bab i pendahuluan -...

21
Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Setahun telah berlalu bumi Aceh terkoyak. Ratusan ribu korban selamat berusaha bangkit untuk menata kembali kehidupan, dengan tertatih. Di antara mereka, terdapat ribuan anak yang jiwanya masih labil. Trauma mendalam rasanya sulit lekang dari benak mereka, yang merasakan langsung terseret air hitam pekat, 26 Desember 2004. Apalagi anak-anak yang terpaksa harus hidup tanpa belaian kasih sayang orang tua. Gambar 1. Anak yatin korban Tsunami 2004 Sekitar 23.000 jiwa anak korban musibah gempa dan tsunami di 11 kabupaten/kota di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu segera adanya penanganan khusus dari semua pihak karena kondisi mereka saat ini sangat riskan.

Upload: ngokhuong

Post on 20-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Setahun telah berlalu bumi Aceh terkoyak. Ratusan ribu korban selamat

berusaha bangkit untuk menata kembali kehidupan, dengan tertatih. Di antara

mereka, terdapat ribuan anak yang jiwanya masih labil. Trauma mendalam

rasanya sulit lekang dari benak mereka, yang merasakan langsung terseret air

hitam pekat, 26 Desember 2004. Apalagi anak-anak yang terpaksa harus hidup

tanpa belaian kasih sayang orang tua.

Gambar 1. Anak yatin korban Tsunami 2004

Sekitar 23.000 jiwa anak korban musibah gempa dan tsunami di 11

kabupaten/kota di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu segera adanya

penanganan khusus dari semua pihak karena kondisi mereka saat ini sangat riskan.

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

2

“Masalah yang mereka hadapi saat ini cukup komplek, setelah kehilangan orang

tua, saudara dan rumah tempat tinggal, karenanya anak anak yatim dan piatu

korban musibah alam itu perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak,

terutama pemerintah,” kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi

NAD, Ir A. Gani Nurdin, di Banda Aceh, Senin (8/8/2005).

Berbicara pada rapat koordinasi tentang kesejahteraan dan perlindungan anak

yang diselenggarakan Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Provinsi NAD,

ia menjelaskan semua pihak perlu memikirkan pembinaan yang berkelanjutan

terhadap anak anak yatim itu. Ia menyebutkan rata rata anak yatim korban tsunami

itu berusia antara dua hingga 17 tahun. Mereka itu tidak memiliki pakaian yang

layak, makan tidak menentu dan keadaan kesehatan yang cenderung menurun.

“Hingga saat ini, masyarakat masih hanya sebatas merasa cemas terhadap

kondisi anak anak yang terianiaya itu. Padahal yang sangat dibutuhkan para anak

anak tersebut adalah perlindungan yang menyeluruh dan pembinaan intensif

dengan pola pendekatan fleksibel,” kata A. Gani Nurdin. Oleh karenanya, ia

mengatakan perlunya kerjasama terpadu untuk mengembalikan anak anak itu pada

posisinya sebagai anak manusia yang harus dilindungi hak-haknya secara utuh.

Di pihak lain, dia menyebutkan selain korban akibat musibah gempa,

pemerintah dan komponen masyarakat juga perlu memperhatikan secara serius

terhadap nasib anak anak jalanan di provinsi ujung paling barat Indonesia yang

semakin hari jumlahnya terus bertambah. A Gani Nurdin menyebutkan sebelum

gempa dan tsunami, 26 Desember 2004, tercatat sekitar 150.000 jiwa anak

jalanan, termasuk sebanyak 500 orang saat ini tersebar di wilayah Kota Banda

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

3

Aceh. “Bahkan data anak jalanan itu terus meningkat dalam beberapa tahun

terakhir menyusul meningkatnya eskalasi kekerasan atau konflik di sejumlah

wilayah di Aceh,” tambah dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan pembinaan anak jalanan di Aceh itu bisa

dilakukan dengan program rumah singgah. “Program rumah singgah itu tidak

hanya dianggap sebagai ´terminal´, tetapi proses tempat mereka transit sementara

untuk menuju pembinaan berkelanjutan,” tambah dia.(ant)

