bab i - tesis kcs edit 4

Upload: ben

Post on 14-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Latar belakang penelitian tesis gula singkong KCS

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Gula merupakan salah satu sumber komponen energi dari beberapa bahan pangan yang diperlukan manusia. Idealnya konsumsi pangan berasal dari gula adalah sebesar 11,0 Kg/kap/thn atau dalam satu hari diperlukan 109,69 kkal atau 5,5% dari energi yang dibutuhkan manusia per hari. Namun seringkali asupan gula oleh masyarakat melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Menurut data WHO, konsumsi gula global meningkat dari rata-rata harian 58 g di tahun 2003 menjadi 63 g di tahun 2013. Namun hal ini dapat berbeda-beda pada tiap negara, tergantung kelompok usia dan wilayah tempat tinggal. Rata-rata konsumsi di Amerika Selatan adalah 130 g per orang dewasa per hari, Amerika Utara dan Amerika Tengah 95 g, Eropa Barat 101 g, Timur Tengah 90 g dan Afrika Selatan memiliki rata-rata terendah yaitu 30 g. Rekomendasi terbaru WHO menyarankan untuk mengurangi jumlah tersebut menjadi kurang dari 10% dari asupan energi harian atau menjadi sekitar 50 g atau 12 sendok teh gula untuk orang dewasa. Di Indonesia sendiri konsumsi gula harian penduduk Indonesia pada tahun 2004 adalah 43g/kap/hr yang berarti mempunyai kontribusi 8,6% terhadap total kebutuhan energy 2000 kkal/kap/hr. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan menyarankan agar asupan gula masyarakat tidak melebihi 50 g per hari atau setara 4 sendok makan. Konsumsi gula yang melebihi batas akan berdampak pada peningkatan berat badan, meningkatkan kadar gula darah sehingga berdampak pada terjadinya penyakit diabetes tipe 2 dan secara tidak langsung dapat berkontribusi pada penyakit seperti osteoporosis, jantung dan kanker. 1,2,3,4Untuk menghindari efek negatif dari konsumsi gula berlebih, masyarakat berupaya mengurangi konsumsi gula melalui diet atau mengganti gula dengan pemanis yang rendah kalori. Pemanis adalah salah satu jenis bahan tambahan pangan yang dimaksudkan untuk memberikan rasa manis pada produk pangan. Terdapat dua jenis pemanis yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi, sedangkan pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam. Salah satu contoh pemanis buatan adalah aspartam yang banyak digunakan produsen sebagai produk pemanis pengganti gula dengan merek Tropicana Slim, Equal, atau sukralose dengan merek Diabetasol. Produk pemanis pengganti gula ini memiliki manis 200 sampai 600 kali lebih manis dari gula pasir tanpa kalori. Segmentasi produk ini adalah masyarakat penderita diabetes dan yang sedang diet rendah gula sehingga dengan harga lebih dari Rp. 50.000 atau lima kali lipat dari harga gula pasir tetap diminati oleh konsumen. Pada dasarnya penggunaan pemanis buatan atau pemanis alami yang diizinkan merupakan pemanis yang aman jika digunakan pada kadar dibawah nilai ADI (Acceptable Daily Intake), namun memperhatikan kebiasaan dan pola konsumsi serta tren penggunaan pemanis oleh industri pangan baik industri besar, menengah, kecil sampai industri rumah tangga membuat masyarakat memiliki resiko tinggi mengkonsumsi pangan yang mengandung pemanis melebihi batas yang diperbolehkan. 5,6,7 Konsumsi pemanis yang melebihi batas dapat menyebabkan resiko diabetes, sindrom metabolik dan penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena pemanis buatan memiliki rasa manis yang melebihi gula, sehingga ambang rasa manis seseorang yang rutin mengkonsumsi pemanis buatan dapat meningkat.. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi pemanis buatan jenis aspartam dengan risiko penyakit jantung dan metabolik. Di dalam tubuh aspartam di pecah menjadi senyawa fenilalanin yang dapat menyebabkan kerusakan otak berat pada individu yang menderita kelainan genetik fenilketouria, sehingga produk yang mengandung aspartame sangat berbahaya bagi penderita kelainan tersebut. 8,9 Tingginya konsumsi gula dan pemanis oleh masyarakat diperparah dengan ketidaksanggupan pemerintah menyediakan kebutuhan gula dan terus meningkatnya harga gula. Perkembangan harga gula pasir dalam negeri selama periode 1994-2011 terus bergerak naik. Harga gula pasir rata-rata pada tahun 1994 sebesar Rp. 1.391,93/Kg dan pada tahun 2011 mencapai kurang dari sepuluh kali lipat menjadi Rp. 11.705/Kg, sedangkan tahun 2015 mencapai Rp. 12.500. 10,11 Hal ini disebabkan karena Industri gula di Indonesia sedang mengalami berbagai masalah pada dekade terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya kemunduran. Penyebabnya antara lain adanya inefisiensi di tingkat usaha tani dan pabrik serta kebijakan yang kurang memadai baik kebijakan domestik maupun kebijakan perdagangan internasional. Faktor lainnya adalah tingginya jumlah penduduk yang menyebabkan permintaan gula pasir juga meningkat, akibatnya kebijakan impor gula menjadi pilihan pemerintah untuk mengatasi tingginya permintaan gula.12,13,14Faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula di Indonesia diantaranya adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula dalam negeri, harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita. produksi gula dalam negeri, dan stok gula dalam negeri. Dengan terus meningkatnya trend produksi dan impor gula pasir di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2012 sampai diperkirakan tahun 2016, diperlukan adanya gula alternatif yang dikembangkan dalam rangka membantu pengadaan kebutuhan gula bagi masyarakat.15,16Sumber gula lain selain tebu (sumber pemanis non tebu) adalah pati-patian. Salah satu sumber pati yang dapat dikembangkan menjadi bahan baku gula adalah singkong atau ubi kayu. Singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif. Dengan memanfaatkan teknologi dan pengolahan yang tepat singkong dapat dijadikan beberapa variasi makanan yang layak diunggulkan sebagai peluang pembentukan industri kreatif bidang makanan sekaligus mendukung program diversifikasi pangan. Diversifikasi pengolahan singkong sangat diperlukan baik sebagai makanan pokok maupun makanan kecil, sebagai makanan tradisional maupun makanan modern. Selain sebagai makanan pokok, singkong juga dapat diolah secara industri dengan proses hidrolisis menjadi produk berupa gula inver, high fructose syrup, dekstrosa, maltose, gula cair/sirup glukosa dan sukrosa.17,18,19 Melihat potensi gula cair dari singkong, baik dari sisi fungsional maupun potensi pengembangannya, perlu ada kebijakan substitusi gula pasir dengan gula yang berasal dari sumber pati khususnya singkong secara sistematis salah satunya menggunakan sistem inovasi. Dalam kerangka sistem inovasi perlu dilakukan difusi hasil-hasil inovasi lembaga litbang dan perguruan tinggi yang dapat meningkatkan nilai tambah tersebut kepada masyarakat. Untuk memperluas difusi hasil inovasi produk gula dari singkong selain kalangan industri makanan, namun juga kepada masyarakat, perlu ada inovasi dari produsen seperti membuat variasi kemasan dengan ukuran kebutuhan rumah tangga dan melakukan edukasi pada masyarakat dan industri makanan dan minuman skala kecil untuk menggunakan gula cair.19

