bab i rombak

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan, dan saling bergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan sumber daya yang berkualitas dan sehat adalah memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan dengan membentuk kebiasaan hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Tim Pembina Kesehatan Sekolah, 2003).

Upload: intan-putri

Post on 31-Dec-2014

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Rombak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain ditentukan dua

faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan, dan saling

bergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan merupakan prasyarat

utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh

akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.

Salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan sumber daya yang

berkualitas dan sehat adalah memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah,

mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan dengan membentuk kebiasaan

hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

(Tim Pembina Kesehatan Sekolah, 2003).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program

dan lintas sektoral untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan

selanjutnya terbentuk perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik, warga

sekolah maupun warga masyarakat (Departemen Kesehatan RI [Depkes RI],

2006). Peran UKS harus dioptimalkan karena kebiasaan hidup bersih dan

sehat harus ditanamkan sejak anak – anak karena pendidikan dan pelayanan

kesehatan yang diberikan sejak dini akan melembaga ke dalam pribadi peserta

didik sehingga terbawa hingga dewasa (Depkes RI, 2011). Keberhasilan

Page 2: BAB I Rombak

pembinaan dan pengembangan UKS pada akhirnya akan terlihat pada perilaku

hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik. Ini adalah dampak yang

diharapkan dari keseluruhan pola pembinaan dan pengembangan UKS

(Syafei, 2010).

Program tentang pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) dilaksanakan melalui tiga program pokok (TRIAS UKS) yang

meliputi : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan

lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan secara

intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah

melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata

pelajaran pendidikan jasmani saja, tetapi bisa juga secara integratif pada saat

mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan

ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran di

sekolah. Misalnya melakukan penyuluhan tentang gizi, narkoba, dan

sebagainya terhadap peserta didik, guru, dan orang tua. Pelayanan kesehatan

merupakan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara

serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah

pada umumnya, dibawah koordinasi guru Pembina UKS dengan bimbingan

teknis dan pengawasan puskesmas setempat. Pembinaan lingkungan sekolah

sehat mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar.

Page 3: BAB I Rombak

Dilaksanakan dalam rangka menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan

yang dapat menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang mampu

menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan keterampilan peserta didik untuk

menjalankan prinsip hidup sehat (Depkes RI, 2007).

Namun saat ini masih banyak sekolah yang belum melihat peran UKS

sebagai bagian penting dalam pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan

pembinaan lingkungan sekolah sehat. Menurut data dari Pusat Pengembangan

Jasmani Depdiknas, baru sekitar 60% SD memiliki UKS, SMP 50% dan

SMA sekitar 35%. Adapun di tingkat Taman Kanak – Kanak baru mencapai

25%. Dari sekian sekolah yang memiliki UKS, baru sekitar 30% SMP dan

SMA di Indonesia yang melaksanakan UKS, sementara di tingkat SD sudah

mencapai 70% (Depkes RI, 2005).

Pada anak usia sekolah dasar, kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) dapat bersinergi dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),

yang dimaksudkan bahwa dalam setiap kegiatan UKS akan selalu tersisip

pesan – pesan tentang PHBS. PHBS merupakan tindakan yang dilakukan oleh

perorangan, kelompok, masyarakat yang sesuai dengan norma – norma

kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal, menolong

dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan yang

memiliki cakupan di berbagai bidang kehidupan (Depkes RI, 2004).

PHBS di tatanan institusi pendidikan (sekolah) dilaksanakan dalam

bentuk program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Adapun indikator PHBS di

Page 4: BAB I Rombak

sekolah meliputi : jajan di kantin sekolah, mencuci tangan dengan air bersih

yang mengalir dan sabun, buang air kecil dan buang air besar di jamban serta

menyiram jamban dengan air setelah di gunakan, mengikuti kegiatan

olahraga dan aktivitas fisik di sekolah, memberantas jentik nyamuk, tidak

merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,

serta membuang sampah pada tempatnya (Depkes RI, 2007).

Pada masa sekarang ini ternyata penyebab munculnya sebagai

penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), umumnya

berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS

disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui

pendekatan usaha kesehatan sekolah (UKS) (Depkes RI, 2005). Perilaku

hidup sehat yang mulai terabaikan di lingkungan sekolah adalah banyak

siswa yang merokok, melakukan pergaulan bebas, gemar mengonsumsi

makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, yang

meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dan sebagainya.

Kebiasaan lainnya yang paling sering dilakukan adalah tidak mencuci tangan

sebelum makan sehingga memungkinkan masuknya bibit penyakit ke dalam

tubuh (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan data Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (RIKESDAS)

Nasional tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa perilaku yang menyangkut

kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan. Banyak penyakit yang dapat

disebabkan karena perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti

Page 5: BAB I Rombak

diare, kecacingan, masalah periodontal, filariasis, demam berdarah, muntaber,

dan sebagainya. Dari hasil survey di 10 propinsi di Indonesia tahun 2004

dengan sasaran seluruh anak sekolah dasar, dengan prevalensi penyakit yang

disebabkan karena rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat sangat

bervariasi antara 4,8 % - 83,0 %, dimana prevalensi yang tertinggi adalah

propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 83,0% dan terendah di propinsi Jawa

Timur sebesar 4,8 %. Masalah kebersihan diri yang cukup banyak yaitu : 86%

murid yang bermasalah pada gigi, 42% murid yang tidak menggosok gigi,

8% murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan dan 37% tidak mencuci

kaki sebelum tidur, 25% tidak biasa memakai alas kaki, 53% tidak biasa

potong kuku dan 8 % kebiasaan mandi 1 kali sehari.

Data WHO menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat 100.000 anak

Indonesia meninggal akibat diare. Selain itu data penyakit yang diderita oleh

anak sekolah terkait perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60 – 80 %, dan

caries gigi sebesar 74,4 %. Angka infeksi cacingan yang tergolong tinggi ini

dipegaruhi oleh kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk.

Kompleksnya masalah kesehatan anak sekolah perlu ditanggulangi secara

komprehensif dan multisektor (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang

tahun 2011 menyebutkan bahwa pelaksanaan program Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) di tingkat Sekolah Dasar (SD) adalah 100%. Pelaksanaan

UKS di tiap sekolah merupakan tanggung jawab puskesmas setempat.

Page 6: BAB I Rombak

Puskesmas Seberang Padang adalah salah satu puskesmas yang terdapat di

kecamatan Padang Selatan yang membina program UKS di 14 Sekolah Dasar

(SD). Salah satu SD binaan tersebut adalah SDN 13 Seberang Padang Utara.

Melalui wawancara dengan Kepala SDN 13 Seberang Padang Utara

pada 18 Februari 2012 didapatkan keterangan bahwa program UKS di sekolah

tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan TRIAS UKS yaitu pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : memasukkan pendidikan

kesehatan ke dalam mata pelajaran Sains dan Bahasa Indonesia, memiliki

pojok UKS di dalam ruang pustaka yang dilengkapi dengan tempat tidur dan

kotak P3K, senam pagi setiap hari Selasa dan Rabu, pemeriksaan kebersihan

kuku dan kerapian rambut seminggu sekali setiap hari Senin, pelayanan

kesehatan oleh puskesmas melalui screening murid kelas 1 dan pelaksanaan

BIAS pada murid kelas 1, 2, 3 serta pembinaan lingkungan sekolah sehat

melalui gotong royong sebulan sekali dan dibentuknya piket kelas. Selain itu,

pada tahun 2011 yang lalu SDN 13 juga mendapat penyuluhan mencuci

tangan dari Lifebuoy dan pemeriksaan kesehatan gigi oleh FKG Universitas

Baiturrahmah Padang. Akan tetapi menurut Kepala sekolah semua kegiatan

tersebut masih belum dirasa maksimal. Sekolah belum memiliki sarana dan

prasarana yang mendukung program UKS seperti ruang UKS tersendiri,

kantin yang memadai, dan kran air selain di WC untuk mencuci tangan. Selain

itu sekolah juga belum mendokumentasikan semua kegiatan UKS yang pernah

Page 7: BAB I Rombak

dilakukan secara jelas dan terstruktur, pelatihan dokter kecil sudah 2 tahun ini

tidak dilaksanakan, serta tidak pernah berpartisipasinya SDN 13 dalam Lomba

Sekolah Sehat (LSS). Kepala sekolah mengatakan bahwa faktor penghambat

optimalisasi program UKS tersebut adalah tidak terdapatnya dana khusus

untuk pelaksanaan program UKS, kurangnya sumber daya manusia untuk

membina UKS, dan kunjungan petugas dari puskesmas yang dapat dikatakan

jarang, yaitu hanya 3 kali dalam tahun 2011.

Kepala Sekolah juga memberikan keterangan mengenai tingkat

absensi atau kehadiran siswa SDN 13 Seberang Padang Utara yang tidak

mengalami penurunan secara signifikan. Pada bulan Januari tingkat

ketidakhadiran siswa hanya 0,78% dan kasus tersering yang ditangani oleh

guru UKS di sekolah adalah pusing dan sakit perut akibat tidak sarapan

sebelum berangkat ke sekolah. Kepala sekolah menyebutkan bahwa hanya

sekitar 50% siswa yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Dari 10 siswa yang diwawancarai semuanya menyatakan pernah

menderita penyakit gigi dan 3 diantaranya menyatakan pernah tidak masuk

sekolah karena penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan data 10 penyakit

terbanyak yang dialami oleh siswa SD di kota Padang tahun 2011 karies gigi

menempati urutan kedua dan hasil screening siswa kelas 1 di SDN 13 tahun

2011, karies gigi menempati urutan pertama yaitu sebesar 79, 4%. Semua

siswa juga menyatakan tidak pernah mencuci tangan sebelum makan di

sekolah dan sering jajan di luar pagar sekolah. Saat dilihat kebersihan

Page 8: BAB I Rombak

kukunya, 8 siswa memiliki kuku pendek dan bersih dan 2 lainnya memiliki

kuku pendek tetapi kotor. Hal ini dikarenakan penulis datang pada saat siswa

SDN 13 sedang melaksanakan gotong royong. Menurut keterangan dari siswa

mereka memotong kuku sekali seminggu karena pada hari Senin akan

dilakukan pemeriksaan kebersihan kuku oleh wali kelas dan jika kedapatan

memiliki kuku yang panjang dan kotor mereka akan dihukum.

Berdasarkan fenomena di atas penulis ingin membahas tentang

Hubungan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terhadap

Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Murid SDN 13

Seberang Padang Utara tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

penelitian adalah Apakah terdapat hubungan pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) terhadap pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) terhadap pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara tahun 2012.

Page 9: BAB I Rombak

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan pendidikan kesehatan pada siswa

SDN 13 Seberang Padang Utara.

b. Mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan pada siswa SDN

13 Seberang Padang Utara.

c. Mengetahui pelaksanaan pemeliharaan lingkungan sekolah

sehat pada siswa SDN 13 Seberang Padang Utara.

d. Mengetahui hubungan pendidikan kesehatan terhadap

pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SDN

13 Seberang Padang Utara.

e. Mengetahui hubungan pelayanan kesehatan terhadap

pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SDN

13 Seberang Padang Utara.

f. Mengetahui hubungan pembinaan lingkungan sekolah sehat

terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada

siswa SDN 13 Seberang Padang Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Sekolah Dasar

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan

kebijakan sekolah untuk meningkatkan kualitas kesehatan siswa

melalui program UKS.

Page 10: BAB I Rombak

b. Hasil penelitian diharapkan dapat mengevaluasi pelaksanaan program

UKS terhadap kesehatan siswa.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat untuk membantu kesuksesan pelaksanaan program UKS.

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal penelitian

berikutnya mengenai kesehatan anak usia sekolah.