bab i pendahuluan -...

5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009). Sementara perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan umum secara bebas. Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan. Pengertian penangkapan ikan sendiri adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkannya. Sistem perikanan tangkap di Indonesia sebagian dilakukan oleh nelayan kecil dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan alat tangkap, kapal/perahu yang relatif sederhana. Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu basis perikanan tangkap untuk wilayah penangkapan di Laut Selatan Jawa dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di perairan Samudera Hindia. Berdasarkan data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, produksi perikanan tahun 2011-2012 sebesar 8000 ton dengan nilai produksi perikanan sebesar Rp 183.439.608.741. Namun demikian pada dasarnya, pemanfaatan atas sumberdaya laut tersebut belum dilakukan secara optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NO KEP. 45/MEN/2011, bahwa perairan Samudera Hindia mempunyai potensi perikanan sebesar 491.700 ton per tahun.

Upload: others

Post on 14-Oct-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis perikanan (Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009). Sementara

perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau

pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan umum

secara bebas. Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, usaha perikanan

tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan.

Pengertian penangkapan ikan sendiri adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkannya. Sistem

perikanan tangkap di Indonesia sebagian dilakukan oleh nelayan kecil dengan cara

tradisional yaitu dengan menggunakan alat tangkap, kapal/perahu yang relatif

sederhana.

Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu

basis perikanan tangkap untuk wilayah penangkapan di Laut Selatan Jawa dan

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di perairan Samudera Hindia.

Berdasarkan data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu,

produksi perikanan tahun 2011-2012 sebesar 8000 ton dengan nilai produksi

perikanan sebesar Rp 183.439.608.741. Namun demikian pada dasarnya,

pemanfaatan atas sumberdaya laut tersebut belum dilakukan secara optimal. Hal

ini dapat dilihat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia NO KEP. 45/MEN/2011, bahwa perairan Samudera Hindia

mempunyai potensi perikanan sebesar 491.700 ton per tahun.

2

Mayoritas kegiatan perikanan tangkap di daerah Palabuhanratu termasuk

perikanan skala kecil. Salah satu ciri aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan

nelayan skala kecil adalah penggunaan teknologi dan peralatan dalam kegiatan

penangkapan ikan masih sederhana serta terbatas pada daerah penangkapan

(fishing ground) tertentu di sekitar wilayah pantai. Produktivitas nelayan yang

rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta

penggunaan alat penangkapan ikan maupun perahu yang masih sederhana,

sehingga efektivitas dan efisiensi alat tangkap belum optimal (Subani dan Barus

1989). Hal ini menyebabkan salah satu penyebab rendahnya kehidupan ekonomi

nelayan di Palabuhanratu.

Kehidupan ekonomi masyarakat nelayan skala kecil pada dasarnya

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekologis sumberdaya hayati

laut, tingkat pendidikan, modal, pola bagi hasil, frekuensi, dan intensitas melaut,

hasil tangkapan, pemasaran, tingkat pendapatan usaha penangkapan, peran

pemerintan dan swasta (Ruwanto 1992). Selain itu, faktor pendukung lain seperti

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam anggota keluarga nelayan (istri,

anak, dan keluarga lainnya) menjadi salah satu kunci variabel penting yang sangat

mendukung sekali dalam kegiatan rumah tangga nelayan karena dapat

berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan pada akhirnya

berpengaruh juga terhadap tingkat kesejahteraannya. Selama ini sudah menjadi

kewajiban jika istri, anak nelayan membantu semua aktivitas ekonomi untuk

meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan.

Salah satu kegiatan ekonomi penting bagi nelayan di Palabuhanratu adalah

buruh nelayan rumpon. Kegiatan ini banyak memberi kontribusi bagi ekonomi

nelayan Palabuhanratu. Sayangnya belum banyak penelitian yang membahas

mengenai tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Palabuhanratu. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengkaji tingkat kesejahteraan rumah tangga

buruh nelayan rumpon di Palabuharatu dan hasil penelitian tersebut dapat berguna

sebagai bahan informasi.

3

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti akan menganalisis mengenai tingkat kesejahteraan buruh nelayan

rumpon di Palabuhanratu Sukabumi, dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan rumpon di

Palabuhanratu Sukabumi.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui pola usaha rumah tangga nelayan rumpon di Palabuhanratu

Sukabumi.

2) Mengetahui tingkat pendapatan nelayan dan sumber pendapatan anggota

keluarga lainnya.

3) Mengetahui besaran dan jenis pengeluaran rumah tangga nelayan rumpon di

Palabuhanratu Sukabumi.

4) Menghitung Nilai Tukar Nelayan (NTN) rumpon di Palabuhanratu Sukabumi.

5) Menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan rumpon di

Palabuhanratu Sukabumi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah;

1) Sebagai sarana informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

masalah kesejahteraan masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber data dan informasi tambahan.

2) Sebagai referensi dan rujukan bagi kalangan akademis untuk penelitian

lainnya yang berkaitan dengan Palabuhanratu Sukabumi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Nelayan rumpon merupakan salah satu mata pencaharian penduduk

Palabuhanratu. Nelayan rumpon ini termasuk ke dalam kategori usaha kecil,

karena nelayan rumpon ini memperoleh pendapatan yang rendah.

4

Oleh karena itu Rumah Tangga Nelayan (RTN) rumpon tidak bisa

sepenuhnya ditopang oleh nelayan sendiri. Rumah tangga nelayan rumpon perlu

kontribusi lebih dari anggota keluarga yang lain (istri, anak, dan anggota keluarga

lainnya), kontribusi yang didapat dihasilkan dari kegiatan perikanan dan non

perikanan.

Kesejahteraan nelayan dipengaruhi oleh pendapatan, pengeluaran, dan

saving. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dibutuhkan 11 indikator tingkat

kesejahteraan menurut BPS, yaitu: pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat

tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukan anak ke jenjang

pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama,

rasa aman, kemudahan berolahraga.

Melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan dibutuhkan tolak

ukur, salah satu ukuran yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan yaitu Nilai Tukar Nelayan (NTN). NTN merupakan tolak ukur yang

mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran

(expenditure) keluarga nelayan.

Penelitian ini akan melihat tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan

ukuran Biro Pusat Statistik (BPS) dan NTN. Secara garis besar alur proses

kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

5

Gambar 1. Alur Proses Kerangka Pemikiran

Ekonomi Rumah Tangga BuruhNelayan Rumpon di PalabuhanRatu

Sukabumi

Usaha Perikanan TangkapNelayan Buruh

Tingkat Kesejahteraanberdasarkan Kriteria 11

Indikator Biro Pusat Statistik

Bagi Hasil

Suami

Pendapatan nonPerikanan

Usaha non Perikanan Tangkap

Istri Anak

PendapatanRumah Tangga

Pola Pengeluaran Rumah Tangga

Nilai TukarNelayan

Kinerja Usaha

Tabungan