bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
Setahun telah berlalu bumi Aceh terkoyak. Ratusan ribu korban selamat
berusaha bangkit untuk menata kembali kehidupan, dengan tertatih. Di antara
mereka, terdapat ribuan anak yang jiwanya masih labil. Trauma mendalam
rasanya sulit lekang dari benak mereka, yang merasakan langsung terseret air
hitam pekat, 26 Desember 2004. Apalagi anak-anak yang terpaksa harus hidup
tanpa belaian kasih sayang orang tua.
Gambar 1. Anak yatin korban Tsunami 2004
Sekitar 23.000 jiwa anak korban musibah gempa dan tsunami di 11
kabupaten/kota di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu segera adanya
penanganan khusus dari semua pihak karena kondisi mereka saat ini sangat riskan.
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
2
“Masalah yang mereka hadapi saat ini cukup komplek, setelah kehilangan orang
tua, saudara dan rumah tempat tinggal, karenanya anak anak yatim dan piatu
korban musibah alam itu perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak,
terutama pemerintah,” kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi
NAD, Ir A. Gani Nurdin, di Banda Aceh, Senin (8/8/2005).
Berbicara pada rapat koordinasi tentang kesejahteraan dan perlindungan anak
yang diselenggarakan Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Provinsi NAD,
ia menjelaskan semua pihak perlu memikirkan pembinaan yang berkelanjutan
terhadap anak anak yatim itu. Ia menyebutkan rata rata anak yatim korban tsunami
itu berusia antara dua hingga 17 tahun. Mereka itu tidak memiliki pakaian yang
layak, makan tidak menentu dan keadaan kesehatan yang cenderung menurun.
“Hingga saat ini, masyarakat masih hanya sebatas merasa cemas terhadap
kondisi anak anak yang terianiaya itu. Padahal yang sangat dibutuhkan para anak
anak tersebut adalah perlindungan yang menyeluruh dan pembinaan intensif
dengan pola pendekatan fleksibel,” kata A. Gani Nurdin. Oleh karenanya, ia
mengatakan perlunya kerjasama terpadu untuk mengembalikan anak anak itu pada
posisinya sebagai anak manusia yang harus dilindungi hak-haknya secara utuh.
Di pihak lain, dia menyebutkan selain korban akibat musibah gempa,
pemerintah dan komponen masyarakat juga perlu memperhatikan secara serius
terhadap nasib anak anak jalanan di provinsi ujung paling barat Indonesia yang
semakin hari jumlahnya terus bertambah. A Gani Nurdin menyebutkan sebelum
gempa dan tsunami, 26 Desember 2004, tercatat sekitar 150.000 jiwa anak
jalanan, termasuk sebanyak 500 orang saat ini tersebar di wilayah Kota Banda
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
3
Aceh. “Bahkan data anak jalanan itu terus meningkat dalam beberapa tahun
terakhir menyusul meningkatnya eskalasi kekerasan atau konflik di sejumlah
wilayah di Aceh,” tambah dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pembinaan anak jalanan di Aceh itu bisa
dilakukan dengan program rumah singgah. “Program rumah singgah itu tidak
hanya dianggap sebagai ´terminal´, tetapi proses tempat mereka transit sementara
untuk menuju pembinaan berkelanjutan,” tambah dia.(ant)
Gambar 2. Keluarga yang selamat dan bertahan hidup di tenda darurat
Semakin menurunnya jumlah orang tua yang merawat anaknya,
membuat fungsi keluarga sebagai tempat untuk mendidik anak semakin
berkurang. Kompleksnya kebutuhan pendidikan bagi anak selaras dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, juga telah menuntut perlunya lembaga atau
pihak lain yang mampu menangani pendidikan secara lebih profesional. Salah satu
lembaga yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi tersebut adalah Taman
Penitipan Anak (TPA).
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
4
Pada kenyataannya, bahwa pelayanan bagi anak dini usia yang integratif
yang mencakup aspek-aspek pendidikan, kesehatan dan gizi, belum dilaksanakan
sebagaimana halnya pelayanan bagi anak dini usia yang dilaksanakan melalui
TPA. Padahal TPA merupakan suatu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini
dalam upaya peningkatan kualitas hidup anak dan sekaligus sebagai upaya
kegiatan untuk mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun.
