bab i · web viewpenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas vii semester gasal tahun pelajaran...

25
JUDUL : PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA Oleh : SUGIYANTA Mapel : IPA Fisika Instansi : LPMP D.I. Yogyakarta Alamat Instansi : Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. (55571) Telp.(0274) 496921 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika terhadap hasil belajar siswa dan lingkungan belajar di kelas. Untuk keperluan tersebut model penelitian menggunakan metode quasi eksperimen. Adapun subjek penelitian terdiri dari kelompok penelitian dan kelompok kontrol yang diambil secara acak, masing-masing terdiri dari 40 siswa . Data hasil belajar siswa berupa data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan uji-t, sedangkan data lingkungan belajar di kelas dianalisis secara secara komparatif kualitatif antara kedua kelompok penelitian. Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang berarti meningkatkan hasil belajar siswa pada taraf signifikan 0,05. Selain itu pendekatan konflik kogntif dalam pembelajaran Fisika juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan belajar di dalam kelas lebih kondusif bagi proses pembelajaran. Kata kunci : Konflik kognitif 1

Upload: hoangdieu

Post on 30-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

JUDUL :

PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKAOleh : SUGIYANTAMapel : IPA FisikaInstansi : LPMP D.I. Yogyakarta

Alamat Instansi : Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.(55571) Telp.(0274) 496921

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh

pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika terhadap hasil belajar siswa dan

lingkungan belajar di kelas.

Untuk keperluan tersebut model penelitian menggunakan metode quasi eksperimen.

Adapun subjek penelitian terdiri dari kelompok penelitian dan kelompok kontrol yang

diambil secara acak, masing-masing terdiri dari 40 siswa . Data hasil belajar siswa berupa

data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan uji-t, sedangkan data lingkungan belajar di

kelas dianalisis secara secara komparatif kualitatif antara kedua kelompok penelitian.

Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang

berarti meningkatkan hasil belajar siswa pada taraf signifikan 0,05. Selain itu pendekatan

konflik kogntif dalam pembelajaran Fisika juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan

belajar di dalam kelas lebih kondusif bagi proses pembelajaran.

Kata kunci : Konflik kognitif

1

Page 2: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadlirat Tuhan YME atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul Pendekatan Konflik Kognitif

dalam Pembelajaran Fisika .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak

Kepala Sekolah, teman-teman guru dan karyawan atas bantuan dan kerjasama-nya sehingga

memperlancar penelitian. Juga kepada istri Ucik dan anak Sabrina yang telah mendampingi

dengan sabar serta selalu memberikan dorongan semangat sampai tulisan ini selesai pada

waktunya.

Masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, untuk itu penulis sangat berharap kepada

pembaca yang budiman untuk memberikan tinjauan kritis demi kesempurnaan penelitian ini.

Yogyakarta, September 2005

Penulis

Sugiyanta

2

Page 3: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran sains

dewasa ini makin terasa. Selain teknis pembelajaran terdapat pula aspek-aspek penting

seperti moral dan nilai-nilai (values) yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, bukan

hanya sekedar pernyataan tentang fakta, konsep, teori maupun hukum-hukum sains. Dengan

demikian pendidikan perlu ditempatkan dalam konteks pembentukan manusia seutuhnya

sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

Tetapi kenyataan di lapangan masih terdapat gejala yang menandai tidak efektifnya

pembelajaran di sekolah. Satu di antaranya masih banyak sistem pembelajaran fisika di

sekolah yang berjalan secara tradisional dan instingtif sehingga menghambat siswa untuk

belajar secara aktif-kreatif, mengalami dan menghayati sendiri proses sains melalui kegiatan

belajarnya (Sugiyanta, 2003). Pragmatisme sempit menjadi hantu bagi dunia pendidikan kita.

Bukan hal yang mengejutkan jika hasil belajar fisika relatif masih rendah, dan kurang

diminati oleh siswa. Karenanya diperlukan reorientasi dan pendekatan baru yang lebih

efektif dalam pembelajaran sains fisika.

