bab ii agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfpenelitian ini menggunakan...

25
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency theory) sebagai supporting theory atau teori pendukung. Penjelasan teori-teori tersebut dan bagaimana perannya akan diuraikan pada bab ini. 2.1 Teori Keagenan Teori Keagenan merupakan landasan teori dalam penelitian ini yang menjelaskan tentang konsep corporate government. Teori keagenan berkaitan dalam menyelesaikan permasalahan atas pendelegasian kewenangan pengambilan keputusan yang terjadi dalam hubungan keagenan antara prinsipal dan agen. Hubungan prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agen memiliki lebih banyak informasi dibandingkan prinsipal. Individu-individu cenderung memaksimalkan kepentingan pribadi dan dengan informasi yang dimiliki agen akan berprilaku menyembunyikan beberapa informasi dari prinsipal. Eisenhardt (1989) menyatakan 3 (tiga) sifat dasar asumsi manusia: (1) manusia pada dasarnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya terbatas pada persepsi masa mendatang (Buonded ratio), (3) manusia selalu menghindari resiko. Berdasarkan tiga asumsi sifat dasar manusia taersebut maka selalu dipertanyakan realibilitas informasi yang disampaikan oleh individu yang satu pada individu lainnya.

Upload: hadiep

Post on 21-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand

theory dan teori kontingensi (contingency theory) sebagai supporting theory atau

teori pendukung. Penjelasan teori-teori tersebut dan bagaimana perannya akan

diuraikan pada bab ini.

2.1 Teori Keagenan

Teori Keagenan merupakan landasan teori dalam penelitian ini yang

menjelaskan tentang konsep corporate government. Teori keagenan berkaitan

dalam menyelesaikan permasalahan atas pendelegasian kewenangan

pengambilan keputusan yang terjadi dalam hubungan keagenan antara prinsipal

dan agen. Hubungan prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi

ketidakseimbangan informasi karena agen memiliki lebih banyak informasi

dibandingkan prinsipal. Individu-individu cenderung memaksimalkan

kepentingan pribadi dan dengan informasi yang dimiliki agen akan berprilaku

menyembunyikan beberapa informasi dari prinsipal.

Eisenhardt (1989) menyatakan 3 (tiga) sifat dasar asumsi manusia: (1)

manusia pada dasarnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia

memiliki daya terbatas pada persepsi masa mendatang (Buonded ratio), (3)

manusia selalu menghindari resiko. Berdasarkan tiga asumsi sifat dasar manusia

taersebut maka selalu dipertanyakan realibilitas informasi yang disampaikan oleh

individu yang satu pada individu lainnya.

Page 2: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

18

Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan menganalisis susunan

kontraktual diantara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Pihak

prinsipal adalah pihak yang mengambil keputusan dan memberikan mandat

kepada pihak agen dalam melaksanakan kegiatan atas nama agen. Salah satu

pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit,

dengan pihak lain (agen) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan

pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi

pendelegasian wewenang). Lupia dan McCubbins (2000) menyatakan

pendelegasian terjadi ketika seseorang atau satu kelompok orang (prinsipal)

memilih orang atau kelompok lain (agen) untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan prinsipal.

Hubungan prinsipal-agen terjadi apabila tindakan yang dilakukan

seseorang memiliki dampak pada orang lain (Stiglitz, et al 1987 dalam Halim dan

Abdullah, 2009). Ketergantungan ini diwujudkan dalam kesepakatan-

kesepakatan dalam struktur institusional pada berbagai tingkatan, seperti norma

perilaku dan konsep kontrak. Bergman dan Lane (1990) dalam Halim dan

Abdullah (2009) menyatakan bahwa rerangka hubungan prinsipal agen

merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-

komitmen kebijakan publik.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik meliputi

hubungan keagenan antara Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai prinsipal yang

memberikan mandat kepada Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian sebagai agensi

dalam membantu memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan perumusan

Page 3: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

19

kebijakan teknis dan pelaksanaaan urusan pemerintahan yang meliputi sumber-

sumber pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Kepala seksi/ kepala sub

bagian membantu Kepala Dinas/Kantor/Badan dalam penyiapan RKA-SKPD

dalam proses penganggaran.

