bab i · web viewpenelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas vii semester gasal tahun pelajaran...
TRANSCRIPT
JUDUL :
PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKAOleh : SUGIYANTAMapel : IPA FisikaInstansi : LPMP D.I. Yogyakarta
Alamat Instansi : Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.(55571) Telp.(0274) 496921
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika terhadap hasil belajar siswa dan
lingkungan belajar di kelas.
Untuk keperluan tersebut model penelitian menggunakan metode quasi eksperimen.
Adapun subjek penelitian terdiri dari kelompok penelitian dan kelompok kontrol yang
diambil secara acak, masing-masing terdiri dari 40 siswa . Data hasil belajar siswa berupa
data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan uji-t, sedangkan data lingkungan belajar di
kelas dianalisis secara secara komparatif kualitatif antara kedua kelompok penelitian.
Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang
berarti meningkatkan hasil belajar siswa pada taraf signifikan 0,05. Selain itu pendekatan
konflik kogntif dalam pembelajaran Fisika juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan
belajar di dalam kelas lebih kondusif bagi proses pembelajaran.
Kata kunci : Konflik kognitif
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadlirat Tuhan YME atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul Pendekatan Konflik Kognitif
dalam Pembelajaran Fisika .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Kepala Sekolah, teman-teman guru dan karyawan atas bantuan dan kerjasama-nya sehingga
memperlancar penelitian. Juga kepada istri Ucik dan anak Sabrina yang telah mendampingi
dengan sabar serta selalu memberikan dorongan semangat sampai tulisan ini selesai pada
waktunya.
Masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, untuk itu penulis sangat berharap kepada
pembaca yang budiman untuk memberikan tinjauan kritis demi kesempurnaan penelitian ini.
Yogyakarta, September 2005
Penulis
Sugiyanta
2
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran sains
dewasa ini makin terasa. Selain teknis pembelajaran terdapat pula aspek-aspek penting
seperti moral dan nilai-nilai (values) yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, bukan
hanya sekedar pernyataan tentang fakta, konsep, teori maupun hukum-hukum sains. Dengan
demikian pendidikan perlu ditempatkan dalam konteks pembentukan manusia seutuhnya
sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.
Tetapi kenyataan di lapangan masih terdapat gejala yang menandai tidak efektifnya
pembelajaran di sekolah. Satu di antaranya masih banyak sistem pembelajaran fisika di
sekolah yang berjalan secara tradisional dan instingtif sehingga menghambat siswa untuk
belajar secara aktif-kreatif, mengalami dan menghayati sendiri proses sains melalui kegiatan
belajarnya (Sugiyanta, 2003). Pragmatisme sempit menjadi hantu bagi dunia pendidikan kita.
Bukan hal yang mengejutkan jika hasil belajar fisika relatif masih rendah, dan kurang
diminati oleh siswa. Karenanya diperlukan reorientasi dan pendekatan baru yang lebih
efektif dalam pembelajaran sains fisika.
Menurut Moh. Amien (1987) efektivitas pendekatan instruksional sains tergantung
pada produk dan proses yang diinginkan. Produk didasarkan pada transfer produk ilmiah
(fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dan hukum) yang dapat dilakukan dengan aplikasi
spesifik tugas-tugas serupa dengan pengalaman aslinya (Specific transfer of training).
Sedangkan proses adalah transfer “science is what scientists do”, meliputi sikap ilmiah
(hasrat ingin tahu, jujur, obyektif dsb) dan proses / metode ilmiah (mengidentifikasi problem,
mengamati, merumuskan hipotesa dsb). Sikap dan proses ilmiah tersebut merupakan dimensi
penting yang harus menjadi fokus dalam pembelajaran Fisika .
Dengan demikian pendekatan baru dalam pembelajaran sains adalah merupakan
suatu keyakinan bahwa sains harus diajarkan pada siswa untuk kemanfaatan yang dapat
membawa ke arah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan, mampu mengembangkan
potensi secara utuh (self-actualized), melakukan pendekatan baru terhadap situasi untuk
memecahkan masalah melalui pemikiran yang mendalam, dengan mengkombinasikan unsur-
unsur kemampuan yang dimiliki yaitu kognitif, psikomotorik dan affektif.
Banyak penelitian dilakukan, diantaranya penelitian Munandar (1977) menyatakan
bahwa pembelajaran yang terbuka, responsif mengakomodasi perbedaan individu dan
3
berorientasi pada kebutuhan siswa dapat memberikan pengalaman belajar yang bernilai,
menyenangkan dan memberi kepuasan pada siswa. Moh. Sidin Ali (1985) menemukan
hubungan yang berarti antara berpikir divergen dan kemampuan operasi logik terhadap
prestasi belajar fisika dengan koefisien korelasi masing-masing r=0,79 dan r = 0,88.
Kemudian Rowe (1970) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa terdapat korelasi yang
tinggi antara rangsangan pertanyaan yang diajukan guru dengan tanggapan kreatif siswa.
Dengan demikian pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan, bersifat terbuka dan
memberikan rangsangan efektif akan lebih efektif dalam membantu siswa membangun ilmu
pengetahuannya.
Teori konstruktivisme Piaget menyatakan ketika seseorang membangun ilmu
pengetahuannya, maka untuk membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi diperlukan
asimilasi, yaitu kontak atau konflik kognitif yang efektif antara konsep lama dengan
kenyataan baru(Woolfolk, 1984). Secara spesifik Van den Berg (1991) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa metode konfik kognitif dalam pembelajaran Fisika cukup efektif untuk
mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam rangka membentuk keseimbangan ilmu yang lebih
tinggi. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran akan sangat membantu proses
asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan intelektualitas siswa. Untuk
itu pendekatan konflik kognitif perlu dilakukan dalam strategi pembelajaran sains fisika
Namun demikian tidaklah mudah untuk mendesain dan melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan baru, karena masalah instruksional adalah kompleks. Dalam hal ini
Bloom (1976) berpendapat bahwa, dalam belajar faktor yang sangat penting adalah
lingkungan belajar, yaitu bagaimana mengelola lingkungan belajar anak dan bukan
mengelola anak. Lingkungan belajar yang kondusif memberi pengaruh nyata bagi subjek
didik mengembangkan potensi dan intelektualitasnya. Maka penelitian ini hanya
memusatkan pada pengaruh pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran Fisika
kaitannya dengan hasil belajar dan kualitas lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran sains
Fisika terhadap hasil belajar dan lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP ?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran sains Fisika terhadap hasil belajar dan
lingkungan belajar di kelas pada siswa SMP.
4
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis bagi
peningkatan kualitas layanan pendidikan baik bagi guru, siswa maupun praktisi pendidikan
lainnya.
E. Sajian Definisi
Agar diperoleh kesamaan persepsi perlu dikemukakan beberapa definisi berikut:
1. Pendekatan konflik kognitif :
Adalah seperangkat kegiatan pembelajaran dengan mengkomunikasikan dua atau lebih
rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar
terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi.
2. Lingkungan belajar di kelas :
Adalah kondisi interaksi dan keaktifan peserta didik di kelas ketika proses
pembelajaran .
3. Hasil belajar siswa :
Adalah nilai ulangan harian siswa meliputi tes pemahaman dan aplikasi konsep fisika
serta kinerja ilmiah.
5
BAB IIIDESKRIPSI PENELITIAN
A. Konteks Implementasi
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester gasal Tahun Pelajaran
2004/2005 di SMP Negeri 1 Kalasan. Adapun materi pembelajaran meliputi Pengukuran, Zat
dan Wujudnya , serta Gerak Lurus. Sedangkan media pembelajaran menggunakan alat-alat
laboratorium maupun sumber belajar lain di lingkungan sekitar, terutama kejadian riel dalam
kehidupan sehari-hari. Secara lengkap hal ini disajikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa
dan perangkat pembelajaran.
