bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang
dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk.,
2000). Indonesia memiliki 129 gunungapi. Wilayah sekitar gunungapi yang subur
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian bahkan digunakan sebagai kawasan
wisata. Di samping keuntungan yang diberikan oleh gunungapi terdapat pula
ancaman, di mana wilayah sekitar gunungapi merupakan kawasan dengan
kerawanan yang sangat tinggi, namun tidak selaras dengan kesiapsiagaan
masyarakat yang sangat rendah, sehingga risiko terdampak erupsi gunungapi
menjadi sangat tinggi (Brotopuspito dkk., 2011 dalam Marfai, M.A., dkk, 2012).
Salah satu dari 129 gunungapi yang ada di Indonesia adalah Gunungapi
Merapi. Gunungapi Merapi merupakan gunungapi yang berada di dua provinsi,
yaitu Provinsi Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta. Gunungapi Merapi merupakan
gunungapi paling aktif dan berbahaya di Indonesia dengan frekuensi letusan antara
3 – 4 tahun (Sumintadiredja, 2000). Berdasarkan kondisi ini Gunungapi Merapi
dijadikan sebagai laboratorium gunungapi internasional.
Letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 merupakan tingkat letusan yang tinggi
melebihi letusan sebelumnya di tahun 2006, lima kali lebih besar dengan jumlah
material yang keluar pada tahun 2010 sebanyak ± 150 juta m3, sedangkan pada
tahun 2006 hanya mengeluarkan material sebanyak ± 60 juta m3 (Kumalawati dkk,
2013). Tahun 1587 merupakan tahun awal diketahuinya Gunungapi Merapi
memiliki bencana lahar (Lavigne, 2000). Letusan yang terjadi menyebabkan bahaya
primer dan sekunder. Bahaya primer merupakan bencana utama akibat letusan
Gunungapi Merapi, yang dapat berupa hamburan, aliran lava, dan luncuran awan
panas piroklastik, sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya yang ditimbulkan
oleh mengalirnya rombakan material lepas akibat erupsi gunungapi yang dipicu
oleh terjadinya hujan yang turun dari puncak dengan konsentrasi tinggi yang
disebut dengan aliran lahar (Wahyono, 2002). Akibat letusan ini hampir setiap sub-
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berhulu di Gunungapi Merapi tertutupi oleh
material piroklastik akibat dari letusan Gunungapi Merapi tahun 2010.
Tertutupnya hampir setiap sub-DAS yang berhulu di Gunungapi Merapi oleh
material Gunungapi Merapi menyebabkan ancaman bahaya sekunder Gunungapi
Merapi yang berupa aliran lahar di hilir sub-DAS (khususnya di daerah dengan
perubahan topografi yang tegas) setelah terjadi hujan deras di puncak Gunungapi
Merapi pada tanggal 4 November 2010. Sungai yang dilewati oleh aliran lahar dari
arah barat daya Gunungapi Merapi adalah Sungai Pabelan, Blongkeng, Lamat,
Putih, Batang, Bebeng, dan Krasak. Bahaya sekunder ini akan lebih berbahaya
ketika mengenai kawasan datar dan kawasan padat penduduk.
DAS atau sub-DAS (Daerah Aliran Sungai yang tidak berhilir di laut)
merupakan sebuah ruang (space) dan ekosistem yang dapat digunakan sebagai
pendekatan dalam melakukan pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan karena di dalamnya terdapat interaksi antara aspek fisik,
biotik, kultur (Asdak,2007). Sub-DAS Putih adalah bagian dari DAS Progo. Sub-
DAS Putih merupakan salah satu sub-DAS bagian barat yang terdampak parah
akibat dari bencana lahar yang disebabkan oleh letusan Gunungapi Merapi tahun
2010 (Gambar 1.1). Sub-DAS Putih terletak di antara Sub-DAS Blongkeng dan
Sub-DAS Krasak, di mana sub-DAS Blongkeng berada dibagian utara dan sub-
DAS Krasak berada di bagian selatan sub-DAS Putih. Secara administrasi sub-DAS
Putih berada di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung,
Kecamatan Salam, dan Kecamatan Ngluwar.
Kecamatan Salam merupakan kecamatan dengan kawasan terdampak lahar
tertinggi dibandingkan 3 kecamatan lainnya, khususnya Desa Jumoyo, Desa Gulon,
Desa Seloboro, dan Desa Sirahan. Hal ini dikarenakan luapan lahar akibat erupsi
Gunungapi Merapi terjadi di kecamatan ini, di mana kecamatan ini secara fasies
gunungapi berada di fasies transisi medial-distal dan daerah distal (Dipayana, 2013).
Bencana lahar ini menyebabkan kerusakan penggunaan lahan yang terjadi di
beberapa titik terutama daerah yang berada di sekitar sungai utama. Kerusakan
penggunaan lahan yang terjadi didominasi oleh kebun campuran seluas 539.573,13
(56,73%), kemudian kawasan permukiman seluas 125.936,63 m2 (15,34 %), sawah
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
seluas 74.008,02 m2 (9,02 %), dan tegalan seluas 64.552,50 m2 (7,86 %), dan
fasilitas pendidikan seluas 16.837,01 m2 (2,05 %) (Kumalawati dkk, 2013).
Kerugian akibat dari lahar yang dirasakan oleh masyarakat antara Rp6.000.000 –
Rp141.000.000 (Kumalawati dkk, 2012).
Kerugian yang dialami oleh masyarakat akibat rusaknya lahan pertanian akibat
lahar sebesar Rp930.706.120 (Eliyandari, 2013). Di samping kerugian, ternyata
material lahar Gunungapi Merapi juga membawa keuntungan, dengan prediksi
valuasi nilai rupiah pasir akibat lahar 2011 diketahui dapat dibangun rumah
sebanyak 2104 rumah, di mana jumlah rumah yang rusak akibat terdampak bahaya
lahar hanya sebanyak 1290 rumah saja (Kumalawati, 2014).
Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini akan memfokuskan pada penelitian
kondisi pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah bencana lahar, khususnya
masyarakat yang terkena dampak langsung dari bencana lahar tahun 2010, sehingga
dengan penelitian ini diharapkan mampu mengetahui apakah masyarakat
terdampak lahar di sekitar sungai utama sub-DAS Putih dapat benar-benar
merasakan manfaat dari material lahar.
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Sungai yang di Lewati oleh Lahar dan Desa Terdampak Lahar Gunungapi Merapi
(Sumber: BNPB, 2011)
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
1.2 Permasalahan Penelitian
Masyarakat sekitar sub-DAS Putih mayoritas mengandalkan sektor pertanian
sebagai mata pencaharian utama. Bencana lahar menyebabkan beberapa petani
harus mengalami kerusakan bahkan kehilangan lahan pertaniannya, sehingga
masyarakat petani harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di samping itu pasca erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010, masih
banyak material hasil erupsi yang terendapkan di sekitar sub-DAS Putih. Material
hasil erupsi ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Masih banyaknya
material hasil erupsi yang tertimbun memberikan keuntungan tersendiri bagi
masyarakat sekitar sub-DAS Putih, sehingga dapat memberikan masyarakat
pekerjaan baru, khususnya bagi petani maupun buruh tani yang mengalami
kerusakan bahkan kehilangan lahan bercocok tanam akibat bencana lahar, sehingga
perlu diketahui evaluasi pendapatan masyarakat sebelum bencana lahar dan pasca
bencana lahar untuk mengetahui apakah masyarakat terdampak lahar merasakan
manfaat material lahar yang terendapkan di sekitar rumahnya dengan pendekatan
kemampuan masyarakat penambang material lahar membangun rumah dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. bagaimana mata pencaharian masyarakat terdampak lahar sebelum dan
sesudah terjadinya lahar?
2. bagaimana persebaran alih mata pencaharian ke penambang yang dilakukan
oleh masyarakat terdampak lahar?
3. apakah dengan alih mata pencaharian ke penambang memberikan
peningkatan penghasilan dibandingkan dengan mata pencaharian
sebelumnya?
4. apakah masyarakat merasakan manfaat setelah melakukan peralihan mata
pencaharian dengan pendekatan membangun rumah dari pendapatan
menambang material lahar?
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian disusun tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi alih mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat
di Sub-DAS Putih berdasarkan kawasan bahaya banjir lahar.
2. Memetakan persebaran alih mata pencaharian yang dilakukan oleh
masyarakat (khususnya penambang) di Sub-DAS Putih.
3. Membandingkan pendapatan masyarakat sekitar sub-DAS Putih sebelum
dan sesudah bencana lahar berbasis kawasan terdampak lahar.
4. Analisis manfaat material lahar dari alih mata pencaharian (khususnya
yang beralih mata pencaharian menjadi penambang dan buruh tambang
material lahar).
1.4 Manfaat Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui alih mata pencaharian yang
dilakukan masyarakat khususnya yang beralih mata pencaharian menjadi
penambang, mengetahui persebaran alih mata pencaharian yang terjadi, serta
mengetahui daerah tambang yang aman dan berkelanjutan bagi penambang. Tujuan
ini dapat menghasilkan manfaat bagi kajian ilmiah, pemerintah, dan masyarakat.
Manfaat tersebut antara lain:
1.4.1. Manfaat praktis
1.4.1.1. Informasi alih fungsi mata pencaharian yang terjadi dan kondisi finansial
masyarakat dapat dijadikan dasar bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan sosial dan ekonomi di daerah penelitian.
1.4.1.2. Secara praktis penelitian ini mampu memberikan arahan menambang
yang menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sub-DAS
Putih
1.4.2. Manfaat teoritis
1.4.2.1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi bagi pengembangan penelitian mengenai perencanaan
pemulihan bencana (Disaster Recovery Planning), khususnya di bidang
sosial dan ekonomi.
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
1.4.2.2. Secara teoritis penelitian ini dapat melihat bentuk pengelolaan DAS
terpadu, khususnya peran masyarakat dalam pengelolaan DAS pasca
bencana lahar untuk mengembalikan kondisi DAS seperti semula serta
menjaga fungsi DAS dalam mengurangi pembuangan massa dalam
bentuk lahar.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang lahar khususnya di sub-DAS Putih sudah banyak dilakukan,
namun penelitian tentang evaluasi pendapatan masyarakat sebelum dan pasca
bencana belum banyak dilakukan secara detil di daerah terdampak lahar.
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain penelitian
yang dilakukan oleh Eliyandari pada tahun 2013 yang meneliti tentang estimasi
kerugian lahan pertanian akibat lahar dengan metode DaLA (Damage and Loss
Assessment). Dari penelitian yang dilakukan oleh Erliyandari diketahui luasan
lahan pertanian yang rusak akibat lahar, pola persebarannya, serta jumlah kerugian
ekonomi dari lahan pertanian yang rusak.
Penelitian terkait lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumalawati,
dkk pada tahun 2011 yang dipublikasikan pada tahun 2013 di UMS. Penelitian ini
tentang cara membuat klasifikasi kerusakan persil rumah akibat lahar dengan
menggunakan model builder GIS. Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka dapat
diketahui tingkat kerusakan persil rumah yang terdampak lahar berdasarkan peta
persebaran lahar 2011 di kawasan bahaya lahar sub-DAS Putih.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Kumalawati, dkk pada tahun
2011 yang dipublikasikan pada tahun 2013 di PIT-IGI Kalimantan Selatan.
Penelitian utama dari publikasi adalah tentang penilaian kerentanan, kerawanan,
potensi ekonomi, persepsi bahaya, dan WTA (Willingness To Accept). Dalam
penelitian tersebut juga terdapat informasi alih mata pencaharian dan
pendapatannya sehingga data dari penelitian tersebut peneliti gunakan untuk
informasi penelitian berkelanjutan.
Penelitian yang peneliti lakukan adalah ingin melihat tingkat kebermanfaatan
lahar bagi penduduk sekitar sub-DAS Putih yang terdampak lahar dengan melihat
alih mata pencaharian apa saja yang dilakukan oleh masyarakat menyebabkan
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
peneliti ingin melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui evaluasi finansial
masyarakat sekitar sub-DAS putih sebelum dan sesudah bencana lahar,
persebarannya secara spasial, mengetahui perubahan pendapatan masyarakat yang
melakukan alih mata pencaharian, dan melihat tingkat kebermanfaatan alih mata
pencaharian dengan pendekatan pembangunan rumah per-m2. Informasi alih mata
pencaharian dan tingkat pendapatannya tahun 2011 dari penelitian sebelumnya juga
digunakan dengan harapan penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian
yang berangkaian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan (Tabel 1.1):
1.6. Batas Wilayah Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada evaluasi pendapatan masyarakat yang berada
di sub-DAS Putih pasca terjadinya bencana lahar awal November 2011. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini hanya diambil dari masyarakat yang memiliki
rumah di sub-DAS Putih khususnya pada kawasan persebaran lahar di sub-DAS
Putih tahun 2011, sehingga batas persebaran lahar di Sub-DAS Putih yang berada
di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah merupakan
batas utama dalam melakukan penelitian (Gambar 1.2).
Pemanfaatan teknologi SIG digunakan untuk mengetahui persebaran alih mata
pencaharian serta tingkat pendapatan masyarakat sub-DAS Putih pasca terjadinya
bencana banjir lahar, dengan menggunakan posisi koordinat, sehingga distribusi
alih mata pencaharian dan tingkat pendapatan dapat terlihat dengan jelas melalui
peta.
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Tabel 1. 1 Penelitian Sebelumnya dan Penelitian yang akan Dilakukan No Judul penelitian, nama peneliti, dan
tahun
Tujuan penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Klasifikasi Kerusakan Permukiman
Akibat Banjir Lahar Menggunakan
Model Builder GIS
Oleh Kumalawati, Rosalina., Rijal,
Seftiawan Samsu., Prasaja, Ahmad
Syukron., Sartohadi, Junun., Rijanta.,
Pradiptyo, Rimawan (2013)
1. Membuat model builder GIS yang
dapat digunakan untuk melakukan
pemodelan kerusakan permukiman
akibat banjir lahar
Model builder GIS dengan
mempertimbangkan
lereng, endapan lahar, dan
persil rumah
1. Peta persebaran kerusakan permukiman akibat
lahar
2 Evaluasi Pendapatan Masyarakat
Pasca Bencana Banjir Lahar Di Sub-
DAS Putih Kabupaten Magelang.
Oleh: Rosalina Kumalawati, Ahmad
Syukron Prasaja, Seftiawan S. Rijal,
Junun S., dan Rijanta (2013)
1. melakukan evaluasi pendapatan
setelah banjir lahar
2. menentukan distribusi pendapatan
setelah lahar banjir spasial
- Indepth interview
- Koordinat lokasi
wawancara serta
pembagian segmentasi
banjir lahar sub-DAS Putih
dapat digunakan sebagai
data spasial yang menjadi
input GIS dalam
melakukan pemetaan
persebaran spasial
pendapatan
1. Buruh tani, buruh pasir, dan buruh serabutan
lebih fleksibel dalam melakukan alih profesi.
Sedangkan petani, dalam melakukan alih profesi
mereka harus menekuni beberapa pekerjaan
untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dari
profesi sebelumnya.
2. Sebaran spasial pendapatan masyarakat dapat
diketahui berdasarkan jenis pekerjaan yang
muncul pada setiap segmentasi banjir lahar
(1) (2) (3) (4) (5)
3 Estimasi Kerugian Lahan Pertanian
Akibat Lahar di Kali Putih,
Kecamatan
Salam, Kabupaten Magelang,
oleh Eliyandari (2013)
1. Mengkaji kerusakan pada aspek
pertanian yang ditimbulkan lahar
di Kali Putih,
2. Mengenali pola persebaran
kerusakan lahan pertanian akibat
lahar di Kali Putih,
Penilaian kerusakan dan
kehilangan, survei
lapangan, wawancara
kepada tokoh penduduk
setempat dan memberi
kuesioner kepada petani
yang lahannya terdampak
lahar di Kali Putih
1. 70 – 100% lahan pertanian mengalami kerusakan
akibat lahar
2. Kerusakan lahan pertanian banyak terjadi di
lahan yang berada pada kelokan sungai
3. Total nilai kehilangan pertanian akibat lahar
adalah Rp930.706.120.
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
3. Mengestimasi jumlah kerugian
ekonomis pada lahan pertanian
akibat lahar di Kali Putih,
4 Kajian Penghidupan (Livelihood)
Masyarakat Akibat Banjir Lahar
Hujan Kali Putih di Desa Sirahan
Kecamatan Salam, Kabupaten
Magelang
Oleh: Rindu A. R. (2013)
1. Mengetahui kondisi penghidupan
(Livelihood) masyarakat
terdampak banjir lahar hujan di
Desa Sirahan
2. Mengetahui tingkat resiliensi
masyarakat pasca banjir lahar di
Desa Sirahan
3. Menganalisis adanya hubungan
antara livelihood dengan tingkat
resiliensi masyarakat tingkat
individu di Desa Sirahan.
- Wawancara
- Analisis statistik
multikolinieritas
1. Kondisi livelihood masyarakat mengalami
penurunan
2. Kondisi resiliensi masyarakat berada pada
tingkat sedang dan tinggi
3. Perubahan modal manusia, modal sosial, modal
fisikal, modal finansial, dan aktivitas
berpengaruh terhadap resiliensi masyarakat.
5 Perubahan Pekerjaan Masyarakat
Sebagai Akibat Dari Bencana Studi
Kasus: Kawasan Wisata Volcano
Tour Gunung Merapi, Desa
Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman
Oleh: Anastasia Ratna Wahyu
Wijayanti (2013)
1. Menganalisis dampak dari
bencana terhadap hilangnya
pekerjaan masyarakat pada
wilayah studi;
2. Menganalisis peran kawasan
wisata Volcano Tour sebagai
peluang kerja dan sumber
pendapatan baru bagi masyarakat;
3. Menganalisis alasan
masyarakat melakukan perubahan
pekerjaan.
- analisis kualitatif semi-
etnografi
- Purposive sampling
1. Ganti rugi kematian ternak tidak digunakan
untuk membeli ternak, kesulitan mencari pakan
ternak, dan kondisi shalter yang tidak
mendukung
2. Kerusakan pasca bencana di Desa Umbulharjo
menjadi daya tarik wisata
3. Hilangnya pekerjaan mayoritas masyarakat
sebagai peternak dan peluang wisata Volcano
Tour
(1) (2) (3) (4) (5)
6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persoalan Relokasi Pasca Bencana
Lahar Dingin di Kali Putih (Studi
Kasus Dusun Gempol, Desa Jumoyo,
Kecamatan Salam, Kabupaten
Magelang)
1. Teridentifikasi-nya persoalan
utama dalam penerapan kebijakan
relokasi pasca bencana lahar
dingin Kali Putih di Dusun
Gempol;
- Pendekatan studi kasus
- Purposive sampling
1. Kecemburuan warga asli Dusun Winorayan
terhadap warga hunian tetap dari Dusun
Gempol.
2. Lokasi huntap jauh dari sungai sehingga sulit
melakukan penambangan, kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap kebijakan
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Oleh: Fakhrudin Martanto dan Saut
Aritua H. Sagala (2013)
2. Teridentifikasi-nya alasan warga
menolak kebijakan relokasi pasca
bencana lahar dingin Kali Putih di
Dusun Gempol;
3. Teridentifikasi-nya alasan warga
menerima kebijakan relokasi
pasca bencana lahar dingin Kali
Putih di Dusun Gempol
relokasi, dan hilangnya penghidupan masyarakat
yang dipindahkan
3. Mayoritas yang pindah masih memiliki rumah
yang utuh atau hanya rusak ringan.
7 Kajian Persebaran Kerusakan
Infrastruktur, Permukiman, Dan
Lahan Pertanian Akibat Banjir Lahar
Hujan Tahun 2010 Dengan
Pendekatan Geomorfologi Kasus:
Kali Putih, Kabupaten Magelang
Oleh: Munawaroh, Widiyanto (2012
1. Mempelajari tingkat bahaya lahar
di DAS Kali Putih
2. Mengetahui persebaran
kerusakan akibat banjir lahar
pasca erupsi Gunungapi Merapi
26 Oktober 2010 di DAS Kali
Putih.
3. Mempelajari kerusakan bangunan
pengendali sedimen,
infrastruktur, permukiman dan
lahan pertanian akibat banjir lahar
pada tiap tingkat bahaya lahar di
DAS Kali Putih.
4. Mengetahui penyebab dari
karakteristik geomorfologi DAS
Kali Putih terhadap sebaran
kerusakan bangunan pengendali
sedimen, infrastruktur,
permukiman dan lahan pertanian
akibat banjir lahar.
- Survei dengan
pendekatan
geomorfologi sungai
- Systematic sampling
1. Tingkat bahaya lahar tinggi sampai tingkat
bahaya sangat tinggi mengelompok di bagian
hilir DAS Kali Putih, tingkat bahaya lahar
sedang mendominasi bagian tengah, dan tingkat
bahaya lahar rendah sampai sangat rendah
terdapat di bagian hulu DAS Kali Putih,
2. Persebaran kerusakan bangunan permukiman
dan lahan pertanian mengelompok pada bagian
hilir DAS, yaitu pada bentuklahan Kaki
gunungapi dan dataran kaki gunungapi,
sedangkan persebaran kerusakan bangunan
pengendali sedimen terdapat di bagian hulu
DAS Kali Putih.
3. Kerusakan infrastruktur, permukiman dan lahan
pertanian akibat banjir lahar Kali Putih
mengelompok pada daerah yang termasuk
kategori tingkat bahaya lahar sangat tinggi,
4. Kondisi morfologi DAS Kali Putih berpengaruh
terhadap distribusi kerusakan pada tiap tingkat
bahaya lahar di DAS Kali Putih.
EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/