Perangkat daerah (Dinas/Kantor/Badan) bertanggung jawab dalam

pelayanan masyarakat (Kencana, 2010). Kencana (2010) mengutip pernyataan

Mardiasmo (2001) bahwa slack yang diciptakan oleh perangkat daerah

cenderung adalah slack yang positif, karena menjaga hubungannya dengan

kepala daerah dan mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di

pemerintahan.

2.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) No.59

Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan

APBD adalah sebagai berikut.

1) Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas

pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan anggaran

yang baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah

maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Page 4: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

20

2) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA. KUA

memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah

yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja daerah, sumber dan

penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari.

Rancangan KUA disampaikan kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan

Juni sebelum tahun anggaran dan disepakati bersama oleh Pemda dan DPRD

menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli.

3) Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA)

Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun

PPA. PPA disepakati paling lambat bulan Juli sebelum tahun anggaran. KUA dan

PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan kedalam nota kesepakatan yang

ditandatangani bersama oleh pihak kepala daerah dan pimpinan DPRD.

Berdasarkan nota kesepakatan tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat

edaran tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkatdaerah (RKA-SKPD). Surat edaran tersebut diterbitkan paling lambat

awal bulan Agustus sebelum tahun anggaran dimulai.

4) Penyusunan Rencana Kerjadan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

Berdasarkan surat edaran yang diterbitkan oleh pemerintah daerah,

masing-masing SKPD, kemudian menyusun RKA SKPD bersama SKPD.

Surat edaran tersebut memuat memuatarah dan kebijakan umumAPBD, strategi

dan prioritas APBD, standar biaya, standar pelayanan minimal, dan formulir

Page 5: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

21

RKA-SKPD. Formulir RKA-SKPD merupakan dokumen yang memuat

rancangan anggaran unit kerja yang disampaikan oleh setiap unit kerja. RKA-

SKPD memuat pernyataan mengenai:

a) Visi dan misi unit kerja.

b) Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) unit kerja.

c) Rencana program dan kegiatan unit kerja beserta tolak ukur dan target

kinerjanya.

RKA-SKPD kemudian disampaikan kepada tim anggaran pemerintah daerah

untuk dievaluasi. Tim anggaran pemerintah daerah mengevaluasi dan

menganalisis:

a) Kesesuaian antara rancangan anggaran unit kerja dengan program dan

kegiatan berdasarkan yang direncanakan unit kerja.

b) Kesesuaian program dan kegiatan berdasarkan tugas pokok dan fungsi

unit kerja.

c) Kewajaran antara anggaran dengan target kinerja berdasarkan Standar

Analisa Biaya (SAB) yang telah diperhitungkan.

5) Penyusunan RAPBD

Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah dievaluasi

oleh tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum menjadi Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Page 6: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

22

6) Penetapan APBD

Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (RAPBD) kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama

bulan Oktober sebelum tahun anggaran untuk dibahas. RABPD ditetapkan

menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan bersama dari pemerintah daerah

dan DPRD paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran dimulai.

2.3 Pendekatan Teori Kontinjensi

Pendekatan universalistik menyatakan bahwa desain pengendalian yang

optimal dapat diterapkan pada semua setting organisasi dan perusahaan. Teori-

teori kontijensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin dibutuhkan

dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan.

Ketidak konsistenan penelitian terdahulu kemungkinan dipengaruhi oleh

faktor kontingensi sebagai moderasi. Sesuai Govindarajan dan Hopwod dalam

(Shields, dkk 2000) bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai hasil

penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontigensi dimana

pendekatan kontigensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain

yang dapat bertindak sebagai variabel moderating yang mempengaruhi

hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran.

Penelitian ini akan menggunakan faktor kontingensi untuk mengevaluasi

keefektifan antara partisipasi terhadap budgetary slack. Faktor kontigensi yang

dipilih dalam penelitian ini adalah etika, budaya organisasi, opportunistic

behavior dan ketidakpastian lingkungan. Faktor tersebut akan berperan sebagai

Page 7: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

23

moderasi dalam hubungan antara partisipasi penganggaran terhadap budgetary

slack.

