bab i pendahuluan - wisuda.unud.ac.id i.pdf · masyarakat dengan membiasakan masyarakat tersebut...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Denpasar merupakan pusat ibukota pemerintah Provinsi Bali
sehingga dijadikan sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, budaya, serta
pendidikan. Beragam aktivitas dijumpai di Kota Denpasar baik dari persoalan
kependudukan, sosial, tata ruang maupun tampilan wajah kotanya. Salah satu
yang mendapatkan perhatian belakangan ini adalah upaya mewujudkan kota
bersih dan hijau (clean dan green) termasuk keindahan kota untuk mendukung
keberlangsungan pariwisata di kota Denpasar. Kawasan kota Denpasar yang padat
penduduk dan tingginya aktifitas ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab
permasalahan sampah yang semakin berat untuk diatasi serta penanganan sampah
yang masih belum terkelola dengan optimal.
Sampah merupakan masalah yang selalu muncul di lingkungan kita.
Permasalahan sampah sering dibicarakan berbagai kalangan masyarakat. Namun
hingga saat ini belum ada cara yang tepat untuk mengatasinya. Sampah yang
menumpuk di berbagai sudut hingga saat ini masih menjadi masalah umum
lingkungan perkotaan di Indonesia termasuk juga di Kota Denpasar. Rata-rata
setiap harinya Kota Denpasar menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah
itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di
tempat yang sudah disediakan tanpa mendapat penanganan lagi. Semakin hari
sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita
2
lihat. Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat yang
dapat mendatangkan wabah penyakit.
Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi
manfaatnya, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat.
Pengelolaan sampah terintegrasi atau terpadu dapat didefinisikan sebagai
pemilihan dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan program-program
manajemen yang sesuai untuk mencapai sasaran dan tujuan yang spesifik dari
pengelolaan sampah. Oleh karena itu, khusus untuk pengelolaan sampah di
perdesaan, dibentuk program pengelolaan sampah skala wilayah, misalnya dengan
dibentuk depo-depo sampah. Hal ini sejalan dengan program Bali Clean and
Green (Bersih dan Hijau) yang dicanangkan Pemerintah.
Dalam manajemen pengelolaan sampah di Kota Denpasar membutuhkan
kekuatan-kekuatan dan dasar hukum seperti pembentukan organisasi, pemungutan
retribusi, ketertiban dan keterlibatan masyarakat. Dalam kaitan ini, pemerintah
membuat kebijakan-kebijakan sebagai dasar pijakan hukum. Produk hukum
tentang sampah mengatur bagaimana sampah harus dikelola baik oleh masyarakat
secara perorangan atau secara bersama, maupun oleh pemerintah sendiri. Dalam
rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemerintah
daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam
bentuk Undang-Undang. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah
membuat produk hukum berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
3
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa masyarakat diwajibkan juga berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, baik
dalam hal pengurangan sampah (meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang dan penanganan sampah (meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir).
Dalam melakukan operasional kebersihan, ada dua hal pokok yang sangat
mendukung keberhasilan penanganan sampah yakni sumber daya manusia dan
ketersediaan prasarana dan sarana. Masalah yang sering muncul dalam
penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan
semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya
operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang sekitar 50-60% dari seluruh produksi sampahnya.
Dari 50-60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak
efektif, boros dan mencemari lingkungan. Banyak kota-kota di negara
berkembang, sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta ternyata tidak mampu mengatasi jumlah timbulan yang ada. Hanya sekitar
50-60% persen dari timbunan sampah yang terangkut, sementara selebihnya
dibakar, ditanam, bahkan dibuang kesungai. Berhubungan dengan biaya yang
harus dikeluarkan untuk pengelolaan persampahan, di kota Denpasar menyatakan
4
bahwa keterbatasan dana sebagai salah satu kendala peningkatan pelayanan
pengelolaan persampahan. Keterbatasan dana tersebut dapat berakibat kepada:
a. Ketidakmampuan melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
pengelolaan sampah yang ada.
b. Ketidakmampuan melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana
pengelolaan sampah yang telah rusak.
c. Ketidakmampuan melakukan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah yang baru untuk mencapai target pelayanan yang lebih baik.
d. Ketidakmampuan melakukan pengelolaan persampahan sesuai dengan standar
operasional.
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi
dalam penanganan sampah di kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup
layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga
diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk dapat
meningkatkan nilai tambah dari sampah, diperlukan sarana yang cukup dan
memadai serta kesadaran masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah yang
baik. Salah satu sarana pengelolaan persampahan yang diperlukan adalah sarana
pewadahan dan pengumpulan sampah, yaitu tempat sampah terpilah dan gerobak
sampah terpilah. Ketersediaan sarana pewadahan yang cukup juga harus didukung
dengan peningkatan kesadaran masyarakat.
Salah satu upaya pengelolaan sampah di Kota Denpasar adalah
pengelolaan sampah yang dilakukan dengan berbasis masyarakat. Pengelolaan
sampah ini dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya juga untuk masayarakat itu
5
sendiri. Masyarakat dihimbau untuk meminimalkan menghasilkan sampah
misalnya sampah kantong plastik. Masyarakat juga dihimbau untuk menggunakan
kembali sampah-sampah menjadi bahan yang berguna misalnya menggunakan
kaleng-kaleng bekas untuk pot bunga serta mengumpulkan dan mengolah sampah
daun kering menjadi pupuk. Masyarakat juga diberikan sosialisasi dan pelatihan
untuk mendaur ulang sampah dengan memilah sampah dan mengolahnya menjadi
benda-benda yang bermanfaat.
Pelaksanaan konsep bank sampah yaitu dengan membentuk kolaborasi
perbankan dimana masyarakat mendapatkan buku rekening bagi para penabung
atau disebut nasabah. Bank sampah selain sebagai penyelamatan lingkungan ada
konsep menabung. Uniknya di bank sampah para nasabah menyetor sampah lalu
akan mendapatkan uang sesuai dengan nilai sampah yang mereka setorkan.
Sampah akan ditimbang dan ditaksir nilainya sesuai harga di pasaran atau
pengepul, lalu nilai uang itu yang akan dimasukan ke rekening nasabah.
Keberadaan bank sampah ini sangat efektif untuk mengubah pola pikir
masyarakat bahwa limbah yang dihasilkan masih memiliki potensi ekonomi,
selain menyebabkan jumlah sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir
menjadi lebih sedikit serta akan berdampak pada kebersihan dan kenyamanan
lingkungan. Dengan usaha kecil-kecilan dari masyarakat dalam mengumpulkan
barang-barang bekas yang memiliki nilai ekonomis, sebagai salah satu bentuk
kepedulian terhadap kebersihan lingkungan khususnya tata kelola sampah untuk
mengurangi sampah dihulu atau disumbernya.
Tujuan bank sampah, itu sendiri yaitu :
6
1. Membantu dalam mengurangi sampah.
2. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah
yang bernilai ekonomis.
3. Membantu mengatasi permasalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
4. Memaksimalkan pemanfaatan barang bekas yang terbuang percuma
Untuk dapat membantu program pemerintah dalam pengelolaan sampah
salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dengan pendekatan kepada
masyarakat dengan membiasakan masyarakat tersebut terhadap tingkah laku yang
sesuai dengan membiasakan diri dengan tujuan program bank sampah tersebut.
Hal ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang
tertib, lancar dan merata secara mandiri.
Pada Pasal 11 ayat (1) huruf b dikemukakan setiap orang berhak berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan di
bidang pengelolaan sampah. Sementara itu pada ayat 2 dikemukakan ketentuan
sebagai tindak lanjut mengenai tata cara penggunaan hak. Ketentuan diatas
menunjukkan masyarakat diakui haknya untuk turut serta dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah yang ada di wilayahnya. Pemerintah Kota Denpasar dalam
rangka memfasilitasi hak masyarakat untuk ikut serta menyelenggarakan
pengelolaan sampah menetapkan produk hukum berupa Peraturan Daerah Kota
Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di
7
Kota Denpasar. Produk hukum untuk ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota
Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal Waktu Pembuangan
Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan Dan Tata Cara Pemotongan Pohon
Perindang Di Kota Denpasar dan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/
195 / Hk / 2015 Tentang Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun 2015.
Dari ketentuan tersebut maka kajian implementasi produk hukum terkait
hak masyarakat ikut serta dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah di Kota
Denpasar menjadi sangat penting dilakukan, oleh karena itu penelitian dengan judul
“HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI
PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR” menjadi aktual dan
menarik untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di
Kota Denpasar?
2. Bagaimana pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program
bank sampah di Kota Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
8
Ruang lingkup masalah dalam penulisan karya ilmiah ini, terbatas hanya
pada faktor – faktor yang terkait dengan persoalan hak masyarakat dalam
pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. Adapun
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pertama mengenai pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan
sampah di Kota Denpasar.
2. Kedua diuraikan mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui
program bank sampah di Kota Denpasar.
Hal yang akan diuraikan nantinya dibatasi dalam pembagian jenis sampah
dimana sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi :
a. Kertas, yang meliputi Koran, majalah, kardus, dan dupleks.
b. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras
lainnya.
c. Logam, yang meliputi besi, aluminium dan timah.
Pembahasan akan menjadi terarah dan benar-benar tertuju pada pokok
pembahasan yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan agar pembahasan
selanjutnya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang diangkat. Sehingga
dengan demikian dapat diuraikan secara sistematis.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Tulisan ini merupakan benar dari pemikiran sendiri. Sebagai referensi
sekaligus menghindari plagiasi pada tulisan ini, maka penulis menggunakan
9
skripsi lain dengan kasus sejenis, yang mana akan membantu penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan atau hasil
penelitian tentang “Hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui
program bank sampah di Kota Denpasar“, belum pernah ada yang melakukan
penelitian sebelumnya. Akan tetapi pernah ada yang meneliti tentang yang terkait
dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sebagai acuan kerangka
berfikir maka penulis menggunakan 1 skripsi dan 2 tesis terdahulu. Adapun
skripsi dan tesis yang penulis maksud adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4.1 Daftar Penelitian Sejenis
No Judul Skripsi/Jurnal
Penulis Rumusan Masalah
1 Skripsi : Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah
Syafa’Atur Rofi’ah (Mahasiswi jurusan pengembangan masyarakat islam fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013)
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan bank sampah sorularess?
2. Apa manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya bank sampah?
10
2 Tesis : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (studi kasus di Kota Denpasar)
Ni Made Sunarti (Mahasiswi Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro, Semarang, tahun 2002).
1. Masih terdapat sebagian besar sampah rumah tangga belum terangkut ke TPA?
2. Masih kurangnya peran serta masyarakat di dalam memperlakukan sampah rumah tangga dengan adanya pembuangan sampah ke sungai dan pada lahan-lahan kosong ?
3 Tesis : Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi kasus di Kota Yogyakarta)
Faizah (mahasiswi program magister ilmu lingkungan program pasca sarjana Universitas diponegoro, Semarang, tahun 2008 )
1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta?
2. Apa problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta?
3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta ?
1.5 Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk :
a. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melatih diri dalam usaha
menyatakan penelitian ilmiah terkait pengelolaan sampah secara tertulis.
Penelitian ini juga bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
11
hukum yang terkait dengan hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui
program bank sampah di Kota Denpasar.
b. Tujuan khusus
Mengenai tujuan khusus penelitian ini, sejalan dengan permasalahan yang
dikaji adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hak-hak masyarakat
dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan sampah berbasis
masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar.
1.6 Manfaat Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini sekurang-
kurangnya diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis dan praktis, yaitu :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai
berikut :
1) Bagi ilmu hukum, hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memahami
dan memperdalam serta mengembangkan teori ilmu pengetahuan guna
menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan Hukum Pemerintahan
dan Hukum Lingkungan.
2) Kepada Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
12
kebijakan di bidang pengelolaan sampah dalam meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar.
b. Manfaat Praktis.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai
berikut :
1) Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan kajian, masukan atau
pertimbangan terhadap pengelolaan sampah melalui program bank sampah
di Kota Denpasar.
2) Bagi masyarakat dapat dijadikan rujukan informasi yang dapat digunakan
untuk perencanaan pengambilan keputusan dan menentukan kebijakan bagi
Pemerintah daerah di Kota Denpasar.
3) Bagi peneliti dapat digunakan sebagai penyampaian informasi terhadap
masyarakat untuk membangun kesadaran masyarakat dalam
mengembangkan sistem pengelolaan sampah melalui program bank sampah
di Kota Denpasar.
1.7 Landasan Teoritis
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji
beberapa teori, konsep, maupun peraturan perundang-undangan yang terkait.
Dengan demikian landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau
analisa secara teoritis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun
landasan teoritis yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
13
a. Teori Negara Hukum
Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila, di mana
unsur-unsur di atas terpenuhi seperti yang temuat dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, alenia pertama yang menyatakan bahwa “kemerdekaan
merupakan hak segala bangsa”, pernyataan tersebut merupakan affirmasi dari Hak
dasar untuk menentukan nasib sendiri. Dalam alenia kedua pembukaan
menyebutkan Indonesia sebagai negara yang “adil” dan “makmur”. Kekuasaan
hendaklah dijalankan dengan adil, artinya negara tidak dapat bertindak sewenang-
wenang terhadap rakyatnya. Dalam alenia ketiga tercantum hasrat Indonesia untuk
berkehidupan kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang
dimiliki sebuah bangsa, serta alenia keempat mencantukan hak sosial, ekonomi,
politik dan pendidikan. Di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara hukum”. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering di terjemahkan
rechtstaats atau the rule of law. Paham recht staats pada dasarnya bertumpu pada
sistem hukum Eropa Kontinental.
