berkunjung ke tanjung pinang, indonesia

13
Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia Pada hari Senin, tanggal 21 Februari 2005, kira-kira 50 mahasiswa dengan ibu-ibu guru pergi ke Tanjung Pinang di Bintan, Indonesia. Ibu-ibu guru mengatakan kami harus bertemu di Tanah Merah Ferry Terminal pada jam 8.30 pagi. Semuanya harus tepat, tidak boleh terlambat karena kapal laut akan berangkat pada jam 9.30 pagi. Sementara menunggu mahasiswa yang belum datang, kami makan pagi dulu dan omong- omong. Semua mahasiswa dan Ibu-Ibu kelihatannya gembira. Waktu semua orang sudah datang, kami naik kapal laut ke Bintan. Ongkosnya $40 dan lama perjalanan kira-kira 1 jam 45 menit. Tentang Tanjung Pinang Tanjung Pinang adalah ibu kota Bintan di Indonesia. Penduduknya tidak banyak, kira-kira 123, 000 orang. Pulau ini kecil tetapi mempunyai banyak penduduk. Di sini, ada transportasi becak, sepeda dan mobil. Waktu dalam perjalanan, kami melihat beberapa toko yang menjual mesin cuci, lampu, perabot, mobil, makanan, buah-buahan dan keperluan rumah. Di Tanjung Pinang juga ada sekolah untuk anak-anak di sana. Kami melihat adik-adik yang memakai baju sekolah berwarna putih dan merah gelap. 1

Upload: nguyendiep

Post on 02-Feb-2017

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Berkunjung ke Tanjung Pinang, IndonesiaPada hari Senin, tanggal 21 Februari 2005, kira-kira 50 mahasiswa dengan ibu-ibu guru pergi ke Tanjung Pinang di Bintan, Indonesia. Ibu-ibu guru mengatakan kami harus bertemu di Tanah Merah Ferry Terminal pada jam 8.30 pagi. Semuanya harus tepat, tidak boleh terlambat karena kapal laut akan berangkat pada jam 9.30 pagi. Sementara menunggu mahasiswa yang belum datang, kami makan pagi dulu dan omong-omong. Semua mahasiswa dan Ibu-Ibu kelihatannya gembira. Waktu semua orang sudah datang, kami naik kapal laut ke Bintan. Ongkosnya $40 dan lama perjalanan kira-kira 1 jam 45 menit.

Tentang Tanjung Pinang

Tanjung Pinang adalah ibu kota Bintan di Indonesia. Penduduknya tidak banyak, kira-kira 123, 000 orang. Pulau ini kecil tetapi mempunyai banyak penduduk. Di sini, ada transportasi becak, sepeda dan mobil. Waktu dalam perjalanan, kami melihat beberapa toko yang menjual mesin cuci, lampu, perabot, mobil, makanan, buah-buahan dan keperluan rumah. Di Tanjung Pinang juga ada sekolah untuk anak-anak di sana. Kami melihat adik-adik yang memakai baju sekolah berwarna putih dan merah gelap.

Kehidupan di Tanjung Pinang kelihatannya sederhana dan tenang. Ada langit biru, awan putih dan laut yang luas. Ombak-ombak laut amat besar. Karena itu, sampan kami terus tergoyang-goyang seperti mau terbalik! Namun demikian, ada orang yang sedang memancing sambil berdiri di atas sampan. Saya mengira mereka sudah biasa dengan ombak besar jadi itu bukan masalah lagi untuk mereka. Orang-orang di Tanjung Pinang memelihara ayam atau mempunyai warung kecil. Mereka juga menanam pohon-pohon buah, lalu menjual buah-buahannya.

Wah, memang cuacanya panas sekali! Untunglah, saya membawa payung kecil yang berwarna merah muda. Waktu kami ke sana, musimnya adalah musim buah duku. Buah

1

Page 2: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

duku dari Tanjung Pinang terkenal manis. Saya pernah mendengar penjual buah di Singapura bilang “Cepat beli! Cepat beli! Ini buah duku dari Bintan! Manis sekali lho!”.

Di Pulau Penyengat, kami juga bisa melihat pohon-pohon buah yang lain seperti pohon sawo, pohon nangka dan pohon mangga. Kami juga melihat pohon belimbing sayur. Buah ini tidak bisa langsung dimakan karena rasanya sangat asam. Kalau dibandingkan dengan belimbing di Singapura, buah belimbing ini lebih kecil, warnanya hijau, rasanya asam dan cuma untuk memasak.

