bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan dua pulau utamanya, yaitu Pulau
Lombok dan Pulau Sumbawa tengah menjadi magnet bagi wisatawan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah angka kunjungan mencapai 1.163.142 wisatawan pada akhir tahun
2012. Penyediaan informasi yang beragam mengenai pariwisatanya jelas diperlukan
untuk membantu wisatawan dalam mengakses informasi dan memesan fasilitas
pariwisata. Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan multimedia, teknologi
komunkasi dan sistem informasi. Dalam BAB ini akan dijelaskan mengapa promosi
pariwisata secara online oleh Badan Pariwisata Daerah NTB menjadi penting untuk
diteliti, kemudian dijelaskan pula kerangka teori yang digunakan hingga metodologi
penelitian.
A. Latar Belakang
Kegiatan promosi pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) telah gencar
dilakukan. Jenis strategi promosi yang dilakukan adalah berupa kunjungan (visit),
undangan (invite) dan penyelenggaraan kegiatan (event) bertajuk pengenalan
kebudayaan. Hal ini terkait program Visit Lombok Sumbawa yang menargetkan
kunjungan 1 juta wisatawan pada akhir tahun 2012, jumlah ini merupakan dua kali
lipat dari jumlah wisatawan pada Desember 2011. Pada akhir tahun 2012, target 1
juta pengunjung telah berhasil terpenuhi, bahkan melebihi target. Angka kunjungan
sebanyak 1.163.142 wisatawan (471.706 wisatawan asing dan 691436 wisatawan
domestik)1.
Ingin kembali mengulang kesuksesan sebelumnya, lanjutan dari Program
Visit Lombok Sumbawa (VLS) 2012 yaitu VLS 2015 dengan mengangkat tema
“Tambora Menyapa Dunia”. Program ini menaikkan target jumlah kunjungan
1 Badan Pusat Statistik Provinsi NTB. 2013.Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Mataram. Hal. 467.
2
wisatawan, yaitu sebanyak 2 juta pada akhir tahun 2015. Kemudian target jangka
panjang lainnya adalah menjadi salah satu destinasi unggulan nasional maupun
internasional yang tentunya diikuti dengan kesungguhan dan langkah-langkah
strategis, salah satunya melakukan promosi berkesinambungan dan penataan
destinasi. Untuk mengejar target ini diperlukan promosi berkelanjutan dengan
memanfaatkan berbagai jaringan2.
Namun, dari berbagai program promosi pariwisata yang telah dilakukan
sebelumnya, terdapat beberapa hal mengenai promosi pariwisata yang masih
dikeluhkan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal.
Aspek-aspek tersebut adalah masalah kurangnya pengenalan tujuan wisata di daerah
mereka, kurangnya pameran pengenalan tujuan wisata di NTB, serta perlu
diperbaikinya informasi tujuan wisata di internet. Aspek-aspek ini berdasarkan hasil
survey referensi wisatawan terhadap pengembangan pariwisata NTB3.
Dalam hal ini, nampaknya pemerintah NTB kurang melibatkan diri dalam
jaringan promosi melalui media maya. Sampai saat ini promosi dunia maya masih
dilakoni oleh kalangan swasta dan individu. Promosi tersebut masih parsial, karena
masing-masing pihak memiliki tujuan yang berbeda di balik kegiatan promosi online
yang dilakukan. Mengingat sektor pariwisata kini menjadi sektor unggulan di NTB
juga untuk mendukung kapasitas NTB sebagai koridor V yang membawahi bidang
pariwisata dan ketahanan pangan dalam program MP3EI (Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), maka perlu adanya integrasi promosi
dari pemerintah dan swasta guna menyeimbangkan kekurangan dalam strategi
promosi pariwisata selama ini.
2 Dikutip dari pernyataan M. Nur Hoedin (Edo) dari Badan Promosi Pariwisata (BPPD) NTB sumber:
Edhie Rianto. 2013. NTB Siapkan Wisata Unggulan Tambora Menyapa Dunia.
http://www.traveltextonline.com/regional-news/ntb-siapkan-wisata-unggulan-tambora-menyapa-dunia.
Diakses pada 3 Desember 2013 pukul 16.36 Wib. 3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Mandiri (P3UM). Survey Referensi Wisatawan terhadap
Pengembangan Pariwisata. Mataram: Universitas Mataram, 2010.
3
Sumber informasi yang paling sering digunakan oleh wisatawan nusantara
maupun asing sebagai panduan perjalanan wisata adalah melalui internet. Wisatawan
aktif dalam melakukan pencarian informasi awal untuk berwisata. Dari berbagai
sumber informasi tersebut, internet merupakan saluran informasi yang sebagian besar
digunakan oleh wisatawan asing (87.3%) dibandingkan penggunaan majalah, koran,
ataupun tabloid yang hanya mencapai 5%4.
Demikian juga menurut salah satu penelitian, jumlah situs memiliki korelasi
yang kuat dengan jumlah wisatawan yang datang ke suatu provinsi. Situs pariwisata
merupakan media promosi yang efektif untuk menarik minat wisatawan untuk datang
ke sebuah tujuan wisata. 5 Oleh karenanya, kolaborasi promosi pariwisata antara
kunjungan (visit), undangan (invite) dan penyelenggaraan kegiatan (event) dengan
pemanfaatan ICT diharapkan dapat membantu pemenuhan target pariwisata NTB
yaitu sebanyak 2 juta pengunjung pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan daya jangkau
yang luas dari pemanfaatan ICT tersebut. Salah satu sifat dari media promosi jenis ini
adalah memiliki dampak yang besar dengan biaya yang minimal (high impact low
budget) dengan catatan apabila dikelola dengan baik.
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB merupakan lembaga
promosi swasta dan bersifat mandiri. Berfungsi sebagai kordinator promosi
pariwisata yang dilakukan dunia usaha. Badan promosi pariwisata ini berperan
sebagai mitra pemerintah daerah dan pusat dalam meningkatkan citra pariwisata
Indonesia.
BPPD Nusa Tenggara Barat sendiri sebenarnya telah membuat media promosi
secara online yang resmi. Media promosi tersebut berbentuk website beralamat di
4 Widiastuti Furbani. 2008. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan
Keputusan Memilih Objek Wisata (Kasus Objek Wisata di Pulau Lombok Provinsi NTB). Tesis. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. 5 Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki Shihab. 2011. “Analisis Situs E-Tourism Indonesia: Studi
terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemasaran Fungsi dan Fitur”. Journal of
Information Systems, Volumes 7, Issues 1. Pp 13-25 Hal. 19.
http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/view/290/116 diakses pada 4 Januari 2014 pukul 11.01 WIB.