Anak tumbuh dan berkembang begitu pesat, dari hari ke hari mereka
tumbuh menjadi dewasa yang ditandai dengan bertambah besarnya ukuran badan
dan fungsi fisik yang murni. Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh perkembangan
psikis, seperti bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa,
berjalan, berbicara dan sebagainya. Perkembangan anak tadi dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat disekitarnya.
Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada anak usia 0-4
tahun ditandai oleh perkembangan tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat harus
tumbuh dan menjadi stabil sebagai latar belakang struktural tingkah laku yang
akan datang. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang
sudah ada sebelum proses belajar terjadi, merupakan sifat khas hubungan antara
ibu (pengasuh) dengan anak. Pada periode akhir tahun pertama sampai dengan
tahun keempat, banyak sekali kemajuan dicapai anak dalam perkembangan
motorik sosial dan kognitif. Sedangkan perkembangan sosial dan perkembangan
kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai
dengan meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
5
pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Teman dan guru mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada proses emansipasi.
Dari data yang diperoleh dari Badan Pengolahan Statistik (BPS)
Nangroe Aceh Darusalam, diperoleh jumlah anak usia 0 - 4 tahun dan usia 5 - 15
tahun yang cenderung meningkat. Pada tabel 1.1 menunjukan pertumbuhan
jumlah anak usia 0 – 4 dan usia 5 – 15 tahun di Nangroe Aceh Darusalam pada
tahun 1997-2000 adalah
Tabel 1.1
Jumlah anak usia 0 – 15 tahun di NAD pada tahun 1997-2000
Tahun Usia
(tahun) 1997 1998 1999 2000
0 – 4 192.578 jiwa 187.607 jiwa 190.479 jiwa 193.349 jiwa
5 – 15 517.181 jiwa 512.621 jiwa 509.754 jiwa 499.661 jiwa
Sumber: Data pertumbuhan penduduk BPS Nangroe Aceh Darusalam
Jumlah anak yang cenderung meningkat menuntut beberapa pihak untuk
dapat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan mereka secara maksimal,
dengan alasan supaya mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang kreatif, peka terhadap lingkungan, serta bersosialisasi dengan masyarakat
disekitarnya. Anak yang salah satu orang tuanya tidak meninggal karena tsunami
memungkinkan untuk mendapatkan bimbingan dari ayah/ibunya secara langsung,
tetapi tidak demikian halnya dengan anak yang kedua orang tuanya telah
meninggal. Kesibukan orang tua membuat waktu bermain dan belajar bersama
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
6
anak mereka menjadi terkurangi. Para orang tua yang menyadari arti pentingnya
pendidikan dini bagi anak, akan memasukan anak mereka ke lembaga pendidikan
informal maupun formal seperti: Play Group atau Taman Bermain, Preschool atau
prasekolah, Kindergarten atau Taman Kanak-kanak, Tempat Penitipan Anak.
Tabel 1.2
Tempat Penitipan Anak di Kota Madya Banda Aceh
Nama TPA Kapasitas Jumlah
anak /hari
Tempat kerja *
Orang tua
TPA Malaysia - Indonesia
Association
30 anak 17 anak -Pedagang di pasar
-Tukang Becak
-Buruh
-Petani
-Nelayan
TPA Orphans 40 anak 28 anak -Guru
-Pegawai kantor
-Petani
Keterangan : semuanya merupakan korban tsunami.
Melihat dari kapasitas dan jumlah anak yang dititipkan menunjukkan
bahwa banyak orang tua yang kurang berminat menitipkan anaknya ke TPA. TPA
yang sudah tersedia di Banda Aceh ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah
yang dapat dilihat dari murahnya biaya penitipan anak perhari dan jenis pekerjaan
para orang tua. Orang tua dari kalangan menengah ke atas kurang percaya untuk
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
7
menitipkan anak mereka dikarenakan kurangnya fasilitas, fisik bangunan yang
kurang menarik atau terkesan seadanya, tenaga pengajar yang kurang, dan
sebagainya.
Dari Tabel 1.3. dapat dilihat pengeluaran untuk bidang pendidikan
menduduki urutan kedua, menunjukan bahwa perhatian para orang tua terhadap
dunia pendidikan semakin besar.
Tabel 1.3
Urutan Nilai dan persentase pengeluaran
Non makanan menurut jenisnya tahun 2000
Jenis Pengeluaran Nilai Persentase
Perumahan dan bahan bakar,penerangan, air
Biaya Pendidikan
Barang-barang dan jasa
Biaya Kesehatan
Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala
Barang Tahan lama
Keperluan pesta dan upacara
Pajak pemakaian dan Premi asuransi
21.609,64
9.990,69
6.314,95
4.862,08
3.831,19
3.099,61
1.836,54
1.017,63
39,89
7,56
4,78
3,76
2,90
2,35
1,41
0,77
Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
Biaya pendidikan yang menduduki urutan kedua menunjukan bahwa para
orang tua semakin peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, peduli terhadap
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
8
masa depan anak-anaknya. Pendidikan awal yang baik sangat penting bagi masa
depan anak, dan itu berarti pendidikan harus dimulai sedini mungkin.
Tabel 1.4
Persentase Penduduk menurut golongan Pengeluaran Per Kapita sebulan
Nangroe Aceh Darusalam tahun 2000
Golongan Pengeluaran perkapita sebulan (Rp) Jumlah (%)
< 40.000
40.000 - 59.999
60.000 - 79.999
80.000 - 99.999
100.000 - 149.999
150.000 - 199.999
200.000 - 299.999
300.000 - 499.999
> 500.000
-
0,92
4,77
10,81
32,16
18,84
16,32
10,31
5,86
Jumlah (total) 100,00
Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
Fasilitas untuk anak di Banda Aceh belum tersedia secara lengkap dan
terpisah antara dunia pendidikan, hiburan, kesehatan dan penitipan anak dengan
jarak yang berjauhan dan pengelola yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan
wadah yang menyediakan fasilitas untuk anak secara lengkap, tetapi untuk dapat
menikmati fasilitas untuk anak tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi, maka
sasarannya adalah keluarga sejahtera dari golongan menengah keatas yang besar
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
9
pengeluaran perkapita sebulannya ± Rp.300.000,00 sampai dengan
>Rp.500.000,00
Pendidikan, pendampingan dan pengarahan sangat diperlukan oleh anak
saat mereka tumbuh dan berkembang dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Pendidikan Anak Dini Usia adalah salah satu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak usia dini yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan dasar dan dalam kehidupan tahap berikutnya. Anak usia 1 – 5 tahun
lebih pada pendidikan nonformal, dimana mereka dapat bermain sambil belajar
ataupun belajar sambil bermain, di dalam permainan terdapat nilai-nilai
pendidikan, pengembangan dan pembinaan mental, pribadi dan potensi anak,
mereka dipersiapkan untuk menghadapi tingkat pendidikan selanjutnya, yang
lebih teratur, bertingkat dan memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas.
Perkembangan jumlah anak yang meningkat setiap tahunnya
memerlukan perhatian secara khusus. Anak-anak memerlukan perhatian khusus
pada pendidikan awal “early childhood education” mereka, baik dari lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah
khusus untuk menampung aktivitas mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain,
mengembangkan bakat, beristirahat, bersosialisasi, dll. Wadah tersebut disebut
sebagai Taman Penitipan Anak. Taman Penitipan Anak ini mewadahi kegiatan-
kegiatan seperti Pendidikan, dimana mereka bisa belajar membaca, menulis,
melipat kertas, dll; Pengembangan Bakat masing-masing anak seperti menyanyi,
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
10
menari, melukis, bermain musik, dll; Kesehatan Anak yaitu pemeriksaan
kesehatan anak secara rutin; Pusat Bermain dan Rekreasi dimana anak-anak
bisa bermain secara bebas menggunakan mainan indoor maupun outdoor yang
tersedia, seperti berenang, bermain bola, panjatan, berkemah, dll; fasilitas
penitipan anak yang disediakan bagi anak yang orang tuanya menjadi korban
bencana Tsunami.
Dengan menawarkan sesuatu yang baru yaitu program-program yang
berbeda, dan lebih spesifik,serta fasilitas yang lebih lengkap untuk pendidikan
awal dunia anak, Banda Aceh memerlukan fasilitas pendidikan dan
pengembangan untuk anak yang lebih lengkap, oleh karena itu ditawarkan wadah
yang baru yang bisa mewadahi segala aktifitas anak dari keluarga golongan
ekonomi menengah keatas.
