bab ii tinjauan pustaka 2.1 teori agencyrepository.ump.ac.id/3470/3/bagus indra prastya_bab...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Agency
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan
principal. Dalam teori keagenan, agen memilki peran sebagai pengambil
keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi
principal, dan principal menutup kontrak untuk memberikan imbalan kepada
agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan
mendefinisikan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa,
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada
agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah
pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang
berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang
mengevaluasi informasi (Sebayang, 2014). Principal dalam penelitian ini adalah
perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah auditor (Aditya,
2014). Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit
laporan keuangan perusahaan sedangkan auditor menjalin kontrak kerjasama
untuk mengaudit laporan keuangan dengan perusahaan. Penyajian laporan
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
13
keuangan auditan memberikan informasi yang bermanfaat bagi para investor
dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk pembuatan keputusan. Oleh
karena itu, peningkatan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu
mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan.
2.2 Laporan Keuangan
Semua perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib
mempublikasikan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dan telah di audit oleh Kantor Akuntan Publik. Laporan keuangan
memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis dan investasi yang dilakukan
oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menurut
Baridwan (2004) adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut
Mulyadi (2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan
termasuk catatan yang menerimanya, bila ada yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban entitas
pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu
periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Tujuan laporan keuangan menurut IAI adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan (Baridwan, 2004). Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan
keuangan menurut IAI (2009), yaitu:
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
14
a) Dapat Dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah
dan segera dapat dipahami oleh pemakainya.
b) Relevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c) Keandalan
Informasi akan bermanfaat jika informasi tersebut andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d) Dapat Dibandingkan
Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
15
Laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan yang tidak
hanya berguna bagi internal perusahaan tetapi juga dibutuhkan oleh para
eksternal pemakai laporan keuangan yang digunakan sebagai acuan untuk
mengambil keputusan dalam berinvestasi.
2.2.1 Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat laporan keuangan biasa digunakan oleh para pengguna
informasi keuangan. Berikut adalah para pengguna laporan keuangan dan
manfaatnya (Kartika, 2011):
1. Investor
Untuk membantu menentukan tindakan apakah yang harus
dilakukan di dalam melakukan penilaian investasi perusahaan.
2. Pemegang saham
Untuk memperoleh informasi mengenai harga saham dan transaksi-
transaksi lainnya sangat dibutuhkan para pemegang saham dalam
menentukan keputusan yang dapat mempengaruhi kestabilan harga
saham.
3. Manager
Harus memegang kendali tentang hak dan kewajiban mereka. Hak
dan kewajiban tersebut akan dilaksanakan oleh manajemen
berdasarkan laporan keuangan.
4. Karyawan
Merupakan salah satu faktor untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan. Mereka tertarik kepada informasi mengenai stabilitas,
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
16
profitabilitas serta informasi yang memungkinkan untuk menilai
kemampuannya dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiuin dan
kesempatan kerja.
5. Pemerintah
Berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan, seperti halnya dalam
menetapkan kebijaksanaan pajak serta sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional.
6. Masyarakat
Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.
2.2.2 Peraturan Laporan Keuangan
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2 lampiran
keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-346/BL/2011 mengenai
penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik.
Untuk memberikan informasi yang cepat dan relevan bagi pengguna laporan
keuangan suatu emiten, BAPEPAM mewajibkan bagi seluruh perusahaan
yang terdaftar di pasar modal untuk menyampaikan laporan keuangan
tahunan secara tepat waktu dan disertai dengan laporan auditor independen
dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
17
dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi
bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu (Asthon dkk
dalam Lucyanda dan Nura’ni 2013).
2.3 Audit dan Standar Audit
2.3.1 Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara tingkat pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2009). Auditing dapat diartikan
sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut (Agoes, 2012)
Berdasarkan pengertian audit di atas dapat disimpulkan, bahwa
pengauditan adalah proses pemeriksaan dan pengumpulan bukti-bukti
mengenai informasi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
18
2.3.2 Tujuan Audit
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk
memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa
tidak menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (Mulyadi, 2009).
2.3.3 Standar Audit
Standar audit adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang
merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit.
Standar Audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntansi
Publik Indonesia, sebagai berikut (IAI, 2011) :
a) Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
b) Standar Pekerjaan Lapangan.