2.4 Partisipasi penganggaran

Partisipasi penganggaran adalah suatu proses dimana atasan memilih

kontrak kompenasasi dimana bawahan diijinkan memilih nilai spesifik setiap

parameter dalam kontrak yang tertuang (Young,1985;830).

Anggaran adalah suatu pernyataan formal organisasi tentang rencana-

rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode

tertentu, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan

selama periode tersebut (Hanson, 1966). Dari pengertian ini, anggaran yang telah

disusun memiliki peranan:

1) Anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut

berisi tentang ringkasan rencana-rencana keuangan organisasi di masa

yang akan datang.

2) Anggaran mengukur kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem

pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.

Partisipasi penganggaran merupakan anggaran yang dibuat oleh lebih dari

seorang individu, yang menegaskan bahwa anggaran disusun dengan melibatkan

banyak pihak yang berkompeten didalamnya. Partisipasi sendiri oleh Siegel

dalam Rahayu (1997) didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan

bersama oleh dua belah pihak atau lebih yang mempunyai dampak dimasa yang

akan datang bagi pembuat keputusan tersebut. Milani dalam Rahayu (1997)

Page 8: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

24

mendefinisikan partisipasi penganggaran sebagai tingkat pengaruh dan

keterlibatan yang dirasakan individu dalam proses perancangan anggaran.

Menurut Nouri dan Parker (1996), dalam Darlis (2002), menyatakan individu

berkomitmen tinggi akan menghindari budgetary slack. Bawahan berkomitmen

tinggi akan menggunakan informasinya agar anggaran menjadi lebih akurat.

Sebaliknya individu berkomitmen rendah cenderung tidak memberikan informasi

yang mereka miliki kepada atasan karena bawahan tidak bersungguh-sungguh

memenuhi tujuan organisasi.

Adapun karakteristik penganggaran partisipatif menurut Milani (1975):

1) Sejauh mana angggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para atasan

2) Alasan atasan dalam merevisi anggaran

3) Keinginan memberikan pendapat kepada atasan tanpa diminta

4) Sejauh mana atasan memiliki pengaruh dalam anggaran akhir

5) Pentingnya kontribusi bawahan dalam proses pengganggaran

6) Seringnya atasan meminta pendapat saat anggaran disusun

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

penganggaran adalah menekankan pada setiap atasan sebagai pusat

pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran dimana atasan harus

memperhatikan keterlibatan bawahan secara maksimal untuk tujuan organisasi.

Dengan adanya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran maka akan

terjadi pertukaran informasi yang baik antara atasan dengan bawahan untuk

mencapai tujuan organisasi.

Page 9: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

25

2.5 Pengertian Budgetary slack

Budgetary slack telah banyak dipelajari dengan perspektif yang berbeda

dalam akuntansi manajemen dan akuntansi perilaku. Definisi yang dibuat pada

sektor swasta oleh Young (1985:831) dalam Miyati (2014) budgetary slack

sebagai suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif dengan

mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi

kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Menurut Lubis (2011:241) mendefinisikan budgetary slack sebagai selisih

antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan secara efisien dan jumlah

sumberdaya yang lebih besar untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut. Selain

itu, definisi yang dibuat pada sektor publik oleh Yuhertiana (2005) budgetary

slack adalah proses yang terjadi saat perencanaan anggaran, dimana ketika

individu dilibatkan dalam pembuatan anggaran akan cenderung meng-

overestimate-kan cost atau meng-underestimate-kan revenue. Dalam proses

penganggaran, budgetary slack adalah ketidaksesuaian antara penggunaan dana

yang lebih besar dari anggaran yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan

tingginya budgetary slack akan mengakibatkan dua kemungkinan yaitu

penambahan dana diluar rencana anggaran semula atau tetap sesuai dengan

rencana anggaran dana yang ditetapkan tetapi menurunkan kinerja pelaksana

anggaran. Dalam penganganggaran partisispatif keterlibatan bawahan sangat

dibutuhkan berdasarkan Agency Theory bawahan akan membuat target anggaran

yang lebih mudah dicapai, dengan cara membuat target anggaran yang rendah

pada sisi pendapatan dan mengajukan biaya yang lebih tinggi (Maskun,2008).

