pemikiran politik tan malaka tentang bentuk negara

27
17 DAFTAR ISI A. Latar Belakang............................................ 1 B. Biografi Singkat Tan Malaka...............................3 1. Kehidupan Masa Kecil.....................................3 2. Tan Malaka Menuntut Ilmu Di Belanda......................3 C. Teori Tentang Negara Dan Latar Belakang Pemikiran Tan Malaka Tentang Negara........................................ 5 1. Pandangan Hobbes.........................................7 2. Pandangan John Locke.....................................7 D. Pemikiran Politik Tan Malaka tentang Konsep Negara.......10 1. Kaum Murba Indonesia....................................11 2. Menuju Republik Indonesia...............................12 E. Penutup.................................................. 16 Daftar Pustaka

Upload: suratmanalimuddin

Post on 24-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tentang Politik ? tanya saja SUratman (@larakuti) (081998345338)

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Biografi Singkat Tan Malaka..............................................................................................3

1. Kehidupan Masa Kecil....................................................................................................3

2. Tan Malaka Menuntut Ilmu Di Belanda.........................................................................3

C. Teori Tentang Negara Dan Latar Belakang Pemikiran Tan Malaka Tentang Negara........5

1. Pandangan Hobbes..........................................................................................................7

2. Pandangan John Locke....................................................................................................7

D. Pemikiran Politik Tan Malaka tentang Konsep Negara....................................................10

1. Kaum Murba Indonesia.................................................................................................11

2. Menuju Republik Indonesia..........................................................................................12

E. Penutup.............................................................................................................................16

Daftar Pustaka

Page 2: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Negara

A. Latar Belakang

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan

Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – wafat di Jawa Timur, 21 Februari 1949

pada umur 51 tahun) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang

pemimpin komunis Nama lengkap Tan malaka adalah Ibrahim Gelar Datuk Sutan

Malaka,  Ibrahim adalah Nama aslinya, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-

bangsawan yang ia dapatkan dari garis ibu. Tanggal kelahirannya tidak dapat dipastikan,

dan tempat kelahirannya sekarang dikenal sebagai Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima

Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayahnya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian,

dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Di tempat kelahirannya, Tan

Malaka mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat1.

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan

Gadang, Suliki, Sumatera, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang

militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang

berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan

perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.

Tan Malaka, seorang anak bangsa yang menghabiskan 100 persen hidupnya hanya

untuk mencapai sebuah cita-cita yaitu, menuju Republik Indonesia. Republik yang

dimaksud Tan Malaka adalah sebuah negara yang 100 persen mengatur dirinya sendiri,

mengatur perekonomiannya sendiri, politik yang bebas menegakkan demokrasi, serta

martabat bangsa yang sejajar dimata negara-nagara lain.

Tan Malaka sebagai ahli propaganda, politikus, dan sebagai seorang pendidik

rakyat, sangat ditakuti oleh pemerintah Hindia Belanda. Dikarenakan proses penyadaran

yang agresif revolusioner, yang dilakukan terus menerus oleh Tan Malaka akan

memperkuat kesadaran rakyat.

Ketakutan pemerintah Hindia Belanda tak hanya pada saat kondisi fisik Tan

Malaka dalam keadaan sehat, tetetapi juga dalam keadaan sakit TBC nya yang kompleks

dengan berbagai penyakit memperburuk kondisi kesehatan dan fisiknya. Sosok Tan

Malaka merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi posisi pemerintahan kolonial,

karena Tan Malaka dianggap akan menganggu ketertiban umum dengan berbagai

kegiatan politik dan kegiatan pendidikan untuk rakyat. Oleh karena itu pemerintah

1 Harry.A.Poeze, Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik I, Penerbit Grafiti Pers, Jakarta, 1998. Hal.10

Page 3: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Hindia Belanda sangat mempertimbangkan permohonan Tan Malaka untuk diintrinir ke

Jawa setelah beberapa tahun dalam pembuangannya di Eropa.

Rakyat Indonesia harus belajar memberi nilai yang tepat pada akhlak (moral)

mereka yang menamakan dirinya para atasan dan berkata bahwa mereka akan memberi

peradaban kepada pribumi, Rakyat Indonesia harus sadar bahwa rasa belas kasih dan

kasihan dan peri kemanusiaan tak dapat diharapkan dari pihak penjajah untuk perbaikan

peri kehidupan rakyat, apalagi untuk kemerdekaan rakyat.2

Dari latar belakang di atas, terlihat sosok Tan malaka yang sangat nasionalis dan

revolusionis. Untuk mempersempit pembahasan dalam makalah ini, saya akan

membahas lebih detail tentang :

1. Biografi singkat Tan Malaka

2. Konsep Negara dan Latar Belakang Pemikiran Politik Tan Malaka tentang

Negara

3. Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Negara

2 Surat Kapar API dalam Harry A. Poeze. Pergulatan Menuju Republik 1897-1925. Jakarta: Grafiti. 2000. h. 337

Page 4: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

B. Biografi Singkat Tan Malaka

Pemikiran-pemikiran politik Tan Malaka banyak dipengaruhi oleh latar belakang

keluarga dan pendidikannya serta kehidupan sosial di sekitarnya yang saat itu masih

dibelenggu, berikut pembahasan tentang biografi singkat Tan Malaka :

