bab ii analisis struktural · satu peristiwa yang diungkapkan dalam cerita ... kemudian samirah dan...
TRANSCRIPT
26
BAB II ANALISIS STRUKTURAL
Struktur karya sastra diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran
semua bahan dan bagian yang menjadi komponen yang membentuk kebulatan
yang indah (Abrams dalam Nurgiantoro, 1955:36). Adapun menurut Nurgiantoro,
struktur karya sastra adalah hubungan antar unsur instrinsik yang bersifat timbal
balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk
satu kesatuan yang utuh (1995:36). Dengan demikian, analisis struktural penting
untuk mengetahui unsur intrinsik karya sastra. Unsur instrinsik merupakan unsur
yang membentuk karya sastra itu sendiri (Nurgiantoro, 1955:23). Menurut Badr
unsur tersebut terdiri atas peristiwa (al-achda>ts), penokohan (asy-syakhshiyyah),
alur (al-habkah), latar (al-bi’ah), dan tema (al-fikrah) (1411:176-177).
A. Peristiwa (Al-achda>ts)
Al-achda>ts adalah rangkaian peristiwa yang diungkapkan dalam novel atau
satu peristiwa yang diungkapkan dalam cerita pendek (Badr, 1411:176).
Peristiwa dalam novel “Asywa>k” karya Qutb adalah mengenai kisah
percintaan yang tidak sempurna antara gadis kota Kairo bernama Samirah dan
Sami seorang pemuda dari desa. Dalam malam pertunangan mereka berdua,
Samirah mengaku bahwa ada lelaki lain dihatinya, kekasih masa lalu bernama
Dliya Afandi yang mana hubungan mereka tidak direstui keluarga Samirah. Hal
tersebut membuat hancur perasaan Sami sekaligus merasa iba terhadap Samirah.
Kebesaran hati Sami meluluhkan hati Samirah dan menumbuhkan benih-
benih cinta. Akhirnya Samirah dan Sami sempurna saling jatuh cinta dengan
berbagai perasaan rindu dan bahagia yang mengiringi. Mereka saling
27
berkunjung ke rumah masing-masing dan berkencan. Kedekatan mereka juga
didukung oleh pihak keluarga Samirah, bahkan Sami terbiasa untuk bermalam
di rumah Samirah. Namun, kebahagiaan mereka pudar karena Sami mengetahui
kisah romantis Samirah bersama Dliya Afandi, ditambah lagi dengan seorang
kawan yang menegaskan keromantisan kisah cinta masa lalu Samirah tersebut.
Cinta yang mulanya saling menguatkan berubah menjadi menyakitkan
sebab kecemburuan. Api cemburu melanda Sami dan muncul keraguan pada
Samirah hingga timbul kebimbangan untuk meneruskan pinangannya bersama
Samirah. Bagi Sami, Samirah gadis kota yang dicintai itu sudah tidak suci lagi.
Kecantikannya bukan hanya untuk sang calon suami melainkan dapat dinikmati
setiap orang yang memandang. Hatinya tidak perawan lagi karena sebelum
menikah telah ada pemuda lain yang menjamahnya. Samirah pun tidak tahan
dengan kecurigaan Sami terhadapnya. Hal itu membuat Samirah sedih, terhina
dan luka hati bagai tertusuk duri serta terus menjadi beban. Sehingga
perbincangan kecil antara Samirah dan Sami berubah menjadi pertengkaran
besar. Cinta mereka berubah menjadi kemarahan dan keegoisan masing-
masing. Hingga pada suatu malam pertengkaran tersebut diketahui keluarga
Samirah dan membuat mereka marah, hingga berujung pada putusnya
pertunangan. Kisah cinta mereka kini hanya menjadi dongeng yang abadi, Sami
masih saja merindukan Samirah dari jauh, begitu pula Samirah merasa sangat
terpukul dengan keputusan itu dan mengatakan dirinya akan melanjutkan hidup
menjadi biarawati. Gagalnya pernikahan Samirah dengan Sami juga membuat
nama baik kelurga Samirah buruk hingga mereka memutuskan untuk pindah
rumah karena tidak tahan dengan ejekan para tetangga. Satu setengah tahun
28
kemudian Samirah dan Sami tidak sengaja bertemu di sudut jalanan kota Kairo,
Samirah membawa seorang anak yang tidak lain adalah anaknya yang diberi
nama Samir, nama yang mirip dengan Sami, sebab sesungguhnya Samirah pun
juga masih mencintai Sami. Hati Samirah masih tertambat pada Sami meskipun
raganya telah dimiliki lelaki lain.
Selanjutnya, peristiwa dalam novel “Asywa>k” terbagi menjadi empat (4)
peristiwa. Berikut penjabaran masing-masing peristiwa:
1. Peristiwa Pertama: Malam Pertunangan (Pengakuan Samirah tentang Masa Lalunya)
Peristiwa pertama yaitu pertunangan Samirah dengan Sami. Malam
pertunangan seharusnya dipenuhi dengan perasaan suka cita, tetapi tidak
bagi mereka. Samirah menangis menahan perasaannya, karena lelaki
yang akan menjadi calon suaminya tersebut bukanlah lelaki yang
dicintainya. Sebab Samirah masih mencintai kekasihnya yang bernama
Dliya Afandi. Hubungan Samirah dengan Dliya Afandi tidak
mendapatkan restu dari kedua orangtua. Dalam dunia Arab, perempuan
tidak diizinkan memilih lelaki yang akan menikahinya, maka
pernikahan atau pertunangan adalah dengan lelaki yang menjadi pilihan
orangtuanya (Barakat, 2012:143). Sami pun merasa kecewa, terpukul
dan hilang harapan dengan Samirah yang ternyata tidak mencintainya.
Sebab Sami adalah pemuda dari desa yang memiliki kesopanan
berharap gadis yang dipinangnya adalah gadis yang terpejam matanya
dan belum terjamah oleh lelaki lain, tetapi Samirah di malam
pertunangan mengaku bahwa dia mencintai lelaki lain. Berikut kutipan
peristiwa pertama:
29
ن األهل واألصدقاء ، ويف ، يف حفل م ةها ليلبسها خامت اخلطوبمسك بيدأحينما
حس بيدها أ... ملوسيقى يف احلجرة ا�اورة نوار الساطعة ، وعلى أنغام اضوء األ
.Qutb, 1947:3)( من عينيهاتند ترتعش متقلصة يف يده ، ونظر فإذا دمعة
Chi>nama> amsaka biyadiha> liyulbisaha> kha>tamal-khuthu>bati. Fi> chaflin minal-ahli wal-ashdiqa>', wa fi> dhau'il-anwa>ris-sa>thi‘ati>, wa ‘ala> angha>mil-mu>si>qa> fil>-chujratil-muja>wirati… Achassa biyadiha> tarta‘isyu mutaqalishatan fi> yadihi, wa
nadhara fa idza> dam‘atun taniddu min ‘ainaiha> .
‘Ketika Sami menggenggam tangan Samirah untuk menyematkan cincin pertunangan, di sebuah pesta, diantara para kerabat dan teman-teman, dengan sorot lampu yang menyilaukan, dan dengan melodi musik di ruang sebelah... Sami menyadari bahwa tangan Samirah berguncang keras di tangannya. Dan Sami melihat ketika Samirah meneteskan air mata bening dari kedua matanya’.
Berdasarkan kutipan di atas kisah dimulai pada malam pertunangan
Sami dan Samirah. Pertunangan dengan pesta yang diiringi musik-
musik lampu yang berkilauan, serta mengundang banyak tamu baik dari
keluarga maupun teman-teman. Pertunangan atau khitbah merupakan
tradisi yang dilakukan sebelum menikah. Dalam adat orang Mesir
pernikahan merupakan pengikat dua keluarga yang diakui oleh budaya
(Allen, 2009:28). Samirah menahan cincin pertunangan yang akan
disematkan. Artinya Samirah berusaha menolak cincin pertunangan
secara halus. Wajah Samirah sendu dan meneteskan air mata. Berarti
bahwa Samirah tidak merasa bahagia dengan pertunangan itu. Sebab
dalam hati samirah masih terukir nama kekasihnya yang hubungannya
tidak direstui orangtuanya. Kemudian ditengah peristiwa menggetirkan
itu, Sami mengajak Samirah ke ruang makan untuk berbicara berdua
dan meminta penjelasan:
30
ار عميقة ، وأشعر مبقد إنين أثق بك ثقة. يل أن أقول لك كل شيء اغفر: قالت
ك لولكن هنا. جدت لك مثل هذا الشعور فيهحبك يل ، ولو فتشت يف قليب لو
... يف ضمريي أشواكًا سأضع عليها يدك ، وأترك لك التصرف فيها كما تريد
(Qutb, 1947:4) .
Qa>lat: ighfir li> an aqu>la laka kulla syai'in. Innani> atsiqu bika tsiqatan ‘ami>qatan, wa asy‘uru bimiqda>ri chubbika li>, wa lau fattasyta fi> qalbi> laujaddat laka mitslu hadza> asy-syu‘u>ra fi>hi. Wa lakin huna>lika fi> dhami>ri> asywa>kan sa'adha‘u ‘alaiha> yadaka, wa atruku laka at-tasharrufa fi>ha< kama> turi>du… ‘Samirah berkata, “maafkan aku harus mengatakan padamu semuanya. Aku sangat percaya padamu. Aku merasakan ketulusan cintamu. Jika kamu lihat hatiku, kamu akan menemukan hal yang sama. Tetapi ada duri di hatiku. Aku ingin tanganmu menyentuhnya. Aku pasrah, apapun yang akan kamu lakukan dengan duri itu…’
Berdasarkan kutipan di atas Samirah mengatakan bahwa dia telah
meninggalkan tabiatnya serta dalam hatinya terdapat duri yang
merobohkan. Artinya di dalam hati Samirah terdapat lelaki lain yang
dicintainya. Namun, Samirah juga mengakui kebesaran hati serta
ketulusan cinta Sami. Artinya Samirah menghargai Sami sehingga
mempercayakan rahasianya diketahui. Samirah telah mengungkapkan
rahasia hatinya. Malam petunangan itu benar-benar sebuah kisah cinta
bertepuk sebelah tangan antara Samirah dan Sami. Sami telah mencintai
Samirah dengan bukti pinangan itu. Kebesaran cinta Sami pada Samirah
dibuktikan dengan keinginannya berkorban untuk Samirah:
أعطف عليكما ، فاعتمدي إنين . بنييت � : هيبر قال يف صوت خفيض رتيب
: يف توكيد قال. تساعد� ؟ وكيف ؟ : قالت يف دهشة . !عدكما وسأسا. علي
اليوم أخا كون لك منذسأ: قال. نت ؟ وأ: قالت يف ذعر. !ستكونني له
. (Qutb, 1947:5)! وصديقاً
31
Qa>la fi> shautin khafidhin rati>bin rahi>bin: ya> bunayyati>. Innani a‘thafu ‘alaikuma>, fa i‘tamidi> ‘alayya wa sa'usa>‘idukuma!. Qa>lat fi> dahsyatin: tusa>‘iduna>? Wa kaifa?. Qa>la fi> tauki>din: satakuni>na lahu!. Qa>lat fi> dza‘rin: wa anta?. Qa>la: sa'aku>nu laki mundzu al-yauma akhan wa shadi>qan!. ‘Sami berkata dengan suara lirih dan dingin, “wahai putriku, sesungguhnya aku kasihan kepada kalian berdua. Percaya padaku, aku akan menolong kalian berdua”. Samirah menjawab dengan terkejut, “kamu akan membantu kami?, dan bagaimana?”. Sami menegaskan, “engkau akan tetap menjadi miliknya!”. Samirah menjawab dengan panik, “lalu kamu?”. Sami berkata, “mulai sekarang aku akan menjadi saudara dan teman kalian!’
Berdasarkan kutipan di atas Sami merasa iba pada kisah cinta
Samirah dengan mantan kekasihnya. Cara seseorang untuk mencintai
pasangannya adalah dengan memberikan empati terhadap pasangannya
(Lowndes, 2003:153). Sami bahkan bertekad untuk mempersatukan
Samirah dengan mantan kekasihnya. Cinta Sami yang mulanya penuh
gairah digantikan dengan cinta yang tulus dan suci. Cinta yang tidak
dikotori oleh nafsu untuk memiliki. Meskipun sebenarnya Sami
merasakan hatinya tertusuk, namun dia memilih mengobati sayap-sayap
Samirah yang telah patah. Bidadari jelita yang matanya terpejam dalam
khayalan Sami kini hilang, Samirah adalah gadis yang baru saja
kehilangan kekasih. Kondisi orang yang sedang kehilangan kekasih
adalah tidak termasuk kategori wanita atau pria idaman (Lowndes,
2003:9). Tetapi, Sami pun akhirnya menerima cerita masa lalu Samirah
dengan tangan terbuka. Mulanya Sami merelakan hatinya patah demi
kebahagiaan Samirah, namun Samirah tidak menginginkan kembali
pada kekasih masa lalunya, dia meminta untuk merajut masa depan
32
bersama Sami. Malam pertunangan itu mereka berjanji untuk akan tetap
bersama, saling menutup luka diantara cinta yang bertepuk sebelah
tangan.
2. Peristiwa Kedua: Hati yang Berbalik (Samirah Jatuh Cinta pada Sami)
Peristiwa kedua adalah hari-hari yang dilalui Samirah dengan Sami
setelah malam pertunangan dan setelah pengakuan Samirah tentang
masa lalunya. Kebesaran hati Sami mampu meluluhkan hati Samirah
dan menumbuhkan benih-benih cinta. Akhirnya Samirah dan Sami
sempurna saling jatuh cinta dengan perasaan rindu dan bahagia yang
mengiringinya. Mereka saling berkunjung ke rumah masing-masing dan
berkencan. Kedekatan mereka juga didukung oleh pihak keluarga
Samirah, bahkan Sami terbiasa untuk bermalam di rumah Samirah.
Kebesaran hati Sami mampu membuat Samirah jatuh cinta, yang rela
berkorban untuk Samirah dan menerima Samirah dengan masa lalunya
yang kelam. Pengorbanan itu juga sebab Sami mencintai Samirah.
Samirah menjadi penyemangat dalam hari-hari Sami. Samirah meminta
Sami mengunjungi rumahnya, begitupun Sami tidak sabar menanti akan
waktu pertemuan:
وكان يبدو على مظهره السكون واالستسالم واالنقياد ، مل يكن له رأي وال هدف
صحا فذهب إىل مرافق املياه ، ولبس مالبسه يف صمت ، وانطلق إىل . وال اجتاه
...!، ووصل إىل الديوان ه، وجلس يف مقعدالطريق فركب القطار
(Qutb, 1947:6) .
Wa ka>na yabdu> ‘ala> mazhharihis-suku>ni wal-istisla>mi wal-inqiya>di, lam yakun lahu ra'yun wa la> hadafun wa la< ittija>hun. Shacha> fa dzahaba ila> mura>fiqil-miya>hi, wa labisa mala>bisahu fi> shumtin, wa inthalaqa ila>th-thari>qi fa
33
rakibal-qitha>ra, wa jalasa fi> maq‘adihi, wa washala ila>d-di>wa>ni…! ‘Dia nampak tenang, menyerah tanpa perlawanan, tidak ada semangat atau tujuan tertentu. Sehabis bangun tidur Sami menuju ke kamar mandi, dan mengenakan pakaiannya dalam keheningan. Bergerak ke jalan dan mengendarai kereta, duduk kursi, sampai ke kantor...’