B. Perencanaan.
Desain instruksional dengan pendekatan konflik kognitif memerlukan persiapan yang
matang, hal ini terkait dengan konsep, tingkat kematangan berpikir subjek didik, konteks
lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Berikut ini beberapa tahapan yang perlu diperhatikan .
1. Pemetaan masalah dan analisis materi
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah analisis tematik dan maping terhadap
masalah materi esensial. Analisis tematik digunakan untuk melihat kaitan suatu konsep
dengan konsep lain dalam suatu tema pembelajaran yang dipilih. Sedangkan pemetaan
masalah sangat diperlukan untuk melihat permasalahan yang mungkin timbul pada suatu
konsep seperti miskonsepsi, peta konsep yang rumit dan sulit untuk dipahami, kesalahan
struktur konsep, serta kemungkinan masalah lain.
2. Menemukan dan menentukan rangsangan konflik kognitif.
Hal ini dapat dikembangkan sesuai konteks masalah, kondisi lingkungan siswa,
serta sarana fasilitas dan media yang tersedia. Bentuk konflik kognitif berupa rangsangan
kognitif(pembanding) yang mengandung pertentangan dan dinilai mampu memberikan
pengalaman belajar berarti sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dapat berupa hasil pengamatan, data, fakta, konsep, teori, hukum,
pendapat, informasi media cetak dan elektronik maupun prediksi.
3. Menyusun Silabus
Berdasarkan analisis tematik dan peta masalah di atas, dirancang silabus
pembelajaran dengan memasukkan unsur konflik kognitif sebagai bentuk pengalaman
belajar siswa.
6
Silabus pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif(Contoh terlampir)
Sekolah : ……………………………..Mata Pelajaran : ……………………………..Kelas/semester : …………………………….
Standar Kompetensi : ……………………………………………………………
Kompetensi
Dasar
MateriPokok
Strategi Pembelajaran Alokasi Waktu
Sumber BahanTatapmuka/
MetodePengalaman
BelajarKonflik Kognitif
1. ……….
1. …. ………….. ………………… …………. ………. ……….
4. Sintaks pembelajaran
Garis besar prilaku guru perlu digambarkan terlebih dahulu dalam sintaks berikut,
meski dalam hal ini bersifat dinamik dan kondisional.
SINTAKS PEMBELAJARAN MODEL PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF
FASE-FASE KEGIATAN GURUFase 1Orientasi siswa kepada konflik
Fase 2Mengorganisasi siswa untuk belajar
Fase 3Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Fase 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sumber belajar yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif dalam penmecahan konflik dan mencari kebenaran konsep
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan konflik
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, diskus internal untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah/konflik
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan hasil karya, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka lakukan
7
5. Menyusun Rencana Pembelajaran
Berdasarkan analisis pemetaan materi, silabus dan sintaks pembelajaran di atas,
maka dapat disusun skenario pembelajaran, yaitu berupa urutan kegiatan pembelajaran
sehingga tampak apa yang akan dikerjakan baik oleh guru maupun peserta didik dalam
satuan waktu yang telah ditetapkan. Untuk lebih memberi tekanan pada strategi konflik
kognitif maka dikembangkan format Rencana Pembelajaran berikut:
RENCANA PEMBELAJARAN( Contoh terlampir)
Identitas Mata Pelajaran : ……………………………………………………
Skenario Pembelajaran :
No Tahap Langkah-langkah Waktu1
2
3
Pendahuluan(Fase 1)a. Penyajian konflik dan
Prasyarat pengetahuan b. MotivasiKegiatan Inti(Fase 2-4)
Pengelolaan konflikPenutup(fase 5)
………………………………
………………………………
……………………………….……………………………….
