bab i pendahuluan · dalam hal ini proses ... pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran...
TRANSCRIPT
1
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
BAB I PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran 1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku akibat interaksi
dengan lingkungan. Proses perubahan
tingkah laku merupakan upaya yang
dilakukan secara sadar berdasarkan
pengalaman ketika berinteraksi dengan
lingkungan. Pola tingkah laku yang
terjadi dapat dilihat atau diamati dalam
bentuk perbuatan reaksi dan sikap
secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai
hasil proses pembelajaran
mengandung pengertian luas,
mencakup pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan sebagainya. Perubahan
yang terjadi memiliki karakteristik: (1)
perubahan terjadi secara sadar, (2)
perubahan dalam belajar bersifat
sinambung dan fungsional, (3) tidak
bersifat sementara, (4) bersifat positif
dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku,
yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal,
yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude),
keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya.
Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
(keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa.
Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki
kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar
pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik
2
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan
kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar
dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang,
ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu
sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan
strategi yang tepat dan efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian
rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni,
1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan
urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and
Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga
termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus
dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental,
kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga
dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu
strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada
peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru
menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan karakteristik
kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta
karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang
tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan
memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
3
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi
pembelajaran. Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai; b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan e. alokasi waktu cukup tersedia. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik.
Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh
guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab.
Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu
dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif.
Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini
melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi
kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
2. Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi
pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah
meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya.
4
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
g. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Constructivisme Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami
maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
5
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
b. Inquiry Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan
data, dan menarik simpulan. Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data,
kemudian mengomunikasikan hasilnya c. Questioning
Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik; menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.
Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.
d. Learning Community Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan
komunikasi berkembang e. Modelling
Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain. f. Reflection
Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru Hasil konstruksi pengetahuan yang baru Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
g. Autentic Assesment Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan Berlangsung selama proses secara terintegrasi Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test) Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal
B. Implementasi Pengembangan Kegiatan Pembelajaran Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan
dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan
penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket,
beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA
terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
memanfaatkan 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka.
Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem kredit semester, beban belajarnya
dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam
pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Dengan demikian, pada sistem paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran
tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
6
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
1. Kegiatan Tatap Muka Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi
bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif,
demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi.
Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan
strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi dikoveri
inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab,
atau demonstrasi.
2. Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam
jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode
yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan
dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan
tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan
kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang
disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi,
eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru namun
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem SKS. Strategi
pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan,
observasi lingkungan, atau proyek.
MEKANISME PENGEMBANGAN
Mekanisme pengembangan kegiatan pembelajaran dilakukan secara simultan dengan
pengembangan KTSP (KTSP) dan silabus mata pelajaran. Sekolah atau kelompok sekolah dengan
karakteristik yang hampir sama dan/atau kelompok guru mata pelajaran merumuskan bersama
pengembangan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan dilakukan dalam koordinasi kepala sekolah yang dilaksanakan oleh tim pengembang
kurikulum di sekolah bersama dengan guru baik melalui rapat kerja dan/atau kegiatan MGMP.
7
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, diperlukan informasi yang cukup berkaitan dengan
karakteristik sekolah yang terdiri dari, potensi dan kebutuhan peserta didik, sumber daya, fasilitas,
lingkungan, dan lain-lain. Informasi diperoleh dari berbagai sumber seperti catatan dan pengalaman
guru, hasil riset bagian penelitian dan pengembangan (Litbang), atau informasi bagian inventarisasi di
sekolah, serta karakteristik keilmuan sesuai mata pelajaran.
Hasil pengembangan dituangkan dalam rancangan kegiatan pembelajaran dalam bentuk silabus dan
desain pembelajaran, rancangan pelaksanaan pembelajaran lebih rinci (RPP), desain penilaian dan
instrumennya, serta dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mekanisme kerja tim pengembang
kurikulum, MGMP, dan guru mata pelajaran disajikan dalam skema berikut ini.
Gambar 1.