Tempat-tempat di Pulau Penyengat

Kami harus menaiki perahu motor dari dermaga yang berada di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang. Perahu motor itu dihiasi atap berbentuk rumah adat berornamen khas Melayu dan dapat membawa penumpang dengan kapasitas 13 orang melintasi laut selama lebih kurang 15 menit.

Kami tidak perlu kuatir untuk naik perahu motor ke Pulau Penyengat, karena lebar badan perahu hampir dua meter dan panjangnya sekitar lima meter. Untuk perjalanan selama 15 menit, perahu sebesar itu sudah memadai. Kalaupun ada empasan gelombang, biasanya gelombang itu muncul akibat ada kapal besar yang melintas di sekitar Pelabuhan Sri Bintan Pura dan Pulau Penyengat.

Kami mengikuti seorang pemandu wisata ke Pulau Penyengat. Dia menerangkan asal pulau ini, mesjid dan tempat tinggal raja dulu. Ternyata pulau ini adalah hadiah pernikahan dari Sultan Mahmud kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah pada tahun 1805. Karena itu pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Pulau Lingga.

2

Page 3: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Masjid

Mula-mula, pemandu wisata membawa kami ke sebuah masjid yang bernama Masjid Raya Sultan Riau. Masjid ini sangat istimewa karena bahan temboknya dibuat dari telur.Beberapa mandor yang memimpin tukang adalah orang-orang India yang berasal dari Singapura. Perhatian penduduk terhadap pembangunan masjid tersebut sangat besar, sehingga tersedia begitu banyak makanan termasuk telur. Begitu berlebihannya telur, para tukang bangunan menyarankan agar putih telur yang berlimpah itu dicampur di dalam adukan semen. Hasilnya memang luar biasa. Bangunannya menjadi sangat kokoh dan kuat. Hampir beberapa ribu atau juta telur yang dipakai untuk membangunan masjid itu. Namun demikian, karena campuran telur itulah masjid ini menjadi kebanggakan penduduk setempat. Hal ini menyebar ke mana-mana sehingga banyak orang berdatangan untuk melihat dan meraba dinding masjid ini dengan penuh kekaguman. Dulu, dinding masjid berwarna seperti warna telur- putih dan kuning. Sekarang, dinding masjid warnanya kuning dan hijau. Setiap hari, semua orang Islam harus bersembahyang lima kali di masjid atau di rumah. Setiap hari Jumat, hanya laki-laki harus pergi ke masjid untuk bersembahyang. Orang yang bukan beragama Islam tidak boleh memasuki mesjid.

3

Page 4: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Makam

Lalu, kami pergi ke makam melihat batu kubur raja dan keluarga raja. Batu kubur untuk laki-laki dan perempuan tidak sama. Hanya batu kubur raja dan keluarga raja ditutupi dengan kain kuning. Foto ketiga menunjukkan makam Raja Hamidah.

Tempat Tinggal

4

Page 5: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Kemudian, kami mengunjungi tempat tinggal raja. Di tempat itu, kami melihat satu sumur yang dipakai oleh keluarga raja dan satu kamar kecil yang khusus. Bentuknya seperti kunci.

Kembali ke Kota Tanjung Pinang

Makan Siang

Pada jam 12.30 siang kami telah selesai berjalan-jalan mengelilingi pulau ini dan satu demi satu daripada kami merasa lapar. Sesudah berkeliling di pulau Penyengat, kami menaiki sampan kembali ke Tanjung Pinang. Pemandu wisata membawa kami ke sebuah restoran kecil yang ada di sebelah satu toko mesin cuci dan lampu. Makanan di restoran ini enak sekali lho! Tetapi mungkin karena kami sudah amat lapar. Haha…. Kami makan nasi dengan ikan asam-manis, sambal kangkung, tempe goreng, sup sayur asam dan cumi-cumi goreng. Lalu, kami disajikan nenas yang manis sekali. Wah, semua makanan habis dalam waktu singkat dan mahasiswa-mahasiswa kelihatannya senang dan kenyang. Rupanya AC di restoran ini rusak, jadi kami merasa seakan-akan berada dalam kompor. Panas sekali!! Sebenarnya di restoran ini sudah ada air leding. Tetapi waktu saya putar keran air di kamar kecil untuk mencuci tangan, ada sedikit air saja dan tiba-tiba air berhenti. Saya mengira airnya kadang-kadang berhenti dengan sendiri, tetapi orang-orang yang tinggal di sini sudah biasa.