Di antara gula cair tersebut sirup glukosa dan fruktosa paling memiliki prospek sebagai substitusi gula pasir. Bila substitusi gula pasir dengan glukosa dan fruktosa terjadi di Indonesia, maka ada beberapa keuntungan yaitu pasokan gula tidak hanya dari gula pasir, sehingga dapat memanfaatkan sumber bahan pati dari singkong yang sangat berlimpah di Indonesia. Apabila terjadi peningkatan penggunaan gula fruktosa oleh industri sirup, soft drink, candy, biscuit, jelly dan lain-lain, maka harga dapat ditekan sehingga dapat bersaing dengan harga gula pasir, dan kebutuhan gula pasir berkurang sehingga tidak perlu lagi mengimpor gula pasir.20

Melihat potensi dan peluang yang besar dari gula singkong dan belum banyaknya perusahaan lain yang membuatnya, maka PT. Global Heksa Natura (GHN) membuat produk gula singkong cair rendah kalori yang bernama King Cassava Sweet (KCS). Berbeda dengan produk gula rendah kalori yang lebih dulu menguasai pasar menggunakan gula dari jagung, KCS berasal dari tepung tapioka singkong melalui proses liquifikasi, sakarifikasi dan isomerisasi, sehingga dihasilkan sirup fruktosa (High Fructose Syrup). Penggunaan singkong dapat menghasilkan fruktosa lebih banyak dibandingkan dari jagung. Sirup fruktosa memiliki tingkat kemanisan 2,5 kali lebih tinggi dibanding sirup glukosa dan 1,4-1,8 kali lebih tinggi dibanding gula pasir. Sirup fruktosa juga memiliki indeks glikemik lebih rendah (322) daripada glukosa (1384), sedangkan indeks glikemik untuk gula pasir sebesar (872). Oleh karena itu, gula fruktosa dapat digunakan sebagai pemanis bagi penderita diabetes. 20,21,22PT. GHN melalui sentra distribusinya mendistribusikan gula singkong KCS ke apotek apotek wilayah Jabodetabek, salah satunya adalah apotek Roxy Group. Pemilihan Apotek Roxy sebagai tempat penelitian dikarenakan distribusi produk KCS terletak di area Jadetabek dan Apotek Roxy memiliki 29 Apotek cabang yang tersebar di Jadetabek, selain itu Apotek Roxy telah menerapkan standar mutu ISO 9001:2008 untuk selutuh apoteknya sehingga terdapat keseragaman pelayanan apotek terhadap konsumen. Apotek Roxy juga memiliki desain interior dan eksterior yang elegan dan modern, sehingga segmentasi konsumen yang mengunjunginya lebih banyak kalangan menengah ke atas dan telah memiliki kesadaran tinggi untuk hidup sehat. Penelitian ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui apakah strategi pemasaran yang tepat untuk produk gula singkong KCS. Untuk mencapai hal tersebut akan dilakukan penelitian yang berjudul Rencana Pemasaran Gula Singkong King Cassava Sweet Berdasarkan Analisa Strategi Pemasaran Gula Pasir dan Produk Pemanis Yang Digunakan Masyarakat Sadar Kesehatan dan Pengaruhnya Terhadap Pengambilan Keputusan PembelianB. Perumusan Masalah

1. Siapa Segmentasi dan target konsumen produk gula singkong KCS2. Apakah positioning statement produk gula singkong KCS3. Bagaimana strategi penetapan harga produk gula singkong KCS4. Bagaimana strategi distribusi produk gula singkong KCS

5. Bagaimana desain produk gula singkong KCS 6. Bagaimana strategi promosi produk gula singkong KCS

7. Bagaimana pengaruh kebijakan harga, desain, promosi dan distribusi terhadap keputusan pembelian

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Membuat rencana pemasaran gula singkong KCS berdasarkan analisa strategi pemasaran gula pasir, produk pemanis dan keputusan pembelian konsumen2. Khusus

a. Mengetahui segmentasi dan target konsumen gula singkong KCS b. Mengetahui positioning statement produk gula singkong KCS c. Mengetahui strategi penetapan harga produk gula singkong KCSd. Mengetahui strategi desain kemasasan produk gula singkong KCS e. Mengetahui strategi promosi produk gula singkong KCS

f. Mengetahui strategi distribusi produk gula singkong KCS

g. Mengetahui pengaruh kebijakan harga, desain kemasan, promosi dan distribusi gula singkong KCS terhadap keputusan pembelian konsumenD. Ruang Lingkung Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang pemasaran produk gula singkong cair KCS. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data yang akan menjadi dasar penyusunan kebijakan perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Juli 2015 dengan memberikan kuesioner kepada 375 konsumen Apotek Roxy baik yang pernah membeli gula singkong KCS maupun yang belum pernah. Data kuesioner dianalisis secara statistik, meliputi uji validitas; uji reliabilitas; analisa deskriptif, uji asumsi klasik antara lain uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas; koefisien determinasi, analisa regresi berganda; dan uji hipotesis dengan uji t dan uji F.E. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman dan wawasan dalam penyusunan strategi pemasaran produk dan pengambilan kebijakan perusahaan 2. PerusahaanPenelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan strategi pemasaran produk gula singkong KCS dan pengembangan produk berikutnya. 3. Pihak LainPenelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian sejenis.6