4
www.lomboksumbawa.travel. Website ini memang sengaja dibuat dalam mendukung
program pariwisata NTB “Visit Lombok Sumbawa”. Berisi tentang informasi-
informasi berkaitan dengan kepariwisataan NTB. Namun nampaknya fungsi website
ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena website ini masih sering sulit
untuk diakses. Pantauan terakhir, pada awal tahun 2014 status website ini adalah
underconstraction (dalam perbaikan).
Mengingat Pariwisata merupakan sektor andalan pemerintah daerah NTB
kemudian target-target pariwisata yang telah ditetapkan. Maka pengembangan
promosi pariwisata berbasis ICT mutlak diperlukan. Namun melihat kurang
diberdayakannya promosi online pada pariwisata NTB, maka fokus kajian yang ingin
diteliti adalah manajemen promosi online pariwisata NTB oleh Badan Promosi
Pariwisata Daerah NTB selama tahun 2013-2014.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari paparan latar belakang di atas adalah
bagaimanakah manajemen promosi online pariwisata di Nusa Tenggara Barat oleh
BPPD NTB selama Tahun 2013-2014?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengelolaan (manajemen) promosi online pariwisata NTB oleh
BPPD NTB selama tahun 2013-2014.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mangelola promosi online pariwisata
di NTB oleh BPPD NTB selama tahun 2013-2014.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat akademis
5
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan
mengenai manajemen promosi pariwisata secara online oleh BPPD NTB.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu dalam:
a) Menjadi sarana evaluasi media promosi pariwisata berbasis online.
b) Bermanfaat dalam mempersiapkan program pariwisata lanjutan (Tambora
Menyapa Dunia 2015) dan target menjadi destinasi unggulan nasional dan
internasional.
E. Kerangka Teoritis
Pengelolaan pariwisata merupakan suatu sistem yang mengaitkan berbagai
aspek dan para stakeholder. Mulai dari aspek perencanaan (penetapan objek wisata
yang akan dijual), fasilitas pendukung wisatawan (hospitality), infrastruktur (akses
transportasi dan informasi), kesiapan masyarakat sekitar objek wisata, serta aspek
promosi pariwisata. Stakeholder yang terlibatpun cukup banyak, mulai dari jajaran
pemangku kepentingan, pengusaha di bidang hospitality (perhotelan, rumah makan,
tiket, travel agen), masyarakat, wartawan, pengamat pariwisata, serta calon
wisatawan. Kesemuanya turut memberikan andil dalam proses pengembangan
pariwisata di suatu lokasi. Promosi pariwisata berbasis online merupakan sub sistem
dari keseluruhan kegiatan promosi pariwisata lainnya.
Promosi merupakan bagian dari pemasaran, maka akan dibahas kedua aspek,
aspek pemasaran dan aspek promosi dalam lingkup pariwisata. Aspek kekinian dari
strategi pemasaran ini juga akan dilihat sebagai akibat dari perubahan era, perubahan
teknologi, perubahan perilaku konsumen, dan perubahan kebutuhan pariwisata hingga
melahirkan konsep E-Tourism.
Ketika suatu teknologi dipertimbangkan untuk beroperasi secara serius, maka
diperlukan pengelolaan yang baik dan kontinu. Maka untuk membantu pembahasan
tentang pengelolaan promosi onlinedalam pariwisata, beberapa konsep pemikiran
6
tentang manajemen dan kaitannya dengan ini akan dibantu oleh teori-teori yang telah
ada. Secara rinci, akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Model Komunikasi Antar Manusia yang Memusat
Manajemen pemasaran pariwisata secara online merupakan bagian dari proses
penyampaian pesan yang dinamakan proses komunikasi. Proses komunikasi yang
dikaji dalam fenomena ini melibatkan unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur
komunikasi tersebut dimodelkan melalui sebuah model komunikasi. Dengan model
komunikasi diharapkan suatu fenomena komunikasi dapat dijelaskan dengan mudah.
Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan teori, atau dengan kata lain
model adalah teori yang disederhanakan. Penggunaan model berguna untuk
mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut
berhubungan6.
Sejauh ini terdapat berbagai macam model komunikasi yang telah dibuat oleh
para pakar. Salah satunya adalah Model Proses Komunikasi yang Umum dan
Memusat oleh Kincaid dan Schramm7. Dalam model ini, proses komunikasi
digambarkan tidak pernah terhenti setelah umpan balik, melainkan berbalik kembali
kepada komunikator pertama. Pihak ini menyusun pesan kembali pesan yang lebih
baru, sehingga terdapat timbal balik yang terus menerus. Sumber pesanpun
digambarkan tidak hanya bergerak menuju satu penerima. Tetapi beberapa penerima
yang bertalian hubungan yang bergerak ke arah yang sama. Pihak-pihak peserta
komunikasi yang mengalami proses komunikasi menuju hasil tertentu yang
dinamakan pengertian bersama. Hasil akhir dari proses komunikasi ini memusat dan
menuju saling pengertian yang lebih besar tentang makna masing-masing pihak.
6 Deddy Mulyana. 2012. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal. 131.
7 D.Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm. 1977. Azas-Azas Komunikasi Antar Manusia. Trans,
Agus Setiadi: Jakarta. LP3ES dan East-West Communication Institute. Hal.104-106.
7
Gambar 1. Model Komunikasi Antar-Manusia yang Memusat
Kincaid dan Schramm (1997)8
Dalam promosi online pariwisata, sifat media baru terletak pada sifat
interaktivitasnya. Interaktivitas ini membuat terjadinya proses komunikasi yang terus
menerus antara sumber pesan dan penerima-penerima pesan yang lain. Model
komunikasi ini dianggap tepat karena sifat komunikasinya tidak hanya satu arah.
Melainkan digambarkan dengan lingkaran yang selalu berulang. Model komunikasi
antar manusia yang memusat ini juga dikenal dengan model proses komunikasi
partisipatif. Selain itu dalam model komunikasi ini, komunikator juga bisa menjadi
komunikan. Hasil akhir proses komunikasi ini adalah dicapainya pengertian bersama.