Page 10: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

26

2.6 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)

Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU No.32/2004

tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan Pemerintah

No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang

berperan penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan

UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah

(Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan

Daerah (BPKD), Kepala Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan berbagai praktek

penyimpangan pengelolaan keuangan negara. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah pusat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan

sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) adalah proses penyusunan APBD diorganisasi

sektor publik untuk tata kelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang

efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem

anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan

sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses pembangunan ini

melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan

pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima

manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan

anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang

Page 11: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

27

jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun kewajaran dana

yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun dkk, 2007).

2.7 Prinsip Penyusunan APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan

Permendagri No.37/2012 adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah

yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran daerah meliputi masa satu

tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:pendapatan daerah,

belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Prinsip penyusunan APBD berdasarkan

pada Permendagri No.37/2012 adalah:

1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah

daerah;

2) APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal;

3) Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yaitu memudahkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan aksesi nformasi yang seluas-

luasnya tentang APBD;

4) Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;

5) APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan;

6) Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Page 12: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

28

2.8 Etika

Menurut Stoner, et al (1995) etika didefinisikan sebagai studi bagaimana

keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi orang lain. Selain itu, etika juga

didefinisikan sebagai studi mengenai hak dan kewajiban manusia, penalaran

moral yang diterapkan orang dalam membuat keputusan,dan sifat alami

hubungan antar manusia.

Menurut Widodo (2001), etika sektor publik didefinisikan sebagai pedoman,

referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparatur pemerintah

dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik, dan dapat digunakan sebagai

standar penilaian apakah perilaku aparatur pemerintah dalam menjalankan

kebijakan-kebijakan publik dapat dikatakan baik atau buruk.

Menurut Kartasasmita (1997) dalam Widodo (2001), pendekatan etika

dalam sektor publik dibedakan menjadi dua macam pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan Teleologi

Pendekatan teleologi merupakan pendekatan etika sektor publik yang

berasumsi bahwa apa yang baik dan buruk atau apa yang seharusnya

dilakukan oleh aparat pemerintah adalah “nilai kemanfaatan” yag akan

diperoleh. Pendekatan teleologi dibedakan menjadi dua macam pendekatan :

pendekatan ethicalegoisme dan utilitarianisme. Pendekatan ethicalegoisme

berupaya mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. Pendekatan

utilitarianisme berupaya mengembangkan kebaikan bagi kepentingan

umum.

Page 13: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

29

2) Pendekatan Deontologi

Pendekatan deontologi merupakan pendekatan etika sektor publik yang

mengutamakan penegakan moral, karena kebenaran yang ada dalam dirinya,

dan tidak terkait dengan akibat atau konsekunsi dari keputusan tindakan yang

dilakukan

Menurut Widodo (2001) nilai etika sektor publik yang dapat digunakan

sebagai acuan, referensi, penuntun bagi aparatur pemerintah dalam menjalankan

tugas dan kewenangannya antara lain :

1) Nilai Efisiensi

Nilai efisiensi lebih mengarah pada penggunaan sumber dana dan daya yang

dimiliki secara tepat, tidak boros,dan dapat dipertanggungjawabkan.

2) Nilai Membedakan Milik Pribadi dengan Milik Kantor

Nilai yang mengarahkan aparatur pemerintah dalam membedakan mana milik

kantor dan mana mlik pribadi.

3) Nilai Impersonal

Nilai impersonal lebih menonjolkan unsur“rasio” daripada unsur “perasaan”

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan

yang ada dalam organisasi.

4) Nilai Merytal System

Nilai Merytal System berkaitan dengan sistem penarikan atau promosi

pegawai yang tidak didasarkan pada hubungan kekerabatan, patrimonial

(anak, keponakan, famili, alumni, daerah, golongan, dan lain-lain), akan

tetapi didasarkan pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),

Page 14: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

30

kemampuan (capable), dan pengalaman (experience) yang dimiliki oleh

orang yang bersangkutan.

5) Nilai responsibel (responsible)

Nilai responsibel menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan

administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

6) Nilai akuntabilitas (accountability)

Nilai akuntabilitas menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan

pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang

berkembang dalam masyarakat.

