bab i pendahuluanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/131764/potongan/s2... · struktur organisasi...

15
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka membangun strategi dalam sebuah organisasi, hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin adalah mengembangkan pemahaman mendalam tentang situasi organisasi saat ini. Terdapat dua aspek situasi organisasi yang penting yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal yaitu terkait dengan kondisi persaingan industri dimana organisasi beroperasi. Lingkungan internal berhubungan dengan kemampuan sumber daya dan organisasi perusahaan (Thompson, Peteraf, Gamble, dan Strickland, 2016:45) 1.1 Lingkungan Eksternal Faktor eksternal akan mempengaruhi pilihan arah dan tindakan organisasi, struktur organisasi dan proses internalnya. Faktor tersebut berasal dari luar organisasi yang selanjutnya dianalisa tentang peluang, ancaman dan kendala yang dihadapi organisasi (Thompson et al, 2016:46). 1.1.1 Kondisi di Indonesia Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Perlu adanya penanganan serius untuk mengatasi masalah pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia. Menurut BKKBN, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020, yaitu jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, dan terdapat 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun kebawah dan usia diatas 65 tahun) yang akan

Upload: truongduong

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  1  

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam rangka membangun strategi dalam sebuah organisasi, hal pertama yang

harus dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin adalah mengembangkan

pemahaman mendalam tentang situasi organisasi saat ini. Terdapat dua aspek situasi

organisasi yang penting yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan

eksternal yaitu terkait dengan kondisi persaingan industri dimana organisasi

beroperasi. Lingkungan internal berhubungan dengan kemampuan sumber daya dan

organisasi perusahaan (Thompson, Peteraf, Gamble, dan Strickland, 2016:45)

1.1 Lingkungan Eksternal

Faktor eksternal akan mempengaruhi pilihan arah dan tindakan organisasi,

struktur organisasi dan proses internalnya. Faktor tersebut berasal dari luar organisasi

yang selanjutnya dianalisa tentang peluang, ancaman dan kendala yang dihadapi

organisasi (Thompson et al, 2016:46).

1.1.1 Kondisi di Indonesia

Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap

negara, termasuk Indonesia. Perlu adanya penanganan serius untuk mengatasi

masalah pengangguran dan tenaga kerja di Indonesia. Menurut BKKBN, Indonesia

akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020, yaitu jumlah usia angkatan

kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, dan terdapat 30 persen penduduk

yang tidak produktif (usia 14 tahun kebawah dan usia diatas 65 tahun) yang akan

  2  

terjadi pada tahun 2020-2010 (Burhani, 2016). Jumlah penduduk yang banyak

disertai dengan pertumbuhan yang cepat memberi makna bahwa Indonesia memiliki

potensi sumber daya manusia yang cukup besar. Dalam rangka menghadapi bonus

demografi, pemerintah Indonesia memiliki fokus utama yaitu meningkatkan kualitas

pekerjaan karena 60 persen kompetensi tenaga kerja nasional adalah lulusan SD-

SMP. Kompetensi tenaga kerja lulusan SD-SMP berkonsekuensi terserap hanya

diindustri padat karya (Kusumawardhani, 2017)

Dengan adanya hal tersebut, kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan

kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan

yang diakibatkan terjadinya perubahan. Kecenderungan terjadinya perubahan tidak

dapat dihindari semua pihak, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada

penyusunan rencana strategik dengan visi yang jauh kedepan agar siap menghadapi

setiap perubahan. Realita yang ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu

mengisi lowongan pekerjaan karena ketidakcocokan antara kemampuan yang

dimiliki dengan kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Penyerapan tenaga

kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta yang sangat terbatas, akan memberi

dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat setiap tahunnya (Mulyani,

2011).

Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

No Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan

2012 2013 2014 2015 2016

1 Tidak/belum pernah sekolah

126,972 112,435 134,040 124,303 94,293

2 Tidak/belum tamat SD

601,753 523,400 610,574 603,194 557,418

3 SD 1,418,683 1,421,873 1,374,822 1,320,392 1,218,954 4 SLTP 1,736,670 1,821,429 1,693,203 1,650,387 1,313,815

  3  

Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Lanjutan)

5 SLTA Umum/SMU 2,043,697 1,874,799 1,893,509 1,762,411 1,546,699

6 SLTA Kejuruan/SMK 1,018,465 864,649 847,365 1,174,366 1,348,327

7 Akademi/Diploma 258,385 197,270 195,258 254,312 249,362

8 Universitas 553,206 425,042 398,298 565,402 695,304

    Total 7,757,831 7,240,897 7,147,069 7,454,767 7,024,172 Sumber : Data BPS

Pertumbuhan penduduk Indonesia tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan

kerja. Pengangguran terdidik di Indonesia jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit.

Berdasarkan Tabel 1.1 mengenai jumlah pengangguran terbuka di Indonesia

menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat pengangguran terbuka terutama

pengangguran yang berasal dari tamatan satuan pendidikan dasar dan menengah

yaitu tamatan SD, SLTP, SLTA serta SLTA Kejuruan/SMK. Berdasarkan laporan

Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran memang mengalami penurunan

jika dibandingkan tahun 2012. Namun meskipun mengalami penurunan, tetapi dapat

terlihat bahwa pergerakannya sangat lambat. Sehingga apabila masalah

pengangguran ini tidak segera diselesaikan akan menimbulkan masalah-masalah lain

(efek multiplier) yang sangat kompleks. Oleh karena itu, perlu ada tindakan serius

dari pemerintah agar tingkat pengangguran terbuka dapat menurun setiap tahunnya.

Tingginya angka pengangguran terbuka dipengaruhi oleh kualitas ketenagakerjaan

di Indonesia yang masih rendah dari sisi kualifikasi dan kompetensi. Pembangunan

Sumber Daya Manusia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Indeks

pembangunan sumber daya manusia (Human Development Index) yang dikeluarkan

oleh United Nations Development Programme, Indonesia menempati urutan ke 110

dari 187 negara. Menurut catatan mereka, Indonesia masuk ke dalam teori medium

  4  

human development (Sofia, 2015)

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi tingginya angka pengangguran yaitu

kesadaran masyarakat terhadap wirausaha yang cenderung masih kurang. Jika

dibandingkan, rasio wirausaha dengan jumlah penduduk Indonesia, hanya terdapat

sekitar 3,1 persen wirausaha di Indonesia. Rasio ini terhitung lebih kecil jika

dibandingkan Malaysia yaitu 5 persen, Singapura sebesar 7 persen serta Tiongkok 10

persen (Humas Kementerian Koperasi, 2017). Kemudian dengan adanya

pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diperlukan lulusan peserta didik

yang berorientasi bukan hanya sebagai pencari kerja namun dapat dan siap menjadi

pencipta kerja (Sofia,2015).

Dalam rangka mencetak insan entrepreneur yang hebat tidak bisa dilakukan secara

instan, tetapi harus melalui proses pendidikan yang panjang dan tersistematis.

Seharusnya pola pendidikan di Indonesia harus diubah dari pola pendidikan yang

bertujuan mencetak tenaga kerja menjadi pola pendidikan yang bertujuan mencetak

insan yang berpikir kreatif dan mandiri. Dalam hal ini diperlukan pengembangan tipe

sekolah yang dapat mendidik siswanya berpikir mencipta (Barnawi dan Muh. Arifin,

2016:15)

Oleh karena itu, hal penting yang perlu ditanamkan sejak dini yaitu pendidikan

yang berwawasan kewirausahaan yaitu dengan menerapkan pripsip-prinsip dan

metodologi kearah pembentukan kecakapan hidup melalui kurikulum terintegrasi

yang dikembangkan sekolah. Alternatif yang bisa dilakukan yaitu melalui pendidikan

karakter terpadu yang memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan

informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal disekolah. Selain itu juga

  5  

dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam pembelajaran pada setiap

mata pelajaran. Hal tersebut ditujukan agar pembelajaran yang berwawasan

pendidikan kewirausahaan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada

internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di

masyarakat (Mulyani, 2011)

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia dan

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Selain itu, dalam agenda Nawacita No. 8 dijelaskan bahwa

dibutuhkan penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan

pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.