Dari kutipan di atas adalah Samirah dan Sami mulai kembali pada
aktivitas kesehariannya setelah malam pertunangan. Sami menjalani
harinya tanpa bersemangat. Artinya Sami merasa hilang harapan setelah
mengetahui Samirah masih mencintai mantan kekasihnya. Mulai dari
bangun dari tidur, memakai baju, sampai dengan di kantor pengadilan
tempat Sami bekerja dilakukannya tanpa dorongan apapun. Motivasi
hidup Sami menghilang begitu saja setelah peristiwa di malam
pertunangan. Beberapa saat setelahnya Sami mendapati telepon dari
Samirah. Mendengarkan suara Samirah mampu membuat Sami kembali
bersemangat. Seseorang yang jatuh cinta maka dalam tubuhnya terdapat
bahan kimia yang disebut phenylethylamine (PEA) yang menyebabkan
jantung berdebar, tangan berkeringat, dan perasaan menjadi senang dan
bersemangat (Lowndes, 2003:23). Artinya Sami mencintai Samirah
meskipun Samirah telah membuat luka hati Sami, karena dia merasa
bersemangat kembali ketika menerima telepon dari Samirah:
وصحا فجأة فاختل توازنه ، . فإذا �ملوظف القريب يناديه . تليفون الودق جرس
...!. آلو : قال . يف يده بقية من اضطراب وهو يليب النداء وأمسك �لسماعة ، و
قالت يف . !نعم � سيديت : أً قال ومل يدري بعد شي. أنت سامي ؟. آلو : قالت
ومل يكن يدري صو�ا يف . أتعرف من اليت تكلمك ؟: ة مستخفّ هلجة مرحة
من . ال : قال .حال وجد يف نفسه بعض االنتعاش على كلالتليفون ، ولكنه
. (Qutb, 1947:7)!مسرية : قالت . أنت ؟
34
Wadaqqa jarasut-tili>fu>n. Fa idza bil-muwazhzhafil-qari>bi yuna>di>hi. Wa shacha> faj'atan fa ikhtalla tawa>zzunuhu, wa huwa yulabbi> an-nida'a wa amsaka bis-samma>‘ati, wa fi> yadihi baqiyyatun min idhthira>b. Qa>la: a>lu…!. Qa>lat: a>lu, anta Sami>?. Qa>la wa lam yadri> ba‘du syai'an: na‘am ya> sayyidati!>. Qa>lat fi lahjatu marchatin mustakhiffatin: ata‘rifu manil-lati> tukallimuka?. Wa lam yakun yadri> shautaha> fi>t-tili>fu>ni, wa lakinnahu wajada fi> nafsihi ba‘dhal-inti‘a>syi ‘ala> kulli> cha>lin. Qa>la: la>. Man anta?. Qa>lat: Sami>rah! ‘Telepon berdering dan seorang pegawai memanggil Sami. Panggilan itu menyadarkan Sami dan mengembalikan kesadarannya. Ia memenuhi panggilan itu dan mengangkat ganggang telepon. Tetapi tangannya masih terasa gemetar. Sami berkata, “Halo!”. “Halo, Anda Sami?, tanya Samirah. Sami berkata sebelum mengetahui siapa yang menelfon, “iya Nyonya!”. Samirah berkata dengan riang mengajak bercanda, “apakah kamu tahu siapa yang sedang berbicara denganmu?”. Sami tidak tahu siapa suara Samirah dari telepon. Tetapi bagaimanapun, Sami menemukan dirinya kembali bersemangat. Sami berkata, “tidak. Siapa kamu?”. Samirah menjawab, “Samirah!’
Berdasarkan kutipan di atas terlihat perangai Sami yang berubah secara
total setelah mendapat telepon dari Samirah. Samirah menelepon Sami
pada saat jam kerjanya. Artinya Samirah telah menaruh harap pada Sami.
Samirah bukanlah gadis yang biasa menunggu untuk menanyakan kabar,
tetapi dia adalah salah satu gadis kota Kairo yang hidup di zaman modern.
Sami menerima telepon dengan ragu dan ketika mendengar suara
perempuan yang menelepon, dia merasakan semangatnya kembali
menyala. Samirah tidak akan menelepon Sami jika dia tidak mencintainya.
Artinya benih-benih cinta telah tumbuh dalam hati Samirah, sebab Sami
menerima kisah masa lalu Samirah dengan sikap menghargai. Kemudian
ketika berhadapan dengan Samirah, Sami menjadi salah tingkah. Karena
Sami adalah pemuda desa yang berperilaku halus, dengan kehidupan yang
35
dipenuhi dengan keuletannya mendalami syair dan seni, sehingga tidak
terbiasa berhadapan dengan wanita:
وأحس �لوحدة واالنفراد ، بل غابت عنه معامل . أنه يف احلجرة بني زمالنه نسي
وارجتفت كل ذرة يف كيانه وحاول أن يقول أشياء كثرية ال يدريها . ! والزمان املكان
.(Qutb, 1947:7)، فاضطربت يف دمه الكلمات
Nasiya annahu fi>l-chujrati baina zumala>nihi. Wa achassa bil-wachdati wal-infira>di, bal gha>bat ‘anhu ma‘a>limal-maka>n waz-zama>n!. Wa irtajafat kullu dzaratin fi> kiya>nihi wa cha>wala an yaqu>la asyya>'an katsiratan la> yadri>ha>, fa idhtharabat fi> damihil-kalima>ti. ‘Sami lupa jika ia sedang berada di kantor, diantara sekelilingnya. Dia tenggelam dalam dirinya sendiri, bahkan semua batasan ruang hilang darinya. Seluruh sarafnya bergetar. Dia berusaha mengatakan banyak hal yang tak dia mengerti, kata-katanya menjadi kacau’
Kemudian Samirah memberikan harapan terhadap Sami dengan
menawarkan Sami menemuinya. Seorang wanita akan menceritakan
terlebih dahulu tentang dirinya untuk melancarkan kencan yang
nyaman (Lowndes, 2003:90). Mereka berdua berkencan pukul lima
sore di rumah Samirah. Samirah bersemangat dan berharap Sami akan
menemuinya selalu. Harapan Samirah kini hanyalah Sami. Karena
orang yang mencari cinta maka mencari pasangan untuk saling
melengkapi dan menyempurnakan (Lowndes, 2003:141). Samirah
berharap Sami dapat mengobati sayap-sayapnya yang telah patah,
sedangkan Sami adalah pemuda yang sedang kasmaran dengan
Samirah, memberikan perhatian dan waktunya untuk Samirah:
. مىت حيسن أن أجيء ؟! طبعاً : قال يف توكد ظاهر . !وستأيت الليلة ؟...
ال آيت ؟ : قال يف نشوة وخفة . ! �يت الحذار أ ولكن. يف أي وقت : قالت
.(Qutb, 1947:8)وكيف ؟ سأكون عندكم يف الساعة اخلامسة
36
…Wa sata'ti> al-lailata?!. Qa>la fi> taukidin dha>hirin: tab‘an! Mata> yachsunu an aji>'a?. Qa>lat: fi> ayyi waqtin. Wa lakin chadza>ra ala> ta'ti>!. Qa>la: fi> nasywatin wa khiffatin: la> a>ti? Wa kaifa? Sa'aku>nu ‘indakum fi>s-sa>‘atil-kha>misati. ‘… “Akankah engkau datang malam ini?”, kata Samirah. Sami menjawab dengan terlihat yakin, “tentu! Kapan sebaiknya aku datang?” Samirah menjawab, “Kapanpun kamu mau. Tetapi awas kalau kamu tidak datang?!”. Sami menjawab dengan gembira dan menggoda, “Aku tidak datang? Bagaimana mungkin? Aku akan menemuimu jam lima!’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami akan mengunjungi rumah
Samirah pada pukul lima sore. Artinya keduanya telah merasakan rindu
hingga memutuskan untuk bertemu. Sami diizinkan untuk bermalam di
rumah Samirah, artinya hubungan mereka direstui dan didukung oleh
orangtua Samirah. Samirah adalah gadis yang sangat dinanti oleh Sami,
sebab menjelang pertemuannya dengan Samirah membuat perangainya
yang sedari tadi muram berubah menjadi ceria dan bersemangat. Duri
yang dirasakan di malam pertunangan (pengakuan Samirah bahwa dia
masih mencintai mantan kekasihnya) tertutup oleh kebahagiaan akan
bertemu dengan Samirah. Sebelum menemui Samirah di rumahnya,
Sami menyiapkan sebuah hadiah. Hadiah ini tidak lain adalah naluri
kasih sayang terhadap Samirah. Sami membeli parfum Prancis klasik
yang harganya tidak murah. Sebab hakikatnya setiap pecinta rela
memberikan yang terbaik bagi yang dicinta:
عطر قلب ، من على هيئة فقد اختار زجاجة. ه وبني البائع ومل يطل حلديث بين
ونقده الثمن املرتفع بعض الشيء ، ) كما كتب على الزجاجة(فرنسي قدمي التعبئة
. (Qutb, 1947:10)... قة وخرج ييف علبتها األن هاوأخذ
37
Wa lam yathul lichadi>tsin bainahu wa bainal-ba>'i‘i. Fa qad ikhta>ra zuja>jata ‘ala> hai'atin qalbin, min ‘ithrin Faransiyyin qadi>mit-ta‘bi'ati (kama> kutiba ‘ala>z-zuja>jati) wa naqadahuts-tsamanal-murtafi‘a ba‘dhasy-syai'i, wa akhadzaha> fi> ‘ulabatiha> al-ani>qata wa kharaja…
‘…Dan Sami tidak menghiraukan tawaran para pedagang. Dia telah memilih kaca berbentuk hati, yaitu parfum Prancis klasik yang menarik (seperti yang telah tertulis di kaca) dan dia membayarnya dengan harga yang tinggi diantara barang yang lain, dan meletakkan ke dalam kotaknya yang unik kemudian Sami keluar (dari toko)…’
Sami membeli parfum Prancis klasik sebagai hadiah untuk Samirah
ketika hendak berkencan. Cinta secara ragawi antara Sami dan Samirah
mengisi hari-hari mereka. Sami melindungi Samirah dari ketakutan-
ketakutan masa lalunya. Memberikan ketenangan dan kehangatan jiwa
serta kenyamanan bagi Samirah. Berikut kutipan yang menunjukkan
cinta secara ragawi antara Samirah dan Sami:
شفتيها ، على �و�ن شفتاهذا فإ.. ء قد نسي كل شيكيف يدريثم ال
! فينتبهان ، امقدأقع ولى يستمعان إثم .. فيها بكل ما فتستجيب له
(Qutb, 1947:17) .
Tsumma la> yadri> kaifa qad nasiya kulla syai'in.. fa idza> syafata>hu tahwiya>ni ‘ala> syafataiha>, fa tastaji>bu lahu bikulli ma> fi>ha>.. tsumma yastami‘a>ni ila> waq‘i aqda>min, fa yantabiha>ni! ‘Kemudian Sami tidak tahu bagaimana melupakan segalanya.. lalu bibirnya mencium bibir Samirah, Samirah menerimanya dengan segala apa yang terjadi. Ketika mereka mendengar pada suara kaki yang mendekat, mereka tersadar!’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah dan Sami berciuman dan
menghentikan ciumannya ketika mendengar ada seseorang yang
mendekat kearah mereka. Ciuman tersebut diberikan Sami untuk
38
menenangkan dan meyakinkan Samirah, sebab Samirah merasa bersedih
hati dengan kisah masa lalunya yakni Dliya Afandi tidak mau
memperjuangkan cinta Samirah. Akan tetapi Samirah juga tidak ingin
Sami cemburu dan meninggalkannya. Sekarang bagi Samirah, Sami
adalah lelaki satu-satunya yang menjadi harapan masa depannnya.
Berikut kutipan yang menyiratkan janji antara Samirah dan Sami bahwa
mereka tidak akan saling meninggalkan:
ض سخيف لماوراً ال جذإ هوليست هذ .نني لك إ. ال : لجد ودها اقد عاوقالت
.. ( قل .. نك لن تتخلى عني إقل . من نفسي عها قتالاساعدني على .
.(Qutb, 1947:19) !فقال ... ) ..هر ظااز عزإفي بني يديها بيده مسكت وأ
Qa>lat wa qad ‘a>wadaha>l-jiddu: la>. Innani> laka. Wa laisat hadzihi illa> judzu>ran lima>dhin sakhi>fin. Sa>‘idni> ‘ala> iqtila>‘iha> min nafsi>. Qul innaka lan tatakhali> ‘anni>.. Qul.. (wa amsakat biyadihi baina yadaiha> fi> i‘za>zin dha>hirin)….. Fa qa>la! ‘Samirah berkata setelah keseriusannya kembali, “tidak. Sesungguhnya aku bagimu. Ini hanya akar masa lalu yang bodoh. Bantu aku untuk mengeluarkannya dari diriku. Katakan bahwa kamu tidak akan meninggalkanku.. katakan..” (Samirah memegang tangan Sami dengan kedua tangannya dengan kasih sayang yang nyata)… Kemudian Sami mengatakannya!’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah meminta Sami untuk
membantu mencabut duri-duri masa lalunya yang menyakitkan serta
meminta Sami agar jangan pernah meninggalkannya. Kemudian Sami
pun menjanjikan apa yang diinginkan Samirah, membantu mengobati
lukanya di masa lalu dan berjanji untuk selalu bersama Samirah. Kisah
cinta Samirah dan Sami yang mulanya tidak sempurna berubah menjadi
39
cinta yang saling melengkapi, berkat adanya kepercayaan, pengertian,
dan pengorbanan antara Sami dan Samirah.
3. Peristiwa Ketiga: Pertengkaran Samirah dengan Sami
Peristiwa ketiga adalah pertengkaran antara Samirah dengan Sami.
Cinta yang mulanya saling menguatkan berubah menjadi menyakitkan
sebab kecemburuan, yakni saat Sami mengetahui kisah romantis
Samirah bersama Dliya Afandi (kekasih masa lalunya), ditambah lagi
dengan seorang kawan yang menegaskan keromantisan kisah cinta masa
lalu Samirah tersebut. Pertikaian bermula karena Samirah menolak
hadiah yang diberikan oleh Sami, sebab Samirah merasa tidak pantas
menerima kebaikan Sami yang telah dia kecewakan di malam
pertunangan. Sikap kerendahan diri Samirah memicu timbulnya
perselisihan keduanya, dan membuat Sami ingin mengetahui lebih jauh
hubungan Samirah dengan mantan kekasihnya:
امسع : نوع من اجلد والكآبة قد عال وجههاو –�ما املكان أن خالبعد –قالت
وأحس هلذا احلديث بوقع . !� اأرجو أن ال حتضر يل شيًأ من اهلد... � سامي
!ال أستحق : قالت . وملاذا � مسرية ؟ :الشوك املسموم ، فقال يف أمل خيفيه
.(Qutb, 1947:12)
Qa>lat –ba‘da an khala> bihima>l-maka>nu- wa qad ‘ala> wajhaha> nau‘un minal-jiddi wal-ka'a>bati: isma‘ ya> Sa>mi>… arju> an la> tuchdhira li> syai'an minal-hada>ya>. Wa achassa lihadza>l-chadi>tsi biwaq‘i asy-syaukil-masmu>mi, fa qa>la fi> alam yukhfi>hi: wa lima>dza> ya> Sami>rah? Qa>lat: la> astachiqqu!. ‘Samirah berkata-setelah hanya mereka berdua di ruangan itu-dan roman mukanya naik menjadi serius dan berduka pada Sami, “dengar Sami, aku berharap kau tidak sedang mengigau!. Kata-kata Samirah dirasakan Sami sebagai hujaman duri yang beracun, Sami pun berkata menutupi
40
kepedihan hatinya, “kenapa Samirah?”. Samirah menjawab, “aku tidak pantas menerimanya!’
Berdasarkan kutipan di atas bahwa Sami telah sampai di rumah
Samirah. Ketika diantara keluarga Samirah telah pergi meninggalkan
mereka berdua, Sami berbicara dengan baik terhadap Samirah dan
memberikan hadiah yang telah dipersiapkan. Akan tetapi Samirah tidak
senang dengan pemberian itu sebab merasa tidak pantas menerima
hadiah dari Sami karena telah mengecewakan Sami sejak malam
pertunangan mereka. Padahal menyalahahkan diri sendiri karena merasa
diri hina dan penuh cela adalah bentuk penyiksaan jiwa dan
mendekatkan pada perselisihan (Utsman, 2007:68). Kata-kata Samirah
bagai prahara yang memporak-porandakan kebahagiaan Sami serta
memicu percekcokan diantara mereka. Kemudian Samirah mencoba
tersenyum dan mengatakan bahwa Sami adalah satu-satunya lelaki yang
menjadi harapannya. Namun Sami secara spontan ingin menanyakan
bagaimana sikap mantan kekasih Samirah terhadapnya:
: (( رق ، وإىل عينيها الذابلتني فإذا كل معاين االستسالم ونظر إىل جبينها املط
. )) !األشواك إنك اآلن الرجل الوحيد ، الذي أعوذبه من املاضي ، وألوذبه من
فإين . لست أدري : قالت . وهو ؟ ما رأيه ؟ وما موقفه من موقفك اآلن ؟: قال
ما رأيك : قال . لقد رفضوه كل الرفض حينما تقدم خلطبيت قبل عام . مل أعد أراه
عليها االضطراب وبدا( اذا تصنع به ؟ تراه ؟ وم: قالت . يف أنين أحب أن أراه ؟
. (Qutb, 1947:12-13) !ي ، ولكن ال بد يل أن أراه لست أدر : قال ) .