7) Nilai Responsivitas

Nilai responsivitas berkaitan dengan daya tanggap yang tinggi terhadap apa

yang menjadi permasalahan, kebutuhan,keluhan,dan aspirasi publik.

2.9 Budaya Organisasi

Budaya organisasi (organizational culture) mengacu pada sebuah sistem

makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi

tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini, ketika dicermati

secara lebih seksama, adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung

tinggi oleh organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik

utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat budaya sebuah organisasi.

1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong

untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.

Page 15: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

31

2) Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan

presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.

3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang

pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.

4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen

mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam

organisasi.

5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim

ketimbang pada individu-individu.

6) Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang

santai.

7) Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan

dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

Masing-masing karakteristik ini berada di suatu kontinum mulai dari

rendah sampai tinggi. Karenanya, menilai organisasi berdasarkan ketujuh

karakteristik ini akan menghasilkan suatu gambaran utuh mengenai budaya

sebuah organisasi berdasarkan pengamatan orang lain dan pengamatannya

sendiri. Schein (1985) mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang

sama yang berkaitan dengan budaya antara lain:

1) Keteraturan perilaku yang diamati (observed behavioral regularities) ketika

orang-orang berinteraksi, misalnya bahasa yang digunakan dan upacara yang

dilakukan sehubungan dengan rasa hormat dan cara bertindak/ bersikap.

Page 16: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

32

2) Norma yang berkembang dalam kelompok kerja.

3) Nilai dominan yang didukung oleh sebuah organisasi, seperti mutu produk

dan sebagainya.

4) Falsafah yang menjadi landasan kebijaksanaan organisasi yang berkaitan

dengan karyawan dan atau pelanggan.

5) Peraturan pergaulan dalam organisasi, cara-cara/seluk-beluk untuk diterima

sebagai warga organisasi.

6) Rasa atau iklim yang disampaikan dalam sebuah organisasi oleh tata letak

fisik dan cara interaksi para warga organisasi dengan para pelanggan atau

orang luar yang lain.

2.10 Opportunistic Behaviour

Pengertian perilaku oportunistik adalah tentang pribadi, sifat atau dinamika

kelompok dalam menghadapi suatu kondisi dimana dalam posisi tertentu merasa

mempunyai kesempatan atau peluang lebih untuk melakukan sesuatu sesuai

keinginan. Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai

keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun (Havid,

2014;Megasari 2015). Faktor yang mempengaruhi perilaku oportunistik adalah

kekuatan (power) dan kemampuan. Perilaku oportunistik mengarah pada

terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan moral hazard

(penyalahgunaan wewenang). Moral hazard adalah permasalahan yang muncul

karena agen tidak melaksanakan kesepakatan bersama yang tertuang dalam

kontrak kerja. Adverse selection adalah kondisi dimana prinsipal tidak

Page 17: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

33

mengetahui keputusan yang diambil oleh agen dalah keputusan yang diambil

sesuai dengan informasi yang diterima oleh prinsipal atau terjadi kelalaian dalam

bertugas (Sandrya,2013).

Teori prinsipal-agen menjelaskan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam

proses penganggaran memiliki kecenderungan untuk memaksimalkan utilitasnya

melalui pengalokasian sumberdaya dalam anggaran yang ditetapkan (Magner &

Johnson, 1995). Didalam partisipasi penganggaran keterlibatan bawahan sangat

dibutuhkan berdasarkan Agency Theory. Bawahan ketika diberikan kewenangan

dalam penyusunan anggaran cenderung akan melebihkan target anggaran biaya

dan merendahkan target anggaran pendapatan agar lebih mudah dicapai

(Yuhertiana, 2005). Pemanfaatan kesempatan dalam penyusunan anggaran akan

menimbulkan kemungkinan adanya penambahan dana diluar rencana anggaran

awal atau tetap sesuai rencana anggaran awal namun terjadi penurunan kinerja

pelaksana anggaran ( Miyati, 2014).

