justifikasi perlindungan penduduk sipil …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-skripsi.pdf · teknik...

117
i  SKRIPSI JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER NATO TERHADAP LIBYA VERONIKA PUTERI KANGAGUNG NIM. 0803005123 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: nguyenngoc

Post on 03-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

i  

SKRIPSI

JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL

DALAM SERANGAN MILITER NATO TERHADAP

LIBYA

VERONIKA PUTERI KANGAGUNG

NIM. 0803005123

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

ii  

JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER NATO TERHADAP

LIBYA

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

VERONIKA PUTERI KANGAGUNG NIM. 0803005123

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

  

  

Page 3: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

iii  

Page 4: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

iv  

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 6 Agustus 2015

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas

Udayana Nomor : 313/UN14.1.11.1/PP.05.02/2015 Tanggal 23 Juli 2015

Ketua : Dr. I Dewa Gede Palguna, SH.,M.Hum ( )

NIP.196112241988031001

Sekretaris : A.A. Sri Utari, SH.,MH ( )

NIP.197702172001122001

Anggota : 1. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH,.H.Hum ( )

NIP.195803211986021001

: 2. I Gede Pasek Eka Wisanjaya, SH.,MH ( )

NIP.197305281998021001

: 3. I Gede Putra Ariana, SH.,M.Kn ( )

NIP.197807042008011009

Page 5: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

v  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM

SERANGAN MILITER NATO TERHADAP LIBYA”. Skripsi ini diajukan

sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Penyusunan karya tulis ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana SH,.MH., selaku Dekan

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,MH., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, S.H.,M.H., selaku Pembantu Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, S.H.,M.H., selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Page 6: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

vi 

 

 

5. Bapak Ida Bagus Erwin Ranawijaya, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum

Internasional, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak I Gede Putra Ariana, SH.,M.Kn., Sekretaris Bagian Hukum

Internasional, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. I Dewa Gede Palguna, SH.,M.Hum., selaku dosen

pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu A.A. Sri Utari, SH.,Mh., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

9. Bapak I Made Budi Arsika SH.,L.LM., selaku dosen yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

10. Bapak I Ketut Sudjana, S.H.,M.H., Pembimbing Akademik, atas

pengarahan pengambilan mata kuliah guna menyelesaikan studi kuliah

penulis.

11. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayan yang

telah banyak memberikan ilmu serta wawasan yang lebih kepada

penulis.

12. Orang tua penulis Kartika Winatha (alm.) dan Yulia Susanty, serta

adik-adik saya yang selalu mendukung dengan perhatian, semangat,

dan doa.

Page 7: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

vii 

 

 

13. Sahabat penulis Sheryl, Suri, Odilia, Sanie, Haniffa, Nurhayati,

terimakasih untuk semua bantuan, semangat dan doa selama

penyusunan tugas akhir ini.

14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun sehingga akan menjadi lebih baik di masa yang akan

datang. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua

pihak yang membutuhkannya.

Denpasar, Juni 2015

Penulis

Page 8: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

viii 

 

 

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa, Karya Ilmiah/Penulisan

Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi manapun,

dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu

pada naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar,

Yang menyatakan,

(Veronika Puteri Kangagung)

0803005123

  

  

Page 9: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

ix 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ........................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

1.3. Ruang Lingkup Masalah ............................................................ 8

1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

a. Tujuan Umum .......................................................................... 9

b. Tujuan Khusus ......................................................................... 9

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

a. Manfaat Teoritis ....................................................................... 9

b. Manfaat Praktis ........................................................................ 10

1.6. Landasan Teoritis ...................................................................... 10

1.7. Metode Penelitian ..................................................................... 18

a. Jenis Penelitian ......................................................................... 18

b. Jenis Pendekatan ...................................................................... 18

c. Sumber Bahan Hukum ............................................................. 20

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ....................................... 21

e. Teknik Analisa Bahan Hukum ................................................. 22

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NATO .......................................... 23

2.1. Sejarah Lahirnya NATO ........................................................... 23

2.1.1. Pengaruh Perang Dingin ................................................. 23

2.1.2. Tujuan Pendirian NATO ................................................. 26

Page 10: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

2.1.3. Ruang Lingkup dan Asas-Asas NATO ........................... 29

2.1.4. Perkembangan Terakhir NATO ...................................... 32

2.2. NATO sebagai Organisasi Internasional ................................... 35

2.2.1. Hubungan antara Kedudukan, Fungsi dan Kewenangan

NATO .............................................................................. 35

2.2.2. Kekhasan NATO sebagai Organisasi Internasional ........ 40

2.2.3. Kedudukan, Fungsi dan Kekuasaan NATO .................... 43

2.2.4. Misi-Misi Perdamaian NATO ......................................... 47

BAB III PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL SERANGAN NATO

TERHDAP LIBYA ......................................................................................... 49

3.1. Tinjauan Umum terhadap Libya di bawah Pemerintahan Moammar

Gaddafi ..................................................................................... 49

3.1.1. Sejarah Pemerintahan Moammar Gaddafi di Libya ........ 49

3.1.2. Perlawanan Kelompok Oposisis terhadap Pemerintahan

Moammar Gaddafi .................................................................... 52

3.1.3. Kualifikasi Konflik Bersenjata di Libya Dalam Perspektif

Hukum Internasional ................................................................. 59

3.2. Keabsahan Serangan NATO terhadap Libya ............................

3.2.1. Perspektif Hukum Internasional Umum .........................

3.2.2. Perspektif Hukum Humaniter .........................................

BAB IV BATAS ALASAN PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL SEBAGAI

PEMBENARAN DALAM SERANGAN NATO TERHADAP LIBYA ....... 73

4.1. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Hukum Internasional ...... 73

4.1.1. Ketertiban Umum dalam Hukum Internasional dalam

Kaitannya dengan Perlindungan Penduduk Sipil ..................... 73

4.1.2. Beberapa Pengaturan Khusus .......................................... 75

a. Hukum Hak Asasi Manusia ................................................... 75

b. Hukum Humaniter ................................................................. 76

4.2. Praktik Penegakan Ketentuan tentang Perlindungan

Penduduk Sipil .......................................................................... 80

4.2.1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ........................ 80

Page 11: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

xi 

 

 

4.2.2. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) ........................... 83

4.3. Analisis Penggunaan Alasan Perlindungan Penduduk Sipil dalam

Serangan NATO terhadap Libya .............................................. 85

4.3.1. Konsep Perlindungan Penduduk Sipil ............................. 85

4.3.2. Doktrin Responsibility To Protect .................................. 90

4.3.3. Tinjauan Komperhensif ................................................... 94

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 97

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 97

5.2. Saran ........................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99

LAMPIRAN ..................................................................................................... 104

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

Page 12: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

xii 

 

 

JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER NATO TERHADAP LIBYA

ABSTRAK

Seiring perubahan jaman dunia selalu berkembang, demikian pula dengan

permasalahan-permasalahan yang terjadi. Salah satu isu internasional yang terjadi adalah ketika pada tahun 2011 terjadi pemberontakan di Libya. Timbulnya pemberontakan ini kemudian menimbulkan banyaknya korban sipil dan membuat prihatin dunia internasional. Organisasi-organisasi internasional kemudian turut berperan dengan konsep melindungi warga sipil Libya dan salah satu diantaranya ialah NATO.

Serangan yang dilakukan oleh NATO terhadap Libya kemudian mengakibatkan jatuhnya korban sipil. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai legalitas serangan tersebut beserta batasan pemakaian alasan perlindungan penduduk sipil dapat dibenarkan.Tulisan skripsi ini memakai metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Dasar yang dipakai dalam penulisan skripsi ini ialah Hukum Internasional, Hukum Humaniter Internasional, serta instrumen-instrumen hukum internasional seperti Resolusi Dewan Keamanan PBB 1970 dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 serta Kovensi Deen Haag, Kovensi Jenewa, Statuta Roma dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, NATO dapat dibenarkan dalam melakukan serangannya terhadap Libya. Dasar pembenaran ini ialah konsep ‘perlindungan penduduk sipil’ yang tertuang dalam Resolusi DK PBB 1970 dan 1973, khususnya dalam paragraf 4 (Res.DK PBB 1973). Kata Kunci : NATO, Hukum Internasional, Hukum Humaniter, Kovensi Deen Haag, Kovensi Jenewa, Resolusi Dewan Keamanan PBB 1970, Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973.

Page 13: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

xiii 

 

 

JUSTIFICATION OF CIVILIANS PROTECTION IN NATO MILITARY ATTACK

ON LIBYA

ABSTRACT

As the world changes and evolving, so as the problems that occured. One

international issue that happen is when a rebellion in 2011 occurred in Libya. This then led to an uprising by the number of civilian casualties and create international concern. International organizations then contribute to the concept of protecting Libyan civilians and NATO is one of them.

Attacks carried out by NATO against Libya later resulted in civilian casualties. This then raises the question of the legality of such attacks and their usage limit civilian protection reasons can be used. This paper’ll used normative legal research methods to approach legislation and case approach. The basis used in this thesis is International Law, International Humanitarian Law, as well as legal instruments such as the UN Security Council Resolution 1970 and UN Security Council Resolution 1973 as well as Deen Haag Convention, the Geneva Conventions, the Rome Statute and other.

Based on the results of this thesis, NATO can be justified in conducting attacks against Libya. The basic justification is that the concept of 'protection of civilians' as stated in UNSC Resolutions 1970 and 1973, particularly in paragraphs 4 (Res.DK UN 1973). Keywords: NATO, International Law, Humanitarian Law, Deen Haag Convention, the Geneva Conventions, the UN Security Council Resolution 1970, UN Security Council Resolution 1973.

 

 

 

 

Page 14: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Konflik di Libya merupakan akibat dari aksi protes masyarakat Libya yang

menuntut pelaksanaan program bantuan pemerintah dan penanganan korupsi

politik terhadap pemerintah Gaddafi. Aksi tersebut kemudian mendapat

perlawanan dari pemerintahan Gaddafi yang merespon dengan tindakan

kekerasan, seperti pemakaian ‘water canon’ dan senjata api kepada para

demonstran. Tindakan tersebut ternyata berujung pada tewasnya ratusan orang

yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah.1

Kejadian tersebut kemudian menjadi sorotan masyarakat internasional

khususnya mengenai isu Hak Asasi Manusia (HAM). Sejumlah entitas

internasional pun mendesak pemerintah Libya untuk menghentikan tindakan-

tindakan yang pelanggaran berat HAM terhadap rakyatnya. Respon pemerintah

Libya yang mengabaikan desakan tersebut memicu reaksi serius masyarakat

internasional.

Pada tanggal 30 Juli 2011, North Atlantic Treaty Organization (NATO)

melakukan serangan udara terhadap kantor media pemerintah Libya yang

kemudian menewaskan 3 orang pekerja media dan melukai 21 orang lainnya.

Serangan tersebut merupakan salah satu contoh serangan-serangan yang telah

                                                             1 Disarikan dari Aljazeera.com, URL: http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/02/201122171649677912.html diakses terakhir pada tanggal 6 Mei 2015.

Page 15: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

dilakukan NATO. Hingga tanggal 17 Agustus 2011, serangan militer NATO telah

menewaskan 1.108 warga sipil dan melukai 4.537 orang lainnya.2

Menarik untuk dicermati bahwasanya serangan militer NATO ke Libya

ternyata didasarkan atas alasan untuk perlindungan penduduk sipil, sebagaimana

dinyatakan secara tegas dalam pernyataan Sekretaris NATO.3 Adapun salah satu

justifikasi yang digunakan oleh NATO ialah Resolusi Nomor 1973 yang diadopsi

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tanggal 17 Maret

2011 yang berbunyi sebagai berikut:

“Calls upon all Member States, acting nationally or through regional

organizations or arrangements, to provide assistance, including any necessary

over flight approvals, for the purposes of implementing paragraphs 4, 6, 7 and 8

above”4

Dapat diartikan, bahwa yang dimaksud dari paragraf 4 dalam resolusi

tersebut ialah memberikan otorisasi kepada negara-negara yang telah diberi

wewenang untuk bertindak secara unilateral atau melalui organisasi internasional

untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil

dan penduduk sipil dari suatu ancaman serangan. Sementara paragraf 65 dan 76

merupakan ketentuan yang menjelaskan mengenai pelarangan terbang (konsep

‘No Fly Zone’) di daerah Jamahiriya Arab dengan pengecualian penerbangan-

                                                             2 CYBERSabili.com, URL: http://sabili.co.id/internasional/sudah-1-108-warga-libya-tewas-dalam-serangan-nato, diakses terakhir tanggal 6 Mei 2015. 3 Secretary General’s video blog, URL: http://andersfogh.info/2011/06/22/nato-protecting-civilians-in-libya, diakses tanggal 22 Mei 2015. 4 Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1973 (2011), Par 9. 5 Lihat Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES1973 (2011), Par.6 6 Lihat Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES1973 (2011), Par.7

Page 16: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

penerbangan yang dilakukan dengan alasan kemanusiaan. Kemudian, paragraf 87

berisi ketentuan yang menegaskan kepada seluruh anggota yang telah

mengkonfirmasikan keanggotaanya kepada Sekretaris Jenderal PBB maupun

Sekretaris Jenderal Liga Arab, untuk melakukan segala upaya tindakan yang

diperlukan secara unilateral atau melalui organisasi internasional guna

mendukung pelaksanaan ketentuan dalam paragraf 6 dan 7 di atas.

Negara Libya pada tahun 1951 merupakan negara berbentuk kerajaan

yang dipimpin oleh Raja Idris I. Pasca kudeta yang dipimpin oleh Muammar

Gaddafi, Libya menjadi negara demokrasi yang menganut asas desentralisasi serta

mempunyai dewan-dewan lokal yang akan menjalankan tugas-tugas pemerintahan

sesuai dengan filosofi yang tertulis di dalam buku ciptaannya “The Green Book”.8

Namun pada kenyataannya, struktur pemerintahan tersebut hanyalah manipulasi

politik yang dibuat oleh Gaddafi, dengan maksud untuk memastikan dominasi

seluruh kekuasaan negara Libya tetap berada di tangannya.

Seiring dengan kepemimpinannya, grafik keadaan ekonomi, politik dan

bahkan kesehatan masyarakat mulai melemah cukup drastis. Diperkirakan

sebanyak 20,74% warga Libya merupakan pengangguran, lebih dari 16% keluarga

tidak memiliki penghasilan tetap, sementara 43% di antara mereka hanya

memiliki satu anggota keluarga dengan penghasilan tetap. Selain itu, Tidak

banyak pula pembangunan yang dilakukan oleh Gaddafi dalam 40 tahun terakhir,

malah mengakibatkan banyaknya masalah-masalah sosial yang melanda warga

Libya, termasuk di antaranya ialah masalah kesehatan, sehingga banyak dari                                                              7 Lihat Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES1973 (2011), Par.8  8 Archive.org,URL:https://archive.org/details/TheGreenBook_848, diakses terakhir tanggal 6 Mei 2015.

Page 17: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

masyarakat Libya terpaksa berobat ke negara-negara tetangga seperti Tunisia dan

Mesir.9

Protes yang dilakukan warga Libya telah dimulai pada awal Januari 2011

hingga puncaknya terjadi pada bulan Maret 2011. Bentuk dari protes ini ialah

berupa aksi demonstrasi warga yang merupakan oposisi pemerintah di berbagai

kota di Libya, yaitu Tripoli, Tajoura, Zintan dan kota-kota lainnya. Mereka

menuntut Gaddafi untuk turun dari kursi kekuasaan yang telah didudukinya

selama 42 tahun. Demonstrasi tersebut berujung pada konflik bersenjata antara

pasukan pemerintah dan pasukan oposisi yang memakan korban jiwa sebanyak

165 orang.10 Insiden tersebut kemudian menuai respon negatif dari masyarakat

internasional yang menilai tindakan pemerintah Libya terhadap warganya

merupakan tindakan yang menimbulkan ketidakpastian perlindungan Hak Asasi

Manusia (HAM) dari pemerintah Libya terhadap warganya.

Konflik bersenjata antara pihak pemerintah dengan pihak oposisi di negara

Libya kemudian menarik perhatian masyarakat internasional yang menilai konflik

tersebut sebagai ancaman terhadap keselamatan penduduk sipil Libya. Guna

merespon situasi tersebut, pada tanggal 26 Februari 2011, Dewan Keamanan PBB

memutuskan untuk mengadopsi Resolusi S/RES/1970 (2011)11 yang kemudian

disusul dengan Resolusi S/RES/1973(2011) pada tanggal 17 Maret 2011. Salah

satu isu penting termuat di dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB

                                                             9 Bbc.co.uk, URL : http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-12532929, diakses terakhir 6 Mei 2015. 10 ANTARANEWS.com, URL: http://www.antaranews.com/berita/270884/pejabat-pbb-sesalkan-serangan-nato-terhadap-tv-libya , diakses tanggal 18 Mei 2015. 11 Tentang embargo pasukan, larangan berpergian dan pembekuan asset yang berhubungan dengan situasi Arab Jamahiriya Libya.

Page 18: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

S/RES/1973(2011)12 yang secara spesifik mencantumkan tentang no-fly zone di

daerah sekitar Libya. Langkah ini diambil atas usulan pihak oposisi demi

mencegah serangan udara yang dilakukan pasukan Gaddafi terhadap mereka.13

Keterlibatan NATO untuk menjalankan mandat Dewan Keamanan PBB,

khususnya dalam konteks operasi militer, bukanlah sesuatu hal yang baru. Sejak

terbentuk secara resmi pada tanggal 4 Maret 1949, organisasi ini ditujukan

sebagai aliansi militer yang mengembangkan sistem pertahanan kolektif dan

mutual terhadap serangan oleh pihak eksternal.14 Organisasi ini mendukung

penyelesaian sengketa secara damai yang apabila tidak berhasil, dapat

menggunakan kapasitas militer yang dibutuhkan untuk melaksanakan

penyelesaian sengketa.15

Dalam pembukaan North Atlantic Treaty juga telah disebutkan NATO

menegaskan kepercayaannya terhadap tujuan dan prinsip-prinsip yang tercantum

dalam Piagam PBB.16 Sesuai dengan Pasal 1 North Atlantic Treaty bahwa NATO

mempunyai wewenang dalam membantu menyelesaikan konflik internasional,

baik dalam cara-cara damai dan juga penggunaan kekuatan sesuai dengan tujuan

dari PBB sendiri.17

                                                             12 Tentang perlindungan warga sipil atas Hak Asasi Manusia.         13  Kompas.comURL : http://internasional.kompas.com/read/2011/03/18/11181543/Apa.Arti.Zona.Larangan.Terbang.Libya,  diakses tanggal 10 Mei 2015.        14 Nato.int URL: http://www.nato.int/history/nato-history.html, diakses tanggal 6 mei 2015.       15 www.nato.int, URL : http://www.nato.int/cps/en/SID F90A25B4F402E863/natolive/what_is_nato.html, diakses tanggal 10 Mei 2015. 16 Opening statement of The North Atlantic Treaty (1949): … The Parties to this Treaty reaffirm their faith in the purposes and principles of the Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all peoples and all Governments… 17North Atlantic Treaty (1949); Article 1 : ... The Parties undertake, as set forth in the Charter of the United Nations, to settle ...

Page 19: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

Apabila kemampuan dan keterlibatan NATO dalam sejumlah operasi

militer sebelumnya memang telah direncanakan dan diprediksi, maka dalam

serangannya yang dilancarkan ke Libya kali ini tersirat suatu kejanggalan. NATO

menjustifikasi bahwa serangan militer ke Libya yang dilakukannya adalah dalam

rangka memberikan perlindungan terhadap penduduk sipil, akan tetapi faktanya

justru NATO juga menargetkan serangannya kepada penduduk sipil dan obyek

sipil. Sementara dalam kasus ini, NATO jelas-jelas telah melakukan serangan

terhadap berbagai gedung ataupun kota yang tidak dipertahankan.18

Maka timbul sebuah pertanyaan, bukankah penyerangan tersebut telah

melanggar ketentuan Konvensi IV Den Haag 1907 mengenai Hukum dan

Kebiasaan Perang di Darat, tepatnya seperti yang dinyatakan dalam Artikel 25

yaitu “The subject to attack or bombardment, by any means whatever, of

undefended towns, villages, or buildings is forbidden.” Dapat diartikan bahwa

penyerangan atau pemboman terhadap kota-kota, desa-desa, kampung-kampung

atau gedung-gedung yang tidak dipertahankan adalah dilarang.19

Hal menarik yang muncul dalam kasus ini adalah timbulnya sebuah

pertanyaan yaitu, dapatkah perlindungan terhadap penduduk sipil dijadikan

justifikasi dari suatu serangan militer? Melihat permasalahan tersebut, penulis

beranggapan bahwa perlu dilakukan kajian terhadap penggunaan kekuatan militer

oleh NATO khususnya menyangkut legalitas dan justifikasi perlindungan

penduduk sipil yang digunakan dalam melakukan serangan tersebut. Selain hal

                                                             18 PelitaOnline.com, URL : http://www.pelitaonline.com/read/politik/internasional/16/5536/serangan-nato-bunuh-85-warga-sipil-di-libya/, diakses tanggal 19 Mei 2015. 19 J. Supoyo, 1996, Hukum Perang Udara dalam Humaniter, PT.Toko Gunung Agung, Jakarta, h. 32.

Page 20: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

tersebut penulis merasa permasalahan tersebut penting untuk ditulis, sebab sejauh

ini hal mengenai peperangan belum diatur secara tegas dalam Piagam PBB.20

Perlindungan penduduk sipil sebagai alasan menggunakan kekuatan juga

melanggar salah satu asas hukum internasional yaitu prinsip Non-Intervensi.

Dapat pula dipertanyakan mengenai wewenang NATO dalam melaksanakan

resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Sepanjang pengetahuan penulis belum

ada mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Udayana yang menulis ataupun

mengangkat permasalahan tersebut sebagai tugas akhirnya. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut dalam bentuk karya tulis dengan

judul “JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM

SERANGAN MILITER NATO TERHADAP LIBYA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat

dua masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam karya tulis ini, yaitu :

1. Bagaimanakah legalitas serangan militer NATO terhadap Libya

ditinjau dari perspektif penggunaan kekuatan (the use of force) dalam

Hukum Internasional?

2. Dalam batas bagaimanakah alasan perlindungan penduduk sipil dapat

digunakan sebagai pembenaran bagi NATO untuk melakukan serangan

terhadap Libya?

                                                                  20 Haryomataram, 2005, Pengantar Hukum Humaniter, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 4

Page 21: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari dua masalah

pokok yang menjadi fokusnya, pembahasan dalam skripsi akan dibatasi ruang

lingkupnya sebagai berikut:

1. Secara umum akan diuraikan mengenai sejarah lahirnya NATO secara

singkat dan kiprahnya sebagai organisasi internasional.

2. Secara umum membahas tentang pemerintahan Moammar Gaddafi, pihak

oposisi dan kualifikasi konflik bersenjata yang terjadi di Libya dalam

perspektif hukum internasional serta keabsahan serangan tersebut baik dari

sudut pandang hukum internasional maupun hukum humaniter

internasional.

