bab i pendahuluan dapat berinteraksi langsung. gambar i.1 : lokasi geografis kampung sawah sepanjang...
TRANSCRIPT
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. GAMBARAN UMUM
Pada tahun 2006 PT. Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta membuka ruas jalan tol yang melewati rute dari
Hankam sampai Jati Asih. Jalan tol yang memiliki panjang 4,40 KM ini disebut jalan Tol JORR E1 seksi
3. Rute jalan tol ini melewati wilayah Kelurahan Jatimelati, yang merupakan salah satu kelurahan di
Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi Propinsi Jawa Barat. Beroperasinya jalan tol JORR E1 seksi 3,
membelah wilayah Kelurahan Jatimelati menjadi dua bagian, sisi kiri dan sisi kanan jalan tol.Kedua
bagian tersebut adalah daerah Kampung Sawah dan daerah Kecapi. Kedua daerah terpisahkan oleh
jalan tol yang mulai dibangun kira-kira tahun sembilan puluhan. Walaupun kedua daerah terpisah oleh
jalan tol, tetap ada jembatan yang menghubungkan kedua daerah tersebut sehingga penduduknya
masih dapat berinteraksi langsung.
Gambar I.1 : Lokasi Geografis Kampung Sawah
Sepanjang jalan tol Hankam-Jati Asih yang awalnya adalah lahan kosong, terlihat bermacam aktivitas
penduduk dari mulai perdagangan sampai lembaga pendidikan. Setelah jalan tol beroperasi penduduk
asli di daerah sekitar jalan tol ini mengalami perubahan-perubahan sosial, ekonomi dan budaya.
Daerah yang sebagian besar adalah lahan yang ditumbuhi pohon-pohon yang rindang, saat ini sudah
berubah menjadi komplek-komplek perumahan dan tempat-tempat usaha. Penduduk asli juga kini
harus berbaur dengan banyaknya pendatang. Peluang usaha yang semakin lama semakin banyak
merubah kehidupan ekonomi penduduk didaerah ini. Ada penduduk asli yang semakin tersingkir
akibat kondisi ini, tetapi ada juga yang semakin maju.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
2
Kelurahan Jatimelati yang terbelah menjadi dua bagian ini dapat diakses melalui gerbang tol Jatiwarna
yang berjarak di tengah-tengah rute Hankam-Jati Asih. Penduduk asli yang tinggal di daerah ini adalah
mayoritas etnis betawi. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki pekerjaan yang pasti. Lahan yang
saat ini digunakan untuk Jalan Tol JORR E1 seksi 3 ini pada awalnya adalah milik mereka.
Daerah Kampung Sawah dan daerah Kecapi walaupun awalnya merupakan satu kesatuan, tetapi
penduduk disana mempunyai kecenderungan kehidupan sosial budaya yang berbeda. Penduduk di
daerah Kampung Sawah lebih kental dengan tradisi-tradisi. Di daerah Kampung sawah ini tinggalah
sekelompok sosial dari beberapa orang yang memiliki habitat, maksud, kepercayaan, kebutuhan dan
sejumlah kondisi lain yang serupa, masyarakat banyak menyebutnya komunitas kampung
sawah.Komunitas Kampung sawah memiliki beragam keunikan. Dari jumlah warganya yang sekitar
43.314jiwa, menganut agama yang beraneka ragam. 33.140 jiwa beragama Islam, 9736 jiwa menganut
agama Kristen, sedangkan sisanya 438 jiwa adalah beragama Hindu dan Budha. Walaupun menganut
agama yang beraneka ragam, warga di kampung sawah tidak pernah mempunyai masalah dengan
toleransi antar umat beragama. Mereka hidup saling menghormati dan selalu menjaga kerukunan
antar sesama. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya tiga tempat ibadah yang hampir berdampingan
yaitu gereja Kristen Pasundan, gereja khatolik servatius dan Masjid Istiqomah.Adapun tempat ibadah
yang tersedia secara resmi di dua kelurahan jumlah masjid sekitar 21 buah dan gereja 9 buah.
Sedangkan jumlah Tempat Pemakaman Umum ( TPU ) ada 9 buah, masing-masing TPU GKP Kristen,
TPU Protestan, TPU Katholik, TPU Islam, TPU Kecapi dan TPU Darma Asih Jaya, semuanya di kelurahan
Jati Melati sedang tiga sisanya, yaitu TPU sundari, Mede dan Sendeng masing-masing di kelurahan
Jatimurni dan berlaku untuk umum.
Warga Kampung Sawah menggunakan tempat ibadah ini untuk menjalankan kewajibannya sesuai
dengan keyakinan masing-masing sebagai umat beragama tanpa ada permasalahan yang saling
mengganggu diantara mereka. Secara historis warga kampung sawahterikat dalam tali persaudaraan
yang tidak hanya karena hubungan sedarah tetapi juga karena perkawinan.Adanya tali persaudaraan
antar mereka membuat kuatnya toleransi walaupun berbeda agama.Mereka saling membantu dalam
kehidupan sosialnya, bahkan saling mengingatkan dalam melaksanakan kegiatan beragama yang pada
umumnya dilakukan orang secara individu tanpa memperhatikan orang lain yang berbeda agamanya.
