penafsiran struktur geologi semenanjung muria dari …

9
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 5, No. 2, Agustus 2007 63 PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI DATA CITRA SATELIT Oleh : P. Astjario dan D.Kusnida Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Djundjunan No. 236 Bandung-40174 S A R I Penafsiran data citra satelit yang ditunjang dengan data geologi sekunder, menunjukan bahwa Semenanjung Muria telah mengalami minimal dua rejim tektonik yaitu peregangan (rifting/extension) dan tektonik tekanan (inverse/compression). Keberadaan gunungapi Muria saat ini menunjukan pernah terjadi interaksi yang komplek antara rejim tekanan dan keberadaan struktur regangan di daerah ini. Proses tektonik tekanan ini mengakibatkan batuan dasar berumur lebih tua mengalami pemampatan yang memungkinkan keluarnya magma melalui bidang sesar yang teraktifkan kembali dan membentuk Komplek Gunungapi Muria. Kata kunci : struktur patahan,citra satelit, Semenanjung Muria ABSTRACT Satellite imageries data interpretation complemented by secondary geological data, indicate that the Muria Peninsula has been undergone by at least two tectonic regimes, those are rifting/extension and inversion/compression tectonics. At present, the occurrence of Muria volcano indicates there was a complex interaction between compression regime and the occurrence of extensional structures in the area. These tectonic processes implies that the older basement in the study area is accomplished by lithosphere shortening which allows active upwelling of magma through the reactivated fault planes forming a Muria Volcano Complex. Keyword : fault structures,satellite imageries, Muria Peninsula PENDAHULUAN Kompleks gunungapi Muria berada di bagian utara Pulau Jawa, tepatnya di Sunda back arc (busur belakang Sunda). Semenanjung Muria merupakan suatu kumpulan/kompleks kegiatan volkanik. Gunungapi Muria adalah yang terbesar dan tertinggi di kawasan ini, mencapai ketinggian 1625 meter di atas muka laut. Lokasi penelitian terletak pada koordinat 110°30’- 111°30’ Bujur Timur dan 6°20’-6°50’ Lintang Selatan (gambar 1). Semenanjung Muria ini terbagi menjadi kabupaten Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati. Di kaki gunungapi Muria bagian utara ditemukan gunungapi Genuk dengan beberapa intrusi dasit di sayap bagian timurnya. Pada lereng gunungapi Muria bagian tenggara tampak tinggian Patiayam yang merupakan batuan Tersier yang terangkat akibat intrusi batuan beku berbentuk kubah. Dari beberapa sumber data (Soemarno, 1982 dan Sukyar drr, 1998) batuan gunungapi Muria memperlihatkan tatanan kimia yang beragam dari kalk-alkali normal hingga kadungan potasium yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa sumber magma cukup dalam. Casadevall (1987), berpendapat bahwa berdasarkan penelitian pentarikhan radiometrik kalium-argon letusan terakhir terjadi pada 80.000 tahun lalu, sehingga menurutnya gunungapi Muria diperkirakan

Upload: others

Post on 05-Apr-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

63

PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI DATA CITRA SATELIT

Oleh :

P. Astjario dan D.Kusnida

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Djundjunan No. 236 Bandung-40174

S A R I

Penafsiran data citra satelit yang ditunjang dengan data geologi sekunder, menunjukan bahwaSemenanjung Muria telah mengalami minimal dua rejim tektonik yaitu peregangan (rifting/extension)dan tektonik tekanan (inverse/compression). Keberadaan gunungapi Muria saat ini menunjukanpernah terjadi interaksi yang komplek antara rejim tekanan dan keberadaan struktur regangan didaerah ini. Proses tektonik tekanan ini mengakibatkan batuan dasar berumur lebih tua mengalamipemampatan yang memungkinkan keluarnya magma melalui bidang sesar yang teraktifkan kembalidan membentuk Komplek Gunungapi Muria.

Kata kunci : struktur patahan,citra satelit, Semenanjung Muria

ABSTRACT

Satellite imageries data interpretation complemented by secondary geological data, indicate that theMuria Peninsula has been undergone by at least two tectonic regimes, those are rifting/extension andinversion/compression tectonics. At present, the occurrence of Muria volcano indicates there was acomplex interaction between compression regime and the occurrence of extensional structures in the area.These tectonic processes implies that the older basement in the study area is accomplished by lithosphereshortening which allows active upwelling of magma through the reactivated fault planes forming a MuriaVolcano Complex.

