bab i rombak
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain ditentukan dua
faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan, dan saling
bergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan merupakan prasyarat
utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh
akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan sumber daya yang
berkualitas dan sehat adalah memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah,
mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan dengan membentuk kebiasaan
hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
(Tim Pembina Kesehatan Sekolah, 2003).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program
dan lintas sektoral untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
selanjutnya terbentuk perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik, warga
sekolah maupun warga masyarakat (Departemen Kesehatan RI [Depkes RI],
2006). Peran UKS harus dioptimalkan karena kebiasaan hidup bersih dan
sehat harus ditanamkan sejak anak – anak karena pendidikan dan pelayanan
kesehatan yang diberikan sejak dini akan melembaga ke dalam pribadi peserta
didik sehingga terbawa hingga dewasa (Depkes RI, 2011). Keberhasilan
pembinaan dan pengembangan UKS pada akhirnya akan terlihat pada perilaku
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik. Ini adalah dampak yang
diharapkan dari keseluruhan pola pembinaan dan pengembangan UKS
(Syafei, 2010).
Program tentang pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dilaksanakan melalui tiga program pokok (TRIAS UKS) yang
meliputi : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan secara
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah
melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata
pelajaran pendidikan jasmani saja, tetapi bisa juga secara integratif pada saat
mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran di
sekolah. Misalnya melakukan penyuluhan tentang gizi, narkoba, dan
sebagainya terhadap peserta didik, guru, dan orang tua. Pelayanan kesehatan
merupakan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara
serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah
pada umumnya, dibawah koordinasi guru Pembina UKS dengan bimbingan
teknis dan pengawasan puskesmas setempat. Pembinaan lingkungan sekolah
sehat mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar.
Dilaksanakan dalam rangka menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan
yang dapat menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang mampu
menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan keterampilan peserta didik untuk
menjalankan prinsip hidup sehat (Depkes RI, 2007).
Namun saat ini masih banyak sekolah yang belum melihat peran UKS
sebagai bagian penting dalam pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat. Menurut data dari Pusat Pengembangan
Jasmani Depdiknas, baru sekitar 60% SD memiliki UKS, SMP 50% dan
SMA sekitar 35%. Adapun di tingkat Taman Kanak – Kanak baru mencapai
25%. Dari sekian sekolah yang memiliki UKS, baru sekitar 30% SMP dan
SMA di Indonesia yang melaksanakan UKS, sementara di tingkat SD sudah
mencapai 70% (Depkes RI, 2005).
Pada anak usia sekolah dasar, kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) dapat bersinergi dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
yang dimaksudkan bahwa dalam setiap kegiatan UKS akan selalu tersisip
pesan – pesan tentang PHBS. PHBS merupakan tindakan yang dilakukan oleh
perorangan, kelompok, masyarakat yang sesuai dengan norma – norma
kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal, menolong
dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan yang
memiliki cakupan di berbagai bidang kehidupan (Depkes RI, 2004).
PHBS di tatanan institusi pendidikan (sekolah) dilaksanakan dalam
bentuk program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Adapun indikator PHBS di
sekolah meliputi : jajan di kantin sekolah, mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan sabun, buang air kecil dan buang air besar di jamban serta
menyiram jamban dengan air setelah di gunakan, mengikuti kegiatan
olahraga dan aktivitas fisik di sekolah, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
serta membuang sampah pada tempatnya (Depkes RI, 2007).
Pada masa sekarang ini ternyata penyebab munculnya sebagai
penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), umumnya
berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS
disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui
pendekatan usaha kesehatan sekolah (UKS) (Depkes RI, 2005). Perilaku
hidup sehat yang mulai terabaikan di lingkungan sekolah adalah banyak
siswa yang merokok, melakukan pergaulan bebas, gemar mengonsumsi
makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, yang
meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dan sebagainya.
Kebiasaan lainnya yang paling sering dilakukan adalah tidak mencuci tangan
sebelum makan sehingga memungkinkan masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan data Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (RIKESDAS)
Nasional tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa perilaku yang menyangkut
kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan. Banyak penyakit yang dapat
disebabkan karena perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti
diare, kecacingan, masalah periodontal, filariasis, demam berdarah, muntaber,
dan sebagainya. Dari hasil survey di 10 propinsi di Indonesia tahun 2004
dengan sasaran seluruh anak sekolah dasar, dengan prevalensi penyakit yang
disebabkan karena rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat sangat
bervariasi antara 4,8 % - 83,0 %, dimana prevalensi yang tertinggi adalah
propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 83,0% dan terendah di propinsi Jawa
Timur sebesar 4,8 %. Masalah kebersihan diri yang cukup banyak yaitu : 86%
murid yang bermasalah pada gigi, 42% murid yang tidak menggosok gigi,
8% murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan dan 37% tidak mencuci
kaki sebelum tidur, 25% tidak biasa memakai alas kaki, 53% tidak biasa
potong kuku dan 8 % kebiasaan mandi 1 kali sehari.
Data WHO menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat 100.000 anak
Indonesia meninggal akibat diare. Selain itu data penyakit yang diderita oleh
anak sekolah terkait perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60 – 80 %, dan
caries gigi sebesar 74,4 %. Angka infeksi cacingan yang tergolong tinggi ini
dipegaruhi oleh kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk.
Kompleksnya masalah kesehatan anak sekolah perlu ditanggulangi secara
komprehensif dan multisektor (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang
tahun 2011 menyebutkan bahwa pelaksanaan program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) di tingkat Sekolah Dasar (SD) adalah 100%. Pelaksanaan
UKS di tiap sekolah merupakan tanggung jawab puskesmas setempat.
Puskesmas Seberang Padang adalah salah satu puskesmas yang terdapat di
kecamatan Padang Selatan yang membina program UKS di 14 Sekolah Dasar
(SD). Salah satu SD binaan tersebut adalah SDN 13 Seberang Padang Utara.
Melalui wawancara dengan Kepala SDN 13 Seberang Padang Utara
pada 18 Februari 2012 didapatkan keterangan bahwa program UKS di sekolah
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan TRIAS UKS yaitu pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : memasukkan pendidikan
kesehatan ke dalam mata pelajaran Sains dan Bahasa Indonesia, memiliki
pojok UKS di dalam ruang pustaka yang dilengkapi dengan tempat tidur dan
kotak P3K, senam pagi setiap hari Selasa dan Rabu, pemeriksaan kebersihan
kuku dan kerapian rambut seminggu sekali setiap hari Senin, pelayanan
kesehatan oleh puskesmas melalui screening murid kelas 1 dan pelaksanaan
BIAS pada murid kelas 1, 2, 3 serta pembinaan lingkungan sekolah sehat
melalui gotong royong sebulan sekali dan dibentuknya piket kelas. Selain itu,
pada tahun 2011 yang lalu SDN 13 juga mendapat penyuluhan mencuci
tangan dari Lifebuoy dan pemeriksaan kesehatan gigi oleh FKG Universitas
Baiturrahmah Padang. Akan tetapi menurut Kepala sekolah semua kegiatan
tersebut masih belum dirasa maksimal. Sekolah belum memiliki sarana dan
prasarana yang mendukung program UKS seperti ruang UKS tersendiri,
kantin yang memadai, dan kran air selain di WC untuk mencuci tangan. Selain
itu sekolah juga belum mendokumentasikan semua kegiatan UKS yang pernah
dilakukan secara jelas dan terstruktur, pelatihan dokter kecil sudah 2 tahun ini
tidak dilaksanakan, serta tidak pernah berpartisipasinya SDN 13 dalam Lomba
Sekolah Sehat (LSS). Kepala sekolah mengatakan bahwa faktor penghambat
optimalisasi program UKS tersebut adalah tidak terdapatnya dana khusus
untuk pelaksanaan program UKS, kurangnya sumber daya manusia untuk
membina UKS, dan kunjungan petugas dari puskesmas yang dapat dikatakan
jarang, yaitu hanya 3 kali dalam tahun 2011.
Kepala Sekolah juga memberikan keterangan mengenai tingkat
absensi atau kehadiran siswa SDN 13 Seberang Padang Utara yang tidak
mengalami penurunan secara signifikan. Pada bulan Januari tingkat
ketidakhadiran siswa hanya 0,78% dan kasus tersering yang ditangani oleh
guru UKS di sekolah adalah pusing dan sakit perut akibat tidak sarapan
sebelum berangkat ke sekolah. Kepala sekolah menyebutkan bahwa hanya
sekitar 50% siswa yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Dari 10 siswa yang diwawancarai semuanya menyatakan pernah
menderita penyakit gigi dan 3 diantaranya menyatakan pernah tidak masuk
sekolah karena penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan data 10 penyakit
terbanyak yang dialami oleh siswa SD di kota Padang tahun 2011 karies gigi
menempati urutan kedua dan hasil screening siswa kelas 1 di SDN 13 tahun
2011, karies gigi menempati urutan pertama yaitu sebesar 79, 4%. Semua
siswa juga menyatakan tidak pernah mencuci tangan sebelum makan di
sekolah dan sering jajan di luar pagar sekolah. Saat dilihat kebersihan
kukunya, 8 siswa memiliki kuku pendek dan bersih dan 2 lainnya memiliki
kuku pendek tetapi kotor. Hal ini dikarenakan penulis datang pada saat siswa
SDN 13 sedang melaksanakan gotong royong. Menurut keterangan dari siswa
mereka memotong kuku sekali seminggu karena pada hari Senin akan
dilakukan pemeriksaan kebersihan kuku oleh wali kelas dan jika kedapatan
memiliki kuku yang panjang dan kotor mereka akan dihukum.
Berdasarkan fenomena di atas penulis ingin membahas tentang
Hubungan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terhadap
Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Murid SDN 13
Seberang Padang Utara tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
penelitian adalah Apakah terdapat hubungan pelaksanaan program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) terhadap pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) terhadap pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelaksanaan pendidikan kesehatan pada siswa
SDN 13 Seberang Padang Utara.
b. Mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan pada siswa SDN
13 Seberang Padang Utara.
c. Mengetahui pelaksanaan pemeliharaan lingkungan sekolah
sehat pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara.
d. Mengetahui hubungan pendidikan kesehatan terhadap
pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SDN
13 Seberang Padang Utara.
e. Mengetahui hubungan pelayanan kesehatan terhadap
pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SDN
13 Seberang Padang Utara.
f. Mengetahui hubungan pembinaan lingkungan sekolah sehat
terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada
siswa SDN 13 Seberang Padang Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Sekolah Dasar
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
kebijakan sekolah untuk meningkatkan kualitas kesehatan siswa
melalui program UKS.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat mengevaluasi pelaksanaan program
UKS terhadap kesehatan siswa.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk membantu kesuksesan pelaksanaan program UKS.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal penelitian
berikutnya mengenai kesehatan anak usia sekolah.