makalah tsunami

30
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah – Nya lah sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengerjakan makalah ini. Meskipun makalah ini telah disusun sebaik mungkin, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf yang sebesar – besarnya serta tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Makassar, Oktober 2014 Penyusun

Upload: sernita-domapa

Post on 15-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tsunami

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tsunami

KATA  PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan hidayah – Nya lah sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan

diselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengerjakan makalah ini.

Meskipun makalah ini telah disusun sebaik mungkin, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penyusun memohon maaf yang sebesar – besarnya serta tetap

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, Oktober 2014

Penyusun

Page 2: Makalah Tsunami

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penanganan bencana (disaster management) merupakan proses yang dinamis,

terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang

berhubungan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan

(preventive), mitigasi, kesiapsiagaan (preparedness), tanggap darurat, evakuasi,

rehabilitasi dan pembangunan kembali (reconstruction). Sedangkan mitigasi

adalah merupakan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan

potensi dampak negatif dari suatu bencana.Penanganan bencana menjadi

penting dan mendesak untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien akhir-

akhir ini setelah bencana gempa dan disusul dengan tsunami yang terjadi di

Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Sedangkan kegiatan mitigasi

merupakan salah satu bagian dari kegiatan penanganan bencana yang difokuskan

untuk mengurangi potensi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bencana yang

diprediksikan akan terjadi di masa datang.

I.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini antara lain :

a. Mengetahui tentang Bencana Alam Tsunami

b. Mengetahui penyebabkan Tsunami itu terjadi

c. Mengetahui upaya Mitigasi bencana alam Tsunami

Page 3: Makalah Tsunami

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Tsunami

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan

kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi

yang terjadi di dasar laut.

Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan

kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam.

Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi

gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang

sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan

gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara

dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-

puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai

pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun

kecepatannya, namun tinggi gelombangnyameningkat puluhan meter dan bersifat

merusak.

Gambar 2.1 Mekanisme Tsunami (Ariatman, 2010)

Page 4: Makalah Tsunami

II.2 Penyebab Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan

sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa

bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah

akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami

diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun

secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di

atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika

sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya

tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana

gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.

Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50

km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah

laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun

saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena

terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk

daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter

bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga

banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke

bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat

mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang

menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun

Page 5: Makalah Tsunami

secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.

Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika

ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadimegatsunami yang

tingginya mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami

Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)

Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter

Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Contoh ilustrasi gambar terjadinya Tsunami

II.3 Sistem Peringatan Dini

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan jugaHawaii,

mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani

kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai

Gambar 2.2 Ilustrasi Tsunami (Ariatman, 2010)

Page 6: Makalah Tsunami

institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat

dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang

terknoneksi dengansatelit.

Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung

di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat

dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama

kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah

dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih

dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan

23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada

tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional

pada tahun 1965.

Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,

dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA,

dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik

universitas.

Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses

terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah

gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung.

Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi

gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai

di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang

mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti

kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam

tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan

tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan

secara akurat.

Page 7: Makalah Tsunami

II.4 Sistem Peringatan Dini di Indonesia

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah

mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami

Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan

BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi

mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan.

Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai

dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision

Support System - DSS).

Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak,

baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional,

lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian

Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan

bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN

TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika).

Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu

paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya

dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan

permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Cara Kerja

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja

yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,

daerah dan bermuara di Masyarakat.

Page 8: Makalah Tsunami

Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf

(pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan

melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO

GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa

dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut

berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan

skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat

mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan

diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS,

BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang

tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG.

BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi

perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah

yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga

menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah

terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk

saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet),

FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui

Website BMG (www.bmg.go.id).

Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun

banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga

saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu,

kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu

siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini

Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar

Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk

Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa

seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai.

Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius

komunikasinyapun relatif cukup memadai.