Menurut Moh. Amien (1987) efektivitas pendekatan instruksional sains tergantung

pada produk dan proses yang diinginkan. Produk didasarkan pada transfer produk ilmiah

(fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dan hukum) yang dapat dilakukan dengan aplikasi

spesifik tugas-tugas serupa dengan pengalaman aslinya (Specific transfer of training).

Sedangkan proses adalah transfer “science is what scientists do”, meliputi sikap ilmiah

(hasrat ingin tahu, jujur, obyektif dsb) dan proses / metode ilmiah (mengidentifikasi problem,

mengamati, merumuskan hipotesa dsb). Sikap dan proses ilmiah tersebut merupakan dimensi

penting yang harus menjadi fokus dalam pembelajaran Fisika .

Dengan demikian pendekatan baru dalam pembelajaran sains adalah merupakan

suatu keyakinan bahwa sains harus diajarkan pada siswa untuk kemanfaatan yang dapat

membawa ke arah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan, mampu mengembangkan

potensi secara utuh (self-actualized), melakukan pendekatan baru terhadap situasi untuk

memecahkan masalah melalui pemikiran yang mendalam, dengan mengkombinasikan unsur-

unsur kemampuan yang dimiliki yaitu kognitif, psikomotorik dan affektif.

Banyak penelitian dilakukan, diantaranya penelitian Munandar (1977) menyatakan

bahwa pembelajaran yang terbuka, responsif mengakomodasi perbedaan individu dan

3

Page 4: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

berorientasi pada kebutuhan siswa dapat memberikan pengalaman belajar yang bernilai,

menyenangkan dan memberi kepuasan pada siswa. Moh. Sidin Ali (1985) menemukan

hubungan yang berarti antara berpikir divergen dan kemampuan operasi logik terhadap

prestasi belajar fisika dengan koefisien korelasi masing-masing r=0,79 dan r = 0,88.

Kemudian Rowe (1970) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa terdapat korelasi yang

tinggi antara rangsangan pertanyaan yang diajukan guru dengan tanggapan kreatif siswa.

Dengan demikian pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan, bersifat terbuka dan

memberikan rangsangan efektif akan lebih efektif dalam membantu siswa membangun ilmu

pengetahuannya.

Teori konstruktivisme Piaget menyatakan ketika seseorang membangun ilmu

pengetahuannya, maka untuk membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi diperlukan

asimilasi, yaitu kontak atau konflik kognitif yang efektif antara konsep lama dengan

kenyataan baru(Woolfolk, 1984). Secara spesifik Van den Berg (1991) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa metode konfik kognitif dalam pembelajaran Fisika cukup efektif untuk

mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam rangka membentuk keseimbangan ilmu yang lebih

tinggi. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran akan sangat membantu proses

asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan intelektualitas siswa. Untuk

itu pendekatan konflik kognitif perlu dilakukan dalam strategi pembelajaran sains fisika

Namun demikian tidaklah mudah untuk mendesain dan melaksanakan pembelajaran

dengan pendekatan baru, karena masalah instruksional adalah kompleks. Dalam hal ini

Bloom (1976) berpendapat bahwa, dalam belajar faktor yang sangat penting adalah

lingkungan belajar, yaitu bagaimana mengelola lingkungan belajar anak dan bukan

mengelola anak. Lingkungan belajar yang kondusif memberi pengaruh nyata bagi subjek

didik mengembangkan potensi dan intelektualitasnya. Maka penelitian ini hanya

memusatkan pada pengaruh pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika

kaitannya dengan hasil belajar dan kualitas lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran sains

Fisika terhadap hasil belajar dan lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP ?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh

pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran sains Fisika terhadap hasil belajar dan

lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP.

4

Page 5: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis bagi

peningkatan kualitas layanan pendidikan baik bagi guru, siswa maupun praktisi pendidikan

lainnya.

E. Sajian Definisi

Agar diperoleh kesamaan persepsi perlu dikemukakan beberapa definisi berikut:

1. Pendekatan konflik kognitif :

Adalah seperangkat kegiatan pembelajaran dengan mengkomunikasikan dua atau lebih

rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar

terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu

pengetahuan yang lebih tinggi.

2. Lingkungan belajar di kelas :

Adalah kondisi interaksi dan keaktifan peserta didik di kelas ketika proses

pembelajaran .

3. Hasil belajar siswa :

Adalah nilai ulangan harian siswa meliputi tes pemahaman dan aplikasi konsep fisika

serta kinerja ilmiah.

5

Page 6: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

BAB IIIDESKRIPSI PENELITIAN

A. Konteks Implementasi

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran

2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran, Zat

dan Wujudnya , serta Gerak Lurus. Sedangkan media pembelajaran menggunakan alat-alat

laboratorium maupun sumber belajar lain di lingkungan sekitar, terutama kejadian riel dalam

kehidupan sehari-hari. Secara lengkap hal ini disajikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa

dan perangkat pembelajaran.

B. Perencanaan.

Desain instruksional dengan pendekatan konflik kognitif memerlukan persiapan yang

matang, hal ini terkait dengan konsep, tingkat kematangan berpikir subjek didik, konteks

lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Berikut ini beberapa tahapan yang perlu diperhatikan .

1. Pemetaan masalah dan analisis materi

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah analisis tematik dan maping terhadap

masalah materi esensial. Analisis tematik digunakan untuk melihat kaitan suatu konsep

dengan konsep lain dalam suatu tema pembelajaran yang dipilih. Sedangkan pemetaan

masalah sangat diperlukan untuk melihat permasalahan yang mungkin timbul pada suatu

konsep seperti miskonsepsi, peta konsep yang rumit dan sulit untuk dipahami, kesalahan

struktur konsep, serta kemungkinan masalah lain.

2. Menemukan dan menentukan rangsangan konflik kognitif.

Hal ini dapat dikembangkan sesuai konteks masalah, kondisi lingkungan siswa,

serta sarana fasilitas dan media yang tersedia. Bentuk konflik kognitif berupa rangsangan

kognitif(pembanding) yang mengandung pertentangan dan dinilai mampu memberikan

pengalaman belajar berarti sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang dapat berupa hasil pengamatan, data, fakta, konsep, teori, hukum,

pendapat, informasi media cetak dan elektronik maupun prediksi.

3. Menyusun Silabus

Berdasarkan analisis tematik dan peta masalah di atas, dirancang silabus

pembelajaran dengan memasukkan unsur konflik kognitif sebagai bentuk pengalaman

belajar siswa.

6

Page 7: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

Silabus pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif(Contoh terlampir)

Sekolah : ……………………………..Mata Pelajaran : ……………………………..Kelas/semester : …………………………….

Standar Kompetensi : ……………………………………………………………

Kompetensi

Dasar

MateriPokok

Strategi Pembelajaran Alokasi Waktu

Sumber BahanTatapmuka/

MetodePengalaman

BelajarKonflik Kognitif

1. ……….

1. …. ………….. ………………… …………. ………. ……….

4. Sintaks pembelajaran

Garis besar prilaku guru perlu digambarkan terlebih dahulu dalam sintaks berikut,

meski dalam hal ini bersifat dinamik dan kondisional.

SINTAKS PEMBELAJARAN MODEL PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF

FASE-FASE KEGIATAN GURUFase 1Orientasi siswa kepada konflik

Fase 2Mengorganisasi siswa untuk belajar

Fase 3Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Fase 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sumber belajar yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif dalam penmecahan konflik dan mencari kebenaran konsep

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan konflik

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, diskus internal untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah/konflik

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan hasil karya, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka lakukan

7

Page 8: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

5. Menyusun Rencana Pembelajaran

Berdasarkan analisis pemetaan materi, silabus dan sintaks pembelajaran di atas,

maka dapat disusun skenario pembelajaran, yaitu berupa urutan kegiatan pembelajaran

sehingga tampak apa yang akan dikerjakan baik oleh guru maupun peserta didik dalam

satuan waktu yang telah ditetapkan. Untuk lebih memberi tekanan pada strategi konflik

kognitif maka dikembangkan format Rencana Pembelajaran berikut:

RENCANA PEMBELAJARAN( Contoh terlampir)

Identitas Mata Pelajaran : ……………………………………………………

Skenario Pembelajaran :

No Tahap Langkah-langkah Waktu1

2

3

Pendahuluan(Fase 1)a. Penyajian konflik dan

Prasyarat pengetahuan b. MotivasiKegiatan Inti(Fase 2-4)

Pengelolaan konflikPenutup(fase 5)

………………………………

………………………………

……………………………….……………………………….

…… menit

…… menit

…… menit…… menit

Keterangan :

1. Pendahuluan :

a. Prasyarat pengetahuan adalah merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta

didik untuk memahami konsep yang akan di ajarkan . Penyajian konflik adalah cara-

cara yang akan digunakan oleh guru dalam menyajikan konflik (bersifat elastis dan

dinamis) sesuai dengan metode yang akan digunakan.

b. Motivasi adalah suatu rangsangan yang akan digunakan untuk meningkatkan minat

peserta didik untuk mempelajari suatu konsep.

2. Kegiatan Inti :

Pengelolaan konflik adalah cara-cara yang akan ditempuh dalam mengkomunikasikan

konflik yang terjadi sesuai metode yang digunakan.

3. Penutup adalah kegiatan akhir dari satu proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dan siswa untuk merangkum dan membuat kesimpulan atas konflik yang ada.

6. Pengelolaan kelas.

Dalam pembelajaran ini pengelolaan kelas menjadi amat penting, karena tidak seperti

lingkungan belajar yang terstruktur dengan ketat, namun bersifat terbuka, demokratis, siswa

berperanan aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang

terstruktur dan dapat diprediksi, norma pembelajaran adalah norma inquiri terbuka dan bebas

8

Page 9: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

mengemukakan pendapat. Oleh karena itu pengendalian terhadap fokus materi bahasan ,

waktu, dan kompetensi yang diamanatkan harus diperhatikan dengan seksama.

C. Pelaksanaan

Untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan maka digunakan metode quasi

eksperimen dengan desain 2x1. Kelas yang ada dipilih secara random menjadi dua bagian,

yaitu kelompok penelitian terdiri dari 40 siswa diberi perlakuan pendekatan konflik kognitif

dan kelompok kontrol terdiri dari 40 siswa tidak diberi perlakuan tersebut. Meski demikian

dalam penelitian sosial – pendidikan tidak dapat melakukan pengontrolan secara ketat

terhadap variabel-variabel terkait seperti dalam penelitian ilmu murni.

Untuk lebih mengoptimalkan interaksi kognitif,afektif dan psikomotorik, kelas dibagi

dalam beberapa kelompok untuk melakukan eksperimen. Kemudian secara bergantian, siswa

mempresentasikan hasilnya. Perbedaan hasil pengukuran / data percobaan , simpulan

percobaan siswa merupakan sumber konflik kognitif yang efektif. Pada kesempatan tersebut

guru menyajikan data pembanding yang lain berupa informasi, pendapat maupun teori yang

mengandung pertentangan sehingga terjadi konflik kognitif.

Konflik tersebut kemudian dikelola dalam bentuk diskusi kelompok dan diskusi kelas

Dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan konflik masalah yang timbul dalam rangka

membangun teori yang benar.

D. Penilaian

Dalam pembelajaran ini ada dua aspek yang akan diteliti yaitu hasil belajar siswa

(meliputi nilai pemahaman aplikasi konsep fisika dan kinerja ilmiah) dan kualitas lingkungan

belajar di kelas. Untuk itu dikembangankan instrumen berupa :

1. Soal Tes Ulangan Harian dan Lembar Observasi Siswa(LOS) , yaitu untuk

mendapatkan data hasil belajar siswa.

2. Lembar Observasi Kelas dengan menggunakan skala likert, untuk mendapatkan data

kualitas lingkungan belajar di kelas.

Data hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif analitis . Sedangkan analisis uji

beda ( Uji –t ), digunakan untuk menguji keberartian pengaruh perlakuan pendekatan konflik

kognitif terhadap hasil belajar. Analisis komparasi kualitatif akan digunakan untuk melihat

sejauhmana kualitas lingkungan belajar di kelas.