1.2. Latar Belakang Permasalahan
1.2.1. Pengalaman sulit yang dialami anak akibat bencana dan reaksi yang
ditimbulkannya.
Berbagai bencana dan konflik sosial yang terjadi di Indonesia
menyebabkan banyak hak-hak anak-anak dilanggar, mereka terpapar kekerasan,
sekolah dan rumah merekamenjadi rusak, identitas mereka terancam, harus
menjadi pengungsi, terpisah dari keluarga,terpaksa melihat kematian keluarga,
orang tua, saudara ataupun teman dan harus menghadapi kehidupan yang tak
menentu dan sulit, atau menyesuaikan diri terhadap kehidupan baru yang berubah
selamanya akibat konflik dan bencana. Setiap anak memiliki kisah dan
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
11
pengalaman buruk masing-masing disamping memiliki kisah keberanian dan
kemanusiaan mereka sendiri. Semuanya terpengaruh dengan carayang berbeda-
beda.
Ada 10 pengalaman sulit yang dialami anak-anak akibat bencana (baik bencana
alam, maupun yang diakibatkan oleh manusia), yaitu :
1. Kematian dan kehilangan orang tua dan keluarga dekat.
Banyak anak yang orang tuanya meninggal akibat bencana. Banyak pula orang
tua anak-anak yang hilang dan tak ada keluarga yang tahu dimana mereka
berada. Kematian orang tua atau keluarga dekat, apalagi jika anak
menyaksikan kematian tersebut, bias menimbulkan tekanan yang berat dan
reaksi depresi pada anak. Ketidakpastian akibat orangtua yang hilang dan
tidak tahu kapan mereka akankembali sangat menekan untuk anak-anak dan
bias membuat anak sangat gelisah, tidak mau diam dan curiga.
2. Mengalami pertikaian.
Di daerah-daerah tertententu seperti di NAD, sumber tekananpada kehidupan
anak bukan hanya bencana. Konflik sosial yang terjadi turut mrnyebabkan
rakyat sipil merasakan dampaknya. Sering terjadi penyerangna kelompok-
kelompok bersenjata ke rumah dan desa-desa, pencarian ke desa-desa oleh
kelompok bersenjata yang mengancam kehidupan orang sipil. Tindak
kekerasan ini dapat meningkatkan kecemasan anak dan beberapa anak akan
menunjukan tanda-tanda fobia(yaitu ketakutan yang tidak rasional terhadap
benda, tempat atau orang tertentu.
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
12
3. Hidup sebagai pengungsi atau kembali ke desa mereka.
Perubahan dalam kehidupan akibat berpindah dan menimbulkan tekanan
terutama pada anak-anak. Anak-anak yang tinggal sebagai pengungsi sering
harus meninggalkan teman-teman dan keluarganya, terpaksa tinggal di
lingkungan yang sulit dibandingkan sebelumnya (sesak, kekurangan makanan,
orang tua tidak bekerja). Sekolah mereka sering terhenti. Berbagai ketegangan
dalam pengungsian, pertikaian antar pengungsi dan masyarakat sekitarnya.
Selain itu, ketidak pastian masa depan bisa menjadikan hidup ini sangat sulit
untuk kehidupan seorang anak. Mereka menjadi terasing di lingkungan yang
baru. Akibat perpindahan ini anak dapat menunjukan reaksi cemas yang
berlebihan, tidak mau pergi ke sekolah, memiliki keluhan psikosomatis
(masalah fisik tanpa penyebab yang jelas) dan mengalami gangguan tidur. Ada
yang jadi pemurung karena selalu teringat rumah lama mereka, ada pula yang
terus menerus menolak lingkungan baru mereka dan menjadi agresif.
Kesulitan-kesulitan seperti ini sebenarnya cukup umum, tetapi proses kembali
ke desa atau kota mereka atau penempatan di daerah lain bisa sulit juga untuk
anak. Jika mereka kembali ke daerah lama mereka, pasti selalu ada perubahan
– rumah atau sekolah mereka harus dibangun kembali dan bisa saja tidak
sebagus yang sebelumnya, mereka harus meninggalkan teman-teman semasa
mengungsi, beberapa keluarga atau teman tidak ada di sana (meninggal atau
pindah ke tempat lain). Mereka harus menyesuaikan kembali kehidupan di
daerah yang baru. Masalah serupa bisa terjadi jika keluarga di tempatkan di
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
13
daerah lain. Pada kasus ini, anak kembali ke masalah yang mereka miliki
ketika mereka pertama kali pindah/mengungsi.
