bab i pendahuluan - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakip 2013 ditlin.pdf ·...

49
LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Upaya tersebut diimplementasikan melalui optimalisasi fungsi berbagai unsur dalam sistem perlindungan dalam rangka meminimalkan kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim (DPI) seperti tanaman terkena banjir, kekeringan dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Landasan hukum dan dasar pertimbangan pelaksanaan kegiatan perlindungan hortikultura adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT/9/1997 tentang Pedoman pengendalian OPT. Di samping itu, dalam era otonomi daerah, pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangannya mengacu kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Landasan hukum dan ketentuan-ketentuan peraturan tersebut diwujudkan dalam kebijakan penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat sesuai prinsip-prinsip “Good Agricultural Practices (GAP)“ (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman budidaya buah dan sayur yang baik). Untuk mengemban amanah memelihara keseimbangan alam tersebut, Direktorat Perlindungan Hortikultura melakukan perumusan kebijaksanaan pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT, yang pelaksanaan pada TA 2013 dioperasionalkan dalam 5 (lima) indikator utama (IKU) meliputi, 1) Pengelolaan OPT, 2).Rekomendasi DPI, 3). Peningkatan kapasitas lembaga perlindungan, 4). Pemenuhan persyaratan teknis SPS-WTO, dan 5). Pengembangan SLPHT. Hasil

Upload: phamphuc

Post on 03-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

Perlindungan tanaman merupakan bagian integral penting dari sistem agribisnis

hasil pertanian, terutama dalam mempertahankan produksi hortikultura mantap pada

taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas, menguntungkan petani, menjamin

kesehatan manusia, dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Upaya

tersebut diimplementasikan melalui optimalisasi fungsi berbagai unsur dalam sistem

perlindungan dalam rangka meminimalkan kehilangan hasil akibat dampak perubahan

iklim (DPI) seperti tanaman terkena banjir, kekeringan dan serangan organisme

pengganggu tumbuhan (OPT).

Landasan hukum dan dasar pertimbangan pelaksanaan kegiatan perlindungan

hortikultura adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura,

Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan

Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan

Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT/9/1997 tentang Pedoman pengendalian OPT. Di

samping itu, dalam era otonomi daerah, pelaksanaan tugas, fungsi, dan

kewenangannya mengacu kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Landasan hukum dan ketentuan-ketentuan peraturan tersebut

diwujudkan dalam kebijakan penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat sesuai prinsip-prinsip “Good

Agricultural Practices (GAP)“ (Permentan No.48/OT.140/10/2009 tentang pedoman

budidaya buah dan sayur yang baik).

Untuk mengemban amanah memelihara keseimbangan alam tersebut,

Direktorat Perlindungan Hortikultura melakukan perumusan kebijaksanaan

pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT, yang pelaksanaan pada TA 2013

dioperasionalkan dalam 5 (lima) indikator utama (IKU) meliputi, 1) Pengelolaan OPT,

2).Rekomendasi DPI, 3). Peningkatan kapasitas lembaga perlindungan,

4). Pemenuhan persyaratan teknis SPS-WTO, dan 5). Pengembangan SLPHT. Hasil

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

2

pelaksanaan kegiatan utama tersebut diharapkan mampu menurunkan proporsi luas

serangan OPT terhadap total luas panen hortikultura maksimal 5 %.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/ 7/2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian dan Keputusan Menteri

Pertanian No.341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata

Kerja Departemen Pertanian, Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan

tugas dan menyelenggarakan fungsi.

Tugas Direktorat Perlindungan Hortikultura:

1. Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perlindungan hortikultura.

Fungsi Direktorat Perlindungan Hortikultura:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran

dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran dan obat,

florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis.

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan

tanaman buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan

persyaratan teknis.

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman buah,

sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis.

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Perlindungan

Hortikultura, terdiri atas Subdirektorat Dampak Iklim dan Persyaratan Teknis,

Subdirektorat Perlindungan Tanaman Buah, Subdirektorat Perlindungan Tanaman

Sayuran dan Tanaman Obat, Subdirektorat Perlindungan Tanaman Florikultura, 9 unit

Eselon IV dan 1 Sub Bagian Tata Usaha.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

3

Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura, diukur dari indikator kinerja input,

output, outcome, yang didasarkan pada pedoman yang disusun oleh Lembaga

Administrasi Negara sesuai dengan Keputusan Kepala Administrasi Negara No.

239/IX/6/8/2003, tentang perbaikan pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, tentang pedoman

penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan instansi pemerintah.

Pelaksanaan pembangunan hortikultura Tahun 2013 merupakan tahun ketiga

dari periode Rencana Strategis 2010-2014. Oleh karena itu pada Tahun 2013

Direktorat Perlindungan Hortikultura telah merumuskan kebijakan dan paradigma

baru yang dilaksanakan dalam 5 kegiatan strategis yang merupakan IKU program

perlindungan hortikultura, guna mendukung pengembangan hortikultura periode

2010-2014 terutama dalam mengawal budidaya tanaman hortikultura sesuai prinsip-

prinsip “Good Agricultural Practices (GAP)“ yang didasari pada penerapan prinsip-

prinsip PHT, peningkatan produksi dan mutu hasil hortikultura dan terpenuhinya

persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang ditetapkan organisasi

perdagangan dunia, World Trade Organization (WTO).

Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan perlindungan TA 2013 dan

menciptakan transparansi publik terhadap pemanfaatan fasilitasi anggaran

pemerintah, maka disusunlah LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun

2013.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

4

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan salah

satu alat manajemen dalam rangka penyelenggaraan pemerintah terdesentralisasi

yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja pemerintah yang terukur dan

tranparan kepada publik terhadap kegiatan yang difasilitasi pemerintah. Melalui

Keppres No. 7/1999 pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah pusat

maupun daerah sampai eselon II untuk menerapkan SAKIP.

SAKIP tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan.

Komponen – komponen tersebut antara lain: Perencanaan Kinerja. Komponen

perencanaan kinerja meliput: a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana Strategis

(Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK) atau juga

sering disebut perjanjian kinerja.

2.1. Perencaaan kinerja

2.1.1 Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2010 telah

ditetapkan dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor:

1185/Kpts/OT.140/3/2010 (terlampir)

Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Hortikultura terkait

Perlindungan Hortikultura disajikan dalam tabel berikut:

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

5

Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perlindungan

Hortikultura

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sumber Data

1 Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1. Fasilitas Pengelolaan OPT

- Laporan dari BPTPH dan Dinas Pertanian Provinsi

2. Rekomendasi dampak perubahan Iklim

- Laporan dari BPTPH dan BMKG

3. Lembaga perlindungan tanaman hortikultura

- Laporan dari BPTPH

4. Draft Pest List persyaratan teknis SPS

- Laporan dari BPTPH, Lembaga penelitian dan perguruan tinggi

5. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu( SLPHT )

- Laporan BPTPH

2.1.2 Renstra

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Hortikultura dirancang

sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategis, program dan kegiatan

pengembangan sistem perlindungan hortikultura. Dokumen Renstra

tersebut berisi visi, misi, dan tujuan Direktorat Perlindungan Hortikultura

yang selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan Sub Direktorat lingkup

Direktorat Perlindungan Hortikultura. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Direktorat Perlindungan Hortikultura dan berpedoman pada PP RI No. 5

Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014 serta Rencana Strategis

Kementerian Pertanian 2010 – 2014, maka telah disusun Renstra Direktorat

Perlindungan Hortikultura tahun 2010 – 2014, yang mencakup :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

6

2.1.2.1 Visi dan Misi

Visi perlindungan hortikultura adalah “Terwujudnya Kemandirian

Petani dan Pemasyarakatan Pertanian Lain dalam Penerapan PHT

dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan dan Berwawasan Agribisnis“.

Untuk mewujudkan visi tersebut, perlindungan hortikultura

mempunyai misi:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

petani tentang PHT.

b. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk terbinanya

kemandirian petani dalam pengelolaan DPI dan OPT.

c. Melindungi petani dan konsumen hasil pertanian dari akibat

samping penggunaan bahan kimia.

d. Meminimalkan pencemaran lingkungan dan melestarikan

keanekaragaman hayati di ekosistem pertanian.

e. Melindungi dan mengatur hak dan kewajiban petani maupun

masyarakat lainnya yang terkait dalam pengelolaan DPI dan

OPT.

f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dari

usahataninya.

2.1.2.2. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis

Tujuan perlindungan tanaman pada dasarnya adalah memperkecil

resiko DPI dan serangan OPT sehingga produksi hortikultura

mantap pada taraf tinggi baik kualitas maupun kuantitas,

menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia, dan

mempertahankan kelestarian lingkungan hidup, melalui upaya-

upaya:

a. Pengendalian serangan OPT utama melalui upaya penurunan

luas serangan dan kehilangan hasil karena DPI dan serangan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

7

OPT serta peningkatan mutu hasil hortikultura (buah, sayuran

dan obat, dan florikultura);

b. Perwujudan keberhasilan usahatani melalui pengelolaan

usahatani yang efektif dan efisien dalam menerapkan teknologi

pengendalian OPT sesuai prinsip PHT;

c. Perwujudan produk hortikultura yang bebas dari

cemaran/residu pestisida dan kelestarian lingkungan hidup

melalui upaya apresiasi/sosialisasi dan pemasyarakatan

penggunaan pestisida yang baik dan benar dengan residu

minimum serta terpenuhinya standar perdagangan dunia (SPS-

WTO);

d. Perwujudan pelayanan informasi publik dan peningkatan

kepuasan dan tanggungjawab di bidang perlindungan

tanaman.

Selama lima tahun (2010-2014) program perlindungan baik yang

sudah dan akan dilaksanakan, Direktorat Perlindungan Hortikultura

mencanangkan target melalui 5 kegiatan yang merupakan indikator

kegiatan utama (IKU) yaitu :

1. Peningkatan pengelolaan OPT

2. Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan laboratorium

perlindungan hortikultura

4. Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung

ekspor produk hortikultura

5. Pengembangan SLPHT

Untuk mewujudkan tujuan pengembangan sistem perlindungan

hortikultura maka sasaran strategis tahun 2010-2014 adalah

meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman

hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

8

dengan Indikator dari sasaran strategis bidang perlindungan dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan

Hortikultura Tahun 2013

No Indikator Strategis

Komoditas

Buah Sayur Tan. Obat dan

Jamur

Florikultura

1 Proporsi luas serangan OPT hortikultura terhadap total luas panen (%)

5,0 5,0 5,0 5,0

Keterangan: *) maksimal 5,0 %

Sedangkan sasaran strategis perlindungan hortikultura yang

diharapkan meliputi:

a. Terkendalinya serangan atau gangguan OPT maksimum 5,0%

dari total luas panen, pemantauan dampak perubahan iklim

(kebanjiran, kekeringan, serangan dan perubahan status OPT,

dominasi spesies, dsb) mempertahankan potensi produksi

hortikultura baik jumlah maupun mutu; serta meningkatnya

pendapatan dan kesejahteraan petani dan pelaku agribisnis

lainnya; dengan tetap terjaganya kesehatan manusia dan

kelestarian lingkungan hidup.

b. Terbangunnya sinergisme kegiatan perlindungan hortikultura

yang merupakan bagian dari sistem dan usaha agribisnis yang

berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan

terdesentralisasi.

c. Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah,

swasta dan masyarakat terkait dalam perencanaan,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

9

pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan perlindungan

hortikultura.

d. Terwujudnya sinkronisasi program dan kegiatan perlindungan

hortikultura antar berbagai instansi atau organisasi di tingkat

pusat, antar instansi tingkat pusat dengan perwakilan di luar

negeri.

2.1.2.3 Arah Kebijakan, Strategi dan Program

Arah kebijakan pengembangan sistem perlindungan hortikultura

terkait dengan sasaran strategis Tahun 2010 – 2014 adalah

menurunkan luas serangan OPT terhadap total luas panen

hortikultura maksimal 5 %, dalam rangka “meningkatkan produksi,

produktifias dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman

konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan”, yang dilaksanakan

melalui upaya kegiatan utama dan kegiatan pendukung sebagai

berikut:

1. a. Peningkatan Pengelolaan OPT

- Gerakan pengendalian OPT hortikultura

- Bimbingan teknis pelaksanaan pengendalian OPT hortikultura

- Apresiasi pengendalian OPT hortikultura

b. Pengamatan dan Peramalan OPT pada Komoditas

Hortikultura

- Penerapan metode pengamatan OPT hortikultura

- Pengamatan, analisis dan manajemen data OPT

- Peningkatan kemampuan teknis POPT dan petugas Lab PHP

- Pemetaan wilayah sebar serangan OPT hortikultura

2. Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim

- Inventarisasi data dan informasi tentang iklim

- Koordinasi penanganan dampak perubahan iklim

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

10

- Analisa dampak perubahan iklim terhadap tanaman

hortikultura

- TOT/SLI Hortikultura

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan

Hortikultura

a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura

- Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

- Forum koordinasi dan konsultasi

b. Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan

Hortikultura

- Laporan bulanan, tahunan, keuangan

- Koordinasi, konsultasi dan penyelesaian pekerjaan mendesak

- Sarana kantor

- Alat pengolah data

4. Peningkatan Kapasitas Laboratorium Perlindungan

Hortikultura

- Pembinaan dan pemantauan pengembangan penerapan agens

hayati dan biopestisida pada Lab PHP

- Pengembangan dan perbanyakan agens hayati dan biopestisida

di Laboratorium PHP

- Pembinaan teknis pengelolaan OPT dan DPI pada tanaman

hortikultura

5. Peningkatan Pemenuhan Persyaratan Teknis SPS

Mendukung Ekspor Produk Hortikultura

- Surveillance OPT hortikultura untuk pest list, identifikasi,

pembuatan koleksi, penyusunan laporan, Pest Risk

Management, penerapan ALPP

6. Sekolah Lapang PHT dan pengembangan kelembagaan

perlindungan tanaman hortikultura

- SLPHT hortikultura

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

11

- TOT SLPHT bagi alumni

- SLPHT oleh alumni

Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan kebijakan dan program di

atas pada dasarnya adalah penguatan atau pemantapan subsistem-

subsistem dalam sistem perlindungan tanaman, seperti diuraikan berikut ini:

1. Peningkatan Pengelolaan OPT

Kenaikan suhu udara akibat DPI telah memicu peningkatan populasi dan

serangan OPT hortikultura yang menimbulkan kerugian bagi petani.

Untuk peningkatan pengelolaan OPT diperlukan bimbingan teknis,

apresiasi dan gerakan pengendalian OPT sesuai PHT dengan penggunaan

agens hayati dan biopestisida. Pengamatan diarahkan untuk mengetahui

dengan cepat, lengkap, dan akurat tentang jenis OPT hortikultura,

komoditas yang diserang, dimana, dan kapan yang mencakup intensitas,

luas, dan kerugian yang di timbulkan OPT dan DPI, serta faktor

lingkungan yang mempengaruhinya. Hasil pengamatan digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian dan tindakan lain

yang diperlukan.

Peramalan diarahkan untuk memperkirakan perkembangan DPI dan OPT

hortikultura, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dapat

diambil tindakan antisipatif yang tepat, terutama apabila didukung

ketersediaan sarana pengamatan dan pelaporan yang memadai, seperti

adanya sistem informasi managemen (SIM) perlindungan yang handal,

dimana arus informasi segera dapat diakses melalui peringatan dini (early

warning system).

2. Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim terhadap hortikultura telah banyak

menimbulkan kerugian akibat frekuensi kejadian iklim ekstrim

meningkat seperti banjir, kekeringan, angin kencang dan serangan

OPT. Untuk meminimalkan kerugian akibat DPI pada hortikultura perlu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

12

upaya peningkatan pengelolaannya, antara lain melalui kegiatan

koordinasi, sosialisasi, dan pembinaan serta sekolah lapang tentang

pemanfaatan informasi iklim kepada pelaku agribisnis hortikultura dan

masyarakat lainnya, sehingga bermanfaat untuk melakukan antisipasi

terhadap DPI melalui upaya mitigasi dan adaptasi pada usahataninya.

Selain itu memfasilitasi pengadaan sarana POPT (kondisi saat ini di 33

BPTPH kurang memadai) guna mempermudah mengakses database

DPI dan OPT, seperti alat pencatat unsur iklim (SMPK/AWS), dan alat

komunikasi via internet.

Hasil pengujian penurunan emisi GRK di Kabupaten Rembang pada

petak PHT dan konvensional pada pertanaman cabai menunjukkan

bahwa perlakuan PHT mampu menurunkan emisi gas N2O sebesar

27% dibandingkan perlakuan konvensional. Selain itu, pada petak

konvensional diasumsikan pemberian 10 kg pupuk Nitrogen (N)

menjadi N2O-N pada 1 ha lahan diketahui sebesar 0,474 kg

N2O/ha/musim pupuk N berubah menjadi emisi sedangkan pada

perlakuan PHT pemberian pupuk sebesar 10 kg mampu merubah emisi

sebesar 0,345 kg N2O/ha/musim.

Hasil pengujian penurunan emisi GRK di Kabupaten Sukabumi pada

petak PHT dan konvensional pada pertanaman cabai menunjukkan

bahwa perlakuan PHT mampu menurunkan emisi gas N2O sebesar

14% dibandingkan perlakuan konvensional. Selain itu, pada petak

konvensional diasumsikan pemberian 10 kg pupuk Nitrogen (N)

menjadi N2O-N pada 1 ha lahan diketahui sebesar 0,489 kg

N2O/ha/musim pupuk N berubah menjadi emisi sedangkan pada

perlakuan PHT pemberian pupuk sebesar 10 kg mampu merubah emisi

sebesar 0,420 kg N2O/ha/musim.

Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N pada petak PHT

mampu menurunkan emisi gas N2O di lahan cabai. Selain itu

perbedaan perlakuan pemupukan di dataran tinggi (Sukabumi) dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

13

dataran rendah (Rembang) menunjukkan adanya penurunan gas N2O

pada perlakuan PHT yang berarti bahwa penerapan PHT di samping

mampu membantu dalam peningkatan produksi tetapi juga

mempengaruhi penurunan emisi GRK.

Hasil analisa mikroba dalam tanah dan air (sampel dari Sumatera

Barat, Banten, dan Garut) diketahui bahwa rata-rata jumlah populasi

bakteri pada rhizosfer dan pada air, jumlah populasi bakteri pada

rhizosfer dan pada air, jumlah total fungi, jumlah bakteri penambat N,

dan jumlah bakteri pelarut P kandungan memenuhi persyaratan teknis

minimal berarti tanah dan air pada lahan tersebut belum ada cemaran

dari mikroba atau residu.

Analisa kehilangan hasil terhadap OPT: terdapat hubungan yang nyata

antara serangan ulat daun bawang merah dengan kehilangan hasil

dengan kontribusi sebesar 74 % (R2=0,74) artinya serangan ulat daun

berkontribusi terhadap kehilangan hasil bawang merah sebesar 74%.

Analisa kehilangan hasil terhadap iklim: interaksi antara faktor iklim

(CH dan intensitas serangan ulat daun) pada 2 bulan sebelum panen

berkontribusi sebesar 71% (R2=0,71) terhadap serangannya pada saat

panen. 2 bulan sebelum panen merupakan waktu kritis untuk

pengendalian ulat bawang. Ledakan OPT ulat bawang dan embun

tepung sangat dipengaruhi oleh pola iklim.

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan Hortikultura

Dalam rangka menunjang kegiatan sistem perlindungan tanaman,

maka dibutuhkan kelengkapan kerja pendukung dan fasilitas yang

memadai agar penyelenggaraan kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai sangat

berpengaruh terhadap kinerja perlindungan hortikultura baik di pusat

maupun di daerah antara lain berupa alat pengolah data pendukung

pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM), sarana

pendukung kegiatan sinergisme sistem perlindungan hortikultura

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

14

dengan SPS-WTO, analisis dan mitigasi perubahan iklim. Kegiatan

perlindungan hortikultura difokuskan pada penyelesaian masalah OPT

di lapangan melalui kegiatan Pengelolaan dan Pengendalian OPT

Hortikultura, yang salah satu komponen kegiatannya yaitu Fasilitasi

Sarana/Prasarana pengendalian OPT pada tanaman jeruk di Provinsi

Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Bengkulu.

Kegiatan Fasilitasi Sarana/Prasarana yaitu bahan pengendali OPT pada

tanaman jeruk dalam bentuk bahan pengendali OPT ramah

lingkungan,dengan rincian sebagai berikut:

a. Agensia hayati Trichoderma sp. dan Metarhizium sp. untuk

mengendalikan OPT jeruk di Kabupaten Karo, dan Simalungun

Provinsi Sumatera Utara.

b. Agensia hayati dalam rangka rehabilitasi jeruk di Kabupaten Garut

Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, dan

Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Selatan, dalam bentuk

agensia hayati Bacillus subtillis (cair), Rizhobacterium sp. (cair),

dan Rizhobacterium sp. (padat).

c. Agensia hayati Beauveria bassiana, kapur tohor, belerang, dan

insektisida berbahan aktif imidakloprid untuk mengendalikan

serangga vektor CVPD (Diaphorina citri) pada jeruk di Kabupaten

Sambas Provinsi Kalimantan Barat.

Kegiatan Fasilitasi Sarana/Prasarana juga untuk pengendalian OPT

sayuran dalam bentuk cendawan penyubur akar dan pengendali OPT

(Mikoriza) pada tanaman kentang di Provinsi Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, dan NTB.

Berdasarkan hasil monitoring di lapangan terhadap parameter yang

diamati, petak perlakuan dengan mikoriza menunjukkan hasil lebih

baik, antara lain sebagai berikut:

a. Sistem perakaran (panjang akar) lebih panjang dan akar serabut

lebih banyak

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

15

b. Tinggi tanaman lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan

mikoriza

c. Ketegaran tanaman: lebih kokoh

d. Ketahanan tanaman lebih kuat sehingga jenis OPT yang menyerang

hampir tidak ada

e. Produksi kentang : lebih tinggi mencapai 58 ton/ ha dibandingkan

dengan yang tidak menggunakan mikoriza (20 ton/ha)

Pengadaan sarana pendukung di pusat dan daerah antara lain berupa

alat pengolah data pendukung pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (SIM), sarana pendukung kegiatan sinergisme sistem

perlindungan hortikultura dengan SPS–WTO, analisis dan mitigasi

perubahan iklim. Hasilnya sebanyak 78 unit dengan capaian 90,14%.

Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai sangat

berpengaruh terhadap kinerja perlindungan hortikultura baik di pusat

maupun di daerah.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk penerapan pembinaan

penggunaan pestisida secara baik dan benar dengan residu minimum

dalam usahatani, sinergisme sistem perlindungan hortikultura, dan

pengembangan kelembagaan perlindungan hortikultura BBPOPT

Jatisari.

Hasil kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan, antara lain Pest list

pada 13 provinsi yaitu belimbing, papaya, mangga, salak, paptika,

slpukst, jeruk, manggis, dan pisang meningkatnya pemahaman

petugas perlindungan hortikultura tentang standar teknis perdagangan

sesuai SPS-WTO, dan tersedianya peralatan Laboratorium mutu dan

Laboratorium PHP untuk mendukung pelaksanaan sinergisme sistem

perlindungan hortikultura dalam pemenuhan persyaratan teknis SPS–

WTO terutama dalam identifikasi OPT hasil surveillance. Selain itu

terimplementasinya teknologi thermal treatment dalam pengelolaan

lalat buah pada mangga di laboratorium VHT BBPOPT Jatisari.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

16

a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura dan Dukungan

Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura

DPI telah merubah status OPT yang sebelumnya kurang penting

menjadi OPT utama yang menimbulkan kerugian bagi petani

hortikultura. Oleh karena itu tersedianya klinik perlindungan

lapangan diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam

pemanfaatan informasi iklim, pengenalan dan pengendalian OPT

terutama OPT baru yang informasinya masih sangat terbatas,

seperti penyakit Erwinia carotovora subsp. atroseptica pada

tanaman Kentang (ECA), Papaya Ring Spot Virus (RSVP) pada

pepaya serta meningkatkan penggunaan pengendali agens hayati

dan biopestisida untuk mengurangi residu pestisida kimia pada

produk hortikultura. Kegiatan teknis perlindungan akan berjalan

baik sesuai rencana apabila didukung oleh kegiatan non teknis,

seperti tersedianya alat pengolah data, peralatan kantor,

kendaraan untuk mobilitas pekerjaan tata usaha, bimbingan

administrasi, konsultasi dan pengendalian kegiatan lapang.

b. Pengembangan dan Penerapan Pemanfaatan Agens Hayati

dan Biopestisida

Pengendali agens hayati dan biopestisida merupakan salah satu

komponen PHT yang penting dikembangkan dan disosialisasikan

secara berkesinambungan kepada petugas, petani dan stakeholder

hortikultura, sehingga pengendali ramah lingkungan ini ke depan

menjadi pilihan utama menggantikan aplikasi pestisida kimia dalam

pengendalian OPT hortikultura yang menimbulkan efek buruk yaitu

selain mencemari lingkungan juga harganya mahal sehingga

menambah biaya produksi usahatani. Kelebihan pengendali ramah

lingkungan antara lain: bahan baku mudah diperoleh, biaya

produksi rendah, juga produknya minim dari investasi OPT dan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

17

cemaran residu pestisida, sehingga hasilnya diharapkan

mempunyai nilai saing tinggi di pasar lokal, domestik dan pasar

ekspor. Agens hayati yang banyak dikembangkan dewasa ini

antara lain, Trichoderma sp., Gliocladium sp, Metarhizium

anisopliae, Beauperia bassiana, dan Pseudomonas fluorescens,

serta PGPR.

4. Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura dengan SPS-WTO

SPS-WTO merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memasuki negara tujuan ekspor, dimana daftar OPT dan residu pestisida

harus dilampirkan dalam surat perjanjian ekspor. Ditolaknya beberapa

komoditas hortikultura Indonesia oleh negara impor karena pemahaman

para eksportir terhadap persyaratan SPS-WTO masih parsial atau belum

utuh. Untuk mendukung tujuan tersebut telah dilakukan kegiatan

surveillance OPT hortikultura untuk pest list, identifikasi, pembuatan

koleksi, penyusunan laporan, Pest Risk Management, penerapan ALPP di

13 provinsi, penerapan AWM pada tanaman mangga Gedong di

Indramayu.

5. Sekolah Lapang PHT dan Pengembangan Kelembagaan

Perlindungan Hortikultura

SLPHT merupakan metode pendekatan dalam meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan, pengubah perilaku petani dalam penerapan

prinsip-prinsip PHT, pengendalian OPT atas dasar pengelolaan

lingkungan. Dalam kegiatan SLPHT, petani akan belajar menganalisa

agroekosistem di lahan serta membuat rencana bekerja bersama untuk

keberhasilan pengelolaan usahataninya.

Keberhasilan penerapan PHT dilakukan melalui pola penyelenggaraan

SLPHT yang menekankan kepada partisipasi petani secara kelompok

dalam menerapkan PHT di lahan usahataninya (belajar dari pengalaman),

melalui 4 prinsip dasar yaitu; penerapan budidaya tanaman sehat,

pelestarian musuh alami, pemantauan/pengamatan ekosistem secara

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

18

berkala, dan petani memiliki kemampuan/ahli dalam PHT. Pola SLPHT

yang telah dilaksanakan meliputi SLPHT bagi petani, TOT SLPHT bagi

alumni dan SLPHT oleh alumni.

2.1.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perlindungan Hortikultura pada

Tahun 2013 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada

Tahun 2013 telah sejalan dengan IKU dan disesuaikan dengan sasaran

strategis pada Rencana Strategis 2010-2014, yang telah disepakati di

tingkat Kementerian Pertanian. Dalam rencana kinerja tahunan telah

ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat

keberhasilan/kegagalan pencapaiannya. Adapun target Rencana Kinerja

Tahunan 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat

Perlindungan Hortikultura Tahun 2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Terkelolanya serangan OPT

dalam pengamanan

produksi hortikultura dan

terpenuhinya persyaratan

teknis yang terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung ekspor

hortikultura

Proporsi luas serangan

OPT hortikultura

terhadap total luas

panen (%)

%

5,0

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura

2.2. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pimpinan unit

tertinggi beserta jajarannya (Tabel 4). Dokumen perjanjian kinerja lebih dikenal

dengan Penetapan Kinerja (PK).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

19

Tabel 4. Tabel Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

A Terkelolanya serangan

OPT dalam pengamanan

produksi hortikultura

dan terpenuhinya

persyaratan teknis yang

terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung

ekspor hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan OPT

(kali)

1.239

2 Pengelolaan dampak perubahan

iklim (rekomendasi) 78

3 Peningkatan kapasitas

kelembagaan perlindungan

tanaman hortikultura (unit)

250

4 Peningkatan pemenuhan

persyaratan teknis SPS mendukung

ekspor produk hortikultura (Draft

Pest List)

16

5 Pengembangan SLPHT (Klp) 651

6 Maksimal luas serangan terhadap

total luas panen (%) 5,0

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

20

BAB III.

AKUNTABILITAS KINERJA

Untuk melihat realisasi pencapaian kinerja perlindungan hortikultura yang telah

difasilitasi melalui dana APBN, harus dilakukan pengukuran target yang telah

ditetapkan dibandingkan dengan pencapaian realisasi targetnya. Secara rinci realisasi

pencapaian target Penetapan Kinerja perlindungan hortikultura Tahun 2013 dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Pengukuran Kinerja Direktorat Perlindungan Tahun 2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terkelolanya serangan

OPT dalam pengamanan

produksi hortikultura dan

terpenuhinya persyaratan

teknis yang terkait dengan

perlindungan tanaman

dalam mendukung ekspor

hortikultura

1 Peningkatan

pengelolaan OPT

(kali)

1.239 1.086 87,70

2 Pengelolaan dampak

perubahan iklim

(rekomendasi)

78 71 91,10

3 Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

perlindungan

hortikultura (unit)

250 229 91,60

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

21

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

4 Peningkatan

pemenuhan

persyaratan teknis

SPS mendukung

ekspor produk

hortikultura (Draft

Pest List)

16 16 100

5 Pengembangan

SLPHT (Klp)

651 626 96,20

6 Proporsi luas

serangan OPT

utama hortikultura

terhadap total luas

panen

- Maksimal luas

serangan terhadap

luas panen (%)

5,0 1,83 173,22

Keterangan: * Realisasi indikator sasaran merupakan angka laporan periode I

(31 Desember 2013)

3.1 Analisis Pencapaian Kinerja

Pada Tahun 2013 berdasarkan dokumen PK besarnya anggaran yang telah

disahkan untuk program perlindungan hortikultura sebesar

Rp.169.804.045.000,- dan terdapat output cadangan atau penghematan

kegiatan sebesar Rp. 23.928.009.000,- sehingga alokasi anggaran Direktorat

Perlindungan Hortikultura menjadi Rp.145.876.036.000,-. Dalam upaya

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

22

pengelolaan DPI (banjir, kekeringan dan serangan OPT) yang ramah lingkungan

dan berkelanjutan, sehingga kehilangan hasil hortikultura akibat DPI dapat

ditekan pada taraf tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi, dan produk yang

dihasilkan memenuhi persyaratan SPS-WTO, aman dikonsumsi dan berdaya saing

tinggi di pasaran baik pasar lokal, regional maupun global.

Sasaran strategi proporsi luas serangan OPT utama terhadap total luas panen

hortikultura maksimal 5,0% merupakan target rasional yang dimungkinkan dapat

dicapai berdasarkan kemampuan penganggaran, SDM dan peningkatan

koordinasi antar instansi terkait di pusat dan daerah. Hasil analisa data yang

masuk hingga periode laporan Desember II Tahun 2013 (16-31 Desember 2013)

bahwa proporsi luas serangan yang terealisasi justru melebihi target yang

ditetapkan, yaitu luas serangan OPT hanya terjadi 1,83% dari 5 % luas serangan

yang ditetapkan, hal ini berarti total luas serangan OPT hortikultura pada Tahun

2013 dapat ditekan serendah-rendahnya dengan capaian 173,22%. Dengan

demikian program perlindungan hortikultura pada TA 2013 mempunyai peran

yang besar atau menunjukkan prestasi yang baik dalamn mendukung pencapaian

produksi dan mutu hortikultura pada taraf tinggi.

Hasil pengukuran pencapaian masing-masing sasaran di atas secara umum

menunjukkan bahwa pencapaian kegiatan Direktorat Perlindungan Hortikultura

Tahun 2013 rata-rata 93,32% atau sangat baik. Namun capaian tersebut relatif

lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pencapaian Tahun 2012 sebesar

95,54%. Rincian Analisis capaian kinerja yang dilaksanakan Direktorat Perlindungan

Hortikultura pada Tahun 2013, baik yang dilaksanakan di Pusat maupun Daerah

sebagai berikut:

1. Pengendalian OPT Hortikultura

Untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil hortikultura yang aman

dikonsumsi dan ramah lingkungan, telah dilakukan upaya pengendalain

OPT sesuai PHT sebanyak 1.239 kali di 33 provinsi, yang dilaksanakan

melalui kegiatan pendukung antara lain gerakan pengendalian OPT

hortikultura, bimbingan teknis pelaksanaan pengendalian OPT hortikultura,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

23

apresiasi pengendalian OPT hortikultura. Capaian yang diperoleh adalah

87,70 %,

Hasil pengendalian OPT hortikultura berdasarkan PHT pada tahun 2013

mampu menekan luas serangan OPT hortikultura, yaitu proporsi luas

serangan terhadap luas panen Tahun 2013 mencapai 1,83 % atau lebih

tinggi dari target maksimal penurunan luas serangan 5 % yang ditetapkan.

Rincian proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen pada tanaman

buah, sayuran, florikultura dan obat dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pengendalian OPT terutama pada komoditas hortikultura, petani masih

mengandalkan pestisida kimia sebagai bahan pengendali OPT, oleh karena

itu perlu terus mengembangkan pengendalian ramah lingkungan untuk

mengurangi penggunaan pestisida kimia. Beberapa pengendali OPT yang

terus dikembangkan antara lain PGPR, Corynebacterium sp., Trichoderma

sp., Metharhizium sp., Beauveria bassiana, dan MOL (Mikroorganisme

Lokal).

Namun demikian hasil analisa residu pestisida kimia pada hortikultura

Tahun 2013 khususnya pada tanaman buah masih di bawah BMR dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Analisis Residu Pestisida pada Produk Hortikultura

Tahun 2013

No. Komoditas Terdeteksi dibawah

BMR

Tidak terdeteksi

Belum ditetapkan

1. - Buah Impor

- Buah Ekspor

0 (0%)

1 (5%)

26(77,78%)

4 (20%)

6 (22,22%)

15 (75%)

2. Sayur - - -

3. Tan Obat - - -

4. Florikultura - - -

Jumlah 1 (5%) 30 (97,78%) 21(97,22%)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

24

2. Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Kegiatan ini menghasilkan 78 rekomendasi untuk upaya antisipasi dan

mitigasi perubahan iklim dalam rangka menekan kehilangan hasil

hortikultura akibat DPI berupa bencana banjir, kekeringan dan serangan

OPT di 32 provinsi, yang dilaksanakan melalui kegiatan pendukung, yaitu

Inventarisasi data dan informasi tentang iklim, koordinasi penanganan

dampak perubahan iklim, dan analisa dampak perubahan iklim terhadap

tanaman hortikultura. Capaian yang diperoleh adalah 91,10 %. Rendahnya

capaian tersebut karena kemampuan untuk analisis korelasi antara unsure

iklim terhadap OPT masih kurang. Hasil penting kegiatan adaptasi dan

mitigasi iklim antara lain, mengembangkan kegiatan perlindungan

terutama gerakan pengendalian OPT hortikultura yang ramah lingkungan,

sehingga menguntungkan secara ekonomi, ekologi dan mendorong

penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Antisipasi DPI jangka pendek di bidang pertanian dapat dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan kerugian lebih besar pada usahatani khususnya

hortikultura dengan menyusun rencana pengelolaan hortikultura yang

adaptis terhadap DPI, meliputi pemelihan lokasi di luar daerah DPI,

memperbanyak pemupukan organik, penggunaan benih unggul yang

toleran banjir/kekeringan, dan menyesuaikan pola tanam dengan kondisi

musim, serta menyiapkan sarana embung dan pompanisasi untuk

membuang air bila terjadi banjir dan mengairi kebun saat mengalami

kekeringan.

4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Laboratorium

Perlindungan Hortikultura

a. Pengembangan Agens hayati dan Biopestisida

Untuk meningkatkan penerapan pengendalian ramah lingkungan pada

tanaman hortikultura, sehingga produk yang dihasilkan aman dikonsumsi

dan berdaya saing dalam memasuki pasar domestik dan pasar ekspor,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

25

maka telah dilaksanakan pembinaan dan pemantauan pengembangan

penerapan agens hayati dan biopestisida pada Laboratorium PHP,

pembinaan teknis dalam pengelolaan OPT pada tanaman hortikultura,

serta pengembangan dan perbanyakan agens hayati dan biopestisida di

104 Laboratorium PHP di 32 propinsi dengan capaian adalah 86,00 %.

Rendahnya capai tersebut terkait pada proses administrasi keuangan

yang belum selesai padahal realisasi fisik mencapai 93,00 %.

b. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura

Untuk meningkatkan pengetahuandan ketrampilan petugas dan petani

terhadap pengenalan dan pengendalian OPT hortikultura, telah

dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pemantauan Klinik PHT, serta

forum koordinasi dan konsultasi di 32 provinsi, yang hasilnya diharapkan

mendorong pemasyarakatan penerapan PHT pada tanaman hortikultura

dan meningkatkan ketersediaan produknya yang aman konsumsi. Untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani

terhadap pengenalan dan pengendalian OPT hortikultura, telah

dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pemantauan Klinik PHT, serta

forum koordinasi dan konsultasi. Realisasi kegiatan sebanyak 120 unit

atau capaian adalah 93,10%.

c. Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura dengan SPS – WTO

SPS – WTO merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memasuki negara tujuan ekspor, dimana daftar OPT dan residu pestisida

harus dilampirkan dalam surat perjanjian ekspor. Untuk mendukung tujuan

tersebut telah dilakukan kegiatan surveillance OPT hortikultura untuk pest

list, identifikasi, pembuatan koleksi, penyusunan laporan, Pest Risk

Management, penerapan ALPP di 13 provinsi, penerapan AWM pada

tanaman mangga Gedong di Indramayu. Hasilnya diperoleh 13 draft pest list

hortikultura atau capaian 100 %. Draft pest list kubis terdapat 11 OPT

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

26

(7 hama dan 4 penyakit), Draft pest list bawang merah 11 OPT (7 hama dan

4 penyakit), Draft pest list kentang 24 OPT (13 hama dan 11 penyakit).

Kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jepang (IJ-EPA) telah dirintis

beberapa tahun yang lalu untuk kajian pengendalian lalat buah pada

mangga. Kegiatan dilaksanakan terutama di laboratorium di BBPOPT-

Jatisasri, Karawang, salah satunya adalah uji VHT pada buah mangga

Gedong Gincu. Hasil kajian selama 3 (tiga) tahun diperoleh rekomendasi

treatment yang menguntungkan, yaitu perendaman buah mangga selama

30 menit pada temperatur di dalam buah mangga Gedong 47.0 oC dengan

relatif humidity 55%-95% dan dibiarkan (holding time) dapat mematikan

lebih dari 30.000 lalat buah (40.708 lalat buah) dan tidak ada perbedaan

yang significan terhadap kerusakan pada buah mangga, sehingga

rekomendasi tersebut menjadi referensi penting untuk ekspor kelayakan

buah mangga terutama ke negara Jepang.

d. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan

Pengembangan Kelembagaan Perlindungan Hortikultura

SLPHT merupakan kegiatan unggulan untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan bagi petugas, petani dan kelompok tani dalam

rangka memasyarakatkan perlindungan tanaman hortikultura sesuai prinsip

PHT, yang dilaksanakan melalui sekolah lapang pola pendidikan orang dewasa

yang berbasis responsif gender dengan memberikan kesempatan, peran dan

peluang yang sama bagi laki-laki dan perempuan, yang telah dilaksanakan

melalui kegiatan SLPHT hortikultura bagi petani, TOT SLPHT bagi alumni, dan

SLPHT oleh alumni di 32 provinsi. Pada tahun 2013 realisasi SLPHT adalah

626 kelompok SLPHT dengan capaian 96,20 % dari target 651 kelompok

SLPHT. Kelompok tani yang mengikuti SLPHT pada tahun 2013 sebanyak 651

kelompok yang dilaksanakan pada ± 39 komoditas hortikultura meliputi cabai,

bawang merah, tomat, kentang, jeruk, kubis, pisang, tan. hias, salak, markisa,

krisan, Raphis excels, sayuran organik, buah naga, nenas, durian, anggrek,

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

27

duku, jahe, manggis, semangka, jambu Kristal, papaya, sawo, tan. pot, melati,

alpukat, leather leaf, melon, nangka, jambu dalhari, biofarmaka, sedap malam,

mangga garifta, mawar, durian ripto, nenas smooth cayenne, dan bawang

putih.

e. Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada

Komoditas Hortikultura

Pengamatan OPT hortikultura merupakan bahagian penting dalam PHT, karena

itu sangat penting pula untuk dilaksanakan di lapangan, agar populasi OPT

hortikultura dapat diketahui secara dini, sehingga pengendalian OPT dapat

dilakukan secara efektif dan efisien serta minimal penggunaan pestisida kimia.

Untuk mendukung kegiatan tersebut telah dilaksanakan kegiatan penerapan

metode pengamatan OPT hortikultura, pengamatan, analisis dan manajemen

data OPT, peningkatan kemampuan teknis POPT dan petugas Laboratorium

PHP, dan pemetaan wilayah sebar serangan OPT hortikultura di 33 provinsi,

yaitu sebanyak 315 kali, dengan capaian 79,60 %. Rendahnya capaian

tersebut terutama disebabkan pelaporan OPT dan bencana alam belum

optimal, antara lain antara lain karena sebagian besar pelaporan masih melalui

pos. Penyampaian laporan oleh UPTD BPTPH rata-rata terlambat 2 bulan

(Lampiran 6):

Hasil penting pengamatan dan peramalan OPT hortikultura lainnya pada Tahun

2013 sebagai berikut:

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sistem dan teknologi

pengelolaan budidaya tanaman, mulai dari penanaman, pengamatan,

pengendalian, evaluasi hasil pengamatan dan pengendalian, serta

pemasyarakatan hasil-hasil kegiatan tersebut.

Pengamatan merupakan kegiatan penghitungan dan pengumpulan

informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor –

faktor yang mempengaruhinya di tempat dan pada waktu tertentu. Ada dua

macam pengamatan yaitu: (1) pengamatan tetap (pengamatan yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

28

dilakukan secara berkala di lokasi atau terhadap alat yang tetap dan

mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan), (2) pengamatan keliling

(pengamatan yang dilakukan dengan menjelajahi wilayah pengamatan

untuk mengetahui luas tanaman terserang dan terancam, serta luas

pengendalian).

Umumnya petugas POPT telah melakukan pengamatan, identifikasi,

inventarisasi dan pelaporan OPT tanaman hortikultura secara rutin. Namun

hasilnya belum optimal karena banyaknya komoditas hortikultura dan jenis

OPTnya, maka selain meningkatkan pengetahuan POPT juga metode

pengamatan terus disempurnakan.

Menurut POPT buku metode pengamatan OPT yang diberikan oleh

Direktorat Perlindungan Hortikultura ke BPTPH belum dapat menjangkau

petugas POPT di lapang karena jumlah yang dicetak cukup terbatas.

Berkaitan dengan itu disarankan untuk pencetakan berikutnya diharapkan

dapat dicetak dalam jumlah banyak sehingga dapat menjangkau POPT di

lapangan.

Program SIM dan atau pelaporan melalui email ([email protected])

yang telah dirancang sejak Tahun 2003, belum dimanfaatkan secara optimal

oleh UPTD BPTPH,

Analisa serangan OPT dan rekomendasi pengendaliannya belum dilakukan

optimal, sehingga kadangkala respon terhadap permasalahan OPT dinilai

masih lambat,

Informasi dan analisa DPI terkait terjadinya bencana alam (banjir dan

kekeringan) dan timbulnya OPT baru, belum banyak ditangani secara

optimal).

Sosialisasi keberadaan fungsional, khususnya POPT perlu ditingkatkan untuk

pembinaan karier PNS, sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan

pengembangan profesionalisme.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

29

Juklak/juknis Jabatan Fungsional POPT sudah perlu direvisi/dikaji ulang,

karena banyak kegiatan-kegiatan POPT yang belum terakomodir, serta

banyak kegiatan-kegiatan pokok sebagai POPT pada kegiatan penunjang.

f. Dukungan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura

Mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sistem perlindungan tanaman,

maka dibutuhkan kelengkapan kerja pendukung dan fasilitas yang memadai

agar penyelenggaraan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Tersedianya

sarana dan prasarana kerja yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kinerja perlindungan hortikultura baik di pusat maupun di daerah antara lain

berupa alat pengolah data pendukung pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (SIM), sarana pendukung kegiatan sinergisme sistem

perlindungan hortikultura dengan SPS-WTO, analisis dan mitigasi perubahan

iklim. Kegiatan perlindungan hortikultura difokuskan pada penyelesaian OPT

di lapangan melalui kegiatan Pengelolaan dan Pengendalian OPT

Hortikultura, yang salah satu komponen kegiatannya yaitu Fasilitasi

Sarana/Prasarana pengendalian OPT pada tanaman hortikultura sebagai

berikut:

Fasilitasi Sarana/Prasarana pengendalian OPT pada tanaman jeruk di

Provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Bengkulu,

Fasilitasi Sarana/Prasarana juga untuk pengendalian OPT sayuran dalam

bentuk cendawan penyubur akar dan pengendali OPT (Mikoriza) pada

tanaman kentang di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,

Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, dan NTB.

3.2 Analisis Pencapaian Keuangan

Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian

sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai

dengan ketersediaan anggaran.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

30

Pagu awal sesuai penetapan kinerja (PK) sebesar Rp. 169.804.045.000,- dan

selanjutnya menjadi Rp. 145.876.036.000,- karena adanya penghematan atau

output cadangan menjadi sebesar Rp. 23.928.009.000,- .

Pelaksanaan pengembangan agribisnis hortikultura Tahun 2013, menuntut

adanya suatu sistem pengelolaan program, kegiatan dan anggaran yang

dilakukan berbasis kinerja.

Adapun realisasi Kegiatan pada Direktorat Perlindungan Hortikultura per output

tertanggal 20 Januari 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Menurut

Kegiatan Utama

KEGIATAN OUTPUT SATUAN PAGU RKAKL-

DIPA REALISASI-

DIPA %

1773

Pengembangan

Sistem

Perlindungan

Tanaman

Hortikultura

1773.002 Laporan

OPT

Laporan 3,800,904,000 3,503,850,800 92.18

1773.003 SLPHT Kelompok 17,389,396,000 16,952,485,400 97.49

1773.005 Adaptasi

dan Mitigasi Iklim

Rekomendasi 3,297,282,000 3,003,976,450 91.10

1773.006 Pengelolaan dan

Pengendalian OPT Hortikultura

Kali 106,982,273,000 32,479,150,092 30.36

1773.007

Sinergisme Sistem Perlindungan

Hortikultura Dalam Pemenuhan SPS-

WTO

Draft Pestlist 1,409,691,000 1,198,389,320 85.01

1773.008 Pengembangan

Lab. PHP/ Lab.

Agensia Hayati/ Lab. Pestisida

Unit 3,680,413,000 3,401,884,900 92.43

1773.009

Pengembangan Klinik PHT

Unit 1,662,489,000 1,572,692,700 94.60

1773.010 Sarana Prasarana

Unit 2,252,000,000 51,800,000 2.30

1773.013

Pedoman-Pedoman

Judul 662,792,000 630,165,100 95.08

1773.994 Layanan Perkantoran

Bulan Layanan

4,734,796,000 4,411,574,607 93.17

TOTAL 145,872,036,000 67,205,969,369 46.07

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, diakses di

http://monev.anggaran.depkeu.go.id/2013/eselon/bi tanggal 20 Januari 2014.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

31

Sampai dengan tanggal 20 Januari 2014, realisasi kegiatan Direktorat

Perlindungan Hortikultura setelah penghematan APBN untuk Daerah sebesar

Rp.41.539.100.000,- Total sebesar Rp. 145.876.036.000,- Dengan realisasi Pusat

Rp. 27.784.560.649,- (26,63%) dan Daerah Rp 39.288.573.720,- (94,58%) dari

Total Rp 67.073.134.369,- atau sebesar 46,07%. dan masih memungkinkan

untuk terjadi kenaikan realisasi anggaran karena batas terakhir penyelesaiaan

realisasi anggaran dalam http://monev.anggaran.depkeu.go.id tanggal 8 Februari

2014. Namun karena keterbatasan waktu dan administrasi penyelesaian LAKIP

Direktorat Perlindungan Hortikultura menggunakan data realisasi keuangan per

tanggal 20 Januari 2014. Rendahnya capaian realisasi anggaran di Satker daerah

terjadi setelah satker UPTD-BPTPH berada atau dikelola oleh Satker Diperta

Propinsi.

Nilai capaian rata-rata kinerja Direktorat Perlindungan Hortikultura Tahun 2013

sebesar 93,32 % sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan melalui kerja

keras petugas dan stakeholder selaras dengan Sistem Pengendalian Intern yang

memadai, sehingga Direktorat Perlindungan Hortikultura dapat mencapai kinerja

yang efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan dalam penanganan OPT dan

DPI ramah lingkungan untuk mendukung pengembangan agribisnis hortikultura

yang memenuhi persyaratan SPS-WTO, yaitu produk minimal residu pestisida

kimia, aman dikonsumsi dan berdaya saing di pasar global.

3.3. Permasalahan Secara Umum

Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan

pembangunan program perlindungan hortikultura Tahun 2013, namun

demikian dalam pelaksanaannya masih mengalami, berbagai permasalahan

dan hambatan, baik dari aspek teknis maupun aspek manajemen. Beberapa

permasalahan dan hambatan yang ditemui terkait pengembangan program

perlindungan hortikultura selama ini sebagai berikut:

1. Rendahnya capaian serapan anggaran kegiatan perlindungan hortikultura

tersebut antara lain disebabkan keterlambatan administrasi pada proses

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

32

pencairan dana sesuai kebutuhan, setelah satker berada di dinas

pertanian, penetapan PPK dan perangkatnya memerlukan waktu lebih

lama, dan adanya kegiatan lapang menyesuaikan dengan kondisi iklim

(SLPHT).

2. Laporan daerah yang disampaikan belum menggambarkan potret realisasi

5 kegiatan IKU perlindungan hortikultura, tetapi umumnya melaporkan

realisasi kegiatan gerakan pengendalian OPT dan SLPHT. Akibatnya,

menyulitkan untuk mengetahui kendala teknis masing-masing kegiatan

yang terjadi di lapangan, sehingga solusi konkrit yang diberikan untuk

kelancaran pelaksanaan kegiatan ke depan kurang efektif.

3. Masih rendahnya tingkat pemahaman dan pengetahuan petani terhadap

identifikasi OPT, penggunaan bahan kimia masih merupakan alternatif

pertama dalam sistem pengelolaan OPT hortikultura oleh petani, bahan

pengendalian OPT Hortikultura belum tersedia pada tingkat lapang yang

bersifat ramah lingkungan (Agens Hayati ataupun biopestisida)

4. Masih terdapat beberapa wilayah kerja POPT (kecamatan) yang kosong

sehingga pengawalan tanaman hortikultura masih lemah dan berakibat

pengawasan dan laporan OPT hortikultura kurang tertangani, dan sasaran

(obyek) komoditas tanaman yang dikawal oleh seorang POPT terlalu

banyak (pangan dan hortikultura) yang berakibat pada kurang intensifnya

pengamatan OPT

5. Sumber Daya Manusia (SDM), luas lahan pertanian semakin

berkurang/menyempit, dan penggabungan Satuan Kerja.

6. Untuk mengamankan produksi hortikultura dari serangan OPT dan

menghadapi perubahan iklim antara lain perlu digalakkan kembali sistem

peringatan dini/bahaya, SL Iklim, dan sistem pelaporan perlindungan

hortikultura yang baik.

7. Belum adanya sistem pelaporan yang terintegrasi dalam rangka

pelaksanaan pelaporan OPT hortikultura sehingga dalam pengolahan data

membutuhkan rentang waktu yang panjang;

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

33

8. Untuk mendukung kegiatan teknis perlindungan, umumnya di daerah

antara lain kekurangan Sumber Daya Manusia baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya dan sarana prasarana yang tersedia terbatas,

sehingga cukup menyulitkan para petugas POPT – PHP dalam mengcover

wilayah kerja yang umumnya lebih dari 2 kecamatan untuk melaksanakan

tupoksinya. Minimnya sarana untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

POPT antara lain, buku pedoman perlindungan bergambar, alat pengolah

data, identifikasi OPT, komputer SIM dan perekam data cuaca/iklim.

Sedangkan prasarana yang belum memadai antara lain ruangan lab untuk

pengembangan agens hayati dan biopestisida, serta dukungan pemerintah

dan pemerintah daerah terhadap pelaksanaan UU N0. 13 Tahun 2010

tentang Hortikultura, antara lain gerakan pengelolaan OPT dan DPI yang

ramah lingkungan.

9. Standar Biaya Khusus (SBK) yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian

untuk kegiatan SLPHT hortikultura dalam implementasinya ada sedikit

kendala mengingat komoditas hortikultura yang beragam sehingga

kebutuhan bahannya berbeda. Dalam pembelajaran PHT dimana sarana

belajar mencakup petak PHT dan petak konvensional untuk komoditas

hortikultura semusim luas petak rata-rata tidak sesuai dengan yang

ditetapkan dikarenakan tidak adanya kompensasi lahan sedangkan biaya

produksi tanaman hortikultura termasuk padat modal sehingga dalam

pembuatan petak PHT dan perlakuan petani disesuaikan dengan

kesadaran petani dan ketersediaan yang ada.

10. Bahan starter yang diperlukan untuk pengembangan agens hayati masih

relatif sulit untuk diperoleh, Sumber Daya Manusia dalam hal ini petani

yang belum sepenuhnya terampil dalam perbanyakan agens hayati, sarana

untuk pengembangan agens hayati di tingkat kelompok tani kurang

memadai, dan tidak semua petugas POPT di lapangan handal dalam teknik

pengembangan agens hayati di tingkat lapangan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

34

3.4 Tindak Lanjut

Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat

Perlindungan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan koordinasi dengan Satker Diperta provinsi supaya realisasi

capaian kegiatan perlindungan baik keuangan maupun fisik menjadi lebih

baik dibandingkan sebelumnya.

2. Pada TA 2014, sebaiknya Satker dinas menunjuk petugas UPTD menjadi

verifikator kegiatan masing – masing, supaya proses penyiapan administrasi

cepat dan pencairan dana untuk kegiatan dapat dipenuhi dalam jangka waktu

2 – 3 hari.

3. Perubahan pola serangan OPT hortikultura dari musiman menjadi merata

sepanjang tahun, kiranya menjadi bahan rekapan series data (minimal

5 musim/tahun) di daerah karena dengan mengetahui hubungan unsur iklim

dengan perkembangan OPT, menjadi bahan rekomendasi dalam kegiatan

DPI.

4. Revitalisasi SLPHT hortikultura mendesak dilakukan dengan melibatkan pakar

dan stakeholder, agar pelaksanaannya di lapangan sesuai pedum, sehingga

pengendalian OPT ramah lingkungan dan tersedianya mutu produk aman

konsumsi makin meningkat dari tahun ke tahun.

5. Diperlukan peta rawan banjir dan kekeringan di daerah sentra dan

pengembangan hortikultura, agar antisipasi DPI terlaksana dengan baik

sehingga DPI terhadap agribisnis hortikultura tidak menimbulkan kerugian

secara ekonomi.

6. Untuk mengurangi emisi GRK pada hortikultura, diperlukan demplot – demlot

budidaya sesuai GAP yang mampu menurunkan emisi GRK baik pada

hortikultura semusim maupun tanaman tahunan. Hasil pengujian emisi gas

N2O dari lahan pertanaman cabai nantinya dijadikan bahan

rekomendasi/kewaspadaan ke daerah tentang efek GRK dari lahan

pertanaman cabai.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

35

7. Laporan evaluasi perlindungan yang disampaikan harus memotret realisasi 5

IKU perlindungan, atau minimal menyajikan secara ringkas dalam bentuk

matrik dan permasalahan serta progres penyelesaiannya dijelaskan secara

lisan, sehingga kendala yang timbul di lapangan dapat dicarikan solusi

penanganan yang lebih efektif guna meningkatkan capaian kegiatan pada

tahun mendatang.

8. Upaya pemecahan masalah dalam kegiatan perlindungan hortikultura tahun

2014 yaitu meningkatkan kegiatan fasilitasi pelaksanaan SLPHT/SLI, Klinik

tanaman/PPAH, dan gerakan pengendalian OPT hortikulttura ramah

lingkungan oleh kelompok tani, sehingga mendorong penumbuhan keyakinan

kepada petani terhadap upaya alternatif pengendalian yang

berwawasan/ramah lingkungan, yang apabila dilaksanakan dengan baik dan

benar mampu menekan serangan OPT dan meningkatkan kwalitas hasil.

9. Melakukan forum koordinasi pada tingkat lapang terhadap pengenalan dan

perbanyakan dan pemanfaatan Agens Hayati dan Biopestisida pada petani

dan petugas lapang.

10. Memberikan bimbingan dan pembinaan serta peningkatan

kemampuan/ketrampilan petani dan petugas dalam upaya pengelolaan OPT

berdasarkan sistem PHT, pemberdayaan petani melalui kegiatan SLI dan

SLPHT perlu ditingkatkan THL POPT perlu dimaksimalkan dan diusulkan

menjadi PNS.

11. Peningkatan kapasitas tenaga LPHP/BPTPH ke arah profesionalisme melaui

kegiatan pemberdayaan, antara lain jenjang pendidikan, pelatihan, dan

magang.

12. Tersedianya peta rawan banjir dan kekeringan untuk daerah kawasan dan

pengembangan hortikultura, sehingga di musim kemarau khususnya tanaman

mengalami gagal panen atau produktifitas rendah akibat cekaman

kekeringan. Bahkan untuk kegiatan Bansos sering menjadi temuan rendahnya

capaian fisik karena penanaman tertunda akibat sumber air dilokasi kegiatan

mengalami kekeringan.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

36

13. Pengadaan alat dan bahan untuk kegiatan perlindungan dalam rangka

kesejahteraan petani, diperlukan perencanaan dan koordinasi yang baik

antara satker, ULP dan tim teknis kegiatan, sehingga ouput yang dihasilkan

tersedianya sarana perlindungan sesuai rencana, efektif, efisien, ekonomis

dan tertib aturan (3 E + 1 T).

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

37

BAB IV.

PENUTUP

Perlindungan tanaman hortikultura sebagai suatu subsistem produksi,

diharapkan berperan luas dalam mempertahankan upaya peningkatan produksi dan

mutu produk yang berdaya saing, dan akses pasar yang lebih baik. Peran tersebut

akan tercapai apabila kinerjanya terukur baik, yaitu antara lain menurunnya luas

kerusakan lahan dan kehilangan hasil akibat DPI dan serangan OPT, terwujudnya

keberhasilan usahatani melalui upaya pengelolaannya yang efektif dan efisien

dengan penerapan teknologi sesuai prinsip PHT, terwujudnya produk hortikultura

yang bebas dari cemaran/residu pestisida dan kelestarian lingkungan hidup, serta

terpenuhinya persyaratan perdagangan global/SPS – WTO. Harapan – harapan

tersebut merupakan sasaran pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan

tanaman, yaitu membangun sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien

serta tertib aturan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat

Perlindungan Hortikultura 2013 ini adalah salah satu media pertanggungjawaban

Direktorat Perlindungan Hortikultura dalam melaksanakan mandat Tupoksi, Misi dan

Visi, serta pertanggungjawaban dalam mengelola anggaran yang difasilitasi

pemerintah, sebagai umpan balik, introspeksi terhadap apa yang selama ini telah

dilaksanakan, apa saja yang belum dilaksanakan, dan perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi dan kesejahteraan keluarga

petani. Spirit disusunnya laporan ini diharapkan mampu membenahi diri dan

meningkatkan prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan berbagai koordinasi,

sinergisme dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan pelaku usaha)

sehingga dapat dicapai hasil yang lebih optimal.

Beberapa langkah yang perlu ditingkatkan untuk mencapai kinerja Direktorat

Perlindungan Hortikultura yang baik, efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut:

a. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dievaluasi di bidang perlindungan, antara

lain yang terkait dengan teknis pengendalian, sudahkah tersedia teknologi

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

38

pengendalian OPT ramah lingkungan yang efektif di musim hujan untuk mengatasi

serangan pathogen penyakit sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi petani.

b. Evaluasian dibidang non teknis yaitu menyangkut manajemen kesatkeran,

bagaimana langkah penyelesaian proses administrasi yang efektif dan efisien

sehingga capaian realisasi keuangan terhadap kegiatan yang dilaksanakan minimal

mendekati target triwulan yang ditetapkan.

c. Peningkatan kemampuan SDM pelaku perlindungan hortikultura terutama petugas

dan petani dalam pengelolaan OPT hortikultura (pengenalan/identifikasi,

pengamatan, analisis dan pengambilan keputusan pengendalian). Kegiatan-

kegiatan seperti koordinasi, sosialisasi, pemasyarakatan terkait pengamatan,

pengendalian, penerapan teknologi ramah lingkungan (agens hayati dan

biopestisida), dan penerapan PHT melalui SLPHT, telah menjadi kegiatan penting

jajaran UPTD BPTPH, sehingga perlu dijadikan ciri khusus pelaksanaan

perlindungan tanaman. Dalam memenuhi jumlah petugas/PHP sesuai dengan

wilayah pengamatannya, telah diupayakan pengangkatan PHP/POPT/Tenaga

Harian Lepas (THL) dan biaya operasionalnya bersumber dari Program

Peningkatan Ketahanan Pangan.

d. Koordinasi apresiasi penerapan teknologi pengendalian OPT dengan lembaga

penelitian dan perguruan tinggi perlu ditingkatkan, sehingga hasil-hasil

pengembangan teknologi dari institusi perlindungan tanaman, Laboratorium

Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), memperoleh dukungan keilmiahan,

sehingga teknologi tersebut mudah diterima, diterapkan dan dimasyarakatkan oleh

petani.

e. Penyediaan sarana, alat dan bahan pengamatan dan pengendalian OPT dalam

rangka memperkuat institusi/kelembagaan perlindungan tanaman di lapangan dan

mobilitas petugas melakukan pengamatan dan pengendalian OPT, serta kegiatan

dasar mendukung pemenuhan persyaratan SPS perlu ditingkatkan.

f. Penyediaan dana yang memadai, baik yang bersumber dari APBN, APBD I, APBD

II, maupun masyarakat petani untuk mendukung kegiatan perlindungan tanaman,

terus diupayakan dan didorong ketersediaannya oleh semua pihak.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

39

g. PPK selektif memilih pemenang tender barang supaya kualitas dan waktu

penyaluran alat dan bahan sesuai aturan yang ditetapkan bersama dan memenuhi

kaedah SPI, yaitu efektif, efisien, ekonomis dan tertib aturan.

Semoga laporan LAKIP 2013 ini dapat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan di

bidang perlindungan untuk masa – masa yang akan datang.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

40

Lampiran 1. IKU DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

1. Tugas

Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang perlindungan hortikultura.

2. Fungsi

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah,

sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan

teknis;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan tanaman buah, sayuran dan

obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan persyaratan teknis;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan

tanaman buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim

dan persyaratan teknis;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman

buah, sayuran dan obat, florikultura, pengelolaan dampak iklim dan

persyaratan teknis; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Hortikultura.

3. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

No. Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sumber Data

1. Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1. Fasilitas pengelolaan OPT

Laporan dari BPTPH dan Dinas Pertanian Propinsi.

2. Rekomendasi dampak perubahan iklim

Laporan dari BPTPH dan BMKG

3. Lembaga perlindungan tanaman hortikultura

Laporan dari Balai Proteksi tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

41

4. Draft Pest List persyaratan teknis SPS

Laporan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura(BPTPH), lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

5. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu(SL-PHT)

Laporan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura(BPTPH)

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

42

Lampiran 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN

UNIT ORGANISASI ESELON II :(a) DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

TAHUN ANGGARAN : (b) 2013

Kegiatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Target

(1) (2) (3) (4) (5)

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan Pengelolaan OPT (kali)

1.239

2 Pengelolaan dampak perubahan iklim (rekomendasi)

78

3 Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura (unit)

250

4 Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura (Draft Pest List)

13

5 Pengembangan SLPHT (Klp)

651

6 Maksimal luas serangan terhadap luas panen (%)

5,0

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

43

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

44

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

45

Lampiran 4. PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2013 DIREKTORAT PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi*) %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura

1 Peningkatan pengelolaan OPT (kali)

1.239 1.086 87,70

2 Pengelolaan dampak perubahan iklim (rekomendasi)

78 71 91,10

3 Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan hortikultura (unit)

250 229 91,60

4 Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura (Draft Pest List)

13 13 100

5 Pengembangan SLPHT (Klp)

651 626 96,20

6 Proporsi luas serangan OPT utama hortikultura terhadap total luas panen

- Maksimal luas serangan terhadap luas panen (%)

5,0 1,83 173,22

Keterangan: * Realisasi indikator sasaran merupakan angka laporan periode I (31 Desember 2013)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

46

Lampiran 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Dibandingkan Luas Panen Hortikultura Tahun 2011-2013*

No. Uraian

Nilai LS/LP *) (+/-),

2013*

-2012

2010 2011 2012 2013*

1 2 3 4 5 6

1. Buah-buahan

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT, LS

(ha)

Porsi LS/LP (%)

601.786,6

111.687

1,9

1.970,73

191.440

1,03

189.755,8

4.598,07

2,5

110.654,80

2.567,05

2,3

(0,2)

2. Sayuran

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT, LS

(ha)

Porsi LS/LP (%)

1.057.046,9

31.246,7

2,96

587.747

27.117

4,61

511.672

24.862,5

4,9

460.000

20.568,20

4,5

(0,4)

3. Florikultura

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT, LS

(ha)

Porsi LS/LP (%)

3.973,1

5,45

0,14

24.829.454

62.945

0,25

4.418.765,5

62.976,7

1,5

2.800.000

6.600

0,24

(1,26)

4. Tanaman Obat

Luas panen, LP (ha)

Luas serangan OPT, LS

(ha)

Porsi LS/LP (%)

24.720,7

2.941,8

11,9

138.190.953

607.000

0,44

34.971,2

48,20

0,2

32.000

92,6

0,28

0,08

Rerata 4,23 1,59 2,28 1,83 (0,45)

*) Nilai LS / LP, proporsi luas serangan terhadap luas panen

*) Data sementara, blm semua data terkumpul

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

47

- Capaian Proporsi Luas Serangan OPT Terhadap Luas Panen, sampai

dengan 6 Desember 2013, rata-rata adalah 1,83 % dengan kisaran antara

0,2 % - 4,5 %. Meliputi (OPT buah 2,3 %, OPT Sayuran 4,5 %, OPT

Florikultura 0,2 % dan OPT tanaman obat 0,3 %). Proporsi luas serangan OPT

Tahun 2013 meningkat 0,45 % dibandingkan dengan TA 2012 (2,28 %).

Namun luas serangan OPT hortikultura TA 2013 tersebut masih rendah

apabila dibandingkan dengan target renstra, yaitu 5 % per tahun, artinya

kemampuan mempertahankan kecilnya luas serangan OPT mencapai 173,30

% terhadap maksimal luas serangan 5 % sesuai target yang ditetapkan.

Perbandingan proporsi luas serangan OPT terhadap luas panen hortikultura 4

tahun terakhir (2010 – 2013) sebagai berikut.

Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas

Panen (2010-2013*)

- Proporsi luas serangan OPT dibandingkan luas panen untuk komoditas

hortikultura 4 tahun terakhir (2010 – 2013*) umumnya lebih rendah

dibandingkan dengan maksimal luas serangan 4,5-5 % yang ditargetkan,

- Fluktuasi proporsi luas serangan OPT dibandingkan luas panen hortikultura

4 tahun terakhir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu pada tahun 2011

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 karena curah hujan pada 2011

normal sehingga tidak memicu perkembangan OPT. Namun mengalami

peningkatan pada tahun 2012 dan 2013* karena pada dua tahun terakhir pola

2010 2011 2012 2013*

Buah-buahan 1,9 1,03 2,5 2,3

Sayuran 2,96 4,61 4,9 4,5

1,9 1,032,5 2,32,96

4,61 4,9 4,5

0,14 0,251,5

0,24

11,49

0,44 0,2 0,2802468

101214

LS/L

P

Grafik Proporsi Luas Serangan OPT Hortikultura Terhadap Keseluruhan Luas Panen (2010-2013*)

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

48

curah hujan relatif basah (bahkan 2013 terjadi kemarau basah/anomali iklim)

yang menguntungkan bagi perkembangan OPT terutama dari golongan penyakit.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIP 2013 DITLIN.pdf · a. Inisiasi Klinik Komoditas Hortikultura - Pembinaan dan pemantauan Klinik PHT

LAKIP Direktorat Perlindungan Hortikultura TA 2013

49

Lampiran 6. Daftar Laporan OPT dan Bencana Alam Hortikultura Tahun 2013

No Provinsi Bulan %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. NAD √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,70

2. Sumut √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 95,90

3. Sumbar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 95,90

4. Riau √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,70

5. Jambi √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

6. Sumsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

7. Bengkulu √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

8. Lampung √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

9. DKI Jakarta √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

10. Jabar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

11. Jateng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

12. DIY √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

13. Jatim √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

14. Bali √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,70

15. NTB √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ 91,70

16. NTT √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

17. Kalbar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

18. Kalteng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

19. Kalsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

20. Kaltim √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

21. Sulut √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 95,90

22. Sulteng √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

23. Sulsel √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

24. Sultra √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

25. Sulbar √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

26. Maluku √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

27. Malut √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

28. Papua √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

29. Papua Barat √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 87,50

30. Banten √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ √ 91,70

31. Gorontalo √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √√ √ 95,90

32. Babel

Rata-rata 87,13