3. Akan dibahas pula mengenai ketentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan perlindungan penduduk sipil seperti dalam hukum hak asasi

manusia internasional dan dalam hukum humaniter innternasional, serta

penegakan ketentuan tersebut yang menyangkut bagaimana praktik

penegakan tersebut dalam Mahkamah Internasional Ad’Hoc dan dalam

Mahkamah Pidana Internasional.

4. Akan diuraikan pula mengenai analisis penggunaan alasan perlindungan

penduduk sipil dalam serangan NATO terhadap Libya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan perlindungan penduduk sipil yang terdapat dalam

Konvensi Jenewa 1949 ataupun dalam hukum humaniter internasional

kebiasaan (Customary International Humanitarian Law), dan doktrin

Responsibility to Protect sebagai tinjauan komprehensif.

Page 22: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

 

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini

ialah :

a. Tujuan Umum, yaitu :

1. Untuk mengetahui ketentuan hukum internasional mengenai

penggunaan kekuatan senjata sebagai sarana untuk menyelesaikan

masalah.

2. Untuk mengetahui penggunaan kekuatan senjata oleh organisasi

internasional di luar PBB.

b. Tujuan Khusus, yaitu :

1. Untuk menganalisis legalitas serangan militer NATO terhadap Libya

ditinjau dari perspektif penggunaan kekuatan (the use of force) dalam

Hukum Internasional.

2. Untuk menganalisis apakah perlindungan penduduk sipil dapat

menjadi dasar justifikasi atas serangan militer NATO terhadap Libya.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman serta

jawaban mengenai legalitas serta kewenangan serangan militer NATO

terhadap Libya, khususnya mengenai pemakaian konsep ‘The Use of

Force’ dan konsep ‘Responsibility to Protect’. Selain itu, penelitian ini

akan turut memberikan kontribusi teoritik dalam hal hubungan antara

Page 23: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

10 

 

 

Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia dalam perkembangan hukum

internasional.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi institusi pendidikan militer, termasuk dalam hal ini

lembaga pelatihan dan bagi staf dan komandan di lingkungan Tentara

Nasional Indonesia, tulisan ini dapat digunakan sebagai rujukan akademis

guna memahami urgensi dan batasan dilakukannya suatu intervensi militer

(military intervention) dalam kasus kemanusiaan.

2. Bagi Organisasi Internasional, tulisan ini dapat dijadikan

sebagai salah satu referensi ilmiah yang menjelaskan mengenai fungsi

Organisasi Regional dalam penanganan isu perlindungan bagi penduduk

sipil

1.6 Landasan Teoritis

a. Common Consent dan Pacta Sunt Servanda

Hukum Internasional merupakan kumpulan ketentuan hukum yang

berlakunya dipertahankan oleh masyarakat internasional. 21 Dijelaskan

lebih lanjut, hukum internasional telah memenuhi unsur-unsur yang

menetapkan pengertian hukum yakni kumpulan ketentuan yang mengatur

tingkah laku orang dalam masyarakat yang berlakunya dipertahankan oleh

‘external power’ masyarakat yang bersangkutan.

                                                             21 Sugeng Istanto, 1998, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, h. 4  

Page 24: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

11 

 

 

Common Consent merupakan salah satu prinsip-prinsip umum hukum

yang berlaku dalam seluruh atau sebagian besar hukum nasional negara-

negara. Prinsip ini menerangkan bahwa mengikatnya hukum internasional

dikarenakan adanya kehendak bersama dari negara-negara. Sementara

prinsip Pacta Sunt Servanda (agreement must be kept) mempunyai arti

bahwa perjanjian harus ditaati. Prinsip ini kemudian menjadi salah satu

asas hukum internasional seperti yang tercantum dalam pasal 26 Konvensi

Wina tahun 1969.22

Hal ini kemudian akan berkaitan dengan pelaksanaan daripada

perjanjian-perjanjian internasional yang merupakan salah satu sumber

hukum dari hukum internasional.

b. Teori Ius Ad Bellum dan Teori Ius In Bello

Ius ad bellum merupakan hukum tentang perang, yang berupa

kumpulan ketentuan hukum mengenai hal bagaimana negara dibenarkan

menggunakan kekerasan bersenjata. Terdapat banyak teori yang

berhubungan dengan bagaimana atau kapan Negara dibenarkan untuk

berperang, namun umumnya syarat-syarat itu ialah Just Cause, Right

Authority, Righ Intent, Proportionality dan Last Resort.23

Sedangkan Ius in Bello mempunyai pengertian sebagai hukum

yang berlaku dalam perang. Mochtar Kusumaatmadja membaginya

menjadi dua, yaitu yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of

                                                             22 Lihat Pasal 26 konvensi Wina 1969 : “ … every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good faith… “        23 Ibid h. 2

Page 25: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

12 

 

 

War) dan yang mengatur tentang perlindungan orang-orang yang menjadi

korban perang, yang biasa disebut sebagai Geneva Laws.24

Mochtar Kusumaatmadja dalam suatu ceramahnya pada tanggal 26

Maret 1981 menyebutkan bahwa hukum humaniter merupakan sebagian

daripada hukum perang yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan

perlindungan korban, dan hal itu berlainan dengan Hukum Perang yang

mengatur peperangan itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara

melakukan peperangan layaknya pengaturan mengenai senjata-senjata

yang dilarang penggunaannya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa

Konvensi Jenewa identik dengan Hukum Humaniter, sedangkan Konvensi

Den Haag lebih menjurus ke arah Hukum Perang.25

Dalam Ius ad bellum terdapat beberapa pengaturan tentang hak

negara untuk berperang yang secara formal dapat dilihat pada sejumlah

perjanjian internasional, yaitu Kovenan Liga Bangsa-Bangsa (LBB), Paris

(Kellog-Briand) Pact, dan Piagam PBB. Khusus dalam Piagam PBB,

pengaturan ini dapat dilihat secara tegas dalam Pasal 2 (4), serta Chapter

VII.26

Berkaitan dengan kasus penyerangan NATO ke negara Libya,

Kedua teori ini akan digunakan sebagai salah satu acuan dalam analisis

mengenai tindakan NATO terhadap Libya, terkait apakah hal tersebut

                                                                   24 Syahmin A.K, 1985, Hukum Internasional Humaniter 1, Penerbit C.V Armico, Bandung, h. 7        25 Arlina Web’s Blog, URL: http://arlina100.wordpress.com/2008/11/11/definisi-hukum-humaniter/, diakses terakhir 18 Mei 2015. 26 Sugeng Istanto, 1998, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, h. 106. 

Page 26: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

13 

 

 

diperbolehkan dan apakah terdapat batasan-batasan mengenai penggunaan

perlindungan penduduk sipil sebagai alasan melakukan serangan oleh

NATO.

c. Prinsip Non Intervensi

Prinsip non-intervensi ialah prinsip yang muncul dari asas Par Im

Partem Non Habet Imperium yang menegaskan bahwa setiap negara

memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan atas orang dan benda yang

berada dalam wilayahnya sendiri. Oleh karena itu suatu negara tidak boleh

melakukan tindakan yang bersifat kedaulatan (act of soverignity) di dalam

wilayah negara lain, kecuali dengan persetujuan negara itu sendiri, yang

apabila dilakukan akan dipandang sebagai tindakan intervensi atau campur

tangan atas masalah-masalah dalam negeri negara lain yang jelas telah

dilarang menurut hukum internasional.27

Norma ini diawali dengan prinsip kesetaraan kedaulatan yang

dimiliki oleh negara-negara terlepas dari ukuran kekayaan, wilayah dan

lainnya. Dalam pandangan tradisional Hukum Internasional, kedaulatan

suatu negara mutlak berlaku di dalam batas teritorialnya. Hal tersebut

berarti memberikan kewajiban bagi para negara untuk saling menghormati

kedaulatan negara lain, sehingga setiap negara tidak boleh mencampuri

urusan internal negara-negara lain atau dikenal dengan istilah non-

intervensi.

                                                             27 I Wayan Parthiana, 1990, Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, Penerbit Mandar Maju, Bandung, h. 10.

Page 27: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

14 

 

 

Prinsip non-intervensi tertuang di dalam Pasal 2 (7) Piagam PBB.28

Bahkan Declaration on Principles of International Law concerning

Friendly Relations and Co-operation among States in accordance with the

Charter of the United Nations yang diadopsi melalui Resolusi Majelis

Umum PBB A/RES/25/2625 menegaskan prinsip non-intervensi sebagai

prinsip dasar hukum internasional29 dan merupakan salah satu prinsip yang

berkaitan dengan prinsip-prinsip larangan penggunaan kekuatan.

Menurut Mahkamah Internasional, terdapat 2 (dua) jenis intervensi

yang dilarang oleh hukum internasional. Pertama, intervensi yang

berkaitan dengan pemutusan masalah yang semestinya diputuskan sendiri

secara bebas oleh negara yang dicampuri. Kedua, campur tangan yang

dilakukan dengan paksaan, terutama kekerasan.30 Hal ini termasuk dalam

pemilihan sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya serta perumusan

kebijakan luar negeri. Di samping itu, tindakan yang merupakan

pelanggaran dari prinsip-prinsip umum dalam non-intervensi, baik secara

langsung ataupun tidak langsung, akan melibatkan penggunaan kekuatan

(The Use of Force) yang merupakan pelanggaran dari prinsip penggunaan

kekuatan dalam hukum internasional dan hubungan internasional31

                                                             28 Pasal 2 ayat (7)Piagam PBB : Nothing contained in the present Charter shall authorize the United Nations to intervene in matters which are essentially within the domestic jurisdiction of any state or shall require the Members to submit such matters to settlement under the present Charter; but this principle shall not prejudice the application of enforcement measures under Chapter Vll. 29 Lihat Resolusi Majelis Umum PBB, A/RES/25/2625.Annex.par3. 30 Sugeng Istanto, op.cit. h. 32. 31 Malcolm N. Shaw, 2008, International Law (Sixth Edition), Cambridge University Press, New York, h. 1147.

Page 28: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

15 

 

 

Teori ini digunakan sehubungan dengan serangan militer yang

dilakukan oleh NATO terhadap Libya yang merupakan suatu campur

tangan yang dilakukan dengan paksaan atau kekerasan.

d. Konsep Military Intervention

Military Intervention merupakan pendalaman lebih lanjut dari

prinsip Non-Intervention yang melibatkan penggunaan kekuatan (The Use

of Force) dalam penyelesaian masalah terutama dalam hubungannya

dengan pelanggaran berat HAM. Konsep military intervention kemudian

menimbulkan berbagai perdebatan sebab beberapa negara berpendapat

bahwa konsep ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap

kedaulatan Negara lain32 namun demikian tidak sedikit pula yang

berpendapat konsep ini diperlukan sebagai upaya terakhir dalam mencegah

terjadinya pelanggaran HAM yang lebih berat sebagai akibat dari

kedaulatan tersebut.33 Sehingga meskipun dapat digunakan, konsep ini

tetap mempunyai batasan-batasan khusus yang telah ditentukan dan harus

dipenuhi sebelum dilaksanakannya sebuah intervensi militer.

Batasan-batasan daripada konsep military intervention inilah yang

akan digunakan dalam membahas upaya NATO menyelesaikan

permasalahan pelanggaran berat HAM di Libya dengan menggunakan

kekuatan.

                                                             32 URL: http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/un/unpan000923.pdf , diakses tanggal 20 Mei 2015.        33 Ibid.

Page 29: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

16 

 

 

e. Konsep Humanitarian Intervention

Konsep humanitarian intervention juga merupakan salah satu

prinsip yang berkaitan erat dengan prinsip non-intervensi. Sebab, konsep

ini merupakan salah satu cara terakhir yang digunakan dalam penyelesaian

suatu masalah, meskipun tujuan dari konsep ini mencegah terjadinya

pelanggaran HAM ataupun kekacauan massal, terbalik dengan konsep

intervensi militer, akan tetapi konsep ini dapat dilakukan secara sepihak34

sehingga tampak jelas telah melanggar prinsip non-intervensi.

Konsep Humanitarian intervention merupakan konsep yang hingga

kini masih menimbulkan berbagai perdebatan, di satu sisi terdapat

sekelompok negara yang menyetujui konsep ini demi menghadapi

pelanggaran-pelanggaran HAM berat dan kejahatan-kejahatan terhadap

kemanusiaan apabila suatu negara tidak mampu menangani masalah

tersebut dengan kemampuannya sendiri. Namun ada pula kelompok negara

yang mempertanyakan perbedaan motif dalam melakukan intervensi

humaniter, yaitu apakah intervensi tersebut bersifat imperative atau

didorong oleh motivasi politik dan ekonomi, lalu apakah konsep

humanitarian intervention tersebut hanya berlaku bagi negara-negara yang

lemah ataukah dapat berlaku bagi semua negara tanpa pengecualian.

Selain itu, terdapat pula negara-negara yang menganggap bahwa

pengertian intervensi humaniter berpotensi merusak Piagam PBB,

                                                                   34 Boer Mauna, 2010, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, edisi ke-2, 2010, P.T Alumni Bandung, Bandung, h. 647

Page 30: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

17 

 

 

melemahkan kedaulatan negara, mengancam ke-absahan pemerintahan dan

stabilitas sistem internasional.35

Tetapi Bagaimanapun juga, pelaksanaan konsep Humanitarian

Intervention telah berhasil dalam mencegah jatuhnya korban akibat

pelanggaran HAM ataupun kekacauan massal yang lebih buruk. Seiring

dengan perkembangan dunia, telah dilakukan upaya-upaya untuk

mempertegas batasan penggunaan konsep tersebut, seperti munculnya

konsep Responsibility to Protect sebagai pengganti konsep Humanitarian

Intervention dengan harapan akan meminimalkan dugaan-dugaan buruk

tentang intervensi yang akan ataupun telah dilakukan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa konsep baru ini akan lebih menguntungkan citra PBB di

mata masyarakat dunia, sebab dalam konsep Responsibility to Protect

sangat ditekankan pada kewajiban memberikan perlindungan terhadap

kemanusiaan sehingga intervensi-intervensi yang dilakukan merupakan

suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh PBB36.

Berkaitan dengan kasus penyerangan NATO ke negara Libya, teori

ini akan menjelaskan mengenai pembenaran alasan yang digunakan oleh

NATO dalam serangannya tersebut, yaitu untuk melindungi penduduk

sipil dan meminimalisir pelanggaran berat HAM.

                                                                   35 Ibid.        36 Malcolm N. Shaw, op.cit, h. 1158.

Page 31: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

18 

 

 

1.7 Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berarti penelitian

hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.

Soerjono Soekanto mengidentikkan penelitian hukum normatif tersebut

sebagai penelitian hukum kepustakaan, yang mencakup penelitian terhadap

asas-asas hukum, sistematik hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi

vertikal dan horizontal, perbandingan hukum, serta sejarah hukum.37

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif karena meneliti

asas-asas hukum yakni asas hukum internasional khususnya yang berkaitan

dengan prinsip non-intervensi dalam piagam PBB, kewenangan Dewan

Keamanan dalam penyelesaian suatu masalah, resolusi-resolusi yang

dikeluarkan untuk Libya serta peraturan-peraturan dalam hukum humaniter

internasional dalam kaitannya dengan kasus serangan NATO terhadap Libya.

b. Jenis Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

pendekatan kasus (the case approach) dan pendekatan peraturan perundang-

undangan (statute approach), yaitu :

1. Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan (The Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan adalah metode penelitian dengan

memahami dari hierarki dan asas-asas dalam peraturan perundang-                                                                   37 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum normatif suatu tinjauan singkat, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 12.

Page 32: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

19 

 

 

undangan. Dikatakan bahwa pendekatan perundang-undangan berupa

legislasi dan regulasi yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat

yang berwenang dan mengikat secara umum.38 Namun demikian,

dikarenakan dalam sistem hukum internasional tidak dikenal adanya

‘perundang-undangan’ melainkan berbagai bentuk perjanjian internasional

ataupun ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis maka dalam penulisan

penelitian ini, penulis akan mencoba membandingkan antara instrumen-

instrumen hukum internasional dan relevansinya dengan kasus sehingga

akan ditemukan substansi dari permasalahan yang akan dibahas.

2. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

Penulisan dengan pendekatan kasus artinya dilakukan dengan cara

melakukan telaah terhadap kasus-kasus berkaitan dengan isu yang

dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai

hukum tetap.39 Dalam penulisan skripsi ini, penulis memakai pendekatan

kasus (case approach) di mana putusan pengadilan akan dijadikan rujukan

dalam memperoleh preskripsi untuk menjawab isu hukum yang dihadapi.40

Namun dalam penelitian ini tidak akan menggunakan putusan pengadilan

dikarenakan sepanjang penelusuran penulis belum ada putusan pengadilan

dalam kasus serangan NATO. Dengan demikian, pendekatan kasus dalam

tulisan ini dimaksudkan sebagai analisis terhadap resolusi-resolusi Dewan

Keamanan PBB yang oleh sejumlah pakar dianggap sebagai salah satu

                                                                   38 Ibid, h. 97. 

39 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 58.        40 Titon Slamet Kurnia, 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, PT Alumni, Bandung, h. 163.   

Page 33: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

20 

 

 

sumber penyelesaian sengketa internasional. Dalam kaitannya dengan

penyerangan terhadap Libya resolusi-resolusi tersebut akan melingkupi

unsur ratio decidendi, yaitu alasan-alasan yang digunakan oleh NATO

untuk sampai kepada putusannya dengan memperhatikan fakta materiil.

Fakta materiil tersebut yakni berupa orang, tempat, dan waktu sehingga

dapat dicari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan kepada fakta

tersebut.41

C. Sumber Bahan Hukum

Karena penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, maka akan memakai

sumber data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum, yaitu :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat umum, seperti misalnya perjanjian-perjanjian internasional.

Menurut Peter Mahmud Marzuki42 bahan hukum primer ini bersifat

otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk itu. Adapun

sejumlah bahan hukum primer, yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

antara lain :

- Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

- Konvensi Den Haag 1899 dan 1907

- Konvensi Jenewa 1949 beserta Protokol-Protokol Tambahannya

- Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1970 dan 1973

                                                                   41 Peter Mahmud Marzuki, op.cit, h.119.        42 Ibid, h. 144-154.

Page 34: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

21 

 

 

- Piagam North Atlantic Treaty Organization (NATO)

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat berupa rancangan

peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal

ilmiah, surat kabar Koran), pamflet, brosur, karya tulis hukum atau

pandangan ahli hukum yang termuat media massa dan berita di internet.43

Terkait skripsi ini maka digunakan sumber dari kepustakaan seperti buku-

buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam

media massa maupun berita di internet yang berkaitan dengan masalah

yang dibahas, yaitu mengenai justifikasi perlindungan HAM dalam

serangan militer NATO terhadap Libya.

3. Bahan Hukum Tersier, yang menurut Peter Mahmud Marzuki44 merupakan

bahan non-hukum yang digunakan untuk menjelaskan, baik bahan hukum

primer maupun bahan hukum sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Penulis mencari bahan-bahan hukum yang relevan terhadap isu

yang dihadapi.45 Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah dengan

mempelajari dokumen-dokumen, jadi yang harus dilakukan adalah

mencari instrumen hukum internasional yang berkaitan dengan isu hukum

pada kasus serangan NATO terhadap Libya yakni merujuk kepada Piagam

PBB, Hague Coventions IV-1907, Geneva Conventions-1949 dan Protokol                                                                    43 Ibid, h. 93. 44 Ibid, h.144-154. 45 Ibid, h. 194.

Page 35: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

22 

 

 

Tambahan 1-1977. Kemudian melalui pendekatan kasus akan

mengumpulkan putusan-putusan atau resolusi-resolusi yang berkaitan

dengan kasus Libya khususnya resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB

yang berkaitan dengan kasus yang dimaksud maupun instrumen-instrumen

hukum internasional lainnya yang relevan untuk keperluan menganalisis

kasus tersebut. 46

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam skripsi ini

adalah teknik deskripsi, evaluasi dan argumentasi. Teknik deskripsi

merupakan uraian dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi dengan

memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik

selanjutnya adalah teknik evaluasi yakni penilaian berupa tepat atau tidak

tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh

peneliti terhadap suatu pandangan, dan lain-lain yang ada dalam bahan

primer maupun bahan sekunder. Teknik terakhir adalah teknik argumentasi

yang secara tidak langsung tidak dapat dilepaskan dari teknik sebelumnya.

Hal tersebut dikarenakan penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan

yang bersifat penalaran hukum.

                                                             46 Ibid, h. 195.

Page 36: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

23  

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NATO

2.1 Sejarah Lahirnya NATO

2.1.1 Pengaruh Perang Dingin

North Atlantic Treaty Organization (NATO) merupakan sebuah aliansi

negara-negara Eropa Barat yang terbentuk pada tanggal 4 April 1949 di

Wahington yang saat ini beranggotakan 28 negara.47 Kelahiran NATO

dilatarbelakangi oleh kekhawatiran di pihak Amerika Serikat terhadap semakin

meluasnya pengaruh Uni Soviet dengan ideologi Komunisnya. Sehingga ketika

Perang Dunia II berakhir, terjadilah ”Perang Dingin“ (the Cold War) yang terjadi

antara tahun 1947-1991 yang ditandai dengan adanya persaingan di antara kedua

negara tersebut yang mencakup berbagai bidang seperti ideologi, psikologi,

militer, industri dan pengembangan teknologi yang membawa pada perkembangan

senjata nuklir.48

Istilah “Perang Dingin” pertama kali diperkenalkan oleh Bernand Baruch

dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menyebut sebuah periode

konflik, ketegangan, dan kompetisi antara dua negara adikuasa, yaitu Amerika

Serikat (beserta sekutunya yang disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta

sekutunya yang disebut Blok Timur). 49 Meskipun tidak pernah benar-benar terjadi

perang antara dua negara adikuasa tersebut, konflik di antara keduanya

                                                             47 What is NATO; an Introduction to The Transatlantic Alliance dalam Nato.int , URL: http : // www.nato.int/cps/en/SID-8C5FCDD9-E6E17F41/natolive/what_is_nato.htm, diakses terakhir pada tanggal 11 Mei 2015. 48 History.com, URL: http://www.history.com/topics/cold-war/cold-war-history, diakses terakhir pada tanggal 11 Mei 2015. 49 Ibid

Page 37: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

24 

 

 

melahirkan ketegangan luar biasa karena perang seakan-akan bisa pecah kapan

saja. Perang Dingin juga telah mengakibatkan terjadinya berbagai perang lokal,

seperti perang Korea, perang di Vietnam, invansi yang dilakukan oleh Uni Soviet

terhadap Cekoslovakia dan Hungaria dan lainnya.50

Hal ini meresahkan negara-negara Barat, seperti yang dapat dilihat pada

telegram yang dikirim oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchil kepada

Presiden Amerika Serikat Harry S. Trumman saat itu sebagai bukti keprihatinan

dari negara Eropa terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Uni Soviet, di

mana Amerika Serikat yang menganut ideologi liberal-kapitalis menentang keras

ideologi sosialis-komunis yang dianut Uni Soviet. Kemudian pada tanggal 4 April

1949, bertempat di Washington D.C, the North Atlantic Treaty Organization

(NATO) resmi didirikan oleh sepuluh negara Eropa, Amerika Serikat dan Kanada.

Negara-negara anggota NATO kemudian meningkatkan upaya mereka

dalam mengembangkan kekuatan militer dan struktur dalam organisasi NATO

untuk menjamin pelaksanaan fungsi NATO. Hal tersebut berhasil membuat Uni

Soviet berpikir untuk melakukan agresi militer di daerah Eropa. Seiring

berjalannya waktu, NATO berhasil mencapai suatu level yang tak terduga dalam

mengembangkan stabilitas kerjasama perekonomian and integritas dari negara-

negara Eropa, dalam pengertian bahwa NATO berhasil membawa dampak positif

yang juga sedikitnya berpengaruh pada perekonomian dan integritas dunia.51

                                                             50 Ibid. 51 What is NATO; an Introduction to The Transatlantic Alliance dalam Nato.int , URL: http : // www.nato.int/cps/en/SID-8C5FCDD9-E6E17F41/natolive/what_is_nato.htm, diakses terakhir pada tanggal 22 Mei 2015.

Page 38: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

25 

 

 

Ketika pemerintahan Uni Soviet runtuh (1991), maka berakhirlah Perang

Dingin dengan demikian, sesungguhnya berakhir pula tujuan awal dibentuknya

NATO, yaitu sebagai upaya ‘pertahanan’ terhadap komunisme. Sehingga banyak

sarjana kemudian berpendapat bahwa tujuan daripada NATO telah terpenuhi dan

aliansi mungkin akan dibubarkan.52 Banyak pula negara-negara anggota NATO

yang mengurangi dana untuk pengeluaran dan pengembangan angkatan

bersenjata, bahkan ada yang sampai mengurangi 25% dari pengeluaran untuk

anggaran pertahanan angkatan bersenjata. 53

Pasca Perang Dingin kemudian muncul berbagai masalah yang justru

datang dari goyahnya stabilitas pertahanan dan perekonomian di Eropa serta

konflik-konflik dalam negeri yang melanda negara-negara bekas Uni Soviet, yang

apabila dibiarkan dinilai dapat menyebar melebihi wilayah regional mereka dan

mengganggu stabilitas keamanan dunia, khususnya Eropa. Oleh karenanya,

NATO kemudian menciptakan mekanisme pertahanan baru, yaitu pengadaan

kerjasama dalam pertahanan kolektif dengan negara-negara yang bukan anggota

NATO.54

Reformasi kemudian terjadi dalam badan internal NATO sebagai usaha

untuk beradaptasi dengan struktur militer dan tanggung jawab baru, yaitu

pemenuhan tanggung jawab untuk setiap kerjasama yang dilakukan NATO

dengan negara-negara lain dan organisasi internasional lainnya. NATO dengan

cepat berhasil menyesuaikan diri dengan situasi pasca berakhirnya Perang Dingin

                                                             52 Ibid 53 Ibid 54 How Global can NATO Go dalam www.nato.int, URL:http://www.nato.int/docu/speech/2004/s040309a.htm terakhir diakses tanggal 10 Mei 2015.

Page 39: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

26 

 

 

dan hanya dalam beberapa tahun NATO untuk pertama kalinya melaksanakan

fungsinya di luar daerah teritorialnya, yaitu dalam usahanya untuk mendukung

upaya-upaya internasional dalam mengakhiri konflik internasional di bagian Barat

Balkan, yaitu Bosnia dan Herzegovina pada bulan Desember 1995. Empat tahun

kemudian, NATO kembali melaksanakan tugasnya dalam mencegah terjadinya

pelanggaran HAM penduduk sipil di daerah Kosovo. Hingga saat ini, NATO

masih secara efektif berupaya mewujudkan tujuan utamanya, yaitu untuk

melindungi kebebasan dan keamanan berdaulat bagi negara-negara anggotanya

dengan upaya politik dan kekuatan militer.55

2.1.2 Tujuan Pendirian NATO

Setiap organisasi internasional pada umumnya pasti mempunyai tujuan

tertentu yang ingin dicapai. Dalam praktiknya, tujuan organisasi internasional

dapat dibagi ke dalam dua bidang, yaitu organisasi yang mempunyai tujuan utama

dalam bidang ekonomi (termasuk sosial-budaya) dan dalam bidang pertahanan-

keamanan wilayah tertentu.56

Jika praktik penggolongan tujuan organisasi internasional tersebut

dihubungkan dengan uraian mengenai latar belakang pendirian NATO di atas

maka tampak bahwa NATO merupakan organisasi internasional yang mempunyai

                                                             55 Nato.inc, URL: http://www.nato.int/nato-welcome/pdf/checklist_en.pdf, diakses terakhir pada tanggal 11 Mei 2015. 56 Syahmin A.K, Pokok-pokok Hukum Organisasi Internasional, 1985, Palembang, Binacipta, h.89

Page 40: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

27 

 

 

tujuan khusus dalam bidang pertahanan-keamanan wilayah.57 Ketika

pemerintahan Uni Soviet runtuh (1991), NATO secara aktif membantu

menanggulangi masalah Barat-Timur di Eropa dengan mengusulkan diadakannya

suatu kerjasama di bidang keamanan sebagai bentuk pendekatan yang sesuai

dengan bunyi Pasal 1 North Atlantic Treaty:

“The Parties undertake, as set forth in the Charter of the United Nations, to settle

any international dispute in which they may be involved by peaceful means in

such a manner that international peace and security and justice are not

endangered, and to refrain in their international relations from the threat or use

of force in any manner inconsistent with the purposes of the United Nations.”

Hal ini juga dapat dilihat dalam Pasal 2, yaitu:

“The Parties will contribute toward the further development of peaceful and

friendly international relations by strengthening their free institutions, by

bringing about a better understanding of the principles upon which these

institutions are founded, and by promoting conditions of stability and well-being.

They will seek to eliminate conflict in their international economic policies and

will encourage economic collaboration between any or all of them”

Pendekatan itu kemudian dituangkan dalam sebuah konsep strategi baru

yaitu jangkauan pendekatan keamanan yang lebih luas, yang menyebabkan

perubahan yang signifikan dalam dunia internasional terutama bagi NATO

sendiri. North Atlantic Treaty sebagai suatu dokumen perjanjian yang                                                              57 What Is NATO, an Introduction to The Transatlantic Alliance dalam Nato.int, page 11, dalam www.nato.int, URL: URL: http : // www.nato.int/cps/en/SID-8C5FCDD9-E6E17F41/natolive/what_is_nato.htm.

Page 41: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

28 

 

 

mengekspresikan suatu resolusi dan ideologi dari negara-negara yang

menandatanganinya, mempunyai tujuan yang sesuai dengan pembukaan pada

Piagam PBB, yaitu untuk memelihara perdamaian dan keamanan daripada

anggota-anggotanya serta memajukan stabilitas dan kesejahteraan di daerah

Amerika Utara dan Eropa melalui cara-cara politik dan militer.58

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari uraian di atas bahwa tujuan

pada awal pembentukannya, NATO dianggap sebagai alat untuk menahan

komunisme dan serangan militer dari Uni Soviet yang meskipun tidak terdapat

ketentuan yang menyinggung hal tersebut dalam North Atlantic Treaty namun

tersirat dalam kondisi keamanan Eropa pada masa Perang Dunia II.59 Tujuan

utama NATO dapat dilihat dalam pembukaan North Atlantic Treaty, 4 April 1949,

Washington D.C.60 Ketentuan di atas juga dapat diartikan lebih jauh lagi sebagai

upaya NATO dalam menolong dan melindungi penduduk sipil dari tindakan-

tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintahan suatu Negara,

menyelesaikan sengketa secara damai, menghapuskan sengketa politik ekonomi

                                                             58 Lihat NATO Treaty Pasal 2 : “...The Parties will contribute toward the further development of peaceful and friendly international relations by strengthening their free institutions, by bringing about a better understanding of the principles upon which these institutions are founded, and by promoting conditions of stability and well-being. They will seek to eliminate conflict in their international economic policies and will encourage economic collaboration between any or all of them…” 59 Lihat NATO dan sistem keamanan Eropa pada era pasca perang dingin, oleh Anak Agung Banyu Perwita, 1996, h.502, PDF Document dalam www.isjd.pdii.lipi.go.id , URL: http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=12623&idc=37 , terakhir diakses tanggal 12 Mei 2015. 60 Annex A, halaman 17, The Parties to this Treaty reaffirm their faith in the purposes and principles of the Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all peoples and all governments. They are determined to safeguard the freedom, common heritage and civilisation of their peoples, founded on the principles of democracy, individual liberty and the rule of law. They seek to promote stability and well-being in the North Atlantic area. They are resolved to unite their efforts for collective defence and for the preservation of peace and security.”

Page 42: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

29 

 

 

internasional, menghindarkan penggunaan kekerasan dan ancaman militer dalam

sengketa internasional.61

2.1.3 Ruang Lingkup Aktivitas dan Asas-asas NATO

NATO memiliki tiga ruang lingkup aktivitas utama. Pertama, pertahanan

kolektif. Hal ini diatur dalam Pasal 5 North Atlantic Treaty dan bersifat mengikat

bagi para anggota NATO, sehingga mereka akan saling mendukung dalam bidang

pertahanan kolektif terhadap ancaman apapun baik ancaman yang ditujukan

terhadap salah satu negara anggota maupun sebagai satu kesatuan organisasi.

Ruang lingkup selanjutnya ialah pengendalian krisis dimana NATO

sebagai organisasi internasional dengan tujuan pertahanan kolektif (militer) juga

mempunyai unsur-unsur politik di dalamnya. Penggabungan pengaruh politik dan

militer membantu NATO dalam menangani berbagai masalah ataupun krisis yang

dapat mempengaruhi negara anggotanya dan keamanan wilayah Eropa-Atlantik

dengan cara-cara yang lebih efektif, yaitu sebisa mungkin tanpa menggunakan

kekerasan. Ketentuan tentang penyelesaian sengketa dengan cara damai dapat

dilihat dalam Pasal 1 North Atlantic Treaty yang menyebutkan “...to settle any

international dispute in which they may be involved by peaceful means in such a

manner that international peace and security and justice are not endangered, and

to refrain in their international relations from the threat or use of force...”.

                                                             61 Shvoong.com, URL: http://id.shvoong.com/humanities/history/2158077-nato-north-atlantic-treaty-organization/, diakses terakhir pada13 Mei 2015.

Page 43: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

30 

 

 

Ketentuan tersebut juga turut menunjukan dukungan NATO terhadap tujuan PBB

dalam pemeliharaan perdamaian dan stabilitas dunia.62

Ruang lingkup terakhir ialah kerjasama dalam usaha mempertahankan

keamanan. NATO, sesuai dengan bentuk organisasinya, hanya membuka

keanggotaan bagi negara-negara yang berada dalam wilayah Atlantik Utara saja

namun demikian terdapat suatu program kerjasama dengan negara di seluruh

wilayah dunia yang mencakup kerjasama dalam konsultasi permasalahan

keamanan dan kerjasama dalam menentukan dan membuat suatu strategi

keamanan yang sesuai. Program kerjasama dalam usaha mempertahankan

keamanan ini telah berlangsung hingga saat ini dengan United Nations (PBB),

European Union dan bahkan dengan Rusia.63

Dalam melaksanakan aktivitasnya yang mencakup ketiga ruang lingkup

di atas, NATO melandaskan dirinya pada sejumlah asas, yaitu asas demokrasi,

asas kebebasan individual (individual liberty) dan aturan-aturan hukum yang

berlaku. Adapun maksud dari asas demokrasi merupakan pengakuan hak asasi

manusia dalam bidang politk, sosial dan juga ekonomi, seperti hak berpendapat,

hak kemerdekaan pers dan lainnya. 64 Asas demokrasi ini dapat dilihat dengan

merujuk ketentuan Pasal 12 North Atlantic Treaty pada bagian “… thereafter, the

Parties shall, if any of them so requests, consult together for the purpose of

                                                             62Lihat Pasal 1 ayat (1) Piagam PBB: “...To maintain international peace and security, and to that end..” dan Pasal 2(3): “All Members shall settle their international disputes by peaceful means in such a manner that international peace and security, and justice, are not endangered” 63 Lihat Strategic Concept for the Defence and Security of the Members of the North Atlantic Treaty Organization, adopted by Head of State and Goverment at the NATO Summit in Lisbon, 2010, h26, PDF Document dalam www.nato.int, URL:http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_82705.htm? Diakses terakhir tanggal 18 Mei 2015. 64 Hassim.M, Pendidikan kewarganegaraan 2, Quadra, 2011, Bogor, h. 34

Page 44: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

31 

 

 

reviewing the Treaty …” Dengan pengertian bahwa setelah perjanjian tersebut

berjalan selama kurang lebih 10 tahun, apabila dikehendaki oleh salah satu

anggota, perjanjian tersebut dapat dikaji ulang. Asas kebebasan individual dapat

diartikan sebagai pengakuan terhadap hak asasi manusia yaitu menikmati atau

memperoleh status sosial, ekonomi, dan juga dalam kebebasan dalam berpendapat

yang lebih sering diasumsikan dengan bidang politik. Sesuai dalam Pasal 2

menyinggung mengenai modifikasi yang dapat dilakukan dalam ratifikasi North

Atlantic Treaty tepatnya dalam kalimat “... by strengthening their free institutions,

by bringing about a better understanding of the principles upon which these

institutions are founded, and by promoting conditions of stability and well-being.

They will seek to eliminate conflict in their international economic policies …”

dan dalam Pasal 11 mengenai proses dan cara ratifikasi North Atlantic Treaty

sesuai dengan konstitusionalnya masing-masing yaitu “… This Treaty shall be

ratified and its provisions carried out by the Parties in accordance with their

respective constitutional processes ...” yang berarti Negara anggota NATO

diberikan kebebasan (walaupun tidak mutlak) dalam bagaimana mereka akan

menjalankan kewajibannya sesuai dengan konstitusi masing-masing Negara.

Sedangkan yang dimaksud asas aturan hukum yang berlaku (the rule of

the law) ialah aturan-aturan hukum yang mengacu pada prinsip-prinsip

pemerintahan dimana semua semua orang, lembaga dan entitas, publik dan

swasta, termasuk negara itu sendiri bertanggung jawab untuk menghormati dan

menegakkan hukum-hukum umum tersebut dan dengan demikian telah turut

Page 45: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

32 

 

 

mendukung standarisasi dan penegakkan norma-norma hak asasi manusia.65 Lebih

lanjut lagi the rule of the law menurut AV.Dicey melingkupi beberapa

karakteristik, yang pertama ialah supremasi hukum, dimana semua individual,

entitas dan lembaga termasuk negara merupakan subyek hukum. Kedua ialah

konsep keadilan yang menekankan pada hak dan kewajiban individu, hukum yang

berdasarkan pada kesalahan atau kelalaian dan pentingnya prosedur. Selanjutnya

ialah pembatasan kekuasaan, dalam artian pembagian kekuasaan yang seimbang

antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif sehingga dapat menciptakan

kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kemudian penggunaan metodologi

hukum umum, lembaga pengadilan yang independen serta dasar moral sebagai

pembentukan aturan hukum. 66 Asas aturan hukum tersebut dapat dilihat dalam

Pasal 12 North Atlantic Treaty dalam kalimat “… Including the development of

universal as well as regional arrangements under the Charter of the United

Nations for the maintenance of international peace and security …” dan berarti

bahwa NATO dalam mengkaji ulang pasal-pasalnya, akan menyesuaikan dengan

perkembangan dunia internasional dan regional untuk tujuan pemeliharaan

perdamaian dan keamanan internasional.

2.1.4 Perkembangan Terakhir NATO

Sebagai organisasi yang didirikan pada masa perang dingin dan

mempunyai tujuan sebagai alat untuk membendung komunisme, tahun 1991

                                                             65 http://www.un.org/ dalam United Nation and the Rule of The Law, URL: http://www.un.org/en/ruleoflaw/index.shtml, diakses terakhir tanggal 14 Mei 2015. 66 http://www.ourcivilisation.com/, The Rule of Law, URL: http://www.ourcivilisation.com/cooray/cooray.htm, diakses terakhir tanggal 15 Mei 2015.

Page 46: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

33 

 

 

merupakan tahun yang penting bagi NATO. Sebab pada tahun tersebutlah

organisasi Pakta Warsawa dibubarkan yang sekaligus menandai runtuhnya

pengaruh komunisme. Sebab apabila kita melihat dari tujuan terbentuknya NATO

diatas, berkahirnya perang dingin juga berarti berakhirnya eksistensi NATO

meskipun tidak terdapat referensi mengenai Uni Soviet dalam rumusan ketentuan

Nort Atlantic Treaty.67

Pasal-pasal dalam North Atlantic Treaty dirancang untuk melindungi

Negara-negara Eropa dari berbagai ancaman ataupun ketidakstabilan atau sebagai

bantuan konsultasi mengenai pengembangan keamanan yang tidak dibatasi dan

hingga kni ke 14 Pasal dalam The North Atlantic Treaty (1949) tersebut tida

pernah diubah. Sehingga asas-asas yang melandasi NATO pun tetap berlaku.

Sumirnya ketentuan dalam The North Atlantic Treat Tersebutlah yang kemudian

memungkinkan NATO dalam mengembangkan perannya dalam isu-isu diseluruh

dunia dan memperluas bidang kegiatannya.68

NATO mempublikasikan ‘The Stategic Concept’ atau dokumen pada

tahun 1991 yang berisikan tujuan pembentukan NATO yaitu sebagai pakta

pertahanan bagi anggotanya dengan penambahan konsentrasi pada usaha untuk

terus memperbaharui dan mempertahankan keamanan wilayah Eropa degan cara

kerjasama/rekanan bahkan dengan Negara-negara komunis. Dokumen ini terbuka

untuk umum. Pada tahun 1999, dokumen ini direvisi yang tidak hanya mencakup

                                                             67 Nato.inc, URL: http://www.nato.inc/docu/speech/2003/s031106b.htm , diakses terakhir tanggal 12 Mei 2015. 68 NATO transformation after the Cold War from 1989 to the present dalam www.nato.int

Page 47: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

34 

 

 

pertahanan saja, namun juga menjaga stabilitas perdamaian dengan jangkauan

wilayah yang lebih luas lagi.69

Contoh perluasan bidang kegiatan NATO tertuang dalam Pasal 5 dan 6

North Atlantic Treaty mengenai perluasan usaha dalam membela dan

mempertahankan keamanan negara-negara anggotanya, dan dalam Pasal 7 North

Atlantic Treaty untuk tetap siaga dalam usaha mencegah terjadinya krisis da aktif

dalam merespon krisis internasional. Serta bantuan konsultasi mengenai

pengembangan bidang keamanan, kerjasama pertahanan dan dialog-dialog yang

tercantum dama Pasal 4. Diperluas empat tahun sesudah perang dingin berakhir,

tepatnya dalam KTT NATO di Brussel. Program kerjasama dalam usaha

mencapai perdamaian dunia diciptakan. Program tersebut bernama European

Council dan yang belum mengadakan program Partnership for Peace dan telah

dirancang sedemikianrupa sehingga memungkinkan NATO untuk bekerjasama

dengan Negara yang bukan anggotanya dan tetap dapat melakukan hal-hal sesuai

dengan kehendak politiknya, anggarannya dan sesuai dengan kebutuhan

keamanannya.70 Masih dalam konteks Pasal 4, NATO dalam KTT nya juga

kemudian memperluas sisi politiknya sehingga pencegahan dan penyelesaian

berbagai masalah pun menjadi lebih efektif, seperti yang telah dijelaskan dalam

bab sebelumnya mengenai ruang lingkup NATO.

Seiring perkembangannya, terutama setelah peristiwa 11 September 2001

yang tejadi di Amerika Serikat, NATO memfokuskan usaha untuk mencapai

tujuannya pada aspek kerjasama antar Negara dan antar organisasi lainnya.                                                              69 NATO Handbook,2006, Public Diplomacy Division NATO, Brussel 1110, Belgium.h.19 70 Nato.inc, URL: http://www.nato.inc/docu/speech/2004/s040309a.htm , diakses terakhir tanggal 12 Mei 2015.

Page 48: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

35 

 

 

Terutama dalam badan intelijen sebagai respon terhadap ancaman teroris. NATO

juga memperkuat usahanya dalam mencegah Weapon of Mass Destruction

(WMD) dengan cara memberikan bantuan pelatihan terhadap badan militer negara

anggota ataupun Negara ‘Partnership’.71 Hingga saat ini, terorisme tersebut masih

merupakan prioritas NATO selain isu-isu lainnya.

2.2 NATO Sebagai Organisasi Internasional

2.2.1 Hubungan antara kedudukan, fungsi dan kewenangan

Organisasi Internasional

Organisasi Internasional ialah suatu wadah yang dibuat oleh masyarakat

internasional (baik antar-pemerintah dan antar non-pemerintah) secara sukarela

berdasarkan suatu tujuan yang sama.72 Organisasi Internasional sendiri merupakan

salah satu subyek hukum karena dalam pembentukannya terdapat aspek hukum

yang harus dipenuhi. Tercakup di dalamnya adalah adanya suatu perjanjian

(convenat, treaty, charter, statute) yang akan dijadikan dasar konstitusi organisasi

internasional tersebut yang memuat prinsip dan tujuan-tujuan terbentuknya serta

struktur dari sebuah Organisasi Internasional. Aspek hukum inilah yang dapat

disebut sebagai ‘Legal Personality’.

Selain hal tersebut terdapat pula beberapa syarat yaitu pertama, merupakan

himpunan atau beranggotakan negara-negara. Kedua, antara organisasi dengan

negara anggotanya harus memiliki perbedaan dalam kewenangan dan tujuan

sebagai pembatas, sehingga ke depannya nanti tidak akan terjadi kerancuan antara                                                              71 Op.Cit h.21 72 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Oranisasi Internasional, penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2004, h 5

Page 49: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

36 

 

 

pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi internasional tersebut.

Selanjutnya ialah adanya kewenangan hukum yang dapat diterima dan diterapkan

dalam melaksanakan kegiatannya.73 Dengan mempunyai kepribadian hukum

tersebut organisasi internasional dapat menjalankan fungsinya dalam hubungan

internasional seperti mengadakan perjanjian (Treaty-Making-Power), mempunyai

kekebalan atau Immunity , menjalin hubungan baik dengan negara anggota, negara

tuan rumah ataupun negara bukan anggota maupun organisasi internasional

lainnya, serta hak-hak istimewa dan kemampuan untuk menuntut dan dituntut di

depan pengadilan.74

Fungsi dari organisasi internasional secara umum dapat dibagi menjadi

sembilan, yaitu75 :

(1) sebagai alat negara untuk mengartikulasikan kepentingannya dalam pengertian

organisasi internasional dijadikan salah satu bentuk kontak dalam bentuk

forum atau diskusi

(2) sebagai aktor, forum, dan instrumen yang memberikan kontribusi bagi

aktivitas normatif dari sistem politk internasional, seperti dalam penetapan

nilai-nilai atau prinsip-prinspi non-diskriminasi

(3) sebagai fungsi untuk menari atau merekrut partisipan dalam sistem politik

internasional

                                                             73 Teuku May Rudi, 1993, Administrasi dan Organisasi Internasional, PT. Eresco, Bandung, h.22-23 74 Tercantum dalam Advisory Opinion of the the reparation forinjuries suffered in the service of the United Nation by International Court of Justice : ” ….the organization is an international person (…) that is a subject of international law and capable of possessing international rights and duties, and that it has capacity to maintain us rights by bringing international claims.” 75 Bennet, 1995, Fungsi Organisasi Internasional dalam situs www.psychologymania.com (www.psychologymania.com/2012/12/fungsi-organisasi-internasional.html?m=1) diakses tanggal 19 Mei 2015.

Page 50: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

37 

 

 

(4) sebagai ajang sosialisasi yang berlangsung pada tingkat nasional yang secara

langsung mempengaruhi individu-individu atau kelompok-kelompok di

sejumlah negara ataupun di antara negara-negara atau wakil mereka dalam

organisasi yans secara tidak langsung mempengaruhi penerimaan dan

peningkatan kerjasama negara-negara tersebut

(5) sebagai pembuat peraturan, dimana tidak ada suatu bentuk pemerintahan atau

struktur ynag jelas dalam pengadaan hukum internasional sehingga biasanya

didasarkan pada praktek masa lalu, perjanjian ‘ad hoc’ ataupun oleh

organisasi internasional.

(6) sebagai pelaksana peraturan yang pada prakteknya fungsi ini seringkali

terbatas pada pengawasan pelaksanaannya karena aplikasi sesungguhnya

terdapat di tangan negara anggota

(7) sebagai pengesah peraturan. Yang hanya akan terlihat jelas ketika ada pihak-

pihak negara yang bertikai, karena fungsi judikasi ini tidak dibekali oleh sifat

yang memaksa dan tidak mempunyai lembaga yang memadai

(8) sebagai sarana informasi, organisasi internasional dapat melakukan pencarian,

pengumpulan dan penyebaran informasi

(9) sebagai sarana operasional, dalam pengertian dimana orgnasisasi internasional

menjalankan sejumlah fungsi di banyak hal yang sama seperti di

pemerintahan. Contohnya ialah pada saat UNHCR (United Nations high

Commisioner for Refugees) yang membantu pengungsi, UNICEF (United

Nations Children’s Fund) yang melakukan perlindungan kepada anak, dan

sebagainya.

Page 51: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

38 

 

 

Sementara Teuku May Rudi menjelaskan terdapat tiga jenis fungsi dari organisasi

internasional, yaitu organisasi dengan fungsi administrasi, selanjutnya ialah

organisasi internasional dengan fungsi peradilan dan yang terakhir organisasi

internasional dengan fungsi politikal.76 Organisasi dengan fungsi administratif

sesuai namanya, hanya menjalankan kegiatan-kegiatan administratif saja, sebagai

contoh OPEC (Orgnization of The Petroleum Exporting Countries) yang

mengatur kuota serta harga minyak dunia, kemudian UPU (Universal Postal

Union) yang hanya mengatur kegiatan lalu-lintas dan ketentuan pos saja. Lain

halnya dengan organisasi ICJ (International Court of Justice), organisasi ini

merupakan contoh organisasi internasional dengan fungsi peradilan. Fungsi

terakhir dalam organisasi internasional mempunyai pengertian bahwa dalam

kegiatannya mereka menitiberatkan kepada masalah-masalah politik dunia

internasional.77 Organisasi internasional yang mempunyai fungsi tersebut dapat

menitikberatkan pola kerjasamanya dalam bidang-bidang tertentu saja, namun

demikian biasanya mereka tetap saja tidak dapat melepaskan sepenuhnya dalam

kaitannya terhadap bidang politik, sebagai contoh UN (United Nations).78

Selanjutnya, kewenangan organsisasi internasional dapat dikatakan sebagai

campuran antara hukum internasional dengan dasar konstitusinya. Umumnya

wewenang organisasi internasional dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu79 :

                                                             76 Ibid. 77 Ibid. 78 Teuku May Rudi, Op Cit, h. 8 79 Boer Mauna, 2000, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta, h.440-444

Page 52: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

39 

 

 

1. Wewenang Implisit

Yaitu wewenang yang dimiliki untuk melakukan sesuatu walaupun tidak secara

jelas disebut dalam piagam pembentukannya. Contohnya dengan mengijinkan

organ-organ tertentu membentuk badan subsider yang dianggap perlu sebagai

dalam pelaksanaan fungsinya.

2. Wewenang Normatif

Wewenang yang dimiliki organisasi internasional untuk membentuk norma-

norma hukum atau anggaran keuangan.

3. Wewenang Operasional

Kewenangan yang dimiliki diluar kewenangan normatif seperti memberikan

bantuan keuangan,ekonomi, militer dan sebagainya.

4. Wewenang Pengawasan

Kewenangan yang dimiliki organisasi untuk mengawasi anggota-anggota yang

tidak melaksanakan kewaiban-kewajiban yang telah disepakati sebelumnya.

5. Wewenang Sanksi

Kewenangan yang dimiliki organisasi internasional untuk memberikan sanksi

atas tiap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan anggotanya.

Maka sesuai dengan penjelasan diatas, suatu organisasi dapat dikatakan sebagai

organisasi internasional apabila ia mempunyai kepribadian hukum, yang

kemudian memungkinkan organisasi internasional tersebut menjalankan

fungsinya di dunia internasional serta kewenangan yang dimiliki sebagai akibat

dari pelaksanaan fungsi tersebut.

Page 53: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

40 

 

 

2.2.2 Kekhasan NATO sebagai Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat digolongkan menjadi beberapa bagian

menurut fungsi, tujuan , bentuk, ruang lingkup organsasi dan lainnya.80 Bila

dilihat dari wilayahnya, organisasi internasional dapat digolongkan menjadi dua

jenis yaitu regional, organisasi tersebut beranggotakan terbatas pada kawasan atau

Negara-negara tertentu, dan internasional, dimana semua negara dapat menjadi

anggota dan ruang lingkupnya tidak terbatas pada wilayah tertentu (sebagai

contoh PBB). Selanjutnya organisasi internasional dapat dibedakan menurut sifat

keanggotaannya, tertutup dan terbuka. Tertutup dalam pengertian Organisasi

Internasional tersebut hanya dapat dimasuki oleh negara-negara tertentu yang

mempunyai nilai-nilai sama dan disetujui secara bulat oleh negara-negara

anggota.

Organisasi Internasional juga dapat dibedakan berdasarkan bidang

kegiatan dan tujuan, yaitu antara organisasi politik dan organisasi teknik.

Organisasi politik mempunyai vokasi dan tujuan yang lebih luas dibandingkan

Organisasi teknik, yang hanya mempunyai wewenang dan tujuan tertentu saja.

Contoh dari organisasi teknik ialah badan-badan khusus PBB (UNESCO,

UNICEF dan lainnya) sementara Organisasi Negara-negara Amerika (OAS)

merupakan salah satu contoh dari Organisasi Internasional politik. Selain

pembagian diatas, Organisasi Internasional dapat pula dibedakan antara organisasi

yang berbentuk kerjasama dan organisasi dengan bentuk integrasi. Pada umumnya

organisasi-organisasi internasional merupakan organisasi dengan bentuk

                                                             80 Teuku May Rudi, Op Cit, h.72

Page 54: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

41 

 

 

kerjasama, dimana organisasi tersebut jarang mempunyai wewenang untuk

mebuat norma-norma yang bersifat mengikat negara-negara anggota. Sebaliknya,

organisasi internasional yang bersifat integrasi mempunyai wewenang dalam

bidang-bidang tertentu, sesuai dengan akte konstitutif, dapat membuat ketentuan-

ketentuan yang langsung berlaku di wilayah negara-negara anggotanya.81

Organisasi Internasional juga dapat dibedakan berdasarkan bidang

kegiatan dan tujuan, yaitu antara organisasi politik dan organisasi teknik.

Organisasi politik mempunyai vokasi dan tujuan yang lebih luas dibandingkan

Organisasi teknik, yang hanya mempunyai wewenang dan tujuan tertentu saja.

Contoh dari organisasi teknik ialah badan-badan khusus PBB (UNESCO,

UNICEF dan lainnya) sementara Organisasi Negara-negara Amerika (OAS)

merupakan salah satu contoh dari Organisasi Internasional politik.82

Selain pembagian diatas, Organisasi Internasional dapat pula dibedakan

antara organisasi yang berbentuk kerjasama dan organisasi dengan bentuk

integrasi. Pada umumnya organisasi-organisasi internasional merupakan

organisasi dengan bentuk kerjasama, dimana organisasi tersebut jarang

mempunyai wewenang untuk mebuat norma-norma yang bersifat mengikat

negara-negara anggota. Sebaliknya, organisasi internasional yang bersifat

integrasi mempunyai wewenang dalam bidang-bidang tertentu, sesuai dengan akte

konstitutif, dapat membuat ketentuan-ketentuan yang langsung berlaku di wilayah

negara-negara anggotanya.83

                                                             81 Boer Mauna, Op.Cit h. 647 82 Ibid 83 Ibid

Page 55: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

42 

 

 

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa NATO merupakan salah satu

organisasi internasional yang mempunyai bentuk kerjasama pertahanan kolektif

(Collective Security), merupakan organisasi dengan fungsi politik, dan berbentuk

kerjasama (Co-operative Organization). NATO juga merupakan organisasi

internasional yang menggalakkan pentingnya demokrasi serta penyelesaian

masalah dengan cara-cara damai, namun bila cara-cara diplomatis gagal, NATO

mempunyai kewenangan dalam penggunaan kekuatan militer yang diperlukan

untuk melakukan penyelesaian masalah baik dalam bentuk kerjasama dengan

negara atau organisasi internasional lainnya atau melakukan penyelesaian masalah

tersebut sendiri, NATO juga mempunyai kewenangan menggunakan kekuatan

militer dalam melakukan pertahanan kolektif. 84

Pertahanan kolektif ini tercantum dalam pasal 5, Piagam pembentukan

NATO yaitu :

“The Parties agree that an armed attack against one or more of them in Europe

or North America shall be considered an attack against them all and consequently

they agree that, if such an armed attack occurs, each of them, in exercise of the

right of individual or collective self-defence recognised by Article 51 of the

Charter of the United Nations, will assist the Party or Parties so attacked by

taking forthwith, individually and in concert with the other Parties, such action as

it deems necessary, including the use of armed force, to restore and maintain the

security of the North Atlantic area.

Any such armed attack and all measures taken as a result thereof shall

                                                             84 nato.int, Loc.Cit diakses terakhir tanggal 10 Mei 2015

Page 56: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

43 

 

 

immediately be reported to the Security Council. Such measures shall be

terminated when the Security Council has taken the measures necessary to restore

and maintain international peace and security.”

Ketentuan Pasal 5 di atas pertama kali diterapkan saat terjadi serangan

teroris terhadap Amerika Serikat di kawasan New York dan Washington D.C pada

tanggal 11 September 2001, yang selanjutnya dianggap sebagai bentuk

penyerangan terhadap aliansi.85 Kekhasan NATO lainnya ialah sebagai Organisasi

Internasional yang hanya berisikan 14 Pasal, NATO dapat menyesuaikan diri dan

berkembang seiring dunia internasional. Hal ini terbukti dari berbagai program

yang dikembangkan NATO, seperti Program Kerjasama dengan negara-negara

(Partnership for Peace) dan program konsultasi politik untuk negara-negara yang

menginginkannya.86

2.2.3 Kedudukan, Fungsi dan Kekuasaan NATO

NATO sebagai organisasi internasional merupakan salah satu subjek

hukum internasional dan sebelumnya harus mempunyai kepribadian hukum

(Legal Personality) sebagai cara untuk memperoleh keabsahan hukum sebagai

pelaku serta satuan tersendiri dalam hubungan internasional.

Keanggotaan NATO yang merupakan negara-negara merupakan hal umum

sebagaimana keanggotaan sebagian besar organisasi-organisasi internasional

lainnya. Negara sebagai subjek hukum internasional tentu telah memiliki ‘Legal

Personality’ yang jelas namun demikian organisasi internasional tidak dibenarkan                                                              85 What is NATO; an Introduction to The Transatlantic Alliance dalam Nato.int, Loc.Cit diakses terakhir tanggal 11 Mei 2015 86 www.nato.int , URL:http://www.nato.int/docu/speech/2004/s040309a.htm, Loc.Cit

Page 57: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

44 

 

 

secara hukum untuk menggunakan ‘Legal Personality´ tersebut. Organisasi

internasional tersebut perlu mempunyai suatu keabsahan sebagai suatu individu

tersendiri dan bukan hanya mengatasnamakan negara-negara anggotanya.

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mempunyai atau

memperoleh ‘Legal Personality’ yaitu pertama, merupakan himpunan

(keanggotaan) negara-negara, yang bersifat tetap dan dilengkapi struktur

organisasi yang lengkap.87 Keanggotaan ini telah jelas mengingat ke-28 negara-

negara anggota sementara struktur organisasi yang tetap telah diatur dalam pasal 9

North Atlantic Treaty ‘... The Parties hereby establish a Council, on which each

of them shall be represented, to consider matters concerning the implementation

of this Treaty ...’ dan diperjelas dalam situs resmi nya ‘www.nato.inc’.

Syarat kedua yaitu antara organisasi tersebut dengan negara anggotanya

memiliki perbedaan dalam hal kewenangan hukum dan tujuan. Syarat ini

mempunyai maksud sebagai pembatas ‘Legal Personality’ antara organisasi

internasional tersebut dengan negara anggotanya sehingga kedepannya tidak

terdapat kerancuan antara pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi

internasional tersebut.88

Syarat selanjutnya ialah adanya kewenangan hukum dalam organisasi

yang dapat diterima dan diterapkan dalam melaksanakan kegiatan pada ruang

lingkup-internasional dan bukan hanya dilakukan dalam ruang-lingkup nasional

salah satu atau masing-masing negara anggotanya.89 NATO telah menyiratkan

                                                             87 Teuku May Rudi, Op.Cit. h.22 88 Ibid. 89 Ibid.

Page 58: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

45 

 

 

maksud tersebut dalam pasal 10 North Atlantic Treaty ‘... The Parties may, by

unanimous agreement, invite any other European State in a position to further the

principles of this Treaty and to contribute to the security ...’, mengenai keputusan

bersama yang bulat dalam mengundang negara eropa lainnya untuk turut

berkontribusi dalam masalah keamanan wilayah Atlantik Utara dan menerapkan

sistem tersebut dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga keputusan apapun

yang diambil oleh NATO mendapat dukungan penuh dari negara-negara

anggotanya.

Selain ketiga syarat di atas, terdapat beberapa syarat yang menyangkut

hak-hak yang lebih khusus diantaranya kemampuan untuk mengadakan perjanjian

(treaty making power); adanya hak dan kewenangan secara hukum untuk

memiliki aset-aset berupa barang, modal peralatan, bangunan dan status khusus

bagi personalia yang diberikan kepercayaan atas nama organisasi; adanya

perlindungan fungsional terhadap staff dan personalia; hak organisasi yang

disertai pengakuan atau penerimaan Negara atau organisasi lain untuk mengirim

perwakilan menghadiri berbagai konferensi internasional yang berkenaan.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, NATO telah memenuhi

persyaratan dan telah mempunyai ‘Legal Personality´ yang jelas, sebagaimana

tercantum dalam pasal-pasal ‘The North Atlantic Treaty’. Dimana kedepannya,

NATO akan menggunakan pasal-pasal tersebut sebagai dasar dari berbagai bentuk

kerjasama dengan negara-negara dan Organisasi Internasional lainnya.

Page 59: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

46 

 

 

Teuku May Rudi menjelaskan terdapat tiga jenis fungsi organisasi

internasional. Pertama Oganisasi Administratif, dimana organisasi tersebut

berfungsi sepenunya hanya melaksanakan egiatan teknis secara adminstratif.

Contohnya ialah organisasi OPEC (Orgnization of The Petroleum Exporting

Countries) yang mengatur tentang kuota serta tingkat harga minyak, UPU

(Universal Postal Union) yang mengatur tentang lalu-lintas dan ketentuan

mengenai pos, ICRC (International Committee of the Red Cross) dan lainnya.

Jenis yang kedua ialah organisasi internasional dengan fungsi peradilan, segala

yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek politik,

ekonomi, hukum, sosial an budaya menurut prosedur hukum dan melalui proses

peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan perjanjian-perjanjian

internasional). Contoh dari fungsi organisasi internasional ini adalah ICJ

(International Court of Justice). Yang terakhir ialah organisasi dengan fungsi

politikal, dengan pengertian bahwa orgnisasi internasional tersebut dalam

kegiatannya menyangkut masalah-masalah politik dalam hubungan internasional.

Organisasi internasional ini dapat saja menitik-beratkan pola kerjasamanya dalam

bidang-bidang khusus, namun tetap saja tidak dapat melepaskan sepenuhnya

dalam kaitannya terhadap bidang politik. Sebagai contoh dalam organisasi

internasional yang menitik-beratkan fungsi nya dalam masalah perdamaian dan

keamanan yaitu UN (United Nations), ASEAN, NATO dan lainnya.90

Sehubungan dengan kedudukan NATO sebagai organisasi internasional,

fungsi NATO sebagai organisasi dapat dilihat pada dokumen resmi yang dapat

                                                             90 Teuku May Rudi, Op.Cit. h.8

Page 60: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

47 

 

 

diunduh dalam situs resmi nya ; “The Alliance is committed to protecting its

members through political and military means. It promotes democratic values and

is dedicated to the peaceful resolution of disputes. If diplomatic efforts fail, it has

the military capability needed to undertake collective defence and crisis-

management operations alone or in cooperation with partner countries and

international organizations”. NATO juga mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana

umumnya suatu organisasi internasional. Dan dalam membantu menjalankan

fungsinya, NATO mempunyai kewenangan sesuai dengan yang tercantum dalam

piagam pebentukannya dan hukum internasional pada umumnya. Yaitu dalam

Pasal 2 Piagam Pembentukan NATO mengenai wewenang mengadakan

kerjasama ekonomi dan pertahanan, Pasal 9 piagam pembentukan NATO terdapat

wewenang untuk membuat badan subsider, ataupun Pasal 10 mengenai kerjasama

dengan negara-negara lain dalam bidang keamanan.

2.2.4 Misi-Misi Perdamaian NATO

NATO merupakan salah satu dari bentuk organisasi internasional yang

berbasis regional, meliputi daerah Amerika Utara dan Eropa, sehingga Kekuasaan

NATO hanya dapat dijalankan di daerah-daerah tersebut. Tujuan daripada

pembentukan NATO ialah untuk menjamin stabilitas keamanan khususnya di

daerah Amerika Utara dan Eropa Barat, dan memiliki tujuan umum untuk turut

membantu menjaga perdamaian, kemananan dan stabilitas ekonomi politik dunia.

Sehingga sebagai pengaplikasian tujuan-tujuan tersebut, NATO membuka

kesempatan pengadaan bantuan dalam bentuk kerjasama dengan Negara-negara

Page 61: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

48 

 

 

lain yang bukan anggota NATO, yang menyebabkan ruang lingkup NATO

bertambah luas.

Misi-misi perdamaian yang dijalani NATO hingga saat ini ialah the

International Security Assistance Force (ISAF) di Afghanistan, dimana tujuan

utama NATO ialah untuk medukung Afghanistan menciptakan pemerintahan yang

stabil sehingga rekonstruksi dan pengembangan dalam negeri dapat berjalan

dengan lancer. Kemudian misi perdamaian di Kosovo sejak juni tahun 1999,

patroli keamanan oleh kapal-kapal aliansi di Laut Tengah untuk memonitor dan

menghambat aktivitas teroris. Membantu melawan bajak laut yang sering menjadi

masalah di teluk Aden dan sepanjang laut Afrika. Pelatihan khusus untuk

memperkuat efektifitas pasukan militer Iraq. Memimpin operasi militer di Libya

berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB dimana NATO dan sekutu-

sekutunya. Melaksanakan embargo senjata dan melakukan larangan kawasan

terbang (no-fly zone) dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam

upaya melindungi penduduk sipil dan kawasan pemukiman penduduk sipil dari

penyerangan-penyerangan militer. Selain misi-misi ini, NATO juga terlibat dalam

aktivitas-aktivitas lain dalam pelaksanaan kerjasama dengan sekutu-sekutu

NATO, melingkupi pembaharuan militer dan politik, pelatihan strategi militer,

kerjasama dalam bidang ilmu pengetahuan, pemberian informasi-informasi dan

penyelesaian masalah kemanusiaan.91

                                                            91 What is NATO; an Introduction to The Transatlantic Alliance , nato.int URL;http://www.nato.int/cps/en/SID-8C5FCDD9E6E17F41/natolive/what_is_nato.htm, 16 Mei 2015.  

Page 62: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

49  

BAB III

PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL SERANGAN NATO TERHADAP LIBYA

3.1 Tinjauan Umum terhadap Libya di bawah Pemerintahan Moammar

Gadaffi

Secara umum, Libya ialah sebuah negara di wilayah Afrika Utara yang

berbatasan dengan Laut tengah di Utara, Mesir di sebelah Timur, Sudan di

Tenggara, Chad dan Niger di sebelah Selatan dan Aljazair serta Tunisia di Barat.92

Negara ini pada mulanya merupakan negara dengan bentuk pemerintahan kerajaan

dengan Raja Idris I sebagai pemimpin pemerintahannya sebelum akhirnya

Moammar Gaddafi berhasil melakukan kudetanya pada tahun 1951, dan kemudian

menjadikan dirinya sebagai penguasa De Facto Libya. 93

3.1.1 Sejarah Pemerintahan Moammar Gaddafi di Libya

Pada masa kepemimpinannya, Gadaffi menghapus Dewan Konstitusi

Libya 1951 dan membuat suatu peraturan hukum baru yang didasarkan kepada

ideologinya, dan hingga sekarang masih dikenal sebagai ‘The Green Book’.

Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang penulisan karya ilmiah ini,

pemerintahan Gadaffi jauh dari pemerintahan yang ideal bagi masyarakatnya.

Walaupun dalam doktrin ‘The Green Book’ nya Gadaffi menganut asas demokrasi

namun dalam faktanya orang-orang yang menduduki jabatan-jabatan penting di

pemerintahan merupakan mereka yang loyal kepada Gadaffi, yang berakibat

kekuasaan Gadaffi terjamin mutlak telah berada di tangannya. Begitu pula dengan                                                              92 Boardcreations.blogspot.com, URL: http://boardcreations.blogspot.com/2014/12/negara-libya.html, diakses terakhir pada tanggal 15 Mei 2015. 93 Ibid

Page 63: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

50 

 

 

keadaan militer Libya sengaja dibuat lemah sehingga kemungkinan untuk

melakukan kudeta sangatlah kecil, mengingat unit-unit terkuat dalam militer di

Libya dipegang oleh mereka yang loyal kepada Gadaffi.

