bab ii 2100128 -...

27
14 BAB II WAJIB ZAKAT DALAM ISLAM A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ZAKAT 1. Pengertian Zakat Zakat ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari kata “zaka” yang berarti berkembang, berkah, tumbuh, bersih dan suci dan baik. 1 Dalam kitab “Kifayatul Akhyar” disebutkan: Artinya: “Zakat menurut bahasa artinya tumbuh, berkah, dan banyak kebaikan”. 2 Hammudah Abdalati mengartikan zakat dengan kesucian. Begitu juga dengan Nawawi dan Abu Muhammad Ibnu Qutaibah, mengartikan zakat sebagai kesuburan dan penambahan. Makna ini diambil dari kata zakah. Begitu juga Abdul Hasan Al Walidi mengartikan bahwa zakat mensucikan, memperbaiki dan menyuburkan harta. 3 1 Sesuatu itu zaka berarti tumbuh dan berkembang dan seseorang itu zaka berarti orang itu baik. Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat, Terj. Salman Harun, Didin Hafidudin, dan Hasanuddin, Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002, hlm. 34, banyak lagi literatur yang mengartikan zakat lihat: Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. ke-I, 1997, hlm. 224. - Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. ke- I 1997, , hlm. 1985 - Al Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke- 4, 2003, hlm. I. 2 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Khusaini , Kifayatul Akhyar, juz I, Bandung : Syrirkah Al Ma’arif Lithab’i , tt, hlm. 172 3 Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka, Rizki, Putra, Cet. ke-3, 1999, hlm. 3-4

Upload: dangkhanh

Post on 15-Mar-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

14

BAB II

WAJIB ZAKAT DALAM ISLAM

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ZAKAT

1. Pengertian Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari kata “zaka”

yang berarti berkembang, berkah, tumbuh, bersih dan suci dan baik.1

Dalam kitab “Kifayatul Akhyar” disebutkan:

�������������� �������������������

Artinya: “Zakat menurut bahasa artinya tumbuh, berkah, dan banyak

kebaikan”.2

Hammudah Abdalati mengartikan zakat dengan kesucian. Begitu

juga dengan Nawawi dan Abu Muhammad Ibnu Qutaibah, mengartikan

zakat sebagai kesuburan dan penambahan. Makna ini diambil dari kata

zakah. Begitu juga Abdul Hasan Al Walidi mengartikan bahwa zakat

mensucikan, memperbaiki dan menyuburkan harta.3

1 Sesuatu itu zaka berarti tumbuh dan berkembang dan seseorang itu zaka berarti orang itu

baik. Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat, Terj. Salman Harun, Didin Hafidudin, dan Hasanuddin, Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002, hlm. 34, banyak lagi literatur yang mengartikan zakat lihat: Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. ke-I, 1997, hlm. 224. - Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. ke- I 1997, , hlm. 1985 - Al Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke- 4, 2003, hlm. I.

2 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Khusaini , Kifayatul Akhyar, juz I, Bandung : Syrirkah Al Ma’arif Lithab’i , tt, hlm. 172

3 Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka, Rizki, Putra, Cet. ke-3, 1999, hlm. 3-4

Page 2: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

15

Harta yang dikeluarkan untuk zakat dinamakan zakat karena zakat

itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa. Zakat itu juga

menyuburkan harta atau memperbanyak pahala bagi mereka yang

mengeluarkan. Zakat juga dapat menyuburkan dan mensucikan

masyarakat. Sebab zakat itu sendiri merupakan manifestasi dari sikap

gotong royong antara orang kaya dan fakir miskin dan sebagai bentuk

perlindungan bagi masyarakat dari bencana kemasyarakatan yaitu

kemiskinan kelemahan baik fisik maupun mental.4 Karena itu zakat akan

mensucikan pahala. Sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah 103

yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”.5

Adapun zakat menurut terminologi (istilah) syara’ terdapat

beberapa pandangan. Dalam Ensiklopedi Al Qur’an misalnya

menyebutkan zakat menurut istilah hukum Islam adalah mengeluarkan

sebagian harta, diberikan kepada yang berhak menerimanya supaya harta

yang tinggal menjadi bersih dan orang-orang yang memperoleh harta

menjadi suci jiwa dan tingkah laku.6

Dalam kitab fiqhuz zakat, Yusuf Qardhawi mendefinisikan zakat

secara istilah sebagai berikut:

4 Ibid., hlm. 8-9

5 Departemem Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1993, hlm. 2917

6 Fahrudin HS, Ensiklopedi Al-Qur’an, Rineka Cipta, 1992, hlm. 618

Page 3: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

16

������������������������������� ��!"���#���$����%&��'()*���+,��-�.�/�01

��+,��234�5��67�8 �9�-�.�/�01�������

Artinya: “Zakat secara istilah adalah sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak

disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”.7

Abu Yahya Zakariya Al Anshari dalam kitab Fathul Wahab

menyebutkan:

: +;�<=�-�.�>)?��$�&�%&�5�@����AB���.�C��������

Artinya: “Zakat menurut syara’ adalah sesuatu nama dari harta atas

badan yang dikeluarkan menurut syara’ yang telah ditentukan”.8

Sedangkan dalam kitab Nailul Authar karya Muhammad Al

Syaukani disebutkan:

����������D.�C�E9��F�G +�&��H�2 I��*��J7�K �+ ����%&�L�=�L�0.�

<M�7�N �+ ���%&�E�O�

Artinya: “Zakat adalah pemberian sebagian harta yang telah mencapai

nisabnya kepada orang fakir dan sebagainya dan tidak

mempunyai sifat yang dapat dicegah syara’ untuk

mentasarufkan keduanya”.9

7 Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat, Bairut: Muassasah Ar-Risalah, 1991, hlm. 37-38

8 Abu Yahya Zakariya Al Anshori, Fathul Wahab, Bandung: Syirkah Al Ma’arif, t.th, hlm. 102

9 Muhammad Al Syaukani, Nailul Authar, juz 3, Bairut: Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1995, hlm.124

Page 4: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

17

Pemberian (i’tha) pada sasaran zakat yang dimaksudkan dari

pengertian di atas ditujukan untuk orang yang membutuhkan yakni orang

fakir dan miskin.

Madzhab Syafi’i merumuskan zakat sebagai sebuah ungkapan

untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan

madzhab Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang

khusus untuk kelompok yang khusus pula. Yang dimaksud pernyataan

“wajib” berarti bahwa zakat tersebut bukan sunnat, seperti halnya

mengucapkan salam atau mengantarkan jenazah. Pernyataan “harta”

berarti bahwa zakat bukan berupa jawaban terhadap salam. Pernyataan

“khusus” berarti bahwa harta yang dizakati, bukan harta yang berstatus

wajib, artinya harta itu bukan harta yang harus dibayarkan untuk utang

atau untuk memberi nafkah pada keluarga. Pernyataan “kelompok yang

khusus” berarti bahwa mereka bukan ahli waris pemberi zakat.10

Adapun mazhab Maliki mendefinisikan zakat menurut syara’

adalah “mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula

yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)

kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq) nya. Dengan

catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan

barang tambang dan bukan pertanian. Begitu juga madzhab Hanafi,

mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari

10 Wahbah Al Zuhayly, Al – Fiqh Al- Islami Adilatuh, Terj. Agus Efendi dan Bahruddin

Fannany, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung: PT. Rosdakarya, Cet. ke-5, 2000, hlm. 84-85

Page 5: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

18

harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh

syari’at karena Allah swt. Kata “menjadikan sebagian harta sebagai

milik” (tamlik) dalam definisi di atas dimaksudkan sebagai penghindaran

dari kata ibahah (pembolehan).11

Dari sini jelaslah bahwa kata zakat, menurut terminologi para

fuqaha dimaksudkan sebagai “penunaian” yakni penunaian hak yang wajib

yang terdapat dalam harta. Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta

tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang-

orang fakir.

Sedangkan zakat dalam undang-undang Republik Indonesia nomor

38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat diformulasikan sebagai harta

yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh

orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya.12

Sementara itu, Al Qur’an menyebutkan zakat dengan berbagai

istilah, tetapi maksudnya adalah zakat. Kata tersebut adalah sadaqah.

Misalnya firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 60 dan 103. sadaqah

berasal dari kata sadaqah yang berarti “benar” menurut terminologi

syari’at. Pengertian sadaqah sama dengan pengertian infaq termasuk juga

hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq dengan materi

sedangkan sadaqah memiliki arti luas, menyangkut hal yang bersifat non

11 Ibid., hlm. 83-84

12 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Bazis, Kudus, 2001, hlm. 3

Page 6: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

19

material. Hadis riwayat Imam muslim dan Abu Dzar Rasulullah

menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka

membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan melakukan kegiatan amar

ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.13

Adapun kata infaq, kadangkala juga dimaksudkan zakat

sebagaimana firman Allah:

���PQ R(STU���V%P&�RAWXS���V�R=V�R6SY��Z�P&V�RA[�R\V�S���V&�P] �V\MS_�R%P&�� W*P�R9SY�� [�V&�L�V%aP3b����V!caSY�Va

d���*\���������e

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari

apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu”.

(QS. Al-Baqarah: 267).14

Kata infaq tidak mengandung arti zakat maka menurut terminologi

syari’at berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau

penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika

zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh

setiap orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi maupun

rendah, apakah disaat lapang maupun sempit. Jika zakat harus diberikan

13 Didin Hafidhudin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Sedekah, Jakarta: Gema Insani,

1998, hlm. 15 14 Departemen Agama, op.cit., hlm. 67

Page 7: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

20

kepada mustahiq tertentu (8 asnaf) maka infaq boleh diberikan kepada

siapapun juga.15

Menurut Quraisy Shihab yang perlu diperhatikan bahwa zakat

adalah satu ketetapan Tuhan menyangkut harta, bahkan sadaqah dan

infaqpun demikian. Karena Allah menjadikan harta benda sebagai sarana

kehidupan untuk umat manusia seluruhnya maka harta harus diarahkan

guna kepentingan bersama.16

Berdasarkan pendapat dan ketentuan di atas, zakat merupakan

perintah Tuhan untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia dan

pemerataan ekonomi. Penulis memahami zakat sebagai sarana ibadah

sosial, disitu dapat diambil pengertian bahwa zakat yang berarti kemurnian

dan kebersihan. Islam menggunakan makna itu untuk menyebut tindakan

menyisihkan sebagian kekayaan untuk diberikan kepada orang-orang yang

memerlukan termasuk untuk membiayai kebutuhan umat. Hal tersebut

amatlah penting karena pada dasarnya di dalam harta benda yang kita

miliki itu ada hal orang Islam. Dengan diberikan kepada orang yang

berhak menerimanya itu, kekayaan tersebut menjadi bersih.