Immanuel Kant mengemukakan paham Negara hukum dalam arti sempit,
yang menempatkan rechtstaats, hanya sebagai alat perlindungan hak – hak
individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai
pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu di dalam Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuann Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa segala tindakan penguasa atau pemerintah memerlukan suatu bentuk
hukum tertentu dan harus sesuai dengan Undang – Undang yang berlaku.
14
Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan konstitusi,
dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur dalam Undang – Undang Dasar, adanya prinsip
peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga
Negara dalam hukum serta jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk
penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa “negara
Indonesia adalah negara hukum”. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl
yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum
(rechtsstaat) adalah :
1. Perlindungan hak-hak asasi manusia
2. Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu.
3. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah
adanya asas legalitas, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada
hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan
pengawasan oleh hakim yang merdeka.
Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, hak asasi
merupakan suatu hal yang penting. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit menjamin keberadaan hak asasi.
Kemudian dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
15
tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara tegas. Hak-hak asasi yang diatur
dalam konstitusi negara inilah yang kemudian disebut sebagai hak konstitusi.
Pengakuan HAM tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya
secara deklaratif menyatakan sebagai negara hukum namun juga secara praktis,
yang dalam hal ini Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau
yang dikenal dengan sebutan Negara Kesejahteraan (Welfare State). Dalam
negara, kesejahteraan hak rakyat bebas dari persaoalan sampah. Namun demikian
dalam pengelolaan sampah tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang.
Berkaitan dengan pandangan tersebut maka skripsi ini memuat tentang hak
masyarakat yang berdasarkan hukum mengenai pengelolaan sampah melalui
program bank sampah, dimana hal ini apabila tidak ditangani dapat mengancam
hak konstitusional rakyat Indonesia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
sehat.
b. Teori Kewenangan
Secara konseptual, dalam istilah Belanda “bevoegdheid” (yang berarti
wewenang atau berkuasa) dan dalam bahasa inggris disebut authority. Wewenang
merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan, karena
pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang
diperolehnya. Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh
undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum.
Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena undang-undang yang memberikan
kewenangan terhadap pejabat tersebut. Menurut S.F.Marbun, menyebutkan
wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum
16
publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh
undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak
pemerintahan mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht). Oleh karena itu
pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan.
Teori kewenangan ini memiliki peran penting sebagai dasar keabsahan
pemerintah daerah untuk merealisasikan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu memberikan lingkungan hidup yang sehat
bagi seluruh masyarakat. Dalam hal tersebut pemerintah pusat dengan
kewenangannya mendelegasikan kepada pemerintah daerah melalui Pasal 8
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa dalam
menyelenggarakan pengelolaan sampah Pemerintah dapat menetapkan kebijakan
dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan pemerintah.
c. Teori kepastian hukum
Penciptaan kepastian hukum dalam peraturan perundang-undangan
memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal dari norma
hukum itu sendiri. Persyaratan internal tersebut adalah sebagai berikut : Pertama,
kejelasan konsep yang digunakan. Norma hukum berisi deskripsi mengenai
perilaku tertentu yang kemudian disatukan ke dalam konsep tertentu pula. Kedua,
kejelasan hirarki kewenangan dari lembaga pembentuk peraturan perundang-
undangan. Kejelasan hirarki ini penting karena menyangkut sah atau tidak dan
mengikat atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang dibuatnya. Kejelasan
hirarki akan memberi arahan pembentuk hukum yang mempunyai kewenangan
17
untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tertentu. Ketiga, adanya
konsistensi norma hukum perundang-undangan. Artinya ketentuan-ketentuan dari
sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan satu subyek tertentu
tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain.
Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam
perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa,
sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya
kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.
d. Teori efektivitas hukum
Berbicara mengenai efektivitas hukum, Soerjono Soekanto berpendapat
tentang pengaruh hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau
prilaku teratur dalam membimbing manusia. Masalah pengaruh hukum tidak
hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi
mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau prilaku baik yang
bersifat positif maupun negatif. Ketaatan seseorang bersikap tindak atau
berprilaku didasarkan pada kesesuaiannya dengan harapan pembentuk undang-
undang. Pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau prilaku, dapat
diklarifikasikan sebagai ketaatan (compliance), ketidaktaatan atau penyimpangan
(deviance) dan pengelakan (evasion).
Efektivitas penegakan hukum dibutuhkan kekuatan fisik untuk
menegakkan kaidah-kaidah hukum tersebut menjadi kenyataan berdasarkan
wewenang yang sah. Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum threats dan
18
promises, yaitu suatu ancaman tidak akan mendapatkan legitimasi bila tidak ada
faedahnya untuk dipatuhi atau ditaati. Internal values merupakan penilaian pribadi
menurut hati nurani yang diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku.
1.8 Metode Penelitian
Skripsi merupakan salah satu bentuk dari penelitian yang harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk memenuhi kriteria ilmiah tersebut,
penyusunan skripsi ini memerlukan metode-metode penelitian tertentu. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikualifikasikan dalam jenis penelitan secara yuridis empiris
dengan menganalisa masalah yang dikaitkan dengan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori yang sudah ada dikaji
penerapaannya dilapangan untuk memperoleh informasi dari pihak terkait.
Adapun isu hukum yang diteliti adalah penerapan Pasal 11 ayat (1) huruf b
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditinjau dari
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan,
dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah.
b. Jenis Pendekatan.
Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan tersebut, penelitian akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
19
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian hukum adalah :
1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
2. Pendekatan fakta (The fact Approach)
3. Pendekatan Kasus (Case Approach)
4. Pendekatan Historis (Historical Approach)
5. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (analytical and conceptual approach)
6. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)
7. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)
Dari berbagai pendekatan secara teoritis adapun pendekatan yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a) Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yaitu dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan
dengan isu hukum yang sedang ditangani.
b) Pendekatan fakta (fact approach) yang artinya bahwa pendekatan yang di
lakukan berdasarkan fakta – fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya
dengan permasalahan isu hukum yang sedang di tangani.
c. Sumber Data
Pada umumnya, data dalam penelitian dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan pustaka. Data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat disebut dengan data primer (data dasar)
dan data yang diperoleh dari bahan pustaka disebut data sekunder. Untuk
20
memperoleh data dalam penelitian ini, data yang didapatkan bersumber dari data
berikut :
a) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh hasil penelitian lapangan.
Adapun sumber utama dalam penulisan penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan. Penelitian kepustakaan yang dimaksud antara lain : dokumen-
dokumen berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan yang menunjang dan berkaitan dengan
penelitian serta untuk menyempurnakan data yang di dapat dari lapangan. Untuk
sumber data dari peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier sebagai berikut :
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat
(Perundang-Undangan). Dalam penelitian ini bahan hukum yang
dipergunakan adalah :
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69).
21
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
- Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 534)
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse Dan Recycle Melalui Bank Sampah.
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 804);
- Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
sampah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 5);
- Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang
Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di Kota Denpasar. (Lembaran Daerah
Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2000);
- Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan
Jadwal Waktu Pembuangan Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan
Dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota Denpasar. (Berita
Daerah Kota Denpasar Tahun 2012 Nomor 3);
22
- Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/ 195 / Hk / 2015 Tentang
Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun 2015.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan yang bersumber dari buku-
buku atau literatur-literatur hukum, artikel, jurnal-jurnal hukum
pemerintahan, hukum pemerintahan daerah, hukum lingkungan, laporan
penelitian, internet, dan karya tulis hukum lainnya.
3) Bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier yang digunakan dalam penelitian ini berupa
bahan-bahan non hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier yang digunakan
seperti kamus hukum, ensiklopedia dan buku pegangan lainnya.
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data untuk penelitian ini, digunakan 2 cara, kedua
cara tersebut adalah :
a) Teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum primer dan
sekunder terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan
yang dibahas. Studi dokumen dilakukan dengan cara membaca,
mengklarifikasi, mengutip, dan menganalisis aturan-aturan terkait dengan
pengelolaan sampah melalui program bank sampah, kemudian
dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam
penulisan skripsi ini.
23
b) Studi lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara
langsung dilapangan dan melakukan proses wawancara untuk mendapatkan
data primer (basic data primary data). Dalam penelitian ini, untuk
mendapatkan data primer dilakukan penelitian pada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan kota Denpasar.
e. Teknik Analisis bahan hukum
Dalam penelitian hukum empiris dikenal adanya analisis data yang
diperoleh dan telah dikumpulkan serta diolah dengan menganalisa secara kualitatif
karena di lihat sifat dari data dan penelitiannya yang berupa deskriptif. Data
tersebut kemudian disajikan secara deskriptif analitis, yaitu dengan
menggambarkan secara lengkap sebagaimana adanya tentang aspek-aspek yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas sehingga dapat diperoleh suatu
kesimpulan