Berlandaskan UU serta agenda Nawacita tersebut menjadikan Konsep Dasar

Penguatan Pendidikan Karakter oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penguatan pendidikan karakter sebenarnya sudah ada pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang tertuang pada Buku I Agenda

Pembangunan Nasional. Penguatan pendidikan karakter ini difokuskan pada anak-

anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai

moral, akhlak dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter

yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran.

Sistem desentralisasi sudah tertuang dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang

  6  

otonomi daerah dan diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah. Terdapatnya keputusan terkait dengan otonomi daerah tersebut ditujukan

untuk menciptakan kemandirian daerah. Adanya sistem desentralisasi tersebut

berpengaruh kepada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi

kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Melalui kebebasan pengelolaan

pendidikan diharapkan sekolah dapat menemukan strategi pengelolaan pendidikan

yang lebih baik agak menghasilkan output yang berkualitas dari sisi akademik

(bidang ilmu) dan non akademik yaitu kemandirian untuk mampu bekerja dikantor

dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Lulusan peserta didik diharapkan pula

memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi.

Berlandaskan Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional

Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan mengamanatkan upaya untuk

mengembangkan program kewirausahaan kepada masyarakat luas yang melibatkan

instansi pemerintah, dunia usaha , dan kelompok tertentu secara terkoordinasi dan

terpadu. Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan merupakan momentum

untuk revitalisasi kebijakan ini, mengingat jumlah terbesar pengangguran terbuka

dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

1.1.2 Kondisi di DKI Jakarta

DKI Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia menjadi sorotan utama terkait masalah

sosial yang dimilikinya, salah satunya adalah angka pengangguran. Tabel berikut ini

merupakan tingkat pengangguran di DKI Jakarta.

  7  

Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 TPT (%) 9,67 8,63 8,47 7,23 6,12 5,36

Sumber : Data BPS

Gambar 1.1 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta

Sumber : Data BPS

Berdasarkan Tabel 1.2, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta

cenderung menurun setiap tahunnya. Meskipun menurun secara keseluruhan, namun

persentase tersebut masih cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas

pendidikan belum dapat menyiapkan peserta didik dengan baik untuk menghadapi

dunia kerja dan dunia usaha.

Tingginya tingkat angkatan kerja di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor masih

tingginya angka pengangguran. Dalam rangka menangani masalah ini diperlukan

pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan peserta didik yang kreatif, inovatif

dan mampu berkompetisi dengan yang lain. Selain itu juga perlu adanya

pemberdayaan masyarakat melalui keahlian-keahlian agar mereka dapat masuk

dalam industri kreatif untuk berwirausaha.

Wijaya Kusuma sebagai salah satu sekolah swasta di Jakarta Timur memiliki

beberapa pesaing sekolah lain pada segmen yang sama yang berada di wilayah

Jakarta Timur. Perilaku konsumen terhadap akses pendidikan ini cenderung mencari

9.67   8.63   8.47   7.23   6.12   5.36  

0  

5  

10  

15  

2012   2013   2014   2015   2016   2017  

  8  

sekolah lokal terutama yang ada disekeliling wilayah Jakarta Timur. Berdasarkan

Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa keunggulan dari sekolah pesaing salah satunya berada

pada jalinan kerjasama dengan pihak industri dan juga sarana prasarana yang baik.

Dari ketiga pesaing dibawah ini belum ada sekolah yang memiliki karakteristik

tersendiri.

Tabel 1.3 Sekolah Swasta Pesaing di Jakarta Timur

No Nama Sekolah Lokasi Keunggulan dan Kelemahan Biaya Pendidikan 1 Sekolah Widya

Manggala (SMP-SMA-SMK)

Jalan Mujahidin No 17, Ciracas

( +) Terakreditasi A, kurikulum ktsp, sistem belajar fullday untuk SMP, memiliki 2 program keahlian SMK (akuntansi dan adm. perkantoran)

(-) Luas sekolah kecil dan belum

memiliki lapangan upacara sehingga harus menyewa lapangan milik warga

setempat

Biaya Formulir Rp 150.000,

Biaya Pendaftaran Rp1.400.000, Biaya SPP Rp

180.000

2 Sekolah Budhi

Warman 2 (SMP-SMA-SMK)

Jalan Raya Bogor, Kalisari, Pekayon,

Jakarta Timur

(+) Terakreditasi A, kapasitas siswa besar karena memiliki dua gedung

sekolah, mampu bekerja sama dengan pelaku industri, memiliki 4 program

keahlian (multimedia,pemasaran,akuntansi,

adm. perkantoran) (-) Biaya pendidikan lebih mahal

Biaya SPP Rp320.000

3 Sekolah Bina Dharma (SMP-

SMA-SMK)

Jl. Raya Ciracas No.39,

RT.6/RW.11, Klp. Dua Wetan,

Ciracas, Kota Jakarta Timur,DKI

Jakarta 13730, Indonesia

(+) Terakreditasi A, menggunakan kurikulum k13, menawarkan banyak ekstrakurikuler., memiliki 2 program

keahlia (akuntansi dan adm perkantoran)

(-) Biaya pendidikan lebih mahal

Biaya Formulir Rp 100.000,

Biaya SPP Rp 420.00, Biaya

Pendaftaran Rp 3.520.000

Sumber : Data diolah

1.1.3 Tantangan Pendidikan di Indonesia

Dalam menghadapi perubahan kearah global dan munculnya pasar bebas ASEAN

(MEA) berdampak pada tingginya permintaan terhadap sekolah berkualitas yang

  9  

mampu untuk membentuk karakter siswa dan lulusan yang siap bekerja dan siap

untuk berwirausaha. Tingginya permintaan tersebut didorong karena adanya daya

saing yang tinggi terutama dalam mencari pekerjaan.

Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN memiliki beberapa tantangan

pendidikan yang harus diwaspadai. Berdasarkan data BPS, proyeksi jumlah

penduduk Indonesia pada tahun 2035 sebesar 305,652 juta jiwa. Adanya peningkatan

jumlah penduduk tersebut diiringi dengan peningkatan penduduk yang berusia

produktif. Isu akan bonus demografi ini harus didukung oleh kebijakan pemerintah

seperti penyediaan lapangan kerja, peningkatan kualitas SDM dan pelayanan

kesehatan yang memadai yang ditujukan untuk merespon bonus demografi (Burhani,

2016).

Tantangan yang yang terpenting mengenai kebijakan pendidikan untuk proses

pembangunan nasional yang tentunya memiliki efek jangka panjang berkelanjutan.

Tantangan kedua yaitu, pemerintah harus dengan sigap merespon perubahan yang

terjadi pada tingkat regional terutama pada kompetisi regional terkait kualitas

pendidikan yang sangat ketat dengan negara ASEAN lainnya. Tantangan ketiga yaitu

terkait dengan kualitas guru yang baik. Berdasarkan data Kemendikbud terkait

kualitas guru yang telah dijelaskan pada bagian kondisi pendidikan di Indonesia,

masih banyak guru yang belum lolos kualifikasi sarjana/diploma 4. Pemerintah

sebaiknya mendorong agar guru dapat meningkatkan kemampuan akademik yang

dimilikinya terkait dengan pengembangan metodologi pembelajaran, penggunaan

teknologi atau media pembelajaran dan pengayaan dari berbagai sumber

pembelajaran yang menarik (Hidayat, 2014).

  10  

1.2 Lingkungan Internal

1.2.1 Profil Sekolah

Yayasan Pendidikan Wijaya Kusuma merupakan salah satu penyelenggara

pendidikan tingkat dasar dan menengah yaitu SMP, SMA dan SMK di wilayah

Jakarta Timur. Sekolah Wijaya Kusuma berlokasi di Jalan Mujahidin nomor 17A,

Kampung Rambutan Ciracas, Jakarta Timur. Sekolah Wijaya Kusuma didirikan oleh

Bapak H. Imam Slamet dan Bapak Fachrudin. Sekolah ini didirikan diatas tanah

seluas 1501 m2 milik Bapak H. Imam Slamet dan Bapak Fachrudin yang telah

dihibahkan kepada Yayasan Wijaya Kusuma. Alasan dibuatnya sekolah ini pada

tahun 1970an yaitu untuk meningkatkan tingkat pendidikan di wilayah Jakarta Timur

khususnya karena saat itu jumlah sekolah masih sangat terbatas.

SMP Kuntum Wijaya Kusuma didirikan tahun 1977, dan SMA Wijaya Kusuma

didirikan tahun 1983 dengan membuka jurusan IPA dan IPS, serta SMK Karya

Wijaya Kusuma didirikan tahun 1990 dengan membuka kompetensi keahlian

administrasi perkantoran dan akuntansi.

Gambar 1.2 Gedung Sekolah Wijaya Kusuma

Yayasan Pendidikan Wijaya Kusuma sudah berbadan hukum karena telah

  11  

memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor C-

1495HT0102TH2006. Sekolah ini telah memiliki izin operasional penyelenggaraan

pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk SMP, SMA

dan SMK. Selain itu, Sekolah Wijaya Kusuma juga telah mendapatkan akreditasi

dari BAN-S/M yaitu SMK Karya Wijaya Kusuma dengan akreditasi A nilai 87,00

untuk program keahlian Akuntansi dan nilai 86,00 untuk program Administrasi

Perkantoran. Kemudian SMA Wijaya Kusuma dengan akreditasi A nilai 91,00.

Akreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional juga telah dikeluarkan untuk

SMP Wijaya Kusuma dengan nilai akreditasi B nilai 77,61. Yayasan ini juga telah

memiliki izin sebagai badan sosial nomor 013.31.75.08.1005.12301 yang telah

dikeluarkan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Timur.

1.2.2 Fasilitas Sekolah

Sekolah Wijaya Kusuma saat ini memiliki gedung dua tingkat dengan total kelas

sebanyak 20 kelas yang memiliki kapasitas 40 orang per kelas.. Fasilitas lain yang

dimiliki sekolah ini yaitu perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA,

ruang praktek administrasi perkantoran dan akuntansi, laboratorium multimedia,

UKS, musola, lapangan olahraga dan juga kantin sekolah.. Segmentasi Sekolah

Wijaya Kusuma adalah menengah kebawah (middle low). Dari total siswa sebanyak

1122 siswa pada tahun ajaran 2016/2017, 354 siswa diantaranya mendapat KJP yaitu

sekitar 31.5% siswa kurang mampu. Saat ini, Sekolah Wijaya Kusuma menggunakan

kurikulum 2013 (K-13) untuk SMP, SMA, dan SMK. Kurikulum ini menitikberatkan

pada pengajaran yang berpusat pada siswa (student center).

  12  

Keunggulan dari sekolah ini yaitu terletak ditempat yang strategis dan mudah

dijangkau. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang ditetapkan Sekolah

Wijaya Kusuma sangat terjangkau jika dibandingkan sekolah swasta lain diwilayah

Jakarta Timur. Biaya pendidikan untuk SMP yaitu SPP sebesar Rp 220.000 perbulan,

SMA dan SMK biaya SPPnya sebesar Rp 270.000 dan uang pangkal sebesar Rp

1.100.000.

Kelemahannya yaitu keterbatasan luas area sekolah yang dimiliki karena

meningkatnya kuantitas siswa setiap tahunnya yang tidak seimbang dengan kapasitas

yang dimiliki. Selain itu, dikarenakan kapasitas kelas yang tidak mencukupi seluruh

siswa, maka sekolah menerapkan dua sistem belajar, yaitu sekolah pagi pukul 07.00

WIB – 12.00 WIB dan sore pukul 12.30 WIB – 17.30 WIB. Kemudian, kelemahan

yang terakhir yaitu sektor pendidikan cenderung bergantung kepada regulasi

pemerintah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisa faktor ekternal dan faktor internal, Sekolah Wijaya Kusuma

mempunyai peluang meningkatkan kualitas sekolah dan hasil keluaran peserta didik.