Kegiatan keagamaan dilakukan warga kampung Sawah dengan penuh kebersamaan. Disaat salah satu
warga membutuhkan bantuan warga yang lain aktif memberikan tanpa diminta. Hal ini telah terjadi
sejakbeberapa tahun yang lalu, secara terun temurun.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
3
Perbedaan agama yang ada di dalam komunitas Kampung Sawah, juga disatukan dengan tradisi-tradisi
yang dilakukan warga disana. Dari mulai tradisi berpakaian sampai kegiatan-kegiatan adat yang
menjadi warna dalam komunitas ini. Kegiatan-kegiatan adat dilakukan tanpa melihat agama yang
dianut oleh komunitasKampung Sawah. Sebagai gambaran, warga komunitas Kampung Sawah
mempunyai tradisi berpakaian yang identik sekali dengan pakaian muslim yaitu untuk yang laki-laki
berpakaian putih dan memakai peci sedangkan yang perempuan mengenakan kain dan penutup
kepalanya adalah kerudung. Secara kasat mata warga komunitas Kampung Sawah ini terlihat sebagai
kelompok orang yang beragama Islam karena tradisi pakaian yang digunakannya. Kenyataannya
pakaian tersebut, digunakan juga oleh warga komunitas Kampung Sawah untuk beribadah ke Gereja
yang merupakan tempat ibadah bagi yang beragama Kristen.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Beroperasinya Jalan Tol JORR E1 seksi 3 membawa perubahan kondisi geografis bagi daerah disekitar
jalan tol tersebut. Kondisi geografis yang pada awalnya adalah lahan kosong yang digunakan penduduk
sekitar untuk ditanami pohon-pohon yang rindang semakin lama semakin sedikit dan bahkan hampir
tidak ada lagi. Seiring dengan waktu juga semakin banyak pengguna jalan tol ini semakin banyak pula
alih fungsi lahan di daerah tersebut menjadi kawasan perumahan atau kawasan usaha. Suasana
daerah yang awalnya sejuk kini terasa panas karena sudah tidak banyak lagi pohon-pohon yang
tumbuh di daerah tersebut. Daerah yang sebelum dibangun jalan tol merupakan satu daerah kesatuan
saat ini terbelah menjadi dua bagian walaupun masih tetap ada jembatan yang menghubungkannya.
Selain perubahan kondisi geografis, perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dialami
penduduk daerah sekitar jalan tol ini. Komunitas Kampung Sawah yang merupakan komunitas yang
tinggal di sekitar jalan tol JORR E1 seksi 3, tentunya terpengaruh dengan faktor-faktor yang disebabkan
oleh beroperasinya jalan tol ini. Beberapa faktor yang dapat diidentifikasi akibat adanya jalan tol
terhadap komunitas Kampung Sawah adalah :
1. Pembangunan dan beroperasinya jalan tol JORR E1 seksi 3 dapat mempunyai arti bagi kehidupan
dan tradisi komunitas Kampung Sawah.
2. Para pengguna jalan tol baik yang secara tidak langsung atau yang secara tidak langsung melawati
daerah yang menjadi tempat tinggal komunitas Kampung Sawah dapat mempunyai pengaruh
terhadap keberadaan dan juga aktivitas komunitas Kampung Sawah.
3. Adanya pengaruh-pengaruh positif yang dapat diterima komunitas Kampung Sawah sehingga
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya misalnya semakin banyak teknologi yang
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
4
masuk sehingga masyarakat komunitas Kampung Sawah dapat belajar menggunakan teknologi
tersebut.
4. Adanya dampak negatif yang mungkin dialami oleh komunitas Kampung Sawah, misalnya semakin
sulitnya mempertahankan tradisi karena banyak pengaruh-pengaruh dari luar komunitas.
Gambar I.2 : Jakarta Outter Ring Road (JORR)
1.3. RUANG LINGKUP MASALAH
Adanya jalan tol JORR E1 seksi 3 yang lokasinya melintasi daerah yang menjadi tempat tinggal
komunitas Kampung Sawah, melalui identifikasi masalah terdapat beberapa hal yang dapat
mempengaruhi komunitas. Dalam penelitian ini yang akan diteliti lebih mendalam adalah mengenai
adanya proses pembelajaran komunitas Kampung Sawah akibat masuknya teknologi baru melalui
jalan tol JORR E1 seksi 3. Teknologi yang masuk membawa perubahan bagi komunitas Kampung
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
5
Sawah. Walaupun tidak sepenuhnya menjadi pengaruh positif, adanya teknologi baru dapat
dimanfaatkan mayarakat komunitas Kampung Sawah untuk mengembangkan kehidupannya.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian adanya pengaruh jalan tol terhadap komunitas Kampung sawah dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana arti jalan tol bagi komunitas kampung sawah.
2. Mengetahui apakah pengguna jalan tol yang secara langsung ataupun tidak langsung melawati
daerah tempat tinggal komunitas Kampung Sawah mempunyai pengaruh bagi komunitas tersebut.
3. Mengatahui dampak positif dan negatif bagi komunitas kampung sawah akibat adanya jalan tol
yang melintasi daerah tempat tinggal mereka.
4. Mengetahui bentuk pembelajaran komunitas yang didapat kamung sawah dengan adanya jalan tol
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. ETNOGRAFI
Etnografi adalah sebuah deskripsi dan interpretasi dari sebuah budaya atau grup sosial atau sistem.
Berdasarkan asal katanya yaitu ethnos yang berarti bangsa dan graphien yang berarti tulisan atau
uraian, Etnografi dapat juga diartikan tulisan tentang atau mengenai bangsa. Sebagai suatu metode
penelitian, etnografi melibatkan pengamatan berkepanjangan dari suatu grup, biasanya melalui
pengamatan partisipan dimana peneliti terlibat didalam kehidupan dari orang-orang atau melalui
wawancara satu persatu dengan anggota dari suatu komunitas. Pemahaman dari tingkah laku, bahasa
dan interaksi dari budaya bersama dari komunitas menjadi salah satu tinjauan studi dari para peneliti.