Keyword : fault structures,satellite imageries, Muria Peninsula

PENDAHULUAN Kompleks gunungapi Muria berada di

bagian utara Pulau Jawa, tepatnya di Sunda backarc (busur belakang Sunda). Semenanjung Muriamerupakan suatu kumpulan/kompleks kegiatanvolkanik. Gunungapi Muria adalah yang terbesardan tertinggi di kawasan ini, mencapaiketinggian 1625 meter di atas muka laut. Lokasipenelitian terletak pada koordinat 110°30’-111°30’ Bujur Timur dan 6°20’-6°50’ LintangSelatan (gambar 1). Semenanjung Muria initerbagi menjadi kabupaten Kabupaten Jepara,Kudus dan Pati.

Di kaki gunungapi Muria bagian utaraditemukan gunungapi Genuk dengan beberapa

intrusi dasit di sayap bagian timurnya. Padalereng gunungapi Muria bagian tenggara tampaktinggian Patiayam yang merupakan batuanTersier yang terangkat akibat intrusi batuanbeku berbentuk kubah. Dari beberapa sumberdata (Soemarno, 1982 dan Sukyar drr, 1998)batuan gunungapi Muria memperlihatkantatanan kimia yang beragam dari kalk-alkalinormal hingga kadungan potasium yang tinggi.Hal ini menunjukan bahwa sumber magmacukup dalam. Casadevall (1987), berpendapatbahwa berdasarkan penelitian pentarikhanradiometrik kalium-argon letusan terakhirterjadi pada 80.000 tahun lalu, sehinggamenurutnya gunungapi Muria diperkirakan

Page 2: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

64

berpotensi untuk aktif kembali yang memicuseismisitas dan erupsi aliran lava serta erupsieksplosif material piroklastik.

GEOLOGI UMUMMenurut Suwarti dan Wikarno (1992),

satuan batuan paling tua yang tersingkap didaerah telitian, yaitu Formasi Ngrayong yangterdiri atas perselingan napal, batupasir danbatulempung dengan sisipan batugampingpasiran; berumur Miosen Tengah. Napalberwarna putih keabu-abuan, berlapis kurangbaik dengan ketebalan 20-30 cm dan banyakmengandung foraminifera plangton. Batupasirgampingan berwarna kuning kecoklatan, agakpadat dan berlapis kurang baik dengan ketebalanmencapai 1 meter. Batulempung, agak keras,setempat gampingan, berfosil foraminifera.Batugamping pasiran putih kecoklatan,mengandung foraminifera besar, sebagian telahmengalami penghabluran ulang dengan tebalsisipan 10-30 cm. Formasi ini mempunyai arahjurus umum baratdaya–timurlaut dengankemiringan 10° hingga 15°. Di daerah penelitian,Formasi Ngrayong tertindih selaras olehFormasi Bulu yang terdiri atas betugampingdengan sisipan batugamping pasiran dan

batugamping lempunganyang berumur Miosen Akhir.

Formasi Bulu yangtertindih tak selaras olehFormasi Patiayam yangterdiri atas perselinganbatupasir tufaan dankonglomerat tufaan, dengansisipan batulempung,batugamping dan breksi, danberumur Pliosen.Batugamping berwarna putihabu-abu hingga kecoklatan,berlapis tipis dan memilikiketebalan perlapisan 4-15 cmmengandung foreminiferakecil. Ketebalan seluruhperlapisan mencapai 70 cm.Batugamping pasiranberwarna kelabu,mengandung mineral hitamdan berlapis tipis.Batugamping lempunganberwarna kelabu muda, agak

padat dan memiliki tebal perlapisan sekitar 5 cmdan 10 cm. Kontak antara Formasi Bulu danFormasi Patiayam tidak di temukan.