Gambar 2. Keluarga yang selamat dan bertahan hidup di tenda darurat

Semakin menurunnya jumlah orang tua yang merawat anaknya,

membuat fungsi keluarga sebagai tempat untuk mendidik anak semakin

berkurang. Kompleksnya kebutuhan pendidikan bagi anak selaras dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, juga telah menuntut perlunya lembaga atau

pihak lain yang mampu menangani pendidikan secara lebih profesional. Salah satu

lembaga yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi tersebut adalah Taman

Penitipan Anak (TPA).

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

4

Pada kenyataannya, bahwa pelayanan bagi anak dini usia yang integratif

yang mencakup aspek-aspek pendidikan, kesehatan dan gizi, belum dilaksanakan

sebagaimana halnya pelayanan bagi anak dini usia yang dilaksanakan melalui

TPA. Padahal TPA merupakan suatu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini

dalam upaya peningkatan kualitas hidup anak dan sekaligus sebagai upaya

kegiatan untuk mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Tahun.

Anak tumbuh dan berkembang begitu pesat, dari hari ke hari mereka

tumbuh menjadi dewasa yang ditandai dengan bertambah besarnya ukuran badan

dan fungsi fisik yang murni. Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh perkembangan

psikis, seperti bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa,

berjalan, berbicara dan sebagainya. Perkembangan anak tadi dipengaruhi oleh

lingkungan masyarakat disekitarnya.

Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada anak usia 0-4

tahun ditandai oleh perkembangan tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat harus

tumbuh dan menjadi stabil sebagai latar belakang struktural tingkah laku yang

akan datang. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang

sudah ada sebelum proses belajar terjadi, merupakan sifat khas hubungan antara

ibu (pengasuh) dengan anak. Pada periode akhir tahun pertama sampai dengan

tahun keempat, banyak sekali kemajuan dicapai anak dalam perkembangan

motorik sosial dan kognitif. Sedangkan perkembangan sosial dan perkembangan

kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai

dengan meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

5

pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Teman dan guru mempunyai

pengaruh yang sangat besar pada proses emansipasi.

Dari data yang diperoleh dari Badan Pengolahan Statistik (BPS)

Nangroe Aceh Darusalam, diperoleh jumlah anak usia 0 - 4 tahun dan usia 5 - 15

tahun yang cenderung meningkat. Pada tabel 1.1 menunjukan pertumbuhan

jumlah anak usia 0 – 4 dan usia 5 – 15 tahun di Nangroe Aceh Darusalam pada

tahun 1997-2000 adalah

Tabel 1.1

Jumlah anak usia 0 – 15 tahun di NAD pada tahun 1997-2000

Tahun Usia

(tahun) 1997 1998 1999 2000

0 – 4 192.578 jiwa 187.607 jiwa 190.479 jiwa 193.349 jiwa

5 – 15 517.181 jiwa 512.621 jiwa 509.754 jiwa 499.661 jiwa

Sumber: Data pertumbuhan penduduk BPS Nangroe Aceh Darusalam

Jumlah anak yang cenderung meningkat menuntut beberapa pihak untuk

dapat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan mereka secara maksimal,

dengan alasan supaya mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang kreatif, peka terhadap lingkungan, serta bersosialisasi dengan masyarakat

disekitarnya. Anak yang salah satu orang tuanya tidak meninggal karena tsunami

memungkinkan untuk mendapatkan bimbingan dari ayah/ibunya secara langsung,

tetapi tidak demikian halnya dengan anak yang kedua orang tuanya telah

meninggal. Kesibukan orang tua membuat waktu bermain dan belajar bersama

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

6

anak mereka menjadi terkurangi. Para orang tua yang menyadari arti pentingnya

pendidikan dini bagi anak, akan memasukan anak mereka ke lembaga pendidikan

informal maupun formal seperti: Play Group atau Taman Bermain, Preschool atau

prasekolah, Kindergarten atau Taman Kanak-kanak, Tempat Penitipan Anak.

Tabel 1.2

Tempat Penitipan Anak di Kota Madya Banda Aceh

Nama TPA Kapasitas Jumlah

anak /hari

Tempat kerja *

Orang tua

TPA Malaysia - Indonesia

Association

30 anak 17 anak -Pedagang di pasar

-Tukang Becak

-Buruh

-Petani

-Nelayan

TPA Orphans 40 anak 28 anak -Guru

-Pegawai kantor

-Petani

Keterangan : semuanya merupakan korban tsunami.

Melihat dari kapasitas dan jumlah anak yang dititipkan menunjukkan

bahwa banyak orang tua yang kurang berminat menitipkan anaknya ke TPA. TPA

yang sudah tersedia di Banda Aceh ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah

yang dapat dilihat dari murahnya biaya penitipan anak perhari dan jenis pekerjaan

para orang tua. Orang tua dari kalangan menengah ke atas kurang percaya untuk

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

7

menitipkan anak mereka dikarenakan kurangnya fasilitas, fisik bangunan yang

kurang menarik atau terkesan seadanya, tenaga pengajar yang kurang, dan

sebagainya.

Dari Tabel 1.3. dapat dilihat pengeluaran untuk bidang pendidikan

menduduki urutan kedua, menunjukan bahwa perhatian para orang tua terhadap

dunia pendidikan semakin besar.

Tabel 1.3

Urutan Nilai dan persentase pengeluaran

Non makanan menurut jenisnya tahun 2000

Jenis Pengeluaran Nilai Persentase

Perumahan dan bahan bakar,penerangan, air

Biaya Pendidikan

Barang-barang dan jasa

Biaya Kesehatan

Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala

Barang Tahan lama

Keperluan pesta dan upacara

Pajak pemakaian dan Premi asuransi

21.609,64

9.990,69

6.314,95

4.862,08

3.831,19

3.099,61

1.836,54

1.017,63

39,89

7,56

4,78

3,76

2,90

2,35

1,41

0,77

Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam

Biaya pendidikan yang menduduki urutan kedua menunjukan bahwa para

orang tua semakin peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, peduli terhadap

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

8

masa depan anak-anaknya. Pendidikan awal yang baik sangat penting bagi masa

depan anak, dan itu berarti pendidikan harus dimulai sedini mungkin.

Tabel 1.4

Persentase Penduduk menurut golongan Pengeluaran Per Kapita sebulan

Nangroe Aceh Darusalam tahun 2000

Golongan Pengeluaran perkapita sebulan (Rp) Jumlah (%)

< 40.000

40.000 - 59.999

60.000 - 79.999

80.000 - 99.999

100.000 - 149.999

150.000 - 199.999

200.000 - 299.999

300.000 - 499.999

> 500.000

-

0,92

4,77

10,81

32,16

18,84

16,32

10,31

5,86

Jumlah (total) 100,00

Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam

Fasilitas untuk anak di Banda Aceh belum tersedia secara lengkap dan

terpisah antara dunia pendidikan, hiburan, kesehatan dan penitipan anak dengan

jarak yang berjauhan dan pengelola yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan

wadah yang menyediakan fasilitas untuk anak secara lengkap, tetapi untuk dapat

menikmati fasilitas untuk anak tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi, maka

sasarannya adalah keluarga sejahtera dari golongan menengah keatas yang besar

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

9

pengeluaran perkapita sebulannya ± Rp.300.000,00 sampai dengan

>Rp.500.000,00

Pendidikan, pendampingan dan pengarahan sangat diperlukan oleh anak

saat mereka tumbuh dan berkembang dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal. Pendidikan Anak Dini Usia adalah salah satu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak usia dini yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan dasar dan dalam kehidupan tahap berikutnya. Anak usia 1 – 5 tahun

lebih pada pendidikan nonformal, dimana mereka dapat bermain sambil belajar

ataupun belajar sambil bermain, di dalam permainan terdapat nilai-nilai

pendidikan, pengembangan dan pembinaan mental, pribadi dan potensi anak,

mereka dipersiapkan untuk menghadapi tingkat pendidikan selanjutnya, yang

lebih teratur, bertingkat dan memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas.