Pabrik Bunga dan Teh

Sesudah makan siang, pemandu wisata membawa kami ke pabrik bunga. Kami harus naik bis dan perjalanannya kira-kira 25 menit. Sebelum kami tiba di pabrik bunga, kami pikir pabrik bunga adalah tempat yang ditanami bunga segar. Tapi tempat itu bukan taman bunga. Tempat ini memang pabrik bunga. Waktu kami tiba di pabrik bunga, suasana amat sepi seperti semua orang sudah pulang. Tapi waktu kami masuk, ada banyak orang rajin bekerja di sana. Saya sangat kagum dengan pegawai wanita yang menjalankan mesin. Dia

5

Page 6: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

harus berdiri di depan mesin untuk 8 jam setiap hari, kadang-kadang tidak bisa istirahat. Kalau kami harus bekerja begini, saya pikir kami tidak bisa tahan lho!

Di pabrik bunga, kami melihat proses untuk membuat bunga tiruan dari kain berwarna-warni. Ada beberapa proses dan tidak begitu mudah lho. Pada mulanya, beberapa kain yang sudah dibentuk seperti bunga diambil lalu pegawai akan memakai mesin panas untuk menyatukan kain-kain tersebut untuk membuatnya lebih kuat. Kemudian, mereka harus membuat daun-daun dan tangkai-tangkai bunga. Sesudah semuanya, bunga akan dibawa ke bagian lain dan pegawai di sana akan menyatukan bunga dan daun ke tangkai. Akhirnya, mereka akan mengatur bunga-bunga tiruan supaya bisa dijual kepada langganan mereka. Karena sudah berpengalaman membuat bunga-bunga ini, pegawai-pegawai pabrik bisa membuat banyak bunga dalam waktu singkat. Targetnya juga sangat tinggi.

Ada satu pabrik lagi di tempat ini. Sebelum kami memasuki pabrik ini, kami sudah bisa mencium bau yang harum. Pabrik ini adalah pabrik pembungkusan daun teh jadi bau tadi adalah bau harum daun teh. Salah satu pegawai memberitahu kami pabrik teh ini dimiliki seorang pengusaha Cina. Kira-kira 100 orang bekerja di sini dan harus paling tidak sudah berumur 15tahun. Ada dua proses untuk membungkus daun teh. Cara yang pertama

6

Page 7: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

adalah memakai mesin. Kalau memakai mesin, proses pembungkusan lebih cepat dan mudah jadi bisa menghemat waktu. Cara yang kedua adalah memakai tangan. Cara ini lebih sulit dan harus memakai lebih banyak waktu dan usaha.

Saya memperhatikan bahwa semua orang yang bekerja di pabrik-pabrik itu hanya perempuan-perempuan saja. Saya merasa heran jadi saya bertanya kepada salah satu pegawai wanita yang sedang membungkus daun teh. Ternyata dia memberitahu saya pekerjaan ini tidak cocok untuk laki-laki karena laki-laki lebih kuat dan punya ego jadi harus mengerjakan pekerjaan yang keras dan berat. Lucu ya…. Hahaha. Saya juga mewawancarai pegawai wanita ini tentang pekerjaan dia.

7

Page 8: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Interviu dengan Ita

Ita adalah seorang bekerja di pabrik pembungkusan daun teh. Dia berwajah cantik, badannya langsing dan rambutnya hitam dan keriting sekali. Dia harus memakai baju seragam yang disediakan pabrik. Ita memakai mesin untuk membungkus daun teh jadi lebih mudah dan cepat. Dia bilang sesudah teh itu dibungkus, setiap pagi ada orang yang akan mengambil semua produk akhir dan mengirimnya ke toko-toko yang menjualnya di Indonesia dan negera-negara lain. Ita baru bekerja 5 bulan di pabrik ini dan dia merasa senang.

Samantha: Halo, apa kabar?Ita : Saya baik-baik saja. Bagaimana kamu?Samantha: O, saya juga baik-baik saja.

Samantha: Nama saya Sa-man-ta. Siapa nama anda?Ita : O, nama saya Ita. Wah, nama kamu bagus ya.

Samantha: (tersenyum…) Terima kasih. Ita berasal dari mana ya?Ita : O, saya berasal dari Bintan Baru. Bagaimana kamu?Samantha: Saya berasal dari Singapura. Berapa umurnya?Ita : Saya berumur 28 tahun. Mengapa kamu datang ke sini?Samantha: O, kami datang ke sini untuk belajar budaya Indonesia dan tahu lebih banyak tentang orang-orang Indonesia dan kehidupannya. Lagipula, kami bisa berlatih berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia saya belum lancar jadi anda berbicara tidak terlalu cepat ya.Ita : (tersenyum…) O, begitu. Kamu sedang belajar di Singapura?