Kenyataan yang kita hadapi sekarang adalah zakat menjadi

persoalan umat dan negara. Untuk itu, perlu adanya interpretasi baru

mengenai aspek-aspek yang berkenaan dengan zakat antara lain muzakki,

mustahiq, nisab dan amil zakat.

15 Didin Hafidhudin, op.cit., hlm. 14-15

16 Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1994, hlm. 232

Page 8: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

21

2. Dasar Hukum Zakat

a. Al Qur’an

Dalam pemahaman Islam, Al Qur’an merupakan sumber

hukum tertinggi, keberadaannyapun tidak pernah usang menghadapi

setiap perubahan zaman. Hingga kini, Al Qur’an tetap menjadi

sandaran, rujukan hukum dari setiap permasalahan yang muncul di

masyarakat, tidak terkecuali pembahasan tentang perintah zakat.

Di dalam Al Qur’an Allah telah menyebutkan tentang zakat

yang selalu dihubungkan dengan sholat sejumlah 82 ayat. Dari sini

disimpulkan secara deduktif bahwa setelah sholat, zakat merupakan

rukun Islam terpenting.17 Begitu pentingnya zakat secara mendasar

digambarkan dengan jelas di dalam beberapa ayat Al Qur’an sebagai

berikut:

1). QS. At-Taubah: ayat 103

���RA[4[�!S0[1�fSgV)Vh�RAP!P��V R&SY�R%P&�U3[6d�������? �����������e

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan

mereka…” (QS. At-Taubah (9): 103).18

2). QS. Al Muzammil ayat 20

������S��S�Z+ ���� [�MPgSYV����i�V�Vj��i"R�Sg�V<b����� ["P�UgSYV�S��S�Z����� [1�LV����� dk&���������e

17 Muhammad, Zakat Profesi, Jakarta: Salemba Diniyah, 2002, hlm. 12

18 Departemen Agama, op.cit., hlm. 297

Page 9: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

22

Artinya: “Tegakkan sholat dan tunaikan zakat dan berilah

piutang kepada Allah dengan sebaik-baik piutang…”

(QS. Al Muzzammil: 20).19

3). QS. Al Bayyinah ayat 5

�P�� �b�P7� �[�P&WY� �V&V���S��S�Z+ ��� � [�MP*[aV� L�S�V�[j�V%a)��� [<S�� V�P+P�Rl[&�V<b���� �[)[\RmVM

��PV�MS*U���[%aPn�Vo P�SpV�S��S�Z����� [1Rq[aVd��M\�����e��

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus (menjalankan syirik dan kesesatan) dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan dengan demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah: 5).20

4). QS. At-Taubah ayat 34

� ��������V� Vr V4b3��� S>[�P�UXVa� V%aP3b��V����P<b���� PkMP\VB� DP�� �V!V9 W*P�R�[a� �S�V� SZsP�U�

�tAMP�SY�tK �S3VmP?�RA[4R�uV\S�d�? �������e�

Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS. At-Taubah: 34).21

5). QS. Al Baqarah ayat 110

�����[2[)PvV1�t�RMV6�R%P&�RAWXP�W�R9STP�� � [&)S*[1� �V&V�S��S�Z���� � [1�LV�S��S�Z+ ��� � [�MPgSYV

���w�P+V?�S> W�V�RmV1��V�P?�V<b����b>P7�P<b����V)R�P.d���*\��������e

19 Ibid., hlm. 990

20 Ibid., hlm. 1084

21 Ibid., hlm. 283

Page 10: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

23

Artinya: “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahala disisi Allah, sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Baqarah: 110).22

Beberapa ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa zakat

adalah wajib hukumnya bahkan sangat ditekankan pelaksanaannya.

Penekanan tersebut dapat dilihat pada banyaknya perintah zakat yang

dirinya dengan perintah sholat. Dijelaskan pula bahwa kepada mereka

yang memenuhi kewajiban ini (zakat) dijanjikan pahala yang

berlimpah di dunia dan di akherat kelak. Sebaliknya, bagi mereka yang

menolak membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras

sebagai akibat kelalaiannya. Sehingga jelaslah bahwa zakat adalah

kewajiban yang sama pentingnya dengan sholat bagi setiap muslim.

b. Hadis

Islam menetapkan Al-Hadis sebagai dasar hukum kedua setelah

Al Qur’an. Al Hadis juga menjadi penjelas ayat-ayat Al Qur’an yang

pembahasannya masih bersifat global.