Wa nadhara ila> jabi>naha>l-mutharaqa, wa ila> ‘ainaiha>dz-dza>bilataini fa idza> kullu ma‘a>ni>l-istisla>mi: ((innaka al'a>n ar-rajulul-wachi>du, alladzi> a‘u>dzubihi minal-ma>dhi>, wa alwadzu bihi minal asywa>k))!. Qa>la: wa huwa? Ma> ra'yuhu? Wa ma> mauqifuhu min mauqifiki al'a>n?. Qa>lat:
41
lastu adri>. Fa inni> lam a‘ud ara>hu. Laqad rafdhuhu kulla ar-rafdhi chi>nama> taqaddama likhithbati> qabla ‘a>m. Qa>la: ma> ra'yuka fi> annani> uchibbu an ara>hu?. Qa>lat: tara>hu? Wa ma>dza> tashna‘u bihi? (wa bada'a ‘alaiha>l-idhthira>bu). Qa>la: lastu adri>, wa lakin la> budda li> an ara>hu! ‘Sami melihat wajah Samirah terpukul, dan kedua mata Samirah sendu yang keseluruhan menunjukkan penyerahan diri: ((sesungguhnya sekarang engkaulah satu-satunya, yang aku berlindung kepadamu dari masa lalu, dan dari duri-duri itu))!. Sami bertanya, “dan dia (Dliya, mantan kekasih Samirah)? apa pendapatnya? Bagaimana sikapnya terhadapmu sekarang?”. Samirah menjawab, “aku tidak tahu. Aku belum pernah menemuinya. Orangtuaku telah menolak pinangannya setahun yang lalu”. Sami berkata, “bagaimana pendapatmu jika aku menemuinya?”. Samirah menjawab, “menemui dia? Apa yang akan kamu lakukan?” (Samirah mulai gelisah). Sami berkata, “aku tidak tahu, dan tetapi aku harus bertemu dengannya!’
Berdasarkan kutipan di atas Samirah sebenarnya sudah menyerah
dengan kisah cinta masa lalunya. Samirah meminta pada Sami untuk
membantu melupakan kenangan masa lalunya. Namun Sami
mempertanyakan bagaimana sikap mantan kekasih Samirah terhadapnya.
Padahal seorang wanita apabila dikorek mengenai masa lalunya maka akan
menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan merasa harga dirinya
jatuh (Gray, 1955:419). Samirah tidak tahu bagaimana kabar mantan
kekasihnya dan mengungkapkan rahasia lain yaitu bahwa Dliya, nama
mantan kekasih Samirah, telah melamar Samirah setahun yang lalu namun
pinangannya ditolak oleh keluarga Samirah. Mengetahui hal tersebut,
Sami merasa harus menemui Dliya untuk memastikan keberlanjutan
hubungannya bersama Samirah. Dalam benak Samirah memendam
perasaan khawatir dengan kenyataan-kenyataan yang menimpa setelahnya:
42
م ؟منذ عامنهم غضب أهله حني لى إ ديهلتر، لمعسكر افي هيب إليه لم تذأ:ل قا
عن متشينا بعيدًا لقد )) خيمة (( في بله قاألكنني لم ذهبت ، ونعم : قالت .
رق بني لفاافما .. ى خرأثة ركا هوهذ.. ل لرماا.. آه . !ل لرماالمعسكر في ا
.(Qutb, 1947:16) ل ؟لرمااخليمة وا
Qa>la: alam tadzhabi> ilaihi fi>l-mu‘askari, litaruddi>hi ila> ahlihi chi>na ghadhiba minhum mundzu ‘a>min?. Qa>lat: na‘am dzahabtu, wa lakinnani> lam uqa>bilhu fi> ((khaimah)) laqad tamasysyaina> ba‘i>dan ‘anil-mu‘askari fi>r-rama>li!. a>h... ar-rama>lu.. wa hadzihi ka>ritsatun ukhra>.. Fa ma>l-fa>riqu bainal-khaimati war-Ramal? ‘Sami berkata, “bukankah kamu pergi menemuinya di perkemahan, untuk mengembalikannya pada keluarganya ketika dia marah pada mereka setahun yang lalu?”. Samirah menjawab, “iya aku pergi menemuinya, tetapi tidak bertemu di perkemahan, kami hanya berjalan-jalan di padang pasir, tempat itu jauh dari perkemahan!”. Ah.. padang pasir.. ini pukulan lain.. apa bedanya perkemahan dengan padang pasir?’
Berdasarkan kutipan di atas Sami telah menemui Dliya Afandi,
mantan kekasih Samirah, dan sebab dari itu timbullah percekcokan
Samirah dengan Sami. Samirah mengakui bahwa dia dahulu bersama
Dliya Afandi di Ramal atau padang pasir dan tempat tersebut jauh dari
perkemahan al-Haram. Mendengar penjelasan Samirah tersebut
menimbulkan kecemburuan lain bagi Sami. Perkemahan al-Haram dan
Ramal bagi Sami adalah sama saja, artinya calon istrinya pernah
bermesraan disana dengan lelaki lain. Dalam adat Mesir seorang
perempuan tidak dibiarkan oleh keluarganya pergi dengan lawan jenis
tanpa ditemani mahramnya (Abaza, 2006:235). Sami naik pitam dan
mengucapkan bahwa hubungannya dengan Samirah akan berakhir,
serta Samirah bisa kembali pada Dliya. Api cemburu melanda Sami
dan muncul keraguan pada Samirah hingga timbul kebimbangan untuk
43
meneruskan pinangannya bersama Samirah. Bagi Sami, Samirah gadis
kota yang dicintai itu sudah tidak suci lagi. Kecantikannya bukan
hanya untuk sang calon suami melainkan dapat dinikmati setiap orang
yang memandang. Hatinya tidak perawan lagi karena sebelum menikah
telah ada pemuda lain yang menjamahnya. Samirah pun tidak tahan
dengan kecurigaan Sami terhadapnya. Hal itu membuat Samirah sedih,
terhina dan luka hati bagai tertusuk duri serta terus menjadi beban.
Kecemburuan bertambah dengan adanya sebuah kabar dari seorang
teman sekantor Dliya Afandi. Teman itu menceritakan permasalahan
yang penting bahwa dia pernah melihat Samirah bersama Dliya Afandi
di perkemahan:
شعر بما و! ء طلعك على شيأن أب فأح، لم تكن كتبت كتابك إن :ل قا
نا أ: ل قا! . ء فقل ما تشا. كتب كتابي ألم . ال : ل قاو. رد لباق العرشبه اي
ةلمباالاتكلف قلة و)) .. ضياء (( امسه لي ة صديقة زميل لفتاف أن هذه اعرأ
مس في أ معكرأيتها لقد : ل قا ، ؟تلك أن هذه هي علمت كيف : ل فقا
. لته عنها اليومفلما سأ، لمعسكر امن قبل في رأيتها معه كنت قد السينما ، و
! ك خبرأن أجب علي الوامن ، رأيت لي بك صلة ن ألخطبتها ، ونك إ: ل قا
!مضى و.... كه ترو.... متشكر : هر ظاود ببرل قا
(Qutb, 1947:25-26) .
Qa>la: in lam takun katabta kita>baka, fa uchibbu an aththali‘aka ‘ala> syai'in!. Wa sya‘ura bima> yusybihul-‘araqal-ba>ridan. Wa qa>la: la>. Lam aktub kita>bi>. Fa qul ma> tasya>'u!. Qa>la: ana> a‘rifu anna hadzihil-fita>tu shadi>qatu zami>lu li> ismuhu (Dhiya>’).. wa takallafa qallatul-muba>lati fa qa>la: kaifa ‘alimta an hadzihi hiya tilka?. Qa>la: laqad ra'aituha> ma‘aka amsi fi>s-si>nima>, wa kuntu qad ra'aituha> ma‘ahu min qablu fi>l-mu‘askari, fa lamma> sa'altuhu ‘anha>l-yauma. Qa>la: innaka khathabtaha>, wa li'anna li> bika shilatun, ra'aitu minal-wa>jibi ‘alayya an ukhbiraka!. Qa>la biburu>din zha>hirin: mutasyakkir…. Wa tarakahu…. Wa madha>!
44
‘Pemuda itu berkata, “Jika kamu belum melakukan akad, maka aku ingin memberitahumu sesuatu”. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Sami, “belum, aku belum melaksanakan akad, katakan saja maumu!”, kata Sami. “Aku tahu gadis itu kekasih kawanku yang bernama Dliya”, kata si pemuda. Sami berpura-pura sedikit peduli dan berkata, “bagaimana engkau tahu dialah orangnya?”. Pemuda itu menjawab, “aku melihatnya bersamamu di gedung film kemarin. Sebelumnya aku melihat dia bersama Dliya di perkemahan. Ketika aku menanyakannya pada Dliya, dia mengatakan engkau telah meminangnya. Karena kita berkawan, maka menurutku adalah kewajibanku untuk memberitahumu!”. Dengan dingin Sami menjawab, “terima kasih”. Dan lelaki itu pun meninggalkan Sami kemudian pergi…!’
Seorang kawan menceritakan kisah penting pada Sami, dan
sebelumnya dia memastikan bahwa Sami dengan Samirah belum
melakukan akad nikah. Artinya kawan ini berharap bahwa Sami belum
terlanjur menikahi Samirah. Dia menceritaktersebut berharap bahwa Sami
akan mundur atas lamarannya terhadap Samirah, sebab Samirah adalah
kekasih Dliya. Kawan tersebut memperkuat argumennya dengan
persaksiannya bahwa dia melihat Samirah bersama Dliya di perkemahan.
Kemudian Sami datang ke rumah Samirah untuk meminta penjelasan.
Samirah tidak tahan dengan tuduhan-tuduhan sebab kecemburuan Sami.
Segala perasaan Samirah tertumpah pada baris surat yang diberikan pada
Sami kejadian tersebut:
حس أ لكنهو . جديد فيها يكنلم را ، ومكر ول ألا فهااعترا هيلرسالة اكانت
، نبيليء و نك برإ: (( نفسهح لجراشد من أبما كانت ح ، رلجرافي ة بنكأ
(( ة ير نا بنت شرأ. نا ألكنني ، و حليا�اتاجًا يكونن بأة فتاف أي جل تشرر
لخ ا... وع نك مخدألى إ نبهكأن أ فيجب ، قيميت فيوع نت مخد، وأ)) ملوثة
(( (Qutb, 1947:28).
45
Ka>nat ar-risa>latu hiya i‘tara>fuha>l-awwalu mukarraran, wa lam yakun fi>ha> jadi>dun. Wa lakinnahu achassa binaka'atin fi>l-jurchi, rubbama> ka>nat asyadda minal-jurchi nafsihi: ((innaka bari>'un wa nabi>lun, rajulun tasyarrafa ayyu fata>tin bi'an yaku>na ta>jan lichaya>tiha>, wa lakinnani> ana>. Ana> bintu syari>ratin ((mulawwatsatin>)), wa anta makhdu>‘un fi> qi>mati>, fa yajibu an unabbihaka ila> annaka makhdu>‘un… al-akha)) ‘Surat itu hanyalah pengakuan Samirah yang berulang, tidak ada yang baru. Akan tetapi Sami merasakan sayatan luka, mungkin lebih parah dari luka itu sendiri: ((sesungguhnya kamu tidak bersalah dan mulia, kamu lelaki yang dihormati setiap gadis untuk menjadi mahkota hidupnya. Tetapi aku, aku perempuan ((kotor)). Kamu salah menilaiku. Maka wajib bagiku untuk memperingatkanmu bahwa kamu tertipu… dan seterusnya))’
Isi surat Samirah merupakan tumpahan perasaannya karena dia
sudah tidak mampu menjelaskan pada Sami secara langsung melalui
lisan. Bukan karena tidak dapat bertemu namun karena perasaannya
yang tidak mampu menerima kenyataan bahwa Sami hilang
kepercayaan terhadapnya. Samirah merendahkan dirinya dalam surat
tersebut, mengatakan dirinya kotor serta wanita penipu. “Kotor” dalam
benak Sami adalah Samirah gadis yang sudah tidak suci lagi. meskipun
belum terbukti, namun Sami telah meragukan Samirah. Bagaimanapun
seorang wanita akan merasa tertekan ketika seseorang yang mulai
dicintainya telah pudar rasa kepercayaan pada pasangannya. Sehingga
perbincangan kecil antara Samirah dan Sami berubah menjadi
pertengkaran besar. Cinta mereka berubah menjadi kemarahan dan
keegoisan masing-masing. Hingga pada suatu malam pertengkaran
tersebut diketahui keluarga Samirah dan membuat mereka marah,
46
hingga berujung pada putusnya pertunangan, di hari mendekati
pernikahan mereka:
لو و. لنحو هذا اعلى تستقيم ال إن احلياة ! .. بني يكون هكذا � اال إنه : قالت
كل ب ، وعتايوم كل هذا ، كثر من أحتملت اما رية يعذ�ا سيدها كانت جا
حمة للبنت � ر. جهة نت من جهة وأنا من نيب ، أتأيوم كل ، ومناقشة م يو
!ق لم تعد تطال لحاإن هذا ا.. ها بوحني جييء أسأنتظر ! .. املسكينة
(Qutb, 1947:48) .
Qa>lat: innahu> la> yaku>nu hakadza> ya> ibni>!.. Inna al-chaya>ta la> tastaqi>mu ‘ala> hadza> an-nachwi. Wa lau ka>nat ja>riyatan yu‘adzdzibuha sayyiduha> ma> ichtamalat aktsara min hadza>, kullu yaumin ‘ita>bu, wa kullu yaumin muna>qasyatun, wa kullu yaumin ta'ni>bun, ana> min jihatin wa anta min jihatin. Ya> rachmatu lil-binti al-miski>nah!.. sa'antazhiru chi>na yaji>'u abu>ha>.. Inna hadza> al-cha>la lam ta‘ud tutha>qu!.
‘Ibu Samirah berkata, “semestinya kalian tidak berbuat demikian, wahai anakku. Sesungguhnya kehidupan itu tidak lurus seperti ini. Andai seorang pembantu disiksa majikannya, tentu ia tak akan mampu menanggung lebih lama dari ini. Setiap hari celaan, setiap hari perdebatan, dan setiap hari kemarahan dariku dan darimu (Sami). Kasihan kau, anak perempuan (Samirah) yang malang! Aku akan berbicara pada ayah Samirah bila telah pulang. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan!’
Berdasarkan kutipan di atas, pada saat Samirah dan Sami sedang
bertengkar diketahui oleh Ibu Samirah. Ibu Samirah mengungkapkan
bahwa Samirah tidak pantas mendapatkan kemarahan dari Sami dan
juga dirinya. Dan sang ibu akan menceritakan pada Ayah Samirah. Hal
itu menandakan bahwa keluarga Samirah marah dan hubungan Samirah
dengan Sami harus berakhir, meskipun sebenarnya hari pernikahan
sudah semakin dekat. Pertunangan Samirah dan Sami tidak dapat
dipertahankan lagi.
47
4. Peristiwa Keempat: Dongeng yang Abadi (Kasih tak Sampai antara Samirah dan Sami)
Peristiwa keempat adalah kenangan kisah Samirah bersama Sami
yang masih membekas dalam jiwa. Gagalnya pernikahan Samirah
dengan Sami juga membuat nama baik kelurga Samirah buruk hingga
mereka memutuskan untuk pindah rumah karena tidak tahan dengan
ejekan para tetangga. Berikut kutipan dari ucapan Dliya Afandi pada
Sami mengenai kabar Samirah setelah gagalnya pernikahan Samirah
dengan Sami:
ة ، كثري ت شاعاإ عنهان يشيعو �مإ. عليهالحنق و ايدشد مجيعا هليإن أ…
ء لسو كتهانك ترإ: نت أعنك ن لويقون ، و في كل مكا مسعتهاويشوهون
يدلى حي جدإ كوهفتر! كلهلحي افعال في مسعتهاءت قد سا، و كهاسلو
(Qutb, 1947:64).