Sebagai salah satu dari komponen etnografi, budaya dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang tak
berbentuk, tidak bergantung terhadap sesuatu melainkan suatu atribut para peneliti untuk
mengelompokan dalam mencari pola hidup sehari-hari (Walcott, 1987, p.41).
Gambar II.1 : Ilustrasi Komunitas
Komunitas juga terdiri dari apa yang orang-orang lakukan (perilaku), apa yang mereka katakan
(bahasa) dan beberapa ketegangan antara apa yang mereka benar-benar lakukan dan apa yang harus
mereka lakukan seperti apa yang telah mereka buat dan gunakan (artifak) (Spradly, 1980). Dengan
tujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu komunitas sosial, analisa data dalam
etnografi dapat dilakukan dengan cara deskripsi, analisis dan interpretasi.
2.2. ASUMSI DAN HIPOTESIS
1. Jalan tol JORR yang melewati wilayah kampung sawah yang selesai dibangun pada tahun 2005
mempunyai arti positif dan negatif bagi komunitas kampung sawah.
budaya
artifak perilaku
bahasa
K OM U N I T A S
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
7
2. Dari lokasi jalan tol tersebut yang memotong wilayah kampung sawah mempunyai dampak
perubahan geografis di wilayah tersebut.
3. Adanya perubahan kehidupan sosial dan budaya pada komunitas kampung sawah akibat
adanya jalan tol
4. Adanya perubahan kehidupan ekonomi pada komunitas kampung sawah akibat adanya jalan tol
5. Adanya pembelajaran pada komunitas kampung sawah akibat masuknya beberapa teknologi
baru pada komunitas mereka.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
8
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian mengenai pengaruh dan arti jalan tol bagi Kampung Sawah ini dilakukan dengan metode
penelitian Etnografi guna mengidentifikasi komunitas yang terbentuk. Untuk itu dibutuhkan beberapa
pertanyaan penelitian untuk menggali informasi mengenai topik yang diambil, yaitu :
1. Apakah ada komunitas yang terbentuk di pinggir jalan tol ?
2. Komunitas seperti apa yang terbentuk ?
3. Apakah pembangunan jalan tol mempunyai pengaruh terhadap masyarakat sekitar Kampung
Sawah ?
4. Apakah ada stratafikasi sosial di masyarakat Kampung Sawah
5. Pengaruh seperti apa yang ditemui oleh masyarakat Kampung Sawah setelah adanya
pembangunan jalan tol ?
6. Bagaimana masyarakat Kampung Sawah melihat para pengguna jalan tol yang lalu lalang tiap
harinya?
7. Apakah ada perubahan budaya, pendidikan, nilai-nilai dan kebiasaan pada komunitas yang
ditimbulkan setelah adanya pembangunan jalan tol dan pengguna jalan tol?
8. Bagaimanakah masyarakat Kampung Sawah menyikapi pengaruh-pengaruh dari pembangunan
jalan tol tersebut ke dalam kehidupan tatanan masyarakatnya dan apa dampaknya?
9. Jika terdapat perubahan pada cara hidup, nilai, budaya pada masyarakat Kampung Sawah
bagaimanakah menyikapi dan menindaklanjutinya ?
10. Jika terdapat permasalahan atau pelanggaran aturan dan nilai pada masyarakat Kampung Sawah
bagaimanakah cara penyelesaiannya, tindakan seperti apa yang diambil oleh para tokoh
masyarakat ?
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh semua jawaban dari
persoalan diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan dengan observasi lapangan dengan mengunjungi langsung lokasi komunitas kampung
sawah dan lokasi jalan TOLL yang melintasi wilayah komunitas kampung sawah
2. Melakukan dengan wawancara kepada beberapa orang yang bertempat tinggal di sisi kanan dan
kiri jalan toll, beberapa orang yang termasuk komunitas kampung sawah, tokoh komunitas
kampung sawah.
3. Menginterpretasi hasil observasi lapangan yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan dari
beberapa pertanyaan penelitian yang tidak terjawab secara eksplisit.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
9
4. Mambuat skrip hasil wawancara dengan informan dan narasumber.
5. Membuat laporan peneilitian.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
10
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. KOMUNITAS KAMPUNG SAWAH
Kampung Sawah merupakan kampung yang terdiri dari berbagai etnis yang ada di Indonesia. Cikal
bakal masyarakat Kampung Sawah (Praptanto, 2011) adalah masyarakat muslim (abangan), Banten
(diduga merupakan sisa – sisa prajurit Mataram yang menyerang Batavia pada abad 17), Pedurenan,
Cakung Payangan, etnis Tionghoa, perpindahan penduduk Citrap Gunung Putri. Di Kampung Sawah
ini telah dijunjung nilai-nilai kerukunan serta kebersamaan antara masyarakat yang berbeda-beda
agama. Selain itu nilai-nilai keagamaan/kepercayaan masih sangat dijunjung tanpa mengurangi nilai-
nilai kebersamaan. Nilai – nilai yang ada tersebut diwujudkan dalam ritual-ritual yang sampai saat ini
masih tetap dilaksanakan meskipun sudah disesuaikan dengan perubahan jaman. Pada zaman dahulu
terdapat ritual Rojeng yang merupakan upacara singkat sebelum dilaksanakan panen padi. Upacara
tersebut dilakukan dengan cara pemberian sesajen berupa ubi, tebu, kentang, telur, lisong (cerutu)
dan kelapa muda sambil diiringi doa-doa. Setelah upacara tersebut selesai, padi segera dipotong
dengan ani-ani sambil diiringi tembang yang dinyanyikan oleh para pemotong padi (Praptanto, 2011).
Setelah semua ritual panen selesai maka panen raya ditutup dengan acara selametan. Petani di
Kampung Sawah sangat berhati-hati memperlakukan padi, beras dan nasi. Banyak pantangan ataupun
larangan terkait dengan padi, beras dan nasi ini. Misalnya adalah nasi atau beras tidak boleh ada yang
jatuh atau terbuang. Hal-hal tersebut mencerminkan kuatnya nilai atau rasa syukur yang tinggi
terhadap Tuhan yang telah memberikan hasil panen kepada masyarakat di Kampung Sawah. Nilai-
nilai tersebut masih dilaksanakan sampai sekarang dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan situasi dan kondisi masa kini. Nilai-nilai tersebut dituangkan dalam ritual sedekah bumi yang
dilaksanakan setiap setahun sekali di Kampung Sawah. Sedekah bumi ini merupakan acara
syukuran/slametan dengan menggelar pesta yang berisi makanan atau hidangan – hidangan
tradisional sampai dengan yang modern. Pesta rakyat ini terbuka untuk masyarakat umum. Semua
masyarakat dari berbagai kalangan dapat menikmatinya tanpa memandang perbedaan agama
ataupun perbedaan etnis.
Masyarakat di Kampung Sawah memang sudah dari awal hidup rukun, dan kerukunan tersebut
mampu dipertahankan sampai saat ini. Masing-masing komunitas kecil dipimpin oleh seorang tokoh
komunitas tersebut. Masyarakat yang muslim dipimpin oleh seorang ustad/kiai, komunitas
kristen/katolik dipimpin oleh pastur, begitu juga dengan etnis Tionghoa, Hindu dan lain sebagainya
juga dipimpin atau dikendalikan oleh tokoh komunitasnya masing-masing. Dalam melestarikan
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
11
kerukunan beragama ini, para tokoh tersebut bersatu bersama-sama membentuk paguyuban umat
beragama. Persatuan antara tokoh-tokoh yang mewakili masing-masing umat beragama ini membuat
kerukunan antar umat beragama semakin erat. Hal ini terjadi karena masih kuatnya pengaruh tokoh-
tokoh tersebut terhadap anggota komunitasnya masing-masing. Apabila tokoh tersebut berkata
“jangan”, maka umatnya / pengikutnya pun akan mempertimbangkan untuk tidak melaksanakannya.
Seorang tokoh di Kampung Sawah masih di segani dan menjadi panutan di Masyarakat. Tidak hanya
disegani oleh anggota komunitasnya sendiri, namun sosok tokoh tersebut juga disegani oleh anggota
komunitas yang lainnya. Ketokohan ini yang membuat tata masyarakat di Kampung Sawah menjadi
lebih mudah untuk dikendalikan. Karena egoisme, individualisme anggota masyarakat mampu
teredam oleh ketokohan dari pemuka masing-masing komunitas beragama.
Adapun visi misi yang dibentuk masyarakat kampung sawah ini adalah melestarikan nilai-nilai
kerukunan dan kebersamaan umat beragama . Hal ini dibuktikan/dilaksanakan dalam wujud ritual-
ritual atau acara-acara di Kampung Sawah seperti ritual sedekah bumi, Ngeriung Bareng serta gelar
budaya. Salah satu misi yang digunakan untuk melestarikan kerukunan dan kebersamaan tersebut
adalah melalui jalur budaya. Budaya ini disebarkan dan ditanamkan melalui sosok ketokohan
masyarakat.
Seperti halnya yang berlaku dalam masyarakat/komunitas adat terdahulu, di Kampung Sawah
terdapat sanksi terhadap masyarakat yang tidak mentaati atau tidak mau tunduk terhadap peraturan-
peraturan yang ada di Kampung Sawah. Hal ini tersirat dalam dialog dengan salah satu tokoh
masyarakat di Kampung Sawah yaitu bapak Yakobus Naimun. Beliau mengatakan “...pendatang yang
datang dan tinggal di kampung sawah, lalu meminum air dari tanah di kampung itu, maka
pendatang tersebut menjadi orang Kampung Sawah yang harus bersedia mengikuti kebudayaan
atau aturan-aturan yang berlaku di kampung sawah...”. Beliau juga menambahkan, ketika beliau
menghadapi pengembang salah satu perumahan baru di kampung Sawah yang membuat
benteng/dinding tembok yang tinggi sehingga menghalangi interaksi sosial diantara penghuni
perumahan dan masyarakat asli di Kampung Sawah, beliau dengan tegas memerintahkan
pengembang untuk merobohkan dinding tersebut, kalau tidak mau maka masyarakat yang akan
merobohkannya. Hal ini ditekankan betul oleh beliau selaku tokoh masyarakat yang khawatir akan
degradasi budaya antara penduduk asli Kampung Sawah dengan para pendatang tersebut. Pada
akhirnya pihak pengembang menuruti anjuran tersebut dan dinding perumahan, dirobohkan. Dalam
kasus ini terlihat ketegasan seorang tokoh masyarakat dalam menegakkan aturan berikut sanksinya
apabila peraturan tersebut dilanggarnya. Sedangkan pelaksanaan sanksi sendiri akan terjadi saat
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
12
tokoh masyarakat menggerakkan anggotanya untuk melaksanakan sanksi terhadap pelanggaran
tersebut. Secara tidak langsung, komitmen warga Kampung Sawah terbentuk akibat dari ketokohan
dari tokoh masyarakat di Kampung Sawah. Adapun kendala yang terjadi dalam menjalankan
komitmen tersebut adalah regenerasi ketokohan sebagai panutan sekaligus penegak peraturan yang
tidak tertulis tersebut. Pak Yakobus sendiri pun mengakui bahwa beliau tidak berani menjamin
kedepannya apakah tradisi-tradisi di Kampung Sawah akan terus dilaksanakan dan dipelihara
sepeninggal beliau. Karena sampai dengan saat ini beliau belum melihat sosok yang mampu
meneruskan perjuangan beliau dalam membina serta mempertahankan kerukunan umat beragama
di Kampung sawah. Akibatnya, prediksi keberlanjutan kampung sawah menjadi dipertanyakan apabila
tidak ada lagi sosok tokoh yang mampu memperjuangkan kembali serta menjaga tradisi-tradisi
Kampung Sawah di tengah desakan kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini.
Masyarakat di Kampung Sawah menyerap kemajuan teknologi dan globalisasi ini dalam berbagai
caranya masing – masing. Dengan adanya kemajuan teknologi, seperti komunikasi, dapat
mempermudah hubungan atau interaksi antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Hal
tersebut akan menyebabkan pelaksanaan tradisi semakin mudah. Akan tetapi dengan adanya
kemajuan teknologi ini mendorong peningkatan egoisme masyarakat. Masyarakat cenderung
berperilaku mengedepankan yang instan dengan secara tidak sadar mengancam kebersamaan serta
kerukunan umat beragama sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya jalan tol yang memisahkan Kampung
Sawah, masyarakat di kedua sisi menjadi tidak lagi akrab dan saling mengenal seperti dulu lagi.
Terdapat keengganan masyarkat untuk kembali menjalin interaksi meskipun adanya jalan tol tersebut.
Meskipun disisi lain, jalan tol tersebut mendatangkan perubahan hidup yang positif bagi mereka.
Seperti berkembangnya usaha-usaha kecil baru, terbukanya akses yang lebih luas ke lain daerah dan
lain sebagainya. Bagi komunitas Kampung Sawah, perubahan zaman dengan beragam kemajuannya
tidak akan mengancam tradisi-tradisi kerukunan umat beragama, selama terdapat regenerasi yang
tetap berpegang teguh terhadap akar budaya Kampung Sawah. Karena perkembangan zaman tidak
selamanya membawa dampak negatif bagi keberlangsungan suatu komunitas, namun juga akan
membawa dampak positif. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai dampak positif serta
negatif dari salah satu perkembangan teknologi yaitu dengan adanya Jalan Tol.
4.2. PENGARUH GLOBALISASI EKONOMI, PENDIDIKAN DAN BUDAYA
Dengan adanya globalisasi, kehidupan sosial dan budaya di Kampung Sawah tidak serta merta menjadi
luntur. Dalam bidang ekonomi, globalisasi memberikan peluang yang lebih besar terhadap
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
13
kesejahteraan masyarakat di Kampung Sawah. Dengan adanya kemajuan di bidang telekomunikasi,
transportasi dan yang lainnya, dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi warga Kampung Sawah
yang dulunya berprofesi sebagai petani ataupun karyawan perusahaaan Sekilas saja dengan
terbangunnya sarana transportasi di Kampung Sawah yaitu Jalan Tol, menyebabkan peningkatan
pendatang di Kampung Sawah. Perumahan serta permukiman baru menjadi bertambah banyak. Hal
ini dapat dimanfaatkan oleh warga Kampung Sawah dalam membangun usaha-usaha baru untuk
mendukung perekonomian mereka. Dampak negatif yang terjadi, adalah perilaku saling tidak mau
membaurnya antara pendatang dengan warga asli Kampung Sawah. Hal ini menyebabkan masyarakat
akan terkotak –kotak. Adaptasi yang dilakukan oleh warga masyarakat adalah dengan menguatkan
tradisi-tradisi yang sudah ada seperti sedekah bumi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.
Kesempatan ini diharapkan mampu mencairkan gap atau jarak yang terjadi antara warga pendatang
dengan warga asli Kampung Sawah. Hal yang sama juga berlaku pada bidang pendidikan dan budaya.
Tidak bisa dibendung lagi, kebudayaan baru pasti akan masuk dan berakulturasi dengan kebudayaan
asli Kampung Sawah. Akan tetapi hal ini disikapi secara bijak dengan menerapkan filterisasi
kebudayaan. Seperti yang diungkapkan salah satu tokoh masyarakat Kampung Sawah bahwa
dipersilahkan untuk mengembangkan budaya yang dibawa oleh masing-masing pendatang baru,
selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya di Kampung Sawah. Hal ini
seperti terungkap dalam penjelasan salah satu tokoh masyarakat yang mengatkan bahwasannya:
“...Tradisi Kampung Sawah / tradisi identik betawi ini apa yang bisa anda masukkan di dalam
Inkulturasi itu, sehingga gunung besarnya adalah tradisi Kampung Sawah, nah yang lain ini adalah
gunung-gunung kecilnya...”.
4.3. DAMPAK ADANYA JALAN TOL BAGI KOMUNITAS KAMPUNG SAWAH
Pembangunan jalan tol yang membelah Kampung Sawah secara Geografis memberikan dampak positif
yang sangat menguntungkan bagi warga Kampung Sawah. Dampak positif tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan perekonomian warga di kampung sawah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya
UKM-UKM yang dikelola warga yang terletak di sepanjang jalan kampung sawah.
2. Dengan adanya jalan tol ini, maka waktu tempuh menjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan akses
warga untuk ke kota-kota sekitarnya dapat langsung melalui jalan tol tersebut.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
14
Gambar Tol Jati Warna
3. Ada pembelajaran teknologi terhadap masyarakat kampung sawah dengan adanya teknologi
jalan tol, dimana warga kampung sawah mengenal adanya jenis perkerasan jalan beton selain
perkerasan jalan aspal.
Gambar Jalan akses dengan konstruksi Beton
Sedangkan dampak negatif adanya jalan tol bagi komunitas kampung sawah antara lain:
1. Terjadi kemacetan.
Karena banyaknya perumahan baru yang dibangun di sekitar kampung sawah sehingga pada
jam-jam tertentu, misalnya jam pergi dan pulang kantor akan terjadi kemacetan yang parah.
2. Meningkatnya perekonomian menyebabkan semakin banyak pendatang, hal ini meningkatkan
premanisme
3. Sikap apatisme di antara warga semakin tinggi
4. Budaya dan adat istiadat kampung sawah semakin terkikis
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
15
4.4. MUNCULNYA PEMBELAJARAN AKIBAT MASUKNYA TEKNOLOGI JALAN BETON
Jalan tol JOOR E1 seksi 2 mulai beroperasi pada tahun 2006. Jalan tol ini melewati kampung sawah
yang terletak di kecamatan pondok melati. Pembangunan jalan tol ini memberikan pengaruh yang
besar terhadap komunitas kampung sawah yang terletak di kecamatan pondok melati. Salah satu
pengaruh yang ditimbulkan adalah pembelajaran terhadap komunitas kampung sawah tentang
perkerasan jalan beton.
Gambar penampang perkerasan jalan dengan konstruksi beton
Sebelumnya jalan yang ada di kampung sawah adalah jalan perkerasan aspal. Kondisi jalan harus selalu
diperbaiki setiaap tahunnya, yang diakibatkan selalu tergenang air apabila terjadi hujan lebat.
Ditunjang dengan kondisi drainase yang kurang baik menyebabkan kondisi jalan selalu tergenang,
yang mengakibatkan banjir dan kemacetan parah di jalan kampung sawah.
Gambar kerusakan jalan akibat genangan air
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
16
Dengan beroperasinya jalan tol tersebut, membuat warga kampung sawah merasakan manfaat yang
besar dan memberikan pembelajaran tentang teknologi jalan beton serta mendorong mereka untuk
mengetahui lebih jauh tentang teknologi jalan beton. Adapun beberapa kelebihan jalan beton adalah
:
1. Dapat menahan beban kendaraan yang lebih berat
Hal ini sangat sesuai dengan kondisi di kampung sawah saat ini yang pertumbuhan
ekonominya meningkat dan kemacetan semakin parah, dimana pada saat terjadi kemacetan
beban kendaraan yang melalui jalan lebih besar dibanding pada saat jalan lengang.
2. Tahan terhadap genangan air dan banjir
Hal ini sangat sesuai dengan kondisi di kampung sawah yang sering tergenang bila terjadi
hujan, dengan konstruksi beton ini jalan yang ada menjadi lebih awet dan tidak perlu adanya
perbaikan setiap tahun.
3. Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal
Biaya perawatan yang murah sehingga tidak terlalu memberatkan warga, jika akan dilakukan
perawatan jalan secara swadana.
4. Cocok digunakan pada struktur tanah dasar yang lemah
Sturktur tanah di kampung sawah yang agak lembek meyebabkan jalan yang ada selalu
amblas, sehingga dengan menggunakan konstruksi beton akan meminimalkan hal tersebut.
5. Pengadaan material lebih mudah di dapat
Dengan kemudahan dalam mendapatkan material maka pelaksanaan konstruksi dan
perawatan bisa menjadi lebih cepat.
4.5. PEMBANGUNAN JALAN DENGAN BETON OLEH KOMUNITAS KAMPUNG SAWAH
Di Kampung Sawah, perkerasan jalan dengan menggunakan aspal dimulai pada 1994 yakni di tahun
yang sama dengan masuknya listik. Sebelum adanya perkerasan jalan ini, kondisi jalan utama di
Kampung Sawah sangat kurang memadai, hal ini terbukti dengan permasalahan yang kerap muncul
pada saat musim hujan dimana kondisi jalan sangat licin oleh karena jalan utama di Kampung Sawah
masih berupa jalan tanah dan juga tingkat kerataan jalan yang belum baik sepenuhnya. Jalan yang
relatif sempit pada saat itu, mendorong sebagian orang yang melintas keluar dari jalan utama, hal
tersebut salah satu faktor jalan menjadi lebar dengan sendirinya. Kepedulian warga Kampung Sawah
akan saluran drainase jalan, dimana mereka berupaya untuk mengatur saluran air di sepanjang jalan
agar menjadi baik merupakan faktor lainya yang membuat jalan utamanya semakin lebar. Perbaikan
drainase jalan dilakukan hampir setiap saat. Kesadaran masyarakat yang tinggi ini membuat tidak
adanya ganti rugi lahan oleh pemerintah provinsi dan kota untuk pembangunan jalan.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
17
Setelah tahun 1994, dimana jalan aspal di Kampung Sawah sudah mulai digunakan membuat
perlahan-lahan pertumbuhan jumlah penduduk meningkat. Hal ini perkuat dengan adanya relokasi
penduduk di daerah Cilangkap, Taman Mini dan Mabes Polri. Dengan bertambahnya penduduk di
Kampung Sawah, lalu lintas kendaraan pun meningkat. Sering kali kendaraan dengan beban berat
melebihi beban jalan melintas dan menyebabkan kerusakan di jalan utama Kampung Sawah. Setelah
dibangunnya jalan tol JORR yang melintasi wilayah Kampung Sawah, warga Kampung Sawah belajar
mengenai adanya teknologi perkerasaan jalan dengan beton, sehingga pada saat kepemimpinan
Walikota Bekasi Alm. Akhmad Zurfaih (2003-2008), Kampung Sawah merencanakan perkerasan jalan
dengan menggunakan beton.
Pada tahun 2009 komunitas kampung sawah berinisiatif untuk memperbaiki jalan sepanjang 1200
meter yang ada di wilayahnya. Pendanaan untuk kegiatan ini berasal dari swadana warga dan donatur
dari luar. Dengan adanya pembelajaran teknologi jalan beton yang didapat komunitas kampung sawah
akibat pembangunan jalan tol JOOR E1 seksi 2, maka warga berinisiatif menggunakan teknologi jalan
beton dalam pembangunan tersebut. Pembangunan jalan ini berlangsung selama kurang lebih
setahun, yang dilaksanakan oleh Kontraktor PT. ABC Indonesia, dengan warga bertugas untuk
memantau pelaksanaan pekerjaan ini agar berjalan lancar.
Gambar pekerjaan jalan konstruksi beton
Perkerasan jalan menggunakan teknologi beton masuk dan dikenal di masyarakat Kampung Sawah ini
adalah sekitar tahun 2000 – an. Tekhnologi beton untuk jalan di Kampung Sawah dikenalkan kepada
masyarakat diantaranya oleh warga Kampung Sawah yang bekerja di kontraktor maupun oleh
pemerintah melalui pelaksanaan program-program stimulus infrastruktur. Selain masyarakat melihat
sendiri secara langsung pengerjaan perkerasan jalan dengan menggunakan teknologi beton yang
dilakukan oleh kontraktor, masyarakat secara swadaya juga melakukannya sendiri. Dalam proses
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
18
pengerjaan ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan terkait dengan kualitas hasil pekerjaannya.
Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan warga terhadap konstruksi beton untuk jalan. Pekerjaan
ini dilakukan dengan bantuan pengawasan mutu pekerjaan oleh warga-warga yang pernah bekerja
atau sedang bekerja di perusahaan kontraktor yang sering membangun jalan dengan beton. Mereka
bukan insinyur ataupun ahli konstruksi jalan, sehingga pengetahuan merekapun masih sangat
terbatas. Pada akhirnya pengerjaan jalan dengan konstruksi beton pun dilaksanakan dengan prinsip
“asal keras”. Perkerasan swadaya ini rata-rata digunakan pada jalan-jaln kecil dan bukan jalan utama.
Sedangkan Jalan utama di Kampung Sawah dikerjakan oleh kontraktor dengan dana dari pemerintah.
Pembangunan jalan beton di kampung sawah dilakukan oleh pemerintah daerah kota Bekasi pada
jalan-jalan utama di kampung sawah. Pembangunan jalan ini dilakukan seraca bertahap sesuai dengan
anggaran yang tersedia. Untuk jalan-jalan kecil dan gang-gang pembangunan jalan beton sebagian
besar dilakukan secara swadaya oleh masyarakat kampung sawah.
Pendanaan untuk pembangunan jalan beton secara swadaya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni :
1. Pendanaan seluruhnya bersumber dari swadaya masyarakat kampung sawah.
2. Pendanaan sebagian berasal dari dana bantuan dari pemerintah kota bekasi (30%), dan sisanya
merupakan swadaya dari masyarakat kampung sawah.
Selain dalam pendanaan, dalam pembangunan jalan beton juga ada 2 (dua) mekanisme yang
digunakan, yakni :
1. Pembangunan jalan beton dilakukan secara gotong royong oleh warga kampung sawah. Kegiatan
pembangunan dilakukan sendiri oleh warga mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, dengan
melibatan warga yang memiliki keahlian di bidang konstruksi jalan beton. Kelebihan metode ini
adalah tenaga kerja dan tenaga ahli yang digunakan berasal dari warga sehingga tidak memerlukan
dana untuk menggaji tenaga kerja. Namun kekurangannya adalah kualitas konstruksi yang rendah
dan tidak tahan lama dikarenakan pengerjaannya oleh warga sendiri yang pengetahuan dan
kompetensinya minim tentang teknologi jalan beton.
2. Pembangunan jalannbeton dilakukan dengan menyewa tenaga kerja dari luar. Dengan
menggunakan metode ini biaya yang dikeluarkan lebih besar karena harus membayar upah tenaga
kerja tersebut, namun kelebihannya adalah kualitas konstruksi yang dihasilkan menjadi lebih baik
dan tahan lama.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
19
4.6. PENENTU KEPUTUSAN
Tata kelola masyarakat di Kampung Sawah adalah menitik beratkan pada kerukunan umat beragama.
Meskipun pengambilan keputusan diserahkan kepada masing-masing penganut agama, akan tetapi
peran tokoh masyarakat mampu setidaknya mengarahkan kepada hal-hal yang bersifat memelihara
kerukunan umat beragama. Sebagai contoh nampak dalam cuplikan wawancara berikut saat Bapak
Yakob diminta bantuannya dalam rangka pengamanan pelaksanaan acara suatu komunitas agama
tertentu:
“...Saya tidak perlu ini dan itu, saya tinggal berdiri aja di pinggir jalan. Orang sudah ngantri setengah
mati sampai kringetan, ketika dia mau marah. Pak Yakob, aduh mohon maaf, bisa terjadi seperti ini
bukan atas kehendak saya, tolonglah nanti kita, kita nikmati sajalah dulu. Tadinya dia mau ngamuk
kan ga jadi ngamuk, karena melihat sosok yang dia mungkin, “orang ini saya kenal”...”
Keputusan warga Kampung Sawah untuk marah ataupun meluapkan emosi sebenarnya bisa saja
dilakukannya terkait haknya yang terganggu saat pelaksanaan ibadah/acara keagamaan diluar agama
yang dia anut, namun karena melihat sosok ketokohan yang dia kenal baik, maka emosi tersebut
menjadi teredam.
4.7. KETELADANAN DALAM KOMUNITAS
Keteladanan tokoh di Kampung Sawah diawali dari perilaku ketokohan itu sendiri. Saat perilaku tokoh
tersebut sudah dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat, maka dengan sendirinya keteladanan
akan mengalir dari sosok tokoh tersebut. Perilaku yang dimaksud kadang tidaklah serta merta diterima
oleh masyarakat, kadang klala harus melalui proses pembelajaran terlebih dahulu sampai perilaku
tersebut dipahami oleh mereka. Informasi mengenai keteladanan sosok pemimpin di Kampung Sawah
tersirat dalam petikan wawancara sebagai berikut:
“...harus diubah pola belajar.mereka dibawakan ketemukan dengan sapa saja mreka ketemu,
sehingga mereka bisa mengisi kekosongan yang ada. dan itu memang berat dan itu pasti akan dicibir
orang dan itu hasilnya nanti seperti saya sekarang ini, jalan kesini, jalan kesana disapa orang. sampai
istri saya bilang capek jalan sama kamu, kenapa? semua orang nyapa, semua orang teriak, itulah
konsekuensinya itu saya sudah menanam, makanya sekarang saya menuai...”.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
20
Sehingga boleh dikatakan keteladanan sosok pemimpin di Kampung Sawah berawal dari sifat dan
perilaku sosok pemimpin tersebut sehingga mampu membawa masyarakatnya dalam menjalankan
tradisi kerukunan umat beragama.
Keberadaan komunitas kampung sawah yang sampai sekarang masih eksis serta tetap menganut
tatanan kerukunan dalam beragama memang tidak lepas dari sosok Yakob Napiun yang merupakan
kunci utama bagaimana umat beragama yang mempunyai ajaran yang berbeda dapat tinggal
berdampingan dengan rukun dan damai serta dapat menerapkan pembangunan yang bermanfaat
bagi komunitasnya tersebut.
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Kampung Sawah sebagai suatu komunitas masyarakat Betawi yang mempunyai harmonisasi
dalam kerukunan beragama
2. Komunitas Kampung Sawah mempunyai nilai-nilai, aturan dan adat yang dipegang teguh dan
dijalankan oleh anggotanya
3. Dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi serta kendala yang dialami
dalam Komunitas Kampung Sawah mempunyai metode mengadakan kumpul-kumpul setiap
dua minggu sekali dalam sebulan
4. Beberapa permasalahan sosial yang dihadapi komunitas ini seperti:
a. adanya pembangunan permukiman baru yang tidak mau berbaur
b. perginya warga kampung sawah karena tanah mereka dijual
c. degradasi budaya akibat masuknya pendatang baru yang tidak mau berbaur dengan
warga
d. Sikap apatis antara warga dengan pendatang yang saling menjaga jarak
5. Sosok Ketua Paguyuban Komunitas Kampung Sawah adalah Bapak Yacob Napiun yang
menjunjung tinggi kerukunan umat beragama.
6. Yacob Napiun juga mempunyai keperdulian sosial yang cukup besar yang dapat memberikan
manfaat bagi komunitasnya, seperti perbaikan infrastruktur, peningkatan kebersihan dan
lingkungan sekitar, mempertahankan adat dan budaya asli, serta peningkatan kesejahteraan
bagi komunitasnya
7. Dalam memimpin komunitasnya Bapak Yacob Napiun tetap melakukan pembelajaran dari
pembangunan yang terjadi di sekitar komunitasnya dan dari informasi mudah didapat
Jalan Beton Bagi Kampung Sawah
22
5.2. SARAN
1. Pembangunan infrastruktur kedepannya agar lebih memperhatikan upaya – upaya
pelestarian tradisi atau kebudayaan yang akan terkena dampak pembangunannya.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait upaya – upaya yang efektif dilakukan dalam
mempertahankan regenerasi ketokohan di Kampung Sawah serta peningkatan SDM guna
menyerap kemajuan teknologi secara arif dan bijaksana sesuai dengan traadisi yang ada.
3. Perlu adanya peran pemerintah yang lebih menunjang dalam upaya mendukung dan
memfasilitasi komunitas yang perduli lingkungan agar pembangunan dapat berjalan sinergis
dengan kebutuhan masyarakat.