1. Kehidupan Masa Kecil

Tan Malaka atau lengkapnya Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka, adalah nama

yang asing di telinga karena jarang sekali nama tersebut di dengar bisa dikatakan

namanya unik. Beliau lahir di penghujung abad ke-19. tepatnya tanggal 2 Juni 1897 di

sebuah desa kecil bernama Pandan Gadang, Suliki Sumatra Barat. Ayahnya seorang

mantri kesehatan yang pernah bekerja untuk pemerintah daerah setempat dan

mendapatkan gaji beberapa puluh gulden setiap bulannya.

Latar belakang lingkungan keluarganya menganut agama secara puritan, taat

pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Nabi Muhamad SAW. Sejak

kecil Tan Malaka dididik oleh tuntunan Islam secara ketat, suatu hal lazim dalam tradisi

masyarakat Minangkabau yang amat religius. Sejak kecil Tan Malaka tumbuh bersama

bocah-bocah sebaya di kampungnya dan telah menampakkan bakatnya sebagai seorang

anak yang cerdas, periang dan berkemauan keras. Saat saat menginjak usia remaja Tan

Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau kampungnya.

Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka sehingga

kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan Malaka.

Setelah selesai di sekolah rendah ia menjadi satu-satunya anak muda di

kampungnya yang mendapat kesempatan bersekolah ke Kweekschool di Bukit Tinggi

(1908-1913). Kweekschol dikenal sebagai sekolah raja karena tak tergapai oleh kaum

inlanders merupakan satu-satunya sekolah guru untuk anak-anak Indonesia di Sumatera

Barat. la dikirim bersekolah beradasarkan keputusan rapat tetua Nagari Pandan Gadang,

Suliki. Dalam keputusan rapat dinyatakan jelas pada suatu kepercayaan tradisional

bahwa Tan Malaka pada akhirnya akan kembali untuk memperkaya alamnya.

2. Tan Malaka Menuntut Ilmu Di Belanda

Kecerdasan dan keinginannya yang keras serta perangainya yang sopan

mendapatkan perhatian serius dari seorang guru Belanda bemama Horensma.

Page 5: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Horensma menggangap Tan Malaka sebagai anak angkatnya sendiri. Atas anjuran dari

Horensma pula ia dipromosikan untuk meneruskan sekolah lanjutan di negeri Belanda.

Atas biaya dan jaminan keuangan yang diupayakan oleh "Engkufonds" yaitu semacam

lembaga keuangan para Engku di Suliki dan juga bantuan dari Horensma yang

menyediakan diri sebagai penjamin bagi Tan Malaka untuk melakukan perantauan yang

nantinya berpengaruh besar pada kehidupannya kemudian. Bulan Oktober 1913 Tan

Malaka meninggalkan tanah kelahiranya.

Perantauan bagi seorang individu menurut adat Minangkabau merupakan suatu

cara untuk memenuhi panggilan penyerahan diri pada kebebasan dunia. Dengan

meninggalkan nagarinya, seorang individu dapat mengenal kedudukannya sendiri di

dalam alam dan karena pengalaman perantauannya akan dapat berkembang sampai

menjadi anggota dewasa di dalam alam. Tinggal di perantauan merupakan suatu

pengorbanan dan menjadi tugas bagi sang perantau untuk memberikan segala

pengetahuan yang diperolehnya dirantau kepada nagarinya. Gagasan- gagasan progresif

muncul sebagai kritik atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda selanjutnya menjadi

bahasan dalam Majelis Rendah maupun Majelis Tinggi Belanda.

Dampak dari kebijakan poltik etis yang dikembangkan adalah dimulainya suatu

upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program Irigasi atau

pengairan, Transmigrasi atau perpindahan penduduk dan Edukasi atau pendidikan. Di

bidang pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk kalangan pribumi

walaupun masih dalam sifat terbatas seperti HIS. HBS. STOVIA, OSVIA,

Kweekschool, Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat di negeri-negeri jajahan dan Tan Malaka adalah

salah satu orang yang merasakannya.

Di Belanda Tan Malaka masuk Rijkskweekschool sebuah sekolah untuk

mendapatkan gelar diploma guru kepala atau Hoofdakte di kota Haarlem. Tan Malaka

memulai hidup baru di negeri orang dalam kondisi yang jauh berbeda dengan kampung

halaman asalnya. Dalam otobiografi yang ditulisnya ia mengatakan bahwa kehidupan

dinegeri Belanda lebih banyak didekap derita ketimbang suka. Kondisi iklim Belanda

yang jauh berbeda dengan Indonesia membuat kesehatanya merosot, bulan Juli 1915 ia

terserang radang paru-paru yang cukup parah dimana penyakit tersebut dapat kambuh

setiap saat.

