bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - wisuda.unud.ac.id i.pdf · komanditer (cv) dan perseroan...

Download BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas (PT).Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang dalam mendirikan

If you can't read please download the document

Upload: vuthien

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu Negara yang

    sedang berkembang. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

    memiliki potensi untuk meningkatkan devisa negara karena Bali merupakan kota

    pariwisata. Sebagian besar masyarakat di Bali dapat dikatakan cukup mampu karena

    telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan jalan mendirikan

    perusahaan yang bergerak di segala bidang.Bali selalu berkembang setiap tahunnya

    begitu pula dengan pembangunan infrastrukturnya, maka dari itu banyak masyarakat

    di Bali yang ahli dalam pembangunan infrastruktur mendirikan suatu perusahaan yang

    bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini didirikan agar mereka mampu

    bersaing dalam tender yang diadakan oleh pemerintah dalam pengadaan proyek

    pembangunan salah satu infrastruktur di Bali.

    Perkembangan jasa konstruksi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor

    mulai dari faktor ekonomi dan politik. Perkembangan ekonomi makro sangat

    berpengaruh terhadap perkembangan jasa konstruksi di Indonesia hal ini terlihat pada

    saat krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997 pasar jasa konstruksi yang

    sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 13,71 persen per tahunnya mengalami

    kemerosotan hingga mencapai angka minus 36,4 persen dan ini termasuk dampak

    yang paling parah dibandingkan dengan sektor ekonomi yang lain seperti pertanian.

    Perusahaan jasa konstruksi mengalami kesulitan yang cukup berat pada saat itu

    karena jumlah pekerjaan konstruksi berkurang drastis selain itu proyek-proyek

  • ditangguhkan dan bahkan dihentikan oleh pemilik proyek dan juga pemilik proyek

    mengalami kesulitan untuk membayar kontraktor.

    Selain faktor ekonomi, perkembangan jasa konstruksi di Indonesia juga sangat

    dipengaruhi oleh perkembangan politik dalam negeri maupun luar negeri. Sejak

    diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) sejak tahun 2003 mengakibatkan

    kontraktor dalam negeri bersaing dengan kontraktor-kontraktor asing dalam

    memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia.

    Dalam dimensi akademis, secara operasional wilayah kerja jasa konstruksi

    dapat dikelompokkan kedalam empat bidang, yaitu;1

    1. Bidang Arsitektural, yang meliputi perumahan dan permukiman, gedung dan

    pabrik, pertamanan dan juga interior.

    2. Bidang Teknik Sipil, meliputi drainase dan jaringan pengairan, jalan,

    jembatan, landasan, lokasi pengeboran darat, bendungan, reklamasi, dan lain-

    lain.

    3. Bidang mekanikal, meliputi instalasi tata udara, AC, pelindung kebakaran,

    instalasi lift dan escalator, instalasi industri dan pembangkit, dan lain-lain.

    4. Bidang tata lingkungan, yang meliputi bangunan pengolahan air bersih dan

    pengolahan limbah, reboisasi atau penghijauan serta pengeboran air tanah.

    Setiap kontraktor yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi berada dibawah

    naungan suatu badan usaha.Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Lembaga Pengaturan

    Jasa Konstruksi Nasional yang dimaksud dengan badan usaha adalah badan usaha

    yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang kegiatan usahanya

    menyediakan jasa pelaksana pekerjaan konstruksi.Ada beberapa bentuk badan usaha

    yang dikenal di Indonesia yaitu perusahaan perseorangan, Firma (Fa), Perseroan

    1Irwan Kartiwan, Kamajaya Al Katuuk, dan Hendra N. Soenardji, 2010, Wajah Jasa

    Konstruksi di Indonesia (Tinjauan Keberpihakan), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 4.

  • Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas (PT).Ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan oleh seseorang dalam mendirikan suatu badan usaha yaitu;2

    a. jenis usaha apa yang akan dijalankan;

    b. ruang lingkup usaha suatu badan usaha;

    c. pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan usaha;

    d. besarnya risiko pemilikan;

    e. batas-batas pertanggungjawaban dalam pelunasan utang-utang perusahaan;

    f. besarnya investasi atau modal yang ditanamkan;

    g. cara pembagian laba atau keuntungan;

    h. jangka waktu berdirinya badan usaha;

    i. peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan badan usaha tersebut.