Samantha: Ya, betul. Berapa lama anda bekerja di sini?Ita : Saya baru bekerja 5 bulan di pabrik ini.

Samantha: Apa anda senang pekerjaan ini?Ita : Ya, saya senang bekerja di sini dan ada banyak teman-teman.

Samantha: Berapa gaji anda?Ita : O, gaji saya tidak begitu tinggi. Kira-kira Rp. 26, 500 (~ S$4.80) untuk satu hari.

Samantha: Wah, di Singapura gaji biasanya Rp. 27, 500 (~ S$5.00) untuk satu jam. Kami harus bekerja mulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore untuk lima hari, hari Senin sampai hari Jumat. Kadang-kadang harus bekerja pada hari Sabtu. Bagaimana jam pekerjaan anda?Ita : Saya harus bekerja setiap hari kecuali akhir minggu. Sehari-hari, saya bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Kami juga ada targetnya untuk membungkus daun teh.

Samantha: Apa targetnya?

8

Page 9: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

Ita : Karena saya pegawai baru, target untuk saya 65 ikat. Targetnya hanya bisa bertambah, tidak bisa berkurang. Pegawai yang sudah lama bekerja di sini ada target yang lebih tinggi, kira-kira 120 ikat.

Samantha: Wah, banyak ya! Kalau saya harus membungkus daun teh sekarang, saya pikir saya tidak bisa mencapai target itu. Haha…. Anda sekalian hebat lho! Ita : (dia merasa sedikit malu….) Ah masa….

Samantha: Apa anda sudah menikah?Ita : Belum, saya belum menikah. Sekarang saya tinggal dengan orang tuanya.

Samantha: O, begitu. Apa anda ada pacar?Ita : Ya, saya ada pacar. Kami baru berpacaran 3 bulan.

Samantha: Wah, bagus ya. Baiklah, saya harus pulang. Terima kasih untuk semuanya!Ita : Ya, terima kasih juga. Kalau bisa, saya mau ke Singapura bekerja!Samantha: Tentu bisa lah! Bye bye…

* * *

Toko Tempe

Toko tempe ini kecil tapi ada AC dan juga menjual segala macam kerupuk dan tempe. Sebelum membeli kerupuknya, kami bisa mencoba dulu. Wah, hampir semua mahasiswa membeli banyak kerupuk dan tempe karena rasanya enak dan harganya murah sekali! Ada kerupuk udang, teri-kacang….. dan macam-macam yang lain.

Ramayana

Tempat yang terakhir adalah yang paling moderen. Nama tempat ini Ramayana dan ini adalah sebuah pusat berbelanja. Di Ramayana ada toko-toko yang menjual pakaian, tas,

9

Page 10: Berkunjung ke Tanjung Pinang, Indonesia

buku-buku, pekerjaan tangan (handicrafts) dan makanan. Di sana juga ada satu pasar swalayan dan satu salon. Kalau dibandingkan dengan harga barang-barang di Singapura, harga barang-barang di Ramayana jauh lebih murah. Kami membeli kamus yang berharga Rp. 44, 000 (~ S$8.00) dari toko buku. Charmaine dan Samantha pergi mengurut di salon. Hasilnya bagus dan harganya murah, hanya Rp. 19, 000 (~ S$3.50). Kalau ke Indonesia, jangan lupa membeli Indomie. Hahaha…. Kami membeli banyak barang dan makanan kecil dari pasar swalayan. Bukan main murahnya harga semua barang-barang.

Kesimpulan

Hari sudah malam, kami harus kembali ke Singapura. Kami merasa senang, gembira dan juga capek. Pengalaman ini tidak mudah dilupakan dan kunjungan ini memberitahu kami lebih banyak mengenai kehidupan orang-orang di Tanjung Pinang, Indonesia. Di Bintan, biaya kehidupan juga rendah dan orang-orang ramah. Kehidupan di Bintan sederhana dan tenang. Sebaliknya, kehidupan di Singapura lebih mewah, sibuk dan stres. Meskipun di Singapura lebih sibuk dan stres, kami sudah biasa. Kalau tinggal di Bintan, mungkin kami akan merasa bosan dan semuanya terlalu pelan-pelan. Hahaha…. Kunjungan ini memang kesempatan baik untuk kami tahu orang-orang Indonesia, makanan, pekerjaan dan kehidupan di Bintan, Indonesia. Terima kasih kepada Ibu-Ibu guru untuk pengalaman ini.

10