Page 6: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Sejak itu kondisi sulit terus menerpanya dan berakibat pada terhambatnya studi

Tan Malaka sampai beberapa tahun. Untuk memulihkan kesehatanya Tan Malaka

terpaksa pindah ke kota kecil yang berhawa tropis dan sejuk bernama Bussum. Di kota

inilah pula awal perkenalan Tan Malaka dengan wacana-wacana progresif, filsafat serta

berbagai peristiwa revolusi di dunia yang saat itu sedang marak di Eropa.

Tan Malaka mulai berkenalan dengan soal-soal filsafat, ia banyak

membaca karya-karya Nietzsche seorang filsuf Jerman. Hasrat intelektualnya

membuatnya mulai berkenalan dengan karya-karya Marxisme. la pun mempelajari Het

Kapital Karangan Karl Marx dalam bahasa Belanda, Marxtische Ekonomie karya Karl

Kautsky, surat kabar radikal Hel Volk milik Partai Sosial Demokrat Belanda serta

brusur-brosur yang menceritakan perjuangan dan kemenangan Revolusi

Bolsyhevik Oktober 1917.

Pengalaman Revolusi Bolsyevik di Rusia pasca Perang Dunia I sangat berkesan

bagi diri Tan Malaka. Revolusi sosial menumbangkan kediktatoran Tsar yang

dilakukan oleh kaum buruh dan sekaligus membuktikan kebenaran teori Karl Marx

tentang hancurnya dominasi kapitalisme oleh suatu revolusi sosial.

Tan Malaka kemudian mengganggap dirinya sebagai seorang Bolsyevik

yang lebih mengerti dan mengutamakan realita bangsanya. Marxisme baginya, bukan

dogma melainkan suatu petunjuk untuk revolusi. Oleh karena itu, sikap seorang Marxis

perlu bersikap kritis terhadap petunjuk itu. Sikap kritis itu antara lain sangat ditekankan

pada kemampuan untuk melihat perbedaan dalam kondisi atau faktor sosial dari suatu

masyarakat dibanding masyarakat-masyarakat lain. Dari situ akan diperoleh kesimpulan

oleh ahli revolusi di Indonesia yang tentulah berlainan sekali dengan yang diperoleh di

Rusia, yang sama hanya cara atau metode berpikirnya.3

C. Teori Tentang Negara Dan Latar Belakang Pemikiran Tan Malaka Tentang Negara

Manusia merupakan makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain itu,

manusia juga merupakan makluk politik yang mempunyai naluri utnuk berkuasa.

Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai tempat berlindung

bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan individu, kelompok,

atau masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter) karena manusia dengan manusia

3 http://politicalphotography.blogspot.com/2013/03/pemikiran-politik-tan-malaka_9977.html (Diakses pada 1 Maret 2015 pukul 16.00 wita_

Page 7: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

yang lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus). Dalam Negara rakyat

dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan

organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat

negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa

negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka

pada wilayah tempat negara itu berada.4

Negara adalah wilayah tertentu, didiami oleh rakyat (bangsa asli dan warga baru)

tertentu di bawah kekuasaan (authority) yang sah dan tertentu pula. Suatu negara

bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu yang lama apabila penguasa

masih sanggup mengadakan kemajuan dalam bidang teknik sosial, politik dan

kebudayaan. Negara yang lama akan tumbang dan negara baru akan muncul, jika negara

lama tidak sanggup menunjukkan lagi kemajuan-kemaajuan yang berarti, sementara

kelompok baru yang sebelumnya ditindas mampu berorganisasi berjuang serta

mengadakan kemajuan dalam perkembangan masyarakat.5

Negara merupakan lembaga yang secara definitif memastikan aturan-aturan

kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan. Kedaulatan adalah cirri

utama negara. Yang dimaksud adalah bahwa tidak ada pihak, baik di dalam maupun di

luar negeri, yang harus diminta izin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu.

Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak , tertinggi, tak terbatas, tak tergantung, dan

tanpa kecuali. Namun dalam kenyataannya tidak ada negara yang sama sekali berdaulat.

Ada juga negara-negara yang mengakui suatu hak “ perlindungan” negara lain.

Keanggotaan dalam organisasi internasional juga mengurangi kedaulatan suatu

negara. Akan tetapi sekurang-kurangnya suatu

minimum kedaulatan termasuk ciri hakiki negara modern.6

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan

anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini

dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya

nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen

4 h ttp : // c a r a p edi a .c o m / p en g er t i a n _d e fi n i s i _ n e g a r a _ m e n u rut _ p a r a _a h li _ inf o 4 8 2 . h t ml d iunduh pada tanggal 25 februari 2014 pukul 20.56 wita

5 Fashin M Fa’al. 2005. Negara dan revolusi social, Yogyakarta : Resist book. Hal. 63-93.

6 Frans magnis suseno. 2003. Etika Politik (Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern) , Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Hal. 175.

Page 8: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan

dokumen hukum tertinggi pada suatu negara.

