bab i widya
DESCRIPTION
lkjkTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Uveitis termasuk dalam kelompok penyakit ocular inflammatory disease yang
ditandai dengan proses peradangan pada uvea. Uvea merupakan bagian mata yang
memiliki pigmen dan pembuluh darah serta terbagi menjadi iris, badan silier dan
koroid. Klasifikasi uveitis yang digunakan secara luas adalah klasifikasi menurut
Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working Group. Dalam klasifikasi
ini uveitis dibagi menurut lokasi proses peradangan jaringan uvea, yaitu uveitis
anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan panuveitis. (Ardy,1993).
Uveitis anterior merupakan peadangan yang paling sering ditemukan. Bila
mengenai iris saja disebut dengan iritis dan bila terkena iris dan badan siliar disebut
dengan iridosiklitis. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat endogen maupun
eksogen. Teori patologisnya beragam, meliputi proses imunologik, komponen
genetik, penyakit infeksi mikroba, reaksi kompleks imun, reaksi toksik disebabkan
oleh tumbuhan dan obat-obatan, dan infeksi fokal, Selama dekade terakhir ini
ditemukan penyebab baru uveitis anterior dan akibat tindakan pembedahan dalam
bola mata (Ardy,1993).
Lebih dari 75% uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37%
kasus di antaranya ternyata merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan
penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang berhubungan dengan uveitis anterior
meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis psoriatika, penyakit Crohn,
kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple (Suhardjo dan Gunawan, 1993)
1
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan
uveitis anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik
terkait. Di Amerika Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga
setelah Retinopati diabetik dan Degenerasi macular.
Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit,fotofobia,dan penglihatan yang kabur,mata
merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan
dimana kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri
ocular,Fotofobia,penglihatan kabur, dan mata merah.Pada pemeriksaan didapatkan
tajam penglihatan menurun,terdapat injeksi siliar, KP, flare, hipopion, sinekia
posterior, tekanan intra okuler bisa meningkat hingga sampai edema macula.
Uveitis kerap menghadirkan tantangan yang sulit dalam hal etiologi dan
pengobatan. Diperkirakan bahwa lebih dari 280.000 orang di Amerika Serikat
dipengaruhi oleh uveitis setiap tahun, dan bertanggung jawab hingga 10% dari semua
kasus kebutaan. Pasien dapat menjadi tidak responsif atau refrakter terhadap terapi
kortikosteroid topikal atau oral, dan membutuhkan golongan obat imunomodulator
selama pengobatan. Metotreksat, cyclosporine, azathioprine, dan mycophenolate
mofetil merupanakan kortikosteroid-sparing agen yang umumnya dipakai saat ini
untuk mengobati uveitis. Namun, penggunaan agen ini dibatasi oleh karena efek
terapeutiknya yang sempit dan memiliki efek samping yang signifikan ( Phillips et al,
2011 ).
Sirolimus yang juga dikenal sebagai rapamicyn adalah suatu target mamalia of
rapamycin inhibitor ( mTOR ), mempunyai efek imunosupresif namun dengan
2
mekanisme yang berbeda dengan obat imunosupresif lainnya. Sirolimus mempunyai
efek menekan sitokin-driven T-proliferasi sel dan menghambat produksi, sinyal, dan
aktivitas faktor pertumbuhan yang terkait dengan penyakit uveitis ( Sen et al, 2012 ).
Mata merupakan indra penglihatan yang diberikan Allah SWT. Mata
merupakan organ yang penting karena manusia dapat menggambarkan visualisasi
tentang hal-hal yang terjadi dihadapannya dengan organ mata. Namun gangguan
kesehatan mata adalah salah satu dari sekian banyak masalah yang dialami oleh
manusia. Semua penyakit termasuk uveitis adalah sebuah cobaan yang
mendatangkan pahala jika disikapi dengan sabar dan tawakal, segala penyakit yang
diberikan merupakan ujian dari Allah SWT. Manusia harus berusaha mengobati
penyakitnya dengan cara berobat ke ahlinya karena tidak akan diturunkan suatu
penyakit melainkan pula ada obatnya. Penyakit Uveitis merupakan penyakit
peradangan pada bola mata dimana penyakit ini dapat berjalan lama dan berulang.
Hal ini dapat menimbulkan kebutaan yang permanen apabila tidak di obati dengan
baik. Penggunaan obat sirolimus sebagai terapi terbaru mempunyai efektifitas yang
baik dalam pengobatan uveitis (Zuhroni, 2008).
Mengingat mamfaat sirolimus untuk pengobatan penyakit uveitis cukup efektif.
Dan hal ini dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih lanjut dari pada fungsi
mata, maka penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai efektifitas
sirolimus untuk penyakit uveitis anterior ditinjau dari kedokteran dan Islam.
1.2. Permasalahan
1. Bagaimanakah patogenesis terjadinya penyakit uveitis anterior ?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari Sirolimus ?
3
3. Bagaimana efektifitas dan keamanan dari sirolimus dalam pengobatan
uveitis anterior ?
4. Bagaimana pandangan Islam terhadap penggunaan sirolimus sebagai obat
dalam penyakit uveitis anterior ?
1.3. Tujuan
Tujuan umum
Mendapatkan informasi tentang penyakit uveitis anterior dan efektifitas
sirolimus sebagai terapi uveitis anterior ditinjau dari kedokteran dan Islam
Tujuan khusus
1. Mendapatkan informasi tentang patogenesis terjadinya penyakit uveitis
anterior.
2. Mendapatkan infomasi tentang mekanisme kerja dari sirolimus.
3. Mendapatkan informasi tentang efektifitas dan keamanan sirolimus dalam
pengobatan uveitis anterior .
4. Mendapatkan informasi tentang pandangan Islam terhadap penggunaan
sirolimus sebagai obat dalam terapi penyakit uveitis.
1.4. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat memenuhi persyaratan kelulusan sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan belajar membuat karya tulis
ilmiah yang baik dan benar, serta menambah pengetahuan penulis tentang
TR.
4
2. Bagi Universitas YARSI
Dengan penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan di perpustakaan Universitas YARSI dan dapat dijadikan bahan
masukan bagi civitas akademika mengenai TR.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan skripsi ini, dapat menambah pengetahuan masyarakat,
sehingga dapat mengetahui tentang penyakit TR.
5