    CV. Panca Karya Utama adalah salah satu badan usaha yang berdomisili di

    Kabupaten Jembrana yang bergerak dalam jasa konstruksi.CV. Panca Karya Utama

    sebagai penyedia jasa konstruksi menjalankan usaha-usaha dalam bidang

    pemborongan, perencanaan dan pelaksanaan segala macam pekerjaan bangunan dan

    tehnik termasuk jembatan, jalan dan pengairan, pekerjaan-pekerjaan penggalian,

    penimbunan tanah dan pengukuran, pemasangan instalasi listrik, air minum dan

    mesin-mesin serta pekerjaan lain yang bersangkutan dengan itu. Sebagai penyedia

    jasa konstruksi, CV. Panca Karya Utama sering mengadakan kerjasama untuk

    melaksanakan konstruksi bangunan baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun

    swasta.Biasanya Pemerintah atau swasta sebagai pengguna jasa akan mengadakan

    tender untuk sebuah pekerjaan yang ditujukan bagi penyedia jasa. Selanjutnya para

    penyedia jasa akan bersaing satu sama lain untuk memenangkan tender tersebut

    dengan cara memberikan harga yang paling efisien atas suatu pekerjaan. Saat ini

    2M. Fuad et.al., 2000, Pengantar Bisnis, cet. II, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 64

  • perbedaan harga penawaran para penyedia jasa pada saat tender bukan lagi berkaitan

    dengan perbedaan harga barang maupun upah suatu pekerjaan melainkan harga

    penawaran tersebut berkaitan dengan efisiensi pengerjaan pekerjaan tersebut.3Pada

    dasarnya pengadaan barang dan jasa yang melibatkan antara pihak pengguna

    barang/jasa dan pihak penyedia barang/jasa memiliki kepentingan yang berbeda.Pihak

    pengguna barang/jasa mengehendaki memperoleh barang/jasa dengan harga yang

    semurah-murahnya sedangkan pihak penyedia barang/jasa dalam menyediakan

    barang/jasa sesuai dengan kepentingan barang/jasa ingin mendapatkan keuntungan

    yang setinggi-tingginya.Dua kepentingan ini akan sulit dipertemukan apabila kedua

    belah pihak tidak memiliki pengertian dan kemauan untuk mencapai

    kesepakatan.4Setelah mencapai suatu kesepakatan selanjutnya pihak pengguna jasa

    dan penyedia jasa akan membentuk suatu kontrak yang disebut dengan kontrak kerja

    konstruksi.

    Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

    Konstruksi, yang dimaksud dengan kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan

    dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa

    dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Hubungan hukum yang terjadi antara

    pengguna jasa dan penyedia jasa akan menimbulkan akibat hukum yang berupa hak

    dan kewajiban diantara para pihak.5 Biasanya kontrak akan diawali dengan suatu

    proses negosiasi sebagai upaya untuk menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk

    mempertemukan sesuatu yang diinginkan yaitu melalui proses tawar

    3H. Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi,

    PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 1 4Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya,

    Sinar Grafika, Jakarta, h. 9 5Salim H.S., 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Buku Kesatu,

    Cet. I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 90

  • menawar. 6 Pembentukan suatu kontrak erat kaitannya dengan asas-asas didalam

    perjanjian, salah satunya adalah asas proporsionalitas.Asas proporsionalitas dalam

    kontrak diartikan sebagai asas yang mendasari hak dan kewajiban para pihak sesuai

    dengan proporsi atau bagiannya masing-masing.Asas proporsionalitas digunakan

    terhadap seluruh hubungan kontraktual baik pada tahap prakontraktual, tahap

    pembentukan kontrak maupun tahap pelaksanaan kontrak.Dalam suatu kontrak, asas

    proporsionalitas tidak menekankan pada keseimbangan hasil namun lebih

    menekankan pada pembagian proporsi hak dan kewajiban para pihak.7

    Fungsi pengaturan kontrak bisnis adalah untuk menjamin adanya pertukaran

    hak dan kewajiban yang proporsional bagi para pihak sehingga dengan demikian akan

    terjalin hubungan yang adil dan menguntungkan. Namun dalam kenyataannya masih

    terjadi perselisihan antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang menimbulkan

    sengketa.Pada jasa konstruksi, sengketa biasanya dapat timbul disebabkan karena

    klaim yang tidak dilayani misalnya keterlambatan pembayaran, keterlambatan

    penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak, ketidakmampuan

    baik teknis maupun manajerial dari para pihak baik pengguna jasa maupun penyedia

    jasa.8Salah satu sengketa yang terjadi yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah

    keterlambatan penyelesaian pekerjaan konstruksi fisik pasar Gilimanuk yang

    diselenggarakan oleh pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

    Kabupaten Jembrana sebagai pengguna jasa dan dikerjakan oleh CV. Panca Karya

    Utama sebagai penyedia jasa. Berdasarkan kasus ini penulis tertarik untuk membahas

    penelitian yang diberi judul Penerapan Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