… Inna ahli> jami>‘an syadi>du>l-chunqi ‘alaiha>. Innahum yusyi>‘u>na ‘anha> isya>‘a>tin katsi>ratan, wayasyu>hu>na sum‘ataha> fi> kulli maka>nin, wa yaqu>lu>na ‘anka anta: innaka taraktaha> lisu>'i sulu>kiha>, wa qad sa>'at sum‘atuha> fi‘lan fi> al-chayyi kullihi! Fa taraku>ha ila> chayyin jadi>din. ‘…Semua keluargaku sangat marah padanya. Mereka menyebarkan desas-desus dan menjelek-jelekkan nama baik Samirah di setiap tempat. Mengenai kau Sami, mereka mengatakan kau meninggalkan Samirah karena perilakunya yang buruk. Nama baiknya benar-benar telah buruk di seluruh kampung. Hingga karena tak tahan mendengar hinaan seluruh warga kampung, kelurga Samirah pindah ke kampung baru’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah dan keluarganya mendapatkan
pengucilan dari masyarakat setempat karena gagal menikah. Nama
Samirah dan keluarganya menjadi tercemar, bahkan rumahnya berpindah-
pindah untuk menghindari tetangga. Akan tetapi Sami masih saja
merindukan Samirah sehingga dia mencari alamat rumah Samirah.
48
Kemudian ketika Sami berhasil menemui Samirah, dia menanyakan
kabarnya secara langsung:
ةبأعيش راهس: قالت. سريك يف احلياة ما خط.. و أنت : وقال هو يف ذهول
(Qutb, 1947:68).
Wa qa<la huwa fi> dzuhu>lin: wa anti.. ma> khaththu sairiki fi>l-chaya>ti. Qa>lat: sa'a‘i>syu ra>hibatan. ‘Sami berkata dalam kebingungan, “dan kamu.. bagaimana garis hidupmu?”. Samirah menjawab, “aku akan hidup menjadi biarawati’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami masih peduli terhadap Samirah
sehingga tidak ada lagi pembatas yang dapat mencegahnya untuk
bertemu dengan Samirah meskipun hubungan dengan Samirah telah
putus. Samirah menjawab pertanyaan Sami dengan mengatakan dirinya
akan menjadi seorang biarawati. Artinya Samirah memutuskan untuk
tidak lagi mencintai lelaki lain, dengan memisahkan diri dari
kesenangan keduniawian. Bagi Samirah, Sami adalah lelaki terakhir
yang dicintainya. Kemudian saat satu setengah tahun berlalu, Samirah
dan Sami tidak sengaja bertemu di sudut jalanan kota Kairo, Samirah
membawa seorang anak yang tidak lain adalah anaknya yang diberi
nama Samir, nama yang mirip dengan Sami, sebab sesungguhnya
Samirah pun juga masih mencintai Sami. Hati Samirah masih tertambat
pada Sami meskipun raganya telah dimiliki lelaki lain:
ط وهو يسري خبطوات نرف ثو�ا ويطفت إىل الطفل الصغري الذي ميسك بمث الت
!عم ن: قالت. أهذا ابنك ؟ : وقال قافزة صغرية ،
(Qutb, 1947:69).
Tsumma iltafata ila> ath-thiflish-shaghi>ri alladzi> yumsiku bitharfi tsaubiha> wa yanithu wa huwa yasi>ru bikhuthwa>tin
49
qa>fizatin shaghi>ratin. Wa qa>la: ahadza> ibnuki?. Qa>lat: na‘am! ‘Lalu Sami memperhatikan anak kecil yang memegang pakaian Samirah dengan kelucuannya dan dia melompat-lompat dan dia melangkahkan kaki seperti katak kecil. Lalu Sami bertanya, “apakah ini anak laki-lakimu?”. Samirah menjawab, “ya!’
Berdasarkan kutipan di atas Samirah telah memiliki seorang anak.
Kecurigaan Sami terhadap Samirah dahulu kini terbukti. Yaitu bahwa
Samirah telah tidak suci lagi yang membuat Sami ragu meneruskan
pinangan dengannya. Akan tetapi perasaan Samirah adalah untuk Sami,
meskipun anak tersebut bukan anak Sami namun Samirah menamainya
dengan nama yang mirip dengan Sami:
؟ وما امسه
.(Qutb, 1947:70)) مسري : ( قالت
Wa ma ismuhu?. Qa>lat: Sami>r. ‘Sami bertanya pada Samirah, “siapa nama anakmu?”, “namanya Samir”, jawab Samirah’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah menamai anaknya dengan
nama “Samir”, mirip dengan nama Sami. Bagaimanapun juga Sami
adalah lelaki yang pernah ada dalam hidup Samirah. Sami telah
mendengarkan kisah masa lalu Samirah, menguatkannya saat terpuruk,
dan telah menghormati Samirah sebagai seorang wanita dan menghargai
Samirah saat dahulu masih sebagai calon istrinya. Hal itu membuat
Samirah masih menyimpan perasaan sayang terhadap Sami dengan
memberi nama anaknya mirip dengan nama Sami. Jiwa Samirah
mencintai Sami meskipun tidak dapat bersama. Kisah cinta Samirah dan
50
Sami selamanya hanya akan menjadi dongeng, sesuatu yang tidak nyata
namun abadi untuk selamanya. Kasih sayang Samirah pada Sami tidak
hilang oleh masa meskipun tidak dapat bersama.
B. Penokohan (asy-syakhsiyyah)
Asy-syakhsiyyah merupakan mereka yang menghidupkan dan berpengaruh
di dalam peristiwa, menunjukkan kisah sebagai model dari karakter manusia
yang bervariasi. Sebagian mereka berkarakter baik, sebagian berkarakter buruk,
dan sebagian yang lain memiliki karakter campuran anatara keduanya dan
karakter tersebut fleksibel sesuai jalan cerita. Peran tokoh penting karena
mewakili pengarang menjalankan cerita dari awal sampai akhir (Badr,
1411:176).
Tokoh menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan (1981:20 dalam Nurgiantoro, 1995:165).
Novel “Asywa>k” karya Qutb memiliki tokoh-tokoh yang memerankan cerita.
Tokoh utama dalam novel “Asywa>k” karya Qutb adalah Samirah dan Sami
yang memiliki karakter kuat. Adapun tokoh-tokoh yang menjadi pelengkap
cerita adalah Ayah Samirah, Ibu Samirah, saudara laki-laki Samirah, Dliya
Afandi (mantan kekasih Samirah), teman Dliya Afandi, Paman Sulaiman,
teman kantor Sami, dan teman lama Sami yang masing-masing memiliki peran
pendukung dalam perstiwa.
51
1. Tokoh Utama:
Tokoh utama adalah tokoh yang banyak berperan dan mendominasi dalam
cerita (Waluyo, 1994:168). Novel “Asywa>k” karya Qutb memiliki tokoh
utama sebagai berikut:
a. Samirah
Samirah dalam Novel “Asywa>k” karya Qutb adalah tokoh yang
mendominasi cerita. Adapun karakter Samirah adalah feminin, lembut,
rapuh, mudah tersinggung, dan tertutup. Berikut kutipan yang menunjukkan
kefemininan Samirah:
فأحس في ك ، لفتنة تتحراقطعة من �اكأت وبدالزينة ة خرجت من حجر حينماو
(Qutb, 1947:20). اء لثرر الموفوالغني س احساإنفسه
Wa chi>nama> kharajat min chujratiz-zi>nati badat wa ka'annaha> qith‘atun minal-fitnati tatacharraku, fa achassa fi> nafsihi ichsa>sal-ghaniyyil-maufu>rits-tsara>'i.
‘Ketika Samirah keluar dari kamar riasannya. Dia tampak seperti bidadari yang berjalan, dan Sami merasa menjadi orang yang kaya dengan kekayaan yang banyak dan melimpah (sangat bahagia)’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah adalah gadis yang feminin
sehingga pandai merias diri. Keanggunan serta kecantikannya mampu
membuat Sami terpesona. Bahkan diungkapkan bahwa dia seperti bidadari
yang turun ke bumi. Ingin terlihat cantik merupakan salah satu naluri alami
seorang wanita yang feminin (Satria, 2014:112). Bagi Sami, Samirah adalah
wanita yang menarik, sebab seorang pria akan tertarik mengetahui seorang
wanita secara mendalam jika matanya menangkap keindahan dari seorang
52
wanita (Hapsari, 2015:97). Dengan demikian dapat disimpulkan karakter
Samirah adalah gadis yang memiliki sifat feminin atau terlihat pesona
keperempuanannya.
Selain feminin, Samirah merupakan gadis yang lembut. Kelembutan
Samirah terlihat dari perilaku dan sikapnya terhadap adiknya. Berikut
kutipan yang menunjukkan kelembutan sikap Samirah:
ه إليها يف هلف حار ، ومتطره مجارفة راحت حتمل الصيب بيديها ، وتض ةويف اندفاع
.(Qutb, 1947:41)... ر ، وتسرتيح هنيهة مث تعودملقبالت كالسيل املنه�
Wa fi> indifa>‘iti ja>rifatun ra>chat tachmilu ash-shabiyya biyadaiha>, wa tadhimmuhu ilaiha> fi> lahfin cha>rrin, wa tumtiruhu bil qubla>ti kassailil al-munhamiri, wa tastari>chu hunaihatan tsumma ta’udu…
‘Di dalam gelora keributan Samirah pergi menggendong adik kecil laki-lakinya, dan mendekapnya dengan penuh kerinduan, dan menghujani ciuman seperti banjir pada anak sungai, berhenti sejenak lalu menciuminya lagi…’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah menggendong sang adik,
mendekapnya, serta mencium tiada henti karena rasa sayang Samirah
terhadap adiknya. Seseorang akan terlihat karakter aslinya dari bagaimana
dia memperlakukan keluarganya. Kelembutan merupakan salah satu daya
tarik seorang wanita di mata lelaki (Satria, 2014:17).
Di sisi lain, Samirah adalah seorang wanita yang rapuh. Hal tersebut
terlihat bagaimana Samirah menangis saat sedang bersedih. Berikut kutipan
yang menunjukkan kerapuhan Samirah:
من عينيهاتند احس بيدها ترتعش متقلصة يف يده ، ونظر فإذا دمعة...
.(Qutb, 1947:3)
53
Achassa bi yadiha> tarta’isyu mutaqallishatan fi> yadihi, wa nadhara faidza> dam’atu tanidda min ‘ainaiha>. ‘Sami menyadari bahwa tangan Samirah berguncang menyusut ke dalam tangannya, dan Sami melihat ketika Samirah meneteskan air mata bening dari kedua matanya’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah menangis karena menahan
perasaannya dan bersedih hati yang menunjukkan bahwa Samirah adalah
rapuh.
Rapuh sebab Samirah masih memiliki kekasih bernama Dliya Afandi
yang tidak direstui oleh orangtuanya. Seorang wanita akan menangis karena
sedih atau sebagai ekspresi emosi dirinya. Setelah menangis Samirah
merasa bebannya berkurang, sebab menangis membuat otak mengeluarkan
dopamine yang berfungsi menenangkan (Satria, 2014:43). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa sejatinya Samirah adalah wanita yang rapuh.
Samirah termasuk orang yang mudah tersingggung atau sensitif. Hal itu
terbukti ketika Sami mengatakan Samirah adalah anak kecil tetapi diartikan
Samirah dengan “rendahan”:
حقرية (( ومسعت أنه يقول هلا .صغرية إنك.. مل تفهمي قصدي : و قال يف خشونة
هذا ماكنت أتوقع .. حقرية ! .. أي نعم حقرية : ، فا�عت ، ورفعت صو�ا منفعلة))
إنك ختتقرين يف ضمريك ، انكشفت اآلخرة ومل . هذا ما كنت أحس .. معك حق ..
.(Qutb, 1947:48)... يعد شيء خمبوءا
Wa qa>la fi> khusyu>natin: lam tafhami> qashdi>.. Innaki shaghi>rah. Wa sami‘at annahu yaqu>lu laha> ((chaqi>ratun)), fa ata>‘at, wa rafa‘at shautaha> munfa‘ilatan: ay na‘am chaqi>ratun!.. Chaqi>ratun.. Hadza> ma> kuntu atawaqqa‘u.. ma‘aka chaqqun.. Hadza> ma> kuntu uchissu. Innaka takhtaqiruni> fi> dhami>rika, inkasyafat al-a>khiratu wa lam ya‘ud syai'un mukhbu>'an… ‘Sami berkata dengan kasar, “kamu tidak akan mengerti maksudku Samirah.. Kamu itu anak kecil. Lalu Samirah
54
mendengar bahwa Sami mengatakan dirinya ((rendah)), lalu marah dan meninggikan suaranya dengan kemarahan tak tertahankan, “ya, memang aku manusia rendah. Inilah yang kupikir.. Kamu benar.. Inilah yang kurasakan. Kamu merendahkanku dalam suara hatimu, akhirnya terungkap dan jangan menyebutku dengan sesuatu pun yang suram…’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah menyalah artikan kata-kata yang
diucapkan oleh Sami padanya. Kata-kata yang sebenarnya berarti “anak
kecil”, tetapi oleh Samirah diartikan dengan “orang rendahan”. Salah paham
tersebut dipicu karena Samirah dalam keadaan mood yang buruk sehingga
sesuatu yang biasa dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Persepsi negatif
Samirah juga disebabkan karena pengaruh pengalaman masa lalunya yang
menjerumuskan Samirah ke dalam pergaulan bebas, sebab pengalam hidup
merupakan elemen yang sangat mempengaruhi hidup manusia dalam
berpikir dan bertindak atau berperilaku (Yudisia, 2013:113). Sejatinya
antara Samirah dan Sami pada saat itu sedang terluka karena kenangan
masa lalu Samirah. Karena dalam sebuah hubungan umumnya perasaan atau
emosi akan dipengaruhi oleh 90% masa lalu dan hanya 10% berkaitan
dengan masa kini (Gray, 1995:417).
Selain sifat di atas, sifat Samirah lainnya adalah tertutup. Dia tidak
menceritakan masalahnya secara utuh terhadap orang lain, sekalipun itu
keluarga atau calon suaminya:
ط وهو يسري خبطوات قافزة نرف ثو�ا ويطفت إىل الطفل الصغري الذي ميسك بمث الت
.(Qutb, 1947:69) !عم ن: قالت. أهذا ابنك ؟: وقال صغرية ،
Tsumma iltafata ila> ath-thiflish-shaghi>ri alladzi> yumsiku bitharfi tsaubiha> wa yanithu wa huwa yasi>ru bikhuthwa>tin qa>fizatin shaghi>ratin. Wa qa>la: ahadza> ibnuki?. Qa>lat: na‘am!
55
‘Lalu Sami memperhatikan pada anak kecil yang memegang pakaian Samirah dengan kelucuannya dan dia melompat-lompat dan dia melangkahkan kaki seperti katak kecil. Lalu Sami bertanya, “apakah ini anak laki-lakimu?”. Samirah menjawab, “ya!’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah telah memiliki anak kecil yang
berusia kira-kira setahun lebih, tepat waktu dimana Sami memutuskan
pertunangannya bersama Samirah. Artinya hubungan Samirah dengan Dliya
Afandi (mantan kekasih Samirah) adalah hubungan terlarang dan telah
terjerumus dalam lingkaran pergaulan bebas. Permaslahan tersebut tidak
dibeberkan oleh Samirah karena tentu saja kisah tersebut membuat
hilangnya rasa percaya diri Samirah, sebab perasaan cinta yang tidak pada
porsinya dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti kehilangan rasa
percaya diri (Musnad, 2006:57). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Samirah adalah wanita yang pemalu dan tertutup.
b. Sami
Tokoh selanjutnya yang mendominasi cerita adalah Sami. Sami juga
memiliki posisi sebagai narator dalam cerita. Sami memiliki karakter sopan,
berjiwa lembut, bijaksana, dan idealis. Berikut kutipan yang menunjukkan
bahwa Sami adalah pemuda yang sopan:
، وأنقى ةناس هناك أحسن أصال ، وأكثر مروءوكانت نشأته يف الريف ختيل له أن ال
. (Qutb, 1947:49) ضمرياً
Wa ka>nat nasy'atuhu fi>r-ri>fi tukhayyalu lahu annan-na>sa huna>ka achsanu ashlan, wa aktsaru muru'atan, wa anqa> dhami>ran
56
‘Dan tempat asal Sami di desa dalam benaknya bahwa orang-orang desa lebih baik dan tulus, lebih terhormat, serta lebih memiliki hati yang jernih’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami memperbandingkan antara kehidupan
kota dan desa. Artinya Sami adalah berasal dari latarbelakang desa, sebab dia
dapat menilai perbedaan kehidupan desa dan kota, sedangkan masa dewasanya
dihabiskan di perkotaan. Sami adalah berasal dari desa yang lingkungannya
berbeda dengan lingkungan perkotaan. Di desa kehidupan lebih mandiri dan
keras, sehingga menciptakan karakter seseorang menjadi memiliki rasa hormat
yang tinggi, baik, serta hati yang jernih dan tulus. Hal itu diperkuat dengan
kutipan sebagai berikut:
ع من حياته إىل نو طهرة ، وكان قد انصرف يفتكانت تربيته األوىل يف بيئة حمافظة م
وكان ... اجلد ال يسمح له �لعبث ، وكان الشعر والفن قد صا� خياله من التلوث
.... هذا كله يبعده عن املرأة ، ويصيبه بلون من الربكة واالضطراب حني يلقاها
(Qutb, 1947:33).