9

Page 10: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan tes yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelompok Penelitian ( Kelas VII A )

Ulangan Harian ke

Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Jumlah Siswa Tuntas Belajar

1 7,41 7,30 6,67 0,94 21 (52,5 % )

2 7,98 8,00 8,00 0,71 27 (67,5 % )

3 8,17 8,40 6,80 0,57 28 (70,0 % )

Rata-rata 7,85 7,94 8,04 0,74 25,33(63,33 %)

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol ( Kelas VII C )

Ulangan Harian ke

Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Jumlah Siswa Tuntas Belajar

1 7,90 8,00 8,67 0,71 28 (70,0 % )

2 7,63 8,00 8,00 0,71 26 (65,5 %)

3 7,24 7,20 7,20 0,00 18 (45,0 %)

Rata-rata 7,62 7,43 6,51 0,47 23 (57,5 %)

Berdasarkan data di atas tampak bahwa rata-rata nilai ulangan harian pada kelompok

penelitian mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata 7,85. Demikian

pula median pada kelompok ini juga mengalami peningkatan. Adapun ketuntasan belajar

(nilai >= 7,5) mengalami peningkatan prosentase yang signifikan dengan rata-rata 63,33 %

tuntas belajar.

Pada kelompok kontrol justru sejumlah indikator mengalami penurunan dengan nilai

rata-rata 7,62 median7,43 dan modus 6,51. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar lebih

rendah dibanding kelompok penelitian, yaitu hanya 57,50 %. Hal ini berkaitan dengan

intensitas proses kognitif belajar siswa , dimana pembelajaran disampaikan secara

konvensional sehingga kurang memberikan rangsangan kognitif yang baik bagi subjek didik.

Sebaran nilai pada kelompok yang diberi pendekatan konflik kognitif ternyata lebih

baik dibanding kelompok kontrol, hal ini menunjukkan adanya peningkatan interaksi-

induksi kognitif yang cukup berarti antar siswa. Dengan demikian hasil belajar semakin

meningkat.

10

Page 11: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa kedua Kelompok

Kelompok Rata-rata Nilai UH

Standar Deviasi (s)

Kelompok Penelitian = 7,8511 0,7385

Kelompok Kontrol 0 = 7,6183 0,4714

Untuk menguji sejauh mana keberartian perlakuan pendekatan konflik dalam

pembelajaran sains fisika terhadap hasil belajar siswa , digunakan uji–t pada taraf signifikan

0,05. Dari tabel 3 di atas setelah dilakukan pengujian diperoleh t hitung = 1,9937

( perhitungan lengkap terlampir). Harga ini jauh lebih besar dari t tabel yaitu 1,68. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa :

Pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran IPA Fisika mempunyai pengaruh

yang berarti terhadap hasil belajar siswa.

B. Lingkungan Belajar di Kelas

Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Data Perbandingan Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas

Aspek Kelompok Penelitian Kelompok Kontrol

Skor Kriteria Skor Kriteria

Keaktifan siswa 31 Baik sekali 23 Cukup

Kondisi Kelas 21 Baik 19 Baik

Jumlah Skor 52 Baik sekali 42 BaikKeterangan : Data lengkap dan penetapan kriteria terlampir.

Berdasarkan tabel 4 di atas, kualitas lingkungan belajar di kelas untuk kelompok

penelitian adalah 52 dengan kategori baik sekali, kondisi ini lebih tinggi dibanding kelompok

kontrol yaitu 42 dengan kategori baik. Khususnya aspek keaktifan siswa pada kelompok

penelitian memiliki skor 31 dengan kategori baik sekali sedang skor kelompok kontrol

adalah 23 dengan kategori cukup.

Pada aspek kondisi kelas, perlakuan yang diberikan pada kelompok penelitian juga

memberikan pengaruh positif terhadap penciptaan lingkungan belajar di kelas, meskipun

keduanya mempunyai kategori baik , tetapi skor kelompok penelitian lebih tinggi yaitu 21

dibanding skor kelompok kontrol yaitu 19 . Dengan demikian pendekatan konflik kognitif

dalam pembelajaran sains fisika mampu memberikan pengaruh positif terhadap kualitas

lingkungan belajar di kelas, sehingga lebih hangat, komunikatif dan siswa enjoy belajar.