    6 Jeremy G. Thorn, 1995, Terampil Bernegosiasi, Pustaka Binaman Presindo, Jakarta, h. 7 7 Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

    Komersial), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h.32 8Nazharkan Yasin, op.cit., h.84

  • Kerja Konstruksi (Studi Kasus Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

    Konstruksi FisikPasar Gilimanuk oleh CV. Panca Karya Utama)

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut yaitu:

    1. Bagaimanapenerapan asas proporsionalitas dalam pelaksanaan kontrak kerja

    konstruksi pembangunan proyek pembangunan pasar Gilimanuk?

    2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi yang terjadi

    antara CV. Panca Karya Utama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

    Koperasi Kabupaten Jembrana?

    1.3. Ruang lingkup Masalah

    Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka harus diadakan pembatasan

    terhadap ruang lingkup permasalahan.Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

    terjadinya penyimpangan terhadap pokok permasalahan yang dibahas dalam usulan

    penelitian ini.

    Ruang lingkup masalah dalam usulan penelitian ini adalah:

    1. Terhadap permasalahan pertama, ruang lingkupnya meliputi penerapan asas

    proporsionalitas dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kontrak

    kerja konstruksi.

    2. Terhadap permasalahan kedua, ruang lingkupnya meliputi upaya penyelesaian

    sengketa antara CV. Panca Karya Utama dengan Dinas Perindustrian,

    Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jembrana berdasarkan asas

    proporsionalitas.

  • 1.4. Orisinalitas Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat asli atau orisinil

    karena belum terdapat penelitian yang secara khusus membahas mengenai

    penerapan asas proporsionalitas dalam kontrak kerja konstruksi.Hal ini dapat

    diketahui setelah penulis melakukan penelusuran judul-judul skripsi yang

    telah ada di ruang skripsi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana

    serta melalui penelusuran judul-judul skripsi melalui media internet. Namun

    demikian terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai penerapan

    asas proporsionalitas dalam suatu kontrak kerja konstruksi yaitu:

    NO JUDUL RUMUSAN MASALAH PENELITI

    1 Tesis yang berjudul

    Penerapan Asas

    Proporsionalitas

    dalam Kontrak

    Komersial pada

    Perjanjian Kemitraan

    Inti-Plasma.

    1. Bagaimana hubungan

    hukum serta kedudukan

    hukum para pihak (pihak

    inti/perusahaan besar dan

    pihak plasma/peternak)

    dalam skema kemitraan

    Inti-plasma berdasarkan

    perjanjian yang telah ada?

    2. Bagaimana perlunya

    diterapkan asas

    proporsionalitas pada

    perjanjian tersebut?

    3. Bagaimana penerapan asas

    proporsionalitas pada

    Maya Hasanah,

    Universitas

    Indonesia,

    Tahun 2011.

  • perjanjian kemitraan Inti-

    plasma pada tahap pra

    kontrak dan pembentukan

    kontrak?

    2 Penerapan Asas

    Proporsionalitas

    dalam Kontrak Jasa

    Konstruksi (Studi

    Kasus PT. Duta

    Graha Indah

    melawan PT. Slipi

    Sri Indopuri)

    1. Apakah yang dimaksud

    dengan asas proporsional

    dan fungsinya dalam suatu

    perjanjian jasa konstruksi?

    2. Bagaimanakah penerapan

    asas proporsionalitas dalam

    suatu perjanjian jasa

    konstruksi?

    3. Bagaimanakah mengukur

    asas proporsionalitas dalam

    suatu perjanjian jasa

    konstruksi?

    Edu Vitra

    Zuardi, Fakultas

    Hukum

    Universitas

    Indonesia,

    Tahun 2011

    Usulan Penelitian

    NO JUDUL RUMUSAN MASALAH PENELITI

    1 Penerapan Asas

    Proporsionalitas

    dalam Kontrak Kerja

    Konstruksi (Studi

    Kasus

    Keterlambatan

    1. Bagaimana penerapan asas

    proporsionalitas dalam

    pelaksanaan kontrak kerja

    konstruksi pembangunan

    proyek pembangunan pasar

    Gilimanuk?