Ka>nat tarbiyatuhul-u>la> fi> bi>'atin mucha>fazhatin mutathahharatin, wa ka>na qad insharafa fi> chaya>tihi ila> nau‘in minal-jiddi la> yusmachu lahu bil-‘abtsi, wa ka>na asy-syi‘ru wal-fannu qad sha>na> khaya>lahu minat-talawwutsi… wa ka>na hadza> kulluhu yub‘iduhu ‘anil-mar'ati, wa yushi>buhu bilaunin minar-ribkati wal-idhthira>bi chi>na yalqa>ha>. ‘Pendidikan pertama Sami adalah di lingkungan yang terpelihara dan bersih, dan kemudian meninggalkan kehidupannya pada jenis kehidupan yang baru, tidak membolehkan baginya permainan atau kesia-siaan, syair dan seni telah menjaga khayalannya dari pencemaran… kesemuanya itu menjauhkannya dari perempuan, dan ia singgah dengan warna kebingungan dan kegelisahan sampai pada akhirnya bertemu dengan Samirah’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami dididik di dalam lingkungan yang
terpelihara, dan hari-harinya disibukkan dengan mempelajari seni dan
sastra, serta kegiatan dan hal-hal yang positif sehingga tidak ada waktu
57
untuk bermain-main atau melakukan hal yang sia-sia. Artinya Sami
memiliki latar belakang pendidikan dan keluarga baik-baik yang
mengajarkannya pada etika, tata karma, serta sopan santun. Sopan santun
itulah yang pada akhirnya membentuk kepribadian Sami. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Sami adalah seorang pemuda yang sopan, sebab
latarbelakang kehidupannnya dan lingkungan masa kecil yang
membentuknya.
Selain Sopan, Sami memiliki jiwa lembut serta kepekaan yang tajam.
Hal itu terbukti bagaimana dirinya gemar bersyair untuk mengungkapkan
perasaan dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya:
:اً شعر يكتب ، وراح لليلف افي جوح لمصبااقد وأو
بعيدا ـلمناعو لكن:::: ة خطو بينكو بيين
.(Qutb, 1947:30) دلوجواغنَي بهكنز :::: من ن غتارفااي يدو
Wa auqada al-mishba>cha fi> jaufil-laili, wa ra>cha yaktubu syi‘ran: baini> wa bainaka khuthwatun// lakin ‘awa>limuna> ba‘i>dun. Wa yada>ya fa>righata>ni min// kanzin bihi ghaniyal-wuju>di. ‘Sami menyalakan lampu di dalam dalamnya malam, dan mulai menulis puisi: //antara aku dan kamu hanya satu langkah// tetapi dunia kita jauh. Dan tanganku hampa dari// harta simpanan yang dengannya adalah kekayaan sejati’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami mengungkapkan perasaannya lewat
kata dan bait dalam sebuah puisi. Sami sedang merasakan kegundahan jiwa
disebabkan perasaan ragu-ragunya terhadap Samirah yang telah
dianggapnya sebagai kekayaan yang sejati namun ada sekat yang
memisahkannya, yaitu kepercayaan sebagai sepasang kekasih. Saat itu Sami
meragukan cinta serta keperawanan Samirah sebab banyak hal yang
58
membuat Sami merasa ganjil. Seperti saat Samirah menulis surat yang
berisi pengakuan dirinya bahwa dia “kotor”. Sehingga kata implisit “kotor”
dapat dimaknai dengan baik oleh Sami tanpa menggunakan kata-kata yang
gamblang. Sebab, seseorang yang mendalami sastra dan mahir dalam
bersyair biasanya memiliki jiwa yang lembut dan memiliki kepekaan rasa.
Seperti yang diungkapkan Ragi (dalam Yudiono, 2000:20) bahwa tingkatan
sastra adalah pencipta karya sastra berkembang dari sastra ke seni sastra,
dari seni sastra ke filsafat sastra, lalu ke iman sastra. Apabila sebuah karya
sastra berada pada tahap melibihi dari sekedar sastra untuk sastra, maka
karya tersebut berada pada tingkatan sastra yang tinggi, misalnya dalam
filsafat dan agama. Sebab, penciptaan karya sastra, seorang pengarang dapat
melibatkan pengalaman dan pengetahuannya mengenai banyak hal
termasuk filsafat dan agama (Yudiono, 2000:20). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Sami seseorang yang mempunyai jiwa lembut, sebab
dari pengalamannya dapat dibuat sebuah karya sastra yang mengandung
hikmah.
Selain itu, Sami memiliki sifat bijaksana dalam menghadapi situasi yang
sulit. Seperti pada saat malam pertunangannya dengan Samirah yang mana
Samirah mengaku bahwa dirinya memiliki kekasih dan masih mencintai
lelaki tersebut, Sami tidak langsung marah pada Samirah:
عليكما ، فاعتمدي علي أعطفإنين . �بنييت : هيبر قال يف صوت خفيض رتيب
.(Qutb, 1947:5)! عدكما وسأسا
Qa>la fi> shautin khafi>dhin rati>bin rahi>bin: ya bunayyati>. Innani a‘thafu ‘alaikuma>, fa i‘tamidi> ‘alayya wa sa'usa>‘idukuma!.
59
‘Sami berkata dengan lembut dengan berulang serta takut: wahai anak kecilku. Aku mengasihani kalian berdua, bersandarlah padaku dan aku akan menyatukan kalian berdua!’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami menyebut Samirah sebagai anak
kecilnya dan berusaha mengabulkan keinginan Samirah. Samirah pada
waktu itu mengaku bahwa masih mencintai kekasihnya bernama Dliya
Afandi. Padahal status Sami adalah sebagai calon suami Samirah. Apabila
tidak sabar, Sami bisa saja memutuskan pertunangan pada malam itu, akan
tetapi dengan kebijaksaannya Sami mau mendengarkan dan menerima cerita
masa lalu Samirah. Bahkan Sami mengatakan bahwa akan menyatukan
Samirah dengan mantan kekasihnya. Sebab otak laki-laki didominasi oleh
logika, sehingga emosinya lebih stabil daripada wanita. Sami menunjukkan
kebijaksanaan dan kedewasaannya, sebab bagi laki-laki sikap yang tenang
dan mampu mengendalikan emosi merupakan faktor utama yang harus
dimiliki orang dewasa (Satria, 2014:42).
Di sisi lain, Sami adalah seorang yang idealis. Idealis adalah orang yang
bercita-cita tinggi sesuai dengan apa yang dikehendaki (KBBI, 2008:517).
Sami memiliki sifat ideal dalam menghadapi dan menjalani serta
memutuskan jalan hidupnya. Berikut kutipan yang menunjukkan karakter
Sami tersebut:
أحالمه عشها املنتظر ، ولقد مضى خبياله يطوي األ�م ، ولقد عاش يف لقد بىن يف
ه وبني نىت مل يعد يفرق بيحهذه األحالم عيشة الواقع ، واستغرق يف هذا اخليال
. (Qutb, 1947:71) !احلقيقة
Laqad bana> fi> achla>mihi ‘usysyaha>l-muntazhara, wa laqad madhdha> bikhaya>lihi yathwi> al-ayya>ma, wa laqad ‘a>sya fi> hadzihil-achla>mi ‘i>syatal-wa>qi‘i, wa istaghraqa fi> hadzhal-
60
khaya>li chatta> lam ya‘ud yufarriqu bainahu wa bainal-chaqi>qati!. ‘Sami telah membangun dalam impiannya yaitu sarang burung yang dinantikan. Dan dia telah melewati dengan khayalannya, membuka hari-harinya. Dan dia telah hidup dalam mimpi-mimpi tersebut seperti hidup dalam kenyataan. Ia tenggelam dalam khayalan ini hingga tidak mempertimbangkan antara khayalan dengan kenyataan!’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami telah membangun impiannya memiliki
sarang burung, yang bermakna kehidupan rumah tangga yang akan di
tempatinya. Dan Sami juga telah berkhayal bahwa dia telah melewati hari-hari
dalam kehidupan berumah tangga, padahal dalam kenyataan hal itu belum
terjadi. Sami telah hidup dalam mimpi-mimpinya yang baginya seperti
kenyataan. Yaitu mimpi memiliki gadis yang terpejam matanya dan masih
suci. Padahal kenyataannya Samirah adalah gadis yang sudah tidak suci lagi.
Ketika kenyataan tersebut berbeda dari impiannya maka Sami meilih untuk
menyudahi hubungan bersama Samirah. Sami memiliki sebuah prinsip
tersendiri yang menjadi jalan hidupnya dan tidak akan roboh meski keadaan
begitu mendesaknya. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Sami
adalah idealis.
2. Tokoh Pembantu:
Tokoh pembantu disebut juga dengan figuran. Peran tokoh pembantu
dalam sebuah cerita adalah sebagai latar belakang cerita dalam sebuah adegan
dan memberi gambaran terperinci tentang tokoh utama (Waluyo, 1994:169).
Novel “Asywa>k” karya Qutb memiliki tokoh pembantu dengan berbagai
karakternya sebagai berikut:
61
a. Ayah Samirah
Salah satu tokoh figuran dalam cerita ini adalah Ayah Samirah.
Ayah Samirah muncul dan melengkapi dalam beberapa peristiwa.
Adapun sifat yang dimiliki Ayah Samirah adalah bijaksana dan
emosional atau mudah marah. Berikut yang menunjukkan Ayah
Samirah adalah seseorang yang berwibawa:
أنه معو... ؟ لخبر اما : ل سأو. هناك شيأً أنفأحس ، لد الواحضر قليل بعدو
ةفجأ هكذا بالموقفحتهم ر حس بالعجز عن مصاأ أنهال ء ، إكل شير قد قر
.(Qutb, 1947:27)
Wa ba‘da qali>lin chadhara al-wa>lidu, fa'achassa anna huna>ka syai'an. Wa sa'ala: ma>l-khabaru?... wa ma‘a annahu qad qarrara kulla syai'in, illa> annahu achassa bil-‘ajzi ‘an musha>rachatihim bil-mauqifi hakadza> faj'atan. ‘Tak lama setelah itu (pertikaian Samirah dengan Sami), Ayah Samirah datang dan merasa bahwa ada Sesuatu. Kemudian dia bertanya, “apa kabar?”. Bersamaan itu, Sami melaporkan semuanya, kecuali bahwa sesungguhnya dia lemah dari rahasia pendiriannya yang begitu mengejutkan’
Berdasarkan kutipan di atas, kebijaksanaan Ayah Samirah terlihat di
tengah kekacauan antara Samirah dan Sami. Bijaksana adalah pandai
dan hati-hati apabila menghadapi kesulitan (KBBI, 2008:190). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ayah Samirah adalah bijaksana
terlihat dari bagaimana sang Ayah bersikap menengahi ketika melihat
keributan dan pertengkaran antara Samirah dan Sami.
Di sisi sifatnya yang bijaksana, Ayah Samirah memiliki sifat
emosional atau mudah marah. Berikut kutipan yang menunjukkan
karakter emosional Ayah Samirah:
62
هالدوا يثحد في ةجفو له تبدو.. ألمرا مهاأ عرضتو.. لدالوا ءجاو
(Qutb, 1947:49). وفتبد هاستر نالوحيا ألكبرا خيهاوأ
Wa ja>'a al-wa>lidu.. Wa ‘arradhat ummaha> al-amra.. Wa badat lahu jafwatun fi> chadi>tsi wa>lidiha> wa akhi>ha> al-akbari yucha>wila>ni satraha> fatabdu>. ‘Dan Ayah Samirah tiba.. Kemudian Ibu Samirah mengungkapkan permasalahan.. Ibu terlihat tidak bersahabat pada Sami dalam peristiwa tersebut. Kemudian Ayah Samirah dan saudara tua laki-laki Samirah mencoba melindungi Samirah, maka Sami dan Samirah pun bubar (putus)’
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bagaimana kemarahan Ayah
Samirah terhadap Sami. Ketika istrinya memberitahu permasalahan
mengenai pertengkaran Samirah dan Sami yang terus menerus, sang
Ayah tidak mengklasifikasi permasalahan terlebih dahulu, namun justru
membela Samirah sebagai anak perempuannya dan mengecam Sami.
Hal tersebut dilakukan Ayah Samirah sebab rasa kasih sayang seorang
ayah terhadap anaknya. Namun tetap saja hal tersebut telah melampaui
batas, sebab kemarahan Ayah Samirah menjadi akar putusnya
pertunangan Samirah dengan Sami. Karena ketika kemarahan seorang
laki-laki dipicu maka sulit untuk dihentikan. Sebab kemarahan laki-laki
digerakkan oleh hormon tostesteron, vasopressin, dan kortisol yang
mengurangi rasa takut dan mempertahankan diri (Brizendine,
2010:202). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat Ayah
Samirah emosional terbukti ketika istrinya mengabarkan sebuah
permasalahan, amarahnya terbakar dan tidak terkontrol.
63
b. Ibu Samirah
Tokoh yang menjadi pelengkap dalam cerita selanjutnya adalah Ibu
Samirah. Ibu Samirah memiliki sifat perhatian dan penuh kasih sayang.
Berikut bukti bahwa ibu Samirah adalah seorang yang perhatian:
وهنا فقط وجد كلمة يقوهلا . ما لكما هكذا مكشرين ؟! أعوذ �� :قالت أمها
وملاذا تشاهدان هذه األفالم الردينة ، يف :قالت . عنيفًا جداً لميلقد كان الف :
.(Qutb, 1947:23) !هذه الفرتة احللوة حياتكما ؟
Qa>lat ummuha>: a‘u>dzu bil-Lahi! Ma> lakuma> hakadza> mukasyiraini?. Wa huna> faqath wujida kalimatun yaqu>luha>: laqad ka>na al-fi>lm ‘ani>fan jiddan. Qa>lat: wa lima>dza> tusyahida>ni hadzihi al-afla>ma ar-radi>'ata, fi> hadzihi al-fatratil-chulwati chaya>takuma<?! ‘Ibu Samirah bertanya, “A’udzubillah! kenapa kalian begitu bersunggut-sunggut?”. Secara spontan Sami berkata pada ibu Samirah, “filmnya sangat keras”. Ibu Samirah menjawab, “kenapa kalian menonton film rendahan seperti itu di masa-masa indah kehidupan kalian?!’
Berdasarkan kutipan di atas, Ibu Samirah bertanya pada Samirah dan
Sami ketika melihat wajah mereka tampak sedih. Pertanyaan tersebut
adalah bukti bahwa sang Ibu peduli dan tidak ingin hal buruk terjadi
pada anak dan calon menantunya. Ibu Samirah mengkhawatirkan
keadaan Samirah dan Sami kenapa besedih hati setelah mereka
menonton film yang seharusnya menjadi kencan yang indah.
Kekhawatiran ibu Samirah adalah bukti sifat perhatiannya. Bagimana
pun naluri seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya bersedih hati,
sebab seorang ibu biasanya memiliki kontak batin dengan anaknya
secara alami atau instinktif yang erat hubungannya dengan kebutuhan
organik dan fisiologis (Ibrahim, 2002:113). Dari peristiwa tersebut,
64
dapat disimpulkan bahwa ibu Samirah memiliki naluri sifat seorang ibu
yaitu perhatian.
Selain perhatian, Ibu Samirah adalah seorang yang penuh kasih
sayang. Berikut kutipan yang menunjukkan kasih sayangnya ibu
Samirah:
لو و. لنحو هذا اعلى تستقيم ال إن احلياة ! .. بني يكون هكذا � اال إنه : قالت
كل ب ، وعتايوم كل هذا ، كثر من أحتملت اما رية يعذ�ا سيدها كانت جا
حمة للبنت ر� . جهة نت من جهة وأنا من نيب ، أتأيوم كل ، ومناقشة م يو
(Qutb, 1947:48). !املسكينة
Qa>lat: innahu> la> yaku>nu hakadza> ya> ibni>!.. Inna al-chaya>ta la> tastaqi>mu ‘ala> hadza> an-nachwi. Wa lau ka>nat ja>riyatan yu‘adzdzibuha> sayyiduha> ma> ichtamalat aktsara min hadza>, kullu yaumin ‘ita>bu, wa kullu yaumin muna>qasyatun, wa kullu yaumin ta'ni>bun, ana> min jihatin wa anta min jihatin. Ya> rachmatu lil-binti al-miski>nah! ‘Ibu Samirah berkata, “semestinya kalian tidak berbuat demikian, wahai anakku. Sesungguhnya kehidupan ini tidak akan kokoh dengan cara seperti ini. Andai seorang pembantu disiksa majikannya, tentu ia tak akan mampu menanggung lebih lama dari ini. Setiap hari celaan, setiap hari perdebatan, dan setiap hari kemarahan dariku dan darimu (Sami). Kasihan Kau, anak perempuan (Samirah) yang malang!’