2.11 Ketidakpastian lingkungan

Ketidakpastian lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang yang tidak

pasti yang membuat individu melakukan budgetary slack. Hal ini disebabkan

karena adanya keterbatasan informasi yang didapatkan untuk memprediksi masa

depan. Lingkungan organisasi bergerak sangat cepat dan dinamis (Darlis,2000).

Ketidakpastian lingkungan adalah situasi seseorang yang terkendala untuk

memprediksi situasi di sekitar sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu

untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan tersebut (Luthans,1998). Pada

Page 18: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

34

kondisi ketidakpastian tinggi, maka individu sulit memprediksi kegagalan dan

keberhasilan dari keputusan yang dibuatnya (Fisher,1996).

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh

partisipasi anggaran terhadap budgetary slack menyatakan hasil yang tidak

konsisten, antara lain Ahmad, et al (2003), Yuen (2004), Stede (2001), Elmassri

(2011), Parra, et al (2005), Steven (2002), Miyati (2014), Falikhatun (2007),

Suhendro (2006), Little, et al (2002), Grediani (2010), Latifah (2010), bahwa

partisipasi anggaran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack.

Berbeda dengan temuan tersebut, penelitian Hardiwinoto (2010), Baiman (1982),

Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Dunk (1993), Ardanari

(2014), Supanto (2010), menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang tinggi

dapat menurunkan terjadinya budgetary slack.

Maskun (2008) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

partisipasi pengangggaran terhadap budgetary slack dengan faktor etika, budaya

birokrasi, tekanan sosial dan kapasitas individu sebagai mediasi. Penelitian

dilakukan pada Badan Koordinator Wilayah II Jawa Timur. Penelitian ini adalah

penenlitian explanatory dan hasil penelitian menunjukan etika berpengaruh

positif dan signifikan terhadap budgetary slack diantara budget eksekutif, budaya

birokrasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack diantara

budget eksekutif. Tekanan sosial berpengaruh positif dan signifikan pada

budgetary slack diantara budget eksekutif, kapasitas individu tidak berpengaruh

Page 19: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

35

pada budgetary slack diantara budget eksekutif. Miyati (2014) melakukan

penelitian untuk memberi bukti empiris pengaruh pastisipasi penganggaran pada

budgetary slack dengan pertimbangan etika sebagai pemoderasi. Penelitian ini

adalah penelitian deskriftif dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner.

Penelitian dilakukan pada SKPD kabupaten Kulon Progo. Hasil penelitian

menunjukan partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan pada

budgetary slack dan pertimbangan etika berpengaruh negatif pada budgetary

slack.

Sandrya (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack dengan asimetri informasi,

komitmen organisasi, budaya organisasi dan kapasitas individu sebagai

pemoderasi. Penelitian dilakukan pada SKPD Kabupaten Badung dengan metode

purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi

penganggaran berpengaruh positif pada budgetary slack, asimetri memperkuat

pengaruh patisipasi penganggaran pada budgetary slack, komitmen organisasi

dan budaya organisasi maemperlemah pengaruh partisipasi penganggaran pada

budgetary slack, kapasitas individu tidak memoderasi pengaruh partisipasi

penganggaran pada budgetary slack.

Utami (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi

budaya organisasi dan group cohesiveness dalam hubungan partisipasi

penganggaran pada budgetary slack. Penelitian dilakukan pada kantor regional

Darmasraya. Hasil penelitian menunjukan partisipasi penganggaran berpengaruh

positif dan signifikan pada budgetary slack, budaya organisasi tidak berpengaruh

Page 20: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

36

pada budgetary slack, group cohesiveness tidak mempengaruhi hubungan

partisipasi penganggaran pada budgetary slack. Stiawan (2013) meneliti tentang

pengaruh kapasitas individu, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan

pada kinerja manajerial. Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa kapasitas

individu, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan secara simultan

berpengaruh pada kinerja manajerial. Kartika (2010) melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada

hubungan partisipasi penganggran terhadap budgetary slack. Penelitian dilakukan

pada RSU semarang dengan 83 responden dengan metode pengumpulan data

berupa kuesioner. Hasil menunjukan ketidakpastian lingkungan tinggi dikaitkan

dengan budgetary slack rendah.