Page 9: Makalah Tsunami

II.5 Mitigasi Tsunami

Tsunami merupakan gelombang pasang yang dibangkitkan oleh terjadinya

gempa tektonik, letusan gunung api di lautan, ataupun tanah longsor. Gelombang

pasang (tidal waves) juga bisa dibangkitkan oleh adanya badai, terutama

pada negara yang memiliki pantai dangkal yang cukup panjang dan lautan

cukup luas (misal: Bangladesh). Sekitar 85 persen tsunami yang ada adalah

dibangkitkan oleh gempa tektonik. Beberapa kejadian gempa bumi yang

diikuti oleh tsunami di Indonesia antara lain yang terjadi di Pantai Barat

Sulawesi (23 Februari 1969), Sumba (19 Agustus 1977), Pulau Flores

dengan kekuatan 7,5 skala Richter (12 Desember 1992), Banyuwangi, Jawa

Timur dengan kekuatan 7,2 skala Richter (2 Juni 1994), Pulau Biak, Irian

Jaya dengan kekuatan 8,2 skala Richter (17 Februari 1996), serta yang terbaru

adalah di Nangroe Aceh Darussalam dengan kekuatan sekitar 8,9 skala Richter

(26 desember 2004, Pukul 07.59). Yang juga tak kalah dahsyatnya adalah

tsunami yang diakibatkan oleh letusan Gunung Krakatau pada hari Senin

tanggal 27 Agustus 1883 pada Pukul 10.02.Poin-poin strategis yang terdiri atas

komponen-komponen SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, Threats),

digunakan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan visi, misi,

kebijakan, program, strategi dan kegiatan. Pada artikel ini uraian ditekankan

pada komponen-komponen SWOT dan kebijakan-kebijakan yang bisa

diadopsi. Komponen pertama adalah kekuatan, yang mencakup sumberdaya,

potensi ataupun keunggulan lain terhadap kompetitor dan kebutuhan yang

ingin dilayani oleh suatu sistem.

Beberapa kekuatan dalam kaitannya dengan mitigasi tsunami ini antara lain: [1]

Terdapat Departemen maupun Dinas khusus yang menangani persoalan

pesisir, [2] Kawasan pesisir mempunyai keanekaragaman yang bernilai

tinggi, seperti terumbu karang, ekosistem hutan bakau, estuaria, padang

lamun, mineral, minyak bumi, [3] Sebagian besar kota-kota di Indonesia

Page 10: Makalah Tsunami

terletak di wilayah pesisir, [4] Wilayah pesisir mempunyai fungsi penting

dalam kegiatan transportasi, industri serta distribusi barang dan jasa, serta

kegiatan manuisa yang lain.

Beberapa kelemahan yang ada antara lain: [1] Wilayah pesisir sebagai pertemuan

antara lingkungan darat, laut serta udara sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan yang terjadi, [2] Belum optimalnya pengaturan tata ruang serta

pemanfaatan wilayah pesisir, [3] Pemahaman mengenai bencana serta

dampak yang ditimbulkan, yang dimiliki oleh stake holders masih amat

beragam, [4] Wilayah pesisir rentan terhadap kejadian bencana alam, [5]

Terbatasnya akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, informasi serta pasar,

serta [6] Kondisi sebagian wilayah pesisir yang mengalami degradasi

lingkungan, mengalami kerusakan biofisik yang mengkhawatirkan. Sedangkan

komponen peluang adalah merupakan sesuatu ataupun keadaan yang

menguntungkan pada suatu sistem.

Beberapa peluang yang ada antara lain: [1] Wilayah pesisir mempunyai potensi

ekonomi yang besar, [2] Memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi

kawasan yang indah dan nyaman untuk rekreasi, pariwisata maupun kawasan

hunian, [3] Berpeluang untuk berperan penting dalam kegiatan transportasi,

distribusi barang dan jasa, pelabuhan, pangkalan militer dan sebagainya. Poin

yang ke empat yaitu komponen ancaman, yang merupakan sesuatu atau

keadaan yang tidak menguntungkan yang menjadi pengganggu utama terhadap

sistem pada waktu sekarang maupun di masa mendatang.

Beberapa ancaman tersebut antara lain: [1] Ancaman bencana alam seperti

tsunami, banjir, kelangkaan air tawar, gelombang pasang akibat badai, erosi serta

abrasi [2] Ancaman perubahan dan degradasi lingkungan darat, laut maupun

udara, [3] Potensi konflik dalam pemanfaatan ruang pesisir. Dengan

memperhatikan beberapa komponen-komponen strategis tersebut di atas,

beberapa faktor yang merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan mitigasi

lingkungan pesisir bisa disebutkan antara lain: [1] Pemahaman terhadap

karakteristik bencana alam dan kerusakan yang ada di wilayah pesisir, [2]

Page 11: Makalah Tsunami

Pemahaman terhadap tingkat resiko dan kerentanan wilayah pesisir terhadap

bencana, [3] Pemahaman kondisi lingkungan, sosial budaya, dan kearifan lokal,

[4] Pemahaman terhadap upaya-upaya mitigasi baik yang

bersifat struktural maupun non struktural, [5] Peningkatan kapasitas kelembagaan

dan law enforcement, serta [6] Faktor yang menjamin kontinyuitas. Minimal

terdapat enam langkah yang bisa diupayakan dalam melakukan mitigasi bencana

tsunami. Kebijakan pertama, adalah dengan melakukan upaya -upaya

perlindungan kepada kehidupan, infrastruktur dan lingkungan pesisir.

Pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) dan pembuatan

bangunan pelindung merupakan contoh upaya perlindungan yang bisa

dikembangkan. Kejadian gempa memang belum bisa diprediksi dengan tepat.

Gempa dahsyat Mentawai yang terjadi pada tahun 1833 diperkirakan akan

mempunyai kala ulang 200 tahun, atau sekitar tahun 2033 akan terjadi lagi. Tapi

apakah akan terjadi tepat pada tahun 2033 ,Belum tentu Dalam pendekatan

statistik atau analisis frekuensi kejadian, maka kala ulang hanya merupakan

aspek probabilitas atau kebolehjadian dari suatu kejadian. Namun demikian

kejadian gempa (pusat gempa dan besarannya, misal dalam skala richter) dapat

dikuantifikasi atau dinyatakan dalam angka tertentu. Pada sisi lain, penjalaran

gelombang dari lokasi pembangkitan gelombang hingga ke pesisir akan

membutuhkan rentang waktu tertentu. Seperti yang tercatat pada Pulau Biak, Irian

Jaya dengan kekuatan gempa sekitar 8,2 skala Richter (17 Februari 1996),

ternyata gelombang tsunami-nya menjalar sampai ke Jepang.

Menurut Laporan Tim Survei Tsunami Internasional (ITST) pimpinan

Fumihiko Imamura, bahwa gelombang akibat tsunami tersebut sampai di Jepang

yang berjarak 2000 km setelah enam jam semenjak terjadinya gempa. Artinya

cepat rambat rerata gelombang tsunami adalah 333,3 km/jam. Demikian juga

halnya dengan yang terjadi di Aceh, terdapat rentang waktu sekitar 50 menit

antara proses terjadinya gempa bumi dengan diterjangnya Banda Aceh oleh

gelombang pasang tsunami, seperti yang terekam oleh Cut Putri lewat camera

video amatirnya. Untuk mencapai pantai India malah dibutuhkan lebih dari satu

Page 12: Makalah Tsunami

jam. Di sinilah terdapat harapan untuk menyelamatkan kerugian yang amat besar

terutama kematian ribuan manusia dengan menggunakan teknologi untuk

sistem peringatan dini. Mengacu pada penelitian Identifikasi Garis Pantai

yang Rawan oleh Tsunami akibat Letusan Gunung Krakatau (Jokowinarno,

D., 2009) didapatkan jarak garis pantai ke lokasi pembangkitan gelombang

tsunami yaitu Gunung Krakatau seperti yang tertera pada Tabel 1

Tabel 2.1 Tabel garis pantai ke lokasi pembangkitan gelombang tsunami

(Jokowinarno, D., 2009)

Kuantifikasi gejala gempa bumi yang membangkitkan gelombang pasang

tsunami ini lebih bisa diandalkan (reliable) dibanding dengan melihat

perilaku binatang di sekitar pantai ataupun tanda-tanda yang ditunjukkan

dengan menyurutnya air laut. Di suaka marga satwa Sri Langka memang

tidak ditemukan bangkai binatang akibat terjangan tsunami, artinya memang

binatang mempunyai semacam “indera ke enam” untuk mengetahui datangnya

gelombang pasang. Namun demikian, yang menjadi permasalahan adalah

kesulitan manusia untuk mengerti “bahasa” binatang tersebut.

Page 13: Makalah Tsunami

Manusia belum mampu dengan akurat menginterpretasikan perilaku binatang,

misal sulit membedakan perilaku burung yang mengetahui tsunami ataukah

hujan badai ataupun kejadian alam yang lain. Sebelum tsunami menerjang

memang air laut biasanya surut drastis, seperti yang dituturkan oleh

Riesnayanti, warga Kaju, Banda Aceh yang selamat. Air surut secara drastis

ini pula yang terjadi sewaktu tsunami akibat letusan Krakatau. Ribuan

orang berlarian ke pantai Anyer untuk menangkap ikan, yang selanjutnya

mendadak sontak gelombang tsunami dengan magnitudo ketinggian lebih dari

10 meter menggulung mereka. Surutnya air laut tidak reliable juga sebagai

tanda akan datangnya tsunami karena memang setiap hari air laut mengalami

pasang-surut dengan amplitudo yang bervariasi sesuai dengan posisi bumi

terhadap benda-benda di ruang angkasa terutama bulan dan matahari.

Namun demikian, tanda-tanda alam dan perilaku binatang dalam merespon

akan datangnya bencana tersebut dapat digunakan untuk melengkapi

kesempurnaan teknologi sistem peringatan dini yang hendak dibangun.

Artinya dalam sistem peringatan dini, semua indikator dijadikan sebagai

komponen yang saling sinergi untuk membangun kehandalan sistem. Sedangkan

perlunya pembangunan bangunan pelindung juga sangat mendesak

disosialisasikan. Seperti halnya dalam menangkal terjadinya erosi dan abrasi

pantai, sebenarnya minimal terdapat empat cara yang bisa dilakukan, antara

lain pembuatan tanggul ataupun pemecah gelombang yang terkadang dilengkapi

dengan armouring, cara vegetasi dengan mangrove, mundur dari garis pantai,

ataupun dibiarkan saja jika bencana tersebut tidak ada efek negatifnya terhadap

manusia secara langsung.

Pembuatan struktur tanggul ataupun pemecah gelombang banyak

diimplementasikan di Belanda, Jepang, Amerika Serikat maupun negara lain

yang berpotensi mendapat ancaman bencana. Pembuatan tanggul (dam) di

Belanda misalnya, dirancang dengan banjir laut rancangan dengan kala ulang

sebesar 10 ribu tahun. Sehingga banyak kota di Belanda yang mempunyai

akhiran dam semisal Amsterdam, Rotterdam, Volendam dan sebagainya.

Page 14: Makalah Tsunami

Bandingkan dengan banjir rancangan yang digunakan untuk membuat

konstruksikonstruksi di Indonesia, tak jarang kita mendapatkan suatu tanggul

yang dibuat berdasar banjir rancangan sebesar 100 tahun, bahkan “hanya” 25

tahun.

Terbebas seratus persenkah suatu wilayah pesisir dari hantaman bencana

tsunami jika telah dibuat tanggul dan revetmen-nya dengan banjir rancangan kala

ulang 10 ribu tahun. Belum tentu Konsep probabilitas inilah yang kini gencar

disosialisasikan oleh berbagai organisasi profesi yang bergerak di bidang

keteknikan. Tetap saja ada kemungkinan terlampauinya tinggi tanggul oleh

terjangan gelombang. Misal tinggi tanggul untuk banjir rancangan kala ulang 10

ribu tahunan adalah setinggi 10 meter, maka jika datang gelombang pasang

dengan tinggi 13 meter akan terlampauilah tanggul tersebut. Namun demikian

tanggul yang dirancang dengan debit rancangan dengan kala ulang yang lebih

tinggi berarti akan mempunyai probabilitas untuk terlampaui yang lebih rendah.

Analisis frekuensi untuk data hidrologi sudah lebih akrab dan banyak dilakukan,

sedangkan untuk keperluan tinggi muka air rancangan (desgin water level)

untuk laut memang masih sangat langka. Hal ini berkaitan dengan langkanya

pencatatan mengenai gelombang (tide, waves, swell) seperti tinggi, periode,

panjang, arah serta cepat rambat gelombang dalam rentang waktu yang relatif

lama.

Kebijakan dalam mitigasi bencana tsunami yang ke dua adalah dengan

meningkatkan pemahaman dan peranserta masyarakat pesisir terhadap

kegiatan mitigasi bencana gelombang pasang. Kebijakan ini bisa dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain mensosialisasikan dan meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai bencana alam dan kerusakan lingkungan yang

ditimbulkan, mengembangkan informasi bencana dan kerusakan yang

ditimbulkan termasuk pengembangan basis data dan peta resiko bencana,

menggali berbagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Indonesia yang

terdiri dari beraneka ragam suku dan entitas, sangat banyak memiliki

kearifan lokal dalam usaha untuk mempertahankan hidup dan bersahabat dengan

Page 15: Makalah Tsunami

alam. Kebijakan ke tiga adalah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat

terhadap bencana. Kebijakan ini bisa diimplementasikan dalam hal-hal

sebagai berikut: pengembangan sistem yang menunjang komunikasi untuk

peringatan dini dan keadaan darurat, menyelenggarakan latihan dan simulasi

tanggapan terhadap bencana dan kerusakan yang ditimbulkan, serta

penyebarluasan informasi tahapan bencana dan tanda-tanda yang mengiringi

terjadinya bencana. Implementasi kebijakan ke tiga ini dalam kondisi

sekarang memang sudah sangat ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi. Dari bencana tsunami di Aceh, dapat diambil kesimpulan

bahwa telepon satelit menjadi sangat reliable. Ketika telepon kabel maupun

telepon seluler mengalami gangguan karena BTS-nya mengalami kerusakan,

maka telepon satelit yang mengandalkan pada satelit yang mempunyai orbit

geostasioner setinggi 30 ribu kilometer di atas bumi masih cukup handal.

Pada waktu mendatang prospek dari telepon satelit tampaknya akan semakin

mampu “melayani yang tidak terlayani”.Kebijakan ke empat adalah meningkatkan

koordinasi dan kapasitas kelembagaan mitigasi bencana. Implementasi dari

kebijakan ke empat ini antara lain peningkatan peran serta kerjasama yang

sinergis dari berbagai pihak, pengembangan forum koordinasi dan integrasi

program antar sektor, antar level birokrasi.

Pada tataran aksi terbukti bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

penanganganan bencana maka peran serta seluruh stake holder amatlah besar,

oleh karenanya perlu diberdayakan. Walaupun dalam setiap manajemen bencana

selalu saja ada “kabar miring” mengenai pengelolaan sumbangan, namun

partisipasi masyarakat tetap sangat tinggi untuk menyatakan solidaritas dan

simpati, bahkan bersifat lintas negara. Dengan kata lain manajemen bencana

terutama bencana yang besar memang membutuhkan manajer-manajer yang

cakap dan berkompeten. Kebijakan ke lima adalah menyusun payung hukum

yang efektif dalam upaya mewujudkan upaya-upaya mitigasi bencana yaitu

dengan jalan penyusunan produk hukum yang mengatur pelaksanaan upaya

mitigasi, pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan pelaksanaan

Page 16: Makalah Tsunami

bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum

terkait mitigasi. Kebijakan ini relevan dengan kenyataan yang ada sekarang,

misal yang menyangkut tata ruang pesisir. Hal ini lebih urgen bila dikaitkan

dengan tata ruang pesisir, yaitu keprihatinan atas pemanfaatan sempadan pantai di

Bali yang sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan hotel.

Seperti kita ketahui bahwa Bali adalah salah satu lokasi yang rawan terhadap

bencana tsunami.Sedangkan kebijakan yang ke enam adalah mendorong

keberlanjutan aktivitas ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi yang mampu meningkatkan nilai

ekonomi kawasan, meningkatkan keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir

untuk kegiatan perekonomian.

Page 17: Makalah Tsunami

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan

kecepatan hinggalebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi

yang terjadi di dasar laut.

2. Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan

sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa

bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi

3. Sistem peringatan dini adalah suatu system atau alat yang digunakan

untuk mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi

mengakibatkan tsunami.

III.2 Saran

1. Pembaca diharapkan mampu memahami pengertian dari Tsunami

2. Pembaca diharapkan mampu mengetahui penyebab terjadinya Tsunami

3. Pembaca diharapkan mampu memahami sistem peringatan dini terhadap

Tsunami

Page 18: Makalah Tsunami

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami

Iwan, W.D., editor, 2006, Summary report of the Great Sumatra Earthquakes and

Indian Ocean tsunamis of 26 December 2004 and 28 March 2005:

Earthquake Engineering Research Institute, EERI Publication #2006-06, 11

chapters, 100 page summary, plus CD-ROM with complete text and

supplementary photographs, EERI Report 2006-06. [www.eeri.org] ISBN 1-

932884-19-X

Dudley, Walter C. & Lee, Min (1988: 1st edition) Tsunami!ISBN 0-8248-

1125-9 link

Kenneally, Christine (December 30 2004). "Surviving the

Tsunami". Slate. link

Macey, Richard (January 1 2005). "The Big Bang that Triggered A

Tragedy", The Sydney Morning Herald, p 11 - quoting Dr Mark

Leonard, seismologist at Geoscience Australia.

Lambourne, Helen (March 27 2005). "Tsunami: Anatomy of a disaster". BBC

News. link

abelard.org. tsunamis: tsunamis travel fast but not at infinite speed. Website,

retrieved March 29 2005. link

The NOAA's page on the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami

Jokowinarno Dwi, 2011, Jurnal “MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR LAMPUNG”

Page 19: Makalah Tsunami