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat kata-kata lembut Ibu Samirah
yang mencoba melindungi Samirah. Samirah dianggap sang ibu anak
perempuan yang malang karena selalu mendapatkan celaan dan
kemarahan dari Sami dan dari keluarga Samirah. Ibu Samirah tidak tega
dengan keadaan tersebut sebab rasa kasih sayangnya terhadap Samirah.
Seorang ibu akan selalu menyayangi anaknya sebab fitrah dan naluri
yang dimilikinya. Terkadang meskipun sang anak yang bersalah,
seorang ibu tetap akan membela anaknya tidak bersalah, melindunginya,
65
serta memberikan kenyamanan. Naluri seorang ibu adalah menyayangi
anaknya, karena cinta seorang ibu adalah cinta yang bersifat emosional,
dan secara psikis sifat keibuan dimiliki oleh setiap wanita (Ibrahim,
2002:119). Dengan demikian, dapat dimpulkan bahwa ibu Samirah
memiliki rasa kasih sayang sebagai naluri keibuannya.
c. Saudara Laki-Laki Samirah
Saudara Samirah juga memiliki peran di dalam cerita. Tokoh ini
hanya muncul sekali dalam peristiwa ketiga yaitu tentang pertengkaran
Samirah dengan Sami yang berujung pada putusnya pertunangan
Samirah. Saudara laki-laki Samirah hadir dengan sikap yang tidak
menyenangkan terhadap Sami, sehingga karakter saudara Samirah
adalah emosional. Berikut kutipan yang menunjukkan emosionalnya
saudara laki-laki Samirah:
هالدوا يثحد في ةجفو له تبدو.. ألمرا مهاأ عرضتو.. لدالوا ءجاو
(Qutb, 1947:49). وفتبد هاستر نالوحيا ألكبرا خيهاوأ
Wa ja>'a al-wa>lidu.. Wa ‘arradhat ummaha> al-amra.. Wa badat lahu jafwatun fi> chadi>tsi wa>lidiha> wa akhi>ha> al-akbari yucha>wila>ni satraha> fatabdu>. ‘Dan Ayah Samirah tiba.. kemudian Ibu Samirah mengungkapkan permasalahan.. Ibu terlihat tidak bersahabat pada Sami dalam peristiwa tersebut. Kemudian Ayah Samirah dan saudara tua laki-laki Samirah mencoba melindungi Samirah, maka Sami dan Samirah pun bubar (putus)’
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat karakter saudara laki-laki yang
Samirah yang ikut-ikutan bersikap tidak bersahabat terhadap Sami.
Maka apabila dia adalah orang sabar akan lebih berhati-hati dalam
66
bersikap. Hal itu menunjukkan bahwa saudara laki-laki Samirah adalah
orang yang emosional. Karena pada dasarnya otak laki-laki untuk
menekan kemarahan, septum, lebih daripada otak perempuan sehingga
ekspresi kemarahan merupakan respon yang lebih umum bagi laki-laki
daripada perempuan (Brizendine, 2010:197). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Saudara laki-laki Samirah adalah orang yang
emosional.
d. Dliya Afandi (Kekasih di Masa Lalu Samirah)
Dliya Afandi adalah kekasih Samirah sebelum Samirah bertunangan
dengan Sami. Tokoh Dliya muncul beberapa kali dalam cerita dan
menjadi tokoh pembanding dari tokoh utama Sami. Adapun karakter
Dliya adalah seorang pengecut. Berikut kutipan yang menunjukkan sifat
pengecut Dliya :
جة بل راح يقول يف هل –كما كان ينتظر –ولكن الشاب مل يتحمس هلذا العرض
لقد قابلوين ..ولكن ماذا نصنع ألهلها :مط األلفاظ ة فيها شيء من الطراوة و �رد
مث إن أهلي كذلك ميانعون يف زواجي .. مقابلة سيئة جدًا حينما ذهبت أخطبها
بنت .. إن أمي تريد يل بنتا غنية .. �لقتل إذا أ� أخذ�ا يمنها إىل حد �ديد
ولذا مل أرد أن أستقبلك يف .. مرية وهم يعرفون امسك وصلتك بس.. صادق �شا
.(Qutb, 1947:14)! املنزل
Wa lakin asy-sya>bba lam yatachammas lihadza>l-‘ardhi -kama> ka>na yantazhiru- bal ra>cha yaqu>lu fi> lahjatin ba>ridatin fi>ha> syai'un minath-thara>wati wa maththil-alfa>zhi: wa lakin ma>dza nashna‘u li'ahliha>.. Laqad qa>balu>ni> muqa>balatan sayyi'atan jiddan chi>nama> dzahabtu akhthubuha>.. tsumma in ahli> kadzalika> yuma>ni‘u>na fi> zawa>ji> minha> ila > chaddi tahdi>di> bil-qatli idza> ana> akhadzatuha>.. Inna ummi> turi>du li> bintan ghaniyyatan.. Bintu Shadiqi Ba>sya>.. Wa hum ya‘rifu>na amsaka washlatika bi-Sami>rah.. Wa lidza> lam urid an astaqbilaka fi>l-manzili!.
67
‘Akan tetapi pemuda itu (Dliya Afandi) tidak bergairah untuk mempertimbangkan hal ini-seperti sedang menunggu- tetapi pergi mengatakan dengan nada yang dingin dari sesuatu yang lembut dan artikulasi yang diseret: “Dan tetapi apa yang akan kita lakukan pada keluarga Samirah.. Setelah aku menanggung pertemuan yang sangat menyakitkan saat aku pergi meminangnya.. Kemudian keluargaku juga menentang Samirah menjadi istriku dengan membuat batasan ancaman akan membunuhku jika aku mengambil Samirah.. Ibuku menginginkanku menikah dengan perempuan kaya.. Anak perempuan Sadiq Pasha.. Keluargaku juga mengetahui hubunganmu dengan Samirah.. Maka dari itu aku tidak mau bicara denganmu di rumah’
Dliya Afandi menyerah begitu saja dengan keadaan yang
menimpanya, meski sejatinya dia mencintai Samirah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Dliya Afandi adalah seorang pengecut yang tidak
berani mewujudkan cintanya. Ketika Sami meminta pendapat Dliya
Afandi agar mengupayakan cintanya bersama Samirah, dia begitu tidak
bersemangat. Dliya menyerah dengan penolakan keluarga Samirah dan
keluarganya, serta perjodohan dirinya dengan seorang anak saudagar
kaya. Dengan demikian, karakter tokoh Dliya Afandi adalah pengecut,
terlihat dari sikapnya yang tidak memperjuangkan cintanya bersama
Samirah, padahal dalam hati masih ada rasa cinta terhadap Samirah.
e. Teman Dliya Afandi
Teman Dliya Afandi muncul sekali dalam sebuah peristiwa yang
memicu pertengkaran antara Samirah dan Sami. Dia telah memberi
kabar pada Sami tentang keromantisan Samirah bersama Dliya Afandi
yang sebenarnya sudah diketahui Sami. Dengan demikian karakter
teman Dliya adalah penghasut yang dijelaskan sebagai berikut:
68
تكلف قلة و)) .. ضياء(( مسهالي ميلز صديقةة لفتاا هذهف أن عرأنا أ: ل قا
مس أمعك يتهارألقد :ل قا ، ؟ك تل هي هذهأن علمت كيف:ل فقا ، ةلمباالا
ليوم ا عنها لتهفلما سأ، لمعسكر امن قبل في معه يتهارأكنت قد ، و لسينماافي
!ك خبرأن أجب علي الوامن يت، رألي بك صلة ن أل، و خطبتهانك إ: ل قا ،
.(Qutb, 1947:25-26).... متشكر : هرظاود ببرل قا .
Qa>la: ana> a‘rifu anna hadzihil-fita>tu shadi>qatu zamilu> li> ismuhu (Dhiya>’).. Wa takallafa qallatul-muba>lati. Faqa>la: kaifa ‘alimta an hadzihi hiya tilka?. Qa>la: laqad ra'aituha> ma’aka amsi fi>s-sinima>, wa kuntu qad ra'aituha> ma‘ahu min qablu fi>l-mu’askari, fa lamma> sa’altuhu anha>l-yauma. Qa>la: innaka khathabtaha>, wa li’anna li> bika shilatun, ra'aitu minal-wa>jibi ‘alayya an ukhbiraka!. Qa>la bi burudi>n zha>hirin: mutasyakkir…. ‘Teman Dliya Afandi berkata, “aku telah melihat Samirah bersamamu di gedung film kemarin. Sebelumnya aku pernah melihat Samirah bersama Dliya di perkemahan. Hari ini aku menanyakannya pada Dliya, dia mengatakan engkau telah meminangkan. Karena kita berkawan, maka menurutku adalah kewajibanku untuk memberitahumu!”. Sami menanggapi dengan dingin, “terimakasih’
Berdasarkan kutipan di atas, teman Dliya Afandi mengatakan bahwa
dia menyaksikan kebersamaan Sami dengan Samirah, juga menyaksikan
kebersamaan Samirah bersama Dliya Afandi. Kawan tersebut juga telah
mengetahui status Sami dengan Samirah, akan tetapi menekankan pada
Sami bahwa dia pernah melihat Samirah dengan Dliya Afandi di
perkemahan. Niat kawan tersebut sebenarnya baik karena mengabarkan
tentang suatu kebenaran pada Sami. Akan tetapi disisi lain, kabar
tersebut menimbulkan keraguan dalam hati Sami serta memudarkan rasa
percaya dan cinta Sami pada Samirah. Teman Dliya Afandi telah
berhasil mempengaruhi Sami dengan hasutannya. Dengan demikian,
sifat teman Dliya Afandi adalah pengecut, terlihat dari sikapnya yang
69
menyebarkan sebuah kabar yang menimbulkan keraguan Sami dan
sehingga pada puncaknya hubungan Samirah dengan Sami kandas.
f. Paman Sulaiman (Penjaga Rumah Samirah)
Paman Sulaiman adalah penjaga rumah Samirah yang muncul sekali
dalam peristiwa setelah putusnya pertunangan Samirah dengan Sami.
Karakter yang dimiliki paman Sulaiman adalah baik hati. Berikut
penjabaran bagaimana karakter baik hati paman Sulaiman:
...ةلحلوا مك�أ فني : ألسىوا ألسفا هامرخيا هلجة في لرجلا لقاو
.(Qutb, 1947:53)
Wa qa>la ar-rajulu fi> lahjatin yukhamiruha> al-asafu wal-asa>: fi>n ayya>muka al-chulwatu. ‘Dan Paman Sulaiman berkata dengan perasaan duka dan bersedih, “kemana hari-harimu (Sami) yang manis…’
Berdasarkan kutipan di atas, Paman Sulaiman penjaga rumah
Samirah merasa bersedih dan berduka serta bertanya pada Sami tentang
hari-harinya yang manis dahulu. Saat bertemu dengan Sami setelah
putusnya pertunangan Samirah dengan Sami, Paman Sulaiman tetap
beskikap baik pada Sami. Artinya Paman Sulaiman menunjukkan
empatinya serta perduli terhadap Sami. Bahkan Paman Sulaiman turut
merasakan kesedihan dan duka seperti yang dirasakan oleh Sami sebab
putusnya pertunangan dengan Samirah. Dengan demikian, dapat
disimpulkan sifat yang dimiliki Paman Sulaiman adalah baik hati, sebab
rasa empatinya yang ditunjukkan terhadap Sami yang sedang bersedih.
70
g. Teman Kantor Sami
Teman kantor Sami muncul sekali di peristiwa kedua tepatnya saat
Sami berada di kantornya. Sifat teman kantor Sami adalah peduli.
Berikut kutipan yang menunjukkan kepedulian teman kantor Sami:
!نك كنت سهران ال بد أ. أملح عليك اإلجهاد : له قال زمي
.(Qutb, 1947:7)
Qa>la zami>luhu: almachu ‘alaika al-ijha>da. La> budda annaka kunta sahra>n! . ‘Seorang teman kantor Sami berkata pada Sami, “pandanganmu terlihat tegang. Kamu seharusnya tidak begadang!’
Berdasarkan kutipan di atas, teman sekantor Sami mengatakan pada
Sami bahwa Sami terlihat begitu tegang dan tidak seharusnya Sami
begadang sehingga matanya terlihat sendu. Teman kantor Sami
memperhatikan keadaan Sami yang pada saat itu Sami sedang bersedih.
Berarti menunjukkan bahwa teman kantor Sami adalah seseorang yang
peduli dan peka terhadap keadaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa karakter teman kantor Sami adalah orang yang peduli terhadap
keadaan kawannya, sebab dia menegur Sami yang sedang terlihat lesu
saat di kantor.
h. Teman Lama Sami
Tokoh pembantu dalam cerita yang terakhir adalah teman lama Sami.
Tokoh ini muncul di bagian akhir peristiwa yaitu setelah putusnya
pertunangan Sami dengan Samirah. Teman lama Sami adalah seorang
71
yang setia kawan. Berikut kutipan yang menunjukkan kesetiakawanan
teman lama Sami:
ض في عر يدهعلى ضغط حينماح ميز ي أو يهذ نهأشك في حبهلج صاخيالم
مامك ي أسيد �ذي هي هان ؟ آلا هانني سألقاإ: قل لك ألم أ : داهناو يقلطرا
.(Qutb, 1947:58) !لتصدقني
Lam yukha>lij sha>chibahu syakka fi> innahu yahdzi> au yamzachu chi>nama> dhaghatha ‘ala> yadihi fi> ‘ardhith-thari>qi wa nada>hu: alam aqul laka: innani> sa'alqa>ha> al'a>n? ha> hiya dzi> ya> sayyidi> ama>maka litushaddiqani>.
‘Teman Sami tidak menanggapi dan ragu pada Sami yang berhalusinasi dan bercanda ketika Sami mengapit tangannya pada sebuah jalan dan memanggilnya: apakah kamu mengatakan padaku bahwa aku akan bertemu dengan Samirah sekarang? Apakah itu Samirah wahai Tuan, yang di depanmu, temanilah aku!’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami sedang berhalusinasi tentang
kehadiran Samirah di depannya -setelah panjang lebar Sami menceritakan
kisah kegagalan cintanya bersama Samirah terhadap teman masa kecilnya.
Teman masa kecil Sami menemani Sami dan mau mendengarkan
kegundahan hati Sami. Hal tersebut menunjukkan bahwa teman Sami
adalah setia kawan, mau menemani temannya di saat duka dan suka.
Bahkan saat Sami terlihat kehilangan kejernihan akal saat bertemu
kembali dengan Samirah, sang teman menggapit lengan Sami dan
menemani Sami untuk bertemu Samirah. Dengan demikian sifat teman
lama Sami adalah setiakawan karena telah menemani hari-hari Sami,
menemani Sami dan mendengarkan kisah percintaan Sami dengan
Samirah. Selain itu, dia juga memahami Sami meskipun terkadang tidak
dapat memahami halusinasi Sami.
72
C. Alur (al-habkah)
Al-habkah yakni alur atau gaya kesenian yang membangun kisah. Alur
dijalankan oleh peristiwa dan tokoh. Penulis menjadikan rangkaian peristiwa
yang kompleks, diperumit sedikit demi sedikit sampai mencapai puncak
(klimaks). Setelah itu cerita menuntut adanya solusi yang kebanyakan hal itu
akan menjadi ending cerita. Alur menjadikan peristiwa dalam cerita menjadi
menarik/mendebarkan hati, menggabungkan peristiwa pertama dengan
peristiwa setelahnya agar tidak menyimpang (Badr, 1411:176).
Alur dalam novel “Asywa>k” karya Qutb adalah maju atau progresif.
Plot sebuah novel dikatakan maju jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan
bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti atau menyebabkan peristiwa
yang kemudian, atau secara runtut, dimulai dari tahap awal berupa
penyituasian, pengenalan, dan pemunculan konfik, kemudian tengah berupa
konflik meningkat dan klimaks, selanjutnya akhir berupa penyelesaian
(Nurgiantoro, 1995:153-154). Cerita dalam novel ini dimulai dari pengenalan
masalah yakni Samirah bertunangan dengan lelaki yang tidak dicintainya
bernama Sami. Dalam malam pertunangan mereka berdua, Samirah mengaku
bahwa ada “duri” dihatinya yaitu dia masih menyimpan rasa terhadap lelaki
lain, kekasih masa lalu bernama Dliya Afandi yang mana hubungan mereka
tidak direstui keluarga Samirah. Hal tersebut membuat hancur perasaan Sami
sekaligus merasa iba terhadap Samirah. Samirah merasa bahwa dirinya tidak
pantas bagi Sami. Sami pun menerima cerita masa lalu Samirah dengan tangan
terbuka, bahkan Sami berbesar hati berniat menyatukan Samirah dengan Dliya
73
Afandi. Samirah menolak ide Sami yang akan menyatukan Samirah dengan
Dliya Afandi, dan memilih untuk Sami membantu melupakan kisah masa
lalunya itu. Sami mengiyakan permintaan Samirah, namun sejatinya pada saat
itu Sami tidak tahu betul apa makna “duri dalam jiwa” Samirah yang
sesungguhnya.
Permasalahan berkembang ketika seorang teman Dliya memberitahu
Sami tentang kemesraan Samirah bersama Dliya di masa lalu. Kebahagiaan
Samirah bersama Sami pudar karena perihal tersebut. Sami merasa cemburu
dan hampir memutuskan pertunangannya, tetapi karena kelembutan Samirah
niat tersebut dikurungnya. Namun tetap saja, cinta yang mulanya saling
menguatkan berubah menjadi menyakitkan sebab kecemburuan. Bagi Sami,
Samirah gadis kota yang dicintai itu sudah tidak suci lagi. Kecantikannya bukan
hanya untuk sang calon suami melainkan dapat dinikmati setiap orang yang
memandang. Hatinya tidak perawan lagi karena sebelum menikah telah ada
pemuda lain yang menjamahnya. Samirah pun tidak tahan dengan kecurigaan
Sami terhadapnya. Hal itu membuat Samirah sedih, terhina dan luka hati bagai
tertusuk duri serta terus menjadi beban. Sehingga perbincangan kecil antara
Samirah dan Sami berubah menjadi pertengkaran besar. Cinta mereka berubah
menjadi kemarahan dan keegoisan masing-masing.
Permasalahan memuncak pada suatu malam saat mendekati hari
pernikahan Samirah dan Sami. pertengkaran antara keduanya semakin sering
dan diketahui keluarga Samirah. Hal tersebut membuat keluarga Samirah
tersinggung dam marah. Mereka tidak terima melihat Samirah terus bertengkar
dengan Sami, dan merasa anaknya dihina. Maka mereka memandang hubungan
74
mereka tidak pantas dilanjutkan. Malam itu, putuslah pertunangan Samirah
dengan Sami.
Akhir dari kisah adalah Samirah tidak dapat memiliki Sami sebagai lelaki
yang dicintainya. Satu tahun setelah putusnya pertunangan, kecurigaan Sami
terhadap Samirah terbukti bahwa dia terjerumus dalam pergaulan bebas. Sami
merindukan Samirah dari jauh, begitu pula Samirah merasa terpukul dengan
putusnya tali pertunangan mereka. Samirah mengatakan bahwa dirinya akan
melanjutkan hidup menjadi biarawati sebagai ungkapan bahwa Sami adalah lelaki
terakhir yang dicintainya. Ketika Samirah memiliki seorang anak, diberinya nama
yang mirip dengan nama Sami yaitu “Samir”, hal itu menunjukkan bahwa
Samirah masih menyimpan perasaan terhadap Sami.
D. Latar (al-bi’ah)
Al-Bi’ah adalah tempat dan waktu yang tepat di dalam peristiwa yang
sedang berlangsung. Misalnya penulis menceritakan peristiwa yang terjadi di
Mekah pada masa awal hijriyah, maka untuk mengetaui hal itu dengan baik
dilukiskan mengenai rumah-rumahnya, jalanannya, pasar-pasar, pakaian yang
dikenakan masyarakatnya, serta hal-hal lainnya. Menggambarkan peristiwa-
peristiwa di masa modern digambarkan dengan waktu dan tempat yang teliti
akan menjadikan alur yang berkesan (Badr, 1411:177).
Novel “Asywa>k” karya Qutb memiliki latar waktu dan tempat yang
membangun cerita, yaitu sebagai berikut:
75
1. Waktu
Waktu terjadinya peristiwa dalam novel ini dipaparkan secara impilisit
atau tidak langsung oleh pengarang. Sebab dalam novel “Asywa>k” karya
Qutb tidak tercantumkan angka tahun yang menunjukkan waktu terjadinya
peristiwa dalam cerita. Namun, dapat diperkirakan novel ini adalah berlatar
waktu 1906-1947, waktu di mana pengarang dilahirkan sampai terbitnya
karya. Peristiwa penting di Mesir yang terjadi dalam kurun tersebut adalah
terjadinya revolusi pada tahun 1919, yaitu tentara Inggris menduduki Mesir
(Mitchell, 2005:5). Adapun latar waku cerita dalam novel “Asywa>k” karya
Qutb secara lebih detail dapat diperinci sebagai berikut:
a. Malam Pertunangan
Latar waktu dalam novel ini adalah pada malam pertunangan.
Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini:
حينما امسك بيد ها ليلبسها خامت اخلطوبه ، يف حفل من األهل واألصدقاء
، ويف ضوء األ نوار الساطعة ، وعلى أنغام املوسيقى يف احلجرة ا�اورة
)(Qutb, 1947:3 .
Chi>nama> amsaka bi yadiha> li yulbisaha> kha>tamal-khuthu>bati. Fi> chaflin minal-ahli wal-ashdiqa>', wa fi> dhau'il-anwa>ris-sa>thi’ati>, wa ‘ala> angha>mil-mu>si>qa> fil>-chuj’ratil-muja>wirati… ‘Setiap kali Samirah menahan dengan tangannya saat Sami menyematkan cincin pertunangan, dalam pesta diantara kerabat dan teman-teman, dan lampu cerah yang menyilaukan, dan dengan melodi musik di ruang sebelah...’
Waktu yang terjadi adalah di malam hari, karena terdapat
lampu-lampu yang menyilaukan. Suasana pertunangan dengan
adanya cincin pertunangan, para tamu undangan dan keluarga, serta
76
dentangan melodi musik yang turut diputar pada hari itu. Di Mesir,
pernikahan merupakan upacara yang sakral dan dihargai (Allen,
2009:29). Sehingga pertunangan yang merupakan salah satu proses
menuju pernikahan adalah hal yang penting.
b. Pagi Hari (Setelah Malam Pertunangan)
Latar waktu yang kedua dalam novel “Asywa>k” karya Qutb
adalah pagi hari setelah malam pertunangan:
وكان يبدو على مظهره السكون واالستسالم واالنقياد ، مل يكن له رأي وال
صحا فذهب إىل مرافق املياه ، ولبس مالبسه يف صمت ، . هدف وال اجتاه
...! وانطلق إىل الطريق فركب القطار ، وجلس مقعد ، ووصل إىل الديوان
.(Qutb, 1947:6)
Wa ka>na yabdu> ‘ala> mazhzhaharihis-suku>ni wal-istisla>mi wal-inqiya>di, lam yakun lahu ra'yun wala> hadafun wala< ittija>hun. Shacha> fadzahaba ila> mura>fiqil-miyahi, wa labisa mala>bisahu fi> shumtin, wa inthalaqa ila>th-thari>qi farakibal-qithara, wa jalasa fi> julisa maq‘adihi, wa washala ila>d-di>wa>ni!... ‘Semuanya bergerak begitu saja, tanpa ada dorongan apapun, pun tidak ada yang mencegah. Sehabis bangun tidur Sami menuju ke kamar mandi, dan mengenakan pakaiannya dalam keheningan, dan berlari mengejar kereta, dan duduk kursi, dan tiba di kantor pengadilan...’
Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa terjadi pada pagi hari
dengan pernyataan bangun tidur, dan pergi bekerja. Seseorang yang
bekerja biasanya adalah di pagi hari dan harus bangun pada saat pagi
hari juga. Sami menjalani hari serta beraktivitas setelah malam
pertunangannya bersama Samirah yang melelahkan. Melelahkan
bukan hanya dari fisik saja, namun juga hati Sami begitu lelah sebab
77
permainan hati Samirah yang masih mencintai kekasih di masa
lalunya.
c. Siang Hari
Peristiwa dalam cerita juga terjadi pada saat siang hari. Berikut
kutipan peristiwa yang terjadi dalam waktu siang:
ومل ال يتغدى يف املدينة ، ويسرتيح يف مقهى ، حىت �يت امليعاد ؟
.(Qutb, 1947:9)
Wa lam la> yataghadda> fi>l-madi>nati, wa yastari>chu fi> maqha>, chatta> ta'ti>yal-mi>‘a>d?
‘Sami tidak makan siang di kota, hanya membeli kopi, sampai datang waktu perjanjian’
Sami tidak makan siang di kota, namun membeli kopi saja untuk
menanti waktu pertemuannya dengan Samirah. Berdasarkan kutipan
di atas, peristiwa terjadi pada siang hari karena menyebutkan “tidak
makan siang” yang berarti waktu telah menunjukkan saat untuk
makan siang. Itu artinya kejadian berlangsung pada siang hari.
d. Sore Hari
Peristiwa Sore hari terjadi pada saat Samirah dan Sami
berkencan di bioskop untuk menonton film. Berikut kutipan yang
menunjukkan peristiwa di sore hari:
أذن هلما أبوها يف أن يرافقها إىل السينما يف حفلة الساعة الثالثة والربع ، بعد
(Qutb, 1947:19).أن يتناول يف دراهم طعام الغداء
Idzan lahuma> abu>ha> fi> an yura>fiqaha> ila> as-si>nima> fi> chaflati as-sa>‘atits-tsa>litsatu war-ruba‘i, ba‘da an yatana>wala fi> dara>him tha‘a>mal-ghada>'i (Qutb,
1947:19).
78
‘Samirah dan Sami telah mendapat izin ayah Samirah untuk mengajak Samirah ke bioskop pada pertunjukan pukul 3.15, setelah makan di rumah mereka untuk makan siang’
Samirah dan Sami akan melangsungkan kencan di bioskop pukul
3.15 sore hari setelah makan siang di rumah Samirah. Artinya,
kencan antara Samirah dan Sami didukung oleh keluarga Samirah.
Bahkan sebelum ke bioskop, Samirah dan Sami makan siang
bersama dahulu di rumah Samirah. Sore hari merupakan waktu yang
tepat untuk berjalan-jalan, karena biasanya cuaca sudah tidak panas
lagi oleh sinar matahari.
e. Malam Hari
Waktu malam hari juga menjadi latar peristiwa novel ini.
Berikut kutipan dari kisah Samirah dan Sami yang terjadi pada
malam hari:
ة يطل نافذة لحجرلة ، ومقمرالليلة كانت .اً بدأمن قبل يتهيأ هلا لن ة مفاجأ
دون أن قفة واكانت و. ي الشفيف لقمرء الضوالك ، فيضيئها ذلقمر منها ا
ار قفة بجوواكانت . الشفيف لفضي ء الضوء �ذا اكتفاح المصبااتوقد
... لم تلبس وكانت قد خلعت ة لحجراخل �ا وحينما دفستال تبدير لسرا
!رهيبة كانت لحظة و. ..اخليه لدابالمالبس عليها لى وألة اللمرنظره قع وو
(Qutb, 1947:33).
Mufa>ja'atun lan yatahayya'a laha> min qabli abadan. Ka>nat al-lailatu muqmiratan, wa lil-chujrati na>fidzatun yuthillu minha>l-qamaru, fayudhi>uha> dzalikadh-dhau'al-qamariyya asy-syafi>fa. Wa ka>nat wa>qifatan du>na an tu>qidal-mishba>cha iktifa>'an bihadza>dh-dhau'il-fadhi>sy-syafi>fi. Ka>nat wa>qifatan bijiwa>ris-sari>ri tubaddilu fusta>naha wa chi>nama> dakhalal-chujrata ka>nat qad khala‘at wa lam talbas… Wa waqa‘a nazhrahu lil-
79
marratil-u>la ‘alaiha> bil-mala>bisid-da>khiliyah… Wa ka>nat lachzhatan rahi>batan! ‘Kejutan yang tidak dipersiapkan Samirah sebelumnya. Malam itu rembulan bersinar penuh, dan kamar Samirah memiliki jendela yang tepat menghadap sinar rembulan. Samirah berdiri tanpa menyalakan lampu karena sinar cahaya perak ini cukup menerangi. Samirah berdiri didekat ranjang, berganti pakaian dan ketika Sami masuk ke kamar Samirah telah melepaskan pakaiannya dan tidak menutupinya… dan terjadi Sami melihatnya untuk kali yang pertama Samirah dengan pakaian dalam… dan seketika Samirah merasa ketakutan!’
Berdasarkan kutipan di atas, Samirah tidak sengaja terlihat
oleh Sami saat dirinya setengah telanjang pada malam saat bulan
bersinar terang. Pada waktu itu Samirah tidak menutup jendelanya
karena untuk menerangi gelapnya malam, akan tetapi Sami yang
pada waktu itu kehilangan Samirah di seluruh ruangan rumah
terpaksa mencari Samirah di kamarnya. Artinya latar waktu adalah
malam hari, sebab disebutkan bahwa “malam saat bulan bersinar
terang”. Jika siang hari, maka tidak ada bulan yang muncul di langit.
f. 1,5 Tahun Kemudian (Setelah Putusnya Pertunangan Samirah dengan Sami)
Latar waktu selanjutnya adalah satu setengah tahun setelah
peristiwa pertunangan Samirah dan Sami atau setelah putusnya
pertunangan mereka. Berikut kutipan yang menunjukkan latar 1,5
tahun setelah putusnya pertunangan:
.(Qutb, 1947:63) ...الشاب طبعد عام ونصف عام القاه الضاب
Ba‘da ‘a>min wa nisfi ‘a>min laqa>hudh-dha>bitu asy-sya>bbu…
80
‘Setelah satu setengah tahun, Sami memastikan pada polisi pemuda itu (Dliya Afandi)’
Berdasarkan kutipan di atas, satu setengah tahun setelah
perpisahan Samirah dengan Sami, Sami mencoba untuk menemui
Dliya Afandi untuk memastikan bagaimana kabar Samirah.
Kenyataan membuktikan bahwa Samirah dan Sami masih saling
mencintai, namun tidak dapat hidup bersama sejak putusnya
pertunangan mereka yang disebabkan keraguan Sami terhadap
Samirah terutama perihal hilangnya kehormatan Samirah.
2. Tempat
Latar tempat novel “Asywa>k” karya Qutb adalah di Mesir tepatnya Kota
Kairo. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa latar tempat di Kairo:
.(Qutb, 1947:63)... ةإن القاهرة حلبيبة ، وإن احلياة يف هذه الدنيا جلميل
Inna al-Qa>hirata lachabi>batun, wa inna al-chaya>ta fi> hadzihi ad-dunya> lajami>lun… ‘Sesungguhnya Kota Kairo sangat dicintai, dan sesungguhnya kehidupan di kota ini sangat indah…’ Sungguh Kairo adalah Kota yang penuh kenangan cinta antara Samirah
dan Sami. Kota Kairo juga merupakan kota menyimpan banyak keindahan.
Adapun beberapa latar tempat dalam “Asywa>k” karya Qutb dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kantor Pengadilan
Kantor pengadilan merupakan tempat Sami bekerja. Berikut kutipan
yang menunjukkan setting tempat di kantor pengadilan tempat Sami
bekerja:
81
رأي وال هدف وكان يبدو على مظهره السكون واالستسالم واالنقياد ، مل يكن له
صحا فذهب إىل مرافق املياه ، ولبس مالبسه يف صمت ، وانطلق إىل . وال اجتاه
...!الطريق فركب القطار ، وجلس مقعد ، ووصل إىل الديوان
(Qutb, 1947:6) .
