bab i ppfiiissssssssssss
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan terhadap anak usia dini sangat diperhatikan dalam Islam, karena
Islam memandang bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang
dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan anak dalam Islam ini dapat berupa
mengikuti TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran). TPQ merupakan lembaga
pendidikan non formal keagamaan untuk usia Sekolah Dasar.
Keberadaan TPQ mendapat sambutan dan dukungan yang baik oleh
masyarakat sekitar dan juga dapat menunjukkan penanaman nilai keimanan dan
ketakwaan terhadap anak. Kegiatan yang ada di TPQ bukan hanya sekedar
membaca Al-Quran saja, tetapi ada juga kegiatan-kegiatan pendukung lain yang
juga diikuti oleh santri-santri di TPQ. Kegiatan lain tersebut dapat berupa
menghafal surat-surat pendek, sholat berjamaah, menulis huruf Al-Quran, Aqidah,
Akhlak, menyanyikan lagu-lagu Islam, Siroh, pemahaman tajwid serta kegiatan-
kegiatan yang lain.
Tetapi dalam kenyataannya ketika membaca Al-Quran anak-anak kurang
memperhatikan tajwid yang ada dalam bacaan. Sehingga, dalam membaca bacaan
yang terdapat dalam Al-Quran tersebut anak-anak hanya membaca biasa saja
tanpa memperhatikan tajwid. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntutan
bagaimana cara pengucapan ayat yang benar sehingga lafal dan maknanya tidak
keliru. Karena begitu banyaknya hukum bacaan tajwid maka dapat digunakan
model pembelajaran yang mempermudahkan anak dalam membaca bacaan di Al-
Quran dengan benar.
Dengan adanya latar belakang masalah tersebut maka penulis mengadakan
penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Learning Community
untuk Meningkatkan Pemahaman Tajwid Al-Quran Santri TPQ Nurul Amal
Tahun Ajaran 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
1. Rendahnya tingkat pemahaman santri dalam memahami tajwid Al-Quran
2. Model pembelajaran yang kurang mendukung santri dalam memahami
tajwid Al-Quran
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang masih luas tersebut kemudian dijabarkan menjadi
masalah yang lebih spesifik sebagai berikut :
“Pemahaman tajwid Al-Quran santri TPQ Nurul Amal tahun 2011/2012 dengan
penerapan model pembelajaran Learning Community”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta
pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Apakah penerapan model pembelajaran Learning Community dapat
meningkatkan pemahaman tajwid Al-Quran santri TPQ Nurul Amal tahun
2011/2012 ? ”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman tajwid Al-
Quran santri TPQ Nurul Amal tahun 2011/2012 dengan menerapkan model
pembelajaran Learning Community.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Santri
a. Menambah pemahaman siswa terhadap tajwid Al-Quran
b. Mengajarkan siswa untuk bekerja sama, percaya diri, bertukar informasi,
dan menghargai pendapat santri lain
2. Bagi Ustad / Ustadzah
a. Menambah wawasan ustad mengenai model pembelajaran yang efektif
dan komunikatif
b. Mengetahui kemampuan santri melalui Learning Community
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
A. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Rini Budiharti (2000:1), ”Belajar adalah suatu usaha untuk
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa”, sedangkan menurut Slameto
(2003:2), ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dan
menurut Oemar Hamalik (2001:36), ” Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as modification
or strengthening of behavior through experiencing)”.
Selain pengertian belajar yang disebutkan di atas, masih banyak lagi
pengertian belajar menurut para ahli sebagaiman yang dirangkum dari Ngalim
Purwanto (1990: 84), antara lain:
1) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975)
mengemukakan: “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya)”.
2) Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning (1997) menyatakan:
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian sehingga perbuatannya berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
3) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan: “Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
4) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: “Belajar
adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian”.
Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan individu dimana
terjadi perubahan tingkah laku yang berbentuk kemampuan-kemampuan baru
yang besifat permanen dan berkesinambungan mencakup aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik melalui interaksi dengan lingkungan.
B. Pengertian Learning Community
Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai sebuah
organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus
menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang
baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama. Learning
Community (Komunitas Pembelajaran) merupakan suatu komunitas belajar di
lingkungan sekolah yang di dalamnya berlangsung proses belajar membelajarkan
antara siswa-siswa, guru-siswa, guru-guru, guru-kepala sekolah, sekolah-
masyarakat.
Model sekolah sebagai komunitas pembelajaran akan bermuara pada :
a. Peningkatan kualitas hasil belajar siswa
b. Peningkatan yang bersifat terus menerus
c. Meningkatkan inovasi dan kreatifitas
d. Menumbuhkan keterampilan dan pemahaman
e. Meningkatkan tekad dan energi
f. Menumbuhkan respon terhadap lingkungan luar
g. Meningkatkan pelatihan dan program pengembangan untuk seluruh anggota
komunitas, dan
h. Sekolah dan partisipasi masyarakat yang lebih efektif
Cara menumbuhkan komunitas belajar :
a) Pengadaan Sumber Belajar dan Media Belajar
Ceramah dapat dikurangi apabila tersedia sumber belajar (buku teks,
kliping, radio, TV, CD, internet) dan media pembelajaran yang cukup. Sebaiknya
buku teks tidak hanya satu (sesuai tuntutan Kurikulum, lebih dari satu). Sekolah
dapat mengadakan buku kepustakaan dengan:
a. Meminta siswa yang lulus menyumbangkan buku bekasnya
b. Meminta sumbangan alumni
Untuk menambah koleksi bacaan di perpustakaan, guru dimotivasi untuk
menugaskan siswa mengumpulkan kliping. Kliping yang terkumpul dibendel,
dimasukkan ke perpustakaan sekolah. Pada waktu proses pembelajaran, kliping
digunakan sebagai sumber belajar. Dengan demikian pembuatan kliping
berfungsi, bukan untuk pajangan belaka.
b) Mengurangi Ceramah
Apa yang sudah tercantum di buku tidak perlu diceramahkan. Suruh siswa
belajar sendiri dari buku, radio, TV, CD, internet. Mungkin ada beberapa konsep
penting yang perlu diceramahkan. Gunakan metode bervariasi misalnya diskusi,
tugas, eksperimen. Diskusi akan berjalan apabila: ada masalah yang dimunculkan
(masalah dari guru atau siswa), ada sumber belajar (buku, kliping) dan guru yang
mengamati dan mengevaluasi. Guru menyediakan lembar observasi untuk
menilai siswa (evaluasi psikomotorik).
c) Diskusi
Selain masalah diskusi dan sumber belajar, pengelolaan kelas selama
diskusi memegang kunci penting agar proses diskusi mendukung terciptanya
komunitas belajar. Proses diskusi diarahkan agar terjadi proses saling belajar antar
siswa. Guru berkeliling, dan jika terdapat siswa atau kelompok yang tidak dapat
memecahkan permasalahan maka guru berupaya memotivasi siswa tersebut agar
mau bertanya kepada siswa atau kelompok yang mampu. Selanjutnya setiap siswa
hendaknya memiliki hasil diskusi. Pada akhir diskusi, guru tidak menunjuk
kelompok untuk mempresentasikan, melainkan menunjuk individu siswa.
Pertanyaan-pertanyaan guru kepada kelas/semua siswa hendaknya dihindari dan
mengutamakan pertanyaan untuk setiap individu siswa.
d) Tugas
Tugas-tugas yang diberikan itu harus diminta laporannya. Setiap siswa
hendaknya membuat laporan. Laporan terbaik dipajang di kelas, dimasukkan ke
majalah dinding, atau diseminarkan. Adakan seminar siswa antar kelas atau di
sekolah dalam rangka HUT Kemerdekaan, Maulud Nabi, Hari Kartini, Kenaikan
kelas dst. Tugas-tugas siswa yang baik disimpan, diadakan pameran. Siswa yang
berprestasi akan bangga dan memicu siswa lain untuk ikut berprestasi.
e) Kegiatan Ilmiah
Di dalam Kurikulum tercantum kompetensi ”siswa mampu berkomunikasi
secara ilmiah”. Yang dimaksud dengan berkomunikasi secara ilmiah adalah
berkomunikasi secara tertulis dan atau lisan. Kegiatan ilmiah ini harus
dibudayakan di sekolah misalnya dengan:
a. Melakukan seminar antar kelas/di sekolah, seminar antar sekolah, seminar
tingkat Kabupaten.
b. Mengadakan lomba karya ilmiah tingkat sekolah/wilayah/Kabupaten.
Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:
1) Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran
mereka
2) Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama
3) Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder
4) Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir
5) Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama
6) Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan
7) Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas
8) Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum
9) Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa
mengetui dan dapat melakukannya
10) Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan
11) Menekankan pentingnya tempat untuk belajar
12) Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan
system
13) Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan
14) Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar
C. Pengertian Taman Pendidikan Al-Quran
Bentuk kegiatan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai Islam itu sangat
bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan/ daerah setempat antara
lain melalui sarana :
a. Pondok Pesantren.
b. Guru Ngaji (di rumah, langgar, masjid).
c. Madrasah Diniyah (lembaga non formal).
d. Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TKA/
TPQ).
TPA adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam di luar sekolah untuk
anak-anak usia SD (7-12 tahun). Waktu atau jam belajar mengajar TPA
berlangsung sore hari, yaitu sebelum dan sesudah waktu zuhur atau sebelum dan
sesudah waktu ashar.
Visi, Misi, Tujuan, dan Target TPA :
1. Visi TPA yaitu menyiapkan generasi Qur’ani menyongsong masa depan
gemilang.
2. Misi TPA yaitu misi pendidikan dan dakwah islamiyah.
3. Tujuan dan target TPA yaitu untuk menyiapkan anak didiknya agar menjadi
generasi Qurani.
Untuk tercapainya tujuan ini, TPA perlu merumuskan pula target-target
operasionalnya. Dalam waktu kurang lebih 1 tahun diharapkan setiap anak didik
akan memiliki kemampuan :
1. Membaca Al Quran dengan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2. Melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang islami.
3. Hafal beberapa surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do’a sehari-hari.
4. Menulis huruf Al Quran
Penyusunan kurikulum TPA mengacu pada asas-asas sebagai berikut :
a. Asas Agamis bersumber dari Al Quran dan Hadits
b. Asas filosofis berdasarkan pada sila pertama pancasila
c. Asas sosio cultural bersumber pada kenyataan bahwa mayoritas
bangsaIndonesiaberagama Islam
d. Asas Psikologis, secara psikologis Usia 4-12 tahun cukup kondusif untuk
menerima bimbingan membaca dan menghafal Al-Quran, serta pemahaman
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
B. Penelitian yang Relevan
Observasi
Observasi
Menentukan Judul
Konsultasi ke Ustad/Ustadzah
Menentukan solusi
Menentukan indikator
Penerapan metode Learning Community
Memberi Tes
Hasil
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TPQ Nurul Amal, Jebres, Surakarta
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012. Pelaksanaan
penelitian dilakukan secara bertahap.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini yaitu Santri TPQ Nurul Amal, Jebres,
Surakarta.
C. Sumber Data
Data dari penelitian ini didapatkan dari observasi. Observasi pada penelitian
ini dilaksanakan di TPQ Nurul Amal.
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari
observasi terhadap TPQ Nurul Amal.
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam kegiatan ini yaitu sebagai berikut :
No. Indikator KKM
1. Menyebutkan jenis bacaan tajwid Al-Quran 80
2. Menjelaskan cara membaca Idhar 70
3. Menyebutkan jumlah huruf Idhar 70
4. Menjelaskan sebab disebut bacaan idhar 70
5. Menyebutkan contoh bacaan idhar 70
6. Menjelaskan arti Idghar 80
7. Menyebutkan jenis Idghar 80
8. Menyebutkan huruf Idghom Bilahunnah 70
9. Menyebutkan contoh bacaan Idghom Bilahunnah 70
10. Menyebutkan huruf Idghom Bihunnah 70
11. Menyebutkan contoh bacaan Idghom Bihunnah 70
12. Menjelaskan arti bacaan iklab 80
13. Menyebutkan huruf iklab 80
14. Menyebutkan contoh bacaan iklab 70
15. Menjelaskan arti ikhfa’ 80
16. Menyebutkan huruf ikhfa’ 70
17. Menjelaskan cara membaca ikhfa’ 70
18. Menyebutkan contoh bacaan ikfa’ 70
H. Prosedur Tindakan
JADWAL PENELITIAN
Hari, Tanggal Kegiatan Observasi
Senin, 2 April 2012 Observasi ke TPQ Nurul Amal
Mendapatkan masalah yang ada di TPQ Nurul
Amal
Selasa, 3 April
2012
Menentukan judul yang sesuai dengan masalah
yang ada
Rabu, 4 April 2012 Konsultasi dengan Ustad/Ustadzah mengenai
masalah yang ada di TPQ Nurul Amal
Kamis, 5 April
2012
Menentukan solusi terhadap masalah yang ada
dengan menggunakan metode Learning
Community
Membuat indikator kinerja
Jumat, 6 April
2012
Menerapkan metode Learning Community
terhadap santri
Sabtu, 7 April 2012 Memberikan tes terhadap santri
Menilai kemampuan santri melalui tes