    Ida Ayu Nanda

    Pramasari,

    Fakultas

    Hukum,

    Universitas

    Udayana, Tahun

  • Penyelesaian

    Pekerjaan

    Konstruksi Fisik

    PasarGilimanuk oleh

    CV. Panca Karya

    Utama)

    2. Bagaimana upaya

    penyelesaian sengketa

    kontrak kerja konstruksi

    yang terjadi antara CV.

    Panca Karya Utama dengan

    Dinas Perindustrian,

    Perdagangan dan Koperasi

    Kabupaten Jembrana?

    2011.

    1.5. Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian ini yaitu:

    1. Untuk memenuhi kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam

    bidang penelitian.

    2. Untuk mengetahui penerapan asas proporsionalitas dalam kontrak kerja

    konstruksi.

    3. Untuk menyumbangkan pemikiran di bidang ilmu hukum khususnya

    mengenai penerapan asas proporsionalitassuatu kontrak kerja konstruksi.

    b. Tujuan khusus

    1. Untuk mengetahui dan memahami penerapan asas proporsionalitas dalam

    suatu kontrak kerja konstruksi.

    2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana upaya penyelesaian sengketa

    kontrak kerja konstruksi antara Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

    Koperasi Kabupaten Jembrana dengan CV. Panca Karya Utama.

  • 1.6. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis

    maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu:

    a. Manfaat teoritis

    1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi

    mengenai asas proporsionalitas dalam suatu kontrak kerja konstruksi.

    2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

    sumbangan pemikiran di bidang hukum khususnya dalam bidang ilmu

    hukum tentang perjanjian.

    b. Manfaat Praktis

    1. Untuk dapat memberikan pemahaman kepada pengguna jasa

    konstruksi dan penyedia jasa konstruksi tentang penerapan asas

    proporsionalitas dalam kontrak kerja konstruksi.

    2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang upaya penyelesaian

    sengketa kontrak kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    1.7. Landasan Teoritis

    A. Pengertian Perjanjian

    Menurut Subekti perjanjian merupakan suatu peristiwa seseorang berjanji

    pada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan suatu hal. Peristiwa

    inilah yang akan menimbulkan hubungan hukum diantara orang tersebut yang

  • dinamakan dengan perikatan.9 Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian adalah suatu

    hubungan hukum mengenai harta benda diantara dua pihak dimana salah satu pihak

    berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal dan pihak yang

    lain berhak untuk menuntut janji tersebut.10 Menurut M. Yahya Harahap perjanjian

    adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang memberikan hak

    untuk satu pihak untuk menuntut prestasi dan pihak yang lain diwajibkan untuk

    menunaikan prestasi. 11 Ketentuan perjanjian dalam KUH Perdata bersifat terbuka

    artinya para pihak yang mengadakan perjanjian diberikan kebebasan yang seluas-

    luasnya untuk mengadakan perjanjian dan isinya ditentukan oleh para pihak yang

    mengadakan perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan Undang-Undang,

    kesusilaan dan ketertiban umum.12

    Semua kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam perjanjian harus memenuhi

    syarat-syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata.Syarat sahnya

    perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata terdiri dari syarat subjektif dan syarat

    objektif.Syarat subjektif sahnya suatu perjanjian yaitu adanya kata sepakat mereka

    yang mengikatkan dirinya artinya pihak yang mengadakan perjanjian harus

    mempunyai kemauan bebas untuk mengikatkan diri dan harus dinyatakan dan

    perjanjian itu dianggap tidak ada apabila perjanjian tersebut terjadi karena paksaan

    (dwang), kekhilafan (dwaling), dan penipuan (bedrog). Menurut Sudargo Gautama,

    kesepakatan merupakan syarat terpenting dari sebuah perjanjian sebab secara umum

    tidak diperlukan bentuk formal agar suatu perjanjian mengikat secara formal kecuali

    hukum menentukan secara khusus contohnya dalam pendirian suatu Perseroan harus

    9 R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h. 1 (selanjutnya disebut R. Subekti

    I) 10 R. Wirjono prodjodikoro, 2000, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, h. 4. 11 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, h.6. 12Samuel M.P. Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Grasindo,

    Jakarta, h. 34

  • dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris. 13Syarat subjektif yang kedua yaitu

    adanya kecakapan para pihak untuk mengadakan perjanjian.Apabila syarat subjektif

    ini tidak dapat dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan.Selanjutnya syarat objektif

    sahnya suatu perjanjian yang pertama yaitu perjanjian harus tentang suatu hal tertentu

    artinya suatu perjanjian harus menentukan hal yang jelas atau tertentu untuk dapat

    menetapkan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian.Syarat objektif yang

    kedua yaitu harus didasarkan atas sebab yang hal yaitu tidak melanggar undang-

    undang, kesusilaan dan ketertiban umum.Apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka

    perjanjian batal demi hukum.