Libya merupakan negara penghasil minyak yang menempati urutan ke-17

tertinggi di dunia namun ironisnya rakyat di Libya justru jauh dari kesan makmur.

Berdasarkan data, sekitar 20,74 % masyarakat Libya merupakan pengangguran

dan sepertiga dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan yang ditentukan

Negara.94 Namun demikian, terdapat beberapa hal positif yang berhasil dicapai

dalam pemerintahan Gaddafi ini, yaitu karena hampir 58% pemasukan Libya

berasal dari sektor industri minyak, maka pemerintah daerah memerlukan lebih

sedikit pajak penghasilan dari industri-industri lain sehingga mereka mempunyai

lebih sedikit beban untuk mengembangkan potensi dan ekonomi masyarakat kelas

menengah, Libya GDP perkapita, Human Development Index serta kemampuan

untuk membaca dan menulis jauh lebih baik daripada Negara-negara tetangganya

(Mesir dan Tunisia) dan merupakan yang tertinggi di benua Afrika, bahkan

mengalahkan Saudi Arabia.95 Negara ini juga mempunyai program sistem dalam

pengembangan kesejahteraan masyarakatnya, yaitu akses dalam memperoleh

pendidikan tanpa membayar, pelayanan kesehatan gratis, bantuan keuangan dalam

pemberdayaan hidup masyarakat dan akses air bersih secara cuma-cuma lewat

pembangunan Great Manmade River.96

                                                             94 www.viva.co.id , URL: http://sorot.news.viva.co.id/news/read/207837-harta-di-balik-jubah-sang-kolonel-, diakses tanggal 18 Januari 2015. 95 www. http://stats.oecd.org/, dalam Wikipedia..co.id, URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_PDB_(KKB)_per_kapita 96 www.globalresearch.ca/, URL: http://www.globalresearch.ca/libyas-water-wars-and-gaddafis-great-man-made-river-project/5334868 diakses tanggal 18 januari 2015.

Page 64: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

51 

 

 

Libya dalam masa pemerintahan Gaddafi merupakan salah satu negara

yang bermasalah pada bidang pembangunan, dapat dilihat dari salah satu daerah

yang memiliki perekonomian terburuk di bagian Timur, yang justru merupakan

tempat dimana Gadaffi memproduksi minyak mentah, dan selain program akses

air bersih dan pemberdayaan hidup masyarakat tidak ada infrastruktur /

pembangunan lagi di Libya, bahkan program pelayanan kesehatan gratis yang

dicetuskan Gaddafi dianggap sangat tidak layak oleh masyarakat Libya, hal ini

dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Libya yang mencari penanganan medis

di negara-negara tetangga, seperti Tunisia dan Mesir.97

Layaknya negara-negara yang dikuasai oleh pemerintahan absolut, korupsi

dengan tingkat parah terjadi, sebagian besar dari perekonomian di Libya dikuasai

oleh Gaddafi, keluarganya beserta loyalis Gaddafi yang berhasil menguasai

perekonomian melalui cara-cara politiknya98. Pada tahun 2009 sampai 2011,

menurut laporan dari lembaga Freedom Press Index99, Libya merupakan Negara

yang paling rendah dalam hak kebebasan pers di daerah Timur Tengah dan Afrika

Utara, pembatasan hak untuk bersuara juga dilakukan, hal ini terbukti dalam

Undang-undang 75 tahun 1973 dan dalam Undang-undang tahun 1974, Gaddafi

menyatakan siapapun yang mendirikan partai politik akan dieksekusi, namun pada

tahun 1977, ketika Gaddafi memperkenalkan sistem Jamahiriya, ia juga

                                                             97 archives.dailynews.lk/, URL: http://archives.dailynews.lk/2011/10/22/fea02.asp , diakses tanggal 18 januari 2015. 98 www.nytimes.com , URL: http://www.nytimes.com/2011/03/10/world/africa/10qaddafi.html?_r=0, diakses pada tanggal 18 Mei 2015. 99 freedomhouse.org, URL: https://freedomhouse.org/report-types/freedom-press#.VV63aI6qqko, diakses pada tanggal 18 Mei 2015.

Page 65: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

52 

 

 

membentuk komite revolusioner sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran

politik masyarakat, dimana sistem komite revolusioner ini merupakan partisipasi

langsung dari para perwakilan partai-partai tradisional, seiring waktu, kedudukan

serta kekuatan daripada komite revolusioner berkembang, dan sering menjadi

sumber ketegangan dalam Jamahiriya, hingga Gaddafi sendiri mengkritisi

efektifitas dan kekuasaan Komite Revolusioner akhirnya dibatasi pada akhir tahun

1980. Pada tahun 2009, Gaddafi berpidato tentang periode politik baru dan cukup

membuat masyarakat tergerak, yang meliputi pemilihan umum posisi-posisi

penting dalam pemerintahan (seperti perdana menteri, menteri-menteri, posisi

penasehat keamanan Negara) dan berjanji akan mengikutsertakan pihak-pihak

pengawas internasional demi menjamin pemilihan yang adil.

3.1.2 Perlawanan Kelompok Oposisi terhadap Pemerintahan Moammar

Gaddafi

Pada awalnya merupakan aksi protes terhadap pemerintahan Gaddafi,

masyarakat menuntut pelaksanaan program bantuan pemerintah dan penanganan

korupsi politik yang terjadi di Libya. Di daerah Bayda, Derna, Benghazi, Bani

Walid dan kota-kota lainnya, aksi anarkis terjadi, para demonstrans menyerang

dan berhasil menguasai kantor-kantor pemerintahan serta menyerang pekerja-

pekerja pemerintah, dan mulai memuncak pada tanggal 15 Februari 2011, di mana

sekitar 500 hingga 600 demonstran berkumpul melakukan aksi protes atas

Page 66: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

53 

 

 

penahanan Fathi Terbil, pejuang hak asasi manusia100 dan aksi tersebut mendapat

perlawanan dari pihak kepolisian setempat, dimana 38 orang terluka, 10 di

antaranya ialah anggota kepolisian, di kota Bayda dan Zintan juga berkumpul para

demonstran yang melakukan tindakan anarkis sebagai aksi ketidakpuasan

terhadap pemerintahan Gaddafi dan kepolisian Libya merespon dengan tindakan

kekerasan pula, seperti pemakaian ‘water canon’ dan senjata api kepada para

demonstran (yang juga bersenjata) sampai pada tanggal 18 Februari 2011, pihak

kepolisian terpaksa mundur akibat kewalahan menghadapi demonstran, dan

banyak dari anggota kepolisian di daerah-daerah tersebut berbalik bergabung

dengan para demonstran dan pemerintah Gaddafi membalasnya dengan

menggunakan senjata kepada para demonstran, pada saat itu korban tewas

diperkirakan mencapai 49 orang101, sedangkan penduduk di Benghazi

memperkirakan korban telah mencapai 200 orang dan pada tanggal 20 Februari,

protes mulai menyebar dan situasi memanas, dan pemerintah berupaya mengatasi

keadaan tersebut dengan menyerukan bahwa mereka akan mempertahankan Libya

dan mengatasi situasi tersebut dan tidak akan membiarkan Al Jazeera, Al Arabiya

dan BBC menipu bangsa Libya (We will fight to the last man and woman and

bullet. We will not lose Libya. We will not let Al Jazeera, Al Arabiya and BBC

trick us) 102 dan tampak jelas bahwa pemerintah Libya menyalahkan situasi

                                                             100 http://id.muslimvillage.com/ URL: http://id.muslimvillage.com/2011/02/17/8955/libyans-in-fiery-clash-with-government-officials/ , diakses tanggal 18 januari 2015. 101 http://www.theguardian.com/, URL: http://www.theguardian.com/world/2011/feb/18/libya-protests-massacres-reported, diakses terakhir pada tanggal 18 Januari 2015 102 http://www.xinhuanet.com/english/, URL: http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2011-02/21/c_13741080.htm, diakses tanggal 18 januari 2015.

Page 67: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

54 

 

 

tersebut kepada pihak luar, khususnya pada Israel yang memang menyuarakan

kepada para pemimpin negara Arab untuk tetap bersikap wajar terhadap situasi-

situasi tersebut, hari-hari berikutnya Gaddafi menyerukan propaganda kepada

masyarakat agar tidak mempercayai berita-berita yang bersumber dari luar (selain

berita resmi dari pemerintahan Gaddafi) dan pidato propaganda Gaddafi semakin

tidak jelas arah dan tujuannya sebab dalam kurun waktu 24 jam, ia kembali

melaksanakan propaganda dengan menyalahkan pihak asing dan menyatakan

bahwa para demonstran sudah diperdayai oleh mereka, dan hal-hal tersebut

hanyalah halusinasi semata dan Gaddafi menolak mengundurkan diri sebab ia

tidak memiliki jabatan resmi di mana ia bisa mundur kemudian menyalahkan

situasi pemberontakkan kepada “Islamis” dimana ia berpendapat bahwa keadaan

tersebut telah diatur di Bayda dan Derna, ia juga menyerukan kepada para

pendukungnya untuk mengambil kembali fasilitas-fasilitas yang telah diduduki

oleh para demonstran, ia juga mengutarakan bahwa ia belum memerintahkan

penggunaan kekerasan dan memperingatkan bahwa bila ia melakukannya maka

mereka akan hancur, namun dalam faktanya, pemerintahan Gaddafi telah

melaksanakan suatu penggunaan kekerasan dalam upaya mengatasi

pemberontakkan, bahkan dalam laopran dari pengamat HAM, diperkirakan

korban tewas hingga 22 Februari telah mencapai 232 orang103. Tanggal 23-24

Februari, terjadi perebutan daerah kekuasaan antara Gaddafi dengan para

demonstran, dimana berjatuhan banyak korban, terutama para pelajar, Gaddafi

meresponnya dengan ucapan turut berduka dan kembali menyalahkan tindakan                                                              103http://www.aljazeera.com/,URL: http://www.aljazeera.com/news/africa/2011/02/201122261251456133.html, diakses tanggal 18 januari 2015.

Page 68: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

55 

 

 

para pelajar kepada halusinasi yang ditanamkan oleh produk-produk asing dan

pada tanggal 25 Februari, untuk pertamakalinya kota Tripoli dimasuki oleh para

demonstran meskipun pasukan Gaddafi berhasil mempertahankan Tripoli dan

pada tanggal 26 Februari, banyak diantara pasukan Gaddafi beralih mengikuti

para pemberontak dan telah ada rencana untuk membentuk suatu organisasi, pada

hari itu, Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama dan Menteri Luar Negeri

AS, Hillary Clinton mendesak Gaddafi untuk mundur dari kekuasaan demi

mencegah tindakan kekerasan lebih lanjut.

‘Dewan Transisi Nasional’ yaitu suatu organisasi yang merupakan bentuk

aspirasi para demonstran dalam usahanya untuk mengubah Libya terbentuk pada

tanggal 27 Februari 2011, di Benghazi, dengan tujuan utama dari pembentukan

‘Dewan Transisi Nasional’ bukanlah untuk menggantikan pemerintah tandingan

dengan pemerintah Moammar Gaddafi melainkan untuk mengatur gerakan-

gerakan pemberontakan di daerah-daerah lain dan untuk menunjukan keberadaan

pihak oposisi kepada dunia Internasional. Dewan Transisi Nasional kemudian

mendeklarasikan dirinya sebagai satu-satunya wakil dari Negara Libya yang pada

tanggal 10 Maret tahun 2011 diakui oleh Perancis dan Portugal dan Dewan Eropa

(European Council) mendorong negara-negara di wilayah Eropa untuk mengakui

Dewan Transisi Nasional sebagai satu-satunya perwakilan Negara Libya.

Situasi makin memanas dan Perdana Menteri Inggris mengusulkan

rencana zona larangan terbang untuk mencegah Gaddafi mengangkut dan

menggunakan tentara bayaran serta mencegah penggunaan pesawat militer serta

helicopter lapis baja kepada penduduk sipil, kembali Menteri Luar Negeri AS,

Page 69: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

56 

 

 

Hillary Clinton, mendesak Gaddafi untuk mundur demi mencegah jatuhnya

korban lebih lanjut, Menteri Pertahanan Australia, Stephen Smit menegaskan

bahwa pemerintah Australia sedang mempertimbangkan penggunaan opsi milter

terhadap Gaddafi, sebab kecil kemungkinan niat Gaddafi untuk mundur, pada

tanggal 2 Maret 2011, pihak Oposisi secara resmi meminta kepada PBB

(Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk memberlakukan zona larangan terbang dan

melakukan serangan udara terhadap pasukan Gaddafi, gagasan Zona Larangan

terbang tersebut didukung pula oleh organisasi internasional Liga Arab juga

didukung oleh kerjasama negara-negara Africa (African Union).104 Pihak Oposisi

juga menolak dialog damai dengan Gaddafi yang disponsori oleh Presiden

Venezuela, Hugo Chávez, dan melanjutkan upaya untuk menduduki daerah-

daerah dibawah kekuasaan Gaddafi, seperti kota Sirte, yang merupakan daerah

asal dan benteng Gaddafi sementara Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan negara-

negara Timur Tengah bekerjasama dalam mewujudkan resolusi larangan Zona

terbang (No-Fly Zone) bagi Libya.

Pada tanggal 17 Maret 2011, pasukan Gaddafi berhasil menduduki

Gerbang Selatan kota Ajdabiya dan menyegel gerbang Timur serta memasuki kota

pelabuhan kecil Zuwetina ke arah Barat Laut kota Ajdabiya, Gaddafi kembali

menyatakan bahwa ia bersumpah akan menyerang kota Benghazi di malam yang

sama dan menjanjikan amnesti kepada pemberontak yang menyerah secara damai

dan pasukannya tidak akan menunjukan belas kasihan kepada mereka yang terus

                                                             104 Ibid

Page 70: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

57 

 

 

berjuang.105 Pemimpin pemberontak, Mustafa Abdul Jalil mengatakan bahwa

pihak pemberontak tidak akan mundur dan tidak akan terintimidasi. Pada hari itu

jugalah, Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1973 (2011) mengenai Zona

Larangan Terbang diadopsi oleh PBB.106

Pada tanggal 19 Maret 2011, koalisi Intervensi militer pun dimulai. Para

anggota NATO mulai melakukan intervensi militer atas dasar penegakan Resolusi

1973 (2011) mengenai Zona Larangan Terbang yang berisi tentang tuntutan

gencatan senjata dan pengakhiran tindakan kekerasan terhadap penduduk sipil,

pemberlakuan zona larangan terbang di daerah Libya, pengaturan sarana-sarana

yang diperlukan untuk menjamin dan melindungi penduduk sipil, menegaskan

embargo senjata terutama pada para tentara bayaran dengan inspeksi-inspeksi

paksa terhadap kapal dan pesawat, pelarangan terbang untuk penerbangan-

penerbangan Libya, pembekuan asset-aset yang dimiliki oleh otoritas Libya serta

menegaskan penggunaan asset-aset tersebut harus digunakan untuk kepentingan

masyarakat Libya, mempersempit pemberlakuan larangan perjalanan dan

pembekuan aset-aset dalam Resolusi 1970 tersebut ke sejumlah individu dan

entitas di Libya dan membentuk dewan khusus untuk memantau dan mendorong

pemberlakuan sanksi. 107

                                                             105 Aljazeera.com, URL: http://www.aljazeera.com/news/africa/2011/03/2011317645549498.html, diakses tanggal 3 Januari 2015. 106 UN.org/news/, URL: http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37808, diakses tanggal 3 Januari 2015. 107 http://www.un.org/, URL: http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37808&Cr=libya&Cr1=#.VL8URdKUewY, diakses tanggal 18 januari 2015

Page 71: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

58 

 

 

Hal ini menguntungkan bagi pihak Oposisi, sebab setelah pengadopsian

Resolusi 1973, pertempuran Ajdabiya dan pertempuran kedua di Benghazi, para

anggota oposisi yang sebagian besar merupakan penduduk sipil yang bersenjata

tidak mempunyai kepemimpinan dan komunikasi yang kurang baik sehingga

mereka dengan cepat menjadi kacau dan terpaksa mundur. Dengan meningkatnya

frekuensi dan kekuatan dalam setiap serangan NATO, dukungan dari Masyarakat

Internasional dan pembelotan-pembelotan yang terjadi dalam pasukan-pasukan

elit Gaddafi sendiri, pada akhir bulan Mei, pasukan Oposisi mampu memaksa

pasukan Gaddafi keluar dari Misratadan memulai upaya untuk penguasaan

wilayah. 108

Dari bulan Juni sampai dengan awal Agustus, pihak oposisi mulai maju

dan fokus menduduki kota-kota di daerah Barat dan Dewan Transisi Nasional

mendapat pengakuan Internasional dari Amerika Serikat dan negara-negara lain,

membuka kedutaan dan kantor-kantor diplomatik di ibu kota negara-negara lain

dan meskipun pembunuhan terhadap Komandan Militer, Jenderal Abdul Fatah

Younis terjadi, pihak Oposisi yang berbasis di penggunungan Nafusa dengan

berani bergerak menuju daerah sekitar Laut Mediterania dan bergerak maju dari

Misrata menuju bagian Utara dan Timur dimana para loyalis berada. Sekitar

pertengahan Agustus hingga tanggal 23 Oktober, perimeter pertahanan Gaddafi di

Tripoli mulai hancur yang menyebabkan Gaddafi dan para loyalisnya pelan tapi

pasti bergerak meninggalkan Tripoli, banyak dari loyalis Gaddafi ditangkap atau

terbunuh dalam peperangan tersebut, termasuk putra bungsu Gaddafi, Khamis dan                                                              108 http://www.theguardian.com/, URL: http://www.theguardian.com/world/2011/mar/23/libya-no-fly-zone-leadership-squabbles , diakses tanggal 18 januari 2015.

Page 72: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

59 

 

 

pos-pos pertahanan tersebut akhirnya runtuh di bawah serangan efektif yang

dilakukan NATO dan Pasukan Oposisi. Pada akhir bulan Desember, Dewan

Transisi Nasional telah diakui oleh PBB, Liga Arab dan Uni Afrika sebagai

otoritas pemerintahan yang sah dari Negara Libya dan dengan demikian telah

memperoleh pengakuan dari sebagian besar negara di dunia. Di saat-saat terakhir,

pihak Oposisi dengan gencar menyerang pos-pos pertahanan Gaddafi di Sirthe,

dan Gaddafi akhirnya tertangkap di Sirthe109 setelah mengalami luka-luka yang

cukup parah, Gaddafi kemudian meninggal dalam penahanan.110

3.1.3 Kualifikasi Konflik Bersenjata di Libya Dalam Persepektif Hukum

Internasional

Menurut William S. Lind, pengkategorian tentang perang yang disebutnya

sebagai Fourth Generation Warfare terbagi dalam empat generasi, yaitu111 :

a) First generation warfare

Masa ini ialah masa bermunculannya nation-state, yang menggantikan

eksistensi klan-klan, aliansi kota dan sebagainya, dimana kepemilikkan

senjata dimonopoli oleh negara dan peperangannya mengutamakan tactic

of line and column, yaitu pasukan A dan pasukan B berbaris saling berbaris

dan saling bertukar tembakan begitu seterusnya sampai salah satu pihak

kehabisan pasukan atau mundur.

a) Second Generation Warfare

                                                             109 http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-15385955, diakses tanggal 22 Mei 2015. 110 http://www.reuters.com/article/2011/10/20/us-libya-idUSTRE79F1FK20111020, diakses tanggal 22 Mei 2015. 111 http://pusbangsdmgrupag.blogspot.com, Url : http://pusbangsdmgrupag.blogspot.com /2012/12/wajah-perang-telah-berubah-suryanto.html, diakses tanggal 24 Mei 2015.

Page 73: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

60 

 

 

Pada saat ini, militer mulai berkembang dan menitikberatkan serangan pada

taktik yang lebih fleksibel dan penerapan prinsip-prinsip manuver,

concealment dan artileri (indirect fire), mulai ada penambahan tentang

garis pertahanan yang dilengkapi dengan bunker-bunker.

b) Third Generation warfare

Ditandai dengan adanya strategi militer yang bersifat non linear dan

melakukan serangan langsung ke markas lawan yang pada intinya

menitikberatkan pada serangan langsung tanpa mendekati daerah lawan

dengan tujuan untuk menghancurkan pasukan militer lawan dan juga

memperhatikan pertahanan militer, salah satu contoh dapat diambil dari

serangan Jerman, Blitzkrieg, pada pembukaan Perang Dunia ke-2.

c) Fourth Generation warfare

Merupakan jenis peperangan yang terjadi tidak hanya antar suatu negara

dengan negara lain, namun juga terjadi antara negara dengan aktor-aktor

bukan negara (gerakan teroris, mafia, gerilyawan, dan lainnya termasuk

rakyatnya). Perang ini dapat menjadi perang yang dapat dilakukan tanpa

medan tempur yang terdefinisi dengan jelas, garis pemisah antara rakyat

sipil dan militer juga menjadi semakin tidak jelas. Perang ini akan terjadi

dalam seluruh segi kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

militer.

Page 74: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

61 

 

 

Dalam Hukum Humaniter sendiri, dikenal dua jenis peperangan

berdasarkan sifatnya,112 yaitu konflik bersenjata internasional dan konflik

bersenjata non-internasional yang mana perbedaannya terletak pada pihak-pihak

yang bersengketa. Konflik bersenjata internasional ialah perang antara dua negara

atau lebih dan tercantum dalam Common Article 2 Konvensi Jenewa 1949113

berserta Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 96 ayat (3) Protokol Tambahan I tahun 1977.

Berdasarkan Konvensi Jenewa 1949, konflik yang terjadi antara dua negara atau

lebih terdiri dari tiga situasi yaitu Perang yang dilakukan dengan cara-cara yang

sah ; dalam hal ini perang yang didahului dengan pernyataan perang (declaration

of war); maupun peperangan yang tidak melakukan pernyataan perang

(declared/undeclared war). Kemudian peperangan yang diikuti dengan adanya

invasi atau pendudukan dari pihak musuh (occupation) baik yang di dalamnya

menemui perlawanan maupun yang tidak dan dalam situasi yang menegaskan

dimana pihak dalam peperangan atau yang bersengketa adalah para pihak atau

bukan pihak pada Konvensi Jenewa 1949, yang mana hal tersebut tidak

menyebabkan tidak berlakunya Konvensi itu sendiri.

Sementara sengketa bersenjata non-internasional ialah perang yang

melibatkan negara dengan pemberontak di dalam negara. Ketentuan mengenai

                                                             112www.adh-geneva.ch/RULAC/,URL:http://www.adh geneva.ch/RULAC/qualification_of_armed_conflict.php, diakses terakhir pada tanggal 24 Februari 2015. 113 In addition to the provisions which shall be implemented in peace-time, the present Convention shall apply to all cases of declared war or of any other armed conflict which may arise between two or more of the High Contracting Parties, even if the state of war is not recognized by one of them. The Convention shall also apply to all cases of partial or total occupation of the territory of a High Contracting Party, even if the said occupation meets with no armed resistance

Page 75: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

62 

 

 

jenis konflik bersenjata tersebut tercantum dalam common article 3 Konvensi

Jenewa 1949114 dan Protokol Tambahan II tahun 1977.