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
19
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c) Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
20
Dengan adanya standar tersebut, auditor membutuhkan waktu yang
tidak sebentar dalam melaksanakan proses audit laporan keuangan, karena
auditor harus melakukan beberapa standar untuk memastikan bahwa alat
bukti yang diperoleh benar-benar relevan dan dapat mendukung pemberian
opini atas laporan keuangan perusahaan.
2.4 Audit delay
Audit delay yaitu jarak waktu antara keluarkannya laporan keuangan
perusahaan dengan laporan keuangan yang telah diaudit, Audit delay
merupakan lamanya/rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal
penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit
(Kartika, 2011). Audit delay diukur dengan menghitung jumlah hari dari tanggal
penutupan tahun buku sampai dengan ditandatanganinya laporan keuangan
auditan (Anisma dkk, 2014). Hal ini sesuai dengan definisi Rachmawati (2008)
audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan
keuangan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk
memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan
perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai
tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay
2.5.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak
ukur besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan adalah
besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya aset atau
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
21
kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan Prabowo dan Marsono
(2013). Sedangkan menurut Togasima dan Christiawan (2014) memaparkan
bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya sebuah
perusahaan. Namun menurut Damiari dan Ulupui (2014), ukuran
perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dapat
dilihat dari beberapa segi seperti total aset, total penjualan, total kapitalisasi
pasar dan sebagainya. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan
bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu skala yang
dapat dilihat dari berbagai segi total aset, total aktiva dan lain-lain yang
berkorelasi tinggi.
Berdasarkan peraturan ketua bapepam No. Kep. 11/PM/1997
menyatakan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva
(kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva ≤ 100 Milyar,
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya >
100 Milyar
2.5.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Profitabilitas adalah tingkat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan (Indriyani
dan Supriyati, 2012).
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
22
Profitabilitas menggambarkan tingkat efektivitas kegiatan
operasional yang dapat dicapai perusahaan. Tingkat keuntungan merupakan
salah satu cara menilai keberhasilan efektivitas perusahaan yang berkaitan
dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang
telah dilaksanakan dalam periode berjalan (Kartika, 2011).
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi
membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat.
Menurut Rachmawati (2008), apabila profitabilitas perusahaan rendah maka
auditor akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-hati karena adanya
resiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan memperlambat proses audit
dan menyebabkan penyelesaian laporan auditan yang lebih panjang.
Menurut Togasima dan Christiawan (2014) profitabilitas pada umunya
dapat diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM), Return on Asset
(ROA), dan Return on Equity (ROE).
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) rasio NPM diukur dengan
cara membagi laba bersih dengan penjualan, NPM diukur dengan rumus :
Net Profit Margin = 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
Menurut Prihadi (2008: 68) Return On Asset yaitu mengukur tingkat
laba terhadap asset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut,
dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut:
Return on asset = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 x 100%
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
23
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham perusahaan, Return on equity dapat dihitung
dengan rumus (Sawir 2009:20):
Return on equity = 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
2.5.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Menurut Andika (2015), likuiditas merupakan
kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk
memperoleh kas. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
memiliki risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal
bayar atas utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan (Listiana dan
Susilo, 2012).
Riyanto (2008) dalam Romanika (2013) menyatakan bahwa
likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera
harus dipenuhi. Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya penyediaan
dana bagi penarikan pinjaman yang disetujui atau penarikan atas
kelonggaran tarik pinjaman, sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi
pasiva atau liabilitas misalya penyediaan dana bagi penarikan tabungan dan
simpanan lainnya oleh nasabah (Natsir, 2012). Rasio likuiditas dapat
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
24
memberikan informasi tentang kondisi keuangan bank tersebut, apabila
rasio yang ditunjukkan kecil maka kondisi keuangan bank dapat
mengkhawatirkan karena dengan minimnya likuiditas yang dimiliki bank
maka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran
apabila nasabah melakukan penarikan uang, namun sebaliknya apabila
kondisi likuiditas terlalu besar maka dapat dikatakan perusahaan mengalami
over likuid karena dana yang seharusnya dapat diberdayakan belum atau
mungkin tidak digunakan secara maksimal sehingga tidak ada penghasilan
yang diperoleh (Kasmir, 2004).