Mekanisme Kerja Tim Pengembang Kurikulum,
MGMP dan Guru Mata Pelajaran
A. Langkah-Langkah
Pengembangan kegiatan pembelajaran dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkaji dan memetakan KD (KD) agar diketahui karakteristiknya. Hal ini perlu dilakukan guna
KTSP
(Struktur kurikulum,
Mekanisme
Pembelajaran dan
Penilaian, dll)
Silabus
Desain Pembelajaran
Desain Penilaian
RPP
Instumen Penilaian
Bahan ajar
Pelaksanaan
Pembelajaran dan
Penilaian
Tim Pengembang
Kurikulum
MGMP
Guru Mata
Pelajaran
Evaluasi
Evaluasi
8
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
merancang strategi dan metode yang akan digunakan pada kegiatan tatap muka, tugas terstruktur, dan mandiri tidak terstruktur.
2. Mendeskripsikan KD secara lebih rinci dan terukur ke dalam rumusan indikator kompetensi. Indikator berguna untuk merancang kegiatan pembelajaran yang diperlukan. Indikator yang dominan pada prinsip dan prosedural misalnya, menyarankan kegiatan pembelajaran dengan strategi diskoveri inkuiri.
3. Membuat desain pembelajaran dalam bentuk silabus atau desain umum pembelajaran seperti disajikan dalam Contoh Desain Umum Pembelajaran Sistem SKS.
4. Menjabarkan silabus atau desain pembelajaran dalam bentuk rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiap pertemuan.
5. Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan silabus/desain pembelajaran dan RPP. 6. Melakukan penilaian proses maupun hasil belajar untuk mengukur pencapaian kompetensi
9
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
BAB II CARA MENGAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
Mengajar anak Sekolah Dasar (SD)
tentunya akan lebih sulit, karena pada tahap ini
mereka mengalami masa transisi di mana baru
memasuki proses belajar yang serius. Menjadi
seorang guru SD tentunya banyak hal yang harus
diperhatikan agar pembelajaran menjadi efektif,
seperti : suara yang lantang dan juga intonasi
yang beragam, selain itu dibutuhkan juga waktu
untuk beristirahat dengan menyediakan ice
breaker mengingat bahwa waktu konsentrasi
mereka cenderung singkat. Berikut adalah beberapa teknik mengajar anak SD :
1. Teknik Individual, terdiri dari:
a. Directive counseling
Guru membuka jalan pemecahan karena anak yang belum matang
mendiagnosis sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa
bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
b. Non-directive counseling
Fokus pada anak yang bermasalah dan sang anak yang
menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari
pihak lain.
c. Eclective counseling
Masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani
10
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Merupakan teknik bimbingan kelompok yang bertujuan secara luwes, sehingga tentang apa yang
dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
2. Teknik Kelompok, terdiri dari:
a. Home room
agar para guru atau pertugas bimbingan dapat mengenal murid-muridd secara lebih tepat
sehingga dapat membantunya secara lebih efektif (Eddy Hendrarno, dkk; 2003). Jumlah anggota
kelompok dapat berupa kelompok kecil (5-10 orang) maupun kelompok besar (25-30 orang).
Tujuan teknik home room, selain untuk mengidentifikasikan masalah dapat pula membantu siswa
untuk mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya
b. Field drip (karya wisata)
Kegiatan karyawisata selain mrupakan kegiatan rekreasi ataupun salah satu metode mengajar,
dapat pula difungsikan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok (Djumhur dalam
Eddy Hendrarno, dkk;2003). Melalui kegiatan karyawisata pertugas bimbingan dapat mengarahkan
murid untuk belajar melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan kelompok.. Tujuan teknik ini
adalah pemberian informasi, pembentukan sikap dan pengembangan bakat serta minat.
c. Group discussion bimbingan kelompok yang dilakukan dalam kelompok kecil (5-10 orang). Pada
umumya diskusi kelompok berlangsung antara 30-60 menit.
d. Pelajaran bimbingan
Bimbingan dilakukan dalam kelompok-kelompok Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik kelas yang telah ada. Pembimbing masuk dalam kelas
seperti guru biasa, tidak mengajarkan mata pelajaran seperti dalam silabus, melainkan menyampaikan dan
membahas masalah bimbingan.
e. Kelompok bekerja
Kelompok kerja dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku kemampuan, jenis kelamin, tempat tinggal
dan jalinan hubungan social. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar, menyalurkan
bakat dan minat, membentuk sikap kooperatif dan kompetitif yang sehat, meningkatkan penyesuaian
social, yang kesemuanya akan mengarahkan pada perkembangan murid.
f. Pengajaran remidi
Pengajaran remidi diberikan kepada murid-murid yang mengalami kesulitan belajar.
g. Organisasi murid
11
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Pembimbing sekolah dapat mengarahkan agar murid dapat mengenal berbagai aspek kehidupan social,
mengembangkan sikap kepemimpinan dan kerjasama, rasa tanggung jawab dan harga diri. Tujuannya
antara lain menyangkut penyesuaian diri, sikap kepemimpinan dan kerjasama dan pemecahan masalah.
i. Sosiodrama dan psikodrama
Bedanya, terletak pada jenisnya cerita yang dimainkan dan tekanan masalah yang hendak diceritakan.
Pada sosiodrama lebih menekankan pada masalah psikis. Meskipun demikian antara keduanya sagat erat
hubunganya dan kadang-kadang sulit dibedakan.
12
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
BAB III
METODE PENGAJARAN Sesuai dengan tugas yang diberikan dalam matakuliah Perencanaan Sistem Pengjaran, kami menemukan 31
metode pengajaran diantara metode pengajaran yang begitu luas yaitu :
1. Metode Kerja kelompok
Cara mengajar , dimana siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi
beberapa kelompok
Adapun pengelompokkan itu berdasarkan :
Adanya alat peraga yang tidak mencukupi jumlahnya
Kemampuan belajar siswa
Minat Khusus
Memperbesar partisipasi siswa
Pembagian tugas atau pekerjaan
Kerjasama yang efektif
Keuntungan penggunaan metode kelompok :
Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya
dan membahas sesuatu masalah
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
Dapat memberikan kesempatan pada para sisw untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu kasus
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif partisipasi dalam
diskusi
Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai
panda[pat orang lain
Kekurangan metode ini adalah :
Kerja kelompok sering kali hanya menlibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap
memimpin dan mengarahkan yang kurang
Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yangberbeda-beda dan gaya
mengajar yang berbeda pula
13
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Keberhasilan kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan sisw memimpin kelompok atau
untuk bekerja sendiri
2. Metode Penemuan ( Discovery)
Proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud
dengan proses mental adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan.
Kelebihan metode discovery adalah :
Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan , serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa
Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa
Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuannya masing-masing
Mampu mengarahkan cara siswa belajar , sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
giat
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri
Berpusat pada siswa tiadk pada guru
Kelemahan metode penemuan ini adalah :
Siswa harus ada kesiapan dankematangan metal
Bila kelas terlalu besar penggunaan tehnik ini kurang berhasil
Bagi guru dan siswa yangsudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin
akan sangat kecewa bila diganti dengan metode ini
Proses mental terlalu mementingkan proses pengertian saja , kurangmemperhatikan
perkembangan / pembentukan sikap dan keterampilann nagi siswa
Tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif
3. Unit Teaching
Tehnik ini memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai cara
belajar secara unit.
Pengajaran unti ini ada 3 fase :
Fase perencanaan/permulaan
o Guru membagi kelas ke beberapa kelompok
o Membagi tugas dengan masalah yang akan dibahas
14
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
o Setiap kelompok menunjukkan pencatatn laporankemajuan dan hasil kerja kelompok
o Guru menunjukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah
Fase pengerjaan unit
o Siswa terjunkelapangan,belajar diperpustakaan, meneliti laboratorium, mengamati
o Guru mengntrol apa yangdikerjakan siswa, memberi saran/pertanyaan, membantu
merumuskan kesimpulan bila perlu
Fase kulminasi
o Hasil kerja siswa dibawa kembali kesekolah
o Hasil informasi disusn ,diolah, sehingga menghasilkan sesuatu yang bisa dilihat orang banyak
misalnya hasil kerajinan, hasil perkebunan atau lainnya
Keunggulan Unit Teaching adalah :
Siswa dapat belajar secara keseluruhan yang bulat sehingga hasil pelajarannya menjadi lebih
berarti baginya
Pengajaran menimbulkan suasana kelas demokratis
Siswa bisa menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara luas
Dapat direalisir prinsip-prinsip psikologi belajar modern
Kelemahan metode ini :
Untuk merencanakan unti tidak mudah
Memerlukan seorang ahli yang betul-betul menguasai masalah
Memerlukan kecakapan, ketekunan
Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja siswa
Kemungkinan pelajaran disajikan tidak mendalam karena terlalu luas sehinga pengetahuan siswa
hanya bersifat mengambang
4. Micro Teaching
Mikro teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segala dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :
Jumlah murid , 5 sampai 6 orang
Waktu mengajar antara 5 sampai 10 menit
Bahan pelajaran hanya mencangkup satu atau dua unit kecil yang sederhana
Keterampilan mengajar difokuskan pada beberapa keterampilan khusus saja
Kebaikan Micro teachingadalah:
Pengalaman Laboratories
Menunjang pelaksanaan praktek keguruan
Mengurangi kesulitan /kerumitan dalam pengajaran di kelas
15
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang ketat dan evaluasi yang mantap, teliti dan
obyektif
Mahaiswa dilatih bersifat kritis
Memupuk percaya diri sendiri bagi mahasiswa
Mengembangkan mahasiswa untuk aktif, kreatif serta bekerja efektif, produktif , efisien yang
disertai penuh tanggung jawab
Sebagai wadah untuk mencari model keterampilan mengajar yang sesuai
Menampung proses mengajar ulangan sehingga ada kesempatan untuk memperbaiki secara
langsung
Mengembangkan kemampuan mawas diri, melihat kelemahan /kebaikan serta mendorong untuk
memperbaikinya
Tempat yang baik untuk mengembangkan dan mengadakan research dalam kegiatan belajar
mengajar
Merupakan jembatan antara teori dan praktek mengajar
Menggalang kerjasama mahasiswa/dosen/guru
Merupakan arena pengabdian masyarakat
Kelemahan Micro Teaching adalah :
Dapat menimbulkan efek departementalisasi akan keterampilan mengajar
Dsalah tafsirkan dapat hanya menitik beratkan pada keterampilan guru sebagai pengajar bukan
sebagai guru dalam arti yang luas yaitu pendidik dam senagai pengajar
Memerlukan biaya yang banyak , peralatan mahal serta tenaga ahli dalam bidangh teknis maupun
bidang pendidikan pengajaran pada umumnya dan metodologi pengajaran pada khususnya
5. Metode Inquir
Keunggulan tehnik inquiri adalah :
Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept‟ pada diri siswa sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik
Membantu dalam menggunaka ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
Mendorong siswa untuk berpikirr dan bekerja atas inisiatif sendiri
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesa sendiri
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic
Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional
16
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Dapat memberi waktu siswa scukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi
6. Metode Penampilan
Metode Penampilan berbentuk pelasanaan paktek oleh siswa dibawah bimbingan dari dekat oleh
Pengajar.
Jika metode ini dipergunakan dalam pengajaran harus :
Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama berpraktek
Melakukan tindakan pengamana sebelum kegiatan praktek dimulai untuk keselamatan siswa yang
menggunakan
Metode Penampilan digunakan :
Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan
Kegiatan pembelajaran bersifat normal, latihan kerja atau magang
Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajari kedalam situasi yang
sesungguhnya
Kondisi praktek sama dengan kondisi kerja
Adanya bimbingan selama praktek
Kegiatan ini menjadi remedial bagi siswa
Keterbatasan penggunaan metode ini adalah :
Membutuhkan waktu yang lama
Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit diperoleh dan dipelihara secara
terus menerus
Membutuhkan pengajar yang lebih banyak
7. Metode Diskusi
Metode ini merupakan interaksi antar siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisa, memecahkan
masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Yang dibutuhkan bila menggunakan metode ini adakah :
Menyediakan bahan/topik atau masalah yang akan didiskusikan
Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan studi khusus
kepada siwa sebelum menyelenggarakan diskusi
Menugaskan siswa untuk menjelaskan , menganalisa dan meringkas.
17
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Membimbing diskusi , tidak memberi ceramah
Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya
Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu
Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain
Model ini cocok digunakan :
Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar
Pelajaran normal atau magang
Perluasan pengetahuan yang telah didiskusikan
Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan
8. Metode Ceramah
Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup dengan Tanya
jawab antara dosen dan mahasiswa .
Metode ini dapat dilakukan :
Untuk memberikan pengarahan , petunjuk diawal pembelajaran
Waktu terbatas, sedangkan materi / informasi banyak yang akan disampaikan.
Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar dengan siswa yang banyak
Kelebihan Metode Ceramah :
Guru mudah menguasai kelas
Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas
Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar
Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
Keterbatasan metode ceramah adalah :
Keberhasilan siswa tidak terukur
Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur
Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah
Pembicara sering melantur
Bila sering digunakan dan terlalu lama membosankan
9. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi dapat dilaksanakan manakala:
Kegiatan pembelajaran berrsifat normal, magang atau latihan bekerja
Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak
18
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Guru, pelatih , instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang
Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/ praktik yang kita laksanakan
Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan
Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti
waktu proses demonstrasi
Batas-batas metode ini adalah :
Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat didemostrasikan tidak dapat
diamati dengan seksama oleh siswa
Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para
siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktifitas itu pengalaman ptribadi
Tidak semua hal dapat didemosntrasikan di dalam kelompok
Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, terjadi proses
yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata
Jika setiap orang diminta mendemostrasikan maka dapat menyita waktu yang banyak dan
membosankan bagi peserta lainnya
Kelebihan metode ini :
Mebuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
Proses pengajaran lebih menarik
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan
Kekurangan Metode ini :
Memerlukan keterampilan guru secara khusus
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
Memrlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup
panjang
10. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu
dijawab oleh siswa
Kelebihan metode ini :
Lebih mengaktifkan siswa dibandingkan dengan metode ceramah
Siswa akan lebih cepat mengerti , karena memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas atau belum dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali
19
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan
pendapat
Mengetahui perbedaan pendapat anatar siswa dan guru , dan akan membawa kearah suatu
diskusi
Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa
Keterbatasan metode ini adalah :
Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit
Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau maslah yang
didiskusikan
Dapat menimbulkan beberapa masalah baru
Mudah menyimpang dari pokok persoalan
Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru diperkenalkan
kepada bahan pembelajaran yang baru
Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum
11. Metode Studi Mandiri
Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa
bimbingan atau pengajaran khusus
Metode ini digunakan :
Pada tahap akhir
Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
Menunjang metode pembelajaran yang lain
Meningkatkan kemampuan kerja siswa
Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain
12. Metode Pembelajaran Terprogram
Metode ini menggunakan bahan pelajaran yang disiapkan secara khusus
Ketika menggunka metode ini , yang harus diperhatikan adalah :
Siswa-siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut
Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan tersebut bukan tes
Tersedianya sumber yang dapat membantu siswa apabila mengalami kesulitan
Secar periodik, siswa harus dicek kemampuannya untuk memnuatnya benar-benar belajar
Metode ini dugunakan apabila :
20
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Kurang mendapat interaksi social
Semua tahap belajar , dari permulaan sampai dengan proses akhir belajar siswa dapat deprogram
secara lengkap/utuh
Pelajaran formal , belajar jarak jauh dan magang
Mengatasi kesulitan perbedaan individual
Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan
Keterbasan metode ini adalah :
Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat setiap siswa melalui urutan
kegiatan belajar yang sama. Hal ini membuat metode kurang fleksibel
Biaya pengembangan yang tinggi
Siswa kurang mendapat interaksi sosial
13. Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukankegiatan belajar.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu sedikit.
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas.
Langkah-langkah yang harus diikuti metode tugas dan resitasi adalah :
Fase Pemberian tugas
o Tujuan yang akan dicapai
o Jenis tugas yang jelas dan tepat
o Sesuai dengan kemampuan siswa
o Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
o Sediakan waktu yangcukup untuk mengerjakan tugas tersebut
Langkah Pelaksanaan Tugas
o Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru
o Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
o Diusahakan /dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
o Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh
Fase mempertanggungjawabkan Tugas
o Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang dikerjakannya
o Ada Tanya jawab/diskusi kelas
o Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maunpun non tes
Kelebihan Metode ini adalah :
21
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok
Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru
Dapat membina tanggung jwab dan disiplin siswa
Dapat mengembangkan kreativitas siswa
Kekurangannya adalah :
Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas
Khusunya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah
anggota tertentu saja , sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan pervedaan individu siswa
Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa
14. Metode Latihan
Metode ini disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yangbaik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Metode ini dapat digunakan juga untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan , kesempatan dan
keterampilan
Kelebihan metode ini adalah :
Untuk memperoleh keclapan motorik seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat,
membuat alat-alat , menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik) dan termapil
menggunakan peralatan olah raga.
Memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian , menjumlahkan, pengurangan,
pembagian, tanda-tanda dan sebagainya
Untuk memeproleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti huruf-huruf dalam ejaan,
penggunaan symbol, membaca peta dan lainnya
Pembetukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak nenerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks , rumit menjadi
lebih otomatis
Kekurangan Metode Latihan :
Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan
diarahkan jauh dari pengertian
Menimbulkan penyesuaian secara statis keada lingkungan
Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secar berulang-ulang merupakan hal yang monoton,
mudah membosankan
22
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis
Dapat menimbulkan verbalisme
15. Metode Latihan bersama teman
Metode ini memanfaakan siswa yang telah lulus atau berhasil. Dalam pengunaan metode ini yang perlu
diperhatikan adalah :
Seorang siswa memperhatikan seorang siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam
melaksanakan semua tugas dibawah bimbingan pelatih
Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam keterampilan melakukannya
Setelah lulus , ia menjadi pelatih untuk siswa lainnya
Kelemahan metode ini adalah :
Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam satu periode tetentu
Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas
16. Metode Simulasi
Metode in menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda
yang sebenarnya.
Penggunaan metode ini perlu memperhatikan beberapa hal :
Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat dibawah relaitas . Siswa diharapkan
mengidentifikasikan lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu,
dan sebagainya
Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa
diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan
memulai mengkoordinasikan keterampila- keterampilan.
Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.
Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperi yang seharusnya
Metode ini dilakukan bila :
Pendidkan formal atau magang
Memberi kegiatan-kegiatan yang analogis
Memungkinkan praktek dan umpan balik dengan resiko kecil
Diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri
Kelemahan metode ini :
23
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama
Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta mahal harganya dan
pemeliharaannya
Resiko siswa atau pengajar tinggi
17. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini dikenall sebagai Metode Brainstorming merupakan metode yang merangsang berpikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa
Metode ini dapat dilaksankan pabila siswa telh berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang
tinggi pula.
Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagi berikut :
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari
masalah tadi
Kelebihan Metode Pemecahan Masalah :
Dapat membuat pendidikan sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan khususnya dengan
dunia kerja
Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil ,
Merangsang pengembangan kemampuan berpikir seiswa secara kreatif dan menyeluruh.
Kekurangan Metode ini adalah :
Mementukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa , sekolah
dan kelas serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa.
Seringmemerlukan waktu yang cukup banyak dan seringmengambil waktu pelajaran lainnya
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok
18. Metode Studi Kasus
24
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah kejadian, atau situasi tertentu , kemudian siswa ditugasi
mencari alternative pemecahannya.
Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, manakala siswa memiliki pengetahuan awal
tentang masalah ini
Keterbatasan metode ini :
Mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai
dengan lingkungan kehidupan siswa
Mengembangkan kasus sangat mahal
19. Metode Insiden
Metode ini mirip dengan metode studi kasus akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak
lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa
20. Metode Praktikum
Metode ini dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan , aba-aba petunjuk
21. Metode Proyek
Metode ini merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Siswa
dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti,. Kemudian siswa dimintakan untuk membuat laporan dari
tugas yang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-
masing siswa
Kelebihan metode ini :
Dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam
memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan , sikap dan keterampilan
dengan terpadu yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari
Kekurangan Metode Proyek adalah :
Kurikulum yang berlaku belum menunjang pelaksanaan metode ini
Organisasi bahan pelajarn, perencanaan dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan
keahlian khusus dari guru sedangkan guru belum disiapkan untuk ini.
Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik , cukup fasilitas dan
memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan
Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas
22. Metode bermain peran
Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak
didik.
25
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Metode yang melibatkan interaksi antara dus siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa
melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini adalah:
Penetuan topik
Penentuan anggota pemeran
Pembuatan lembar kerja
Latihan singkat dialog
Pelaksanaan pemainan peran
23. Metode Seminar
Merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu. Setiap anggota
kelompok seminar dituntut agar berperan aktif dankepada mereka dibebankan tanggungjawab untuk
mendapatkan solusi dari topic, masalah yang dipecahkannya. Guru bertindak sebagai nara sumber. Tidak
jarang seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.
24. Metode Simposium
Metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang metri
tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat
menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara.
Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas beberapa
pembicara sedikitnya dua orang. Tetapi symposium berbeda dengan panel didalam cara pembahasan
persoalan. Sifatnya lebih formal. Seorang anggota symposium terllebih dahulu menyiapkan
pembicaraannya menurut satu titik pandangan tertentu. Terhadap sebuah persoalan yang sama diadakan
pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disoroti dari titk tolak yang berbeda-beda.
25. Metode Sosiodrama
Ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan
peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode ini adalah :
Agar siswa dapat menghayati dan mengehargai perasaan orang lain
Dapat belajar bertanggung jawab
Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan
Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah
Kelebihan Metode Sosiodrama :
26
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Siswa terlatih berinisiatif serta kreatif
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh
bibit seni drama dari sekolah
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya
Kekurangan Metode Sosiodrama :
Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadikurang aktif
Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan maupun waktu pelaksanaan pertunjukan
Memerlukan tempat yang cukup luas jika tbermain sempit menjadi kurang bebas
Kelas lain sering terganggu oleh suara para pemain dan penonton yang terkadang bertepuk
tangan dan berperilaku lainnya
26. Metode Tutorial
Merupakan cara menyapaikan bahan pelajaarn yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk
dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikantentang masalh-masalah dan kemajuan
yang ditemui secara periodik.
27. Metode Deduktif
Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atu contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teori ke
bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
Metode ini tepat dipergunakan :
Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari
Isi pelajaran meliputi terminology, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berpikir
kritis,
Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang
baik
Waktu yang tersedia sedikit
28. Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberan berbagai kasus , fakta , contoh atau sebab yang mencerminkan
suatu konsep atau prinsip. Kemudian sswa dibimbing untuk berusaha keras mensitesiskan, merumuskan
atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajarn tersebut . Metode ini disebut metode discovery atau Socratic
Metode ini tepat digunakan :
Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan , terampil
mengulang pertanyaan dan sabar
27
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Waktu yang tersedia cukup panjang
29. Metode KaryaWisata
Ialah Suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh para siswa dengan jalan membawa mereka langsung
ke objek yang terdapat diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata.
Kelebihan Metode Karyawisata :
Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran
Membuat bahan yang dipelajari disekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan
yang ada di masyarakat
Pengajaran daoat lebih merangsang kretifitas anak
Kekurangan metode ini :
Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
Sering unsure studinya terabaikan
Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik siswa di lapangan
Biaya nya cukup mahal
Memerlukan tangung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata jangka panjang dan
jauh
30. Metode Eksperimen
Metode ini adalah metode pemebrian kesempatan kepada siswa perseorangan dan kelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan
Kelebihan metode eksperimen :
Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri
Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan
teknologi
Akan terbina manusia yang membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia
Kekurangan Metode Eksperimen :
Tidak cukup alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan eksperimen
Metode ini menuntut ketelitian , keuletan dan ketabahan
Memerlukan jangka waktu yang lama
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi
28
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
31. Metode Bercerita
Ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada hakekatnya metode bercerita sama dengan metode
ceramah. Karena informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada
oaring lain
BAB IV
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan
dan tuntutan masyarakat modern
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik
(improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan.
Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran keberadaan
guru sangatlah urgen, karena guru yang
menentukan, apakah tujuan pembelajaran
tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi
siswa ?
Hasil studi menyebutkan bahwa
meski adanya peningkatan mutu pendidikan
yang cukup menggembirakan, namum
pembelajaran dan pemahaman siswa di
tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah
pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat
sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah,
sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru
dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak
melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat
29
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan
mekanistis (Direktorat PLP, 2002)
Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia
menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan “penglihatan” dan
“pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain,
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu
pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar
dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga guru yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan
menjadi favorit para siswa. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan
mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut
status quo atau menjadi agent of change?
Guru yang ingin terjadi adanya perubahan
yang lebih baik, memang bukan sesuatu
yang mudah untuk dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas,
perlu adanya perubahan dan pembaharuan,
inovasi ataupun gerakan perubahan mind
set kearah pencapaian tujuan pendidikan
pada umumnya dan khususnya tujuan
pembelajaran. Pembelajaran matematika
hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-
upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian
penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode,
strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim
PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan
oleh guru.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya
bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan
30
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak ada model pembelajaran
yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain.
Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung
pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan
peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber
belajar yang ada.
Dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), menuntut adanya keanekaragaman atau variasi
dalam pembelajaran yang mengarah pada pada PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan). Dengan demikian makalah ini diharapkan bisa sebagi acuan bagi guru mata
pelajaran matematika dalam proses pembelajaran.
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari
istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna
yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal
mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun
demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi
bidang ekonomi, sosial, pendidikan. Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan
dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan
dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non
formal)
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen.
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu
prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.
31
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua
mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan
terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta
kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian
dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi (1) ilmu dan
seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan
perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang
diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan
pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan
lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara
sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
teknik metode pendekatan strategi model
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan
pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan
menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan
pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama
kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992)
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
32
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil
dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru
mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam
standar isi.
Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah,
kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh
siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini
pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan
rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya
penyelidikan oleh siswa.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola
urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan
adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan
dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-
konsep matematika tingkat tinggi.
33
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur
tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-
kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam
model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran
diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya
meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel
seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa
duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model
pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada
model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan
pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran
adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru)
terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan
pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan
ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model
pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain.
Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
34
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap
berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih
diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi
pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para
siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil
dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati,
hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap
menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model
pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran
adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih efektif dan
efisien.
Macam-Macam Model Pembelajaran
1. Pembelajaran mencari dan bermakna
2. Pembelajaran terpadu
3. Pembelajaran kooperatif
4. Pembelajaran Picture and Picture
5. Pembelajaran cooperative integrated Reading and composition (CIRC)
6. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
7. Model Penemuan Terbimbing
8. Model Pembelajaran Langsung
9. Model Missouri Mathematics Project (MMP)
35
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
10. Model Pmbelajarn Problem solving
11. Model Pmbelajarn Problem posing
12. Pembelajaran kontekstual.
Langkah-langkah pada Madel model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung Sintaknya :
No. Langkah-langkah Peran Guru
1
2
3
4
5
Menjelaskan tujuan pembela-
jaran dan mempersiapkan siswa
Mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan
Membimbing pelatihan
Menelaah pemahaman dan
memberikan umpan balik
Memberikan kesempatan untuk
pelatihan dan penerapan
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi siswa
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau
memberi informasi tahap demi tahap
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik dan memberikan umpan balik
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, khusus penerapan pada situasi kompleks dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan
kreatif
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara
demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
36
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas-tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari
dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok
6 Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil
belajar individu maupun kelompok
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
1 Langkah 1 Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara
klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran
langsung,
2 Langkah 2 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi
kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).
3 Langkah 3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling
bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah
diberikan)
4 Langkah 4
Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan
tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota
kelompok.
5 Langkah 5
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor
kuis (cara penilaian akan dijelaskan di akhir bab ini)
4. Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap kelompok
terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok nantinya
37
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru (misal ada 5
materi/topik).
b. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung
membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan
dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
38
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
d. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan
kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara
efektif dan optimal.
e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang dipelajari
sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus
dikerjakan secara individual.
f. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan untuk
masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di akhir bab
pembelajaran kooperatif ini.
4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe think Pair and Share
• Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
• Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
• Guru membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem.
• Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.
• Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
• Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
• Guru memberi kesimpulan
• Penutup
5. Langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu : Langkah pertama : Review
dengan cara mengulah ulang mata pelajaran yang lalu,
membahas tugas yang diberikan /pekerjaan rumah.
Langkah kedua :Pengembangan
penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu
39
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
penjelasan tentang diskusi, demonstrasi, dengan contoh kongkret yang sifatnya piktoral dan
simbolik.
Langkah ketiga : Latihan Terkontrol
siswa merespon soal
guru mengamati
belajarnya kooperatf
Langkah keempat : Seatwork
siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep
Langkah kelima : Pekerjaan Rumah
Tugas membuat pekerjaan rumah.
6. Langkah-langkah model pembelajaran Penemuan Terbimbing
Langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan
harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang di tempuh
siswa tidak salah.
Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis
data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang di perlukan. Bimbingan sebaiknya
mengarah siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan,
atau lembar kerja siswa (work sheet).
Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasi analisis yang dilakukan
Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini digunakan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur teresbut, maka verbalisasi
konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau
soal tambahan.
7. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase