai, yaitu melebihi isotherm

16°C, serta terdapat koeksistensi manusia dan nyamuk Anopheles sp, maka

terdapat faktor risiko untuk penularan malaria. Kelima-lima parasit Plasmodium

yang bisa menginfeksi manusia terdistribusi di tempat geografis yang berbeda.

Plasmodium falciparum paling sering ditemui di Afrika Sub-Sahara dan

Melanesia; Plasmodium vivax pula ditemui di Amerika Sentral, Amerika Selatan,

Afrika Utara, Timur Tengah, dan subkontinen India; Plasmodium Ovale ditemui

hampir secara eksklusif di Afrika Barat; Plasmodium malariae bisa ditemui di

seluruh dunia walaupun terkonsentrasi di Afrika dan Plasmodium knowlesi yang

sejak kebelakangan ini didokumentasikan di beberapa kepulauan Bornea serta di

beberapa daerah Asia Tenggara (Roe & Pasvol, 2009).

Page 10: BAB II Antimalaria

20

2.3.3 Penularan Penyakit Malaria

Secara umum penyebaran penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh tiga

faktor yang saling mendukung yaitu host, agent dan environment sesuai teori The

Traditional (Ecological) Model yang dikemukakan oleh Dr.John Gordon (Kodim,

1999).

2.3.3.1 Faktor Host (Manusia dan Nyamuk)

Host pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate

(manusia) dan Host Definitif (nyamuk). Manusia disebut sebagai Host

Intermediate (penjamu sementara) karena di dalam tubuhnya terjadi siklus

aseksual parasit malaria. Sedangkan nyamuk Anopheles spp disebut sebagai Host

Definitif (penjamu tetap) karena di dalam tubuh nyamuk terjadi siklus seksual

parasit malaria (Depkes, 1999).

1. Host intermediate

Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh agent biologis

(Plasmodium), tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat memengaruhi

kerentanan host terhadap agent yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat malaria

sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan tingkat immunisasi.

2. Host definitif

Host definitif yang paling berperan dalam penularan penyakit malaria dari

orang yang sakit malaria kepada orang yang sehat adalah nyamuk Anopheles spp

betina. Hanya nyamuk Anopheles spp betina yang menghisap darah untuk

pertumbuhan telurnya. Host definitif ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

Page 11: BAB II Antimalaria

21

perilaku nyamuk itu sendiri dan faktor-faktor lain yang mendukung (Depkes,

1999).

2.3.3.2 Faktor Agent (Plasmodium)

Pada tahun 1880 Charles Louis Alphonso Laveran di Al Jazair menemukan

parasit malaria dalam darah manusia. Selanjutnya pada tahun 1886 Golgi di Italia

menemukan Palasmodium vivax dan Plasmodium malariae, serta pada tahun 1890

Celli dan Marchiava menemukan Plasmodium falciparum (Pribadi, 1994). Parasit

malaria yang terdapat pada manusia ada empat spesies yaitu :

1. Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menyebabkan malaria

berat.

2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana.

3. Plasmodium malariae penyebab malaria quartana.

4. Plasmodium ovale spesies ini banyak dijumpai di Afrika dan Fasifik Barat

(Depkes, 1999).

Infeksi pada manusia diawali dari gigitan nyamuk betina dengan

memasukkan sporozoit yang ada di dalam air liurnya ke dalam aliran darah

sewaktu mengisap darah. Dalam waktu 2 jam sporozoit akan menuju hati dan

masuk ke dalam hepatosit. Setelah 1-2 minggu sporozoit akan mengalami

reproduksi aseksual berupa proses skizogoni atau proses pemisahan yang akan

menghasilkan 10 – 3000 merozoit. Kemudian merozoit akan dikeluarkan dari sel

hati dan selanjutnya akan menginfeksi darah (Wellem dan Miller, 2003).

Merozoit hasil pembentukan eksoeritrositer ini mempunyai jangka hidup

yang singkat dan harus segera masuk ke dalam eritrosit, karenanya merozoit ini

Page 12: BAB II Antimalaria

22

dapat bergerak/bersifat motil. Sewaktu merozoit ini dilepaskan dari hepatosit ke

dalam darah, dimulailah proses skizogoni eritrositik, atau reproduksi aseksual

stadium darah P. falciparum akan menginfeksi semua stadium eritrosit sehingga

dapat menginfeksi 10% - 40% dari jumlah eritrosit (Harijanto, 2000).

Penelitian ini menggunakan P. berghei sebagai parasit. Plasmodium

berghei merupakan salah satu spesies malaria yang menyerang mamalia selain

manusia, dan spesies ini adalah salah satu dari empat (4) spesies yang menyerang

rodensia di Afrika Barat. Parasit ini merupakan subyek yang praktis untuk

penelitian dan percobaan mengenai parasit mamalia serta terbukti analog dengan

malaria manusia pada segi-segi penting dari struktur, fisiologi, dan siklus hidup

(Kusumawati, dkk., 2008).

Alasan penggunaan Plasmodium berghei sebagai model penelitian

dikarenakan, yaitu (Rehena, 2011):

1. Plasmodium berghei belum pernah ditemukan dapat menyebabkan malaria

pada manusia dan dalam penelitian laboratorium umumnya ditularkan melalui

suntikan darah hewan pengerat terinfeksi ke hewan pengerat lainnya.

2. Plasmodium berghei memiliki kesamaan morfologi dengan parasit malaria

pada manusia.

3. Plasmodium berghei juga memiliki kesamaan protein permukaannya yang

berperan dalam invasi sel darah merah.

2.3.3.3 Faktor Lingkungan (Environment)

Page 13: BAB II Antimalaria

23

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan

nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat

(indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,

lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.

1. Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar

matahari dan arus air.

2. Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk

berkembangbiaknya

nyamuk Anopheles sundaicus.

3. Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala timah,

gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles spp, serta adanya ternak sapi,

kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.

4. Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar

rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan

pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memengaruhi derajat kesehatan

masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places potensial untuk

berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes, 2003).

2.3.4 Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium terjadi pada tubuh nyamuk dan manusia.

Siklus seksual parasit malaria berkembang di darah manusia yang telah

terinfeksi. Nyamuk Anopheles sp. betina akan terinfeksi setelah menggigit orang

yang darahnya mengandung gametosit. Siklus perkembangan Plasmodium dalam

Page 14: BAB II Antimalaria

24

nyamuk berkisar 7-20 hari, dan akhirnya berkembang menjadi sporozoit yang

bersifat infektif. Sporozoit ini yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan

kemudian akan ditransmisi kepada manusia lainnya apabila digigit oleh nyamuk

yang terinfeksi ini. Nyamuk Anopheles yang terinfeksi ini akan bersifat infektif

sepanjang hidupnya.

Sporozoit yang telah diinokulasi pada manusia akan bermigrasi kepada

hati dan bermultiplikasi dalam hepatosit sebagai merozoit. Setelah beberapa hari,

hepatosit yang terinfeksi akan ruptur dan melepaskan merozoit ke dalam darah di

mana mereka akan menginfeksi eritrosit. Parasit akan multiplikasi dalam eritrosit

sekali lagi dan berubah dari merozoit kepada trofozoit, skizont, dan akhirnya

muncul sebagai 8-24 merozoit yang baru. Eritrosit akan pecah, dan melepaskan

merozoit untuk menginfeksi sel-sel yang lain. Setiap siklus dari proses ini, yang

dikenali sebagai skizogoni eritrositik, akan berlangsung selama 48 jam pada

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum dan 72 jam pada

Plasmodium malariae. Dengan setiap siklus ini, parasit akan bertambah secara

logaritmik dan setiap kali sel-sel ruptur akan terjadi serangan klasik demam yang

intermiten. (Finch, R.G. et al, 2005; Bradley, 1998).

2.3.5 Resistensi Obat Antimaria

Resistensi obat malaria adalah kemampuan sejenis parasit untuk terus

hidup dalam tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit

meskipun telah diberikan pengobatan secara teratur baik dengan dosis standart

maupun dengan dosis yang lebih tinggi dan masih bisa ditolerir oleh pemakai

Page 15: BAB II Antimalaria

25

obat. Mekanisme terjadinya resistensi obat belum diketahui dengan pasti tetapi

diduga resistensi terjadi karena mutasi gen dan mutasi gen ini terjadi karena

tekanan obat atau penggunaan obat dalam dosis subkuratif.

Pada umumnya bila terjadi resistensi terhadap suatu obat malaria akan

diikuti dengan resistensi obat malaria lainnya, karena diduga mekanisme resistensi

obat kloroquin sama dengan obat malaria lainnya. Resistensi terjadi karena mutasi

gen dan mutasi gen terjadi karena tekanan secara terus-menerus. Akibat mutasi

parasit tetap hidup dalam jalur metabolime lain sehingga terhindar dari pengaruh

obat. Resistensi terhadap obat kloroquin mutasi terjadi multigenik sehingga

resistensi terjadi secara perlahan-lahan.

Di Indonesia resistensi Plasmodium falciparum terhadap kloroquin

pertama kali dilaporkan di Samarinda pada tahun 1974, kemudian resistensi ini

terus menyebar dan pada tahun 1996 kasus-kasus malaria yang resistensi

kloroquin sudah ditemukan diseluuh propinsi di Indonesia. Resistensi

Plasmodium falciparum terhadap sulfadoxin-pirimetamin pertama kali dilaporkan

oleh Hutapea pada 9 kasus di Irian Jaya, kemudian Rumans dkk melaporkan

adanya 1 kasus malaria impor yang resistensi sulfadoxin-pirimetamin yang

berasal dari Irian Jaya, yang mana sebelumnya daerah itu telah dinyatakan

resistensi trhadap kloroquin pada tahun 1981 (Tarigan, 2003).

2.4 Hewan Uji

Page 16: BAB II Antimalaria

26

Penelitian terdahulu menjelaskan penggunaan hewan uji untuk penelitian

malaria menggunakan mencit sebagai hewan uji yang paling sesuai. Taksonomi

mencit adalah sebagai berikut (Anggonowati, 2008):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus Musculus

Sundari dkk (1997) menyatakan beberapa keunggulan hewan pengerat

(Mencit) dapat dijadikan model penelitian malaria adalah:

a. Dasar biologi dari parasit pada manusia dan hewan pengerat adalah sama

b. Terdapat kesamaan karakteristik antara parasit pada manusia dan parasit pada

hewan pengerat dalam hal dasar molekuler sensitivitas dan resistensi obat

c. Terdapat analogi dari organisasi genom dan genetika antara parasit pada

manusia dan pada hewan pengerat.

d. Pada mencit yang diinfeksikan malaria diperoleh derajat parasitemia yang lebih

tinggi daripada binatang tikus dan hamster.

e. Cara pemeliharaannya lebih mudah.

2.5 Ekstraksi kesenyawaan Antimalaria

Page 17: BAB II Antimalaria

27

Beberapa senyawa metabolit sekunder telah terbukti bermanfaat sebagai

antimalaria. Senyawa-senyawa ini dapat digolongkan dalam tujuh golongan besar

yaitu alkaloid, quassinoid, seskuiterpen, triterpenoid, flavonoid quinon dan

senyawaan miscellaneous (Saxena et al, 2003).

Senyawa antimalaria tertua (tahun 1820) untuk mengobati demam malaria

adalah kulit pohon kina (Cinchona succirubra) dan alkaloid yang dikandungnya,

senyawa lain yang berkhasiat antimalaria dari tanaman adalah artemisinin dari

tumbuhan artemisia annua yang berasal dari cina yang dikenal sebagai qinghaosu

(Tjay dan Rahardja, 2000).

Senyawaan antimalaria di atas dapat diisolasi dengan pelarut yang sesuai

dengan sifat kepolaran. Hal ini disebut sebagai ekstraksi.

Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan, atau pengeluaran suatu

komponen campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang

sesuai dengan komponen yang diinginkan, cairan pemisahan, dan kemudian

diuapkan sampai pada kepekatan tertentu (Mulyono, 2006).

Dalam metode ekstraksi bahan alam, dikenal suatu metode maserasi yaitu

perendaman. Maserasi adalah proses penyarian simplisa menggunakan pelarut

dengan perendaman dan beberapa kocokan atau pengadukan pada tempetarur

ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam

rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

konsentrasi larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat

didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan di dalam dan di luar sel. Proses maserasi sangat menguntungkan

Page 18: BAB II Antimalaria

28

dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan,

dikhawatirkan beberapa senyawa yang terkandung dalam tanaman rosela

merupakan senyawa yang tidak tahan terhadap panas, sedangkan kerugian dari

ekstraksi maserasi sendiri adalah waktu pengerjaannya yang lama (Guanther,

1987).

Pelarut yang sering digunakan untuk mengisolasi bahan alam pada

senyawa polar yakni dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut yang

polar juga yakni pelarut etanol.

2.5.1 Flavonoid

Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang

mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan

menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-

senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid

adalah senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoid

adalah 1,1 diaril propana.

Istilah flavonoid diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang

berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon; suatu

jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom

karbon benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada

tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon

adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah

Page 19: BAB II Antimalaria

29

dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-

senyawa ini. (Manitto, 1981)

Gambar 2.2 Struktur Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus

hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar

seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan

air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid

lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan

air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang

kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang

termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan

kloroform (Markham, 1988).

Fitria dkk. (2009) mengisolasi flavonoid dari buah tumbuhan mempelas

menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan diklorometana. Jimmy dkk.

(2002) mengisolasi flavonoid dari kulit batang rengas menggunakan pelarut

nheksana.

2.5.2 Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-

Page 20: BAB II Antimalaria

30

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid

mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan

dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik

(Achmad, 1986). Penggolongan alkaloid dilakukan berdasarkan sistem cincinnya,

misalnya piridina, piperidina, indol, isokuinolina, dan tropana. Senyawa ini

biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa organik dan

sering ditangani di laboratorium sebagai garam dengan asam hidroklorida dan

asam sulfat (Robinson, 1995).

NH

Gambar 2.3 Contoh Struktur Senyawa Alkaloid (Robinson, 1995)

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstrasi bahan tumbuhan

memakai asam yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan

dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya lalu basa bebas

diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya.

Beberapa alkaloid jadian/sintesis dapat terbentuk jika kita menggunakan pelarut

reaktif. Untuk alkaloid yang dapat menguap seperti nikotina dapat dimurnikan

dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang

bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat dibasakan kemudian alkaloid

diekstraksi dengan pelarut organik sehingga senyawa netral dan asam yang mudah

larut dalam air tertinggal dalam air (Robinson, 1995). Menurut Harborne (1987),

sebagai basa alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol

Page 21: BAB II Antimalaria

31

yang bersifat asam lemah (HCl 1 M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan

dengan amoniak pekat.

Adapun struktur senyawa dari golongan senyawa alkaloid yang umum

dijadikan sebagai antimalaria diantaranya adalah (Simanjuntak, 1995):

Paeantin

KuininKuinidin

Febrifugin

Alstonin

Piknamin4-metoksi-1vinil-β-karbolin

Page 22: BAB II Antimalaria

32

Gambar 2.4. Beberapa Senyawa Kimia Alkaloid yang Mempunyai Bioaktif Antimalaria

2.5.3 Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang kebanyakan berupa alkohol,

aldehida, atau asam karboksilat (Harborne, 1987). Senyawa ini paling umum

ditemukan pada tumbuhan berbiji, bebas dan sebagai glikosida. Triterpenoid

alkohol monohidroksi dalam tumbuhan tidak bersamaan dengan pigmen,

sedangkan triterpenadiol berada bersama-sama dengan karotenoid dan triterpenoid

asam dengan flavonoid (Robinson, 1995).

usamberansin

atalafilin

Page 23: BAB II Antimalaria

33

Gambar 2.5 Struktur Senyawa Triterpenoid

2.5.4 Artemisin

Artemisinin, obat yang sangat berkhasiat terhadap Plasmodium, baik P.

falciparum ataupun P.vivax, termasuk yang resisten terhadap obat antimalaria

konvensional. Artemisinin merupakan suatu free radical generating antimalaria

karena merupakan senyawa endoperoksida siklik (sesquisterpene endoperoxide)

yang akan mengoksidasi heme membentuk radikal bebas sehingga mencegah

polimerisasi heme lebih lanjut menjadi hemozoin yang tidak toksik. Radikal bebas

yang terbentuk ini akan merusak membran plasma parasit dan mengganggu enzim

parasit sehingga menimbulkan kematian parasit tersebut.