Menurut Dendawijaya (2003) adapun beberapa rumus untuk
menghitung tingkat likuiditas perbankan yaitu :
1. Cash Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan nasabah atau deposan pada saat ditarik
dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya.
Cash Ratio = 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 x 100%
2. Loan to Deposit (LDR)
Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
25
sumber likuiditasnya. Loan to Deposit Ratio dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
LDR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 x 100%
3. Loan to Assets Ratio (LAR)
Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asset yang dimiliki bank. LAR merupakan
perbandingan antar besarnya kredit yang diberikan bank dengan
besarnya total asset yang dimiliki bank. Loan to Assets Ratio dihitung
dengan rumus dengan:
LAR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 x 100%
2.5.4 Opini Audit
Opini audit merupakan pendapat yang diberikan auditor atas laporan
keuangan sebagai hasil akhir dari proses audit (Kusumawardani, 2013).
Opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang
didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2009). Pendapat auditor
sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang
membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih
jenis pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
26
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen
(Mulyadi, 2009) yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi
kondisi berikut ini:
a. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup
dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya
telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam
laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory
Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa
penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar
posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
27
Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa
penjelas :
a. Adanya ketidakpastian yang material.
b. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
c. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh
auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting
atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena
kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien
maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
d. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak
diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
28
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan
arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat
tidak wajar jika tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor
dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk
mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat
tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam
laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga
tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan
keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan
laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang
menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup
audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
kliennya.
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan auditor
atas laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan
keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode
tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
29
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Variabel yang
mempengaruhi audit
delay
Hasil Penelitian
1 Anisma dkk (2014) 1. Ukuran Perusahaan
2. Profitabilitas
3. Solvabilitas
4. Opini audit
5. Ukuran KAP
Profitibalitas berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay. Sedangkan Ukuran
Perusahaan, Opini Audit,
Ukuran KAP, dan
Solvabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
2 Arizal Latif Fiatmoko
dan Indah Anisykurlillah
(2015)
1. Ukuran Perusahaan
2. Laba Rugi Operasi
3. Ukuran KAP
4. Opini auditor
Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap
audit delay. Sedangkan
ukuran kantor akuntan
publik, laba/rugi operasi
dan opini audit tidak
berpengaruh terhadap
audit delay.
3 Andi Kartika
(2009)
1. Ukuran Perusahaan
2. Profitabilitas
3. Laba rugi operasi
4. Opini auditor
5. Reputasi Auditor
Ukuran perusahaan, laba
rugi operasi, berpengaruh
negatif terhadap audit
delay. Sedangkan Opini
audit berpengaruh positif
terhadap audit delay.
Profitabilitas dan reputasi
auditor tidak berpengaruh
terhadap audit delay
4 I Gusti Ayu Puspita Sari
Ningsih dan
Ni Luh Sari Widhiyani
(2015)
1. Ukuran Perusahaan
2. Laba Rugi Operasi
3. Solvabilitas
4. Komite audit
Ukuran Perusahaan dan
Laba Rugi Operasi
berpengaruh negatif
terhadap audit delay.
Sedangkan Solvabilitas
berpengaruh positif
terhadap audit delay. Dan
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
30
5 Listiana dan Susilo
(2012)
1. Tipe Laporan
Keuangan
2. Profitabilitas
3. Likuiditas
4. Rasio Utang
5. Pergantian auditor
Profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap audit
delay. Dan rasio utang
memiliki pengaruh positif
terhadap audit delay.
Sedangkan tipe laporan
keuangan, likuiditas,
pergantian auditor tidak
memiliki pengaruh
terhadap audit delay.
6 Romanika (2013) 1. Solvabilitas
2. Likuiditas
3. Rasio hutang
Solvabilitas dan rasio
hutang berpengaruh
positif terhadap audit
delay. Dan likuiditas
berpengaruh negatif
terhadap audit delay,
2.7 Kerangka Pemikiran
Audit delay adalah lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk
menghasilkan laporan audit atas kinerja keuangan suatu perusahaan.
Semakin lama auditor menyelesaikan laporan auditnya maka akan
menyebabkan semakin lama penyampaian laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit, sehingga dapat mengurangi manfaat dari laporan
keuangan tersebut. Beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh
terhadap audit delay dalam penelitian ini antara lain adalah Ukuran
perusahaan, profitabilitas, Likuiditas dan Opini Audit.
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu diatas maka
dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
31
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1 (+)
H2 (-)
H3 (-)
H4 (-)
2.8 Hipotesis Penelitian
2.8.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak
ukur besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Puspitasari dan Sari (2012)
menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai total aset yang lebih besar
akan menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai total asset yang lebih kecil, hal ini dikarenakan jumlah transaksi
dan sampel yang harus diambil semakin besar serta semakin banyak
prosedur audit yang harus ditempuh. Menurut Aditya (2014) auditor dalam
mengaudit perusahaan dengan aset yang lebih besar akan memerlukan
waktu audit yang lebih panjang, hal ini dikarenakan dalam menafsirkan segala
aset perusahaan yang lebih besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding dengan menghitung aset perusahaan dengan aset yag kecil.
Ukuran
Perusahaan
(X1)
Profitabilitas
(X2)
Likuiditas
(X3)
Opini Audit
(X4)
Audit Delay
(Y)
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
32
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dan Sari (2012),
Purnamasari (2012), Prabowo dan Marsono (2013), Damiari dan Ulupui
(2014) dan Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit delay. Arah hubungan
yang timbul antara ukuran perusahaan terhadap audit delay adalah positif,
karena apabila perusahaan yang diaudit memiliki aset yang lebih besar maka
audit delay semakin lama.
Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐇𝟏 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay.
2.8.2 Profitabilitas
Tingkat profitabilitas yang lebih rendah akan memacu kemunduran
publikasi laporan keuangan auditan. Perusahaan publik yang
mengumumkan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung mengalami
penerbitan laporan keuangan auditan dari auditor yang lebih panjang
daripada perusahaan non publik (Kartika 2009). Ini berkaitan dengan akibat
yang ditimbulkan pasar terhadap pengumuman tersebut. Jadi, semakin
tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin pendek audit
delaynya. Suatu laba yang dapat dikatakan merupakan berita baik (good
news) sehingga perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi
yang berupa berita baik (Arifatun 2013). Dengan demikian, perusahaan
yang memperoleh laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan
keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian.
Penelitian Listiana dan Susilo (2012), Arifatun (2013), Anisma (2014),
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
33
Ariyani dan Budhiarta (2014) juga menyatakan bahwa Profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap audit delay.
Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay
2.8.3 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan)
emiten untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, likuiditas suatu
perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan
aktiva lancar dengan kewajiban lancar, perusahaan yang memiliki likuiditas
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan
kinerja yang baik sehingga pihak manajemen cenderung lebih cepat dalam
menyampaikan laporan keuangannya (Romanika 2013). Hasil penelitian,
Kurniawati (2015) dan Romanika (2013) membuktikan bahwa likuiditas
memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay. Arah hubungan yang
timbul antara likuiditas terhadap audit delay adalah negatif, karena apabila
perusahaan memiliki likuiditas tinggi audit delay-nya akan lebih singkat.
Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐇3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit delay
2.8.4 Pengaruh opini audit terhadap audit delay
Opini audit merupakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan
yang diauditnya. Perusahaan yang mendapat unqualified opinion
menunjukkan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan bukti-
bukti pendukung sehingga audit delay menjadi lebih singkat. Sedangkan
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
34
perusahaan yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian auditor
membutuhkan waktu lebih lama dalam melaksanakan proses audit karena
harus memberikan perhatian lebih terhadap akun-akun tertentu (Lucyanda
dan Nura’ni, 2013). Hasil penelitian Aditya (2014), Arifatun (2013),
Purnamasari (2012) dan Sumartini dan Widhiyani (2014) membuktikan
bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Arah hubungan
yang timbul antara opini audit terhadap audit delay adalah negatif, karena
apabila perusahaan mendapat opini unqualified maka audit delay akan
berkurang dibandingkan perusahaan yang mendapatkan opini selain
unqualified. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐇4 : Opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay.
Pengaruh Ukuran Perusahaan…, Bagus Indra Prastya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016