Formasi Patiayam merupakan perselinganbatupasir tufaan dan konglomerat tufaan dengansisipan batulempung, batugamping dan breksi.Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatandijumpai banyak kepingan batu apung, ketebalanperlapisan antara 5-10 cm akan tetapi dibeberapa tempat mencapai 1,5 meter.Konglomerat tufaan yang terdiri atas beragammaterial, ukuran fragmen 2-10 cm dan dibeberapa tempat mencapai 1 meter, kompak dantebal lapisan antara 2-5 meter. Terkadangdijumpai lensa batulempung tufaan berwarnaabu-abu dan agak padat. Batulempung tufaanberwarna kuning kelabu, berlapis baik denganketebalan perlapisan antara 5-10 cm. Teballapisan antra 1-2 meter ditemukan sebagaisisipan dalam batupasir atau konglomerat.Batugamping berwarna putih sampai kelabu,berfosil foraminifera dan moluska sebagaisisipan dalam batu pasir atau konglomerat. Disekitar gunungapi Genuk di bagian utaragunungapi Muria dijumpai struktur lapisanbersusun dalam batupasir, konglomerat danbreksi.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di kawasan kompleksgunungapi Muria dan sekitarnya.

Page 3: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

65

Batuan gunungapi Kuarter yang terdiri daribeberapa satuan batuan menindih tidak selarasbatuan yang lebih tua. Batuan gunungapitersebut tersusun dari hasil kegiatan gunungapiMuria yang berupa tufa, lahar, breksi dan lava;dan kegiatan gunungapi Genuk yang berupalava, breksi gunungapi dan tufa serta retas basal,leusit, sienit dan andesit. Batuan terobosanberupa retas di dalam batuan gunungapi,tersingkap setempat-setempat. Endapantermuda adalah aluvium yang terhampar disepanjang pantai barat dan bagian selatan daerahpenelitian.

METODE Metode yang digunakan dalam kajian ini

adalah penafsiran data citra satelit. Untukmenunjang penafsiran tersebut, sebagai langkahpertama adalah melakukan studi literatur daripara peneliti terdahulu. Selain mempelajariliteratur tentang gunungapi Muria yang telahditebitkan oleh para pakar geologi maupunvolkanologi (Soemarno, 1982; Casadevall, 1987;Sukyar drr, 1998; Soeria Atmaja drr, 1998 danSribudiyani drr, 2003), juga digunakan petageologi Lembar Kudus yang dipetakan olehSuwarti dan Wikarno (1992).

Analisis penginderaan jauh dari beberapacitra satelit Landsat 7 ETM+ multi bandditunjang oleh hasil pengamatan struktur dilapangan, memberikan informasi tentangkelurusan-kelurusan dan prakiraan bahayageologi dalam lingkup pengembangan wilayahbagi suatu peruntukan. Selain mengolah citrasatelit, juga dilakukan ground check di lapangandengan menginventarisasikan indikasi strukturgeologi.

Gabungan data DEM dan citra satelitkomposit warna (2, 3 dan 1) yang ditampikandalam 3 dimensi, memudahkan dalamidentifikasi patahan Tempur dan patahanRahtawu. Perangkat lunak Global Mapper yangdigunakan mampu memutar image 3 demensitersebut hingga putaran 360º guna mencarisudut tertentu yang dapat memberikaninformasi tentang kedua patahan tersebut secaramaksimal.

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASANDi perairan Laut Jawa terbentang

cekungan-cekungan yang terbentuk pada JamanPra-Tersier paralel dengan zona subdaksi JamanKapur (Soediro, 1973). Palung Muria dimanakompleks Muria merupakan bagiannya adalahsalah satu dari sub-cekungan yang ada diperairan Laut Jawa (gambar 3.). Hasil studitektonik regional Jawa Timur yang dilakukanoleh Sribudiyani drr (2003), memperkuat buktiadanya benturan antara benua mikro danPaparan Sunda sejak jaman kapur Akhir hinggaEosen Tengah. Para penulis ini menemukandua kelurusan struktur utama dijumpai di daerahJawa Timur yaitu berarah Timur-Barat(kelurusan Sakala) dan berarah Timurlaut-Baratdaya (kelurusan Meratus). Berdasarkandata stratigrafi dan umur batuan sedimen tertuayang diendapkan dalam Cekungan Jawa Timur,kelurusan struktur Sakala ternyata lebih tuadibandingkan dengan kelurusan strukturMeratus. Dari hasil studi ini disimpulkan bahwasedimen pengisi cekungan dalam strukturSakala berumur Eosen.

Perkembangan tektonik pada Jaman Tersiermengakibatkan terbentuknya cekungan-

Gambar 2. Penampang tegak geologi yang memotong kompleks gunungapi, Muria dan gunungapiGenuk dari selatan ke utara (sketsa Astjario, 2007).

