bab i ttg.docx

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar manusia dan sumberdaya yang perlu dijaga kelestariannya untuk kepentingan manusia dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan serta penggunaannya oleh manusia menyebabkan ketersediaan air merupakan satu masalah yang diperhitungkan, sehingga diperlukan perhatian dan penanganan yang serius. Selain faktor ketidakseimbangan, faktor pencemaran limbah juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Seringkali limbah dibuang begitu saja ke sungai atau dengan penanganan yang kurang memadai. Pembuangan limbah yang sembarangan tersebut tentu akan berdampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan (1). Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan 1

Upload: dian-muspitaloka-hikmayati

Post on 28-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I ttg.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar manusia dan sumberdaya yang perlu

dijaga kelestariannya untuk kepentingan manusia dan lingkungan.

Ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan serta

penggunaannya oleh manusia menyebabkan ketersediaan air merupakan satu

masalah yang diperhitungkan, sehingga diperlukan perhatian dan penanganan

yang serius. Selain faktor ketidakseimbangan, faktor pencemaran limbah juga

merupakan hal yang perlu diperhatikan. Seringkali limbah dibuang begitu

saja ke sungai atau dengan penanganan yang kurang memadai. Pembuangan

limbah yang sembarangan tersebut tentu akan berdampak negatif bagi

masyarakat dan lingkungan (1).

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah

limbah cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan

menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya

air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam

semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat

terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan

tersebut (2).

Banjarmasin merupakan ibukota Kalimantan Selatan yang menjadi

pusat berdirinya industri-industri tekstil budaya. Menurut data dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, jumlah home industry

kain sasirangan sebanyak 50 buah yang terdapat di Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Banjar. Kain sasirangan merupakan ciri khas dari Kalimantan

Selatan yang menerapkan proses pewarnaan dengan cara rintang yaitu dijahit

menggunakan benang atau tali rafia menurut corak yang dikehendaki. Desain

corak didapatkan dari jahitan atau dikombinasi dengan ikatan maupun

komposisi warna yang dibuat. Komposisi warna dihasilkan dari proses

1

Page 2: BAB I ttg.docx

2

pencelupan warna dan pencucian, Proses inilah menghasilkan limbah cair

(3).

Pencemaran air dari industri tekstil berasal dari adanya penggunaan zat

kimia seperti alkali, asam, kanji, oksidator, reduktor elektrolit, surfaktan, zat

warna, polimer sintetik dan panas dapat menyebabkan air buangan industri

bersifat asam atau pun basa, kadar COD dan BOD dan padatan tersuspensi

dan zat kimia dalam limbah juga cukup tinggi. Gabungan air limbah pabrik

tekstil atau sasirangan di Indonesia rata – rata mengandung 750 mg/L padatan

tersuspensi dan 500 mg/L BOD. Perbandingan COD dan BOD berada dalam

kisaran 1,5 : 1 sampai dengan 3 :1. Selain itu air limbah tersebut juga

berwarna, berbusa, bau dan panas. Terjadinya pencemaran pada badan-badan

air termasuk sungai, akan mengganggu kehidupan normal individu akuatik

yang ada di dalamnya, serta dapat menurunkan kualitas dari perairan tersebut.

Masalah pencemaran air tersebut dapat menimbulkan berbagai akibat dari

berbagai aspek baik yang kimia, fisik, maupun biologi (4).

Tidak semua industri kain sasirangan mengolah pembuangan limbah

hasil pencelupan. Sebagian besar pengrajin membuang limbah ke saluran

buang masyarakat umum sehingga air limbah mengalir dan mencemari

sungai-sungai di sekitar lokasi pengrajin. Dengan demikian, diperlukan

penanganan terhadap limbah cair tersebut (5).

Kemajuan perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi

menuntut kalangan perguruan tinggi khususnya mahasiswa untuk dapat serta

menciptakan dan meningkatkan penguasaan teknologi pada masyarakat

terutama teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna merupakan teknologi

yang tepat sasaran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat

umum. Dengan demikian teknologi tepat guna harus lebih dikembangkan lagi

dikalangan pendidikan maupun masyarakat untuk menambah pengetahuan

dan penguasaan. Untuk menunjang kemampuan teknologi tepat guna tersebut,

perguruan tinggi harus berperan aktif dalam menciptakan dan

mengembangkan teknologi tepat guna yang sudah ada maupun teknologi

yang belum ada. Dalam hal ini peran serta mahasiswa dalam mengembangkan

Page 3: BAB I ttg.docx

3

teknologi tepat guna salah satu alternatifnya yaitu teknologi tepat guna

limbah sasirangan.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antaralain:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah agar mahasiswa mampu

mengetahui bahaya limbah industri sasirangan bagi masyarakat dan

bagaimana menanggulanginya melalui teknologi tepat guna yang dibuat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kegiatan ini antaralain:

a. Mahasiswa mampu mengetahui kadar kekeruhan (TSS), derajat

keasaman (pH), Biological Oxygen Demand (BOD), dan

Chemical Oxygen Demand (COD) pada air limbah sasirangan.

b. Mahasiswa mampu mengetahui alternatif pengolahan limbah sasirangan

menggunakan Teknologi Tepat Guna (TTG).

c. Mahasiswa mampu mengetahui kadar kekeruhan (TSS), derajat

keasaman (pH), Biological Oxygen Demand (BOD), dan

Chemical Oxygen Demand (COD) pada air limbah sasirangan setelah

diperlakukan dengan alat, serta membandingkannya dengan standar baku

mutu air.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah

khazanah keilmuan yang berhubungan dengan teknologi tepat guna untuk

menurunkan kadar-kadar tertentu pada limbah sasirangan.

Page 4: BAB I ttg.docx

4

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi Penulis

Makalah dapat dijadikan referensi dan bahan presentasi pada

mata kuliah Penyediaan Air Bersih.

b. Bagi Pembaca

Makalah dapat memberikan informasi bagi masyarakat

khususnya industri sasirangan mengenai teknologi tepat guna untuk

menurunkan kadar tertentu pada air limbah sasirangan sehingga

meningkatkan kualitas sungai di sekitar industri tersebut.

D. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian air limbah industri sasirangan dilakukan di rumah

produksi toko Irma Sasirangan yang terletak di Jl. Seberang Masjid RT 6

No.4, Kampung Sasirangan, Pasar lama, Banjarmasin. Rumah produksi

tersebut terletak disekitar pemukiman penduduk. Sistem pembuangannya pun

sama dengan sistem pembuangan masyarakat yang sebagian besar bermuara

di sungai.

Limbah air sasirangan pada rumah produksi ini biasanya dibuang tepat

di bawah rumah mereka yang akhir pembuangannya sebagian besar bermuara

di sungai. Disekitar industri sasirangan ini terdapat sungai yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan aktivitas lainnya

oleh masyarakat setempat. Limbah air sasirangan yang dibuang di sungai

tersebut, dapat mengakibatkan dampak negatif bagi sungai, sehingga perlu

penanganan terhadap limbah tersebut sebelum dibuang.

E. Cara Kerja

Sampel yang dijadikan sebagai bahan penelitian ini adalah air limbah

sasirangan. Berikut tahapan, alat dan bahan, serta cara kerja penelitian:

Page 5: BAB I ttg.docx

5

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel

Sampel air limbah sasirangan yang digunakan untuk penelitian ini

diambil dari rumah produksi kain sasirangan di Jl. Seberang Masjid,

Kampung Sasirangan, Pasar Lama, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Menentukan titik pengambilan sampel.

2. Melakukan pengambilan sampel

Sampel air limbah sasirangan yang diambil merupakan limbah cair

yang berasal dari hasil pencelupan dan pewarnaan kain. Sampel tersebut

diambil di titik awal pembuangan.

a. Alat

Alat yang digunakan untuk mengambil sampel limbah adalah

gayung, corong, dan botol plastik ukuran 1,5 liter.

b. Bahan

Bahan yang digunakan pada tahap ini adalah sampel itu sendiri, yaitu

sampel air limbah sasirangan sebanyak 1,5 liter.

c. Cara Kerja

Cara kerja pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan alat yang akan digunakan dan meletakan corong di

bibir botol.

2) Membilas botol yang akan diisi dengan sampel air 3 kali.

3) Mengisi botol dengan sampel.

4) Menutup rapat botol.

3. Melakukan pengiriman sampel untuk diperiksa di laboraturium

Sampel diperiksa ke laboraturium Biokimia Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru untuk diketahui kadar parameter yang melebihi

standar Permenkes. Parameter yang diperiksa antaralain:

a. Parameter fisik, yaitu TSS.

b. Parameter kimia, yaitu pH, BOD (Biological Oxygen Demand), dan

COD (Chemical Oxygen Demand).

4. Pengujian parameter oleh pihak laboraturium

Berikut prosedur kegiatan pengukuran yang dilakukan:

Page 6: BAB I ttg.docx

6

a. Prosedur pengukuran TSS di laboratorium adalah sebagai berikut:

1) Peralatan yang diperlukan antara lain:

a) Desikator yang berisi silika gel

b) Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C sampai dengan

105°C

c) Timbangan anal itik dengan ketelitian 0,1 mg

d) Pengaduk magnetik

e) Pipet volum

f) Gelas ukur

g) Cawan aluminium

h) Cawan porselen/cawan Gooch

i) Penjepit

j) Kaca arloji

k) Pompa vacum

2) Bahan yang digunakan antara lain:

a) Bahan air limbah sasirangan

b) Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:

i. Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle

Retention) 1,5 ìm (Standard for TSS in water analysis).

ii. Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention)

1,0 ìm (Standard filter for TSS/TDS testing in sanitary water

analysis procedures).

iii. E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161)

dengan ukuran pori (Particle Retention)1 , 1 ìm

(Recommended for use in TSS/TDS testing in water and

wastewater).

iv. Saringan dengan ukuran pori 0,45 ìm.

c) Air suling.

3) Pengurangan gangguan dalam pengukuran TSS dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a) Pisahkan partikel besar yang mengapung.

Page 7: BAB I ttg.docx

7

b) Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering

membentuk kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji

agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200 mg.

c) Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas

residu yang menempel dalam kertas saring untuk memastikan

zat yang terlarut telah benar-benar dihilangkan.

d) Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk

mencegah penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap

pada saringan.

4) Persiapan pengujian dengan melakukan persiapan kertas saring

atau cawan Gooch

a) Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan

wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. Lanjutkan

penyedotan untuk menghilangkan semua sisa air, matikan

vakum, dan hentikan pencucian.

b) Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang

aluminium. Jika digunakan cawan Gooch dapat langsung

dikeringkan..

c) Keringkan dalam oven pada suhu 103°C sampai dengan 105°C

selama 1 jam, dinginkan dalam desikator kemudian timbang.

d) Ulangi langkah pada butir c) sampai diperoleh berat konstan

atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap

penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

5) Prosedur pungukurannya antara lain:

a) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan

dengan sedikit air suling.

b) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh

contoh uji yang lebih homogen.

c) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh

diaduk dengan pengaduk mag neti k

Page 8: BAB I ttg.docx

8

d) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling,

biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan

vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna.

Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan

pencucian tambahan.

e) Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring

dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai

penyangga. Jika digunakan cawan Gooch pindahkan cawan dari

rangkaian alatnya.

f) Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu

103°C sampai dengan 105°C, dinginkan dalam desikator untuk

menyeimbangkan suhu dan timbang.

g) Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan

lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau

sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap

penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

b. Prosedur pengukuran pH di laboratorium adalah sebagai berikut:

1) Alat-alat praktikum

a) Gelas kimia 250 ml

b) Gelas kimia 100 ml

c) pH meter digital

2) Bahan-bahan praktikum

a) Bahan air limbah sasirangan

b) Aquades

c) Larutan buffer pH 9,2

d) Larutan buffer pH 7

e) Larutan NaCl 0,5%

f) Larutan NaCl 1%

g) Larutan NaOH 0,5M

h) Larutan NaOH 0,75M

i) Tisu

Page 9: BAB I ttg.docx

9

j) pH stick

3) Prosedur Percobaan dengan pH meter digital

a) pH meter dinyalakan dengan memutar tombol on.

b) Disiapkan larutan buffer dengan pH 7, lalu pH larutan buffer

diukur dengan mencelupkan elektroda ke dalamnya dan

kemudian tombol kalibrasi diputar.

c) Elektroda dibilas dengan aquades sebelum mengukur pH larutan

buffer yang lainnya.

d) Disiapkan larutan buffer dengan pH 9,2, lalu pH larutan buffer

diukur dengan menccelupkan elektroda ke dalamnya dan

kemudian tombol slope diputar untuk melakukan kalibrasi.

e) Elektroda dibilaas dengan aquades sebelumm mengukur pH

larutan.

f) pH larutan diukur.

g) Diulangi langkah 2-6 untuk mengetahui pH larutan yang lain.

h) Dihitung pH larutan yang sudah dibuat dengan pH stik.

c. Prosedur pengukuran DO di laboratorium adalah sebagai berikut:

1) Peralatan

a) Pipet tetes

b) Perangkat titrasi

c) Pipet volumetri

d) Erlenmeyer

e) Gelas piala

f) Gelas ukur

g) Corong

2) Bahan yang digunakan antara lain :

a) Bahan air limbah sasirangan

a) H2SO4 pekat

b) Larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 %

c) Natrium tiosulfat 0,025 N

d) Indikator amylum 1 %

Page 10: BAB I ttg.docx

10

2) Cara Kerja:

a) Menambahkan kedalamnya 1 mL MnSO4 dan 1 mL reagen

Winkler, lalu dikocok dan ditunggu hingga terbentuk endapan.

b) Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dikocok hingga endapan

larut.

c) Mengambil 50,0 mL sampel tersebut, dititrasi dengan larutan

Natrium tiosulfat 0,025 N sampai berwarna kuning muda pucat.

d) Menambahkan indikator amilum (biru).

e) Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru

sampai menjadi bening.

f) Mencatat berapa mL Natrium tiosulfat yang dipakai.

d. Prosedur pengukuran BOD di laboratorium adalah sebagai berikut (5):

1) Peralatan yang diperlukan antara lain:

a) Lemari pengeram BOD dengan kisaran suhu -10 hingga 50ºC

dan stabilkan pada suhu 20ºC pada saat pengukuran.

b) Botol BOD 300 mL

c) Aerator

d) Gelas ukur 1000 mL

e) Gelas piala 2000 mL

f) Peralatan untuk pengukuran oksigen terlarut sesuai dengan SNI

06-6989.14.2004.

2) Bahan

Bahan kimia yang berkualitas p.a dan bahan lain yang digunakan

pengukuran ini terdiri atas:

a) Bahan air limbah sasirangan

b) Larutan pengencer

c) Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N

d) Larutan asam sulfat (H2SO4) 0,1 N

e) Larutan natrium sulfit (Na2SO3) 0,025 N

Page 11: BAB I ttg.docx

11

3) Persiapan Contoh/sampel

a) Sampel yang bersifat asam atau basa harus dinetralkan sampai

pada pH 7,0 ± 0,1 dengan menggunakan asam atau basa.

b) Sampel yang diduga mengandung sisa klor aktip (yang dapat

menghalangi proses mikrobiologi) harus ditentukan

konsentrasi klor aktipnya. Per mol klor aktip yang dikandung

sampel, dibutuhkan satu mol zat pereaksi seperti Na2SO3.

c) Sampel yang diduga mengandung zat beracun.

d) Sampel yang mengandung oksigen melebihi kejenuhannya

(terlalu jenuh), misalnya lenih dari 9 mg O2 / l pada 20ºC, perlu

diturunkan kadar oksigennya dengan cara pengocokan.

Keadaan tersebut dapat terjadi pada sampel yang ditumbuhi

ganggang.

e) Pengenceran sampel: Oleh karena jumlah oksegen dalam botol

terbatas, maksimum 9 mg/L tersedia, dan sebaiknya oksigen

terlarut pada masa akhir masa inkubasi antara 3-6 mg O2/L,

maka sampel perlu diencerkan.

4) Cara Pengukuran

Pengukuran kadar BOD dengan tahapan sebagai berikut:

a) Mengambil sampel air sebanyak 500 mL diencerkan di beaker

glass dengan air suling yang sudah diaerasi selama 2 jam

sehihingga volumenya menjadi 2000 mL.

b) Membagi sampel menjadi 6 botol winkler dan botol winkler

diberi nama. Misalnya BOD hari ke 0, BOD hari ke 1 dan

seterusnya sampai hari ke 5.

c) Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida ke

dalam botol winkler BOD hari ke 0, sementara itu ke 5 botol

winkler lainnya dimasukkan ke dalam inkubator.

d) Menutup botol winkler BOD hari ke 0 dan menghomogenkan

hingga terbentuk gumpalan yang sempurna.

e) Membiarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai 10 menit.

Page 12: BAB I ttg.docx

12

f) Menambahkan 5 ml H2SO4 pekat, menutup dan

menghomogenkan hingga endapan larut sempurna.

g) Mengambil 50 ml sampel dengan pipet dan memasukkannya

ke dalam Erlenmeyer 150 ml

h) Meneteskan indikator amilum/ kanji berwarna biru kemudian

menitrasi sampel dengan Na2SO3 sampai warna biru tepat

hilang dan mencatan volume Na2SO3 yang terpakai.

i) Botol winkler selanjutnya diukur nilai DO nya seperti tahapan

d-h.

j) Menghitung Nilai BOD dengan rumus = (DO0-DO7) x

Pengenceran

e. Prosedur pengukuran COD di laboratorium adalah sebagai berikut (6):

Alat dan Bahan

1) Alat Praktikum

a) Spektrofotometer

b) Botol Sampel

c) Buret

d) Pipet

e) Botol Durham

f) Erlemeyer

g) Hot Plate

h) Water Checker

i) Oven

2) Bahan Praktikum

a) HgSO4 (Qury Silver Sulfat)

b) K2Cr2O7

c) H2SO4 Pekat

d) Aquadest

e) Indikator Feroin

f) FAS

g) Pereaksi P

Page 13: BAB I ttg.docx

13

3) Prosedur Pengukuran COD

a) Menimbang 0,2 gram HgSO4 (Qury Silver Sulfat)

b) Memasukkan HgSO4 ke dalam tabung reaksi berulir

c) Menambahkan 10 mL sampel

d) Menambahkan 5 mL K2Cr2O7 ke dalam sampel

e) Menambahkan 10 mL H2SO4 ke dalam sampel (jika sampel

berubah warna menjadi hijau maka sampel harus diencerkan)

f) Oven tabung ulir yang telah berisi sampel dengan suhu 1350

selama 1 – 2 jam

g) Pindahkan larutan kedalam erlemeyer 100 mL

h) Bilas tabung reaksi dengan 20 mL aquadest

i) Tambahkan 3 tetes indicator feroin

j) Titrasi dengan FAS sampai sampel berubah warna menjadi

Orange di akhir titrasi.

k) Mengukur COD dengan rumus = ((b-s) x N.FAS x 8000)/

volume sampel.

5. Pengolahan Alat Teknologi Tepat Guna

a. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan teknologi tepat guna ini

antaralain:

1) Pipa PVC

Pipa PVC 2” yang di gunakan sebanyak 5 unit. Satu pipa memiliki

panjang 70 cm, dua pipa memiliki panjang 60 cm, dan sisanya

memiliki panjang 15 cm.

2) Lem PVC

Lem PVC digunakan untuk memperkuat pipa penyambung.

3) Pipa penyambung

Pipa yang digunakan sebanyak 4 unit. Digunakan untuk

menyambungkan pipa yang satu dengan yang lain.

Page 14: BAB I ttg.docx

14

4) Keran air

Keran air merupakan saluran atau tempat keluarnya air yang telah

difilter menggunakan alat.

5) Tutup Pipa

Tutup pipa digunakan pada akhir pengolahan air unruk menahan air

dan sebagai penopang keran.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan teknologi tepat guna

ini antaralain:

1) Pasir silika 0,25-0,42 mm sebanyak 0,5 kg sebanyak 1 kg.

2) Spons atau kapas filter sebanyak dua bungkus (6 lembar).

3) Kerikil kecil 20 mm sebanyak 0,5 kg sebanyak 1 kg.

4) Kerikil besar 30 mm sebanyak 0,5 kg sebanyak 1 kg.

5) Batu zeolit dengan diameter pori 0,5 mm sebanyak 1 kg.

6) Arang aktif tempurung kelapa ukuran rata-rata 20 Ǻ sebanyak 1 kg.

7) Kapas sebanyak 1 bungkus (300 gram).

c. Cara Pengolahan Alat

Tahapan pengolahan alat antaralain:

1) Pada pipa pertama, dimasukkan beberapa bahan. Berikut susunan

bahan yang diurutkan dari dasar pipa.

a) Batu zeolit dengan diameter pori 0,5 mm dengan ketebalan 10

cm atau kira-kira sebesar 400 gram.

b) Kerikil kecil 20 mm dengan ketebalan 7 cm.

c) Kerikil besar 30 mm dengan ketebalan 10 cm.

d) Arang aktif tempurung kelapa ukuran rata-rata 20 Ǻ dengan

ketebalan 5 cm.

e) Spons atau kapas filter setinggi 10 cm atau sebanyak 1 lembar.

f) Pasir silika berukuran 0,25-0,42 mm dengan ketebalan 5 cm.

2) Pipa kedua sepanjang 15 cm diisi dengan spons atau kapas filter

sebanyak 1,5 lembar. Kemudian disambungkan dengan pipa

Page 15: BAB I ttg.docx

15

pertama menggunakan pipa penyambung yang telah diisi dengan

spons atau kapas filter.

3) Pipa ketiga dimasukkan beberapa bahan. Berikut susunan bahan

yang diurutkan dari dasar pipa.

a) Spons atau kapas filter setinggi 10 cm atau sebanyak 1 lembar.

g) Arang aktif tempurung kelapa ukuran rata-rata 20 Ǻ dengan

ketebalan 5 cm.

b) Kerikil besar 30 mm dengan ketebalan 10 cm.

c) Kerikil kecil 20 mm dengan ketebalan 7 cm.

d) Pasir silika berukuran 0,25-0,42 mm dengan ketebalan 5 cm.

e) Spons atau kapas filter setinggi 10 cm atau sebanyak 1 lembar.

Setelah bahan telah diisi, pipa disambungkan dengan pipa

kedua dan keempat yang memiliki panjang 15 cm yang diisi

dengan spons atau kapas filter sebanyak 1,5 lembar menggunakan

pipa penyambung yang telah diisi juga dengan spons atau kapas

filter.

4) Pipa kelima dimasukkan beberapa bahan. Berikut susunan bahan

yang diurutkan dari dasar pipa.

a) Spons atau kapas filter setinggi 10 cm atau sebanyak 1 lembar.

b) Batu zeolit dengan diameter pori 0,5 mm dengan ketebalan 15

cm atau kira-kira sebesar 600 gram.

c) Kapas 300 gram.

Setelah bahan telah diisi, pipa disambungkan dengan pipa

keempat. Pipa kelima disambung dengan pipa penyambung yang

ditutup menggunakan penutup pipa. Penutup tersebut kemudian

dilubangi dan diberi keran.

Page 16: BAB I ttg.docx

10 cm

10 cm

10 cm

5 cm

5 cm

10 cm

5 cm

10 cm

10 cm

7 cm

15 cm

5 cm

7 cm

15 cm

20 cm

15 cm

12 cm

1

2

1

2

2

2

2

3

5

4a

4b56

4a

4b

26

MASUK

KELUAR

3

3

16

Berikut hasil pengolahan alat teknologi tepat guna yang

telah dibuat.

Gambar 1.1 Skema Alat Teknologi Tepat Guna Limbah Sasirangan

Keterangan:

1 = pasir silika 3 = arang aktif 4b = kerikil kecil 6 = kapas2 = spons 4a = kerikil besar 5 = batu zeolit