…… menit
…… menit
…… menit…… menit
Keterangan :
1. Pendahuluan :
a. Prasyarat pengetahuan adalah merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta
didik untuk memahami konsep yang akan di ajarkan . Penyajian konflik adalah cara-
cara yang akan digunakan oleh guru dalam menyajikan konflik (bersifat elastis dan
dinamis) sesuai dengan metode yang akan digunakan.
b. Motivasi adalah suatu rangsangan yang akan digunakan untuk meningkatkan minat
peserta didik untuk mempelajari suatu konsep.
2. Kegiatan Inti :
Pengelolaan konflik adalah cara-cara yang akan ditempuh dalam mengkomunikasikan
konflik yang terjadi sesuai metode yang digunakan.
3. Penutup adalah kegiatan akhir dari satu proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa untuk merangkum dan membuat kesimpulan atas konflik yang ada.
6. Pengelolaan kelas.
Dalam pembelajaran ini pengelolaan kelas menjadi amat penting, karena tidak seperti
lingkungan belajar yang terstruktur dengan ketat, namun bersifat terbuka, demokratis, siswa
berperanan aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang
terstruktur dan dapat diprediksi, norma pembelajaran adalah norma inquiri terbuka dan bebas
8
mengemukakan pendapat. Oleh karena itu pengendalian terhadap fokus materi bahasan ,
waktu, dan kompetensi yang diamanatkan harus diperhatikan dengan seksama.
C. Pelaksanaan
Untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan maka digunakan metode quasi
eksperimen dengan desain 2x1. Kelas yang ada dipilih secara random menjadi dua bagian,
yaitu kelompok penelitian terdiri dari 40 siswa diberi perlakuan pendekatan konflik kognitif
dan kelompok kontrol terdiri dari 40 siswa tidak diberi perlakuan tersebut. Meski demikian
dalam penelitian sosial – pendidikan tidak dapat melakukan pengontrolan secara ketat
terhadap variabel-variabel terkait seperti dalam penelitian ilmu murni.
Untuk lebih mengoptimalkan interaksi kognitif,afektif dan psikomotorik, kelas dibagi
dalam beberapa kelompok untuk melakukan eksperimen. Kemudian secara bergantian, siswa
mempresentasikan hasilnya. Perbedaan hasil pengukuran / data percobaan , simpulan
percobaan siswa merupakan sumber konflik kognitif yang efektif. Pada kesempatan tersebut
guru menyajikan data pembanding yang lain berupa informasi, pendapat maupun teori yang
mengandung pertentangan sehingga terjadi konflik kognitif.
Konflik tersebut kemudian dikelola dalam bentuk diskusi kelompok dan diskusi kelas
Dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan konflik masalah yang timbul dalam rangka
membangun teori yang benar.
D. Penilaian
Dalam pembelajaran ini ada dua aspek yang akan diteliti yaitu hasil belajar siswa
(meliputi nilai pemahaman aplikasi konsep fisika dan kinerja ilmiah) dan kualitas lingkungan
belajar di kelas. Untuk itu dikembangankan instrumen berupa :
1. Soal Tes Ulangan Harian dan Lembar Observasi Siswa(LOS) , yaitu untuk
mendapatkan data hasil belajar siswa.
2. Lembar Observasi Kelas dengan menggunakan skala likert, untuk mendapatkan data
kualitas lingkungan belajar di kelas.
Data hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif analitis . Sedangkan analisis uji
beda ( Uji –t ), digunakan untuk menguji keberartian pengaruh perlakuan pendekatan konflik
kognitif terhadap hasil belajar. Analisis komparasi kualitatif akan digunakan untuk melihat
sejauhmana kualitas lingkungan belajar di kelas.
9
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan tes yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelompok Penelitian ( Kelas VII A )
Ulangan Harian ke
Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Jumlah Siswa Tuntas Belajar
1 7,41 7,30 6,67 0,94 21 (52,5 % )
2 7,98 8,00 8,00 0,71 27 (67,5 % )
3 8,17 8,40 6,80 0,57 28 (70,0 % )
Rata-rata 7,85 7,94 8,04 0,74 25,33(63,33 %)
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol ( Kelas VII C )
Ulangan Harian ke
Rata-rata Median Modus Standar Deviasi Jumlah Siswa Tuntas Belajar
1 7,90 8,00 8,67 0,71 28 (70,0 % )
2 7,63 8,00 8,00 0,71 26 (65,5 %)
3 7,24 7,20 7,20 0,00 18 (45,0 %)
Rata-rata 7,62 7,43 6,51 0,47 23 (57,5 %)
Berdasarkan data di atas tampak bahwa rata-rata nilai ulangan harian pada kelompok
penelitian mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata 7,85. Demikian
pula median pada kelompok ini juga mengalami peningkatan. Adapun ketuntasan belajar
(nilai >= 7,5) mengalami peningkatan prosentase yang signifikan dengan rata-rata 63,33 %
tuntas belajar.
Pada kelompok kontrol justru sejumlah indikator mengalami penurunan dengan nilai
rata-rata 7,62 median7,43 dan modus 6,51. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar lebih
rendah dibanding kelompok penelitian, yaitu hanya 57,50 %. Hal ini berkaitan dengan
intensitas proses kognitif belajar siswa , dimana pembelajaran disampaikan secara
konvensional sehingga kurang memberikan rangsangan kognitif yang baik bagi subjek didik.
Sebaran nilai pada kelompok yang diberi pendekatan konflik kognitif ternyata lebih
baik dibanding kelompok kontrol, hal ini menunjukkan adanya peningkatan interaksi-
induksi kognitif yang cukup berarti antar siswa. Dengan demikian hasil belajar semakin
meningkat.
10
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa kedua Kelompok
Kelompok Rata-rata Nilai UH
Standar Deviasi (s)
Kelompok Penelitian = 7,8511 0,7385
Kelompok Kontrol 0 = 7,6183 0,4714
Untuk menguji sejauh mana keberartian perlakuan pendekatan konflik dalam
pembelajaran sains fisika terhadap hasil belajar siswa , digunakan uji–t pada taraf signifikan
0,05. Dari tabel 3 di atas setelah dilakukan pengujian diperoleh t hitung = 1,9937
( perhitungan lengkap terlampir). Harga ini jauh lebih besar dari t tabel yaitu 1,68. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa :
Pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran IPA Fisika mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap hasil belajar siswa.
B. Lingkungan Belajar di Kelas
Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4. Data Perbandingan Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas
Aspek Kelompok Penelitian Kelompok Kontrol
Skor Kriteria Skor Kriteria
Keaktifan siswa 31 Baik sekali 23 Cukup
Kondisi Kelas 21 Baik 19 Baik
Jumlah Skor 52 Baik sekali 42 BaikKeterangan : Data lengkap dan penetapan kriteria terlampir.
Berdasarkan tabel 4 di atas, kualitas lingkungan belajar di kelas untuk kelompok
penelitian adalah 52 dengan kategori baik sekali, kondisi ini lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol yaitu 42 dengan kategori baik. Khususnya aspek keaktifan siswa pada kelompok
penelitian memiliki skor 31 dengan kategori baik sekali sedang skor kelompok kontrol
adalah 23 dengan kategori cukup.
Pada aspek kondisi kelas, perlakuan yang diberikan pada kelompok penelitian juga
memberikan pengaruh positif terhadap penciptaan lingkungan belajar di kelas, meskipun
keduanya mempunyai kategori baik , tetapi skor kelompok penelitian lebih tinggi yaitu 21
dibanding skor kelompok kontrol yaitu 19 . Dengan demikian pendekatan konflik kognitif
dalam pembelajaran sains fisika mampu memberikan pengaruh positif terhadap kualitas
lingkungan belajar di kelas, sehingga lebih hangat, komunikatif dan siswa enjoy belajar.