Perkembangan jumlah anak yang meningkat setiap tahunnya

memerlukan perhatian secara khusus. Anak-anak memerlukan perhatian khusus

pada pendidikan awal “early childhood education” mereka, baik dari lingkungan

keluarga maupun lingkungan masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah

khusus untuk menampung aktivitas mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain,

mengembangkan bakat, beristirahat, bersosialisasi, dll. Wadah tersebut disebut

sebagai Taman Penitipan Anak. Taman Penitipan Anak ini mewadahi kegiatan-

kegiatan seperti Pendidikan, dimana mereka bisa belajar membaca, menulis,

melipat kertas, dll; Pengembangan Bakat masing-masing anak seperti menyanyi,

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

10

menari, melukis, bermain musik, dll; Kesehatan Anak yaitu pemeriksaan

kesehatan anak secara rutin; Pusat Bermain dan Rekreasi dimana anak-anak

bisa bermain secara bebas menggunakan mainan indoor maupun outdoor yang

tersedia, seperti berenang, bermain bola, panjatan, berkemah, dll; fasilitas

penitipan anak yang disediakan bagi anak yang orang tuanya menjadi korban

bencana Tsunami.

Dengan menawarkan sesuatu yang baru yaitu program-program yang

berbeda, dan lebih spesifik,serta fasilitas yang lebih lengkap untuk pendidikan

awal dunia anak, Banda Aceh memerlukan fasilitas pendidikan dan

pengembangan untuk anak yang lebih lengkap, oleh karena itu ditawarkan wadah

yang baru yang bisa mewadahi segala aktifitas anak dari keluarga golongan

ekonomi menengah keatas.

1.2. Latar Belakang Permasalahan

1.2.1. Pengalaman sulit yang dialami anak akibat bencana dan reaksi yang

ditimbulkannya.

Berbagai bencana dan konflik sosial yang terjadi di Indonesia

menyebabkan banyak hak-hak anak-anak dilanggar, mereka terpapar kekerasan,

sekolah dan rumah merekamenjadi rusak, identitas mereka terancam, harus

menjadi pengungsi, terpisah dari keluarga,terpaksa melihat kematian keluarga,

orang tua, saudara ataupun teman dan harus menghadapi kehidupan yang tak

menentu dan sulit, atau menyesuaikan diri terhadap kehidupan baru yang berubah

selamanya akibat konflik dan bencana. Setiap anak memiliki kisah dan

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

11

pengalaman buruk masing-masing disamping memiliki kisah keberanian dan

kemanusiaan mereka sendiri. Semuanya terpengaruh dengan carayang berbeda-

beda.

Ada 10 pengalaman sulit yang dialami anak-anak akibat bencana (baik bencana

alam, maupun yang diakibatkan oleh manusia), yaitu :

1. Kematian dan kehilangan orang tua dan keluarga dekat.

Banyak anak yang orang tuanya meninggal akibat bencana. Banyak pula orang

tua anak-anak yang hilang dan tak ada keluarga yang tahu dimana mereka

berada. Kematian orang tua atau keluarga dekat, apalagi jika anak

menyaksikan kematian tersebut, bias menimbulkan tekanan yang berat dan

reaksi depresi pada anak. Ketidakpastian akibat orangtua yang hilang dan

tidak tahu kapan mereka akankembali sangat menekan untuk anak-anak dan

bias membuat anak sangat gelisah, tidak mau diam dan curiga.