Menurut fakta bahwa masih banyaknya lulusan yang belum memenuhi kualifikasi

yang disyaratkan oleh sektor pengguna dan tidak siap pula untuk menjadi wirausaha.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sekolah kelas menengah kebawah berbasis

kewirausahaan yang memiliki kualitas hasil didikan yang siap kerja dan siap

berwirausaha.

Sekolah ini belum memiliki gambaran terkait model bisnis sosial dari Sekolah

  13  

Wijaya Kusuma untuk menghadapi perubahan lingkungan dan menentukan kebijakan

strategi kedepannya. Pihak Yayasan memerlukan gambaran tentang kelemahan dan

kekuatan Sekolah Wijaya Kusuma. Sekolah ini membutuhkan model bisnis baru

yang ditujukan untuk pedoman dalam mengembangkan bisnis dengan tujuan sosial.

Evaluasi kinerja manajemen dan model bisnis yang baru diharapkan dapat dijadikan

pengembangan untuk dapat diterapkan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, pertanyaan penelitian yang dapat diangkat

yaitu:

a. Bagaimanakah gambaran model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma saat ini?

b. Bagaimanakah model bisnis yang tepat agar sekolah mampu meningkatkan

kualitas, lulusan peserta didik yang berkarakter agar dapat mentransformasikan

lingkungan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan mengevaluasi model bisnis

Sekolah Wijaya Kusuma yang sedang dijalankan saat ini. Kemudian memodifikasi

model bisnis lama menjadi model bisnis baru dengan kinerja yang lebih baik untuk

organisasi dan masyarakat serta memiliki dampak yang luas bagi lingkungan sosial.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu menjadi panduan bagi Yayasan untuk

dapat mengembangkan Sekolah Wijaya Kusuma baik dari sisi system amanajemen

maupun konsep sekolah yang digunakan. Selain itu, hasil penelitian ini juga

diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan sekolah swasta lain dalam hal sistem

  14  

pendidikan dan usaha penyediaan sekolah berbasis kewirausahaan yang terjangkau

sejalan dengan misi sosial yaitu memutus rantai kemiskinan dengan kewirausahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis untuk akademisi agar dapat

melanjutkan pengembangan sekolah swasta dengan misi social agar mampu merentas

kemiskinan.

1.7 Sistematika Penulisan

Berikut ini merupakan sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas:

A. Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan serta manfaat penulisan tesis.

Latar belakang terdiri atas lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal

terdiri atas kondisi kemiskinan, pendidikan dan kebijakan di DKI Jakarta.

Lingkungan internal menjelaskan tentang Sekolah Wijaya Kusuma sebagai fokus

penelitian. Permasalahan dalam mengembangkan Sekolah Wijaya Kusuma

digunakan sebagai dasar pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ditujukan

sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi. Manfaat penelitian dapat digunakan

oleh Yayasan Wijaya Kusuma, lembaga pemerintah, sekolah swasta dan nirlaba,

akademisi dan juga peneliti lain.

B. Bab 2 Landasan Teori

Bab ini menjelaskan mengenai dasar teori model bisnis, kanvas model bisnis,

bisnis sosial dan juga pendidikan. Landasan teori diambil dalam produk kebijakan

pemerintah, buku, jurnal serta media publikasi.

C. Bab 3 Metoda Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data,

  15  

instrument penelitian serta metoda analisis data. Desain penelitian difokuskan pada

Sekolah Wijaya Kusuma. Metoda pengumpulan data terdiri atas studi literatur,

observasi, serta wawancara.

D. Bab 4 Strategi dan Rencana

Bab ini menjelaskan mengenai model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma yang

sedang dijalankan saat ini, evaluasi bisnis serta pengembangan model bisnis baru.

Model bisnis Sekolah Wijaya Kusuma dipaparkan melalui kanvas model bisnis

sosial. Evaluasi dilakukan dengan melihat kebutuhan pendidikan saat ini. Evaluasi

tersebut akan dikembangkan menjadi model bisnis yang baru.

E. Bab 5 Rencana Aksi

Bab ini menjelaskan model bisnis baru hasil pengembangan yang akan

diterapkan. Hasil ini dilengkapi dengan tahapan kegiatan, ukuran kinerja serta

rekomendasi.