11

Page 12: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Pendekatan konflik kognitif pada pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang

berarti terhadap hasil belajar siswa. Yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup

signifikan pada kelas yang diberi pendekatan konflik kognitif.

2. Pendekatan konflik kognitif pada pembelajaran Fisika mampu meningkatkan kualitas

lingkungan belajar di kelas, dimana kelas menjadi lebih hangat, terbuka, kondusif,

dan interaktif.

B. Saran

Dengan segala keterbatasannya, maka dari hasil penelitian ini dikemukakan saran

sebagai berikut :

1. Agar diperoleh hasil yang lebih komprehensif maka aspek maupun variabel

penelitian perlu diperluas.

2. Jumlah sampel perlu ditambah dan perlu dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya.

3. Dari sisi teknis pembelajaran, karena kelas dan norma pembelajaran bersifat terbuka

maka penggunaan pendekatan konflik kognitif harus dilakukan dengan hati-hati dan

cermat, pengelolaan kelas dan waktu harus efisien.

4. Agar proses pembelajaran lebih bermakna dan terkontrol , maka perlu ada refleksi

bersama, baik dengan siswa maupun sesama guru.

5. Pembelajaran dengan pendekatan ini menuntut kreativitas, inovasi dan semangat guru

untuk selalu berpihak pada peningkatan kualitas layanan pendidikan, untuk itu perlu

adanya keberanian dan kerja keras.

12

Page 13: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Subali.(2002). Pedoman khusus penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar siswa SMP. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

Bloom, B.S.(1976). Human characteristic and school learning. New York : Mc. Grow Hill.

Euwe Van den Berg. (1991)Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga: UKSW

Fernandes, H.J.X.(1984). Testing and Measurement. Jakarta. National Educational Planning.

Imam Barnadib (1995). Beberapa aspek substansi ilmu pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Moh. Amien.( 1987). Mengajarkan ilmu pengetahuan alam(IPA) dengan menggunakan metode discovery dan inquiri. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Maslow, A.H.(1971). The farther reaches of human nature. New York : The Viking Press.

Mitchel,B.W.(1976). Planning for creative learning. Washington: Kendall/Hunt Publishing Company.

Moh. Sidin Ali (1995). Kreativitas, kemampuan operasi logik dan kemampuan dasar berhitung dengan prestasi belajar fisika pada siswa SMA di kotmadya Ujung Pandang. Tesis .Yogyakarta.

Munandar, S.C.U.(1977). Creativity and education: A Study relationsip between measures of creative thinking and a number of educational variabels in Indonesian primary and junior secondary schools. Jakarta : UI.

Rowe, B.M.(1970). Wait-time and reward as instructional variabel: Influence on inquiry and sense and fate control. New York : Columbia University.

Saifudin Azwar.(1976). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sugiyanta(2003). Hubungan antara beberapa faktor karakteristik guru dengan gaya mengajar kreatif pada pembelajaran fisika. Tesis. Yogyakarta

Sukamto (1997). Course material on applied educational research. Medan: PPPGT.

Treffinger, D.J.(1992). Encouraging creative learning for gifted and the talented. Ventura Clif : Ventura Country Super Intendent of School Office.

Woolfolk, A.E.(1984). Eductional phsycology for teachers. New Jersey: Prentice-Hall.Inc

13

Page 14: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

Lampiran 1. Pengujian Hipotesis dan data penelitian

1. Pengujian Hipotesis.

Berdasarkan tabel 3. di depan dapat dikemukakan :

Hipotesa :

Ho : = o ( Pendekatan konflik kognitif tidak menyebabkan meningkatnya hasil belajar

siswa )

Hi : > o (Pendekatan konflik kognitif menyebabkan meningkatnya hasil belajar siswa )

Rumus :

Kriteria : Ho ditolak jika ( dk=n – 1= 40-1=39 ). Diketahui berdasarkan daftar

distribusi Student t (=0,05) dengan dk=39 adalah 1,68

Perhitungan :

2. Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas.

Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

a. Kelompok Penelitian

Tabel 5. Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kelompok Penelitian ( Kelas VII A )

Aspek Indikator Skor1 2 3 4 5

Keaktifan

Siswa

1. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Siswa siswa aktif melakukan percobaan 3. Siswa aktif bertanya pada guru 4. Siswa aktif bertanya pada siswa atau kelompok lain 5. Siswa aktif berdiskusi kelompok 6. Siswa aktif mempresentasikan hasil karyanya. 7. Siswa aktif membuat laporan praktikum.

Jumlah 3 8 20

Kondisi

Kelas

8. Suasana kelas hangat 9. Siswa enjoy mengikuti proses pembelajaran 10. Fokus terhadap materi bahasan 11. Ketertiban siswa di dalam kelas 12. Pemanfaatan sumber belajar

Jumlah 3 8 10

14

Page 15: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

b. Kelompok Kontrol

Tabel 6. Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kelompok Kontrol ( Kelas VII C)

Aspek Indikator Skor1 2 3 4 5

Keaktifan

Siswa

1. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Siswa siswa aktif melakukan percobaan 3. Siswa aktif bertanya pada guru 4. Siswa aktif bertanya pada siswa atau kelompok lain 5. Siswa aktif berdiskusi kelompok 6. Siswa aktif mempresentasikan hasil karyanya. 7. Siswa aktif membuat laporan praktikum.

jumlah 2 9 12

Kondisi

Kelas

8. Suasana kelas hangat 9. Siswa enjoy mengikuti proses pembelajaran 10. Fokus terhadap materi bahasan 11. Ketertiban siswa di dalam kelas 12. Pemanfaatan sumber belajar

Jumlah 4 8 5Keterangan :

1 = Sangat kurang 4 = Baik2 = Kurang 5 = Baik Sekali3 = Cukup

c. Komparasi hasil

Berdasarkan tabel di atas diperoleh rekapitulasi skor antara kedua kelompok sebagai

berikut :

Tabel 7. Rekapitulasi Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kedua Kelompok

Aspek Kelompok Penelitian Kelompok Kontrol

Keaktifan siswa 31 23

Kondisi Kelas 21 19

Jumlah Skor 52 42

Untuk memberikan penilaian kualitatif pada hasil tersebut, diperlukan kriteria yang

jelas dan tegas. Hasil skor penilaian diatas dibagi dalam kategori yaitu baik sekali ,

baik ,cukup ,kurang, dan kurang sekali . Adapun Kriteria penilaian ditentukan sebagai

berikut :

Range = Skor maksimal - skor minimum

Rentang kriteria penilaian = Range : Jumlah kategori

Median = skor minimum + range/2 (Fernandes, 1984)

15

Page 16: BAB I · Web viewPenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran 2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran,

Contoh :

Berdasarkan data keaktifan siswa tabel 5 di atas, maka dapat ditentukan kriteria sebagai

berikut :

Range = Skor maksimal - skor minimum = 35 – 7 = 28

Rentang kriteria penilaian = Range : Jumlah kategori = 28 : 5 kategori

= 5,6 dibulatkan jadi 6Median = skor minimum + range/2

= 7 + 28/2 = 21

Sehingga diperoleh kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Keaktifan siswa :

Skor 7 – 12 : kurang sekali

Skor 13 – 18 : kurang

Skor 19 – 23 : cukup

Skor 24 – 29 : baik

Skor 30 – 35 : baik sekali

2. Kriteria Kondisi kelas :

Dengan menggunakan rumus seperti di atas maka diperoleh kriteria sebagai berikut :

Skor 5 – 8 : kurang sekali

Skor 9 – 12 : kurang

Skor 13 – 17 : cukup

Skor 18 – 21 : baik

Skor 22 – 25 : baik sekali

3. Kriteria Lingkungan Belajar di kelas :

Dengan menggunakan rumus seperti di atas maka diperoleh kriteria sebagai berikut

Skor 12 – 21 : kurang sekali

Skor 22 – 31 : kurang

Skor 32 – 41 : cukup

Skor 42 – 51 : baik

Skor 52 – 60 : baik sekali

16