bab i pendahuluan -...

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk., 2000). Indonesia memiliki 129 gunungapi. Wilayah sekitar gunungapi yang subur dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian bahkan digunakan sebagai kawasan wisata. Di samping keuntungan yang diberikan oleh gunungapi terdapat pula ancaman, di mana wilayah sekitar gunungapi merupakan kawasan dengan kerawanan yang sangat tinggi, namun tidak selaras dengan kesiapsiagaan masyarakat yang sangat rendah, sehingga risiko terdampak erupsi gunungapi menjadi sangat tinggi (Brotopuspito dkk., 2011 dalam Marfai, M.A., dkk, 2012). Salah satu dari 129 gunungapi yang ada di Indonesia adalah Gunungapi Merapi. Gunungapi Merapi merupakan gunungapi yang berada di dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta. Gunungapi Merapi merupakan gunungapi paling aktif dan berbahaya di Indonesia dengan frekuensi letusan antara 3 4 tahun (Sumintadiredja, 2000). Berdasarkan kondisi ini Gunungapi Merapi dijadikan sebagai laboratorium gunungapi internasional. Letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 merupakan tingkat letusan yang tinggi melebihi letusan sebelumnya di tahun 2006, lima kali lebih besar dengan jumlah material yang keluar pada tahun 2010 sebanyak ± 150 juta m 3 , sedangkan pada tahun 2006 hanya mengeluarkan material sebanyak ± 60 juta m 3 (Kumalawati dkk, 2013). Tahun 1587 merupakan tahun awal diketahuinya Gunungapi Merapi memiliki bencana lahar (Lavigne, 2000). Letusan yang terjadi menyebabkan bahaya primer dan sekunder. Bahaya primer merupakan bencana utama akibat letusan Gunungapi Merapi, yang dapat berupa hamburan, aliran lava, dan luncuran awan panas piroklastik, sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya yang ditimbulkan oleh mengalirnya rombakan material lepas akibat erupsi gunungapi yang dipicu oleh terjadinya hujan yang turun dari puncak dengan konsentrasi tinggi yang disebut dengan aliran lahar (Wahyono, 2002). Akibat letusan ini hampir setiap sub- EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUB DAS PUTIH KABUPATEN MAGELANG AHMAD SYUKRON P. Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: tranbao

Post on 20-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2000 sekitar 500 juta jiwa penduduk dunia bermukim pada jarak kurang

dari 100 m dari gunungapi dan diperkirakan akan terus bertambah (Chester dkk.,

2000). Indonesia memiliki 129 gunungapi. Wilayah sekitar gunungapi yang subur

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian bahkan digunakan sebagai kawasan

wisata. Di samping keuntungan yang diberikan oleh gunungapi terdapat pula

ancaman, di mana wilayah sekitar gunungapi merupakan kawasan dengan

kerawanan yang sangat tinggi, namun tidak selaras dengan kesiapsiagaan

masyarakat yang sangat rendah, sehingga risiko terdampak erupsi gunungapi

menjadi sangat tinggi (Brotopuspito dkk., 2011 dalam Marfai, M.A., dkk, 2012).

Salah satu dari 129 gunungapi yang ada di Indonesia adalah Gunungapi

Merapi. Gunungapi Merapi merupakan gunungapi yang berada di dua provinsi,

yaitu Provinsi Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta. Gunungapi Merapi merupakan

gunungapi paling aktif dan berbahaya di Indonesia dengan frekuensi letusan antara

3 – 4 tahun (Sumintadiredja, 2000). Berdasarkan kondisi ini Gunungapi Merapi

dijadikan sebagai laboratorium gunungapi internasional.

Letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 merupakan tingkat letusan yang tinggi

melebihi letusan sebelumnya di tahun 2006, lima kali lebih besar dengan jumlah

material yang keluar pada tahun 2010 sebanyak ± 150 juta m3, sedangkan pada

tahun 2006 hanya mengeluarkan material sebanyak ± 60 juta m3 (Kumalawati dkk,

2013). Tahun 1587 merupakan tahun awal diketahuinya Gunungapi Merapi

memiliki bencana lahar (Lavigne, 2000). Letusan yang terjadi menyebabkan bahaya

primer dan sekunder. Bahaya primer merupakan bencana utama akibat letusan

Gunungapi Merapi, yang dapat berupa hamburan, aliran lava, dan luncuran awan

panas piroklastik, sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya yang ditimbulkan

oleh mengalirnya rombakan material lepas akibat erupsi gunungapi yang dipicu

oleh terjadinya hujan yang turun dari puncak dengan konsentrasi tinggi yang

disebut dengan aliran lahar (Wahyono, 2002). Akibat letusan ini hampir setiap sub-

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berhulu di Gunungapi Merapi tertutupi oleh

material piroklastik akibat dari letusan Gunungapi Merapi tahun 2010.

Tertutupnya hampir setiap sub-DAS yang berhulu di Gunungapi Merapi oleh

material Gunungapi Merapi menyebabkan ancaman bahaya sekunder Gunungapi

Merapi yang berupa aliran lahar di hilir sub-DAS (khususnya di daerah dengan

perubahan topografi yang tegas) setelah terjadi hujan deras di puncak Gunungapi

Merapi pada tanggal 4 November 2010. Sungai yang dilewati oleh aliran lahar dari

arah barat daya Gunungapi Merapi adalah Sungai Pabelan, Blongkeng, Lamat,

Putih, Batang, Bebeng, dan Krasak. Bahaya sekunder ini akan lebih berbahaya

ketika mengenai kawasan datar dan kawasan padat penduduk.

DAS atau sub-DAS (Daerah Aliran Sungai yang tidak berhilir di laut)

merupakan sebuah ruang (space) dan ekosistem yang dapat digunakan sebagai

pendekatan dalam melakukan pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan karena di dalamnya terdapat interaksi antara aspek fisik,

biotik, kultur (Asdak,2007). Sub-DAS Putih adalah bagian dari DAS Progo. Sub-

DAS Putih merupakan salah satu sub-DAS bagian barat yang terdampak parah

akibat dari bencana lahar yang disebabkan oleh letusan Gunungapi Merapi tahun

2010 (Gambar 1.1). Sub-DAS Putih terletak di antara Sub-DAS Blongkeng dan

Sub-DAS Krasak, di mana sub-DAS Blongkeng berada dibagian utara dan sub-

DAS Krasak berada di bagian selatan sub-DAS Putih. Secara administrasi sub-DAS

Putih berada di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung,

Kecamatan Salam, dan Kecamatan Ngluwar.

Kecamatan Salam merupakan kecamatan dengan kawasan terdampak lahar

tertinggi dibandingkan 3 kecamatan lainnya, khususnya Desa Jumoyo, Desa Gulon,

Desa Seloboro, dan Desa Sirahan. Hal ini dikarenakan luapan lahar akibat erupsi

Gunungapi Merapi terjadi di kecamatan ini, di mana kecamatan ini secara fasies

gunungapi berada di fasies transisi medial-distal dan daerah distal (Dipayana, 2013).

Bencana lahar ini menyebabkan kerusakan penggunaan lahan yang terjadi di

beberapa titik terutama daerah yang berada di sekitar sungai utama. Kerusakan

penggunaan lahan yang terjadi didominasi oleh kebun campuran seluas 539.573,13

(56,73%), kemudian kawasan permukiman seluas 125.936,63 m2 (15,34 %), sawah

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

seluas 74.008,02 m2 (9,02 %), dan tegalan seluas 64.552,50 m2 (7,86 %), dan

fasilitas pendidikan seluas 16.837,01 m2 (2,05 %) (Kumalawati dkk, 2013).

Kerugian akibat dari lahar yang dirasakan oleh masyarakat antara Rp6.000.000 –

Rp141.000.000 (Kumalawati dkk, 2012).

Kerugian yang dialami oleh masyarakat akibat rusaknya lahan pertanian akibat

lahar sebesar Rp930.706.120 (Eliyandari, 2013). Di samping kerugian, ternyata

material lahar Gunungapi Merapi juga membawa keuntungan, dengan prediksi

valuasi nilai rupiah pasir akibat lahar 2011 diketahui dapat dibangun rumah

sebanyak 2104 rumah, di mana jumlah rumah yang rusak akibat terdampak bahaya

lahar hanya sebanyak 1290 rumah saja (Kumalawati, 2014).

Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini akan memfokuskan pada penelitian

kondisi pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah bencana lahar, khususnya

masyarakat yang terkena dampak langsung dari bencana lahar tahun 2010, sehingga

dengan penelitian ini diharapkan mampu mengetahui apakah masyarakat

terdampak lahar di sekitar sungai utama sub-DAS Putih dapat benar-benar

merasakan manfaat dari material lahar.

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Sungai yang di Lewati oleh Lahar dan Desa Terdampak Lahar Gunungapi Merapi

(Sumber: BNPB, 2011)

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

1.2 Permasalahan Penelitian

Masyarakat sekitar sub-DAS Putih mayoritas mengandalkan sektor pertanian

sebagai mata pencaharian utama. Bencana lahar menyebabkan beberapa petani

harus mengalami kerusakan bahkan kehilangan lahan pertaniannya, sehingga

masyarakat petani harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Di samping itu pasca erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010, masih

banyak material hasil erupsi yang terendapkan di sekitar sub-DAS Putih. Material

hasil erupsi ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Masih banyaknya

material hasil erupsi yang tertimbun memberikan keuntungan tersendiri bagi

masyarakat sekitar sub-DAS Putih, sehingga dapat memberikan masyarakat

pekerjaan baru, khususnya bagi petani maupun buruh tani yang mengalami

kerusakan bahkan kehilangan lahan bercocok tanam akibat bencana lahar, sehingga

perlu diketahui evaluasi pendapatan masyarakat sebelum bencana lahar dan pasca

bencana lahar untuk mengetahui apakah masyarakat terdampak lahar merasakan

manfaat material lahar yang terendapkan di sekitar rumahnya dengan pendekatan

kemampuan masyarakat penambang material lahar membangun rumah dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. bagaimana mata pencaharian masyarakat terdampak lahar sebelum dan

sesudah terjadinya lahar?

2. bagaimana persebaran alih mata pencaharian ke penambang yang dilakukan

oleh masyarakat terdampak lahar?

3. apakah dengan alih mata pencaharian ke penambang memberikan

peningkatan penghasilan dibandingkan dengan mata pencaharian

sebelumnya?

4. apakah masyarakat merasakan manfaat setelah melakukan peralihan mata

pencaharian dengan pendekatan membangun rumah dari pendapatan

menambang material lahar?

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian disusun tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi alih mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat

di Sub-DAS Putih berdasarkan kawasan bahaya banjir lahar.

2. Memetakan persebaran alih mata pencaharian yang dilakukan oleh

masyarakat (khususnya penambang) di Sub-DAS Putih.

3. Membandingkan pendapatan masyarakat sekitar sub-DAS Putih sebelum

dan sesudah bencana lahar berbasis kawasan terdampak lahar.

4. Analisis manfaat material lahar dari alih mata pencaharian (khususnya

yang beralih mata pencaharian menjadi penambang dan buruh tambang

material lahar).

1.4 Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui alih mata pencaharian yang

dilakukan masyarakat khususnya yang beralih mata pencaharian menjadi

penambang, mengetahui persebaran alih mata pencaharian yang terjadi, serta

mengetahui daerah tambang yang aman dan berkelanjutan bagi penambang. Tujuan

ini dapat menghasilkan manfaat bagi kajian ilmiah, pemerintah, dan masyarakat.

Manfaat tersebut antara lain:

1.4.1. Manfaat praktis

1.4.1.1. Informasi alih fungsi mata pencaharian yang terjadi dan kondisi finansial

masyarakat dapat dijadikan dasar bagi pemerintah dalam menentukan

kebijakan sosial dan ekonomi di daerah penelitian.

1.4.1.2. Secara praktis penelitian ini mampu memberikan arahan menambang

yang menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sub-DAS

Putih

1.4.2. Manfaat teoritis

1.4.2.1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini dapat menjadi

sumber informasi bagi pengembangan penelitian mengenai perencanaan

pemulihan bencana (Disaster Recovery Planning), khususnya di bidang

sosial dan ekonomi.

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

1.4.2.2. Secara teoritis penelitian ini dapat melihat bentuk pengelolaan DAS

terpadu, khususnya peran masyarakat dalam pengelolaan DAS pasca

bencana lahar untuk mengembalikan kondisi DAS seperti semula serta

menjaga fungsi DAS dalam mengurangi pembuangan massa dalam

bentuk lahar.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang lahar khususnya di sub-DAS Putih sudah banyak dilakukan,

namun penelitian tentang evaluasi pendapatan masyarakat sebelum dan pasca

bencana belum banyak dilakukan secara detil di daerah terdampak lahar.

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain penelitian

yang dilakukan oleh Eliyandari pada tahun 2013 yang meneliti tentang estimasi

kerugian lahan pertanian akibat lahar dengan metode DaLA (Damage and Loss

Assessment). Dari penelitian yang dilakukan oleh Erliyandari diketahui luasan

lahan pertanian yang rusak akibat lahar, pola persebarannya, serta jumlah kerugian

ekonomi dari lahan pertanian yang rusak.

Penelitian terkait lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumalawati,

dkk pada tahun 2011 yang dipublikasikan pada tahun 2013 di UMS. Penelitian ini

tentang cara membuat klasifikasi kerusakan persil rumah akibat lahar dengan

menggunakan model builder GIS. Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka dapat

diketahui tingkat kerusakan persil rumah yang terdampak lahar berdasarkan peta

persebaran lahar 2011 di kawasan bahaya lahar sub-DAS Putih.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Kumalawati, dkk pada tahun

2011 yang dipublikasikan pada tahun 2013 di PIT-IGI Kalimantan Selatan.

Penelitian utama dari publikasi adalah tentang penilaian kerentanan, kerawanan,

potensi ekonomi, persepsi bahaya, dan WTA (Willingness To Accept). Dalam

penelitian tersebut juga terdapat informasi alih mata pencaharian dan

pendapatannya sehingga data dari penelitian tersebut peneliti gunakan untuk

informasi penelitian berkelanjutan.

Penelitian yang peneliti lakukan adalah ingin melihat tingkat kebermanfaatan

lahar bagi penduduk sekitar sub-DAS Putih yang terdampak lahar dengan melihat

alih mata pencaharian apa saja yang dilakukan oleh masyarakat menyebabkan

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

peneliti ingin melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui evaluasi finansial

masyarakat sekitar sub-DAS putih sebelum dan sesudah bencana lahar,

persebarannya secara spasial, mengetahui perubahan pendapatan masyarakat yang

melakukan alih mata pencaharian, dan melihat tingkat kebermanfaatan alih mata

pencaharian dengan pendekatan pembangunan rumah per-m2. Informasi alih mata

pencaharian dan tingkat pendapatannya tahun 2011 dari penelitian sebelumnya juga

digunakan dengan harapan penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian

yang berangkaian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan (Tabel 1.1):

1.6. Batas Wilayah Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada evaluasi pendapatan masyarakat yang berada

di sub-DAS Putih pasca terjadinya bencana lahar awal November 2011. Responden

yang digunakan dalam penelitian ini hanya diambil dari masyarakat yang memiliki

rumah di sub-DAS Putih khususnya pada kawasan persebaran lahar di sub-DAS

Putih tahun 2011, sehingga batas persebaran lahar di Sub-DAS Putih yang berada

di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah merupakan

batas utama dalam melakukan penelitian (Gambar 1.2).

Pemanfaatan teknologi SIG digunakan untuk mengetahui persebaran alih mata

pencaharian serta tingkat pendapatan masyarakat sub-DAS Putih pasca terjadinya

bencana banjir lahar, dengan menggunakan posisi koordinat, sehingga distribusi

alih mata pencaharian dan tingkat pendapatan dapat terlihat dengan jelas melalui

peta.

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

Tabel 1. 1 Penelitian Sebelumnya dan Penelitian yang akan Dilakukan No Judul penelitian, nama peneliti, dan

tahun

Tujuan penelitian Metode penelitian Hasil penelitian

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Klasifikasi Kerusakan Permukiman

Akibat Banjir Lahar Menggunakan

Model Builder GIS

Oleh Kumalawati, Rosalina., Rijal,

Seftiawan Samsu., Prasaja, Ahmad

Syukron., Sartohadi, Junun., Rijanta.,

Pradiptyo, Rimawan (2013)

1. Membuat model builder GIS yang

dapat digunakan untuk melakukan

pemodelan kerusakan permukiman

akibat banjir lahar

Model builder GIS dengan

mempertimbangkan

lereng, endapan lahar, dan

persil rumah

1. Peta persebaran kerusakan permukiman akibat

lahar

2 Evaluasi Pendapatan Masyarakat

Pasca Bencana Banjir Lahar Di Sub-

DAS Putih Kabupaten Magelang.

Oleh: Rosalina Kumalawati, Ahmad

Syukron Prasaja, Seftiawan S. Rijal,

Junun S., dan Rijanta (2013)

1. melakukan evaluasi pendapatan

setelah banjir lahar

2. menentukan distribusi pendapatan

setelah lahar banjir spasial

- Indepth interview

- Koordinat lokasi

wawancara serta

pembagian segmentasi

banjir lahar sub-DAS Putih

dapat digunakan sebagai

data spasial yang menjadi

input GIS dalam

melakukan pemetaan

persebaran spasial

pendapatan

1. Buruh tani, buruh pasir, dan buruh serabutan

lebih fleksibel dalam melakukan alih profesi.

Sedangkan petani, dalam melakukan alih profesi

mereka harus menekuni beberapa pekerjaan

untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dari

profesi sebelumnya.

2. Sebaran spasial pendapatan masyarakat dapat

diketahui berdasarkan jenis pekerjaan yang

muncul pada setiap segmentasi banjir lahar

(1) (2) (3) (4) (5)

3 Estimasi Kerugian Lahan Pertanian

Akibat Lahar di Kali Putih,

Kecamatan

Salam, Kabupaten Magelang,

oleh Eliyandari (2013)

1. Mengkaji kerusakan pada aspek

pertanian yang ditimbulkan lahar

di Kali Putih,

2. Mengenali pola persebaran

kerusakan lahan pertanian akibat

lahar di Kali Putih,

Penilaian kerusakan dan

kehilangan, survei

lapangan, wawancara

kepada tokoh penduduk

setempat dan memberi

kuesioner kepada petani

yang lahannya terdampak

lahar di Kali Putih

1. 70 – 100% lahan pertanian mengalami kerusakan

akibat lahar

2. Kerusakan lahan pertanian banyak terjadi di

lahan yang berada pada kelokan sungai

3. Total nilai kehilangan pertanian akibat lahar

adalah Rp930.706.120.

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

3. Mengestimasi jumlah kerugian

ekonomis pada lahan pertanian

akibat lahar di Kali Putih,

4 Kajian Penghidupan (Livelihood)

Masyarakat Akibat Banjir Lahar

Hujan Kali Putih di Desa Sirahan

Kecamatan Salam, Kabupaten

Magelang

Oleh: Rindu A. R. (2013)

1. Mengetahui kondisi penghidupan

(Livelihood) masyarakat

terdampak banjir lahar hujan di

Desa Sirahan

2. Mengetahui tingkat resiliensi

masyarakat pasca banjir lahar di

Desa Sirahan

3. Menganalisis adanya hubungan

antara livelihood dengan tingkat

resiliensi masyarakat tingkat

individu di Desa Sirahan.

- Wawancara

- Analisis statistik

multikolinieritas

1. Kondisi livelihood masyarakat mengalami

penurunan

2. Kondisi resiliensi masyarakat berada pada

tingkat sedang dan tinggi

3. Perubahan modal manusia, modal sosial, modal

fisikal, modal finansial, dan aktivitas

berpengaruh terhadap resiliensi masyarakat.

5 Perubahan Pekerjaan Masyarakat

Sebagai Akibat Dari Bencana Studi

Kasus: Kawasan Wisata Volcano

Tour Gunung Merapi, Desa

Umbulharjo, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman

Oleh: Anastasia Ratna Wahyu

Wijayanti (2013)

1. Menganalisis dampak dari

bencana terhadap hilangnya

pekerjaan masyarakat pada

wilayah studi;

2. Menganalisis peran kawasan

wisata Volcano Tour sebagai

peluang kerja dan sumber

pendapatan baru bagi masyarakat;

3. Menganalisis alasan

masyarakat melakukan perubahan

pekerjaan.

- analisis kualitatif semi-

etnografi

- Purposive sampling

1. Ganti rugi kematian ternak tidak digunakan

untuk membeli ternak, kesulitan mencari pakan

ternak, dan kondisi shalter yang tidak

mendukung

2. Kerusakan pasca bencana di Desa Umbulharjo

menjadi daya tarik wisata

3. Hilangnya pekerjaan mayoritas masyarakat

sebagai peternak dan peluang wisata Volcano

Tour

(1) (2) (3) (4) (5)

6

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Persoalan Relokasi Pasca Bencana

Lahar Dingin di Kali Putih (Studi

Kasus Dusun Gempol, Desa Jumoyo,

Kecamatan Salam, Kabupaten

Magelang)

1. Teridentifikasi-nya persoalan

utama dalam penerapan kebijakan

relokasi pasca bencana lahar

dingin Kali Putih di Dusun

Gempol;

- Pendekatan studi kasus

- Purposive sampling

1. Kecemburuan warga asli Dusun Winorayan

terhadap warga hunian tetap dari Dusun

Gempol.

2. Lokasi huntap jauh dari sungai sehingga sulit

melakukan penambangan, kurangnya

pemahaman masyarakat terhadap kebijakan

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Oleh: Fakhrudin Martanto dan Saut

Aritua H. Sagala (2013)

2. Teridentifikasi-nya alasan warga

menolak kebijakan relokasi pasca

bencana lahar dingin Kali Putih di

Dusun Gempol;

3. Teridentifikasi-nya alasan warga

menerima kebijakan relokasi

pasca bencana lahar dingin Kali

Putih di Dusun Gempol

relokasi, dan hilangnya penghidupan masyarakat

yang dipindahkan

3. Mayoritas yang pindah masih memiliki rumah

yang utuh atau hanya rusak ringan.

7 Kajian Persebaran Kerusakan

Infrastruktur, Permukiman, Dan

Lahan Pertanian Akibat Banjir Lahar

Hujan Tahun 2010 Dengan

Pendekatan Geomorfologi Kasus:

Kali Putih, Kabupaten Magelang

Oleh: Munawaroh, Widiyanto (2012

1. Mempelajari tingkat bahaya lahar

di DAS Kali Putih

2. Mengetahui persebaran

kerusakan akibat banjir lahar

pasca erupsi Gunungapi Merapi

26 Oktober 2010 di DAS Kali

Putih.

3. Mempelajari kerusakan bangunan

pengendali sedimen,

infrastruktur, permukiman dan

lahan pertanian akibat banjir lahar

pada tiap tingkat bahaya lahar di

DAS Kali Putih.

4. Mengetahui penyebab dari

karakteristik geomorfologi DAS

Kali Putih terhadap sebaran

kerusakan bangunan pengendali

sedimen, infrastruktur,

permukiman dan lahan pertanian

akibat banjir lahar.

- Survei dengan

pendekatan

geomorfologi sungai

- Systematic sampling

1. Tingkat bahaya lahar tinggi sampai tingkat

bahaya sangat tinggi mengelompok di bagian

hilir DAS Kali Putih, tingkat bahaya lahar

sedang mendominasi bagian tengah, dan tingkat

bahaya lahar rendah sampai sangat rendah

terdapat di bagian hulu DAS Kali Putih,

2. Persebaran kerusakan bangunan permukiman

dan lahan pertanian mengelompok pada bagian

hilir DAS, yaitu pada bentuklahan Kaki

gunungapi dan dataran kaki gunungapi,

sedangkan persebaran kerusakan bangunan

pengendali sedimen terdapat di bagian hulu

DAS Kali Putih.

3. Kerusakan infrastruktur, permukiman dan lahan

pertanian akibat banjir lahar Kali Putih

mengelompok pada daerah yang termasuk

kategori tingkat bahaya lahar sangat tinggi,

4. Kondisi morfologi DAS Kali Putih berpengaruh

terhadap distribusi kerusakan pada tiap tingkat

bahaya lahar di DAS Kali Putih.

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

Gambar 1. 2 Batas persebaran lahar tahun 2011 serta persil rumah sebagai responden

EVALUASI PENDAPATAN MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA PASCA BENCANA LAHAR DI SUBDAS PUTIH KABUPATENMAGELANGAHMAD SYUKRON P.Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/