bab i pengantar a. latar...

31
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Seorang pengelana berkebangsaan Spanyol, Tome Pires, dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis sebuah catatan dalam buku hariannya yang mengatakan: “Para pedagang Melayu berkata bahwa Tuhan telah menciptakan Timor untuk cendana, Banda untuk pala dan Maluku untuk cengkeh. Barang-barang ini tidak dapat ditemukan dimanapun kecuali di ketiga tempat ini. Saya telah bertanya ke banyak orang dengan sangat cermat dan sabar, mengenai apakah ketiga komoditas tersebut dapat ditemukan di tempat lain, dan semua orang menjawab tidak”. 1 Bukan hanya Tome Pires saja yang terkagum-kagum akan keharuman pohon cendana, ada juga seorang Kapitan (Panglima Perang) Portugis yang mengirim surat tertanggal 6 Januari 1514 kepada Raja Manuel di Lisboa (Portugal), dalam surat kepada 1 Lihat, Tome Pires., Suma Oriental: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 283; bandingkan dengan Paramita Abdurachman., Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. (Jakarta: LIPI Press dan Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm.122; dan, Anthony Reid., Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hlm. 4.

Upload: truongduong

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Seorang pengelana berkebangsaan Spanyol, Tome Pires,

dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad

16, sempat menulis sebuah catatan dalam buku hariannya yang

mengatakan:

“Para pedagang Melayu berkata bahwa Tuhan telah menciptakan Timor untuk cendana, Banda untuk pala dan

Maluku untuk cengkeh. Barang-barang ini tidak dapat ditemukan dimanapun kecuali di ketiga tempat ini. Saya telah bertanya ke banyak orang dengan sangat cermat dan

sabar, mengenai apakah ketiga komoditas tersebut dapat ditemukan di tempat lain, dan semua orang menjawab

tidak”.1

Bukan hanya Tome Pires saja yang terkagum-kagum akan

keharuman pohon cendana, ada juga seorang Kapitan (Panglima

Perang) Portugis yang mengirim surat tertanggal 6 Januari 1514

kepada Raja Manuel di Lisboa (Portugal), dalam surat kepada

1 Lihat, Tome Pires., Suma Oriental: Perjalanan dari Laut

Merah ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 283; bandingkan dengan Paramita

Abdurachman., Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. (Jakarta: LIPI Press dan

Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm.122; dan, Anthony Reid., Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hlm. 4.

Page 2: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

2

rajanya, ia menjelaskan rasa kagumnya yang luar biasa tentang

pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana.2 Selain itu

masih banyak lagi laporan-laporan lainnya yang juga menyebut

Timor sebagai pulau penghasil cendana.

Laporan dan cerita-cerita para pedagang ini mendorong Raja

Spanyol dan Portugis serta Belanda mengirim armada kapal

dagangnya ke wilayah Timor Barat untuk membeli kayu cendana,

dan bahkan berlangsung selama hampir 400 tahun. Namun

bangsa Eropa bukanlah bangsa asing pertama yang sampai ke

Timor Barat karena pada abad-abad sebelumnya para pedagang

Cina, India, serta Arab, telah lebih dahulu datang ke wilayah

Timor Barat untuk mencari dan membeli kayu cendana.

Dalam catatan sejarah, Pulau Timor dikenal pertama kali

dari catatan musafir Cina, yaitu buku Chu-Fan-Cih karya Chau

Ju-Kua pada tahun 1225, yang menyebutkan Ti-wu, Ti-mon, atau

Ti-mat, (merupakan sebutan untuk Timor), kaya akan kayu

cendana dan telah mengadakan hubungan dengan kerajaan

Kadiri.3 Kayu cendana juga merupakan komoditas perdagangan

masyarakat Timor Barat jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa.

2 Lihat, Paramita Abdurachman, ibid, hlm.120. 3 Walaupun fakta dalam berita tersebut kurang tepat,

karena kerajaan kediri sudah runtuh pada tahun 1225, namun berita ini mempunyai arti besar dikarenakan pulau Timor di

zaman kuno memiliki peran penting sebagai produsen kayu cendana dalam lalulintas perdagangan. Daerah-daerah pinggir

pantai yang strategis kemudian berkembang menjadi kerajaan

Page 3: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

3

Keterangan tentang perdagangan kayu cendana juga ditulis

dalam kronik Cina yang menyebutkan bahwa pegunungan Pulau

Timor ditutupi pohon cendana, dan kayu cendana merupakan

komoditi perdagangan masyarakat lokal dengan bangsa-bangsa

Asia seperti Cina, India, Melayu, Jawa, Bugis, Mandar, dan

sebagainya. Perdagangan pada waktu itu masih bersifat musiman

karena para pedagang menggunakan perahu layar yang

tergantung arah angin, pola perdagangan juga masih menerapkan

sistem barter.4

Fei Xin dalam bukunya Xingcha Shenglan ‘Catatan Umum

Perjalanan di Lautan’ yang terbit tahun 1436, memberitakan

bahwa, “Timor terletak disebelah timur Madura, gunung-

gunungnya penuh ditumbuhi pohon cendana dan tak ada lain lagi

yang dihasilkannya kecuali cendana, terdapat 12 pelabuhan yang

masing-masing diperintah oleh seorang penguasa”. Kayu cendana

kuno guna mengawasi perdagangan kayu cendana. Lihat, Chau Ju-Kua, William Woodville Rockhill, Friedrich Hirth., Chau Ju-Kua: His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteenth Centuries, Entitled Chu-Fan-Chi. Diterjemahkan dan

dianotasikan oleh: William Woodville Rockhill dan Friedrich Hirth. (St. Petersburg: Imperial Academy of Sciences, 1911), hlm. 86, 158, dan 208-209.

4 Munandjar Widyatmika., Cendana dan Dinamika

Masyarakat Nusa Tenggara Timur. (Kupang: Pusat Pengembangan Madrasah Propinsi NTT, 1995), hlm. 11-17.

Page 4: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

4

ditukar dengan barang-barang kerajinan Cina seperti, peralatan

makan yang terbuat dari besi, tembikar, serta emas dan perak.5

Pentingnya fungsi cendana bagi masyarakat dunia

memungkinkan perdagangan cendana berkembang pesat dan nilai

jualnya pun semakin melesat. Maka ajang perebutan kekuasaan

terhadap cendana semakin kuat. Masing-masing pihak memiliki

keinginan menanamkan kekuasaan dalam perdagangan cendana.