1. Pandangan Hobbes

Hobbes mengibaratkan negara sebagai Leviathan, sejenis monster (makhluk

raksasa) yang ganas, menakutkan dan bengis yang terdapat dalam kisah perjanjian

lama. Makhluk menakutkan ini selalu mengancam keberadaan makhluk-makhluk

lainnya. Leviathan tidak hanya ditakuti, tetapi juga dipatuhi segala perintahnya. Hobbes

menjuluki negara kekuasaan sebagai Leviathan. Negara ini menimbulkan rasa takut

kepada siapapun yang melanggar hukum negara. Bila warga negara melanggar hukum,

Negara Leviathan tidak segan-segan menjatuhkan vonis hukuman mati. Negara

leviathan harus kuat. Bila lemah, akan timbul anarkhi, perang sipil mudah meletus dan

dapat mengakibatkan kekuasaan negara terbelah. Apapun kritik terhadap negara

Leviathan, Hobbes berkeyakinan, negara seperti itulah bentuk negara

terbaik.7

2. Pandangan John Locke

Kekusaan negara menurut locke pada hakikatnya dibentuk untuk menjaga

hak-hak pemilikan individual. Tidak akan ada negara dan kekuasaan politik apabila

tidak terdapat hak-hak pemilikan individual. Negara hanya dibenarkan bertindak dan

berbuat sejauh bertujuan untuk melaksanakan tujuan yang dikehendaki rakyat. Jadi

menurut Locke, tugas Negara tidak boleh melebihi apa yang menjadi tujuan rakyat.

Negara tidak dibenarkan mencampuri segala hal yang menyangkut kepentingan

rakyat. Peran negara dalam mengatur kehidupan harus dibatasi dan seminimal

mungkin. Locke , sebagaiman pemikir liberal lainnya percaya bahwa rakyat

mengetahui apa yang dibutuhkannya, mampu mencari cara bagaimana mengatasi

persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan mampu mengatur dirinya sendiri.

Kekuasaan tertinggi negara diperkenankan mengatur dan mengambil pemilikan

individual sejauh hanya bila individu bersangkutan mengizinkannya.8

Pandangan dan pemikiran politik Tan Malaka sangat dipengaruhi oleh paham –

paham Karl Marx (Marxisme). Hal ini disebabkan karena ketika Tan Malaka menempuh

pendidikannya di Eropa, dia melihat berbagai fenomena-fenomena sosialis dan komunis.

7 Ahmad suhelmi, 1999. Pemikiran politik Barat. Gramedia Pustaka. Jakarta. Hlm 168 Ahmad suhelmi, Ibid, hal. 198

Page 9: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Berikut ini pandangan Marx tentang Negara yang mempengaruhi pemikiran politik Tan

Malaka.

3. Karl Marx

Pada permulaan abad ke 19 keadaan kaum buruh di Eropa Barat

menyedihkan. Kemajuan industri secara pesat telah menimbulkan keadaan sosial

yang sangat merugikan kaum buruh, seperti misalnya upah yang rendah, jam kerja yang

panjang, tenaga perempuan dan anak yang disalahgunakan sebagai tenaga murah,

keadaan di dalam pabrik yang membahayakan dan menganggu kesehatan. Karl

marx (1818-1883) dari jerman juga banyak mengecam keadaan social dan ekonomi

sekeilingnya, akan tetapi ia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki

secara tambal sulam dan harus diubah seara radikal melalui pendobrakan sendi-

sendinya. Untuk keperluan itu ia menyusun suatu teori social yang menurutnya didasari

hukum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Untuk membedakan ajarannya

dari gagasan-gagasan sosial utopi ia menamakan ajaran sosialisme ilmiah (scientific

socialism).9

Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari

Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem

ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Dalam pandangan Marx Negara adalah

produk kontradiksi kelas dan perjuangan kelas, dan secara ekonomis semua itu

dikontrol oleh kelas yang dominan. Negara borjuis itu kemudian dijadikan alat

kontrol dan pemaksaan bagi pembagian kelas yang memiliki sarana-sarana produksi

untuk menjalankan kekuasaan atas kelas-kelas yang tereksploitasi dalam masyarakat.

Nampak luar, negara borjuis ini seakan-akan berbentuk demokrasi, namun

sistem politiknya sangat terstruktur sehingga malah menjamin dominasi para borjuis-

borjuis selanjutnya. Kita lihat bahwa pemerintah bertindak sebagai eksekutif kelas para

penguasa, yang mana dapat mengkoordinir tindakan dan kerja para anggota-

anggotanya guna kepentingan kelas di masa selanjutnya. Mau kita lihat

bagaimanapun, negara borjuis tak dapat disangkal lagi mempunyai otonomi dan

penampakan kejujuran yang relatif.