Dalam hal promosi online pariwisata di NTB, kebersamaan makna yang ingin
disampaikan melalui proses komunikasi di dalamnya adalah “Holiday is Lombok
Sumbawa”.
2. Promosi Pariwisata
Kini perjalanan wisata telah menjadi gaya hidup. Kegiatan traveling, baik
yang perseorangan maupun yang berkelompok, mulai menjadi kebutuhan yang harus
dipuaskan melalui caranya masing-masing. Untuk dapat menjadi pilihan para
traveler, destinasi wisata harus dapat memasarkan produknya. Tujuan utama promosi
8 Ibid.,Hal. 105.
8
adalah memberi informasi, menarik perhatian dan untuk selanjutnya memberi
pengaruh terhadap meningkatnya penjualan. Secara mendasar tujuan promosi dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Menginformasikan
2. Membujuk
3. Mengingatkan
Untuk menjadi salah satu destinasi wisata yang diperhitungkan dalam daftar
pilihan kunjungan wisata, diperlukan strategi promosi yang dapat menarik perhatian
calon wisatawan. Salah satunya dengan menciptakan sistem komunikasi marketing
yang kompleks. Program komunikasi pemasaran tersebut disebut dengan promotion
mix. Promotion mix ini terdiri dari kombinasi spesifik dari periklanan, promosi
penjualan (sales promotion), public relation, dan penjualan secara personal (personal
selling) untuk memperoleh periklanan dan tujuan pemasaran. Berikut empat alat
promosi utama:
(1) Advertising (periklanan)
Segala sesuatu yang dibayar dari presentasi nonpersonal dan promosi dari
ide-ide, barang-barang, atau jasa-jasa oleh sponsor yang telah teridentifikasi.
(2) Sales Promotion (promosi penjualan)
Bagian kecil perangsang untuk memacu pembelian atau penjualan dari
produk dan jasa.
(3) Public relation (Hubungan publik)
Menciptakan hubungan yang baik dengan para stakeholder dengan
melibatkan kegiatan publisitas yang menyenangkan, menciptakan citra yang
baik, dan mengatasi rumor, cerita dan kejadian yang tidak menyenangkan.
(4) Personal selling
Berbentuk percakapan langsung dengan satu atau beberapa orang calon
pembeli yang prospektif 9.
9 Ibid., Hal. 489-490.
9
Dalam mempromosikan pariwisata, terdapat dua tipe saluran komunikasi,
yaitu saluran komunikasi personal dan non personal.
a. Saluran komunikasi personal
Di dalam saluran komunikasi personal, dua atau lebih orang
berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Mereka mungkin saja
berkomunikasi dengan tatap muka, antara perorangan dengan audiens (pemirsa),
melalui telepon, ataupun melalui surat elektronik. Beberapa saluran komunikasi
personal dikontrol secara langsung oleh komunikator. Tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk tidak terkontrol secara langsung. Jika hal ini terjadi, pihak
lain yang berpotensi mempengaruhi target pembeli dapat dimanfaatkan sebagai
penasehat calon pembeli dalam keputusan membeli. Mereka bisa jadi tetangga,
teman, anggota keluarga. Saluran terakhir ini dikenal dengan sebutan pengaruh
dari mulut ke mulut (word of mouth).
b. Saluran non personal
Saluran non personal adalah media yang membawa pesan tanpa kontak
personal atau timbal balik. Hal ini termasuk media, atmosfer (lingkungan), dan
kegiatan (events). Media utama berisi media cetak (koran, majalah, dan pesan
langsung), media penyiaran (radio dan televisi), dan media tampilan (billboards,
papan tanda, dan poster). Atmosfer adalah desain lingkungan yang dibuat untuk
memperkuat pembeli untuk membeli produk tersebut. Misalnya penataan lobby
hotel bintang lima dengan display tumbuhan, kerajinan berseni tinggi, dan
furnitur yang mewah untuk menunjukkan bahwa hotel tersebut adalah hotel
berbintang lima. Events adalah suatu kegiatan panggung untuk
mengkomunikasikan psan kepada audiens target . departemen public relation
merancang press conferences, acara pembukaan, kegiatan tur ke masyarakat dan
berbagai macam kegiatan untuk berkomunikasi kepada audiens yang spesifik.
3. Komunikasi Pemasaran Terpadu
Perkembangan pemasaran kini memusatkan pada komunikasi sebagai
keungulan kompetitifnya. Komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing
10
communication (IMC) merupakan pendekatan terpadu pada berbagai aktivitas
komunikasi organisasi pada sasaran pemasar. Adapun ciri utamaIMC adalah:
a. Mempengaruhi perilaku
Komunikasi pemasarn lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran
merek atau memperbaiki perilaku konsumen terhadap merek. Kesuksesan
program komunikasi pemasaran terpadu pada akhirnya harus dinilai apakah
ia berhasil mempengaruhi perilaku.
b. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan
IMC menghindari pendekatan inside-out (dari perusahaan kepada
pelanggan). IMC memulainya dari pelanggan (outside-in) untuk menentukan
metode komunikasi yang paling baik dalam melayani kebutuhan informasi
pelanggan.
c. Menggunakan seluruh bentuk “kontak”
IMC menggunakan seluruh bentuk komunkasi dan seluruh “kontak”
yang menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan mereka.
Istilah “kontak” dipakai untuk menerangkan segala jenis media penyampai
pesan yang dapat meraih pelanggan dan menyampaikan merek.
d. Menciptakan Sinergi
Dalam definisi IMC terkandung kebutuhan akan sinergi
(kesinambungan). Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian,
promosi penjuaalan, event, dan lain-lain) harus berbicara dengan satu suara;
kordinasi merupakan hal yang amat penting untuk menghasilkan citra mrek
yang kuat dan utuh, serta dapat membuat konsumen melakukan aksi. Secara
umum, prinsip satu suara atau sinergi ini melibatkan pemilihan positioning
statement yang spesifik bagi merek. Positioning statement adalah ide kunci
yang mengedepankan suatu cirri dari merek yang akan tersimpan dalam
benak target pasar.
e. Menjalin hubungan
11
Karakteristik IMC yang kelima adalah kepercayaan bahwa komunikasi
pemasaran yang sukses membutuhkan terjalinnya hubungan antara merek
dan pelanggan. Pembinaan hubungan adalah kunci dari pemasaran modern
dan bahwa IMC adalah kunci dari terjalinnya hubungan tersebut.10
4. New Media dan New Wave Marketing
Seiring perjalanan waktu, dunia terus berubah dan pemasaran juga ikut
berubah, dan begitu juga sebaliknya langkah pemasaran yang dilakukan oleh para
pemasar. Kekuatan web 2.0 yang menelurkan berbagai produk social networking
menjadi kian menggila. Situs-situs seperti Facebook, Youtube, MySpace, Flickr,
Wikipedia, dan lain sebagainya kian digandrungi para netizen11
yang melihat bahwa
internet yang sesungguhnya adalah yang lebih interaktif, lebih partisipatif, dan lebih
sosial.
New media membawa manusia menuju zaman globalisasi, dimana setiap
orang menjadi bagian dari global village, istilah yang digunakan oleh Marshall
McLuhan. Hal ini membuat kita dapat terhubung dengan siapa pun dan dimana pun
secara seketika. Sebuah percakapan global yang kuat telah dimulai. Melalui internet,
orang-orang menemukan dan menciptakan cara-cara baru untuk berbagi pengetahuan
yang relevan dengan kecepatan yang membutakan. Sebagai hasil langsungnya,pasar-
pasar menjadi semakin pintar. Pasar-pasar ini adalah percakapan12
.
Teknologi yang sama memungkinkan setiap orang untuk memiliki
kesempatan yang sama, bukan hanya milik sekelompok orang tertentu. Tatanan bisnis
telah berubah menjadi datar. Segala aktor (kalangan di dunia teknologi, birokrat,
ekonomi, sosial dan budaya, kompetitor, konsumen, dan perusahaan) dalam
lingkungan bisnis saling terhubung dan duduk sama rata, saling membaur. Proses
10
Terence A. Shimp. 2006. Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing
Communications. Ohio: South-Western College Pub. Hal. 25-29. 11
Netizen adalah sebutan untuk pengguna internet atau “warga” dunia maya yang segala aktivitasnya
tidak dapat lepas dari fungsi internet (baca Hermawan Kartajaya. 2010. CONNECT! Surfing New Wave
Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) 12
Paul A. Argenti. 2009. Corporate Communication. Singapore: Mc Graw Hill. Hal. 9.
12
horizontal semakin cepat, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk ter-
connect dan saling meng- connect. Inilah yang disebut era gelombang baru marketing
(new wave marketing).
Secara konsep, promosi terdiri atas lima elemen yang umum disebut sebagai
marketing communication mix, yang termasuk di antaranya adalah iklan, public
relation, personal selling, direct marketing dan sales promotion. Dalam era legacy,
promosi didominasi oleh iklan di media konvensional seperti televisi yang dapat
menjangkau masyarakat secara luas dalam waktu yang cepat. Tapi untuk beriklan di
televisi, tentunya diperlukan anggaran marketing yang besar.
Praktik promosi dari legacy13
ke new wave bukan berarti sekedar
memindahkan diri dari media konvensional ke media digital. Yang menjadi landasan
utama ketika masuk ke era new wave ini adalah bagaimana pemasar
menghorizontalkan diri dan menyadari posisi dirinya dan konsumen adalah sejajar.
Dalam dunia new wave, promotion is conversation. Konsumen di era new
wave semakin tidak mau untuk dijadikan objek untuk promosi, tapi pastinya mereka
akan selalu bersedia untuk dijadikan lawan untuk bercakap-cakap 14
.
5. E-Tourism di Indonesia
Dimitros Buhalis mendefinisikan E-Tourism sebagai refleksi digitalisasi
proses dan rantai nilai travel, hospitality, dan industri katering dalam pariwisata. Hal
ini disebabkan karena internet telah merubah model perencanaan perjalanan secara
konvensional menjadi lebih modern 15
.
13
Era Legacy merupakan era marketing zaman lama dimana paradigma marketing masih bersifat
vertikal artinya mayoritas kegiatan pemasaran dilakukan oleh pemasar dengan konsumen sebagai
objeknya, bukan hasil kolaborasi antara pemasar dan konsumen (Baca Hermawan Kartajaya. 2010.
CONNECT! Surfing New Wave Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) 14
Ibid., Hal. 164-167. 15
Dimitrios Buhalis. 2003. E-Tourism: Information Technology for Strategic Tourism Management.
London: Pearson Education Limited. Hal.8.
13
Internet menyediakan direct link antara penyedia layanan wisata (supplier)
kepada konsumen. Tindakan ini menyebabkan terjadinya disintermediasi secara
besar-besaran. Namun pasar lambat laun menyadari bahwa konsumen tidak mau
membuang waktu, uang, dan tenaga untuk membuka banyak website, melakukan
komunikasi ke setiap supplier, dan membandingkan harga sebelum memutuskan
pembelian. Konsumen lebih bersedia membayar layanan yang memberikan berbagai
macam pilihan dan saran tanpa harus menghubungi masing-masing 16
.
Kemudahan, efisiensi waktu dan murah menjadi alasan pokok orang untuk
merencanakan perjalanan wisata menggunakan E-Tourism. E-Tourism merupakan
aplikasi penggunaan Information Communication Technology (ICT) dan e-commerce
dalam industri pariwisata. Ini dapat memaksimalkan efisiensi dan efektifitas
pariwisata baik hubungannya dengan organisasi pariwisata maupun dengan seluruh
stakeholder 17
.
Proses penyebaran informasi pariwisata yang efektif melalui ICT ini juga
ditegaskan oleh Sarasati dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa para
wisatawan mancanegara tertarik untuk berlibur ke Pulau Lombok karena rekomendasi
dari orang lain atau word of mouth dari orang-orang yang pernah berlibur ke Pulau
Lombok. Namun rekomendasi tersebut dilakukan tidak dengan bertatap muka secara
langsung karena beberapa informan tidak tinggal di kota ataupun negara yang sama
dengan si pemberi rekomendasi, sehingga rekomendasi dilakukan melalui media
elektronik seperti internet atau yang disebut dengan electronic-Word of Mouth (e-
WoM) 18
.
16
Wynne dkk. 2001. “The Impact of The Internet on The Distribution of Value Chain: The Case of
The South African Tourism Industry”. International Marketing Review. Vol 18. No.4. pp. 420-431.
Hal.12. 17
Dimitrios Buhalis dan Soo Hyun Jun. 2011. E-Tourism. www. Goodfellowpublisher.com. Diakses 4
Januari 2014 pukul 10.35 WIB. 18
Fitri Sarasati. 2012. Peran e-WoM pada Wisatawan Mancanegara dalam Menentukan Destinasi
Pariwisata Pulau Lombok. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang.
14
Negara di Asia yang telah gencar menggunakan media internet sebagai alat
promosi pariwisata adalah negara Singapura, pada tahun 2007, The World Economic
Forum (WEF) menempatkan Singapura pada urutan 8 sebagai destinasi pariwisata
dengan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar. Hal ini disebabkan oleh kejelian
Singapura dalam strategi promosi dengan memanfaatkan media online berupa website
dalam mempromosikan destinasi pariwisata Singapura. Berdasarkan survei WEF
tersebut Indonesia menempati peringkat 60, hal ini tentu saja masih sangat jauh jika
dibandingkan dengan peringkat yang diperoleh Singapura, berdasarkan data tersebut
dapat dikatakan bahwa pada saat itu Indonesia masih belum mengoptimalkan
penggunaan media internet untuk menjangkau wisatawan mancanegara sebagai
targetnya. Padahal pengguna internet di dunia sangat besar sehingga sangat
berpotensi untuk dapat memasarkan daerah-daerah yang berpotensi menjadi destinasi
pariwisata di Indonesia salah satunya Pulau Lombok pada wisatawan mancanegara di
seluruh dunia19
.
Di Malaysia, perkembangan Information Communication Technology (ICT)
terutama internet, menyediakan tantangan dan semangat baru untuk mempromosikan
produk/jasa kepada stakeholder. Sistem ini merubah model perencanaan dan belanja
konsumen terhadap kebutuhan wisata. Proses pertukaran informasi dapat
meningkatkan kepedulian terhadap produk/jasa. Internet menjadi media pilihan bagi
wisatawan untuk memperoleh informasi perjalanan pariwisata. Oleh karena itu,
Tourism Malaysia (TM) melibatkan platform Yahoo dan MSN untuk meningkatkan
brand “Malaysia Truly Asia” supaya dapat dilihat secara global dengan
menunjukkan objek destinasi wisata unik di website. Melalui kampanye iklan online,
Malaysia ingin meningkatkan jumlah wisatawan potensial yang berkunjung ke negara
tersebut melalui website pariwisata resminya20
.
19
Ibid., Hal. 4. 20
Oktafiani Herlina. 2013. Komunikasi Pemasaran Pariwisata DIY melalui Pemanfaatan E-Tourism
oleh Swasta dan Pemerintah (Studi Komparatif www.visitingjogja.com dan www.Yogyes.com). Tesis.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Hal. 12
15
Di Indonesia sendiri, penanganan situs website pariwisata masih didominasi
sektor swasta. Mayoritas organisasi pariwisata adalah portal pariwisata yang
menawarkan berbagai produk dan jasa pariwisata, mulai dari akomodasi, paket
wisata, dan event-event tertentu. Selain itu, situs pariwisata yang berasal dari
perseorangan juga bermunculan. Jumlah situs pariwisata yang berasal dari pemerintah
hanya berjumlah 36%, sedangkan yang berasal dari sektor swasta adalah 64%. 21
Salah satu kelemahan pemasaran pariwisata Indonesia adalah kurangnya
perluasan dan penetrasi pasar wisata di dalam dan di luar negeri. Permasalahan
tersebut terjadi karena terbatasnya sistem informasi kepariwisataan, strategi perluasan
dan penetrasi pasar wisata yang belum matang, serta kurangnya sarana promosi
pariwisata. Sistem informasi yang tidak terpadu dan masih terdapatnya informasi
mengenai destinasi pariwisata yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini
menyebabkan perluasan dan penetrasi pasar wisata belum optimal 22
.
Kurangnya informasi mengenai Indonesia di luar negeri maupun kurangnya
informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada di suatu daerah merupakan salah
satu bukti sarana promosi pariwisata mengenai destinasi pariwisata Indonesia masih
kurang. Agar promosi dapat dilakukan secara optimal, diperlukan komitmen yang
kuat untuk terus memperbaharui promosi dengan berbagai informasi yang menarik
dan mudah diakses oleh calon wisatawan. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
dan mengelola website pariwisata. Website sebagai salah satu media promosi
pariwisata dengan sifat high impact dan low budget dapat melengkapi keberadaan
media promosi pariwisata yang telah ada.
21
Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki Shihab. 2011. “Analisis Situs E-Tourism Indonesia: Studi
terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemasaran Fungsi dan Fitur”. Journal of
Information Systems, Volumes 7, Issues 1. Pp. 13 – 25. Hal. 22. 22
Destarata Hamarsan Mustafa. 2013. Analisis Strategi Branding Pariwisata Indonesia. Tesis.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal. 84.
16
6. Manajemen Promosi Online Pariwisata NTB
Studi yang dilakukan Plog Research menyebutkan bahwa Internet menjadi
sumber informasi utama destinasi pariwisata. Sedikitnya 95% peselancar website
menggunakannya untuk mengumpulkan informasi wisata, 93% diantaranya
mengunjungi website untuk merencanakan liburan dan 1.5% lainnya menggunakan e-
mail untuk memperoleh informasi wisata23
.
Dalam melihat manajemen media elektronik, berusaha digabungkan
pendekatan lama dan pendekatan baru, sehingga menghasilkan pendekatan
terintegrasi dalam media elektronik yang berbasis internet atau online. Pendekatan
terintegrasi tersebut berupa fungsi manajemen P-O-M-C (planning, organizing,
motivating, dan controlling) oleh Mintzberg (1975) serta facilitating, communicating,
dan negotiating.
Promosi online pariwisata NTB yang diinisiasi oleh Badan Promosi
Pariwisata Daerah (BPPD) NTB merupakan bagian dari E-Government dalam bidang
pariwisata. Hal ini dikarenakan BPPD merupakan badan promosi swasta bentukan
pemerintah yang memiliki fungsi untuk mempromosikan pariwisata NTB bukan
untuk mengejar keuntungan seperti layaknya promosi online organisasi bisnis
pariwisata (travel, perhotelan atau restauran) lainnya.
Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik ada tiga elemen sukses
yang harus dimiliki dan diperhatikan, yaitu support, capacity, dan value 24
. Ketiga
elemen ini dianggap memenuhi unsur facilitating (capacity), communicating
(publication) , dan negotiating (political will).
a. Support
Elemen support yang dimaksud adalah keinginan dari berbagai kalangan
pejabat publik dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep E-Government.
23
Herlina. Op. Cit., Hal. 17. 24
Richardus Eko Indrajit. 2004. Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 15.
17
Tanpa adanya unsur political will ini, mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan
pengembangan E-Government dapat berjalan dengan mulus. Dukungan yang
diharapkan berupa:
1) Disepakatinya kerangka E-Government sebagai salah satu kunci sukses
organisasi dalam mencapai visi misinya.
2) Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu,
informasi).
3) Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar
tercipta lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan E-Government
(seperti undang-undang atau peraturan pemerintah yang jelas, ditugaskannya
lembaga-lembaga khusus sebagai penanggungjawab utama, disusunnya
aturan main kerjasama dengan swasta).
4) Disosialisasikannya konsep E-Government secara merata, kontinyu, dan
konsisten kepada publik.
b. Capacity
Elemen kedua atau capacity merupakan adanya unsur kemampuan atau
keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan impian E-Government.
Tiga hal yang menjadi inti dari elemen capacity ini adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan sumber daya yang cukup
2) Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai
3) Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
keahlian agar penerapan E-Government dapat berjalan sesuai dengan asas
manfaat yang diharapkan.
c. Value
Elemen sukses pengembangan E-Government yang terakhir adalah value.
Elemen value ini berkaitan dengan keuntungan yang didapatkan pihak dari luar dari
implementasi E-Government itu sendiri. Pelaksanaan E-Government tidak akan ada
gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan. Dalam hal ini, yang
menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dari implementasi E-Government
18
bukan hanya kalangan pemerintah sendiri, melainkan juga masyarakat dan pihak yang
berkepentingan lainnya. Perpaduan antara ketiga elemen di atas nantinya membentuk
sebuah inti jaringan E-Government yang menjadi kunci sukses yang turut
menentukan keberhasilan pelaksanaan e-Government itu sendiri. 25
Sesungguhnya terdapat empat pandangan tentang implementasi teknologi
komunikasi oleh sebuah organisasi /lembaga, yaitu (i) manajemen sistem, di sini
implementasi teknologi komunikasi merupakan hasil upaya untuk
mengoptimalisasikan hasil sistem organisasi (ii) proses birokrasi, di sini implemenasi
teknologi komunikasi merupakan satu upaya untuk mengubah kebijakan sebuah
lembaga, berdasarkan persepsi manajemen puncak. Perubahan ditentukan pembuat
dan pengambilan keputusan paling tinggi (iii) pengembangan organisasi, di sini
implementasi teknologi komunikasi merupakan usaha untuk memenuhi keinginan
individu dan komunitas dan muncul karena dorongan untuk meningkatkan partisipasi
(iv) konflik/ tawar menawar, di sini teknologi komunikasi merupakan hasil proses
tawar menawar yang pada akhirnya menghasilkan jalan keluar yang kompromistis 26
.
Keberhasilan penerapan E-Government tak lepas dari penetapan model
pengembangan yang komprehensif dan rencana kerja yang efektif. Berdasarkan sifat
transaksi dan pelayanan publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah melalui
jaringan informasi, pengembangan E-Government dilakukan melalui empat
tahapan/fase, yaitu:
(1) Fase pertama – fase penampilan website (web presence)
Dalam tahap ini, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat
ditampilkan dalam website pemerintah. Pada tahap presence yang terjadi
hanyalah sebuah komunikasi pasif satu arah antara pemerintah dengan
25
Galih Akbar Prabowo. 2012. Pengelolaan Konten Website Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai
Media Pelayanan Publik. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal. 37-38. Hal. 37-38. 26
Ana Nadya Abrar. 2003. Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI.
Hal. 32-33.
19
masyarakat dan mereka yang berkepentingan dengan menggunakan teknologi
internet semacam website.
(2) Fase ke dua – Interaksi
Dalam fase ini, informasi yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti
fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website pemerintah. Dalam
tahap interaction ini terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
pihak-pihak yang berkepentingan melalui fasilitas multimedia seperti e-mail,
chatting, dan tele-conference.
(3) Fase ke tiga – Transaksi
Aplikasi formulir untuk transaksi bagi masyarakat untuk melakukan
transaksi on line mulai diterapkan.
(4) Fase keempat – Integrasi
Dalam hal ini, pelayanan pemerintah meningkat secara terintegrasi, tidak
hanya menghubungkan antara pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan
organisasi lain yang terkait (pemerintah ke antar pemerintah, sektor non-
pemerintah, serta sektor swasta27
.
Sedangkan Yong merangkum beberapa model pengembangan E-Government
dari berbagai sumber. Berikut ini adalah berbagai jenis model pengembangan E-
Government tersebut:
Tabel 1. E-Government Development Models 28
27
Indrajit, Op. Cit. Hal. 35. 28
Yong dan James SL. 2003. E-Government in Asia: Enabling Public Service Innovation in the 21st
Century. Times Editions: Singapore. Hal.17.
20
Proposed
by/Source
Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6
Deloitte
Research
Information
publishing/di
ssemination
“Official”
two way
transaction
Multipurpo
se portals
Portal
personalizati
on
Clusteri
ng of
common
service
Full
integrati
on and
entrepri
se
transfor
mation
Elmagar
mid & Mc
Iver
One-way
Communicati
on
Two-way
Communicati
on
Complex
transaction
Integration
across
government
admnistratio
n
- -
Layne &
Lee
Catalogue Transaction Vertical
Integration
Horizontal
Integration
- -
Watson &
Mundy
Initiation Infusion Customizati
on
- - -
Tabel di atas menggambarkan tentang bagaimana karakteristik komunikasi di
setiap tahap pengembangan E-Government. Tabel model pengembangan E-
Government di atas menggambarkan tren perubahan pola komunikasi serta pelayanan
pemerintah. Pada fase awal, pelayanan pemerintah hanya terbatas pada pemberian
informasi melalui aktivitas komunikasi yang bersifat satu arah. Kemudian di fase-fase
selanjutnya dalam model pengembangan E-Government, komunikasi antara
pemerintah dengan publik berkembang menjadi komunikasi dua arah dan pelayanan
pemerintah pun menjadi semakin kompleks dan terintegrasi.
Sedangkan model transisi dari government ke E-Government yang integratif
akan dijelaskan sebagai berikut:
21
Gambar 2. Model Transisi dari Government ke e-Government yang integratif 29
Untuk menjelaskan perkembangan dari government ke E-Government lebih
tepat, Henderson dan Venkatraman mengusulkan sebuah model terintegrasi dalam
bagan di atas. Penjelasan dari bagan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
Business strategy : Strategi pemerintah yang menunjuk pada berbagai pilihan
yang berkaitan dengan posisi dari pemerintah itu sendiri
Organisation :
infrastructure,
processes, culture
Menunjuk pada pilihan yang berkaitan dengan bagian
perencanaan internal dan bentuk dari dukungan (support)
pemerintah terhadap posisi pilihan. Dalam hal ini, cerminan
budaya pemerintah dikaitkan dengan posisi awal yang
diambil
IT strategy : Strategi E-Government yang menunjuk pada pilihan yang
berkaitan dengan lingkup IT (information technology),
kemampuan sistemik, dan penguasaan IT
29
Henderson dan Venkatraman dalam Robert M. Davison, Christian Wagner and Louis C.K. Ma.
2005. “From Government to E-Government: a Transition Model”. Journal of Information Technology
& People. Vol. 18 No. 3, 2005. Pp. 280 -298. Hal. 286. Terarsip di www.emeraldinsight.com/0959-
3845.htm. diakses pada 17 Januari 2014 jam 12.57 WIB.
Strategy Alignment
Process
(Linkage&Automation)
Government Domain
Government
Strategy
Government
Transformation
Government
Infrastructure,
Procesess,
Culture
External
Internal
Government
Services
E-Government
Services
E-Government
Domain
E-Government
Transformation
E-Government
Infrastructure,
Procesess,
Culture
E-Government
Strategy
22
IST infrastructure &
processes
E-Government infrastruktur dan proses yang menunjuk
pada pilihan terkait perencanaan internal dan bentuk dari
pilihan data, aplikasi dan teknologi infrastruktur yang
digunakan untuk menyampaikan pelayanan E-Government
yang diminta.
Dalam model ini, strategi pemerintah dianggap sama dengan strategi bisnis ,
walaupun keduanya berbeda. Meskipun strategi pemerintah menggambarkan
hubungan yang kurang beradaptasi dengan pasar yang kompetitif. Tetapi dalam hal
ini mereka turut mengambil bagian dalam berbagai isu kekuasaan kepada warga.
Kesamaan antara korporasi dan pemerintah dilihat dari keperluannya dalam
menetapkan rencana dan pembuatan keputusan pada level tinggi, pengaplikasian
prinsip dasar dalam pengambilan keputusan, dan lebih jauh lagi, kedua pihak tersebut
(korporasi dan dan pemerintah) harus sama-sama menyelesaikan isu kesamaan tujuan
antara pihak-pihak di level atas pengambil keputusan dengan unit yang lain yang ada
di bawahnya (unit bisnis atau pemerintah lain dan organisasi pelayanan masyarakat
lainnya).
23
F. Kerangka Operasionalisasi Konsep
Gambar 3. Kerangka Operasionalisasi
Konsep
Kebermanfaatan
Kendala-kendala
Promosi on-line pariwisata
Selama tahun 2013-2014
Fungsi Manajemen:
- Planning
- Organizing
- Actuating
- Controling
Support
Value
Capacity
- Political will
- Pengalokasian sumber
daya
- Infastrusktur dan
supertruktur pendukung
- Sosialisasi website
- Kecukupan sumber
daya (SDM, SDT,
SDF)
- Ketersediaan
infrastruktur TI yang
memadai
- Kualitas sumber daya
(SDM, SDT, SDF)
24
Representasi dari kerangka operasionalisasi konsep di atas adalah sebagai
berikut:
1) Promosi on-line pariwisata dalam penelitian ini adalah promosi yang dilakukan
oleh BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) NTB melalui website dan media
baru lainnya
2) Kendala-kendala dalam penelitian ini adalah masalah yang dirasakan
mengganggu oleh pengelola website (BPPD NTB) dalam menjalankan promosi
pariwisata secara online
3) Manajemen unsur komunikasi yang dimaksud di sini adalah:
Bagaimana perencanaan (planning) untuk komunikator, pesan, media,
khalayak
Bagaimana pengorganisasikan (organizing) komunikator, pesan, media,
khalayak
Bagaimana aksi / penggiatan (actuating) komunikator, pesan, media, khalayak
Bagaimana kontrol/ pengawasan (controlling) komunikator, pesan, media,
khalayak
4) Support yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari political will,
pengalokasian sumber daya, infrastruktur dan superstruktur yang mendukung
promosi pariwisata secara online
5) Capacity dalam penelitian ini adalah kecukupan sumber daya dan kualitas
sumber daya yang dialokasikan untuk mendukung promosi pariwisata secara
online
6) Value dalam penelitian ini adalah keuntungan yang didapat oleh BPPD dari
promosi pariwisata secara online
7) Sumber daya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (manusia, finansial, dan
teknologi).
25
G. Metodologi Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif ini bermaksud
memahami secara holistik manajemen promosi pariwisata online sebagai bagian dari
langkah promosi pariwisata NTB. Menjelaskan secara keseluruhan promosi
pariwisata yang dilakukan di NTB, sehingga diketahui letak peran promosi pariwisata
secara online selama tahun 2013-2014.
2) Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Louis Smith,
kasus adalah suatu “sistem yang terbatas” (a bounded system)30
. Hal ini memiliki arti
bahwa sebuah kasus harus spesifik yang terbingkai dalam sistem. Keterbingkaian
(boundedness) dan pola-pola perilaku sistem adalah faktor kunci dalam memahami
sebuah kasus.
Selama ini promosi onlne pariwisata NTB didominasi oleh website promosi
pariwisata yang bersifat komersil. Seperti website yang dibuat oleh jasa agen
perjalanan, pihak hotel dan restaurant. Artinya website tersebut digunakan oleh bisnis
hospitality untuk menarik kedatangan wisatawan agar mereka mendapat keuntungan.
Hal ini sangat wajar sebab finansial dan bisnis merupakan faktor utama dalam
membuat website.
Kemudian apabila dilihat dari kinerja pariwisatanya, provinsi ini berhasil
mendatangkan sebanyak 1 juta pengunjung dalam jangka waktu 4 tahun (2008 –
2012). Survai Venue Magazine edisi 2012, yang menempatkan NTB sebagai daerah
pilihan yang paling dikunjungi para wisatawan mancanegara, yaitu pada peringkat
kelima. Setelah Bali, Pulau Komodo, Yogyakarta dan Jakarta. Tidak hanya itu saja,
survey ini juga menunjuk daerah NTB di peringkat ketiga, sebagai penyelenggara
30
Louis Smith dalam Robert E. Stake. 2009. „Studi Kasus‟. Dalam Norman K.Denzin dan Vyonna S.
Lincoln (eds). Handbook of Qualitative Reseacrh, trans. Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal.300.
26
wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhebition), yang secara nasional
setelah Jakarta dan Bali. Ini artinya daerah NTB, khususnya pulau Lombok lebih
unggul di banding Yogyakarta, Solo, Batam, Surabaya, Makassar, Manado, Banten
dan Bandung. 31
Berbagai pencapaian tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa.
Dimana sebelumnya pariwisata dua pulau ini sempat terpuruk karena kasus Bom Bali
I (tahun 2002) dan Bom Bali II (tahun 2005), dimana Bali merupakan tetangga dari
pulau Lombok.
Hal ini menjadi menarik karena jika dibandingkan dengan BPPD daerah yang
lain di Indonesia, baru daerah NTB, Pemalang, Bali, dan Kota Bandung yang
memiliki website promosi. Oleh karena Lombok dan Sumbawa merupakan destinasi
wisata yang tengah bersinar di Indonesia dan sejumlah prestasi yang didapatkan oleh
BPPD NTB, maka BPPD NTB dipilih karena badan ini dinilai merupakan badan
promosi yang berhasil dalam menjalankan strategi promosi pariwisata, namun dari
segi promosi online masih sangat kurang. Sehingga hal ini merupakan kasus yang
unik dan menarik untuk diteliti. Yakni, bagaimana BPPD mengelola promosi online
pariwisata NTB. Promosi online yang dilakukan oleh BPPD NTB akan dilihat pada
tahun 2013-2014.
3) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB
yang menjalankan fungsi sebagai organisasi yang bertanggung jawab terhadap
promosi pariwisata NTB.
31 Muhammad Ryza. 2014. Program VSL (Visit Lombok Sumbawa) itu Sukses!
http://www.lombokpost.co.id/article/program-vsl-visit-lombok-sumbawa-2012-itu-sukses diakses
Rabu, 9 Juli 2014 pukul 5.26 WIB
27
4) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram yang merupakan ibukota provinsi
NTB. Sekretariat Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB berada di Jalan
Langko No.65 Mataram.
5) Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data
yang berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi.32
Data yang akan
dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang langsung didapat oleh peneliti di lapangan, sedangkan data sekunder
adalah data yang didapat dan sudah pernah diolah sebelumnya.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama di lapangan33
(Kriyantono, 2010:41). Data primer dalam penelitian ini wawancara semiterstruktur
dan observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Peneliti akan
mencari data dalam dokumen atau sumber pustaka lainnya. Data yang dikumpulkan
berupa artikel, jurnal, penelitian, dan buku-buku yang berkaitan dengan promosi
pariwisata di dunia maya, website, dan aktivitas berwisata yang dapat mendukung
argumen peneliti dalam penelitian ini.
6) Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara bebas tetapi terarah sesuai dengan petunjuk
wawancara (interview guide) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Wawancara
32
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Kencana. Hal. 37. 33
Ibid., Hal. 41.
28
dilakukan kepada informan kunci (key informant) yang telah dipilih. Adapun
informan kunci dalam penelitian ini adalah (1) Ketua Badan Promosi Pariwisata
Daerah (BPPD) NTB periode 2010-2013, Awanadhi Aswinabawa, (2) Ketua Badan
Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB periode 2014-2017, Taufan Rahmadi, (3)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB, M.Nasir, (4) Pengamat
pariwisata NTB (Pendiri akun twitter @infolombok), Ari Diatmika.
2. Observasi lapangan (field observation)
Observasi lapangan juga disebut dengan observasi non-partisipan, yaitu teknik
observasi di mana peneliti hanya bertindak mengobservasi atau mengamati tanpa ikut
terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok atau subjek yang
diteliti.34
Observasi yang penulis lakukan adalah observasi lapangan pada saat
melakukan interview dan observasi berita-berita yang beredar mengenai pariwisata
NTB.
7) Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode reduksi data, penyajian
data, penggambaran kesimpulan (conclusion drawing). Ketiga proses ini dilakukan,
a) sebelum tahap pengumpulan data, persisnya saat menentukan rancangan dan
perencanaan penelitian b) sewaktu proses pengumpulan data sementara dan analisis
awal c) setelah tahap pengumpulan data akhir.
Reduksi data (data reduction) adalah penyederhanaan kesemestaan potensi data
dalam mekanisme antisipatoris. Hal ini dilakukan ketika peneliti menentukan
kerangka kerja konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan
instrumen penelitian yang digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara,
rekaman, dan data lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya adalah
34
Ibid., Hal. 112.
29
perangkuman data (data summary), pengkodean (coding), merumuskan tema-tema,
pengelompokan (clustering), dan penyajian cerita secara tertulis.35
Data-data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, hasil penelitian terdahulu,
artikel dan berita akan direduksi, dipilah berdasarkan tujuan penelitian. Kemudian
penyajian (display) data berupa narasi, tabel dan penjelasan secara deskriptif
mengenai dua tujuan penelitian yang telah ditentukan pada awal penelitian.
Penggambaran kesimpulan (conclusion drawing) dilakukan setelah semua proses
deskripsi data dilakukan, maka ditarik suatu kesimpulan berdasarkan penjelasan data
tersebut. Adapun proses penggambaran kesimpulan menurut Wimmer dan Dominick
yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mencari hubungan
dari kategori yang ada, (2) Menyederhanakan dan mengintegrasikan data menjadi
struktur teori yang terpadu.
8) Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan multi metode
pengumpulan data (multiple methods of data colletion) atau disebut juga dengan
triangulasi data. Yaitu dengan mencocokkan hasil interview dengan pengamatan
lapangan (field observation) dan analisis dokumen yang terkait.
9) Limitasi Penelitian
Dalam penelitian ini tidak melihat efek pesan terhadap penerima pesan
(reception) melalui promosi online pariwisata. Penelitian ini fokus kepada BPPD
NTB sebagai pengelola informasi pariwisata yang disampaikan melalui media online.
35
Denzin dan Lincoln, Op. Cit., Hal. 592.