Berdasarkan penjelasan mengenai kategori perang di atas, maka konflik

yang terjadi di Libya merupakan jenis perang dalam kategori perang generasi

keempat (Fourth Generation warfare) dimana konflik militer tersebut disebabkan

ketidakpuasan rakyat Libya terhadap pemerintahan Moammar Gaddafi, yang

meliputi segala aspek kehidupan dan dalam perkembangannya, garis pemisah

antara rakyat sipil dengan militer menjadi semakin kabur.

Terkait dengan sifat daripada konflik itu sendiri, perlu kiranya diketahui

mengenai status kaum pemberontak di Libya itu sendiri dalam dunia internasional.

Sebagaimana yang telah diketahui sejak dulu bahwa subyek hukum internasional

ialah Negara, karena dalam Hukum Internasional, ketentuan-ketentuan yang diatur

umumnya berkenaan dengan hak-hak, kewajiban-kewajiban dan kepentingan-

kepentingan negara-negara, namun seiring perkembangan dunia internasional115

dan praktek-praktek internasional yang terjadi telah memperluas jangkauan atas

subyek-subyek internasional menjadi Lembaga-lembaga dan Organ-organ

Internasional,116 bagian-bagian Negara (negara-negara bagian),117 Kaum

Beligerensi (para pemberontak),118 individu-individu,119 tahta suci Vatikan,120

                                                             114 In the case of armed conflict not of an international character occurring in the territory of one of the High Contracting Parties, each Party to the conflict shall be bound to apply, as a minimum, the following provisions… 115 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, h. 80 116 Ibid, h. 85. 117 Ibid. 118 Ibid 119 J.G Starke, loc.cit. 120 Ibid, h. 2.

Page 76: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

63 

 

 

Palang Merah Internasional, 121 Wilayah perwalian,122 dan bangsa yang sedang

memperjuangkan haknya.123

Untuk kaum beligerensi (dalam internationalized internal armed conflict),

memang tidak terdapat syarat-syarat yang pasti untuk dapat mengatakan suatu

entitas sebagai kaum beligerensi yang mempunyai personalitas internasional.

Menurut Antonio Cassese agar pemberontak dapat menjadi suatu subyek

internasional maka pemberontak tersebut harus membuktikan bahwa mereka

mempunyai kontrol yang efektif dari sebagian teritori negaranya dan akibat serta

partisipasi masyarakat harus mencapai tingkat intensitas dan waktu tertentu, serta

negara (baik negara dimana pemberontak berada dan juga negara-negara lainnya)

untuk memberikan atau tidak memberikan, walaupun hanya secara implisit,

pengakuan terhadap kaum pemberontak, dengan atau tanpa syarat di atas

terpenuhi.124

Personalitas internasional suatu kaum pemberontak juga mempunyai

batasan-batasan, yaitu tergantung pada pandangan dan perlakuan subyek-subyek

internasional lain terhadapnya sehingga secara teori, jika seluruh anggota suatu

komunitas internasional menganggap bahwa kaum pemberontak tersebut tidak

mempunyai ataupun tidak memenuhi keseluruhan unsur-unsur yang diperlukan,

maka kaum pemberontak tersebut akan mengalami kesulitan dalam

memperjuangkan hak-haknya dan menjalankan tugasnya dalam statusnya sebagai

subyek internasional bagaimanapun kuatnya dan efektif kekuasaan kaum

                                                             121 Ibid, h. 3. 122 I Wayan Parthiana, op.cit, h. 19. 123 Ibid. h. 19. 124 Antonio Cassese, International Law Second Edition, Oxford University Press, New York, 2005, h. 125.

Page 77: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

64 

 

 

pemberontak dalam suatu wilayah di negaranya, namun dalam prakteknya tidak

selalu demikian, sebab dalam suatu komunitas internasional terdapat kepentingan-

kepentingan politik serta ideologi-ideologi yang berbeda dan negara-negara lain

pun dalam beberapa hal mendapat keuntungan bila kaum pemberontak diakui

sebagai suyek independen, seperti perlindungan dalam teritorial dalam suatu

negara yang mengalami pemberontakan dimana warga-warga asing berada, syarat

selanjutnya ialah peperangan dan/atau konflik yang terjadi merupakan peperangan

aktual antara pemerintah induk dan pihak pemberontak yang mencapai taraf atau

dimensi tertentu sehingga negara-negara luar terpaksa menganggap perang

saudara tersebut sebagai perang sesungguhnya antara dua kekuatan yang

sesungguhnya dan bukan semata-mata perebutan kekuasaan.

Terdapat pula syarat-syarat tertentu yang sebelum suatu keadaan

berperang itu diakuiyaitu permusuhan tersebut harus memiliki karakter umum

untuk membedakannya dengan konflik yang bersifat lokal. 125 Kemudian pihak

pemberontak juga harus melaksanakan kontrol terhadap wilayah yang cukup besar

untuk dapat mendukung kegiatannya dan yang terakhir kedua belah pihak harus

bertindak sesuai dengan hukum perang dan khusus untuk pihak pemberontak,

harus memiliki suatu angkatan bersenjata yang terorganisir di bawah suatu

komando yang baik.126

Apabila kita melihat dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kaum

pemberontak di Libya telah memenuhi persyaratan untuk dapat diakui sebagai

subyek hukum internasional, sehingga sifat dari konflik militer yang terjadi di

                                                             125 J.G Starke, op.cit, h.198. 126 Ibid

Page 78: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

65 

 

 

Libya merupakan konflik bersenjata yang diinternasionalisasi (internationalized

armed conflict).

3.2 Keabsahan Serangan NATO terhadap Libya

3.1.2 Persepektif Hukum Internasional Umum

Masyarakat internasional secara umum memandang negatif terhadap

perang dan dengan demikian tidak menyukai peperangan, hal tersebut dapat

dilihat dalam pembukaan Piagam Bangsa-Bangsa yang mengutarakan mengenai

keengganan masyarakat internasional tentang perang mengingat kenyataan setelah

terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II.127 Hal ini juga tercermin di dalam

Pasal 2 ayat (3) dan (4) Piagam PBB mengenai penyelesaian konflik internasional

secara damai dan pelarangan dalam penggunaan kekerasan bersenjata.

Serangan NATO terhadap Libya sepintas merupakan pelanggaran terhadap

Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB, namun demikian dalam Piagam PBB itu sendiri

terdapat sejumlah pengecualian sebagaimana yang tercantum dalam Bab VII

mengenai tindakan tindakan yang berkaitan dengan ancaman-ancaman

kedamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi; terutama dalam Pasal 42

dan 51 Piagam PBB tentang pembelaan diri (self defence). Pasal 42 Piagam PBB

menyatakan bahwa Dewan Keamanan dapat melakukan tindakan-tindakan

kekerasan senjata baik di darat, udara maupun laut demi memelihara atau

                                                             127 Lihat pembukaan Piagam PBB : “…to save succeeding generations from the scourge of war, which twice in our lifetime has brought untold sorrow to mankind, and…”

Page 79: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

66 

 

 

memulihkan perdamaian dan kemananan dunia apabila tindakan yang telah

dicantumkan dalam Pasal 41128 tidak cukup atau dianggap tidak mencukupi.129

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di bagian Latar Belakang

tulisan ini, terdapat beberapa resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan

berkaitan dengan konflik yang terjadi di Libya. Namun hanya dua resolusi yang

pada intinya mempengaruhi situasi konflik bersenjata di Libya, yaitu Resolusi

S/RES/1970 (2011) dan Resolusi S/RES/1973 (2011).

Inti dari Resolusi 1970 ialah menekankan untuk segera terjadinya

penghentian konflik bersenjata; mendesak pemerintah libya untuk beroperasi

dengan mengingat hak-hak asasi masyarakatnya, pentingnya menghormati dan

menerapkan hukum humaniter; memutuskan untuk melakukan embargo senjata;

memastikan pembatasan gerak bagi orang-orang yang tercantum dalam Annex I

Resolusi 1970 ini dan pembekuan aset-aset seperti yang tercantum dalam Annex

II Resolusi 1970130. Resolusi 1970 juga merupakan peringatan terhadap

pemerintah Moammar Gaddafi, sebagaimana dapat dilihat dalam paragraf (26)

dimana Dewan Keamanan telah menyatakan kesiapannya dalam

mempertimbangkan pengambilan langkah-langkah tambahan sebagaimana yang

                                                             128 Article 41, UN Charter: The Security Council may decide what measures not involving the use of armed force are to be employed to give effect to its decisions, and it may call upon the Members of the United Nations to apply such measures. These may include complete or partial interruption of economic relations and of rail, sea, air, postal, telegraphic, radio, and other means of communication, and the severance of diplomatic relations. 129 Article 42, UN Charter : Should the Security Council consider that measures provided for in Article 41 would be inadequate or have proved to be inadequate, it may take such action by air, sea, or land forces as may be necessary to maintain or restore international peace and security. Such action may include demonstrations, blockade, and other operations by air, sea, or land forces of Members of the United Nations. 130 Lihat Resolusi Dewan Keamanan 1970 tahun 2011.

Page 80: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

67 

 

 

diperlukan untuk memfasilitasi dan mendukung kembalinya aspek aspek

kemanusian dan bantuan terkait dalam Libyan Arab Jamahiriya.131

Sementara Resolusi 1973 merupakan resolusi yang diambil oleh Dewan

Keamanan sebagai akibat dari kegagalan Resolusi 1970 terhadap penanganan

situasi konflik bersenjata di Libya. Resolusi ini mencantumkan tentang konsep No

Fly Zone dan otorisasi bagi negara-negara anggota untuk mengambil semua

tindakan yang diperlukan melalui organisasi-organisasi regional demi melindungi

warga sipil Libya132 sebagaimana tercantum dalam paragraf 4 Resolusi 1973

(2011), yaitu:

… Authorizes Member States that have notified the Secretary-General,

acting nationally or through regional organizations or arrangements,

and acting in cooperation with the Secretary-General, to take all

necessary measures, not withstanding paragraph 9 of resolution 1970

(2011), to protect civilians and civilian populated areas under threat of

attack in the Libyan Arab Jamahiriya, including Benghazi, while

excluding a foreign occupation force of any form on any part of Libyan

territory, and requests the Member States concerned to inform the

Secretary-General immediately of the measures they take pursuant to

the authorization conferred by this paragraph which shall be

immediately reported to the Security Council…

                                                             131 Lihat Resolusi 1970 (2011), paragraf 26. 132 www.nato.int/ , URL : http://translate.googleusercontent.com/translate_c?anno=2&hl=id&rurl=translate.google.co.id&sl=en&tl=id&u=http://www.nato.int/cps/en/SID-49AA062A-CA01A195/natolive/topics_71652.htm, diakses terakhir pada 4 Februari 2015.

Page 81: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

68 

 

 

Konsep No Fly Zone pada paragraf 6 S/RES/1973 (2011)133 juga melarang

segala bentuk penerbangan dalam seluruh wilayah Libya untuk melindungi

penduduk sipil dengan pengecualian pada paragraf 7 S/RES/1973 (2011)

mengenai penerbangan-penerbangan yang mengangkut kebutuhan-kebutuhan

primer seperti pangan, sandang, obat-obatan serta relawan-relawan kemanusiaan

yaitu:

… Decides further that the ban imposed by paragraph 6 shall not apply

to flights whose sole purpose is humanitarian, such as delivering or

facilitating the delivery of assistance, including medical supplies, food,

humanitarian workers and related assistance, or evacuating foreign

nationals from the Libyan Arab Jamahiriya, nor shall it apply to flights

authorised by paragraphs 4 or 8, nor other flights which are deemed

necessary by States acting under the authorisation conferred in

paragraph 8 to be for the benefit of the Libyan people, and that these

flights shall be coordinated with any mechanism established under

paragraph 8 …

Penerbangan-penerbangan yang tercantum dalam paragraf 8 S/Res/1973 (2011)134

yang dilakukan oleh negara-negara anggota yang sebelumnya telah melaporkan

                                                             133 Res/1973/2011/ Par. 6: Decides to establish a ban on all flights in the airspace of the Libyan Arab Jamahiriya in order to help protect civilians. 134 Res/1973/2011/Par. 8 :Authorizes Member States that have notified the Secretary-General and the Secretary-General of the League of Arab States, acting nationally or through regional organizations or arrangements, to take all necessary measures to enforce compliance with the ban on flights imposed by paragraph 6 above, as necessary, and requests the States concerned in cooperation with the League of Arab States to coordinate closely with the Secretary General on the measures they are taking to implement this ban, including by establishing an appropriate mechanism for implementing the provisions of paragraphs 6 and 7 above

Page 82: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

69 

 

 

aktivitas tersebut kepada Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Jenderal Liga Arab

untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan dalam usahanya menegakkan

larangan penerbangan tersebut tidak dilarang, termasuk juga pembentukan

mekanisme untuk melaksanakan paragraf 6 dan 7 di atas dan paragraf 9

Res/1973/2011 yang meminta kepada seluruh negara anggota untuk memberikan

bantuan baik secara nasional maupun melalui organisasi regional untuk

memberikan bantuan demi mendukung pelaksanaan paragraf 4, 6, 7 dan 8

Res/1973/2011 tersebut. Inilah dasar-dasar hukum yang digunakan oleh NATO

dalam melakukan operasi militer di Libya.Berdasarkan uraian serta ketentuan-

ketentuan dari resolusi-resolusi di atas, serangan NATO terhadap Libya

sesungguhnya tidak dilarang dan merupakan tindakan yang sesuai dengan situasi

konflik tersebut, sebab dasar dari serangan NATO ialah resolusi yang dikeluarkan

oleh Dewan Keamanan PBB. Dimana resolusi 1973 sendiri merupakan tindak

lanjut dari Resolusi 1970 yang diadopsi sesuai dengan ketentuan Pasal 41 dan 42

dalam Bab VII Piagam Bangsa Bangsa. Sebagaimana yang telah tercantum dalam

piagam tersebut mengenai pendapat maysarakat internasional mengenai

peperangan, masih terdapat pengecualian-pengecualian mengenai penggunaan

senjata yang dalam situasi konflik di Libya dirasa mengarah pada implementasi

Pasal 42 Piagam PBB.

3.2.2 Persepektif Hukum Humaniter

Dalam cabang-cabang Hukum Internasional terdapat salah satu bagian

yang mengatur tentang perang, baik pembenaran dalam melakukan tindakan

Page 83: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

70 

 

 

kekerasan senjata oleh negara maupun hukum yang berlaku di dalam perang itu

sendiri, terkodifikasinya hukum perang merupakan salah satu pengakuan dari

umat manusia mengenai konsep berperang dan merupakan usaha untuk

menghapuskan atau setidaknya memperkecil kemungkinan terjadinya perang yang

kemudian dalam sejarahnya, terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk

menyebut hukum perang sebelum akhirnya disebut sebagai hukum Humaniter.135

Prof. Mochtar Kusumaatmadja membagi hukum perang menjadi dua

bagian, yaitu Jus ad Bellum (hukum yang mengatur dalam hal bagaimana negara

dibenarkan menggunakan kekerasan senjata) dan Jus in Bello (hukum yang

berlaku dalam perang)136 dimana sebagian besar pengaturan perang tersebut dalam

bentuk treaties (perjanjian-perjanjian) dan conventions (konvensi-konvensi) dan

beberapa tidak tertulis. Dua di antaranya merupakan sumber utama dari hukum

humaniter, yaitu konvensi Den Haag dan konvensi Jenewa serta beberapa

peraturan tambahan dalam Protokol 1977.

Konferensi Perdamaian I di Den Haag diadakan beberapa kali, yaitu pada

tahun 1899 yang menghasilkan empat buah konvensi.137 Konferensi ini juga

menghasilkan tiga deklarasi tentang serta pada tahun 1917 mengenai larangan

penggunaan senjata dan bahan peledak dari udara (On the Launching of

Projectiles and Explosives from Balloons), mengenai penggunaan gas-gas

beracun (On the Use of Projectiles the Object of Which is the Diffusion of

Asphyxiating or Deleterious Gases) dan deklarasi ketiga mengenai penggunaan

                                                             135 Haryomataram, op.cit. h. 27 136 Haryomataram, op.cit , h. 6. 137irnarahmawati.wordpress.com,URL: https://irnarahmawati.wordpress.com/2012/12/25/hukum-den-haag-dan-hukum-jenewa/, terakhir diakses tanggal 14 Mei 2015

Page 84: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

71 

 

 

senjata peluru meriam (On the Use of Bullets Which Expand or Flatten Easily in

the Human Body) kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Perdamaian II yang

menghasilkan 13 buah konvensi dan meratifikasikan 12 buah konvensi dan dua

buah deklarasi tambahan mengenai penambahan dalam deklarasi II tahun 1899

mengenai tipe-tipe pesawat (extending Declaration II from the 1899 Conference

to other types of aircraft) dan mengenai arbitrase yang diwajibkan (on the

obligatory arbitration). Dalam Hague Convention II-1899 mengenai hukum dan

kebiasaan berperang di darat, terdapat pengaturan mengenai pihak pemberontak

(belligerents) yang selanjutnya dalam Pasal 2 menyebutkan bahwa ketentuan

dalam Pasal 1, instruksi angkatan bersenjata para pihak harus menghormati dan

mematuhi peraturan yang terlampir dalam konvensi ini, hanya mengikat para

pihak pihak yang berwenang dalam kasus perang terjadi antara lebih dari dua

negara dan ketentuan tersebut seketika tidak berlaku ketika dalam peperangan

dimasuki pihak ketiga yang bukan pihak awal dan bergabung dengan

pemberontak yang merupakan salah satu pihak dari peperangan tersebut.

Kemudian dalam konvensi selanjutnya pada tahun 1907, Pasal 2 Hague

Convention III mengenai tata cara memulai peperangan (The Opening of

Hostilities) mengikat dalam hal peperangan antara pemberontak yang merupakan

anggota dari konvensi ini dan juga untuk pihak netral yang merupakan anggota

konvensi.

Sehingga dalam situasi Libya, ketentuan dalam konvensi Den Haag tidak

lagi berlaku dengan masuknya NATO sebagai pihak yang membantu pihak

Page 85: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

72 

 

 

pemberontak Hal ini juga kembali ditegaskan dalam konvensi IV-1907138

mengenai hukum dan kebiasaan perang di darat bahwa ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam konvensi tidak mengikat kecuali pihak-pihak dan juga

pemberontak merupakan anggota dari konvensi tersebut.

Namun demikian, ketentuan-ketentuan dalam Hague Convention masih

dan tetap diterapkan dalam keadaan perang yang kemudian dilengkapi oleh

peraturan-peraturan dalam Geneva Convention dan dalam kaitannya tersebut,

pihak-pihak konflik bersenjata di Libya terikat pada hukum kebiasaan humaniter

internasional (Customary International Humanitarian Law) yang merupakan

gabungan dari konvensi-konvensi dan deklarasi-deklarasi mengenai perang atau

konflik bersenjata, hal ini kemudian kembali dipertegas kenyataan bahwa hukum

internasional sendiri tidak melarang perang atau konflik bersenjata seperti yang

telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya mengenai perpektif hukum internasional

terhadap tindakan NATO.

                                                             138 Pasal 2 Hague Convention IV-1907 The provisions contained in the Regulations referred to in Article 1, as well as in the present Convention, do not apply except between Contracting Powers, and then only if all the belligerents are parties to the Convention.

Page 86: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

73  

BAB IV

BATAS ALASAN PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL SEBAGAI PEMBENARAN DALAM SERANGAN NATO TERHADAP LIBYA

4.1 Perlindungan Penduduk Sipil dalam Hukum Internasional

Perlindungan terhadap penduduk sipil merupakan salah satu wujud diakuinya

hak-hak asasi manusia (HAM). Dalam hukum internasional, perlindungan

penduduk sipil dalam konflik bersenjata telah menjadi kewajiban internasional

negara-negara yang tertuang di dalam sejumlah konvensi internasional serta

merupakan hukum kebiasaan internasional.

4.1.1 Ketertiban Umum dalam Hukum Internasional dalam kaitannya dengan Perlindungan Penduduk Sipil di Libya. Ketertiban umum merupakan salah satu asas yang ada dalam hukum

internasional. Makna ketertiban umum dapat dibedakan berdasarkan sistem negara

yang dianut. Pada negara-negara Common Law, ketertiban umum dikenal dengan

istilah Public Order sedangkan untuik negara-negara Civil Law ketertiban umum

dipadankan dengan konsep Law and Order.

Penulis berpendapat bahwa konsep ketertiban hukum dalam hukum

internasional khususnya berkaitan dengan perlindungan penduduk sipil dapat

dirujuk pada Klausa Martens. Klausa ini lahir dari Doktrin Professor Von Martens

yang menyatakan sebagai berikut:

“Until a more complete code of laws of war is issued, the High

Contracting Parties think it right to declare than in cases not included in the

Regulations adopted by them, populations and belligerents remain under the

protection and empire of the principles of international law, as they result

Page 87: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

74 

 

 

from the usages established between civilized nations, from the laws of

humanity and the requirement of the public conscience.”

Klausa ini terdapat dalam pembukaan Konvensi Den Haag II-1899

mengenai Hukum dan Kebiasaan Berperang di Darat, yang mempunyai pengertian

bahwa apabila hukum humaniter belum mengatur suatu ketentuan hukum

mengenai masalah-masalah tertentu, maka ketentuan yang dipergunakan haruslah

memenuhi atau mengacu pada prinsip-prinsip hukum internasional yang terbentuk

dari kebiasaan antara negara-negara beradab; dari hukum kemanusiaan serta dari

hati nurani masyarakat (dictated of public conscience). Nantinya klausa ini juga

akan tercantumkan dalam berbagai perjanjian, seperti pembukaan konvensi Hague

IV-1907 mengenai Hukum dan Kebiasaan Berperang di Darat, pembukaan

Conventional Weapon Convention 1980, dalam konvensi-konvensi Geneva139 dan

Protokol Tambahan I.140 Dalam pengertiannya sendiri, klausa ini mengacu pada

prinsip-prinsip kemanusiaan yang lebih dikenal sebagai ‘laws of humanity’ dan

pada Protokol Tambahan I disebut sebagai ‘principle of humanity’. Sehingga

ketika dikaitkan dengan uraian di atas, ketertiban umum merupakan suatu

‘exceptional cause’; dimana jika terdapat permasalahan yang mengganggu

ketertiban umum, seperti permasalahan yang mempengaruhi dunia internasional

                                                             139 Lihat Article 63 (konvensi I); Article 62 (Konvensi II); Article 142 (Konvensi III); Article 158 (Konvensi IV) 140 Lihat article 1 (2) : In cases not covered by this Protocol or by other international agreements, civilians and combatants remain under the protection and authority of the principles of  international  law derived from established custom, from the principles of humanity and from dictates of public conscience. 