    Saat terjadinya perjanjian merupakan salah satu hal yang penting untuk

    diperhatikan. Ada beberapa teori yang menyatakan tentang saat terjadinya suatu

    perjanjian yaitu;14

    1. Teori kehendak (wilstheori) yang menyatakan bahwa kesepakatan terjadi pada

    saat pihak penerima menyatakan kehendaknya, misalnya dengan menulis

    surat.

    2. Teori pengiriman (verzendtheori) yang menyatakan bahwa kesepakatan terjadi

    pada saat pernyataan kehendak itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

    3. Teori pengetahuan (vernemingstheori) yang menyatakan bahwa pihak yang

    menawarkan seharusnya mengetahui bahwa tawarannya yang diberikan telah

    diterima.

    4. Teori kepercayaan (vertrouwentheori) yang menyatakan bahwa pernyataan

    kehendak itu dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.

    B. Asas-asas dalam Perjanjian

    13Ibid, h. 35 14Mariam Darus Badrulzman, 1997, Hukum Bisnis, Eresco, Jakarta, h. 98.

  • Selain memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian suatu kontrak yang dibuat

    oleh para pihak harus memperhatikan beberapa asas didalam perjanjian diantaranya;

    a. Asas konsensualisme yaitu suatu perjanjian dianggap telah terjadi apabila

    telah adanya kesepakatan diantara pihak-pihak yang mengadakan

    perjanjian.Asas konsensualisme yang menekankan pada kata sepakat ini

    berangkat dari pemikiran bahwa pihak-pihak yang berhadapan didalam suatu

    kontrak adalah orang yang menjunjung tinggi komitmen, tanggung jawab dan

    memiliki itikad baik yang berlandaskan pada satu kata dan satu

    perbuatan.Asas konsensualisme memiliki karakter universal yaitu unsur

    kesepakatan yang terbentuk dari adanya penawaran dan penerimaan.15

    b. Asas kebebasan berkontrak yaitu setiap orang bebas untuk mengadakan

    perjanjian, bebas menentukan hal-hal didalam perjanjian dan juga bebas untuk

    menentukan bentuk kontraknya tersebut. Kebebasan untuk mengadakan

    perjanjian ini biasanya meliputi;

    1. kebebasan untuk menentukan kehendak menutup atau tidak menutup

    perjanjian;

    2. kebebasan untuk memilih pihak mana yang ditujukan untuk menutup

    perjanjian tersebut;

    3. kebebasan untuk menentukan isi dari perjanjian;

    4. kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis maupun

    tidak tertulis;

    5. kebebasan untuk menentukan cara mengakhiri atau menutup

    perjanjian.16

    15Agus Yudha Hernoko,op.cit, h. 123 16Samuel M.P Hutabarat, loc.cit.

  • c. Asas daya mengikat kontrak ataupacta sunt servanda yaitu suatu kontrak yang

    dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang

    membuatnya.Berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang

    membuatnya artinya undang-undang menempatkan dan mengakui bahwa

    posisi para pihak yang ada didalam kontrak sejajar dengan pembuat undang-

    undang. Namun perbedaannya adalah terkait dengan daya berlakunya karena

    undang-undang berlaku dan mengikat semua orang dan bersifat abstrak

    sedangkan kontrak hanya berlaku terbatas pada kontraktan atau pembuat

    kontrak.Selain itu kontrak juga dibuat oleh kontraktan untuk melakukan

    perbuatan konkret.17 Niewenhuis menyatakan bahwa asas daya mengikat suatu

    kontrak pada situasi tertentu dibatasi oleh dua hal yaitu;

    1. Daya mengikat suatu perjanjian dibatasi oleh itikad baik para pihak

    sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.

    2. Adanya daya paksa atau overmacht yang menyebabkan apabila timbul

    wanprestasi didalam suatu perjanjian maka bagi salah satu pihak

    misalnya kreditor memiliki hak untuk mengajukan gugatan, baik

    pemenuhan, ganti rugi maupun pengakhiran perjanjian. Namun karena

    adanya daya paksa atau overmacht maka gugatan kreditor akan

    disampingkan karena ketiadaan prestasi berada diluar kesalahan

    debitor.18

    d. Asas Itikad Baik yaitu dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata disebutkan

    bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Menurut Hoge Raad

    dalam putusannya tanggal 9 Februari 1923 memberikan rumusan bahwa

    perjanjian harus dilaksanakan volgens de eisen van redelijkheid en

    17Agus Yudha Hernoko, op.cit. h. 128 18Ibid. h. 129

  • billijkheid artinya itikad baik harus dilaksanakan menurut kepatutan dan

    kepantasan. 19 Menurut Wirjono Prodjodikoro, itikad baik terdiri dari dua

    macam yaitu;20

    1. Itikad baik yang terjadi pada saat mulai berlakunya suatu hubungan

    hukum. Dalam konteks ini hukum akan memberikan perlindungan

    kepada para pihak yang memiliki itikad baik sedangkan bagi pihak

    yang tidak beritikad baik harus bertanggung jawab terhadap segala

    risiko yang terjadi.

    2. Itikad baik yang terjadi pada saat pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-

    kewajiban yang telah diatur dalam hubungan hukum. Dalam konteks

    ini itikad baik tersebut bersifat objektif dan dinamis mengikuti

    perbuatan hukum sekitarnya.

    Selain asas-asas standar tersebut, dalam pembuatan perjanjian juga harus

    memperhatikan beberapa asas-asas lain yaitu asas proporsionalitas, asas kepercayaan,

    asas persamaan hak, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas kepastian

    hukum.21 Salah satu asas lain yang cukup penting untuk diperhatikan adalah asas

    proporsionalitas. Asas proporsionalitas adalah dasar atau landasan bagi para pihak

    dalam pertukaran hak dan kewajiban sesuai dengan bagiannya masing-masing.Asas

    proporsionalitas memiliki fungsi yang sangat penting dalam suatu kontrak mulai dari

    pembuatan kontrak hingga pelaksanaannya. Adapun fungsi asas proporsionalitas

    yaitu;22

    19Ibid, h. 135 dikutip dari P.L Werry, 1990, Perkembangan Hukum tentang Itikad Baik di

    Netherland, Percetakan Negara RI, Jakarta, h. 9 20Ibid. h. 137 21Abdul R. Saliman, 2011, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus),

    Prenada Media Group, Jakarta, h. 46 22Pranoto, 2013, Urgensi Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Kerja Konstruksi Sebagai

    Antisipasi Terjadinya Sengketa Jurnal Privat Law Fakultas Hukum UNS Edisi 02, Oktober 2013, h.

    89 dikutip dari Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang

    Mediantama, Yogyakarta, 2008, h. 173

  • 1. Asas proporsionalitas berfungsi dalam tahap pra kontak yaitu asas

    proporsionalitas memberikan peluang atau kesempatan bagi para pihak untuk

    melakukan negosiasi dalam menentukan pertukaran hak dan kewajiban dengan

    itikad baik atau good faith.

    2. Asas proporsionalitas berfungsi dalam tahap pembentukan kontrak artinya

    asas proporsionalitas menjamin adanya kesetaraan maupun kebebasan para

    pihak dalam menentukan proporsi hak dan kewajiban.

    3. Asas proporsionalitas berfungsi dalam pelaksanaan kontrak artinya asas

    proporsionalitas menjamin terwujudnya pertukaran hak dan kewajiban sesuai

    dengan proporsi yang telah ditentukan oleh para pihak.

    Menurut M. Yahya Harahap asas proporsionalitas berkaitan juga dengan beban

    pembuktian yaitu asas proporsionalitas dapat membantu hakim dalam memberikan

    justifikasi mengenai putusan terhadap perkara yang dimaksud karena dalam asas

    proporsionalitas ditentukan bahwa hakim tidak boleh bersikap berat sebelah.23

    C. Prestasi dan Wanprestasi dalam Perjanjian

    Hakekat dari suatu perikatan adalah pemenuhan prestasi.Prestasi adalah

    kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.Menurut Pasal

    1234 KUH Perdata setiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat

    sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.Setiap kewajiban prestasi yang dipenuhi oleh

    debitur selalu disertai dengan tanggung jawab (liability) yang artinya debitur

    mempertaruhkan harta kekayaannya sebagai jaminan pemenuhan utangnya.Jaminan

    ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu jaminan umum dan jaminan khusus. Menurut

    Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata menyebutkan bahwa semua harta kekayaan

    debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun akan ada

    23M. Yahya Harahap, 2006, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya

    disingkat M. Yahya Harahap II), h. 507.