Latifah (2010) melakukan penelitian tentang adakah perilaku

opportunistik dalam agensi teori sektor publik. Prinsipal harus mengeluarkan

biaya (costs) untuk memonitor kinerja agen dan menentukan struktur insentif dan

monitoring yang efisien. Hasil penelitian menunjukan adanya asimetri informasi

di antara agen dan prinsipal menyebabkan terbukanya ruang bagi terjadinya

perilaku oportunistik dalam proses penyusunan anggaran. Ahmad, et al (2003)

yang melakukan penelitian pada 162 perusahan di Malaysia tentang kegunaan

penganggaran pada perusahaan dengan responden para manager perusahaan dan

hasil dari penelitian ini adalah penganggaran partisipatif berpengaruh pada

budgetary slack.

Yuen (2004) melakukan penelitian pada 108 hotel di Macau dengan

responden manager hotel. Penelitian ini membandingkan hubungan antara

Page 21: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

37

karakteristik goal dan kemungkinan penciptaan slack anggaran oleh manager.

Hasil dari penelitian anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary

slack, komunikasi dan sistem reward dapat menghasilkan kejelasan tujuan

perusahaan dan membantu memecahkan masalah anggaran. Stede (2001)

meneliti dua faktor situasi penting dalam perusahaaan yaitu diversifikasi

perusahaan dan strategi unit bisnis. Penelitian dilakukan pada 37 firms dan 153

unit bisnis. Hasil penelitian menunjukan bahwa diversifikasi perusahaan

berhubungan positif dengan budgetary slack dalam unit bisnis sehingga

angggaran yang ketat dan insentif yang tinggi efektif mengurangi penciptaan

budgetary slack. Elmassri (2011) melakukan penelitian dalam bentuk studi kasus

tentang proses pengaturan budget dan pencipataan budgetary slack pada

perusahaan minyak. Studi ini menemukan bahwa slack diciptakan oleh manager

dalam hierarki organisasi namun tidak selalu dalam konteks negatif.

Parra, et al (2005) meneliti tentang bagaimana perusahaan memasukan

lebih banyak slack pada proses permintaan bisnis. Penelitian dilakukan pada

perusahaan manufaktur selama 24 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

budgetary slack tidak hanya dibangun pada proses penganggaran namun juga

pada sistem penganggaran dibawah asumsi akuntansi.

Steven (2002) melakukan penelitian untuk mengetahui efek budgetary

slack pada dua control perilaku oportunistik yaitu reputasi dan etika. Hasil

penelitian menunjukan anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary

slack, etika berpengaruh negatif pada budgetary slack, reputasi sebagai kontrol di

mediasi secara sosial sedangkan etika adalah kontrol iternal dari perilaku

Page 22: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

38

opportunistik. Falikhatun (2007) melakukan penelitian pada middle management

level di RSUD se-Jawa Tengah. Hasil dari penelitian menunjukan anggaran

partisipatif berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack, asimetri

informasi dan group cohesiveness memoderasi pengaruh anggaran partisipatif

pada budgetary slack, budaya organisasi tidak memoderasi pengaruh anggaran

partisipatif pada budgetary slack.

Suhendro (2006) meneliti hubungan partisipasi anggaran pada budgetary

slack di pemerintahan daerah se-provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukan

anggaran partisipatif berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack.

Tekanan sosial berpengaruh signifikan secara marginal terhadap hubungan

anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Little, et al (2002) melakukan

penelitian pada 149 manager di 96 perusahaan manufaktur. Hasil menunjukan

perilaku positif manager pada prosedur formal anggaran dan prosedur keadilan

anggaran, anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan pada prestaasi

kerja, jika prosedur keadilan tinggi maka perilaku organisasi positif dan

mengurangi budgetary slack.

Grediani (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah tekanan

ketaatan dari atasan langsung dan tanggung jawab persepsian mempengaruhi

budgetary slack. Penelitian dilakukan pada 63 mahasiswa program Magister

Sains dan program sarjana jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan desain eksperimen yang

mendapat treatment tekanan ketaatan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas

partisipan dengan tekanan ketaatan melanggar penciptaan budgetary slack,

Page 23: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

39

partisipan yang membuat slack tidak memegang tanggung jawab mereka

dibanding partisipan yang tidak membuat slack, partisipan yang menciptakan

slack dengan tujuan kedudukan mereka.penelitian mereka menyatakan bahwa

partisipasi anggaran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack.