Page 88: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

75 

 

 

dan juga seperti pelanggaran berat hak asasi manusia,141 negara-negara ataupun

suatu organisasi internasional dapat melakukan tindakan-tindakan dalam rangka

menjaga ketertiban umum.

4.1.2 Beberapa Pengaturan Khusus tentang Perlindungan Warga Sipil

a. Hukum Hak Asasi Manusia

Instrumen Hak Asasi Manusia sesungguhnya telah ada jauh sebelum

Franklin Delano Roosevelt mengumumkan pengakuan empat jenis kebebasan di

tahun 1941, yaitu kebebasan berbicara (freedom of speech), kebebasan beragama

(freedom of religion), kebebasan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

(freedom from want) dan kebebasan dari rasa takut (freedom from fear) yang

kemudian menginspirasi negara-negara yang tergabung dalam PBB merumuskan

Universal Declaration of Humans Rights pada tahun 1948.142 Perkembangan

selanjutnya ditandai dengan lahirnya dua dokumen HAM internasional yaitu

International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) dan

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR).

Tidak hanya itu, PBB kemudian mengeluarkan berbagai laporan dan

rekomendasi melalui badan-badan khususnya.143 Pada perkembangannya,

berbagai subjek hukuim internasional mempunyai andil dalam pemenuhan dan

penegakan HAM sehingga pengaturan mengenai hak-hak asasi manusia terus

berkembang dan terarah baik di tingkat nasional maupun internasional.

                                                             141 Lihat Article 7, Statuta Roma – 1988 142 Marianus Kleden, Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Komunal, 2008, Penerbit Lamalera, h. 57. 143 lihat Human Rights Bodies dalam http://www.ohchr.org/

Page 89: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

76 

 

 

Sejumlah perjanjian internasional dan dokumen internasional di bidang

HAM menggariskan perlunya dilakukan perlindungan bagi penduduk sipil dalam

situasi perang. Salah satunya adalah Konvensi Hak Anak (Convention on the

Rights of Child) yang dalam Pasal 38 ayat (4) konvensi tersebut menyatakan

bahwa negara-negara peserta konvensi harus mengambil tindakan yang diperlukan

dalam rangka menjamin perlindungan bagi anak-anak yang terkena dampak

konflik bersenjata sesuai dengan kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter

internasional untuk melindungi penduduk sipil dalam situasi perang.

b. Hukum Humaniter

Pengaturan mengenai perlindungan penduduk sipil dalam situasi konflik

bersenjata telah diatur dalam sejumlah instrumen Hukum Humaniter, seperti

misalnya Hague Convention-1899 dan 1907 Geneva Convention-1949, dan

Protokol-Protokol Tambahan 1977.

Pada Hague Konvensi V-1907 mengenai Hak dan Kewajiban Pihak-pihak

Netral dalam perang di darat (Rights and Duties of Neutral Powers and Persons in

Case of War on Land) yang intinya pihak netral tidak akan ikut campur dalam

peperangan dan sebagai gantinya juga tidak akan mengalami efek langsung dari

peperangan tersebut dan mereka tetap diharuskan memberikan bantuan apabila

dalam wilayah mereka terdapat anggota atau pihak pemberontak yang terluka

ataupun sedang dalam proses penyembuhan.144Seiring perkembangan dunia

internasional, peraturan yang tercantum dalam Hague Convention dirasa masih

kurang sehingga diadakan Konvensi Jenewa yang secara keseluruhan mengatur                                                              144 Lihat Bab II, Belligerents Interned and Wounded Tended in Neutral Territory dalam Hague konvensi V-1907 mengenai ‘CONVENTION RESPECTING THE RIGHTS AND DUTIES OF NEUTRAL POWERS AND PERSONS IN CASE OF WAR ON LAND’

Page 90: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

77 

 

 

tentang perlindungan bagi tentara, penduduk sipil, dan perlakuan bagi tawanan

perang.

Perlindungan Penduduk Sipil secara khusus diatur dalam Konvensi-

Konvensi Jenewa 1949. Dalam Common Articles 3, diatur bahwa para pihak

terikat untuk tidak melakukan kekerasan yang dapat mengakibatkan kematian

ataupun mutilasi, penyiksaan, perlakuan kejam, penghinaan, perlakuan yang dapat

merendahkan martabat pribadi seseorang, dan pelaksanaan hukuman tanpa

melalui proses hukum atau pengadilan yang terstruktur dan sah terhadap

penduduk sipil.145

Ketentuan tersebut dipertegas lagi melalui Protokol Tambahan I tahun

1977 , terutama dalam Pasal 51 mengenai perlindungan penduduk sipil, yaitu:

“1. The civilian population and individual civilians shall enjoy

general protection against dangers arising from military operations. To

give effect to this protection, the following rules, which are additional to

other applicable rules of international law, shall be observed in all

circumstances.

2. The civilian population as such, as well as individual civilians, shall not

be the object of attack. Acts or threats of violence the primary purpose of

which is to spread terror among the civilian population are prohibited.

3. Civilians shall enjoy the protection afforded by this section, unless and

for such time as they take a direct part in hostilities.                                                              145 Lihat Article 3 (1), Geneva Convention IV tentang Perlindungan Penduduk Sipil dalam Peperangan.  

Page 91: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

78 

 

 

4. Indiscriminate attacks are prohibited. Indiscriminate attacks are:

(a) Those which are not directed at a specific military objective;

(b) Those which employ a method or means of combat which cannot be

directed at a specific military objective; or

(c) Those which employ a method or means of combat the effects of which

cannot be limited as required by this Protocol;

and consequently, in each such case, are of a nature to strike military

objectives and civilians or civilian objects without distinction.

5. Among others, the following types of attacks are to be considered as

indiscriminate:

(a) an attack by bombardment by any methods or means which treats as a

single military objective a number of clearly separated and distinct

military objectives located in a city, town, village or other area containing

a similar concentration of civilians or civilian objects;

and

(b) an attack which may be expected to cause incidental loss of civilian

life, injury to civilians, damage to civilian objects, or a combination

thereof, which would be excessive in relation to the concrete and direct

military advantage anticipated.

6. Attacks against the civilian population or civilians by way of reprisals

are prohibited.

7. The presence or movements of the civilian population or individual

civilians shall not be used to render certain points or areas immune from

Page 92: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

79 

 

 

military operations, in particular in attempts to shield military objectives

from attacks or to shield, favour or impede military operations. The

Parties to the conflict shall not direct the movement of the civilian

population or individual civilians in order to attempt to shield military

objectives from attacks or to shield military operations.

8. Any violation of these prohibitions shall not release the Parties to the

conflict from their legal obligations with respect to the civilian population

and civilians, including the obligation to take the precautionary measures

provided for in Article 57 “

Dapat disarikan bahwasanya pasal tersebut menyatakan bahwa penduduk

sipil (individual maupun komunal) harus dilindungi dari operasi militer sehingga

mereka tidak dapat dijadikan obyek serangan. Selanjutnya diatur pula larangan

melakukan serangan membabi buta termasuk di dalamnya pemakaian senjata bom

atau sejenisnya yang ditujukan pada sasaran militer tunggal ataupun sejumlah

obyek militer yang penempatannya di kota, desa ataupun daerah lain yang banyak

terdapat penduduk sipil, juga yang dapat menyebabkan kerugian material maupun

immaterial dalam kehidupan penduduk sipil. Ada pula larangan melakukan

serangan balasan yang ditujukan pada penduduk sipil, pun pihak yang sedang

terlibat konflik juga dilarang dalam usahanya melindungi obyek-obyek penting

militer atau sasaran serta operasi militernya dengan menggunakan penduduk sipil,

Page 93: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

80 

 

 

selain peraturan-peraturan tersebut, protokol tambahan I juga telah secara khusus

mengatur perlindungan bagi wanita,146 anak-anak,147 dan jurnalis.148

4.2 Praktik Penegakan Ketentuan tentang Perlindungan Penduduk Sipil

Dalam peperangan, sangat dimungkinkan pemenuhan suatu hak asasi manusia

tertentu dibatasi berdasarkan kondisi-kondisi tertentu. Seperti yang tercantum

dalam Pasal 4 International Covenant on Civil and Political Rights bahwa Negara

dapat melakukan upaya-upaya yang bersifat sementara dan mengabaikan beberapa

kewajiban Negara “ketika terjadi keadaan darurat yang mengancam bangsa” dan

“sejauh yang sangat dibutuhkan oleh keadaan yang bersifat sangat darurat”. Hal

yang sama juga tercantum dalam Pasal 15 Konvensi Eropa – 1950 mengenai

HAM. Namun demikian kebutuhan agar Hak Asasi Manusia tetap terjaga selama

peperangan telah mendapat pengakuan penuh dengan disetujuinya Konvensi

Jenewa-1949 terutama Konvensi IV dan juga melalui usaha-usaha PBB dalam

menekankan jaminan penghormatan hak asasi manusia pada pertikaian bersenjata

dan pembatasan penggunaan senjata-senjata tertentu, beserta sejumlah dukungan

dari lembaga-lembaga pengadilan internasional yang akan dibahas lebih lanjut

pada sub-bab selanjutnya.

4.2.1 Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ‘Hoc

Pengadilan Ad ‘Hoc merupakan suatu badan peradilan yang dibentuk dan

dimaksudkan untuk salah satu tujuan saja.149 Adapun contoh dari pengadilan Ad

                                                             146 Lihat Article 76 Protokol Tambahan I-1977 147 Lihat Article 77 dan 78 Protokol Tambahan I-1977 148 Lihat Article 79 Protokol tambahan I-1977

Page 94: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

81 

 

 

‘Hoc ialah Mahkamah Nuremberg, yang dibentuk berdasarkan Nuremberg

Charter atau yang lebih dikenal dengan London Charter; yang memiliki yuridiksi

untuk mengadili kejahatan terhadap perdamaian (crimes against peace), kejahatan

perang (crimes war) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against

humanity).150

Selanjutnya ialah mahkamah Tokyo (International Military Tribunal for

the Far East) dengan pengaturan yuridiksi yang sama dengan mahkamah

Nuremberg. Hanya saja Mahkamah Tokyo dibentuk berdasarkan proklamasi

Jenderal Douglas Mac Arthur,151 bukannya berdasarkan perjanjian (treaty)

layaknya Nuremberg.

Contoh lainnya adalah ICTY (International Criminal Tribunal for the

former Yugoslavia) yang dibentuk pada tahun 1991 yang secara khusus

menangani kejahatan kemanusiaan yang terjadi di daerah bekas Yugoslavia

(termasuk Kroasia, Bosnia dan Herzegovina). ICTY ini dibentuk berdasarkan

Resolusi Dewan Keamanan 827 (1993) kemudian Resolusi Dewan Keamanan

1966 (2010) dengan tujuan melanjutkan yuridiksi, hak, kewajiban dan fungsi

penting ICTY152 ‘

                                                                                                                                                                    149 http://www.learnersdictionary.com, URL: http://www.learnersdictionary.com/qa/what-does-ad-hoc-mean 150 Lihat article 6 London Charter 151 http://sayfudin27071992.blogspot.com, URL: http://sayfudin27071992.blogspot.com/2011/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_4393.html, diakses 15 April 2012. 152 Article 4 Resolusi Dewan Keamanan 1966 – 2010 : Decides that, as of the commencement date of each branch referred to in paragraph 1, the Mechanism shall continue the jurisdiction, rights and obligations and essential functions of the ICTY and the ICTR, respectively, subject to the provisions of this resolution and the Statute of the Mechanism, and all contracts and international agreements concluded by the United Nations in relation to the ICTY and the ICTR, and still in force as of the relevant commencement date, shall continue in force mutatis mutandis in relation to the Mechanism;

Page 95: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

82 

 

 

Serupa dengan ICTW, pernah juga dibentuk ICTR (International Criminal

Tribunal for Rwanda) berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 955-1994.

ICTR dibentuk untuk menangani kejahatan genosida di Rwanda yang dilakukan

antara tanggal 1 Januari 1994 hingga 31 Desember 1994.153

Berdasarkan putusan ICTY dalam Tadic Case, kejahatan perang yang

dapat diadili haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut154:

1. Tindakan tersebut haruslah merupakan suatu pelanggaran dalam

ketentuan-ketentuan hukum humaniter internasional;

2. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan suatu yang umum, apabila

ketentuan tersebut berasal dari suatu perjanjian, syarat-syarat didalamnya

harus terpenuhi;

3. Tindakan tersebut haruslah merupakan suatu tindakan ‘serius’, dalam

pengertian bahwa tindakan pidana tersebut merupakan pelanggaran

ataupun penyalahgunaan wewenang dan/atau kekuasaan terhadap pasal-

pasal yang mengatur kepentingan yang harus dilindungi, sebagai contoh

apabila tentara ataupun kombatan menghancurkan ataupun mencuri

sepotong roti di daerah yang telah dikuasainya, itu bukan berarti

tentara/kombatan tersebut melakukan suatu pelanggaran serius dalam

hukum humaniter internasional, mereka tidak akan diadili karenanya,

meskipun pada dasarnya mereka melanggar Pasal 46 paragraf (1)

Konvensi Den Haag, dimana dinyatakan properti atau barang-barang

                                                             153 www.unictr.org, URL: http://www.unictr.org/AboutICTR/GeneralInformation/tabid/101/Default.aspx, diakses 16 April 2012. 154 Robert Kolb and Richard Hyde, An Introduction to the International Law of Armed Conflict, 2008, Hart Publishing, h. 291.

Page 96: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

83 

 

 

pribadi harus dihormati oleh pihak militer yang berhasil menduduki

wilayah musuhnya;

4. Pelanggaran tersebut haruslah beserta ketentuan yang dilanggar, baik yang

merupakan hukum kebiasaan ataupun hukum konvensional, dan juga

kewajiban kriminal individu yang melanggar ketentuan tersebut.

4.2.2 Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court)

International Criminal Court (ICC) atau Mahkamah Pidana Internasional

merupakan salah satu upaya dari penegakan hukum bagi para pelaku kejahatan

internasional dan merupakan suatu badan permanen independen. ICC dibentuk

berdasarkan Statuta Roma – 1998 dan telah berlaku efektif sejak 1 Juli 2002

dengan diratifikasi oleh 60 negara.

Pasal 5 Statuta Roma menentukan empat jenis kejahatan yang termasuk

dalam kategori kejahatan internasional, yaitu kejahatan genosida (The crime of

genoside), kejahatan kemanusiaan (Crime against humanity), kejahatan perang

(War crimes) dan kejahatan agresi (The crime of aggressions).

Secara umum pasal-pasal dalam Statuta Roma telah mengatur mengenai

perlindungan penduduk sipil seperti dalam Pasal 7 yang menyebutkan “kejahatan

terhadap kemanusiaan” berarti bahwa tindakan yang dilakukan menjadi salah satu

bagian dari serangan sistemasis yang meluas terhadap penduduk sipil.155 Terdapat

                                                             155 Lihat Pasal 7 Statuta Roma : ‘... "crime against humanity" means any of the following acts when committed as part of a widespread or systematic attack directed against any civilian population...’

Page 97: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

84 

 

 

pula dalam Pasal 8 mengenai kesengajaan dalam melakukan serangan yang dapat

mengakibatkan kerugian terhadap warga sipil dan objek-objek sipil.156

Dalam Pasal 13 Statuta Roma dijelaskan mengenai yuridiksi ICC untuk

mengadili dan meminta pertanggungjawaban individu (Individual criminal

responsibility) yang melakukan, memfasilitasi, dan memberikan perintah sehingga

menyebabkan terjadinya kejahatan-kejahatan yang berada dalam lingkup

kejahatan internasional dalam situasi dimana jaksa prenuntut mengambil prakarsa

melakukan suatu pengadilan berkaitan dengan tindak pidana berdasarkan Pasal 15

Statuta Roma.

Selain hal-hal tersebut dalam menyelesaikan suatu kasus, ICC akan

bekerja dengan mengadili kasus-kasus kejahatan internasional hanya bila

mahkamah nasional tidak ingin dan/atau tidak mampu mengadili pelaku-pelaku

kejahatan yang dimaksud157 atau bila terjadi situasi dimana satu atau lebih tindak

pidana telah terjadi dan dilimpahkan kepada jaksa penuntut umum oleh dewan

keamanan yang bertindak atas dasar Bab VII Piagam PBB, sehingga dapat

dikatakan ICC merupakan pengadilan pelengkap atau komplementer dari suatu

pengadilan nasional oleh karenanya yuridiksi ICC hanya dapat dilaksanakan bila

ternyata suatu negara tidak ingin atau tidak mampu menyelesaikan kasus-kasus

kejahatan yang termasuk dalam ruang lingkup kompetensi Mahkamah Pidana

Internasional.

                                                            156 Lihat Pasal 8, Statuta Roma – 1988 157 Lihat Pasal 21, Statuta Roma – 1988 

Page 98: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

85 

 

 

4.3 Analisis Penggunaan Alasan Perlindungan Penduduk Sipil dalam

Serangan NATO terhadap Libya

Dalam uraian berikut, penulis akan menyajikan analisis yang merupakan

pokok bahasan utama dalam penulisan skripsi ini. Analisis akan difokuskan pada

konsep perlindungan penduduk sipil serta doktrin Responsibility to Protect.

4.3.1 Konsep Perlindungan Penduduk Sipil

Salah satu kewajiban negara adalah melindungi warga negaranya158 baik di

dalam maupun di luar wilayah kedaulatannya dan dalam hukum internasional

khususnya hukum perang internasional. Pertanyaan hukum yang kemudian

muncul adalah apakah masyarakat internasional --yang dalam hal ini diwakili oleh

organisasi internasional (termasuk NATO)-- memiliki kewajiban untuk

melindungi penduduk sipil dari suatu negara berdaulat.

Dalam konflik-konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia, penduduk

sipil sering kali mengungsi secara besar-besaran dan kerap tidak luput dari

sasaran suatu serangan militer. Bahkan, sejumlah kasus yang dihadapi oleh

penduduk sipil menunjukkan terjadinya pembantaian massal, penyanderaan,

kekerasan seksual, pelecehan seksual, pengusiran, pemindahan secara paksa,

penjarahan, dan penutupan akses ke air, makanan, dan perawatan kesehatan.159

Perluasan arti mengenai ‘perlindungan terhadap penduduk sipil’ kemudian terjadi

dalam masyarakat Internasional yang ditandai dengan mulai disadarinya adanya

perbedaan antara combatan dengan penduduk sipil, juga terhadap sasaran militer

                                                            158 Sugeng Istanto, Hukum Internasional, 1994, Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, h. 42. 159 Ambarwati, dkk, 2009, Hukum Humaniter Internasional, Rajawali Pers, Jakarta. h.152.

Page 99: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

86 

 

 

dengan objek sipil160 yang dapat dilihat dalam Pasal 48 dan Pasal 51 Protokol

Tambahan I-1977.

Negara, khususnya militernya, dan organisasi internasional sebagai pelaku

utama dalam konflik bersenjata kemudian mulai menerapkan konsep perlindungan

warga sipil. Dalam doktrin militer negara-negara, konsep ini dituangkan sebagai

pedoman bagi kombatan dalam membedakan pelaku kombatan, sasaran militer

dengan penduduk sipil dan objek sipil semata.161 Sedangkan bagi organisasi

internasional konsep ini diartikulasikan secara umum menjadi dua jenis, yaitu

perlindungan bagi penduduk sipil sebagai tujuan utama ingin dicapai dan

perlindungan bagi pendudk sipil yang lebih menjurus menjadi target yang dapat

diselesaikan seiring dengan tercapainya misi mereka atau mejadi salah satu unsur

yang mendukung penyelesaian misi utamanya.162

Ada sejumlah konsep perlindungan sipil yang justru dikembangkan oleh

berbagai negara, khususnya berkaitan strategi militer. Sebagai contoh, Amerika

Serikat mengeluarkan Doktrin FM 3-24 (Counterinsurgency Field Manual 3–24)

sebagai pedoman lapangan dalam konflik Irak dan Afganistan pada tahun 2006.

Doktrin ini merubah tindakan militer Amerika Serikat yang dalam menyelesaikan

konflik bersenjata menggunakan konsep ‘Enemy-Centric Approach’ dan

‘Population-Centric Approach’, dimana hanya berfokus pada menangkap

                                                            160 Jean-Marie Henckaert and Louise Doswald-Beck, 2005, ICRC, Customary International Humanitarian Law, Vol. 1: Rules, Cambridge University Press, Cambridge. h. 11-17 161 Lihat Gordon, S, The Protection of Civilians: An Evolving Paradigm?. Stability: International Journal of Security & Development, 2013, PDF document, h. 4, http://dx.doi.org/10.5334/sta.cb. 162 Gordon, S, Op.cit . h.8 

Page 100: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

87 

 

 

dan/atau membunuh musuh dan melindungi penduduk,163 menjadi konsep

melindungi, membantu dan mengusahakan kesejahteraan penduduk sipil sebagai

fokus utamanya.164 Amerika Serikat selanjutnya mengeluarkan strategi militer

yang berjudul ‘Peace Operations’ (2007) mengenai unsur-unsur perlindungan

penduduk sipil yang berfokus pada perlindungan terhadap komponen sipil dari

misi internasional khususnya dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada

negara lain. Maka dapat disimpulkan bahwa doktrin militer negara adi daya ini

telah menyertakan konsep perlindungan penduduk sipil namun tidak sebagai

tujuan akhir yang ingin dicapai. 165

Selain Amerika Serikat, Doktrin militer Inggris juga menyiratkan adanya

konsep perlindungan terhadap penduduk sipil. Hal ini dapat dilihat dalam JDP 3-

40 (UK Military 2009 Joint Doctrine Publication 3–40: Security and

Stabilisation: The Military Contribution) yang memberikan perlindungan di

daerah terjadinya konflik, pengamanan di situs-situs penting, patroli intensif, dan

perlindungan ekstra (memberikan jam malam di daerah tertentu).166 Selain JDP 3-

40, terdapat doktrin-doktrin lain yang dikeluarkan Inggris mengenai pentingnya

perlindungan penduduk sipil sebagai fokus utamanya. JWP 3–50 (Joint Warfare

Publication, The Military Contribution to Peace Support Operations (Second

Edition) menyinggung tentang pentingnya hukum dan melindungi hak

                                                            163 Cigionline.org, URL : https://www.cigionline.org/blogs/2010/2/why-population-centric-approach-doesnt-go-far-enough, diakses terakhir tanggal 3 Juni 2015. 164 Gordon, S, The Protection of Civilians: An Evolving Paradigm?. Stability: International Journal of Security & Development, 2013, PDF document, h. 4, http://dx.doi.org/10.5334/sta.cb. 165 Ibid . 166 UK Military 2009 Joint Doctrine Publication 3–40: Security and Stabilisation: The Military Contribution) dalam https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/49948/jdp3_40a4.pdf.