2. Mengalami pertikaian.

Di daerah-daerah tertententu seperti di NAD, sumber tekananpada kehidupan

anak bukan hanya bencana. Konflik sosial yang terjadi turut mrnyebabkan

rakyat sipil merasakan dampaknya. Sering terjadi penyerangna kelompok-

kelompok bersenjata ke rumah dan desa-desa, pencarian ke desa-desa oleh

kelompok bersenjata yang mengancam kehidupan orang sipil. Tindak

kekerasan ini dapat meningkatkan kecemasan anak dan beberapa anak akan

menunjukan tanda-tanda fobia(yaitu ketakutan yang tidak rasional terhadap

benda, tempat atau orang tertentu.

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

12

3. Hidup sebagai pengungsi atau kembali ke desa mereka.

Perubahan dalam kehidupan akibat berpindah dan menimbulkan tekanan

terutama pada anak-anak. Anak-anak yang tinggal sebagai pengungsi sering

harus meninggalkan teman-teman dan keluarganya, terpaksa tinggal di

lingkungan yang sulit dibandingkan sebelumnya (sesak, kekurangan makanan,

orang tua tidak bekerja). Sekolah mereka sering terhenti. Berbagai ketegangan

dalam pengungsian, pertikaian antar pengungsi dan masyarakat sekitarnya.

Selain itu, ketidak pastian masa depan bisa menjadikan hidup ini sangat sulit

untuk kehidupan seorang anak. Mereka menjadi terasing di lingkungan yang

baru. Akibat perpindahan ini anak dapat menunjukan reaksi cemas yang

berlebihan, tidak mau pergi ke sekolah, memiliki keluhan psikosomatis

(masalah fisik tanpa penyebab yang jelas) dan mengalami gangguan tidur. Ada

yang jadi pemurung karena selalu teringat rumah lama mereka, ada pula yang

terus menerus menolak lingkungan baru mereka dan menjadi agresif.

Kesulitan-kesulitan seperti ini sebenarnya cukup umum, tetapi proses kembali

ke desa atau kota mereka atau penempatan di daerah lain bisa sulit juga untuk

anak. Jika mereka kembali ke daerah lama mereka, pasti selalu ada perubahan

– rumah atau sekolah mereka harus dibangun kembali dan bisa saja tidak

sebagus yang sebelumnya, mereka harus meninggalkan teman-teman semasa

mengungsi, beberapa keluarga atau teman tidak ada di sana (meninggal atau

pindah ke tempat lain). Mereka harus menyesuaikan kembali kehidupan di

daerah yang baru. Masalah serupa bisa terjadi jika keluarga di tempatkan di

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

13

daerah lain. Pada kasus ini, anak kembali ke masalah yang mereka miliki

ketika mereka pertama kali pindah/mengungsi.

4. terpisah dari orang tua dan keluarga.

Perpisahan dengan orang tua atau pengasuhnya bisa menyebabkan masalah

yang serius untuk kesehatan jiwa anak-anak, terutama anak kecil. Anan-anak

bisa jadi tertekan (sedih, menarik diri, tidak tertarik terhadap sesuatu , banyak

menangis) atau cemas (sepertinkesulitan dalam berkonsentrasi, tidak bisa

duduk diam,mudah ketakutan, gelisah) terutama jika mereka terpisah dari

orang tua untuk waktu yang lama. Sekali lagi tidakpastian terlibat dalam

perpisahan orang tua, ditambah kenyataan bahwa anak-anak yang terpisah

sering lebih rentan terhadap eksploitasi atau pengabaian, membuat ini menjadi

pengalaman yang sangat menegangkan untuk anak-anak.

5. Menyaksikan peristiwa traumatis.

Saat konflik atau bencana, banyak anak yang menjadi saksi peristiwa tersebut.

Ada anak yang menyaksikan orang terluka, meninggsl, mayat yang

bergelimpangan akibat bencana, orang tertembak, dipukuli, diculik, disiksa

akibat konflik social, dll. Pada ana pengalaman menyaksikan kematian,

penderitaan dan kekerasan dapat meninggalkan rasa takut yang mendalam,

ketidakpercayaan diri dan kemarahan.

6. Mengalami luka fisik.

Bencana yang terjadi dapat menyebabkan anak-anak mengalami luka fisik

yang parah seperti amputasi, patah tulang atau kehilangan penglihatan-

pendengaran. Anak-anak yang mengalami cacat fisik ini membutuhkan

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

14

pelayanan terpadu untuk membantu mereka menerima dan menyesuaikan diri

disamping kebutuhan akan penanganan psikologis.

7. Terlibat secara langsung dalam kekerasan dan pertikaian.

Anak yang hidup di daerah konflik sangat berpotensi terlibat dalam kekerasan

dan pertikaian. Anak yang terlibat hal semacam ini sering menunjukan

masalah tingkah laku yang berat sebagai akibat dari pengalaman mereka.

Mereka yang ditarik ke dalam kelompok yang bertikai biasanya diindoktrinasi

secara terus menerus sehingga begitu mengagungkan kekerasan. Hal ini

menumbuhkan perasaan ingin balas dendam dalam diri anak dan keinginan

untuk mengalahkan pihak lawan akan selalu menguasai pikiran anak.

8. Hidup dalam kemiskinan.

Kondisi serba kekurangan makanan, air atau rumah yang layak merupakan hal

layak merupakan hal yang umum selama pasca bencana atau akibat konflik

sosial. Masalah kekurangan gizi telah terbukti mengakibatkan efek yang serius

baik terhadap perkembangan fisik maupun psikologis anak. Kemiskinan juga

merupakan penyebab utama ketegangan dalam keluarga yang sering

menurunkan kemampuan orang tua untuk menyediakan situasi keluarga yang

aman, selamat dan penuh kasih sayang bagi anak.

9. Sekolah dan kegiatan anak-anak lainnya terganggu.

Salah satu efek utama bencana dan konflik terhadap anak-anak ialah terhadap

sekolah mereka. Peristiwa semacam ini menyebabkan anak tidak bisa ke

sekolah, sekolah ditutup atau para guru sering tidak dapat hadir ke sekolah

banyak di antara mereka juga meninggal akibat bencana/akibat konflik.

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

15

Banyak anak berhenti sekolah karena kemiskinan, orang tua tidak punya

cukup uang untuk menyekolahkan anak-anak. Kualitas pendidikan juga

terganggu, karena pekerjaan sekolah mereka dan bangunan sekolah atau

sarana lainnya rusak. Kegiatan rekreasi seperti olah raga atau festifal sering

dihentikan dan sering tidak kembali walaupun bahaya telah lewat. Semua

gangguan terhadap pola sehari-hari anak akan membuat mereka merasa

cemas, bosan, frustasi, juga membatasi perkembangan mereka. Hal ini terjadi

karrena mereka memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk belajar dan

mengembangkan ketrampilan mereka disbanding sebelumnya.

10. Ketegangan dan kekerasan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Efek lain yang terjadi selepas peristiwa sulit ialah bertambahnya ketegangan

dan kekerasan dalam keluarga, sekolah atau masyarakat. Orang-orang bukan

saja tertekan atau marah akibat konflik, bencana dan efek selanjutnya, tetapi

mereka juga jadi terbiasa dengan kekerasan dalam penyelesaian masalah.

Kekerasan dalam keluarga sering meningkat, terutama jika ayah jadi

pengangguran. Permainan dan interaksi anak menjadi lebih keras dan para

guru jadi sering memukul anak-anak sebagai bentuk kedisiplinan, terutama

jika anak-anak di kelas menjadi susah diatur dibandingkan sebelumnya.