Page 4: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

66

cekungan di Laut Jawa (pull-apart basin),bersamaan aktifitas tektonik pereganganmendatar (extension). Selain terjadi tekananberlebihan pada litosfir saat itu, juga terjadipelelehan mantel litosfir. Situasi ini yangmerubah komposisi magma dari kandunganpotasium rendah ke arah kandungan potasiumtinggi. Ditafsirkan bahwa generasi magma digunungapi Muria sangat beragam tergantungdari temperatur proses pelelehan magma(Sukyar drr, 1998). Kesimpulan ini diperkuatdengan hasil penelitian mengenai perkembanganbusur magmatis Indonesia bagian barat olehSoeria Atmadja drr (1998), sejak jamanPaleosen, Eosen Awal, Miosen Awal, MiosenAkhir dan jaman Pliosen yang mengindikasikansiklus puncak aktifitas vulkanik kalk-alkali tinggipada masing-masing pada jaman tersebut.

Menurut Sukyar drr (1998), magma yangmengandung potasium tinggi terbentuk padatemperatur lebih rendah dibandingkan denganmagma yang mengandung potasium rendah.Oleh sebab itu terjadi pengurangan temperaturpada pelelehan mantel selaras denganberjalannya waktu. Peristiwa tektonik yangmengakibatkan peregangan (extension)menghasilkan pelelehan magma dengan panastinggi dan magma berpotasium rendah.Selanjutnya terjadi peristiwa tektonik yangmengalami perubahan secara berangsur dan

mengakibatkan peregangan berhenti sertaberalih menjadi bertekanan (compression) yangmenghasilkan magma berpotasium tinggi.

Geokimia Kompleks MuriaAnalisis geokimia batuan gunungapi Muria

(Sukhyar drr, 1998), memperlihatkan tatanankimia yang bervariasi dari batuan yangmengandung kalk-alkali yang normal hinggapotasium tinggi. Banyak ragam batuan volkanikdi kawasan gunungapi Muria yang berbeda umurpembentukannya. Batuan yang mengandungpotasium tinggi memiliki umur yang lebih mudajika dibandingkan dengan batuan yangkandungan potasiumnya rendah.

Walupun saat ini gunungapi Muria sedangdalam kondisi tidak aktif dan sangat jarangditemukan rembesan gas, akan tetapi data boryang dilakukan di kawasan gunungapi Muria,kubah lava Genuk, tinggian Patiayam, danLemahabang, gas dapat diidentifikasi sebagai gasH2S, CH4, CO, O2, dan di beberapa tempatdijumpai CO2 (Sukyar drr, 1998). Analisis kimiadari elemen utama dari gas di gunungapi Muriadidominasi oleh CO2 mencapai 72 % tanpa air,sementara komposisi gas lainnya adalah N2, O2,CH4 dan sedikit H2 dan He. Unsur HCl jugaditemukan dengan kadar yang agak tinggi daripercontoh bor di Banyumanis. Cukup sulit untuk

Gambar 3. Peta sebaran cekungan di Laut Jawa (Soediro, 1973)

Page 5: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

67

menjelaskan mengapa kandungan HCl memilikinilai yang cukup tinggi, hal ini mungkin terjadikarena kontaminasi unsur Cl yang berasal dariNaCl karena adanya intrusi air laut, karenaposisi Banyumanis dekat dengan kawasanpantai. Sementara tingginya kandungan CH4mungkin berasal dari biogas . Di gunungapiMuria dan sekitarnya tidak dijumpai gas-gas SO2dan H2S. Ketidak hadiran kedua gas tersebutdapat ditafsirkan sebagai tidak adanya panasyang cukup tinggi pada gunungapi Muria ini(Sukhyar drr, 1998).

Hasil analisis isotop (Sukhyar drr, 1998),yang berasal dari pemercontoh di gunungapiGenuk, Rowo dan Semliro menunjukan nilai6.50 , 6.51 , 7.13 dan 6.19 (dalam artian 6.50hingga 7.13 kali lebih besar dari 3He/4He diudara). Nilai perbandingan karbon isotoptersebut sama dengan nilai perbandingan karbonisotop di gunungapi aktif di Merapi. Angka-angka tersebut di atas menunjukan bahwa gas-gas yang di temukan dari pemboran digunungapi Muria berasal dari magma, dan jikagas-gas tersebut agak sulit ditemukanrembesannya saat ini dapat ditafsirkan sebagaiproses pendinginan, akan tetapi aktifitas magmamasih tetap berlangsung hingga saat ini.