4. terpisah dari orang tua dan keluarga.
Perpisahan dengan orang tua atau pengasuhnya bisa menyebabkan masalah
yang serius untuk kesehatan jiwa anak-anak, terutama anak kecil. Anan-anak
bisa jadi tertekan (sedih, menarik diri, tidak tertarik terhadap sesuatu , banyak
menangis) atau cemas (sepertinkesulitan dalam berkonsentrasi, tidak bisa
duduk diam,mudah ketakutan, gelisah) terutama jika mereka terpisah dari
orang tua untuk waktu yang lama. Sekali lagi tidakpastian terlibat dalam
perpisahan orang tua, ditambah kenyataan bahwa anak-anak yang terpisah
sering lebih rentan terhadap eksploitasi atau pengabaian, membuat ini menjadi
pengalaman yang sangat menegangkan untuk anak-anak.
5. Menyaksikan peristiwa traumatis.
Saat konflik atau bencana, banyak anak yang menjadi saksi peristiwa tersebut.
Ada anak yang menyaksikan orang terluka, meninggsl, mayat yang
bergelimpangan akibat bencana, orang tertembak, dipukuli, diculik, disiksa
akibat konflik social, dll. Pada ana pengalaman menyaksikan kematian,
penderitaan dan kekerasan dapat meninggalkan rasa takut yang mendalam,
ketidakpercayaan diri dan kemarahan.
6. Mengalami luka fisik.
Bencana yang terjadi dapat menyebabkan anak-anak mengalami luka fisik
yang parah seperti amputasi, patah tulang atau kehilangan penglihatan-
pendengaran. Anak-anak yang mengalami cacat fisik ini membutuhkan
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
14
pelayanan terpadu untuk membantu mereka menerima dan menyesuaikan diri
disamping kebutuhan akan penanganan psikologis.
7. Terlibat secara langsung dalam kekerasan dan pertikaian.
Anak yang hidup di daerah konflik sangat berpotensi terlibat dalam kekerasan
dan pertikaian. Anak yang terlibat hal semacam ini sering menunjukan
masalah tingkah laku yang berat sebagai akibat dari pengalaman mereka.
Mereka yang ditarik ke dalam kelompok yang bertikai biasanya diindoktrinasi
secara terus menerus sehingga begitu mengagungkan kekerasan. Hal ini
menumbuhkan perasaan ingin balas dendam dalam diri anak dan keinginan
untuk mengalahkan pihak lawan akan selalu menguasai pikiran anak.
8. Hidup dalam kemiskinan.
Kondisi serba kekurangan makanan, air atau rumah yang layak merupakan hal
layak merupakan hal yang umum selama pasca bencana atau akibat konflik
sosial. Masalah kekurangan gizi telah terbukti mengakibatkan efek yang serius
baik terhadap perkembangan fisik maupun psikologis anak. Kemiskinan juga
merupakan penyebab utama ketegangan dalam keluarga yang sering
menurunkan kemampuan orang tua untuk menyediakan situasi keluarga yang
aman, selamat dan penuh kasih sayang bagi anak.
9. Sekolah dan kegiatan anak-anak lainnya terganggu.
Salah satu efek utama bencana dan konflik terhadap anak-anak ialah terhadap
sekolah mereka. Peristiwa semacam ini menyebabkan anak tidak bisa ke
sekolah, sekolah ditutup atau para guru sering tidak dapat hadir ke sekolah
banyak di antara mereka juga meninggal akibat bencana/akibat konflik.
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
15
Banyak anak berhenti sekolah karena kemiskinan, orang tua tidak punya
cukup uang untuk menyekolahkan anak-anak. Kualitas pendidikan juga
terganggu, karena pekerjaan sekolah mereka dan bangunan sekolah atau
sarana lainnya rusak. Kegiatan rekreasi seperti olah raga atau festifal sering
dihentikan dan sering tidak kembali walaupun bahaya telah lewat. Semua
gangguan terhadap pola sehari-hari anak akan membuat mereka merasa
cemas, bosan, frustasi, juga membatasi perkembangan mereka. Hal ini terjadi
karrena mereka memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk belajar dan
mengembangkan ketrampilan mereka disbanding sebelumnya.
10. Ketegangan dan kekerasan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Efek lain yang terjadi selepas peristiwa sulit ialah bertambahnya ketegangan
dan kekerasan dalam keluarga, sekolah atau masyarakat. Orang-orang bukan
saja tertekan atau marah akibat konflik, bencana dan efek selanjutnya, tetapi
mereka juga jadi terbiasa dengan kekerasan dalam penyelesaian masalah.
Kekerasan dalam keluarga sering meningkat, terutama jika ayah jadi
pengangguran. Permainan dan interaksi anak menjadi lebih keras dan para
guru jadi sering memukul anak-anak sebagai bentuk kedisiplinan, terutama
jika anak-anak di kelas menjadi susah diatur dibandingkan sebelumnya.
Konflik dengan tetangga mudah terjadi dan disertai kekerasan. Ketegangan
antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat bisa memanas dan pecah
dalam bentuk kekerasan (misalnya pemberontakan para pengungsi karena
pemerintah tidak memberikan mereka uang untuk kembali ke desa mereka,
berebutan bantuan logistic, dll).
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
16
Terlepas dari pembahasan di atas, kita harus memahami bahwa makna
yang dirasakan anak tentang suatu pengalaman tertentulah yang akan menentukan
dampak yang terjadi pada dirinya. Ketika seorang anak melihat ayahnya
meninggal saat bencana terjadi, dampaknya akan tergantung dari makna yang
diberikan anak terhadap kejadian tersebut. Jika anak melihat kematian ayahnya
sebagai bentuk pengorbanan, menemukan arti atau alasan kematian itu, mungkin
ia tidak akan merasa terlalu terbebani oleh rasa kehilangan yang dirasakannya.
Lain halnya jika kematian ini dianggap sebagai peristiwa kecelakaan dan ketidak
adilan dimana anak tidak merasakan hubungan langsung dengan peristiwa yang
terjadi.
Anak-anak memerlukan perhatian khusus pada pendidikan awal “early
childhood education” mereka, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah khusus untuk menampung aktivitas
mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain, mengembangkan bakat, beristirahat,
bersosialisasi, dll. Untuk itu dibutuhkan wadah yang menarik yang dapat
mengidentifikasikan bentuk sebagai Taman Penitipan Anak.
Gambar 3. Anak
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
17
Anak tumbuh dan berkembang, dari segi fisik mereka mengalami
perubahan dari kecil menjadi besar. Anak-anak melakukan aktivitas, mereka terus
terus melakukan, bermain, berlari, meloncat, membaca dongeng, bercerita,
menyanyi, menari dll. Dari latar belakang pengalaman sulit yang anak-anak alami
dapat digunakan sebagai landasan konsep dalam merancang wujud bangunan
Taman Penitipan Anak dan penataan ruang, yang menarik, nyaman, aman dan
rekreatif menurut ukuran anak baik dari segi bentuk ruang dan sirkulasi, bentuk
perabot, elemen warna serta interior, sehingga mendukung proses pemulihan anak
kembali ke dalam kehidupan normal.
Bentuk bangunan atau tampilan bangunan sangat penting sebab tampilan
yang menarik membuat anak tertarik untuk masuk kedalamnya. Mereka
menikmati lingkungan tempat mereka belajar dan bermain melalui pandangan
mereka.
1.3. Rumusan Masalah
Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam pada bangunan
Taman Penitipan Anak yang memberikan suasana yang rekreatif yang dapat
menarik anak untuk dapat melakukan segala aktivitasnya yang dapat mendukung
proses pemulihan psikologis anak korban Tsunami.
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
18
1.4. Tujuan dan Sasaran
1.4.1. Tujuan
Terwujudnya sarana pendidikan dan pengembangan bakat dan minat bagi
anak usia 1-5 tahun yang berupa Taman Penitipan Anak, yang dapat memberikan
suasana aman, nyaman dan rekreatif guna mengembalikan anak korban bencana
alam Tsunami supaya dapat beraktivitas secara bebas pada ruang dalam maupun
ruang luar.
1.4.2. Sasaran
1. Terwujudnya Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan,
hiburan dan pengembangan bakat untuk anak usia 1 – 5 tahun yang
memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif.
2. Terwujudnya rancangan ruang dalam dan perabot menurut skala anak
dan dengan elemen warna yang menarik minat anak untuk beraktifitas
di dalamnya secara aman dan nyaman.
1.5. Metode studi
1.5.1. Pola Prosedural
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode pembahasan
komparasi dengan pembandingan sifat untuk membentuk suasana aman, nyaman
dan rekreatif yang dapat dijadikan pedoman untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan, mengadakan survey sebagai pertimbangan pemilihan elemen
pembentuk dan elemen warna yang menarik untuk anak.
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
19
1.5.2. Tata Langkah
Rumusan Permasalahan Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam dapat memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif untuk anak dapat beraktivitas
Pendekatan Psikologi anak • pengertian anak • pertumbuhan anak • perkembangan anak • lingkungan anak • jenis permainan anak
Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan 1. Pendekatan Permasalahan
Elemen pembentuk suasana yang aman, nyaman dan rekreatif pada ruang luar maupun ruang dalam teori pendekatan psikologi anak warna, bentuk, skala
2. Pendekatan kegiatan a. jenis kegiatan b. pelaku kegiatan c. kebutuhan ruang
3. Pendekatan Kebutuhan Ruang 4. Pendekatan Persyaratan Ruang 5. Pendekatan Besaran Ruang 6. Pendekatan Pemilihan lokasi dan site
- kriteria pemilihan dan site - alternatif lokasi dan site - penentuan lokasi dan site
7. Pendekatan Peletakan Ruang dan Hubungan Ruang - Pendekatan Peletakan ruang - Pendekatan Hubungan ruang
8. Pendekatan Struktur 9. Pendekatan Pengendalian bangunan dan Lingkungan
- Sistem penghawaan - Sistem pencahayaan - Sistem akustikal - Sistem jaringan air bersih - Sistem jaringan listrik - Sistem penanggulangan bahaya kebakaran - Sistem pembuangan sampah - Sistem penangkal petir - Sistem hijau
Data - sasaran pengguna - Standart besaran ruang
- Peraturan bangunan
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN a. Konsep Perencanaan B. Konsep Perancangan - lokasi dan site -Ruang dalam (ruang, sirkulasi, elemen - jenis kegiatan, jumlah pengguna pembatas, elemen pengisi, elemen warna) dan sifat kegiatan -ruang luar (sirkulasi, tampilan bangunan, - konsep peletakkan dan hubungan tata hijau, elemen pengisi) bangunan
D I S A I N
Pendekatan Arsitektural : • Bentuk • Tekstur • Warna
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
20
1.6. Lingkup studi
1.6.1. Materi studi
Materi studi dibatasi pada elemen pembentuk ruang dalam maupun ruang
luar yang memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif yang meliputi:
- warna - bahan
- bentuk
- tekstur
- skala
1.6.2. Pendekatan studi
Pendekatan psikologi anak dan sifat sebagai dasar pemilihan elemen
pembentuk
1.6.3. Sistematika pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar belakang pengadaan proyek, latar belakang
permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, pola prosedural,
tata langkah, lingkup studi dan sistematika pembahasan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK DENGAN PENGALAMAN
SULIT DAN TAMAN PENITIPAN ANAK SEBAGAI SARANA
PENDIDIKAN, HIBURAN DAN PENGEMBANGAN ANAK
Berisi tinjauan umum tentang anak yang mencakup pengertian tentang
anak, stressing yang berkaitan dengan perkembangan anak,
pertumbuhan dab perkembangan anak normal sebagai acuan, aktivitas
pekerja sosial tentang penanggulangan stress terhadap anak korban
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam
21
bencana dan konflik, lingkungan sosial anak, permainan anak, dan
Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan, hiburan dan
pengembangan kepribadian, bakat dan minat anak yang mencakup
pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan pengguna.
BAB III TINJAUAN TENTANG ASPEK PSIKOLOGI ANAK
Berisi tentang aspek psikologi anak yang mencakup aspek Arsitektural
yang mencakup bentuk, warna dan tekstur.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mengungkapkan tentang pertimbangan dan pemecahan permasalahan
untuk menentukan konsep perencaan dan perancangan.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi konsep dasar program ruang, konsep dasar tata ruang dalam,
konsep dasar tata ruang luar, konsep dasar tampilan bangunan.