Sehingga terlihat secara gamblang perintah hukum, wajib

zakat. Adapun dalil-dalil dari hadis sebagai berikut:

Hadis yang diriwayatkan muslim dari Ibn Umar:

8 x�-�.�yzB{��|?������������y�g�� ��$ B(��)�}�>Y� ��{��<���{�>Y��n�!C

�>�s&(�y h�~ M\����j��������L��a���z+ ����d��.�%.�A��&�2�(e�

22 Ibid., hlm. 30

Page 11: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

24

Artinya: “Islam didirikan dari lima sendi: mengaku bahwa tidak ada Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji dan berpuasa sebulan Ramadhan”. (HR. Muslim).23

Diriwayatkan lagi oleh Bukhori Muslim dari Ibn Abbas ra.

Bahwasanya Nabi saw mengutus Mu’adz bin Jabal ke daerah Yaman.

Kemudian beliau bersabda kepadanya:

������A!��M�H�� %&�36q1� g)h�A!M�.�Q ����� �� >�� A!��.�� ���-�.�n���

A!���*�����

Artinya: “…Jika mereka menuruti perintahmu untuk itu ketetapan atas mereka untuk mengeluarkan zakat beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah swt mewajibkan orang-orang kaya dan diberikan lagi kepada orang-orang fakir diantara mereka…”.24

Hadis-hadis di atas menerangkan tentang kewajiban

mengeluarkan zakat dan bahwa zakat itu suatu rukun (suatu rangka

penting) dari rukun-rukun Islam dan masih banyak lagi hadis-hadis

yang lain.

c. Ijma

Imam madzhab dan mujtahid mempunyai peranan yang besar

dalam memecahkan persoalan zakat. Al Ijma’ artinya kesepakatan para

mujtahid dalam menggali hukum-hukum agama sesudah Rasulullah

meninggal dunia dalam suatu masalah yang ada ketetapannya dalam

23 Imam Abi Khusain, Shoheh Muslim, juz I, Baerut: Dar Al Kutub Ali Ilmiyah, hlm. 26-27

24 Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, Dar Al Fikr, 1981, Bairut, hlm. 124

Page 12: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

25

kitab dan sunnah.25 Adapun dalil berupa ijma’ ialah kesepakatan

semua (ulama) umat Islam disemua negara kesepakatan bahwa zakat

adalah wajib, bahkan, para sahabat Nabi saw sepakat untuk membunuh

orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Dengan demikian

barang siapa mengingkari kefarduan zakat berarti dia kafir tetapi jika

karena tidak tahu baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia

hidup di daerah yang jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu

tentang hukumnya. Dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab dia

memiliki uzur.26

B. SYARAT WAJIB DAN RUKUN ZAKAT DALAM ISLAM

Zakat merupakan hak Allah yang dikeluarkan oleh setiap manusia

(muslim) yang disampaikan kepada fuqoha dan kaum muslim dengan

mengharap keberkahan atau untuk mensucikan jiwa. Orang yang berzakat di

dunia akan mendapat “pujian dan di akherat akan mendapat ganjaran dari

Allah swt.

Sebagaimana diketahui, zakat terdiri dari zakat mal (harta) dan zakat

fitrah. Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan

hukum yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu setelah mencapai

jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu.27

25 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 22

26 Wahbah Al Zuhayly, op.cit., hlm. 90-91

27 M. Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam, dalam Wawasan Fiqh, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. ke-1, 2002, hlm. 108-109

Page 13: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

26

Sedangkan zakat fitrah merupakan zakat jiwa yaitu kewajiban berzakat bagi

setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun belum dewasa

dan dibarengi dengan ibadah puasa. Yaitu akhir puasa Ramadhan.28

Berbicara masalah zakat, maka perlu dibagi tentang syarat wajib zakat

(muzakki) yaitu orang yang berdasarkan ketentuan hukum Islam diwajibkan

mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya dan rukun zakat. Menurut

kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, Islam, baligh, berakal,

memiliki harta kekayaan dengan persyaratan tertentu. Untuk lebih jelasnya

penulis akan uraikan di bawah ini�:

1. Syarat Wajib Zakat

a. Islam

Menurut ijma’ zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat

merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan

orang yang suci.29 Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw yang

disampaikan kepada Muaz bin Jabal ketika di utus ke Yaman menjadi

Kadi bahwasanya Rasul bersabda: “jika engkau berhadapan dengan

ahlul kitab maka tindakan pertama adalah menyeru mereka agar

bersyahadat. Jika mereka menyambut seruan itu, maka mereka bahwa

Allah mewajibkan sholat lima kali sehari semalam, mewajibkan

berzakat yang diambil dari harta orang-orang kaya dan diserahkan

28 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. ke-1,

2003, hlm. 78 29 Wahbah Al Zuhayly, op.cit., hlm. 99

Page 14: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

27

kepada fakir miskin. Jadi jelaslah bahwa yang wajib dikenai zakat

adalah orang kaya muslim.30

b. Merdeka

Menurut ijma’ para ahli fiqh, zakat tidak diwajibkan atas

hamba sahaya karena secara hukum mereka tidak mempunyai hak

milik, tidak memiliki harta karena diri mereka sendiri dianggap

sebagai harta.31 Begitu pula budak mukatab (budak yang dijanjikan

kemerdekaannya) tidak wajib mengeluarkan karena kendatipun dia

memiliki harta, hartanya tidak dimiliki secara penuh.32 Madzhab

Maliki berpendapat bahwa tidak ada kewajiban zakat pada harta milik

seorang hamba sahaya baik atas nama hamba sahaya itu sendiri

maupun atas nama tuannya karena harta milik hamba sahaya tidak

sempurna (naqish), padahal zakat pada hakekatnya hanya diwajibkan

pada harta yang dimiliki secara penuh.33

c. Baligh dan berakal

Syari’at ini dikemukakan oleh madzhab Hanafi. Oleh sebab itu,

anak kecil dan orang gila tidak dikenai kewajiban zakat.34 Karena

keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib

mengerjakan ibadah seperti sholat dan puasa. Akan tetapi, jumhur

30 Abdul Aziz, Dahlan (et.al), op. cit, hlm. 1987

31 Ibid.

32 Aliy As’ad, Fathul Muin jilid 2, Kudus: Menara Kudus, t.th., hlm. 2

33 Wahbah Al Zuhayly, op.cit., hlm.99

34 Abdul Aziz, Dahlan (et.al), op. cit, hlm. 1987

Page 15: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

28

ulama fiqh tidak menerima syarat ini dengan berpendirian bahwa

apabila anak kecil atau orang gila memiliki harta satu nisab atau lebih

maka wajib dikeluarkan zakatnya dengan alasan bahwa Al Qur’an

maupun hadis tidak membedakan apakah pemiliknya baligh dan

berakal atau tidak.35 Lagi pula, zakat dikeluarkan sebagai pahala untuk

orang yang mengeluarkannya dan bukti solidaritas terhadap orang

fakir. Anak kecil dan orang gila termasuk juga orang yang berhak

mendapatkan pahala dan membuktikan rasa solidaritas mereka atas

dasar itulah anak kecil dan orang gila wajib memberikan nafkah.

Pendapat ini, menurut penulis lebih baik sebab didalamnya terkandung

upaya untuk merealisasikan kemaslahatan umat.

Adapun harta kekayaan yang wajib dizakati adalah apabila

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 36

a. Milik penuh (Al Milk Attam)

Yang dimaksud dengan harta yang dimiliki secara penuh

adalah pemilik harta tersebut memungkinkan untuk mempergunakan

dan mengambil manfaat harta tersebut secara penuh dan harta tersebut

berada dibawah kontrol dan kekuasaannya. Adapun harta itu harus

didapatkan melalui proses pemilikan yang berdasarkan oleh syara’,

seperti usaha, warisan, hibah. Harta atau kekayaan dari hasil korupsi,

suap atau hasil dari perbuatan yang haram tidak sah dan tidak akan

35 Ibid., hlm. 1988

36 Mursyidi, op.cit., hlm. 91-94, lihat Tim Pelatihan Amil Zakat, Buku Pintar Panduan Zakat Praktis, Jakarta, Inti Mandiri Sejahtera, Cet. ke-1, 2003, hlm. 45-50

Page 16: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

29

diterima zakatnya. Rasulullah saw bersabda sebagaimana dikutip oleh

Masdar Helmi bahwasanya: “Allah tidak akan menerima zakat dari

harta yang ghulul37 (kekayaan yang diperoleh secara tidak sah dari

kekayaan umum seperti hasil rampasan perang, dll).38

b. Berkembang (An Namaa’)

Harta yang berkembang artinya harta tersebut dapat bertambah

atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk

berkembang dapat memberikan keuntungan (return).39

Ulama terdahulu mengkategorikan zakat hanya pada lima

kategori yaitu; a). Uang, emas, perak; b). Barang tambang dan barang

rikaz;� c). Barang dagangan; �d). Hasil tanaman dan buah-buahan; e).

Binatang ternak yang digembalakan.40

Akan tetapi, dengan semakin modern dunia sekarang ini seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, jenis dan bentuk

kekayaan semakin berkembang dan beragama. Maka ulama

kontemporer seperti Dr. Yusuf Qardhawi, KH. Didin Hafidhudin

menambah kategori zakat baru sesuai dengan perkembangan sarana

untuk menumbuhkembangkan potensi kekayaan tersebut. Seperti

37 Masdar Helmy, Pedoman Praktis Memahami zakat dan cara menghitungnya, Bandung :

PT. Alma’arif, Cet. ke-1, 2001, hlm. 18 38 Muhammad Anwari, Zakat Konsep Pengentasan Kemiskinan, dalam Teras Pesantren

Jurnal Kajian, Edisi VI, tahun II/Dzulhijjah 1424 Hijriyah-Rabiul Awwal 1425 Hijriyah, hlm. 53 39 Tim Pelatihan Amil Zakat, op.cit, hlm.46

40 Wahbah Al Zuhayly, op.cit., hlm. 101

Page 17: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

30

munculnya zakat yang dihasilkan oleh perusahaan, profesi, saham dan

lain-lain.

Oleh karena sebab itu, dapatlah disimpulkan bahwa sarana

apapun yang sesuai dengan syari’ah apabila didalamnya terkandung

unsur menumbuhkembangkan harta, maka harta tersebut wajib

dizakati.

c. Cukup nishab

Nishab adalah nilai minimum harta mulai terkena zakat. Pada

umumnya zakat dikenakan atas harta yang telah mencapai nishab.

Ketentuan bahwa harta yang terkena zakat itu harus sampai

senishab sudah disepakati oleh para ulama, kecuali tentang hasil

pertanian, buah-buahan dan hasil tambang. Abu Hanifah berpendapat

bahwa banyak atau sedikit barang yang dikeluarkan oleh bumi harus

dikeluarkan zakatnya. Hal ini senada dengan pendapat Ibnu Abbas

Umar bin Abdul Aziz dan lain-lain bahwa dalam sepuluh ikat sayur

yang tumbuh dari tanah harus dikeluarkan sedekahnya satu ikat.

Namun jumhur ulama menegaskan bahwa nishab merupakan syarat

wajibnya zakat pada setiap harta baik yang dikeluarkan dari bumi

maupun harta yang lainnya.41

d. Lebih dari kebutuhan pokok (Al haajah Al Ashliyyah).

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang

diperlakukan untuk kelestarian hidup sebagimana penafsiran ulama

41 Muhammad Anwari, op.cit., hlm. 54

Page 18: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

31

hanafiyah42. Artinya, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi,

maka yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak) seperti

makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yang wajar.

e. Bebas dari hutang

Harta yang lebih dari kebutuhan primer, sudah senisab dan

berkembang dapat dizakati apabila sudah terbebas dari utang.43Namun

apabila hutang tersebut tidak mengurangi nisab harta yang wajib

dizakatkan maka zakat tetap masih dibayar. Syarat ini disepakati oleh

ulama madzhab hanafi, maliki, dan hambali.44

f. Berlalu setahun

Maksudnya harta sekurang-kurangnya telah satu tahun

Qomariyah dalam hal uang dan barang dagangan.45

Nabi saw bersabda :

$�g�<�.� ��D"(�-�.�%.��Am�h� ��$ B(�$�g��������$�&���8 M�

$ ,��<M�.�$ ��#jd�����n�n� ?��2�(��e�

Artinya: “Dari Ali ra, berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada

kewajiban zakat pada harta, sehingga ia berulang tahun”.

(HR. Abu Daud).46

42 Ibid, hlm. 55

43 Yusuf Qardawi, op.cit, hlm.155

44 Abdul Azis Dahlan, op.cit, hlm 1989

45 Masdar Helmy, op.cit, hlm. 19

46 Imam Muhammad bin Ismail Al Kahlani, Subulus Salam, Juz II, Semarang: Thoha Putra, t.th. hlm. 128

Page 19: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

32

Ada 2 kelompok benda zakat yaitu zakat modal dan zakat

pendapatan, persyaratan “berlaku satu tahun” hanya diterapkan pada

zakat modal, misalnya ternak, uang dan harta benda dagang.

Sedangkan pada zakat pendapatan, persyaratan “berlaku satu tahun”

tidak diberlakukan, karena zakat yang dikeluarkannya adalah pada saat

pendapatan diterima.47

2. Rukun Zakat

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta),

dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai

milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut

diserahkan kepada wakilnya : yakni imam atau orang yang bertugas untuk

memungut zakat.48

C. HIKMAH ZAKAT

Dalam ajaran Islam tiap-tiap perintah untuk melakukan ibadah

mengandung hikmah dan rahasia yang sangat beragam berguna bagi pelaku

ibadah tersebut termasuk ibadah zakat. Sesuai dengan ibadah zakat yang

secara etimologis bermakna bersih, tumbuh dan baik maka ibadah ini akan

memberi keuntungan bagi pelakunya, meskipun secara matematika kuantitatif

akan berakibat mengurangi jumlah harta kekayaan.

Dengan mengetahui hikmah suatu kewajiban atau larangan akan

diperoleh jawaban yang memuaskan atau logis yaitu mengapa hal itu

47 Yusuf Qardhawi, op.cit, hlm. 161

48 Wahbab Al-Zuhaily, op.cit., hlm. 97-98

Page 20: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

33

diwajibkan atau dilarang oleh Tuhan. Sebagaimana diketahui bahwa

menunaikan zakat merupakan suatu bentuk perjuangan melawan hawa nafsu,

dan melatih jiwa dengan sifat dermawan yang akan mengangkat kehormatan,

membersihkan jiwa dari sifat tercela yaitu rakus dan bakhil. Kebakhilan

adalah salah satu bentuk ketidakpercayaan terhadap pencipta dan pemberi

rezeki yaitu Allah swt yang pasti akan menepati janjinya baik berupa

keberuntungan maupun berupa kerugian.

Hasbi Ash-Shiddieqy, membagi rahasia dan hikmah zakat atas empat

sisi yaitu hikmah bagi pihak wajib zakat (muzakki), pihak penerima zakat

(mustahiq), gabungan antara keduanya dan hikmah rahasia yang khusus dari

Allah swt.49

Dari empat aspek di atas dapat disimpulkan bahwa hikmah dan rahasia

yang terkandung dalam kewajiban zakat adalah pemantapan hubungan

vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia secara

simultan.

Wahbi Sulaiman Ghauji, membagi hikmah zakat atas empat sisi yaitu

dari segi kepentingan orang-orang kaya sebagai muzakki, dari segi eksistensi

harta benda itu sendiri dan dari kepentingan kaum fakir miskin yang berhak

atas zakat itu serta dari pihak masyarakat pada umumnya.50

49 Hasbi As-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Ditinjau dari segi hukum dan hikmah, Jakarta:

Bulan Bintang, 1991, hlm. 232 50 Abdurrahman Qadir, op.cit., hlm. 81

Page 21: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

34

Adapun hikmah zakat tersebut antara lain tersimpul sebagai berikut:

1. Sebagai manifestasi keimanan kepada Allah swt, mensyukuri nikmatnya.

Menumbuhkan akhlaq mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang

tinggi, menghilangkan sifat rakus dan kikir, menumbuhkan ketenangan

hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki.51

Firman Allah swt:

������w)aP)VuS��DP?�S3V.�b>P7�RA[1R�S�S��R%P�S�V�RAWXZ9V)aP�STS��RA[1R�SXVC�R%P�S�dA4��?� ��� ��e�

Artinya: “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesuangguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).52

2. Karena zakat merupakan hak mustahiq, maka zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin ke arah

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Sekaligus menghilangkan

sifat ini, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka.

Ketika mereka melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.

Zakat, sesungguhnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan yang bersifat

konsumtif yang sifatnya sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan

kesejahteraan pada mereka, dengan cara menghilangkan atau memperkecil

penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.53

51 Didin Hafidhudhin, Zakat Sebagai Implementasi Syari’ah, Makalah “Seminar Zakat

Sebagai Pengurang Pajak, Semarang 22 November 2000, hlm. 2 52Departemen Agama, op.cit., hlm. 380

53 Didin Hafidhudhin, op.cit., hlm. 2.

Page 22: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

35

3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara kelompok aghniya yang

berkecukupan hidupnya dengan para mujtahid yang seluruh waktunya

digunakan untuk berijtihad dijalan Allah, yang karena kesibukannya

tersebut, tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan

berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.54

Sebagaimana firman Allah swt.

�P<b����PkMP\VB�DP���[�P+RjWY�V%aP3b���PL�V�S*W�U�P����� d��*\�� �������e�

Artinya: “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh

jihad) dijalan Allah…” (QS. Al Baqarah: 273).55

4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun

prasarana yang harus dimiliki umat Islam seperti sarana ibadah,

pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligus sarana

pengembangan kualitas sumbr daya manusia muslim.56

5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan

diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil.57

6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan.58

54 Ibid

55 Departemen Agama, op.cit., hlm. 68

56 Didin Hafidhudhin, op.cit., hlm. 3

57 Ibid.

58 Didin Hafidhudhin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani, 2002, hlm. 14

Page 23: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

36

Karena zakat yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang

amanah profesional dan integrated dengan bimbingan dan pengawasan

dari pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi di

dalam masyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga menghapus

sumber-sumber kemiskinan dan membuka akses setiap individu untuk

memperoleh pendapatan dan kemakmuran.59

7. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang

beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa

ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha

sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi

kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga berlomba-lomba menjadi

muzakki dan munfiq.60

D. ZAKAT BADAN HUKUM DALAM ISLAM

Syakhsiyah / kepribadian pada asalnya, adalah syakhshiyah thabi’iyah

yang nampak pada setiap manusia, maka dari itu tiap-tiap manusia dipandang

seorang pribadi yang berdiri sendiri, mempunyai hak dan mempunyai

kewajiban. Dalam pandangan hukum (baik hukum positif maupun hukum

Islam), manusia ternyata bukan satu-satunya pendukung hak-hak dan

kewajiban-kewajiban. Di samping manusia, masih ada lagi pendukung dan

59 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Profil Direktorat Pengembangan Zakat dan

Wakaf, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003, h lm. I 60 Didin Hafidhudhin, op.cit., hlm. 14-15

Page 24: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

37

hak kewajiban yang dinamakan badan hukum yang mengurus kepentingan-

kepentingan umum yang dipandang sebagai orang juga.61

Dengan demikian, jelaslah bahwa orang atua pribadi dalam pandangan

hukum ada dua yaitu syakhshiyah jardiyah thabi’iyah (kepribadian yang alami

atau manusia) dan syakhshiyah hukmiyah i’tibariyah (kepribadian menurut

hukum dan anggapan / badan hukum).

Badan hukum menurut R. Rochmat Soemitro sebagaimana dikutip oleh

Chidir Ali, SH yaitu suatu badan yang mempunyai harta, hak serta kewajiban

seperti orang pribadi begitu pula menurut Sri Soedewi Maschun Sofwan,

badan hukum adalah kumpulan dari orang-orang bersama-sama mendirikan

suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan yang disendirikan

untuk tujuan tertentu.62

Timbulnya fikrah syakhshiyah hukmiyah (teori kepribadian dalam

urusan hukum) dalam ilmu hukum adalah akibat adanya berbagai dari

kemaslahatan perorangan dan tidak mampunya seseorang melaksanakan

maslahat yang umum itu, oleh karena itu timbullah syakhshiyah hukmiyah

(badan hukum) yang dapat mengurus kemasalahatan yang dipersekutukan

masyarakat, yang dikehendaki oleh keperluan-keperluan hidup masyarakat.63

61 Hasbi Ash-Hiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,

Cet. ke-4, 2001, hlm. 194 62 Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung : Alumni, 1999, Cet. ke-2, hlm. 19

63 Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 202-203

Page 25: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

38

Antara badan hukum (syakhshi hukmi) dengan manusia pribadi

(syakhshi thabi’i) terdapat beberapa perbedaan yaitu dalam hal-hal

sebagaimana berikut : 64

1. Syakhshi hukmi tidaklah berpautan dengan syakhshi thabi’i dalam hal hak-

hak syakhshiyah, hak-hak khusus bagi manusia seperti hak berkeluarga,

hak beristri, hak bercerai, hak perhubungan darah, hak pusaka dan

sebagainya, kecuali dalam hal jinsiyah, ahliyah dan tempat menetap

ditetapkan kepada syakhshi hukmi

2. Syakhshi hukmi tidak mati / hilang / berakhir dengan matinya / lenyapnya

syahshi thabi’i yang menjadi pengurusnya, maka bergantinya pengurus

tidak menyebabkan syakhshiyah hukmiyah harus bertukar pula.

3. Syakhshi thabi’i tidak diperlukan pengakuan hukum sedangkan syakhshi

hukmi diperlukan diperlukan hukum.

4. Ahliyah syakhshi thabi’i bagi segala rupa tasharufnya tidak terbatas,

sedangkan ahliyah syakhshi hukmi dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan huku dan dibatasi dalam bidang-bidang yang dibenarkan

hukum dan ditentukan.

5. Ahliyah syakhshiyah thabi’iyah berkembang menurut perkembangan

manusia sendiri, dimulai dari ahliyah naqishah (kecapakan bertindak yang

tidak sempurna) berakhr pada ahliyah kamilah (kecakapan bertindak yang

sempurna), yaitu bila seseorang telah dewasa. Berbeda dengan syakhshi

64 Ibid., hlm. 204-205

Page 26: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

39

hukmi, ahliyahnya telah sempurna dengan berwujudnya syakhshiyah itu

dan tetap tidak berkembang.

6. Syakhshiyah hukmiyah tidak dapat dijatuhi hukuman badan, yang dijatuhi

hanya hukuman perdata saja.

Di Indonesia, badan hukum dapat berupa perhimpunan dan kumpulan

harta kekayaan seperti perseroan terbatas (PT), perusahaan umum (Perum),

koperasi atau juga bentuk badan hukum lainya yang bukan mencari

keuntungan seperti yayasan.65

Sebagaimana diketahui, bahwa khittob zakat dari Allah SWT hanya

diwajibkan kepada manusia secara individu, akan tetapi, dewasa ini yang

dinamakan subyek hukum itu ada 2 sebagaimana tersebut di atas yaitu

manusia dan badan hukum, maka dari itu, badan hukum di mana di dalamnya

terdapat individu pemilik modal / saham yang melakukan berbagai macam

transaksi dan kegiatan usaha, oleh karena itu dikenai pula kewajiban zakat.

Walaupun memang, dalam ketentuan fiqh klasik tidak ada ketentuan mengenai

kewajiban zakat atas badan hukum akan tetapi, dalam rangka mengatasi

ketimpangan sosial dan pengentasan kemiskinan maka badan hukum dikenai

zakat pula.

Adapun persyaratan badan hukum dikenai kewajiban zakat adalah

dapat dianalogkan kepada syarat wajib dan rukun zakat pada manusia secara

individu yaitu dengan syarat pemilik badan hukum tersebut Islam, merdeka,

baligh, dan memiliki harta kekayaan dengan syarat milik penuh, berkembang,

65 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis. Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika, Cet. ke-I, 1994, hlm. 14

Page 27: BAB II 2100128 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004...12 U nd ag- uR ep b li kI os N m r 38 Th 1 9 tP Z , Bazis, ... Hadis riwayat

40

mencapai nishab, telah satu tahun, lebih dari kebutuhan pokok dan bebas dari

hutang, sebagaimana menurut Malik dan Abu Hanifah bahwa beberapa orang

yang bersekutu itu tidak dikenai wajib zakat secara personal dan pengeluaran

zakat harta badan hukum (syirkah) setelah mencapai nishab sedangkan

menurut Syafi’i bahwa harta yang diserikatkan sama hukumnya dengan harta

seorang.66

Adapun nishab zakat badan hukum seperti perusahaan senilai dengan

nishab zakat perdagangan yaitu senilai 94 gram emas atau 2,5 % dari seluruh

harta kekayaan selama satu tahun setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang

harus dibayar seperti pajak dan lain-lain (harta kekayaan bersih).67

66 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Juz I, Jakarta : Dar Al-Ikhya’, t.th., hlm. 188

67 Departemen Agama, Motivasi Zakat, Jakarta : Departemen Agama, 1995, hlm. 31-39