Kapitalis Eropa pun ikut terlibat di dalamnya, ketika Bangsa

Portugis datang ke Pulau Timor tahun 1550 dan berhasil

mengusai perdagangan cendana, kekuasaan Portugis mendapat

saingan dari Bangsa Belanda, dan mereka seringkali berselisih

memperebutkan kekuasaan ekspor kayu cendana diperairan

Timor Barat.6

Mengantisipasi perselisihan yang semakin meruncing,

kedua belah pihak sepakat membagi kekuasaan yang

menetapkan bahwa Portugis menguasai wilayah Timor Timur,

5 Lihat, Willem Pieter Groeneveldt., The Historical Note on

Indonesian and Malaya, Compiled from Chinese Sources. (Jakarta: Bhratara, 1969), hlm. 116; atau dapat dilihat pula dalam edisi terjemahanya, Willem Pieter Groeneveldt., Nusantara dalam Catatan Tionghoa. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), hlm. 163-164.

6 I Ketut Ardhana., Penataan Nusa Tenggara pada Masa

Kolonial 1915-1950. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 51.

Page 5: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

5

sedangkan Belanda menguasai wilayah Timor Barat.7 Sejak

adanya pembagian wilayah kekuasaan yang jelas, pemerintah

Belanda mulai mengeksploitasi cendana di Timor Barat.

Sampai awal abad ke-20 karena adanya kekhawatiran

persediaan cendana habis, maka pada tahun 1916 perdagangan

cendana secara bebas dan penebangan cendana secara bebas

mulai di larang.8 Era kejayaan perdagangan kayu cendana tempo

dulu merupakan bentangan sejarah masa lalu tentang bagaimana

ramainya kapal-kapal dagang Makasar, Cina, Portugis dan

Belanda secara teratur menyinggahi pelabuhan-pelabuhan di

wilayah Timor Barat untuk membeli cendana. Tetapi zaman pun

telah berubah, citra Timor Barat yang melekat dengan kayu

cendana sekarang sudah di ambang kepunahan, hanya tinggal

menunggu waktu saja. Pemandangan bukit dan gunung-gunung

7 Wilayah Timor Timur merupakan wilayah di Pulau Timor

bagian timur yang mencakup daerah-daerah bekas kekuasaan Portugis yang kemudian pada tahun 1975 bergabung dengan Indonesia dan menjadi Propinsi Timor-Timur, yang sejak tahun

1999 menjadi Negara sendiri yaitu Republik Demokrat Timor Leste. Sedangkan Timor Barat merupakan wilayah di Pulau Timor

bagian barat yang dulunya adalah wilayah kekuasaan pemerintah Belanda, yang kemudian setelah masa kemerdekaan masuk dalam daerah atministrasi Propinsi Nuasa Tenggara Timur. Wilayah

Timor Barat sendiri sekarang terdiri dari beberapa Kabupaten dan satu Kota Madya, diantaranya; Kabupaten Kupang, Timor Tengah

Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, dan Kota Madya Kupang.

8 Lihat, Ferdinand Jan Ormeling., The Timor Problem: A

Geographical Interpretation of an Underdeveloped Island. (Djakarta:

J.B. Wolters-Martinus Nijhoff, 1955); lihat pula, Munandjar Widiyatmika, op. cit., hlm. 29.

Page 6: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

6

yang digambarkan oleh Tome Pires, Fe Hsin, dan Chau Ju-Kua,

sekarang sudah tak relevan lagi untuk menyebut Timor pulau

cendana.

Melihat angka populasi cendana yang sudah diambang

kepunahan membuat kita hanya bisa merenung sambil

bernostalgia tentang Timor Barat yang telah dikenal dengan

kakayaan kayu cendana dan ramainya perdagangan cendana

masa lalu. Oleh karena itu, maka kajian sejarah mengenai

perkonomian cendana di Timor Barat menjadi sangat penting

untuk dikemukakan.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Masalah pokok yang ingin dikaji dalam studi ini adalah

mengenai bagaimana kedudukan dan fungsi cendana dalam

perekonomian Timor Barat pada abad ke-19 sampai awal abad ke-

20 disaat intervensi politik dan ekonomi kolonial yang semakin

dalam? Pembahasan akan difokuskan pada pemanfaatan,

produksi dan perdagangan cendana abad ke-19, juga perubahan-

perubahan yang terjadi.

Dilihat dari latar belakang dan permasalah pokoh di atas

maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan-pertanyaan

penelitian dalam pengkajian ini. Pertama, bagaimana cendana

menjadi komoditi perdagangan penting di wilayah Timor Barat?

Secara umum keadaan alam merupakan faktor penentu dalam

Page 7: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

7

perekonomian masyarakat di suatu daerah, begitu juga di Timor

Barat. Wilayah dengan populasi cendana terbesar yang

menghasilkan cendana kualitas terbaik, tentu didukung pula

keaadaan alam yang cocok sebagai habitat pertumbuhannya.

Karena cendana merupakan tanaman endemic yang hanya bisa

hidup di daerah-daerah tertentu saja, maka akan muncul

pertanyaan; bagaimana keadaan alam, masyarakat dan

pemenuhan kebutuhannya? Bagaimana struktur agrarianya?

bagaimana arti cendana dalam perekonomian di Timor Barat?

Sampai sejauh mana pengaruh Eropa di sana?

Kedua, cendana sebenarnya bukan baru diperdagangkan

pada abad ke-19 tetapi telah diperdagangkan sejak abad-abad

sebelumnya, bahkan Timor Barat sejak masa lampau telah dikenal

dalam perdagangan dengan komuditi cendananya. Sehingga

dengan melihat perekonomian dan perdagangan cendana sebelum

abad ke-19 maka kita dapat mengetahui proses atau pola-pola

perdagangan cendana sebelumnya, oleh karena itu perlu di jawab

pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana perdagangan cendana

pada abad-abad sebelumnya? Seperti apa corak perdagangannya?

Sampai pada bagaimana campurtangan bangsa Eropa dalam

perdagangan?

Ketiga, cendana merupakan primadona perdagangan pada

masa lampau, selama abad ke-19 banyak pedagang dari berbagai

penjuru dunia datang ke Timor Barat untuk membeli cendana,

Page 8: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

8

disisi lain muncul monopoli dan dominasi yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial. Maka perlu dijawab pertanyaan seperti

bagaiman jejaring perdagangannya? Bagaimana transportasi dan

pengirimannya? Sampai bagaimana monopoli dan dominasi yang

terjadi?

Keempat, secara umum dengan adanya perdagangan di

suatu wilayah maka hal itu akan mempengaruhi perekonomian di

wilayah tersebut tak terkecuali dengan perdagangan cendana di

Timor Barat, bahkan dengan adanya monopoli dan dominasi yang

diterapkan pemerintah kolonial memunculkan penentangan dari

pihak lokal, oleh karena itu perlu dijawab bagaimana penentangan

terhadap monopoli? Bagaimana perubahan-perubahan yang

terjadi? Sampai bagaimana peran masyarakat lokal dalam

perdagangan cendana?

Kajian tentang sejarah perekonomian cendana di Timor

Barat pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 ini merupakan

kajian lokal dengan cakupan terbatas yaitu wilayah pulau Timor

barat Barat yang dulunya adalah wilayah kekuasaan pemerintah

Belanda. Kemudian setelah masa kemerdekaan Timor Barat

masuk dalam wilayah atministrasi provinsi Nusa Tenggara Timur,

yang sampai saat ini terdiri dari lima kabupaten dan satu kota

madya. Sedangkan lingkup temporal dalam kajian ini adalah pada

abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Selain itu sebagai bahan

Page 9: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

9

pertimbangan maka pembahasan akan sedikit ditarik ke belakang

atau pada beberapa abad sebelum.

Pertimbangan utama pemilihan Timor Barat sebagai objek

studi didasari oleh kenyataan bahwa wilayah ini merupakan

wilayah dengan populasi kayu cendana tebesar di Pulau Timor.

Sehingga kayu cendana menjadi komuditi utama disini, berbeda

dengan wilayah Timor Timur atau Timor Portugis yang lebih

dikenal dengan komuditi kopi.9 namun tidak menutup

kemungkinan studi ini juga akan sedikit menyinggung mengenai

wilayah Timor bagian timur dan dan wilayah-wilayah di sekitarnya

selama masih berkaitan dengan tema kajian.

Disini juga ingin ditekankan bahwa jika terdapat penulisan

atau argumen mengenai “Pulau Timor atau Timor” maka hal itu

dirujuk pada Timor Barat, dikarenakan data yang didapat

kebanyakan masih mencantumkan pulau Timor atau Timor secara

umum, tanpa membedakan konteks wilayah antara Timor Barat

“Timor Belanda” atau Timor Timur “Timor Portugis”. Contohnya

data yang diperoleh mengenai pengiriman cendana, disitu cuma di

catumkan pengiriman cendana dari Timor padahal pengiriman itu

terjadi pada pelabuhan Kupang dan Atapupu yang merupakan

9 Hal ini juga disebapkan karena perjanjian pembagian

wilayah di pulau Timor antara pemerintah Belandan dan Portugis juga belum jelas sampai pada awal abad ke-20 makanya masih

sebagian besar arsip pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19 masih mencantumkan Timor untuk merujuk Timor barat

sebagai tempat asal cendana.

Page 10: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

10

wilayah dari Timor Barat atau Timor Belanda. Sedangkan ruang

lingkup temporal memang dibatasi pada awal abad ke-20, dengan

alasan bahwa pada akhir abad ke-19 muncul wacana mengenai

pelarangan penebangan dan perdagangan cendana secara bebas

yang kemudian diberlakukan pada awal abad ke-20, dan

dilanjutkan dengan sensus atau pendataan terhadap pohon

cendana.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Ada beberapa tujuan penting dalam penelitian ini. Pertama,

menjelaskan arti cendana bagi masyarakat Timor Barat sejalan

dengan adanya perdagangan cendana. Kedua, menjelaskan

jejaring dan monopoli dalam perdagangan cendana di Timor Barat.

Berkaitan dengan itu maka tujuan yang Ketiga, adalah

mengungkapkan kenyataan tentang perubahan atau pergeseran

fungsi dan kedudukan cendana dalam perekonomian di Timor

Barat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan melalui kajian ini

juga dapat digali beberapa kearifan lokal yang berhubungan

dengan keberadaan cendana di Timor Barat.

Mengingat penulisan sejarah Indonesia sampai saat ini

masih didominasi oleh kajian-kajian dari Indonesia bagian barat,

maka studi ini juga bermanfaat untuk mengisi kekurangan itu

dengan menghadirkan penulisan sejarah Indonesia bagian timur,

tepatnya di wilayah Timor Barat, Nusa Tenggara Timur. Begitu

Page 11: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

11

pula dengan kajian di Timor (Indonesia) yang masih didominasi

oleh studi antropologi dan sosiologi. Maka dengan adanya kajian

ini kiranya dapat menjadi acuan atau referensi bagi studi-studi

yang akan datang berkaitan dengan penulisan sejarah Indonesia

bagian timur. Selain itu melalui pengkajian ini diharapkan dapat

berpatisipasi langsung terhadap upaya menghasilkan arah atau

paradigma baru historiografi Indonesia, dengan mengangkat

potongan-potongan sejarah yang terlupakan dalam sejarah

Indonesia.

D. Tijauan Pustaka

Sampai saat ini studi mengenai wilayah Timor Barat pada

umumnya didominasi oleh penelitian-penelitian tentang

antropologi dan sosiologi terutama antropologi budaya dan

struktural, sedangkan studi sejarah untuk wilayah ini masih

terjebak pada tema-tema politik. Bahkan hampir semua kajian-

kajian itu masih membahas konteks Nusa Tenggara Timur secara

umum dan hampir tidak ada yang spesifik membicarakan salah

satu wilayah tertentu.

Kajian-kajian antripologi dan sosiologi yang membahas

mengenai Timor Barat diantaranya seperti penelitian Ferdinand

Jan Ormeling (1955),10 yang menulis mengenai The Timor Problem,

10 Ferdinand Jan Ormeling., The Timor Problem: A

Geographical Interpretation of an Underdeveloped Island. (Djakarta:

J.B. Wolters-Martinus Nijhoff, 1955).

Page 12: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

12

juga Herman Gerrit Schulte-Nordholt (1971),11 yang membahas

mengenai sistem politik salah satu masyarakat suku asli di Timor,

kemudian James J. Fox (1977),12 yang secara khusus meneliti

tentang kehidupan masyarakat di pulau Rote, juga rangkuman

dari hasil penelitian di wilayah Timor, Sumba dan sekitarnya yang

diterbitkan dengan judul The Flow of Life (1980).13 Kemudian

tulisan Munandjar Widiyatmika (2014),14 yang membahas

mengenai cendana dan dinamika masyarakat Nusa Tenggara

Timur, tulisan ini lebih menekankan cendana sebagai identitas

masyarakat Nusa Tenggara Timur secara umum, dengan

memaparkan mengenai cendana dalam dinamika kehidupan

masyarakat Nusa Tenggara Timur sejak zaman kerajaan lokal.

Selanjutnya sebuah disertasi yang di tulis oleh H. Ataupah

(1992), Ekologi Persebaran Penduduk dan Pengelompokan Orang

11 Herman Gerrit Schulte Nordholt., The Political System of

the Atoni of Timor. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde van Nederlandsch Indie (VKI), Vol. 60.

(The Hague: Martinus Nijhoff, 1971). 12 James J. Fox., The Harvest of the Palm, an Ecological

Change in Eastern Indonesia. (Harvard University Press, 1977). 13 James J. Fox., The Flow of Life: Essays on Eastern

Indonesia. (Harvard University Press, 1980).

14 Munandjar Widyatmika., Cendana dan Dinamika

Masyarakat Nusa Tenggara Timur. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014).

Page 13: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

13

Meto di Timor Barat.15 dan merupakan satu-satunya kajian ilmiah

yang spesifik menggunakan istilah nama Timor Barat. Disertasi ini

ditulis untuk memperoleh gelar doktor di bidang Ilmu Sosiologi

Unversitas Indonesia. Walaupun kajian ini bukan merupakan

kajian sejarah namun dalam tulisannya Ataupah mengungkapkan

bahwa orang meto yang merupakan penduduk mayoritas di Timor

Barat telah memanfaatkan kayu cendana sebagai komoditi

dagang. Bahkan perdagangan cendana telah dilakukan sejak

zaman kerajaan dan hanya boleh dikelola oleh para usif atau

pemimpin lokal. Maka cendana diibaratkan “puteri rumah” yang

menebarkan aroma wangi bagi keindahan sebuah sonaf atau

istana raja. Hasil penelitian ini juga bermanfaat dan relevan untuk

mengetahui posisi cendana sebagai mata dagangan yang

menguntungkan penguasa atau raja-raja dan masyarakat lokal.

Terkait kajian mengenai perdagangan abad ke-19 dalam

sejarah Indonesia, sebagian besar masih berkisar pada wilayah-

wilayah seperti Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Hai ini

dimungkinkan karna wilayah-wilayah ini dianggap memiliki

pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang pada

masa lampau, sedangkan tema sejarah ekonomi dan perdagangan

yang membahas Indonesia Bagian Timur masih di dominasi oleh

wilayah Makasar seperti tulisan Adrian B. Lapian (2009), yang

15 Hendrik Ataupah., Ekologi Persebaran Penduduk dan

Pengelompokan Orang Meto di Timor Barat. (Universitas Indonesia:

Disertasi, 1992).

Page 14: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

14

membahas mengenai aktivitas pelayaran bajak laut di perairan

Sulawesi abad ke-19,16 Edward L. Poelinggomang (2002) yang

membahas mengenai perkembangan perdagangan makasar abad

ke-19,17 kemudian Christiaan G. Heersink (1995), yang melakuakn

studi mengenai pertumbuhan ekonomi di pulau Selayar periode

1600-1950, dengan melihat perkembangan perdagangan kopra di

pulau Selayar dari sudut pandang sosial-ekonomi.18

Ada juga studi tentang perdagangan abad ke-19 di wilayah

Nusa Tenggara oleh I Gde Parimartha (2002),19 yang membahas

mengenai perdagangan dan politik di Nusa Tenggra. Walaupun

tulisan ini membahas secara umum wilayah Nusa Tenggara

berkaitan dengan perdagangan dan politik namun dapat menjadi

acuan tentang bagaimana pola perdagangan waktu itu. Juga

beberpa kajian yang kiranya dapat dipakai sebaga referensi

16 Adrian B. Lapian., Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut:

Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009).

17 Edward Lamberthus Poelinggomang., Makasar Abad Ke-

19: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2002).

18 Christiaan Gerard Heersink., The Green Gold of Selayar: A

Socio-Economic History of an Indonesian Coconut Island, c. 1600-1950: Perspectives from a Periphery. (Amsterdam: Vrije Universiteit,

Disertasi 1995). 19 I Gde Parimartha., Perdagngan dan Politik di Nusa

Tenggara 1815-1915. (Jakarta: Djambatan dan KITLV, 2002).

Page 15: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

15

sumber seperti tulisan I Ketut Ardhana (2000),20 yang membahas

mengenai penataan Nusa Tenggara pada masa kolonial sampai

kemerdekaan. Dan tulisan Jan C. van Leur (1983),21 yang

membahas mengenai perdagangan dan masyarakat Indonesi,

tulisan ini juga memperkenalkan penggunaan metodologi baru

yang menggunakan interpretasi sosiologis untuk memahami

perkembangan dan perubahan ekonomi.

Kemudian beberapa pustaka yang membahas keberadaan

cendana yang relevan digunakan sebagai acuan pemahaman

maupun sebagai sumber data antara lain tulisan Jacb Wadu, dkk

(2003), merupakan studi tentang Pemerintahan Kabupaten Timor

Tengah Selatan dari Masa ke Masa.22 Buku ini relevan digunakan

sebagai penunjang pemahaman mengenai hubungan cendana

dengan penguasa lokal pada zaman kerajaan, karena membahas

sistem pemerintahan masyarakat Timor Tengah Selatan sejak awal

zaman kerajaan lokal sampai dengan zaman reformasi.

Dimana sejak zaman kerajaan, cendana memiliki aspek penting

dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan

20 I Ketut Ardhana., Penataan Nusa Tenggara pada Masa Kolonial 1915-1950. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005).

21 Jacob Cornelis van Leur., Perdagangan dan Masyarakat

Indonesia: Esai-esai Tentang Sejarah Sosial dan Ekonomi Asia. Edisi Terjemahan Indonesia oleh: Abmi Handayani, Abdul Azis dan Aditya Pratama. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015).

22 Jacob Wadu, dkk., Sejarah Pemerintahan Kabupaten Timor

Tengah Selatan. (Kupang: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah

Selatan, 2003).

Page 16: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

16

yang penguasaannya berada di tangan penguasa lokal. Selain itu,

buku tersebut juga menyinggung keberadaan cendana sebagai

komoditi perdagangan masa lampau menggunakan sistem barter.

Selanjutnya, buku yang ditulis oleh Didik Pradjoko dan

Friska Indah Kartika tentang Pelayaran dan Perdagngan Kawasan

Laut Sawu Abad Ke-18-Awal Abad Ke-20. Buku ini menyajikan

sejumlah pernyataan mendasar berkaijtan dengan perairan di

kawasan Laut Sawu sekaligus memberikan informasi tentang

dunia maritim di Indonesia abad ke-18 hingga awal abad ke-20.23

Buku ini juga sangat cocok dijadikan sebagai referensi sumber

mengingat Laut Sawu masuk dalam kawasan kepulauan Nusa

Tenggara Timur dan merupakan salah satu jalur perdagangan laut

menuju Timor Barat.

Kemudian penerbitan kembali karya Paramita R.

Abdurachman (2008), tentang sumber-sumber sejarah Portugis di

Indonesia yang selama ini tersebar di berbagai jurnal. Kehadiran

Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia kurang-lebih 500

tahun yang lalu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah sampai

hari ini masih dipertahankan oleh beberapa komunitas lokal di

Nusantara, khususnya di Timor, Flores, Solor, dan Maluku. Salah

satu warisan Portugis yang menarik adalah nama Pulau Flores

23 Didik Pradjoko dan Friska Indah Kartika., Pelayaran dan

Perdagngan Kawasan Laut Sawu Abad Ke-18-Awal Abad Ke-20. (Jakarta: Wedatama Widyasastra, 2014).

Page 17: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

17

yang sesungguhnya merupakan kependekan dari Cabo de Flores,

sebuah nama yang dipergunakan pelaut-pelaut Portugis di masa

lalu ketika mereka mencapai Tanjung Bunga.24 Tulisan Bunga

Angin Portugis di Nusantara ini merupakan kumpulan narasi

tentang jejak-jejak Portugis di Nusantara yang dapat dipakai

sebagai referensi sumber untuk melihat hubungan Portugis dalam

perdagangan cendana.

Berdasarkan studi-studi di atas, dapat dikatakan bahwa

studi ilmiah mengenai sejarah perekonomian cendana di Timor

Barat masih sangat langkah, apalagi kajian yang khusus

membahas mengenai perdagangan cendana di wilayah ini. Oleh

karena itu studi ini mencoba menghadirkan realitas perekonomian

masa lalu sehubungan dengan adanya perdagangan cendana di

Timor Barat pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.

E. Kerangka Konseptual

Sejarah perkenomian cendana di Timor Barat, pada

dasarnya adalah sebuah fenomena terkait dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam perekonomia di Timor Barat sejalan

dengan adanya perdagangan cendana. Timor Barat yang sampai

abad ke-19, dengan populasi cendananya yang melimpah,

memposisikan cendana sebagai salah satu sumber perekonomian

24 Paramita Abdurachman., Bunga Angin Portugis di

Nusantara: Jejak-jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. (Jakarta:

LIPI Press dan Yayasan Obor Indonesia, 2008).

Page 18: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

18

di wilayah ini. Dalam mengungkapkan perubahan-perubahan yang

terjadi, maka kajian ini akan menggunakan pendekatan sejarah

ekonomi. Maka sangat penting untuk dibangun konsep mengenai

tema penelitian, dengan tujuan agar nantinya dalam pembahasan

tidak keluar dari pemahaman yang ada, serta memperjelas

pemahaman terhadap studi sejarah yang diteliti.

Pendekatan ekonomi pada beberapa tingkatan analisis perlu

digunakan untuk memahami dan menjelaskan dinamika ekonomi

yang muncul pada tingkat lokal. Pendekatan ini hanya akan

menggunakan beberapa indikator ekonomi secara terbatas sebagai

cara untuk membaca perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi

tanpa bermaksut menghasilkan sebuah kajian yang benar-benar

ekonomis.25 Seperti konsep mengenai perdagangan dan

perekonomian.

Perdagangan merupakan transaksi jual beli barang yang

dilakukan antara penjual dan pembeli di suatu tempat. Transaksi

perdagangan dapat timbul jika terjadi pertemuan antara

penawaran dan permintaan terhadap barang yang dikehendaki.

Perdagangan sering dikaitkan dengan berlangsungnya transaksi

yang terjadi sebagai akibat munculnya problem kelangkaan

barang. Perdagangan juga merupakan kegiatan spesifik, karena di

25 Lihat, Abdul Wahit., Bertahan di Tengah Krisis: Komunitas

Tionghoa dan Ekonomi Kota Cirebon. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2009), hlm. 19.

Page 19: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

19

dalamnya melibatkan rangkaian kegiatan produksi dan distribusi

barang.26

Perdagangan juga merupakan sebuah bentuk hubungan

ekonomi antara suatu daerah, wilayah, atau bangsa dengan

dengan daerah, wilayah, atau bangsa lainnya. Meskipun dalam

sejarah banyak terjadi bahwa dalam perdagangan sering diikuti

dengan kekuatan politik yang bahkan mengakibatkan terjadinya

perang, seperti tampak pada perdagangan di wilayah Nusantara

baik pada periode sebelum datangnya pedagang-pedagang Eropa

ataupun setelah adanya pengaruh Eropa di Nusantara. Hal ini

bisa saja terjadi karena perdagangan merupakan salah satu

sumber kesejateraan bagi para penguasa lokal maupun

pemerintahan. Itu sebapnya sejumlah kerajaan yang berada di

jalur perdagangan berkembang dan berusaha untuk mengontrol

jalur yang dikuasai.

Pada dasarnya perdagangan cendana di Timor Barat pada

abad ke-19 sampai awal abad ke-20 berjalan dalam suatu lingkup

yang beraneka ragam. Melalui perdagangan, berbagai pelabuhan

di Nusantara bahkan kawasan Asia Tenggara dan Samudera

Hindia menjadi suatu kesatuan interaksi antar budaya yang

mempengaruhi pula sejarah di wilayah masing-masing. meskipun

26 Lihat, Robert L. Heilbroner and Lester C. Thurow., The

Economic Problem. (New Jersey: Prentice-Hall, 1978); lihat pula, Titi

Surti Nastiti., Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna: Abad VIII-XI Masehi. (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2003), hlm. 52-102.

Page 20: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

20

terjadi perubahan-perubahan dengan masuknya pengaruh asing,

namun perkembangan perekonomian berjalan tetap dan tidak

begitu banyak mengalami perubahan.

Selain itu konsep perdagangan yang di pahami juga

mengalami proses perubahan atau transformasi sehubungan

dengan adanya pengaruh yang dibawah bangsa Eropa dalam

kegitan perekonomian masyarakat lokal. Seperti mulai dikenal alat

pembayaran dan mulai diterapkan mekanisme pertukaran dengan

sistem nilai tukar mata uang. Walaupun begitu tidak sertamerta

masyarakat meninggalkan tradisi barter yang telah berkembang

sebelumnya, sehingga tampak dalam sejarah perdagangan di

Nusantara abad ke-19 kedua sistem pembayaran ini tetap dipakai.

Dalam perspektif ilmu budaya sesunggunya masalah

perekonomian dalam hal ini pertukaran, perdagangan atau apaun

bentuknya, menjadi bahan perdebatan panjang yang seolah tak

berujung.

Di seluruh kepulauan Nusantara termaksut Timor Barat,

penguasa lokal berperan penting dalam perdagangan dan

produksi. Barang-barang eksklusif dan produk-produk masal

diperdagangkan oleh para penguasa dan pejabat, dan barang-

barang tertentu saja yang tersisa bagi para pedagang “penjaja”

Page 21: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

21

atau pedagang tanpa mekanisme modal.27 Kaum bangsawan dan

penguasa dalam perdagangan berperan pasif, sedangkan yang

berperan aktif dilakukan oleh pedagang-pedagang yang

menjalankan usaha mereka dalam bentuk kerjasama perdagangan

terbatas untuk suatu kegiatan.28

Berangkat dari konsep tersebut maka istila pertukaran,

perdagangan atau barter dapat dipertegas dengan nuansa

pengertian yang berbeda. Pertukaran adalah sebuah kegiatan yang

didasarkan pada digunakan tidaknya alat tukar berupa uang,

yang mengandung nilai tukar atau bobot yang kurang lebih sama.

Sedangkan perdagangan adalah aktivitas pertukaran barang yang

ditandai oleh alat tukar atau dengan tanpa uang yang secara tidak

langsung melibatkan otoritas formal sebagai pihak yang

berwenang mengeluarkan uang, atau menetapkan nilai barang

yang akan ditukarkan tentu saja berorientasi pada keuntungan.29

Pandangan Eric R. Wolf (1982) yang menunjukan adanya

interaksi spontan antara masyarakat pedalaman dan perkotaan

27 Jacob Cornelis van Leur., Indonesian Trade and Society:

Essays in Asian Social and Economic History. (Bandung: W. van

Hoeve, 1955), hlm. 8. 28 Ibid., hlm. 55.

29 Heriyanti Ongkodharma., Perdagangan di Kesultanan

Baten 1552-1684. (Depok: Universitas Indonesia, Disertasi 1998), hlm. 22; lihat juga, Heriyanti Ongkodharma., Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1552-1684. (Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2007), hlm. 22.

Page 22: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

22

yang mendorong terjadinya perubahan di dalamnya, dengan

memberi gambaran mengenai raksi dunia non Barat atas

kontaknya dengan dunia kapitalis yang membuat perubahan di

tingkat lokal. Wolf antara lain menyatakan bahwa produksi selama

abad ke-19 mencapai kemajuan besar dibawah kapitalisme,

kebutuhan akan bahan mentah mendorong munculnya pasar yang

mendunia. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan produksi

menjawab kepentingan pasar yang membawah perubahan pada

tingkat kehidupan keluarga atau kelompok masyarakat. Selain itu

spesialisasi daerah tertentu muncul sebagai wilayah produksi

untuk memenuhi kebutuhan pasar.30 Sejalan dengan pendapat

Wolf, hal ini memunculkan wilayah Timor Barat sebagai salah satu

wilayah produksi yang menyediakan cendana bagi kebutuhan

pasar dunia pada abad ke-19.

Berkaitan dengan jaringan perdagangan, dapat dilihat pada

abad ke-19 pedagang pribumi semakin berinteraksi dengan

pedagang asing antara lain pedagang Cina, Arab, dan Eropa yang

datang di wilayah Timor Barat membentuk kelompok-kelompok

pedagang dengan aktivitas masing-masing, bisa dikatakan setiap

kelompok juga membentuk jaringan perdagangannya masing-

masing. Kelompok-kelompok pedagang Asia ini pada mulanya

nampak mendominasi perdagangan cendana Timor Barat, mereka

30 Eric Robert Wolf., Europe and the People without History.

(Oakland, California: University of California Press, 1982), hlm.

310-314.

Page 23: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

23

bekerjasama dengan penguasa-penguasa setempat. Akan tetapi

ketika pengaruh Eropa semakain meluas maka dominasi mereka

tergeser oleh pedagang-pedagang Eropa.

Dalam perdagangan cendana, kontak dengan dunia yang

lebih luas bisa membawa perubahan-perubahan menguntungkan

bahkan merugikan. Maka pendapat dari Wolf ini mungkin relevan

melihat perkembangan Timor Barat dari adanya jaringan antara

pasar yang lebih berkembanga di kota atau wilayah pelabuhan

dan pasar di wilayah pedalaman, hal ini memunculkan tingkat-

tingkat dalam perdagangan cendana atau sruktur pasar yang

membentuk suatu sistem dalam perdagangan baik di lingkungan

Timor Barat maupun dalam konteks wilayah yang lebih luas.31

Selain itu pola-pola perdagangan antar pulau di Hindia

Belanda pada abad ke-19 terjadi perubahan dikarenakan

timbulnya persaingan antar negara-negara Eropa yang mencari

bahan baku serta perbedaan prinsip antara monopoli dan

perdagangan bebas.32 Pemerintahan Belanda abad ke-19 dituntut

untuk melakukan perdaganga bebas sebagai salah satu bagian

31 Lebih jauh mengenai konsep jaringan perdagangan dan

sistem pasar dapat dilihat Hans-Dieter Evers., “Traditional Trading Networks in Southeast Asia”. Working Paper No. 67, Sociology of Development Research Center, (Univ. of Bielefeld, 1985), hlm. 5-6;

juga, Hans-Dieter Evers., “Traditional Trading Networks of Southeast Asia”. In: Archipel, volume 35, pp. 89-100. (1988), hlm.

92-95. 32 Lihat, David Kenneth Fieldhouse., Economics and Empire

1830-1914. (London: Cox and Wyman Ltd, 1976), hlm. 78.

Page 24: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

24

dari Konvensi London 1814 dan Traktat London 1824, namun di

pihak lain pemerintah Belanda juga ingin melanjutkan monopoli

perdagangan yang sudah di jalankan VOC selama hampir 200

tahun di Nusantara. Sistem monopoli yang telah berlangsung

sejak masa VOC kemudian menjadi pilihan Pemerintah Belanda

untuk di terapkan di wilayah koloninya.33 Seperti yang terjadi di

wilayah Timor Barat dalam hal monopoli perdagangan cendana.

Memang benar bahwa pada tahun 1865 pemerintah Belanda

membuka Kupang sebagai pelabuhan bebas, namun dalam

pelaksanaannya pemerintah Belanda masih sering mencampuri

dan memonopoli kegiatan produksi dan perdagangan cendana di

wilayah ini.

Pemikiran yang melandasi kebijakan monopoli pada

dasarnya sejalan dengan gagasan ekonomi merkantilisme, yang

berpendapat bahwa kekayaan merupakan alat untuk melayani

kekuasaan. Sehingga kekayaan dan kekuasaan harus saling

mendukung, dengan kata lain jika ingin memperluas kekuasaan

maka kekayaan pun harus ditingkatkan.34 Merkantilisme juga

beranggapan bahwa kekayaan dunia tetap sehingga keuntungan

suatu negara dianggap sebagai kerugian bagi negara lain. Itulah

33 Edward Lamberthus Poelinggomang., Makasar Abad Ke-

19: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2002), hlm. 1.

34 Ibid., hlm. 4.

Page 25: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

25

sebabnya keuntungan dan kekuasaan dianggap sebagai dua sisi

mata uang yang saling bergandengan atau harusnya berjalan

seiringan.35 Negara merkantilisme cenderung melindungi

perdagangan di negaranya dan memonopoli perdagangan di

koloninya, seperti yang di terapkan VOC di Nusantara.36

Pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi suatu

wilayah menurut kaum Merkantilis ditentukan oleh peningkatan

perdagangan internasional dan penambahan pemasaran hasil

industri serta surplus neraca perdagangan.

F. Sumber Penulisan dan Mertode Penelitian

Penelitian ini pada hakikatnya bertujuan untuk

menghasilkan tulisan sejarah. Mengacu pada pokok

permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian sejarah

perekonomian namun tidak terlepas kaitannya dengan aspek-

aspek sejarah lainnya, namun fokus utamanya tentang

perdagangan cendana dan implikasinya terhadap perekonomian di

Timor Barat pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Sumber

awal dalam penulisan ini didapat dari beberapa artikel dan buku-

buku terbitan yang berkaitan dengan pokok penelitian.

Pencarian awal sumber penelitian dilakukan dengan

mencoba mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan tema

35 Ibid., hlm. 5.

36 Charles Ralph Boxer., The Dutch Seaborne Empire 1600-

1800. (London: Hutchinson and Co, 1972), hlm. 24.

Page 26: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

26

penelitian di beberapa perpustakaan yang berada di dalam

kampus Universitas Gadjah Mada, diantaranya yaitu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Perpustakaan Fakultas

Kehutanan, Perpustakaan Pusat, dan Pusat Studi Pedesaan. selain

itu penulis juga mengunjungi salah satu perpustakaan di wilayah

Yogyakarta yaitu perpustakaan Ignatius. Dari Perpustakaan Pusat

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM ditemukan

beberapa tulisan yang menyinggung tentang cendana di Pulau

Timor, serta buku-buku Antropologi yang membahas tentang

kebudayaan di Nusa Tenggara Timur, juga beberapa literatur

tentang sejarah Nusa Tenggara Timur. Sumber-sumber tersebut

walaupun masih bersifat umum namun dapat memberi informasi

awal mengenai tema penelitian.

Selain itu penulis coba mencari literatur-literatur atau

jurnal-jurnal di Jstor, disini penulis menemukan beberapa jurnal

tentang pulau Timor, walaupun tidak berkaitan dengan kajian ini

tapi sedikit banyaknya telah memberi informasi awal mengenai

penulisan. Selanjutnya penulis mencoba mencari artikel-artikel

online di internet yang berkaitan dengan tema kajian, walaupun

data yang didapat perlu di ferifikasi lagi namun dapat menjadi

informasi awal bagi pencarian data kedepan.

Setelah berada di Kupang penulis memulai pencarian

sumber dengan mengunjungi Kantor Badan Arsip Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur, namun sayang kenyataan di lapangan tidak

Page 27: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

27

sesuai dengan apa yang diharapkan, karena ternyata koleksi arsip

di Badan Arsip Daerah Provinsi NTT hanya berisi arsip-arsip pada

periode Repubilik Indonesia, yang mana koleksi tertuanya adalah

dari tahun 1950-an. Hal yang sama juga terjadi di bebarapa Badan

Perpustakaan dan Kearsipan Daerah di Kabupaten dan Kota yang

berada di wilayah Timor Barat, diantaranya Badan Perpustakaan

dan Kearsipan Daerah Kabupaten Kupang, TTS, TTU, dan Belu,

yang penulis kunjungi, kerena ternyata koleksi arsipnya rata-rata

berkisar tahun 1964 ke sini.

Namun karena di wilayah kabupaten, Badan Kearsipan

dengan Perpustakaan Daerah Kabupaten masih satu naungan,

maka penulis tidak pulang dengan tangan kosong. Disini penulis

menemukan beberapa karya tulis yang diterbitkan maupun yang

tidak diterbitkan, juga buku-buku terbitan lokal di masing-masing

Perpustakaan Daerah Kabupaten. Walaupun kebanyakan dari

temuan ini menulis tentang budaya dan cerita-cerita rakyat di

wilayah masing-masing, namun dari situ penulis lumayan banyak

mendapat informasi atau gambaran mengenai tema penelitian.

Setelah itu penulis melanjutkan lagi dengan mencari sumber

di Badan Perpustakaan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur

yang berada di Kupang. Disini penulis menemukan banyak

sumber yang berkaitan dengan periode penelitian yang mana

sumber ini berupa laporan-laporan perjalannan, jurnal, juga

Page 28: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

28

artikel-artikel yang membahas tentang Timor dan lain-lain, yang

semuanya telah diterjemakan ke dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya penulis juga mengunjungi Arsip Nasional

Republik Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia, di Jakarta. Disini penulis juga menemukan catatan-

catatan arsip, seperti Algemeen Verslag dan dokumen-dokumen

atau catatan arsip yang lain. Dengan arsip-arsip ini sangat

membantu penulis dalam mengungkapkan tentang perdagangan

cendana dan perubahan perekonomian di Timor Barat.

Wawancara juga penting dilakukan untuk lebih melengkapi

sebuah penelitian. Hal-hal yang tidak tertulis dalam arsip dan

catatan lainnya dapat ditelusuri dengan wawancara dari sumber-

sumber yang relevan dengan penelitian tentunya dengan

memperhatikan kredibilitas kesaksian.37 Namun dalam kajian ini

tidak menggunakan sumber wawancara, mengingat periode yang

sangat lampau sehingga tidak dapat ditemukan narasumber yang

sejaman. Tapi dari tidak adanya data wawancara, dapat dilengkapi

kekurangan itu dengan menggunakan foklor dan cerita-cerita

rakyat yang beredar di masyarakat. Sumber-sumber tersebut diuji

secara kritis sehingga menghasilkan tulisan yang objektif.38

37 Helius Sjamsuddin., Metodologi Sejarah. (Yogyakarta:

Ombak, 2007), hlm. 147. 38 Helius Sjamsuddin., Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta:

Depdikbud, 1996), hlm.61.

Page 29: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

29

Selain sumber lisan dan tertulis, penelitian ini juga

menggunakan foto sebagai sumber penulisan. Sebagian besar foto

diperoleh dari webside KITLV dan Tropen Museum. Foto selalu

menyimpan banyak cerita dibaliknya, latar belakang foto misalnya,

jika foto diambil di rumah, akan menunjukkan gaya hidup tiap

keluarga. Demikian juga dengan data lain tentang perabot rumah,

pakaian, kendaraan, dan klangenan, mungkin terungkap lewat

foto.39

Setelah sumber tertulis, lisan dan visual didapatkan,

selanjutnya dilakukan verifikasi atau kritik terhadap sumber-

sumber tersebut. Kritik sumber merupakan tahap penilaian atau

pengujian terhadap bahan-bahan sumber yang diperoleh dari

sudut pandang nilai kebenarannya. Terdapat dua macam kritik,

yakni kritik ekstern untuk meneliti otentisitas atau keaslian

sumber, dan kritik intern untuk meneliti kredibilitas sumber.40

Foto contohnya, dilihat terlebih dahulu autentisitasnya, apakah

hasil dari pemotretan alami atau justru hasil manipulasi studio.

Kemudian diuji kredibilitasnya dengan cara melihat subjek yang

39 Apriani Harahap., Voor Indiers: Sejarah Kehidupan Sehari-

hari Orang India di Kota Medan Abad Ke-20. (Universitas Gadjah

Mada, Tesis-2014), hlm. 23. 40 Kuntowijoyo., Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta:

Bentang Budaya, 1995), hlm. 100.

Page 30: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

30

ditampilkan foto, apakah sudah lazim pada masa ketika foto itu

diproduksi.41

Selesai melakukan verifikasi, tahap selanjutnya adalah

menguraikan fakta-fakta yang terkandung dalam sumber,

kemudian menyatukannya, dan terakhir menyajikannya dalam

tulisan atau historiografi. Menurut Gottschalk Louis, historiografi

adalah rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau

berdasarkan data yang diperolah dengan menempuh proses

menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan

masa lampau.42

Dengan demikian, metode penelitian dalam studi ini

sepenuhnya menggunakan metode sejarah, dimulai dari tahap

pencarian sumber, verifikasi sumber, perumusan fakta, sampai

penyajian pemikiran baru dalam tulisan. Sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Kuntowijoyo, metode sejarah pada prinsipnya

melalui empat tahapan yaitu heuristik, kritik atau verifikasi,

interpretasi, dan historiografi.43

41 Apriani Harahap., log. cit. 42 Gottschalk Louis., The Nature of Historical Explanation.

(London: Oxford University Press, 1985); lihat pula, Gottschalk Louis., Mengerti Sejarah. Cet. 4, Terjemahan, Notosusanto.

(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), hlm. 39. 43 Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 89.

Page 31: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114619/potongan/S2-2017... · dalam kesempatan berkunjung ke Semenanjung Malaka awal abad 16, sempat menulis

31

G. Sitematika Penulisan

Penulisan ini dimulai dengan Bab I yaitu pengantar, yang

berisi latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual,

sumber penulisan dan metode penelitian, sampai sitematika

penulisan. Selanjutnya dalam Bab II memaparkan mengenai

cendana dan Masyarakat Timor Barat. dimulai dari keadaan alam,

masyarakat dan pemenuhan kebutuhan, kemudian mengenai

struktur agrarianya yang dilanjutkan dengan membahas tentang

arti cendana bagi masyarakat Timor Barat, dan ditutup dangan

berkembangnya pengaruh Eropa.

Sebagai gambaran tentang bagaimana keadaan perdagangan

cendana pada abad-abad sebelumnya maka, dalam Bab III akan

dibahas berakaitan dengan perdagangan cendana sebelum abad

ke-19. Kemudian dalam Bab IV akan dibahas mengenai

perdagangan cendana Timor Barat abad ke-19, dan akan

difokuskan pada jejaring sampai pada monopoli perdagangan.

Kemudian dalam pembahasan Bab V akan dipaparkan

mengenai perubahan-perubahan atau implikasi dari perdagangan

cendana terhadap perekonomian di Timor Barat sampai awal abad

ke-20, dan yang terakhir adalah Bab VI merupakan bab penutup,

yang akan memberikan jawaban dari permasalahan dan realisasi

dari tujuan penelitian.