Analisis Citra Satelit Komplek MuriaGunungapi Muria merupakan gunungapi

yang menarik untuk dikaji baik secara visual dilapangan maupun melalui analisis data lainnya.Pengamatan struktur geologi pada kawasansemenanjung Muria dilakukan denganmenggunakan analisis penginderaan jauh citraLandsat 7 ETM+ multi band. Untuk analisistersebut tersedia citra landsat hasil rekamantahun 1997 dan 2000 yang memiliki perbedaansatu dengan lainnya karena dalam prosesperekaman pantulan panjang gelombang disetiapobjek rupa bumi memiliki sifat yang berbeda.

Didalam penafsiran struktur geologi denganmenggunakan metode pendekatan penginderaanjauh perlu di lakukan berbagai macam teknikpengolahan data citra dengan menggunakanperangkat lunak ER Mapper dan Global Mapper.Hal tersebut dilakukan dengan tujuanmempermudah dalam penafsiran patahan dariberbagai sudut pandang. Proses yang berlakupada kedua perangkat lunak tersebut tidakmemanipulasi data akan tetapi dengan melalui

penggabungan data citra digital yang tersediaserta pengamatan visual di lapangan.

Proses penafsiran patahan dapat di lakukandengan menafsirkan langsung dari citra satelitLandsat 7 ETM+ akan tetapi proses ini masihmemiliki kelemahan karena hanya dapatmenampilkan satu image dengan perubahankomposit warna yang beragam. Identifikasivegetasi, pola aliran sungai, pemukiman danlahan terbuka mudah dilakukan dengan prosesini. Akan tetapi struktur geologi yangberkembang di kawasan penelitian tidakseluruhnya akan dapat teridentifikasi denganbaik. Dengan menggunakan perangkat lunak ERMapper data citra yang tersedia dapat di gabungdengan data ketinggian dari setiap pixel danmemberikan informasi tentang elevasi daerahpenelitian dengan tampilan data DigitalElevation Model (DEM). Dengan menggunakanDEM maka penafsiran struktur geologi lebihmudah untuk dilakukan (gambar 4.).

Dengan menggunakan DEM dapatdiidentifikasi patahan-patahan dengan beragamarah. Patahan-patahan tersebut memilikiorientasi tertentu yang dapat memberikangambaran tentang proses terjadinya. Di dasarLaut Jawa dan di sekitar perairan semenanjungMuria (Soediro,1973), diketahui banyak ditemukan cekungan Tersier yang berarahtimurlaut – baratdaya, tepian cekungan tersebutdi batasi oleh patahan-patahan naik yangmengakibatkan cekungan Tersier tersebutmembentuk struktur terban tidak setangkup(half graben). Cekungan maupun patahan dasarlaut tersebut yang menjadi dasar terbentuknyasemenanjung Muria dengan munculnyagunungapi Muria, Genuk dan tinggian Patiayam.

Pola struktur muda yang berkembang disemenanjung Muria tentunya sangat dipengaruhi oleh struktur Tersier sebelumnyayang berada di bawah dasar laut yang berarahtimurlaut – baratdaya. Setidaknya ada empatkelompok struktur yang memiliki arah berbeda,antara lain :1. kelompok struktur berarah timurlaut –

baratdaya 2. kelompok struktur berarah barat – timur3. kelompok struktur berarah baratlaut -

tenggara4. kelompok struktur berarah hampir utara –

selatan

Page 6: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

68

Gambar 4. Penafsiran kelurusan pada data Digital Elevation Model kawasanSemenanjung Muria.

Gambar 5. Identifikasi gawir patahan Tempur dengan Menggunakan image 3 dimensi kawasansemenanjung Muria.

Page 7: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

69

Kelompok struktur yang berarah timurlaut–baratdaya merupakan struktur yang dominandan diperkirakan masih dipengaruhi olehstruktur Tersier yang berkembang di Laut Jawa.Sementara struktur yang berarah utara – selatanboleh jadi terbentuk bersamaan denganmunculnya Gunungapi Genuk, Muria, dantinggian Patiayam. Berdasarkan kelurusan yangada, boleh jadi kelurusan struktur utara – selatanmerupakan struktur regangan yang mengontrolterbentuknya gunung Muria – Patiayam (?).