9 Meriam Budiarjo, 2008. Dasar-dasar ilmu politik, gramedia pustaka, Jakarta. hal.143

Page 10: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Marx beranggapan bahwa tingkat produksi tinggi yang dijamin sistem kapitalis,

dikarenakan mungkin karena adanya kemiskinan orang banyak atau karena hanya

sedikit orang yang mempunyai kekayaan. Namun jika semua ini di satukan kemudian

diberi jalan bagi masyarakat komunis yang kita ketahui mengusung sistem

pemerataan ekonomi dan memuaskan kebutuhan setiap orang. Maka lanjut Marx,

dalam situasi tanpa kelas itu maka tidak akan ada oposisi,terus masyarakat tidak ada

kebutuhan terhadap aparat negara yang suka menindas.10

Kaum Marxis berpendapat bahwa sementara keadilan membantu menengahi

konflik, keadilan juga cenderung menciptakannya, atau bagaimanapun, mengurangi

ungkapan natural dari sosiabilitas. Maka, selain sebuah rintangan pada entukasyarakat

yang lebih tinggi di bawah kondisi kelimpah-ruahan, keadilan merupakan kebutuhan

yang disesalkan pada saat ini. Justru lebih baik jika orang bertindak secara spontan satu

sama lain tanpa cinta, ketimbang memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai

pengemban hak pemilikan legal yang adil. Jadi disinilah dia kekurangan marxis dalam

menganalisis konflik dimana kita tidak tau dimana letak keadilan yang dimaksut kaum

marxis.11

Selama produktivitas kerja tetap pada tingkat dimana satu orang hanya dapat

menghasilkan cukup untuk kebutuhan hidupnya sendiri, pembagian sosial tidak

terjadi dan diferensiasi sosial apapun didalam masyarakat adalah tidak mungkin.

Dibawah kondisi tersebut, semua orang adalah produsen dan mereka semua ada pada

tingkat ekonomi yang sama. Setiap peningkatan dalam produktivitas kerja melewati

titik rendah tersebut membuat surplus kecil menjadi mungkin, dan seketika terdapat

surplus produk, seketika dua tangan manusia dapat memproduksi lebih dari yang dia

butuhkan untuk kebutuhan hidupnya sendiri, kemudian kondisi telah dibentuk untuk

sebuah perjuangan bagaimana surplus tersebut akan dibagikan. Sejak saat ini,

pengeluarkan total kelompok sosial tidak lagi terdiri hanya dari kerja kebutuhan

untuk keberlangsungan hidup produsennya. Beberapa dari hasil kerja tersebut

sekarang dapat digunakan untuk melepaskan sebuah seksi masyarakat dari kewajiban

untuk berkerja demi keberlangsungan hidupnya sendiri hal itu terdapat dalam Manifesto

Komunis.

10 Joseph Losco dan leonard Williams. 2003. Political Theory. Raja Grafindo persada. Jakarta Hal.547

11 Listiyono Santoso dkk. 2007. Epistemology kiri. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. .Hal. 84-85.

Page 11: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Dalam Manifesto Komunis, Marx menerangkan apa sebabnya revolusi

merupakan satu-satunya cara bagi perubahan bentuk yang pokok dibidang sosial.

Apabila “knowhow” dilapangan teknologi atau tenaga-tenaga produksi mulai mengatasi

lembaga-lembaga sosial , hukum dan politik yang ada (hubungan- hubungan produksi),

para pemilik alat-alat produksi tidak melapangkan jalan secara terhormat untuk

membiarkan sejarah mengikuti arah yang mau tidak mau harus ditempuhnya. Karena

iideologi kelas yang berkuasa mencerminkan sistem ekonomi yang berlaku, para

pemilik alat-alat produksi sungguh percaya bahwa sistem yang berlaku secara

ekonomis adalah yang paling efisien, secara sosial yang paling adil, dan secara

filosofis paling selaras dengan undang-undang alam, dan dengan kemauan Tuhan yang

mana pun yang mereka puja.12

Marx dengan tajam menyangkal bahwa tuan tanah feudal atau kapitalis

industri , perseorangan menghalangi perubahan social karena ketamakan diri sendiri.

Perlawanan kelas yang berkuasa terhadap perubahan adalah sedemikian gigih- sehingga

akhirnya membuat revolusi menjadi suatu hal yang tidak dapat dielakkan- tegasnya,

karena ia menyamakan nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai universal yang berlaku.

Maka, kelas yang berkuasa akan menggerakkan segala alat superstuktur hukum, politik

dan ideologi untuk memblokir pertumbuhan kekuatan-kekuatan yang mewakili sistem

ekonomi yang potensial lebih progresif. Hal ini mendasari marx dalam penjelasan

dibagian permulaan manifesto komunis, “sejarah seluruh masyarakat yang ada

hingga sekarang ini adalah sejarah dari perjuangan kelas”.

D. Pemikiran Politik Tan Malaka tentang Konsep Negara

Sejalan dengan Pemikiran kaum Marxis tentang negara, Tan Malaka juga memiliki

pemikiran tentang Negara, Tan Malaka merupakan salah satu Founding Father Republik

Indonesia yang menulis tentang Konsep Negara, dimana Tan Malaka Adalah tokoh

Indonesia Pertama yang menulis konsep Negara yang dituliskan dalam buku Naar de

Revublik atau Menuju Republik Indonesia tahun 1925, bahkan lebih dulu ada dari

tulisan Soekarno tentang Perjuangan dan konsep negara dalam buku Indonesia menggugat

1930.

12 William ebenstein, 2006. Isme-isme yang mengguncang dunia, Yogyakarta : narasi, hal. 17-18.

Page 12: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

1. Kaum Murba Indonesia

Dalam pandangan Tan Malaka, munculnya sebuah negara karena penjelmaan

dari pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang terdiri dari kelas bawah seperti budak,

petani, pekerja, dan kelas atas seperti tuan, bangsawan, pemilik modal, kapitalis

karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang mengakibatkan

munculnya ketidakadilan.

Kasus Indonesia berbeda karena bukan negara industri dan jumlah buruh

industry belum begitu banyak. Mata pencaharian orang Indonesia pada saat itu buruh

perkebunan dan sebagian besar petani yang hidup dalam ikatan kekeluargaan yang

sangat kuat, sehingga sulit membedakan atau mengetahui adanya kelas. Oleh karena itu

negara Indonesia muncul hasil revolusi nasional mengusir penjajahan ekonomi dan

politik bangsa asing. Untuk itu revolusi nasional diperlukan guna menciptakan sebuah

tatanan hidup tanpa penindasan dan berpihak kepada keadilan, penataan kepemilik-an

alat produksi, strategi pem- bangunan nasional harus dipersiapkan dengan cermat agar

imperialis tidak kembali walaupun hanya dalam bentuk penguasaan ekonomi. Untuk

menjalankan revolusi sosial yang mengikuti revolusi nasional diserahkan kepada

kaum murba sebagai mayoritas.13

Kaum Murba Indonesia terdiri dari murba mesin (buruh pabrik dan tambang),

murba tanah (buruh tani, perkebunan), buruh angkutan, buruh dagang, kaum miskin

kota dan intelektual gembel. Kemampuan murba mesin lebih dipercaya oleh Tan

Malaka karena merupakan kelompok yang paling terorganisir, punya kesadaran kelas

dan punya hati nurani. Dalam pandangan kaum Marxis negara merupakan penjelmaan

dari pertentangan kelas karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang

mengakibatkan munculnya ketidakadilan.

Demikian pula dalam pandangan Tan Malaka mengenai terbentuknya negara

Indonesia berupa revolusi massa demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Selain itu

Tan Malaka juga keterampilan tinggi yang dibutuhkan untuk menopang kemajuan

Indonesia dangan industri. Hal ini didasari dengan anggapan bahwa kemakmuran

negara dapat terwujud dengan kemajuan industrinya. Namun untuk Indonesia sesuai

dengan kondisi dan situasinya revolusi tahap awal masih harus menghargai

13 Budiman, Arief, 1997, Teori Negara, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.109.

Page 13: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

kepemilikan dan alat reproduksi secara pribadi, terutama tanah dan perdagangan

kecil.14

Negara Indonesia terbentuk atas dasar kontrak sosial, ketika tahun 1928 para

pemuda Indonesia mendeklarasikan sumpah dan tekadnya untuk hidup bersatu

sebagai bangsa (nation), dan kepulauan nusantara dipersiapkan menjadi sebuah

negara bangsa (nation state). Untuk mewujudkan harus dilakukan dengan revolusi

nasional untuk memperoleh kemerdekaan karena saat itu Indonesia masih dalam

kekusaan penjajah, dilakukan melaui massa aksi. Setelah itu revolusi sosial untuk

mewujudkan perubahan radikal menuju tatanan masyarakat yang sosialitis.

Dalam pandangan Tan Malaka hukum dialektika dalam kemajuan sebuah

negara , yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Yang dimaksud tesis adalah sebuah

masyarakat yang berada atas dasar kerja bersama dan memiliki alat serta hasil

produksi yang sama. Tan malaka mendapati masyarakat tersebut diseluruh dunia pada

zaman komunisme asli. Sementara itu yang menjadi antitesis adalah masyrakat

kapitalis yang mulai terpecah dan menimbulkan pertentangan atas dasar milik

bersama terhadap milik seseorang, antara kelas borjuis yang bekerja dan kelas borjuis

yang tidak bekerja.

Kemudian sebagai sintesisnya adalah masyarakat diseluruh dunia yang menuju

masyarakat komunis modern. Pada tahapan ini sudah terjadi pertentangan

dalam masyarakat kapitalis, yakni pertentangan antara kaum perkerja dan majikan.

Dalam pandangan Tan Malaka, saat itu masyarakat dunia, termasuk Indonesia sedang

menuju pada tatanan masyarakat komunisme modern yang berdasar atas kerja

bersama dan kepemilikan bersama atas alat hasil produksi. Bagi Tan Malaka,

Indonesia haruslah berjuang menuju komunisme modern, yang artinya adalah

terciptanya keteraturan social, mandiri dan kemerdekaan 100%.

2. Menuju Republik Indonesia

Dalam kata pengantar buku Menuju Republik Indonesia , Tan Malaka

menuliskan: “Dengan “Le etat cestmoi” yang berarti “negara adalah saya” Raja

Matahari Perancis dengan penuh kesadaran atas kekuasaanya menyatakan apakah

negara itu. Sekarang Partai Komunis Indonesia dapat berkata, “Gerakan

Revolusioner adalah saya”. Kesadaran inilah, sebagai pemimpin dari seluruh

14 Nasbi, Hasan, 2004, Filosofi Negara menurut Tan Malaka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.78

Page 14: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

rakyat revolusioner Indonesia, yang mendorong kita mengemukakan program dan

taktik kita kepada segolongan rakyat....PKI dan sarekat Rakyat, penjelmaan kemauan

rakyat revolusioner dalam perjuanganya.....”15

Program-program ini sebenarnya dituliskan oleh Tan Malaka untuk PKI sebagai

pegangan partainya (PKI) yang diinginkannya untuk mengambil atau memainkan

peranan pimpinan revolusioner ke arah yang dicita-citakannya.

Isi buku Menuju Republik Indonesia secara keseluruhan lebih kepada taktik

dan strategi pergerakan revolusioner untuk menggulingkan kolonialisme. Tetapi dalam

buku ini ditekankan pula bahwa sifat PKI dan komunisme yang menjadi penggerak

perjuangan bukanlah sifat yang eksklusif, anti agama dan anti nasional, melainkan

justru bersifat nasionalis, mendukung perjuangan seluruh kelas dan kelompok di

Indonesia, bahkan dalam buku ini Tan Malaka menegaskan bahwa kalaupun kaum

proletar (yang secara sempit ditafsirkan sebagai PKI) menang dan berkuasa ia tidak

boleh menerapkan demokrasi rakyat komunis ala Soviet, melainkan harus penerapkan

demokrasi yang luas meliputi segala kelompok, suku, ras, agama dan sebagainya yang

oleh Tan Malaka diistilahkan sebagai Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia.

Tan Malaka berpendapat bahwa konsep "Republik Indonesia" merupakan

sebuah konsep yang cocok bagi Indonesia. Tan Malaka juga menuliskan sebuah kalimat

bernada agitasi dalam membangkitkan semangat dan optimisme dalam

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia berpendapat bahwa kesulitan ekonomi

yang diderita rakyat Indonesia selama mengalami penjajahan adalah bibit semangat

untuk menumbuhkan massa yang revolusioner.

Buku “Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepada para pejuang

intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Kelompok-kelompok diskusi yang ada

di Jakarta dan Bandung, segera membahas brosur itu. Klub Debat Bandung dipimpin

oleh Bung Kamo dan Ir. Anwar Bung Karno selalu membolak-balik, mencorat-

coret dan membawa kedua buku itu kenang Sayuti Melik yang saat itu nyantri pada

Bung Karno di Bandung. Kemudian hari di dalam tulisan Indonesia Menggugat

(pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Bandung), isi buku dikutip oleh Bung

Karno.

15 Tan Malaka, Menuju Republik Indonesia,Komunitas Bambu dan Yayasan Massa, 2000 Hal 66

Page 15: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Di Jakarta, para pelajar di atas antara lain, Sugondo Djojopuspito, Karim

Pringgodigdo, Maruto Nitimihardjo, Amir Syarifuddin Harahap, Sumitro Reksodiputro,

Abu Hanifah, dan Sumanang selalu mendiskusikan masalah di tanah air, mulai dari

masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, cara membela rakyat dari tuan tanah

maupun rentenir sampai kejadian di luar negeri; Revolusi Bolshevik maupun Revolusi

Perancis.

Buku Menuju Republik Indonesia menambah keyakinan para pemuda terpelajar

saat itu bahwa kemerdekaan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin.Terlebih lagi

kalimat-kalimat agitasi Tan Malaka terhadap kaum intelektual dalam buku tersebut

:“Tak terdengarkah olehmu, teriakan massa Indonesia untuk kemerdekaan yang

senantiasa menjadi semakin keras? Tak terlihatlah olehmu, bahwa mereka pelan-

pelan melangkah maju dalam perjuangan yang berat?Apakah kamu akan menunggu

sekian lama, sampai nanti kemerdekaan direbut oleh mereka sendiri sedang kamu

pasti akan ikut menikmati buah kemenangan mereka yang nyaman?....Karenanya

bergabunglah kamu dengan barisan kita!.”16

Pemberontakan PKI 1926, menjadi satu peristiwa yang sangat disesalkan oleh

Tan Malaka, dimana apa yang telah dituliskanya dalam Menuju Republik Indonesia

tentang masalah strategi dan taktik, kesiapan sebuah partai revolusioner dan pentingnya

meraih dukungan massa rakyat luas dalam memimpin pergerakan revolusioner justru

diabaikan oleh PKI.

Selanjutnya Tan Malaka melukiskan kehidupan rantau dan pelariannya

yang kedua sebagai masa isolasi politik total sesungguhnya. Bahkan sampai tahun 1926

ketika ia masih aktif, ia tak menyebutkan kontak yang berarti dengan kaum

pergerakan Indonesia kecuali beberapa kali pertemuan dengan dua kawan separtai,

Alimin dan Dawud, serta beberapa surat-menyurat dengan kawan lain seperti Subakat.

Tahun 1928 dia diangkat kembali oleh Komintern sebagai salah seorang

agennya untuk Asia Tenggara. Rupanya pada waktu itu, Moskow belum mengetahui

tentang kegiatan Tan Malaka dengan PARI-nya. Sewaktu ia memasuki Hongkong dari

Shanghai (1932), dalam perjalannnya menuju pos barunya di Birma sebagai agen

Komintern, Tan Malaka ditangkap Inggris dan ditahan selama beberapa minggu.

Sesudah dilepas, ia kembali ke Cina (Amoy), di mana ia menghidupi dirinya dengan

mendirikan sekolah bahasa asing yang cukup berhasil sampai tahun 1937, ketika dia 16 Ibid, hal.33

Page 16: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

terpaksa lari lagi sewaktu Jepang menyerang kota itu. Ia menyingkir ke Singapura,

menyamar sebagai guru Cina di sekolah-sekolah di sana sampai 1942. Sewaktu ia

sampai di Indonesia kembali, Jepang sudah mendarat dan berkuasa. Semenjak

meninggalkan Bangkok (1927), kecuali hubungan surat-menyurat yang terbatas dan

kemudian juga terputus, Tan Malaka lebih banyak bergerak sendiri. Dalam arti kata

yang mendekati sesungguhnya dia menjadi seorang pejuang revolusioner yang

kesepian, tetapi juga setia pada cita-cita revolusinya.

Sementara itu, Komintern dan orang-orang komunis Indonesia yang mengetahui

tentang keberadaan PARI dengan sendirinya mengungkapkan kepada mereka siapa Tan

Malaka yang sebenarnya. Dia dikecam habis-habisan, antara lain oleh tokoh PKI Muso,

yang berhasil masuk Indonesia dari Moskow tanpa diketahui Belanda. Musso segera

menulis pamflet yang menentang Tan Malaka dengan PARI-nya. Tan Malaka yang

dulunya pernah menjadi ketua PKI dan agen Komintern, kini menjadi musuh utama

mereka (PKI).

Menariknya Tan Malaka sendiri tak sering menyebut PARI, partai politik yang

didirikanya tahun 1927, setelah meletus pemberontakan PKI tahun 1926-1927, kecuali

mencatat bahwa ia menerima berita penangkapan para pemimpin partai lainnya dan

tentang penangkapan para pemimpin partai lainnya dan tentang hancurnya komunikasi

antar partai.

Page 17: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

E. Penutup

Dari berbagai pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Tan Malaka berasal dari keluarga sederhana yang sangat menekankan syariat islam dalam proses pertumbuhannya, berbagai pemikiran politik Tan Malaka dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya di Belanda

2. Pemikiran Politik tentang negara, banyak ditulis oleh beberapa Ahli, salah satunya Karl Marx yang merupakan salah satu tokoh idola yang sangat mempengaruhi pemikiran Tan Malaka. Marx memandang negara adalah produk kontradiksi kelas dan perjuangan kelas, dan secara ekonomis semua itu dikontrol oleh kelas yang dominan.

3. Dalam pandangan Tan Malaka, munculnya sebuah negara karena penjelmaan dari

pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang terdiri dari kelas bawah seperti budak,

petani, pekerja, dan kelas atas seperti tuan, bangsawan, pemilik modal, kapitalis

karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang mengakibatkan

munculnya ketidakadilan.

Page 18: Pemikiran Politik TAn Malaka Tentang Bentuk Negara

17

Daftar Pustaka

Cahyono,Edi. 2003. Zaman Bergerak Di Hindia Belanda. Jakarta. Yayasan Pancur Siwah.

Elster, Jon. 2000. Karl Marx; Marxisme-Analisis Kritis. Jakarta, Prestasi Pustakakarya.

Gould, Hary.1962. The Dictionary Of Marxism, diterjemahkan oleh Rollah Syarifah menjadi Kamus Ketjil Istilah Marxist, Surabaya.

Malaka, Tan 2000. Dari Penjara ke Penjara Bagian I. Jakarta.Teplok Press.

2000. Menuju Republik Indonesia. Jakarta. Komunitas Bambu

Mrazek, Rudolf. 1994. Semesta Tan Malaka. Yogyakarta. Penerbit Bigraf Publishing.

Poeze, A. Harry. 1998. Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik I. Jakarta : Penerbit Grafiti Pers.

Prabowo, Hary. 2002. Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis Menuju Republik. JendelaYogyakarta

http://politicalphotography.blogspot.com/2013/03/pemikiran-politik-tan-malaka_9977.html (Suratman’s Blog)