11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa :
1. Pendekatan konflik kognitif pada pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap hasil belajar siswa. Yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup
signifikan pada kelas yang diberi pendekatan konflik kognitif.
2. Pendekatan konflik kognitif pada pembelajaran Fisika mampu meningkatkan kualitas
lingkungan belajar di kelas, dimana kelas menjadi lebih hangat, terbuka, kondusif,
dan interaktif.
B. Saran
Dengan segala keterbatasannya, maka dari hasil penelitian ini dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Agar diperoleh hasil yang lebih komprehensif maka aspek maupun variabel
penelitian perlu diperluas.
2. Jumlah sampel perlu ditambah dan perlu dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya.
3. Dari sisi teknis pembelajaran, karena kelas dan norma pembelajaran bersifat terbuka
maka penggunaan pendekatan konflik kognitif harus dilakukan dengan hati-hati dan
cermat, pengelolaan kelas dan waktu harus efisien.
4. Agar proses pembelajaran lebih bermakna dan terkontrol , maka perlu ada refleksi
bersama, baik dengan siswa maupun sesama guru.
5. Pembelajaran dengan pendekatan ini menuntut kreativitas, inovasi dan semangat guru
untuk selalu berpihak pada peningkatan kualitas layanan pendidikan, untuk itu perlu
adanya keberanian dan kerja keras.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Subali.(2002). Pedoman khusus penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar siswa SMP. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.
Bloom, B.S.(1976). Human characteristic and school learning. New York : Mc. Grow Hill.
Euwe Van den Berg. (1991)Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga: UKSW
Fernandes, H.J.X.(1984). Testing and Measurement. Jakarta. National Educational Planning.
Imam Barnadib (1995). Beberapa aspek substansi ilmu pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Moh. Amien.( 1987). Mengajarkan ilmu pengetahuan alam(IPA) dengan menggunakan metode discovery dan inquiri. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Maslow, A.H.(1971). The farther reaches of human nature. New York : The Viking Press.
Mitchel,B.W.(1976). Planning for creative learning. Washington: Kendall/Hunt Publishing Company.
Moh. Sidin Ali (1995). Kreativitas, kemampuan operasi logik dan kemampuan dasar berhitung dengan prestasi belajar fisika pada siswa SMA di kotmadya Ujung Pandang. Tesis .Yogyakarta.
Munandar, S.C.U.(1977). Creativity and education: A Study relationsip between measures of creative thinking and a number of educational variabels in Indonesian primary and junior secondary schools. Jakarta : UI.
Rowe, B.M.(1970). Wait-time and reward as instructional variabel: Influence on inquiry and sense and fate control. New York : Columbia University.
Saifudin Azwar.(1976). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyanta(2003). Hubungan antara beberapa faktor karakteristik guru dengan gaya mengajar kreatif pada pembelajaran fisika. Tesis. Yogyakarta
Sukamto (1997). Course material on applied educational research. Medan: PPPGT.
Treffinger, D.J.(1992). Encouraging creative learning for gifted and the talented. Ventura Clif : Ventura Country Super Intendent of School Office.
Woolfolk, A.E.(1984). Eductional phsycology for teachers. New Jersey: Prentice-Hall.Inc
13
Lampiran 1. Pengujian Hipotesis dan data penelitian
1. Pengujian Hipotesis.
Berdasarkan tabel 3. di depan dapat dikemukakan :
Hipotesa :
Ho : = o ( Pendekatan konflik kognitif tidak menyebabkan meningkatnya hasil belajar
siswa )
Hi : > o (Pendekatan konflik kognitif menyebabkan meningkatnya hasil belajar siswa )
Rumus :
Kriteria : Ho ditolak jika ( dk=n – 1= 40-1=39 ). Diketahui berdasarkan daftar
distribusi Student t (=0,05) dengan dk=39 adalah 1,68
Perhitungan :
2. Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas.
Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
a. Kelompok Penelitian
Tabel 5. Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kelompok Penelitian ( Kelas VII A )
Aspek Indikator Skor1 2 3 4 5
Keaktifan
Siswa
1. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Siswa siswa aktif melakukan percobaan 3. Siswa aktif bertanya pada guru 4. Siswa aktif bertanya pada siswa atau kelompok lain 5. Siswa aktif berdiskusi kelompok 6. Siswa aktif mempresentasikan hasil karyanya. 7. Siswa aktif membuat laporan praktikum.
Jumlah 3 8 20
Kondisi
Kelas
8. Suasana kelas hangat 9. Siswa enjoy mengikuti proses pembelajaran 10. Fokus terhadap materi bahasan 11. Ketertiban siswa di dalam kelas 12. Pemanfaatan sumber belajar
Jumlah 3 8 10
14
b. Kelompok Kontrol
Tabel 6. Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kelompok Kontrol ( Kelas VII C)
Aspek Indikator Skor1 2 3 4 5
Keaktifan
Siswa
1. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Siswa siswa aktif melakukan percobaan 3. Siswa aktif bertanya pada guru 4. Siswa aktif bertanya pada siswa atau kelompok lain 5. Siswa aktif berdiskusi kelompok 6. Siswa aktif mempresentasikan hasil karyanya. 7. Siswa aktif membuat laporan praktikum.
jumlah 2 9 12
Kondisi
Kelas
8. Suasana kelas hangat 9. Siswa enjoy mengikuti proses pembelajaran 10. Fokus terhadap materi bahasan 11. Ketertiban siswa di dalam kelas 12. Pemanfaatan sumber belajar
Jumlah 4 8 5Keterangan :
1 = Sangat kurang 4 = Baik2 = Kurang 5 = Baik Sekali3 = Cukup
c. Komparasi hasil
Berdasarkan tabel di atas diperoleh rekapitulasi skor antara kedua kelompok sebagai
berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Skor Kualitas Lingkungan Belajar di Kelas Kedua Kelompok
Aspek Kelompok Penelitian Kelompok Kontrol
Keaktifan siswa 31 23
Kondisi Kelas 21 19
Jumlah Skor 52 42
Untuk memberikan penilaian kualitatif pada hasil tersebut, diperlukan kriteria yang
jelas dan tegas. Hasil skor penilaian diatas dibagi dalam kategori yaitu baik sekali ,
baik ,cukup ,kurang, dan kurang sekali . Adapun Kriteria penilaian ditentukan sebagai
berikut :
Range = Skor maksimal - skor minimum
Rentang kriteria penilaian = Range : Jumlah kategori
Median = skor minimum + range/2 (Fernandes, 1984)
15
Contoh :
Berdasarkan data keaktifan siswa tabel 5 di atas, maka dapat ditentukan kriteria sebagai
berikut :
Range = Skor maksimal - skor minimum = 35 – 7 = 28
Rentang kriteria penilaian = Range : Jumlah kategori = 28 : 5 kategori
= 5,6 dibulatkan jadi 6Median = skor minimum + range/2
= 7 + 28/2 = 21
Sehingga diperoleh kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Keaktifan siswa :
Skor 7 – 12 : kurang sekali
Skor 13 – 18 : kurang
Skor 19 – 23 : cukup
Skor 24 – 29 : baik
Skor 30 – 35 : baik sekali
2. Kriteria Kondisi kelas :
Dengan menggunakan rumus seperti di atas maka diperoleh kriteria sebagai berikut :
Skor 5 – 8 : kurang sekali
Skor 9 – 12 : kurang
Skor 13 – 17 : cukup
Skor 18 – 21 : baik
Skor 22 – 25 : baik sekali
3. Kriteria Lingkungan Belajar di kelas :
Dengan menggunakan rumus seperti di atas maka diperoleh kriteria sebagai berikut
Skor 12 – 21 : kurang sekali
Skor 22 – 31 : kurang
Skor 32 – 41 : cukup
Skor 42 – 51 : baik
Skor 52 – 60 : baik sekali
16