Berbeda dengan temuan tersebut, penelitian Hardiwinoto (2010)

melakukan penelitian dengan tujuan menegetahui pengaruh kecenderungan

manager dalam penciptaan slack; persepsi kewajaran dan prosedural distributif

kepercayaan managerial dan komitmen tujuan anggaran sebagai faktor

intervening. Hasil penelitian menunjukan partisipasi penganggaran berdampak

pada persepsi kewajaran dan prosedural distributif kepercayaan managerial,

berdampak signifikan pada komitmen tujuan anggaran dan berpengaruh negatif

pada kecenderungan manager dalam penciptaan budgetary slack. Baiman (1982)

melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penganggaran pada budgetary

slack. Alat analisis data menggunakan regresi linier sederhana. Hasil dari

penelitian ini adalah penganggaran partisipatif cenderung mengurangi penciptaan

budgetary slack.

Schift dan Lewin (1970) melakukan penelitian pada tiga divisi

independen pada 100 perusahaan. Alat analisis data menggunakan regresi linier

sederhana. Hasil dari penelitian menunjukan penganggaran partisipatif cenderung

mengurangi penciptaan budgetary slack. Onsi (1973) melakukan penelitian pada

107 manager divisi dari 7 perusahaan manufaktur. Teknik analisis data

menggunakan regresi linier sederhana. Hasil dari penlitian ini menunjukan

budgetary slack menurun sejak partisipasi mengarah pada komunikasi positif,

Page 24: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

40

anggaran partisipatif berpenggaruh negatif pada budgetary slack, Camman

(1976) melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penganggaran pada

budgetary slack. Teknik analisis data menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukan anggaran partsisipatif dapat mengurangi penciptaan

budgetary slack.

Dunk (1993) melakukan penlitian pada 73 manager pada perusahaan

manufaktur,. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhan.

Hasil penelitian menunjukan anggaran partisipatif, asimetri informasi dan

penekanan anggaran berpengaruh negatif pada budgetary slack. Anggaran

partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack. Asimetri informasi

berpengaruh positif pada hubungan anggaran partisipatif dan budgetary slack.

Jika budget emphasis tinggi maka budgetary slack akan tinggi dan sebaliknya.

Ardanari (2014) melakukan penelitian dengan tujuan mengenai pengaruh

partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem pada budgetary

slack dengan dimoderasi oleh budget emphasis. Sampel penelitian adalah 12

hotel berbintang 3 keatas di Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

partisipasi penganggaran dan self esteem berpengaruh negatif terhadap budgetary

slack, sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary

slack. Selain itu, budget emphasis juga mampu memoderasi hubungan partisipasi

penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack,

dimana budget emphasis memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran,

asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack. Supanto (2010)

melakukan penelitian studi kasus pada politeknik Negeri Semarang tentang

Page 25: BAB II agency theory) sebagai grand ) sebagai supporting ... 2 yuni 2.pdfPenelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory dan teori kontingensi (contingency

41

pengaruh partisipasi penganggaran pada budgetary slack dengan asimetri

informasi, motivasi dan budaya organisasi sebagai pemoderasi. Hasil penelitian

menunjukan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada

budgetary slack, asimetri infomasi memoderasi pengaruh anggaran partsisipatif

pada budgetary slack, motivasi dan budaya organisasi tidak dapat memoderasi

pengaruh partisipasi penganggaran pada budgetary slack. Penelitian mereka

menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang tinggi dapat menurunkan terjadinya

budgetary slack.

Berdasarkan hasil penelitian- penelitian terdahulu yang tidak konsisten

sehingga peneliti termotivasi untuk menguji pengaruh partisipasi penganggaran

pada budgetary slack dengan faktor kontijensi yaitu etika, ketidakpastian

lingkungan, opportunistic behaviour dan budaya organisasi sebagai variabel

moderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Jembrana,

Provinsi Bali. Pemilihan Kabupaten Jembrana didasarkan pada data awal yang

diterima.