  • menjadi pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Jaminan ini disebut dengan jaminan

    umum.Selanjutnya yang disebut dengan jaminan khusus adalah tanggung jawab

    berupa jaminan harta kekayaan dibatasi sampai jumlah yang menjadi kewajiban

    debitur untuk memenuhinya yang disebutkan secara khusus dan tertentu dalam

    perjanjian atau hakim dapat menetapkan batas-batas yang layak dalam putusannya.24

    Selain prestasi, suatu perikatan erat kaitannya dengan istilah

    wanprestasi.Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu wanprestatie artinya

    tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perikatan baik perikatan yang lahir dari

    perjanjian maupun perikatan yang lahir dari undang-undang.25 Selain itu wanprestasi

    dapat diartikan antara lain;

    1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali;

    2. Debitur memenuhi prestasi tetapi keliru;

    3. Debitur memenuhi prestasi namun tidak tepat waktu atau terlambat.

    Selain ketiga pengertian tersebut, Prof. Soebekti menambahkan pengertian

    wanprestasi yaitu debitur melakukan sesuatu yang dalam perjanjian tidak boleh

    dilakukannya.26

    Dalam hal terjadinya wanprestasi terdapat dua kemungkinan alasan hingga

    terjadinya wanprestasi yaitu;27

    1. Wanprestasi disebabkan karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan

    maupun karena kelalaian;

    2. Wanprestasi disebabkan karena keadaan memaksa (force majeure) sehingga

    wanprestasi berada diluar kesalahan debitur.

    24Abdulkadir Muhammad, 2002, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 17 25Ibid, h. 20 26Ibid, h. 21 27Ibid.

  • 1.8. Metode Penelitian

    Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat penting didalam

    penyusunan suatu karya tulis. Metode penelitian digunakan untuk memperoleh data

    yang diperlukan dalam penelitian ilmiah dan cara untuk mengolah data tersebut

    menjadi suatu karya ilmiah. Maka dari itu suatu metode penelitian harus dilakukan

    secara baik dan benar agar penelitian tersebut mendapatkan hasil yang berkualitas dan

    dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya ilmu hukum.Metode

    penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan aturan

    yang ada dalam buku-buku metode penelitian hukum dan juga berdasarkan buku

    pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana.

    a. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian

    ini adalah penelitian empiris yaitu hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala yang

    dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini penulis akan

    menjelaskan mengenai fakta yang terjadi didalam masyarakat yang menunjukkan

    adanya kesenjangan antara das sollen dan das sein.

    b. Jenis Pendekatan

    Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kasus

    (the case approach), pendekatan fakta (the fact approach) dan pendekatan analisis

    konsep hukum (analytical & conceptual approach).Pendekatan kasus dilakukan

    untuk melihat kasus yang terjadi didalam masyarakat yang berkaitan dengan jasa

    konstruksi.Pendekatan fakta dilakukan dengan melihat fakta-fakta yang terjadi

    didalam masyarakat serta masalah yang terdapat didalamnya khususnya dalam

    kontrak kerja konstruksi.Pendekatan analisis konsep hukum (analytical &

  • conceptual approach) dilakukan untuk melihat konsep-konsep hukum, teori-teori

    hukum, asas-asas hukum serta doktrin-doktrin yang membahas tentang

    permasalahan yang dibahas dalam penelitian yaitu tentang jasa konstruksi.

    c. Sifat Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif karena dalam

    penelitian ini menggambarkan sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok

    tertentu, penyebaran gejala maupun hubungan ada atau tidaknya hubungan antara

    gejala yang satu dengan gejala yang lainnya.Dalam penelitian deskriptif suatu

    hipotesis tidak mutlak diperlukan karena teori-teori, ketentuan-ketentuan

    peraturan, norma-norma hukum serta sumber lainnya sudah cukup

    memadai.Penelitian deskriptif ini dapat membentuk teori baru maupun

    memperkuat teori yang sudah ada.

    d. Data dan Sumber Data

    Data yang diteliti dalam penelitian empiris terdiri dari dua jenis data yaitu data

    primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang diperoleh langsung

    dari sumber di lapangan baik dari responden maupun informan.Sedangkan data

    sekunder yaitu data yang bersumber dari kepustakaan yang telah

    terdokumentasikan sebagai bahan hukum.28 Data sekunder terdiri dari tiga bahan

    hukum yaitu;

    1. Bahan Hukum Primer

    Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian

    internasional, konvensi ketatanegaraan, putusan pengadilan, Keputusan

    Tata Usaha Negara maupun hukum adat.Dalam penelitian ini bahan

    hukum primer yang digunakan yaitu:

    28Amiruddin, H. Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo

    Persada, Jakarta, h.30.

  • 1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan

    Peran Masyarakat Jasa Konstruksi

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

    Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan

    Jasa Konstruksi

    7. Peraturan Lembaga Pengaturan Jasa Konstruksi Nasional

    2. Bahan Hukum Sekunder

    Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

    penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum,

    jurnal-jurnal hukum, karya tulis atau pandangan ahli hukum yang

    termuat dalam media massa, kamus dan ensiklopedi hukum serta

    internet dengan menyebut nama situsnya.

    3. Bahan Hukum Tersier

    Bahan hukum tersier meliputi kamus-kamus hukum, kamus

    ilmiah maupun kamus ensiklopedia yang bermanfaat untuk

    memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer

    dan bahan hukum sekunder.

    d. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik

    studi dokumen dan teknik wawancara.

  • 1. Teknik Studi Dokumen yaitu teknik yang digunakan pada awal penelitian

    baik dalam penelitian normatif maupun penelitian empiris.Teknik studi

    dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan

    permasalahan penelitian khususnya tentang jasa konstruksi.

    2. Teknik Wawancara yaitu teknik yang paling sering digunakan dalam

    penelitian empiris. Teknik wawancara dilakukan dengan cara merancang

    pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden maupun

    informan agar mendapatkan jawaban yang relevan dengan masalah

    penelitian.

    e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

    Penentuan populasi dan sampel penelitian yang tepat sangat penting

    karena hasil yang berasal dari sampel penelitian merupakan hasil generalisasi atas

    populasi. Apabila tidak tepat dalam menentukan populasi dan sampel penelitian

    maka hasil generalisasinya akan menjadi tidak akurat dan sulit

    dipertanggungjawabkan. Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian

    sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi untuk

    diteliti.Dalam penelitian ini populasinya adalah para pihak yang terlibat dalam

    kontrak kerja konstruksi kegiatan pembangunan pasar Gilimanuk.Selanjutnya

    sampel penelitiannya adalah perwakilan dari pihak pengguna jasa dan penyedia

    jasa.

    Tahap selanjutnya yaitu teknik pengambilan sampel atas populasi

    penelitian.Teknik pengambilan sampel ini dapat dibedakan menjadi dua jenis

    yaitu teknik probability sampling dan teknik non probability sampling. Dalam

    penelitian ini digunakan teknik non probability sampling untuk menentukan

    pengambilan sampelnya karena sesuai dengan ciri umum dari teknik non

  • probability sampling yaitu tidak semua elemen dalam populasi mendapat

    kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Pengambilan sampel dengan

    teknik non probability dengan bentuk purposive sampling ini dilakukan pada para

    pihak yang terlibat didalam kontrak kerja konstruksi proyek pembangunan pasar

    Gilimanuk karena didasarkan pada pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi

    kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari

    populasinya.

    f. Pengolahan dan Analisis Data

    Dalam penelitian empiris dikenal dua jenis model analisis data yaitu

    analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif diterapkan dalam

    suatu penelitian yang sifatnya eksploratif dan deskriptif.Dalam analisis kualitatif

    data yang dikumpulkan adalah data yang terdiri dari kata-kata, sukar diukur

    dengan angka, sampel lebih bersifat non probabilitas dan pengumpulan data

    menggunakan pedoman wawancara dan observasi.Sedangkan analisis kuantitatif

    diterapkan dalam penelitian yang sifatnya eksplanatoris, sifat data yang

    dikumpulkan berjumlah besar, mudah dikualifikasi ke dalam kategori-kategori

    dan data yang terkumpul terdiri terdiri dari aneka gejala yang dapat diukur

    dengan angka.

    Penelitian ini diolah dengan analisis kualitatif atau dikenal juga dengan

    analisis deskriptif kualitatif maka dari itu keseluruhan data yang terkumpul baik

    yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun wawancara akan diolah dan

    disusun secara sistematis dan disertai dengan analisis menggunakan literatur

    maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.