Wa ka>na yabdu> ‘ala> mazhzhaharihis-suku>ni wal-istisla>mi wal-inqiya>di, lam yakun lahu ra'yun wala> hadafun wala< ittija>hun. Shacha> fadzahaba ila> mura>fiqil-miyahi, wa labisa mala>bisahu fi> shumtin, wa inthalaqa ila>th-thari>qi farakibal-qithara, wa jalasa fi> julisa maq‘adihi, wa washala ila>d-di>wa>ni!... ‘Semuanya bergerak begitu saja, tanpa ada dorongan apapun, pun tidak ada yang mencegah. Sehabis bangun tidur Sami menuju ke kamar mandi, dan mengenakan pakaiannya dalam keheningan, dan berlari mengejar kereta, dan duduk kursi, dan tiba di kantor pengadilan...’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami bergerak tanpa ada dorongan
apapun dari bangun tidur, mandi, berganti baju, naik kereta, duduk di kursi
kereta, dan berada di kantor pengadilan. Sami pergi ke kantor pengadilan
karena tempat tersebut merupakan tempat Sami bekerja. Dengan demikian,
peristiwa terjadi di kantor pengadilan, tempat Sami bekerja.
b. Kedai Makanan dan Minuman
Latar tempat dalam novel ini juga berada di kedai makanan dan
minuman. Kedai tersebut berada di pinggiran kota dan saling
berdekatan, sehingga untuk menjangkaunya bisa dengan berjalan kaki
tanpa menggunakan kereta atau transportasi lainnya:
ويف مطعم يعتاده حني يتخلف يف القاهرة ، تناول غداءه بنهم ، و إن مل يشعر مبا
وجلس يرتقب امليعاد . مث انتقل إىل مشرب هاديء يسرتيح إىل هدوئه . يذوق
(Qutb, 1947:9).
82
Wa fi> math‘amin ya‘ta>duhu chi>na yakhtalifu fi>l-Qa>hirati, tana>wala ghada>'ahu binahamin, wa in lam yasy‘ur bima> yadzu>qu. Tsumma intaqala ila> masyrabin hadi>' yastari>chu ila> hudu>'ihi. Wa jalisa yartaqibu al-mi>‘a>d. ‘Di kedai, Sami membiasakan ketika berbeda di Kairo, dia makan siang dengan lahap, dia belum pernah mencicipi masakan yang seperti itu. Kemudian Sami berpindah ke kedai minuman yang sunyi dan membelinya untuk menunggu. Dan duduk menanti sampai pada waktu pertemuan dengan Samirah’
Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa dalam cerita terjadi di kedai
makanan dan minuman. Sami menghabiskan waktu di kedai makanan
lalu ke kedai minuman untuk menanti waktu pertemuannya dengan
Samirah. Sami mencicipi makanan yang sebelumnya belum pernah dia
makan kemudian membeli minuman di sebuah kedai minuman yang
cukup sepi.
c. Ruang Tamu
Beberapa kali Sami mengunjungi Samirah ke rumahnya. Saat Sami
berada di ruang tamu Samirah, dia tak sengaja mendengarkan alunan
nyanyian dan piano yang dimainkan oleh Samirah:
إ�ا تعزف ، إنه . حظة تصل إىل مسعه من حجرة اجللوس نغمة البيانو لال ويف هذه
(Qutb, 1947:24). حلنه احملبوب ، حلنه املسحور
Wa fi> hadzihi al-lachzhati tashilu ila> sam‘ihi min chujratil-julu>si naghmatal-biya>nu>. Innaha> ta‘zifu, innahu lachnahul-machbu>bu, lachnahul-maschu>ru. ‘Dan ketika itu sampai pada Sami suara piano dari ruang tamu. Sesungguhnya Samirah yang memainkannya, itu adalah lagu kesukaan Sami, lagu yang mensihir’
Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa terjadi di rumah Samirah
yakni tepatnya di ruang tamu yang dilengkapi dengan piano. Samirah
83
memainkan piano dengan sangat lihai sambil menyanyikan sebuah lagu
yang merupakan lagu kesukaan Sami. Samirah adalah gadis yang
berbakat dalam hal bermusik dan menyanyi. Selain itu Samirah juga
memiliki selera yang bagus, karena permainannya mampu membuat
Sami terkesima. Peristiwa tersebut dapat juga berarti bahwa Sami
mengunjungi rumah Samirah tidak sesekali namun sudah terbilang
sering, sebab Samirah telah hafal lagu apa yang menjadi kesukaan Sami.
d. Stasiun
Beberapa peristiwa terjadi dalam stasiun kereta. Karena kereta
adalah salah satu transportasi umum yang pada saat itu digunakan untuk
menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain yang masih dalam satu
kota:
أ� يف انتظارك على حمطة الرتام.. ال داعي للدخول .. ال : قال
(Qutb, 1947:13) .
Qa>la: La>.. La> da>‘iya liddukhu>li.. Ana> fi> intizha>rika ‘ala> machathatit-tara>mi. ‘Sami menjawab, “Tidak.. Aku tidak perlu masuk.. Aku akan menunggumu di stasiun kereta’
Kutipan di atas adalah potongan percakapan Sami dengan Dliya
Afandi yang ketika Sami menemui Dliya untuk menyelesaikan
permasalahan hubungannya dengan Samirah, sebab dalam diri Samirah
masih terdapat bayang-bayang Dliya Afandi. Dliya Afandi menawarkan
pada Sami agar masuk dalam rumahnya sambil menunggunya berganti
pakaian. Akan tetapi Sami menolak tawaran Dliya dan memilih
84
menunggu di stasiun kereta. Artinya latar cerita terdapat di dalam
sebuah stasiun kereta di kota Kairo.
e. Gedung Bioskop
Saat-saat manis Samirah bersama Sami adalah mereka menonton
film di bioskop. Berikut kutipan yang menunjukkan latar cerita di
gedung bioskop:
، نفسه �ا تفيض دةبسعا حيس هوو ، ينور متجا جلساو ، لسينيماا دار خالود
.(Qutb, 1947:21) كله نلكوا نقيعا لو دفيو
Wa dakhala> da>ras-si>ni>ma>, wa jalasa> mutaja>wiraini, wa huwa yuchissu bi sa‘a>datin tafi>dhu biha> nafsuhu, fa yawaddu lau yu‘a>niqul-kauna kullahu. ‘Sami dan Samirah masuk pada gedung film, dan duduk bersebelahan. Sami merasa gembira merenungkan bahwa Samirah bersama dirinya, dan rasanya ingin memeluk seluruh dunia’
Berdasarkan kutipan di atas, Sami dan Samirah masuk di gedung
film dan duduk bersebelahan. Perasaan Sami waktu itu adalah sangat
bahagia sebab dapat berada di dekat Samirah. Artinya Samirah dengan
Sami berkencan di bioskop untuk menonton film. Peristiwa dalam cerita
terjadi di sebuah gedung bioskop yang biasanya digunakan para anak
muda berkencan, jalan-jalan ataupun sekedar bersantai menikmati film
terbaru yang sedang trend.
E. Tema (al-fikrah)
Al-fikrah merupakan isu atau gagasan yang dihadirkan di dalam cerita.
Gagasan atau tema menjadi pelengkap dari peristiwa dan penokohan. Kita
tidak menemukan tema hanya dengan satu atau beberapa frase, tetapi kita
85
dapat memahaminya dengan jalan membaca cerita secara keseluruhan (Badr,
1411: 177).
Tema dalam novel ini adalah berupa gagasan implisit, yang diungkapkan
melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita. Cerita dalam novel
“Asywa>k” (1947) karya Qutb adalah tentang pergaulan bebas di dalam
masyarakat Mesir khususnya kota Kairo. Dalam novel tersebut terdapat
perbandingan perilaku atau pergaulan yang berbeda antara Samirah dengan Sami.
Samirah gadis kota yang terjerumus dalam pergaulan bebas sulit mendapatkan
kehidupan yang normal setelah kehilangan harga dirinya. Kemudian melalui
tokoh Sami adalah sebagai perbandingan dari tokoh Samirah, yaitu dia tetap
mempertahankan idealitasnya ditengah keadaan zaman yang mulai terjadi
kemerosotan moral dan akhlak.
Tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar atau
gagasan dasar karya sastra (Nurgiantoro, 1995:82). Novel “Asywa>k” karya Qutb
memiliki tema mayor pentingnya menjaga pergaulan untuk dapat membangun
sebuah rumah tangga. Karena apabila seseorang telah terjerumus ke dalam
pergaulan bebas akan menimbulkan banyak permasalah, baik untuk dirinya
sendiri dan keluarganya, serta menjadi dikucilkan dalam sebuah masyarakat.
Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa Samirah merasa tersiksa menjalani
hari-harinya:
ح لجرافي ة حس بنكأأ لكنهو . جديد فيها يكنلم را ، ومكر ول ألا فهااعترا هيلرسالة اكانت
يكونن بأة فتاف أي جل تشر، ر نبيليء و برنك إ: (( نفسهح لجراشد من أبما كانت ، ر
أن فيجب ، قيميت فيوع نت مخد، وأ)) ملوثة (( ة ير نا بنت شرأ. نا ألكنني ، و حليا�اتاجًا
.(Qutb, 1947:28) ))لخ ا... وع نك مخدألى إ نبهكأ
86
Ka>nat ar-risa>latu hiya i‘tara>fuha>l-awwalu mukarraran, wa lam yakun fi>ha> jadi>dun. Wa lakinnahu achassa binaka'atin fi>l-jurchi, rubbama> ka>nat asyadda minal-jurchi nafsihi: ((innaka bari>'un wa nabi>lun, rajulun tasyarrafa ayyu fata>tin bi'an yaku>na ta>jan lichaya>tiha>, wa lakinnani> ana>. Ana> bintu syari>ratin ((mulawwatsatin>)), wa anta makhdu>‘un fi> qi>mati>, fa yajibu an unabbihaka ila> annaka makhdu>‘un… al-akhu)) (Qutb, 1947:28). ‘Surat itu hanyalah pengakuan Samirah yang berulang, tidak ada sesuatu yang baru. Akan tetapi Sami merasakan sayatan luka, mungkin lebih parah dari luka itu sendiri: ((sesungguhnya kamu tidak bersalah dan mulia, kamu lelaki yang dihormati setiap gadis untuk menjadi mahkota hidupnya. Tetapi aku, aku perempuan ((kotor)). Kamu salah menilaiku. Maka wajib bagiku untuk memperingatkanmu bahwa kamu tertipu… dan seterusnya))’ (Qutb, 1947:28). Samirah tidak mampu lagi menjelaskan pada Sami atas kejadian yang
menimpanya. Dia menulis surat untuk Sami yang berisi pengakuan yang ditulis
ulang. Artinya surat tersebut ditulis Samirah untuk meyakinkan Sami kembali.
Hal itu menyebabkan menjadi ragu sebab terhadap Samirah sebab mengetahui
bahwa Samirah telah berhubungan dengan pemuda lain sebelum menikah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Samirah tersiksa dalam hari-harinya setelah dirinya
terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Akibat buruk lainnya yang menimpa
apabila seseorang terjerumus dalam pergaulan bebas adalah dikucilkan dari
masyarakat:
في كل مسعتهاة ، ويشوهون كثري ت شاعاإ عنهان يشيعو �مإ. عليهالحنق و ايدشد مجيعا هليإن أ…
! كلهلحي افعال في مسعتهاءت قد سا، و كهاسلوء لسو كتهانك ترإ: نت أعنك ن لويقون ، و مكا
يدلى حي جدإ كوهفتر
(Qutb, 1947:64).
… Inna ahli> jami>‘an syadi>du>l-chunqi ‘alaiha>. Innahum yusyi>‘u>na ‘anha> isya>’a>tin katsi>ratan, wa yasyu>hu>na sum‘ataha> fi> kulli maka>nin, wa yaqu>lu>na ‘anka anta: innaka taraktaha> lisu>'i sulu>kiha>, wa qad sa>'at sum‘atuha> fi’lan fi> al-chayyi kullihi! Fa taraku>hu ila> chayyin jadi>din (Qutb, 1947:64).
87
‘…Semua keluargaku sangat marah padanya. Mereka menyebarkan desas-desus dan menjelek-jelekkan nama baik Samirah di setiap tempat. Mengenai Kau Sami, mereka mengatakan kau meninggalkan Samirah karena perilakunya yang buruk. Nama baiknya benar-benar telah buruk di seluruh kampung. Hingga karena tak tahan mendengar hinaan seluruh warga kampung, kelurga Samirah pindah ke kampung baru’ (Qutb, 1947:64).
Samirah dan keluarganya pindah dari satu kampung ke kampung lain
secara terus menerus. Mereka pindah-pindah rumah karena tidak tahan dengan
cibiran dan kucilan para tetangga yang telah menganggap Samirah terjerumus
dalam pergaulan bebas. Artinya sebab pergaulan bebas itu, membuat Samirah dan
keluarganya dikucilkan dalam masyarakat.
Selain tema mayor, novel “Asywa>k” karya Qutb memiliki tema minor.
Tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dalam cerita
(Nurgiantoro, 1995:83). Tema minor novel “Asywa>k” karya Qutb adalah
fenomena perjodohan dalam masyarakat Arab. Perjodohan dalam Mesir
tergambarkan dalam percintaan Samirah dan Sami yang banyak hambatan dan
tantangan, mulai dari orangtua sampai adat istiadat. Tradisi orang Mesir adalah
tidak mengizinkan anak perempuan menikah dengan lelaki pilihannya sendiri,
melainkan menikah dengan lelaki pilihan orangtuanya (Barakat, 2012:143).
Sehingga kisah cinta Samirah dipenuhi dengan banyak peristiwa yang tidak
terduga serta keromantisan tersendiri dalam merajut kasih, bahkan air mata turut
menyertai perjalanan kisah cinta Samirah. Kekasih masa lalu Samirah yang
bernama Dliya Afandi dijodohkan dengan perempuan anak saudagar kaya,
sehingga dia tidak menikah dengan Samirah. berikut kutipan yang menunjukkan
perjodohan masyarakat Mesir dalam karya “Asywa>k” :
88
جة �ردة فيها شيء بل راح يقول يف هل –كما كان ينتظر –ولكن الشاب مل يتحمس هلذا العرض
لقد قابلوين مقابلة سيئة جدًا حينما ذهبت ..ألهلها ولكن ماذا نصنع :مط األلفاظ من الطراوة و
إن .. �لقتل إذا أ� أخذ�ا يمث إن أهلي كذلك ميانعون يف زواجي منها إىل حد �ديد.. أخطبها
ولذا مل أرد أن .. وهم يعرفون امسك وصلتك بسمرية .. بنت صادق �شا .. أمي تريد يل بنتا غنية
.(Qutb, 1947:14)! أستقبلك يف املنزل
Wa lakin asy-sya>bba lam yatachammas lihadza>l-‘ardhi -kama> ka>na yantazhiru- bal ra>cha yaqu>lu fi> lahjatin ba>ridatin fi>ha> syai'un minath-thara>wati wa maththil-alfa>zhi: wa lakin ma>dza nashna‘u li'ahliha>.. Laqad qa>balu>ni> muqa>balatan sayyi'atan jiddan chi>nama> dzahabtu akhthubuha>.. tsumma in ahli> kadzalika> yuma>ni‘u>na fi> zawa>ji> minha> ila > chaddi tahdi>di> bil-qatli idza> ana> akhadzatuha>.. Inna ummi> turi>du li> bintan ghaniyyatan.. Bintu Shadiqi Ba>sya>.. Wa hum ya'rifu>na amsaka washlatika bi-Sami>rah.. Wa lidza> lam urid an astaqbilaka fi>l-manzili!. ‘Akan tetapi pemuda itu (Dliya Afandi) tidak bergairah untuk mempertimbangkan hal ini-seperti sedang menunggu- tetapi pergi mengatakan dengan nada yang dingin dari sesuatu yang lembut dan artikulasi yang diseret: “Dan tetapi apa yang akan kita lakukan pada keluarga Samirah.. Setelah aku menanggung pertemuan yang sangat menyakitkan saat aku pergi meminangnya.. Kemudian keluargaku juga menentang Samirah menjadi istriku dengan membuat batasan ancaman akan membunuhku jika aku mengambil Samirah.. Ibuku menginginkanku menikah dengan perempuan kaya.. Anak perempuan Sadiq Pasha.. Keluargaku juga mengetahui hubunganmu dengan Samirah.. Maka dari itu aku tidak mau bicara denganmu di rumah’ Berdasarkan kutipan di atas, kekasih Samirah bernama Dliya Afandi yang
dicintainya tidak berani mengambil sebuah keputusan tegas untuk
mempertahankan hubungannya. Hal tersebut sebab orangtuanya dan orang tua
Samirah tidak merestui hubungan mereka. Dliya Afandi bahkan oleh keluarganya
akan dijodohkan dengan seorang perempuan dari saudagar kaya raya. Fenomena
perjodohan merupakan hal yang biasa terjadi di masyarakat Mesir. Sebab, orang
tua memiliki peran yang besar dalam memilihkan calon pasangan anaknya
(Barakat, 2012:143).