Konflik dengan tetangga mudah terjadi dan disertai kekerasan. Ketegangan

antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat bisa memanas dan pecah

dalam bentuk kekerasan (misalnya pemberontakan para pengungsi karena

pemerintah tidak memberikan mereka uang untuk kembali ke desa mereka,

berebutan bantuan logistic, dll).

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

16

Terlepas dari pembahasan di atas, kita harus memahami bahwa makna

yang dirasakan anak tentang suatu pengalaman tertentulah yang akan menentukan

dampak yang terjadi pada dirinya. Ketika seorang anak melihat ayahnya

meninggal saat bencana terjadi, dampaknya akan tergantung dari makna yang

diberikan anak terhadap kejadian tersebut. Jika anak melihat kematian ayahnya

sebagai bentuk pengorbanan, menemukan arti atau alasan kematian itu, mungkin

ia tidak akan merasa terlalu terbebani oleh rasa kehilangan yang dirasakannya.

Lain halnya jika kematian ini dianggap sebagai peristiwa kecelakaan dan ketidak

adilan dimana anak tidak merasakan hubungan langsung dengan peristiwa yang

terjadi.

Anak-anak memerlukan perhatian khusus pada pendidikan awal “early

childhood education” mereka, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah khusus untuk menampung aktivitas

mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain, mengembangkan bakat, beristirahat,

bersosialisasi, dll. Untuk itu dibutuhkan wadah yang menarik yang dapat

mengidentifikasikan bentuk sebagai Taman Penitipan Anak.

Gambar 3. Anak

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

17

Anak tumbuh dan berkembang, dari segi fisik mereka mengalami

perubahan dari kecil menjadi besar. Anak-anak melakukan aktivitas, mereka terus

terus melakukan, bermain, berlari, meloncat, membaca dongeng, bercerita,

menyanyi, menari dll. Dari latar belakang pengalaman sulit yang anak-anak alami

dapat digunakan sebagai landasan konsep dalam merancang wujud bangunan

Taman Penitipan Anak dan penataan ruang, yang menarik, nyaman, aman dan

rekreatif menurut ukuran anak baik dari segi bentuk ruang dan sirkulasi, bentuk

perabot, elemen warna serta interior, sehingga mendukung proses pemulihan anak

kembali ke dalam kehidupan normal.

Bentuk bangunan atau tampilan bangunan sangat penting sebab tampilan

yang menarik membuat anak tertarik untuk masuk kedalamnya. Mereka

menikmati lingkungan tempat mereka belajar dan bermain melalui pandangan

mereka.

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam pada bangunan

Taman Penitipan Anak yang memberikan suasana yang rekreatif yang dapat

menarik anak untuk dapat melakukan segala aktivitasnya yang dapat mendukung

proses pemulihan psikologis anak korban Tsunami.

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

18

1.4. Tujuan dan Sasaran

1.4.1. Tujuan

Terwujudnya sarana pendidikan dan pengembangan bakat dan minat bagi

anak usia 1-5 tahun yang berupa Taman Penitipan Anak, yang dapat memberikan

suasana aman, nyaman dan rekreatif guna mengembalikan anak korban bencana

alam Tsunami supaya dapat beraktivitas secara bebas pada ruang dalam maupun

ruang luar.

1.4.2. Sasaran

1. Terwujudnya Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan,

hiburan dan pengembangan bakat untuk anak usia 1 – 5 tahun yang

memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif.

2. Terwujudnya rancangan ruang dalam dan perabot menurut skala anak

dan dengan elemen warna yang menarik minat anak untuk beraktifitas

di dalamnya secara aman dan nyaman.

1.5. Metode studi

1.5.1. Pola Prosedural

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode pembahasan

komparasi dengan pembandingan sifat untuk membentuk suasana aman, nyaman

dan rekreatif yang dapat dijadikan pedoman untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan, mengadakan survey sebagai pertimbangan pemilihan elemen

pembentuk dan elemen warna yang menarik untuk anak.

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

19

1.5.2. Tata Langkah

Rumusan Permasalahan Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam dapat memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif untuk anak dapat beraktivitas

Pendekatan Psikologi anak • pengertian anak • pertumbuhan anak • perkembangan anak • lingkungan anak • jenis permainan anak

Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan 1. Pendekatan Permasalahan

Elemen pembentuk suasana yang aman, nyaman dan rekreatif pada ruang luar maupun ruang dalam teori pendekatan psikologi anak warna, bentuk, skala

2. Pendekatan kegiatan a. jenis kegiatan b. pelaku kegiatan c. kebutuhan ruang

3. Pendekatan Kebutuhan Ruang 4. Pendekatan Persyaratan Ruang 5. Pendekatan Besaran Ruang 6. Pendekatan Pemilihan lokasi dan site

- kriteria pemilihan dan site - alternatif lokasi dan site - penentuan lokasi dan site

7. Pendekatan Peletakan Ruang dan Hubungan Ruang - Pendekatan Peletakan ruang - Pendekatan Hubungan ruang

8. Pendekatan Struktur 9. Pendekatan Pengendalian bangunan dan Lingkungan

- Sistem penghawaan - Sistem pencahayaan - Sistem akustikal - Sistem jaringan air bersih - Sistem jaringan listrik - Sistem penanggulangan bahaya kebakaran - Sistem pembuangan sampah - Sistem penangkal petir - Sistem hijau

Data - sasaran pengguna - Standart besaran ruang

- Peraturan bangunan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN a. Konsep Perencanaan B. Konsep Perancangan - lokasi dan site -Ruang dalam (ruang, sirkulasi, elemen - jenis kegiatan, jumlah pengguna pembatas, elemen pengisi, elemen warna) dan sifat kegiatan -ruang luar (sirkulasi, tampilan bangunan, - konsep peletakkan dan hubungan tata hijau, elemen pengisi) bangunan

D I S A I N

Pendekatan Arsitektural : • Bentuk • Tekstur • Warna

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

20

1.6. Lingkup studi

1.6.1. Materi studi

Materi studi dibatasi pada elemen pembentuk ruang dalam maupun ruang

luar yang memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif yang meliputi:

- warna - bahan

- bentuk

- tekstur

- skala

1.6.2. Pendekatan studi

Pendekatan psikologi anak dan sifat sebagai dasar pemilihan elemen

pembentuk

1.6.3. Sistematika pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar belakang pengadaan proyek, latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, pola prosedural,

tata langkah, lingkup studi dan sistematika pembahasan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK DENGAN PENGALAMAN

SULIT DAN TAMAN PENITIPAN ANAK SEBAGAI SARANA

PENDIDIKAN, HIBURAN DAN PENGEMBANGAN ANAK

Berisi tinjauan umum tentang anak yang mencakup pengertian tentang

anak, stressing yang berkaitan dengan perkembangan anak,

pertumbuhan dab perkembangan anak normal sebagai acuan, aktivitas

pekerja sosial tentang penanggulangan stress terhadap anak korban

Tempat Penitipan Anak di Nanggroe Aceh Darussalam

21

bencana dan konflik, lingkungan sosial anak, permainan anak, dan

Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan, hiburan dan

pengembangan kepribadian, bakat dan minat anak yang mencakup

pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan pengguna.

BAB III TINJAUAN TENTANG ASPEK PSIKOLOGI ANAK

Berisi tentang aspek psikologi anak yang mencakup aspek Arsitektural

yang mencakup bentuk, warna dan tekstur.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mengungkapkan tentang pertimbangan dan pemecahan permasalahan

untuk menentukan konsep perencaan dan perancangan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisi konsep dasar program ruang, konsep dasar tata ruang dalam,

konsep dasar tata ruang luar, konsep dasar tampilan bangunan.