Data DEM menunjukkan dua buah patahanyang memotong puncak gunungapi Muria sangatmudah dikenali secara visual dilapangan karenamemiliki tebing sangat curam. Patahan yangmemanjang dari puncak gunungapi Muriamenerus kearah gunungapi Genuk di utaramelalui desa Tempur, selanjutnya disebutsebagai patahan Tempur, memiliki indikasipatahan yang mudah untuk diidentifikasi.Indikasi tersebut dicirikan oleh tebing yangsangat curam dengan triangular faset yangberjajar pada permukaannya. Banyak dijumpaiair terjun yang mengalir pada gawir patahanyang terjal serta breksi patahan yang dijumpaipada tepian sungai. Sungai Gelis yang mengalirserta menoreh zona patahan ini menyingkapkanperlapisan batuan pada dua sisi gawir patahansehingga memudahkan dalam penafsiranpergerakan sinistral patahan Tempur (gambar6.). Patahan tersebut merupakan patahanmenyerong (oblique), dimana tebing bagiantimur sebagai foot wall sedangkan tebing bagianbarat sebagai hanging wall.

Indikasi patahan yang sama juga dijumpaipada patahan yang membelah puncak gunungapiMuria di bagian barat dan memanjang ke arahutara dan berlanjut hingga sebelah baratgunungapi Genuk. Patahan ini melalui desaRahtawu, selanjutnya patahan ini desebutsebagai patahan Rahtawu, dapat dicapai daraiarah desa Gebog, Kabupaten Kudus. Tebingyang sangat curam dari patahan Rahtawu inisangat mudah di kenali dari arah utara maupunselatan gungapi Muria (gambar 7.). PatahanRahtawu merupakan patahan menyerong(oblique), dimana tebing bagian barat yang sangatcuram merupakan foot wall dengan triangularfaset, sedangkan tebing bagian timur yangmenyingkapkan selangseling batuan tuf danbreksi serta airterjun sebagai hanging wall.Patahan Rahtawu serta patahan-patahan yang

membelah gunungapi Genuk memanjang arahutara menerus ke laut. Namun dermikian haltersebut perlu pembuktian denganmenggunakan perangkat seismik yang dapatmerekam tatanan sedimen dasar laut sertaperkembangan patahannya.

Blok terban memanjang tidak setangkup(half graben) antara patahan Rahtawu danpatahan Tempur merupakan zona labil dikompleks Muria. Struktur half graben dicirikanoleh jarak net slip dan dip slip pada patahanTempur lebih besar dibandingkan pada patahanRahtawu.

Pada dasarnya seluruh patahan yangberkembang di kawasan semenanjung Muriadapat diklasifikasikan sebagai patahan aktifkarena berumur muda menurut sekala waktugeologi yaitu sekitar 80.000 tahun yang lalu(Casadevall, 1987), serta berkembang padakawasan gunungapi yang memiliki material yangkurang padat (uncosolidated) hingga padat, dansangat mudah mengalami pergerakan ulang.

Kondisi patahan-patahan di kompleks Muria(berumur 80.000 tahun yang lalu), sesuai dengankriteria sebuah patahan aktif menurut Billings(1979), yang mana patahan tersebut pernahbergerak setidaknya 50.000 tahun lalu ataubergerak secara periodik selama 500.000 tahun.Memang saat ini patahan-patahan di kompleksMuria tidak memperlihatkan pergerakannya,namun demikian jika suatu saat pembebananenergi dapat melampaui kemampuan patahan,maka patahan-patahan tersebut akan mengalamipergerakan dan berpotensi menimbulkan gempabumi serta longsoran material vokanik.

Data digital yang ditampilkan dalam bentukimage tumpang tindih (gambar 8.), dapatdimanfaatkan untuk penelitian struktur geologidi kompleks gunungapi Muria. Data digital yangdimaksud dalam gambar 7 merupakan data citrakomposit warna Landsat 7 ETM+ multi bandkawasan semenanjung Muria dan datapenafsiran patahan. Sebagai contoh patahanTempur dan Rahtawu yang merupakan dua buahpatahan besar yang membelah puncakgunungapi Muria.

SIMPULAN• Hasil penafsiran struktur geologi kompleks

gunungapi Muria dari citra satelitmenunjukan bahwa arah dominan strukturadalah timurlaut-baratdaya. Hal ini

Page 8: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

70

mengindikasikan bahwa struktur geologiyang berkembang terutama struktur patahanmengikuti pola kelurusan Meratus.Sedangkan struktur sesar Tempur dan sesarRahtawau yang memotong KomplekGunungapi Muria berarah utara – selatandiduga merupakan komponen strukturregangan.

• Batuan beku berkadar potasium rendah diKomplek Gunungapi Muria diperkirakanmerupakan produk lelehan magmabertemperatur tinggi hasil tektonikperegangan (rifting/extension). Sebaliknyaproduk batuan beku berkadar potasiumtinggi diduga berasal dari magmabertemperatur relatif rendah atau hasilproses tekonik tekanan (compression).

• Berdasarkan sejarah tektonik yangberlangsung di daerah Muria berupa tetonikperegangan (Paleogen) dan tektonik inversiberupa tektonik tekanan (Neogen Akhir),maka batuan vulkanik berkadar potasiumrendah boleh jadi berasal dari kegiatanekstrusi pelelehan melalui bidang sesarPaleogen yang teraktifkan kembali.Sebaliknya batuan vulkanik bekadarpotasium rendah boleh jadi berasal darikegiatan intrusi pada fase tektonik tekananPlistosen.

Ucapan Terima KasihPada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada Soebardjio TjokrosapoetroMSc, Ir. Suwijanto dan Ir. T.A. Soeprapto MSc

Gambar 6. Zona sesar Tempur, tampak segitigafaset dan kelurusan sungai Gelis yangterletak pada zona breksiasi

Gambar 7. Identifikasi gawir patahan Rahtawu dengan meggunakan image gabungan 3 demensiantara Digital Elevation Model dan citra Landsat 7 ETM+.

Page 9: PENAFSIRAN STRUKTUR GEOLOGI SEMENANJUNG MURIA DARI …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 2, Agustus 2007

71

atas masukan serta diskusi mengenai strukturgeologi dan citra satelit di daerah penelitian.

ACUAN

Billings, M.P., 1979, Structural Geology, 3rd Ed.Whitehall Books Limited, Wellington, NewZealand.

Casadevall, T.J., 1987, Muria Volcano, CentralJava : Ideal site for Indonesia’s firstNuclear Power Plan ?, A report to thedirector Volcanological Survey Indonesia.

Soemarno, S., 1982, Penelitian BatuanMengandung Kalium di Sekitar GunungMuria (Jawa Tengah), Dengan CaraGeomagnet, Laporan Penelitian SubProyek Inventarisasi SumberdayaMineral, Lembaga Geologi danPertambangan Nasional-Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia.

Sribudiyani, Muchsin, N., Tyacudu, R., Kunto,T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B.,Asikin, S. Dan Harsolumakso, A.H., 2003,The Collision of the East Java Microplate

and its Implication for HydrocarbonOccurences in the East Java Basin,Proceeding of the Indonesian PetroleumAssociation, Twenty-Ninth AnnualConvention and Exhibisition.

Sudiro, T.W., 1973, The structural units of theJava Sea, Indon. Petroleum Assoc.Petroleum Geologist Conv., Houston, Texas.

Sukhyar, Mamay, S., Agus, B., dan Hirabayashi,J., 1998. New chemical data of gas androcks from Muria volcanik complexCentral Java, Indonesia. Symposium onJapan – Indonesia IDNDR Project.

Soeria Atmadja R., Suparka S., Abdullah C.,Noeradi D. & Sutanto, 1998, Magmatismin western Indonesia, the trapping of theSumba block and the gateways to the eastof Sundaland, Journal of Asian EarthSciences, vol. 16, no.1, p. 1-12.

Suwarti, T., dan Wikarno, R., 1992. Peta GeologiLembar Kudus, Jawa Lembar 1409 – 3 &1409 – 6. . Skala : 1 : 100.000. PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi.

Gambar 8. Image gabungan antara citra Landsat 7 ETM+ multi band dan penafsiranpatahan di kawasan semenanjung Muria.