Page 101: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

88 

 

 

kemanusiaan tanpa ada penafsiran yang sistematis mengenai perlindungan

penduduk sipil. Begitu pula dalam JMD 4-03 (Joint Medical Doctrine FM 4–03)

dan laporan dari Unit Stabilisasi Inggris (The UK Stabilisation Unit’s 2008

publication ‘The UK Approach to Stabilisation: Stabilisation Unit Guidance

Notes’). Pengaturan yang paling mendekati konsep perlindungan penduduk sipil

ialah JDN 5/11 (UK MOD’s ‘Peacekeeping: An Evolving Role For Military

Forces’ Joint Doctrine Note 5/11). Doktrin ini memuat bagaimana luasnya

pengaruh perlindungan kepada penduduk sipil dalam pemeliharaan perdamaian

dan keharmonisan dengan pemimpin suatu masyarakat.167

Doktrin-doktrin mengenai konsep perlindungan penduduk sipil juga

dikembangkan oleh Organisasi Internasional, terutama organisasi yang

mempunyai tujuan sebagai bentuk pertahanan kolektif dan/atau sebagai

pengendalian krisis seperti misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa dan NATO.

Konsep yang tertuang di dalam Doktrin FM 3-24 milik AS secara tidak

langsung diadopsi oleh NATO sebab dalam operasi militer di Irak dan

Afganistan, NATO juga turut berperan di dalamnya. JDN 5/11 juga berfungsi

sebagai laporan terhadap doktrin NATO sendiri. Pada bulan Mei 2010, NATO

mengeluarkan JOG 10/01 (Joint Operational Guidelines for Counterinsurgency)

yang telah mengakui pentingnya usaha melindungi masyarakat dengan tujuan

militernya pengamanan populasi dan mengalahkan pemberontak.168

Contoh Organisasi Internasional lain yang juga mengeluarkan doktrin

tersebut ialah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Konsep perlindungan                                                             167 Gordon, S, Op.Cit . h. 6 168 Nato.int, Lihat Bi-Sc Joint Operational Guidelines (JOG) 10/01 Counterinsurgency, 2010 (Nato Headquarters).

Page 102: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

89 

 

 

penduduk sipil dapat dilihat pada pembukaan Piagam PBB paragraf 2169 dimana

juga menjadi dasar pembeda antara doktrin PBB dengan doktrin NATO. Doktrin-

doktrin NATO lebih menganggap perlindungan penduduk sipil merupakan salah

satu komponen dalam strategi politik dan militernya, sementara PBB menjadikan

perlindungan tersebut sebagai tujuan utama yang ingin dicapai.170

Dalam serangan NATO terhadap Libya, konsep perlindungan penduduk

sipil diimplementasikan dengan baik sebagaimana dapat dilihat dalam Annual

Report 2011 oleh Sekretaris Jendral NATO, Anders Fogh Rasmussen. Seperti

yang telah diketahui, operasi NATO di Libya mempunyai tiga tujuan utama yaitu

penegakan larangan ‘No-Fly zone’, embargo senjata dan penyerangan balik

terhadap ancaman bagi penduduk sipil dan pemukiman sipil. NATO kemudian

melakukan pemeriksaan 300 kapal muatan dan menolak 11 kapal tersebut untuk

masuk ke pelabuhan, NATO juga melakukan sekitar 26ribu kali inspeksi udara

dengan 42% diantaranya melakukan serangan balasan atau menghancurkan target

militer. NATO juga mengkoordinasi jalur darat, udara dan perairan agar misi-misi

kemanusiaan yang dilakukan PBB dan NGO lain dapat berlanjt tanpa

hambatan.171

Syarat mutlak bagi operasi militer di Libya ialah meminimalkan kerusakan

dan korban warga sipil sehingga serangan udara kemudian dilakukan.

Penyerangan tersebut dilakukan dengan hati-hati dan sebisa mungkin tidak

mengenai infrastruktur ynag penting bagi penduduk sipil. Hal ini kemudian

                                                            169 Lihat Preamble U.N Charter : ...to save succeeding generations from the scourge of war... 170 Gordon, S, Op.Cit . h. 8 171 Nato.int, 2012, NATO Secretary General The Secretary General’s Annual Report 2011 , Anders Fogh Rasmussen, NATO Public Diplomacy Division 1110 , Brussels – Belgium.. h. 7

Page 103: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

90 

 

 

didukung oleh sekretaris Jendral PBB, pada saat itu, Ban Ki-moon yang

menyatakan bahwa operasi militer yang dilakukan NATO telah sesuai dengan

Resolusi DK PBB 1973.172

4.3.2 Doktrin Responsibility to Protect

Doktrin Responsibility to Protect merupakan suatu konsep yang telah lama

dipertimbangkan dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 2005 oleh PBB.

Konsep ini merupakan pembaharuan dari konsep-konsep tentang intervensi;

seperti intervensi militer ataupun intervensi kemanusiaan. Sebagaimana yang telah

diketahui, negara mempunyai kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban untuk

tidak melakukan perang, untuk melaksanakan perjanjian internasional dengan

itikad baik, dan kewajiban untuk tidak mencampuri urusan negara lain.

Menurut Mahkamah Internasional, intervensi yang dilarang merupakan

intervensi yang terjadi apabila masalah tersebut sebenarnya dapat diputuskan

sendiri secara bebas oleh negara yang di-intervensi dan apabila intervensi tersebut

dilakukan berdasarkan paksaan ataupun dengan kekerasan.173 Sehingga apabila

suatu intervensi tidak memenuhi kedua syarat tersebut, intervensi itu tidaklah

dilarang meskipun demikian masih terdapat perdebatan mengenai tindakan

intervensi tersebut, terutama mengenai intervensi yang dilakukan berdasarkan

situasi kemanusiaan. Isu mengenai intervensi kemanusiaan juga disinggung dalam

laporan Sekretaris Jenderal PBB yang berjudul “We the peoples: the role of the

United Nations in the twenty-first century” yang menyatakan bahwa :                                                             172 Ibid. h.8 173 Sugeng Istanto, Hukum Internasional, 1994, Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, h. 31.

Page 104: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

91 

 

 

‘Humanitarian intervention is a sensitive issue, fraught with political

difficulty and not susceptible to easy answers. But surely no legal principle — not

even sovereignty — can ever shield crimes against humanity. Where such crimes

occur and peaceful attempts to halt them have been exhausted, the Security

Council has a moral duty to act on behalf of the international community. The fact

that we cannot protect people everywhere is no reason for doing nothing when we

can. Armed intervention must always remain the option of last resort, but in the

face of mass murder it is an option that cannot be relinquished. ‘.174

Kontroversi ini kemudian mencapai puncaknya ketika pada tahun 1999

ketika NATO melakukan intervensi militer terhadap situasi di Kosovo (Serbia)

dimana pada saat itu justifikasi terhadap aksi militer bukanlah hal yang baru bagi

otoritas Dewan Keamanan. Meskipun moral atas kemanusiaan digunakan sebagai

pembenaran untuk aksi militer, dugaan bahwa intervensi tersebut menghasilkan

lebih banyak korban daripada yang seharusnya juga tidak dapat dihindari; dan

terdapat banyak kritik terhadap cara/metode yang dipakai sekutu NATO dalam

melaksanakan operasi tersebut. 175

Pada dasarnya, Responsibility to Protect meyakini bahwa tiap negara

berdaulat mempunyai kewajiban, dan tanggung jawab utamanya ialah melindungi

rakyat dan baru mempertimbangkan melakukan intervensi apabila terdapat suatu

kondisi dimana populasi menderita ataupun mengalami kerugian serius sebagai

                                                            174  Lihat U.N General Assembly , A/54/2000, h. 35 175 ICISS, The Responsibility to Protect, Report of the International Comissions on Intervention and State Sovereignty, 2001, h.1

Page 105: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

92 

 

 

akibat dari perang internal, pemberontakan, penindasan dan apabila negara

tersebut tidak ingin dan/atau tidak dapat mencegah keadaan tersebut.176

Konsep Responsibility to Protect dapat dibagi menjadi tiga bagian khusus,

yaitu:177

a) The responsibility to prevent (tanggung jawab untuk

mencegah)

b) The responsibility to react (tanggung jawab untuk bereaksi)

c) The responsibility to rebuild (tanggung jawab untuk

membangun kembali)

Pencegahan atau Responsibility to prevent merupakan prioritas dan

intervensi, terutama intervensi militer merupakan cara terakhir yang akan

digunakan apabila benar setiap pilihan non-militer atau resolusi damai telah

dieksplorasi. Dalam penggunaan intervensi militer pun Responsibility to Protect

mempunyai syarat yang harus dipenuhi, yaitu apabila terdapat hilangnya

nyawa/kehidupan dalam jumlah besar, baik disengaja ataupun tidak, genosida,

negara tidak ingin ataupun mampu mencegah dan/atau dalam keadaan negara

gagal dan kondisi kedua; apabila terdapat pembersihan ethnis dalam skala besar,

baik disengaja ataupun tidak, dilakukan dengan cara pembunuhan, pengusiran

paksa, pemerkosaan, teror dan lainnya. 178

Dapat dikualifisir bahwa tindakan NATO lebih mengarah kepada ‘the

Responsibility to React’ atau tanggung jawab untuk bereaksi. Hal ini dapat dilihat

dari fakta bahwa reaksi NATO amat mempertimbangkan dengan serius terjadinya                                                             176 Ibid. h.7 177 Ibid. h.XI 178 Ibid. h.19

Page 106: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

93 

 

 

sejumlah tragedi kemanusiaan yang terjadi di Libya. Selain itu, tindakan NATO

juga merupakan reaksi atas seruan Dewan Keamanan PBB yang tertuang di dalam

Resolusi Nomor 1973.

Dalam pelaksanaan intervensi militer, Responsibility to Protect

mempunyai standar operasional179 yaitu:

a) Tujuan militer yang jelas; mandat yang jelas serta tidak ambigu dan

sumber daya yang cocok;

b) Pendekatan militer yang umum diantara anggota; kesatuan komando

militer serta komunikasi dan rantai komando yang jelas;

c) Tujuan objektif ialah perlindungan penduduk dan bukannya mengalahkan

musuh, pembatasan dalam penerapan kekuatan bersenjata;

d) Peraturan-peraturan yang dipakai dalam intervensi sesuai dengan prinsip

proposionalitas dan menggunakan serta menghormati hukum humaniter

internasional;

e) Perlindungan paksa bukanlah merupakan tujuan utama; dan

f) Koordinasi semaksimal mungkin dengan organisasi-organisasi

kemanusiaan.

Dalam kasus NATO di Libya, penggunaan Responsibility to Protect dapat

dilihat dalam implementasi dari Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1970

dan 1973 dimana telah jelas maksud dan tujuannya, yaitu menggunakan segala

cara yang diperlukan untuk melindungi warga sipil Libya.180 Hal ini tercantum

dalam Laporan tahunan Sekjen NATO tahun 2011 (The Secretary General’s                                                             179 Ibid. h.XIII 180 Lihat Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1970 (2011), Par 9.dan Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1973 (2011), Par 4.

Page 107: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

94 

 

 

Annual Report 2011, Anders Fogh Rasmussen ) bahwa dalam pelaksanaan misi

nya di Libya, NATO mempunyai 3 komponen yaitu embargo senjata untuk

mencegah adanya penggunanan senjata dan bahan berbahaya lainnya oleh tentara

Libya, pelaksanaan zona larangan terbang dengan tujuan mencegah terjadi

pemboman udara objek sipil dan serangan darat dan udara bagi mereka yang

terlibat atau merupakan ancaman bagi penduduk sipil Libya dan area

pemukimannya.181

4.3.3 Tinjauan Komprehensif

Tindakan NATO dalam melakukan serangan terhadap Libya merupakan

tindakan yang diambil dengan alasan ‘perlindungan penduduk sipil’ sebagaimana

konsep perlindungan penduduk sipil yang telah diuraikan pada sub-bab

sebelumnya. Penggunaan alasan perlindungan penduduk sipil oleh NATO

seseungguhnya juga merupakan implementasi dari konsep Responsibility to

Protect, yaitu suatu konsep yang hanya mempertimbangkan ‘intervensi’ sebagai

jalan terakhir atau hanya jika benar tidak ada pilihan lain lagi pilihan dalam

menyelesaikan suatu masalah. Tindakan NATO lebih mengarah kepada ‘the

Responsibility to React’ atau tanggung jawab untuk bereaksi.

Dengan demikian, menurut penulis ada empat batasan mengapa alasan

perlindungan penduduk sipil dapat digunakan sebagai pembenaran bagi NATO

untuk melakukan serangan terhadap Libya.

                                                            181 Nato.int, 2012, NATO Secretary General The Secretary General’s Annual Report 2011 , Anders Fogh Rasmussen, NATO Public Diplomacy Division 1110 , Brussels – Belgium.. h. 7

Page 108: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

95 

 

 

Pertama, tujuan serangan tersebut dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan penduduk sipil dari kemungkinan terjadinya pelanggaran berat Hak

Asasi Manusia yang lebih buruk. Sebagaimana yang akan terjadi apabila situasi di

Libya tidak ditangani, karena seiring dengan terus berjalannya konflik situasi

dalam negeri Libya akan semakin parah. Hal ini kemudian akan berakibat pada

merosotnya kondisi ekonomi, sosial dan politik yang kemudian akan memaksa

warga sipil melakukan berbagai cara demi bertahan hidup.

Kedua, secara prosedural, serangan tersebut bukanlah operasi militer

NATO yang bersifat unilateral karena justru mendapatkan legitimasi dari Dewan

Keamanan PBB yang tertuang di dalam Resolusi Nomor 1970 dan 1973. Hal ini

juga mendapat dukungan dari PBB melalui Sekretaris Jendral-nya pada saat itu,

Mr. Ban Ki-moon.182

Ketiga, dalam konteks hukum Humaniter Internasional, serangan tersebut

diarahkan kepada kombatan dan sasaran militer yang sah sehingga tidak justru

mengakibatkan korban berjatuhan yang lebih banyak lagi di kalangan penduduk

sipil. Hal ini kemudian dapat dilihat pada laporan tahun 2011 oleh sekretaris

jendral NATO pada saat itu, Anders Fogh Rasmussen. Serangan tersebut juga

telah memenuhi syarat yang terdapat dalam Hukum Humaniter mengenai

perlindungan terhadap penduduk sipil, obyek sipil, pemukiman penduduk dan

orang yang tidak mau dan/atau mampu mengangkat senjata.183

                                                            182 NATO Secretary General The Secretary General’s Annual Report 2011, Ibid. h.8 183 Lihat Protokol Tambahan I 1997 article 1 (2) : In cases not covered by this Protocol or by other international agreements, civilians and combatants remain under the protection and authority of the principles of international law derived from established custom, from the principles of humanity and from dictates of public conscience.  

Page 109: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

96 

 

 

Keempat, serangan NATO tersebut telah memenuhi unsur konsep

perlindungan penduduk sipil sebagaimana dikenal di berbagai negara dan

organisasi internasional pada umumnya serta merupakan implementasi dari

doktrin Responsibility to Protect, khususnya mengenai tanggung jawab untuk

bereaksi (responsibility to react) sebagaimana telah diatur dalam ICISS, The

Responsibility to Protect, Report of the International Comissions on Intervention

and State Sovereignty.

Page 110: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

97  

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan dari penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

1. Legalitas serangan militer NATO terhadap Libya tidaklah melanggar

norma penggunaan kekuatan (the use of force) dalam hukum Internasional.

Berdasarkan Pasal 42 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

penggunaan kekuatan dapat dilakukan atas dasar bahwa tindakan tersebut

berkaitan ancaman dan/atau pelanggaran perdamaian dunia serta tindakan

agresi. NATO dalam menggunakan kekuatan militernya tersebut telah

mendasarkan pada Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1970 dan

1973 yang merupakan implementasi dari Pasal 42 Piagam PBB.

2. Ada empat batasan mengapa alasan perlindungan penduduk sipil dapat

digunakan sebagai pembenaran bagi NATO untuk melakukan serangan

terhadap Libya. Pertama, tujuan serangan tersebut dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan penduduk sipil dari kemungkinan terjadinya

pelanggaran berat Hak Asasi Manusia yang lebih buruk. Kedua, secara

prosedural, serangan tersebut bukanlah operasi militer NATO yang

bersifat unilateral karena justru mendapatkan legitimasi dari Dewan

Keamanan PBB yang tertuang di dalam Resolusi Nomor 1970 dan 1973.

Ketiga, dalam konteks hukum Humaniter Internasional, serangan tersebut

diarahkan kepada kombatan dan sasaran militer yang sah sehingga tidak

Page 111: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

98 

 

 

justru mengakibatkan korban berjatuhan yang lebih banyak lagi di

kalangan penduduk sipil. Keempat, serangan NATO tersebut telah

memenuhi unsur konsep perlindungan penduduk sipil sebagaimana

dikenal di berbagai negara dan organisasi internasional pada umumnya

serta merupakan implementasi dari doktrin Responsibility to Protect,

khususnya mengenai tanggung jawab untuk bereaksi (responsibility to

react)

5.2 Saran-saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. NATO hendaknya menyusun suatu pedoman pelaksanaan misi

Responsibility to Protect yang memuat panduan teknis perlindungan

penduduk sipil serta berisi tata cara implementasi yang lengkap dan

terperinci.

2. Perserikatan Bangsa-Bangsa hendaknya menginisiasi pembentukan

instrumen hukum internasional yang mengikat sebagai penjabaran dari

doktrin Responsibility to Protect sebagai perwujudan tujuan PBB untuk

menjaga perdamaian dan ketertiban dunia.

Page 112: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

 

99  

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ambarwati, dkk, 2009, Hukum Humaniter Internasional, rajawali pers Jakarta. Cassese, Antonio , 2005, International Law Second Edition, Oxford University

Press, New York. D.W. Bowett.Q.C, 1991, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta. Haryomataram, 2005, Pengantar Hukum Humaniter, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. _______, 1994, Sekelumit tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta. Hassim.M, 2011, Pendidikan kewarganegaraan 2, Quadra, Bogor. Istanto, Sugeng, 1998, Hukum Internasional, Cetakan II, PenerbitanUniversitas

Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. _______, 1994, Hukum Internasional, Penerbitan universitas atma jaya, Yogyakarta. Kleden, Marianus , 2008, Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Komunal, 2008,

Penerbit Lamalera. Kolb, Robert and Richard Hyde, 2008, An Introduction to the International Law

of Armed Conflict, Hart Publishing. Kurnia, Titon Slamet , 2009, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, PT Alumni, Bandung. Marzuki, Peter Mahmud , 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mauna, Boer , 2010, Hukum Internasional Pengertian; Peranan dan Fungsi Dalam

Era Dinamika Global; edisi ke-2, P.T ALUMNI Bandung, Bandung. _______ , 2000, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan dan Integrasi

Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta,

Page 113: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

100 

 

 

NATO Handbook, 2006, Public Diplomacy Division NATO, Brussel 1110, Belgium. Parthiana, I Wayan , 1990, Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum

Nasional Indonesia, Penerbit Mandar Maju, Bandung. _______ , 2002, Perjanjian Hukum Internasional Bagian 1, Mandar Maju, Bandung. Rudi, Teuku May , 1993, Administrasi dan Organisasi Internasional, PT. Eresco, Bandung. Shaw, Malcolm N. , 2008, International Law (Sixth Edition), Cambrige

University Press, New York. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum normatif suatu

tinjauan singkat, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supoyo, J. , 1996, Hukum Perang Udara dalam Humaniter, PT.Toko Gunung

Agung, Jakarta. Suwardi, Sri Setianingsih, 2004, Pengantar Hukum Oranisasi Internasional,

penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Starke, J.G , 2004, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi Kesepuluh, Sinar

Grafika, Jakarta. Syahmin A.K, 1985, Hukum Internasional Humaniter 1, Penerbit C.V Armico, Bandung _______ , 1985, Pokok-pokok Hukum Organisasi Internasional, Binacipta, Palembang.

B. Instrumen Hukum Internasional

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945

Resolusi Majelis Umum PBB A/RES/25/2625

Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1970 (2011)

Resolusi Dewan Keamanan PBB S/RES/1973 (2011)

Piagam North Atlantic Treaty Organization (NATO)

Page 114: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

101 

 

 

Konvensi Den Haag

Konvensi Jenewa dan Protokol 1997

Statuta Roma 1988

C. Skripsi / Hasil Penelitian

Rukayah Tahir Ali, 2011, Perlindungan Warga Sipil yang menjadi Korban dalam

Konflik Bersenjata Israel-Palestina ditinjau dari Segi Hukum Humaniter,

Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Bali.

ICISS, 2010, The Responsibility to Protect, Report of the Internasional

Commission on Intervention and State Soverignty.

United Nation General Assembly, 2000, A/54/2000.

Gordon, S, 2013, The Protection of Civilians: An Evolving Paradigm? Stability:

International Journal of Security & Development http://dx.doi.org/10.5334/sta.cb

D. Artikel / Jurnal

Aljazeera.com, URL: http://www.aljazeera.com/

Archive.org,URL:https://archive.org/

Arlina Web’s Blog, URL: http://arlina100.wordpress.com/

ANTARANEWS.com, URL: http://www.antaranews.com/

Archives.dailynews.lk/, URL: http://archives.dailynews.lk/

Bbc.co.uk, URL : http://www.bbc.co.uk/

Boardcreations.blogspot, URL : http://boardcreations.blogspot.com/

CYBERSabili.com, URL: http://sabili.co.id/internasional/

Page 115: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

102 

 

 

Freedomhouse.org, URL: https://freedomhouse.org/

History.com, URL: http://www.history.com/

Id.muslimvillage.com/ URL: http://id.muslimvillage.com/

Irnarahmawati.wordpress.com , URL: https://irnarahmawati.wordpress.com/

ISJD.PDIII.LIPI.go.id , URL: http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Kompas.Com, URL: Kompas.com URL : http://kompas.com/

Learnersdictionary.com, URL: http://www.learnersdictionary.com/

NATO.int URL : www.nato.int/

Nytimes.com , URL: http://www.nytimes.com/

Ourcivilisation.com/URL: http://www.ourcivilisation.com/

Ohchr.org, URL : http://www.ohchr.org/

PelitaOnline.com, URL : http://www.pelitaonline.com/

Pusbangsdmgrupag.blogspot.com, URL :

http://pusbangsdmgrupag.blogspot.com/2012/12/wajah-perang-telah-berubah-

suryanto.html

Reuters.com ,URL: http://www.reuters.com/

Secretary General’s video blog, URL: http://andersfogh.info/2011/06/22/nato-

protecting-civilians-in-libya,

Shvoong.com, URL: http://id.shvoong.com/

Sayfudin27071992.blogspot.com, URL: http://sayfudin27071992.blogspot.com/

Stat.oecd.org, URL : www. http://stats.oecd.org/

Theguardian.com/, URL: http://www.theguardian.com/

Un.org, URL: http://www.un.org/

Page 116: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

103 

 

 

Unpan.org, URL: http://unpan1.un.org/

Unictr.org, URL: http://www.unictr.org/

Vva.co.id , URL: http://sorot.news.viva.co.id/

Xinhuanet.com/english/, URL: http://news.xinhuanet.com/

Page 117: JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL …wisuda.unud.ac.id/pdf/0803005123-3-SKRIPSI.pdf · Teknik Analisa Bahan Hukum ... Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad ’Hoc ... tindakan yang

104 

 

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN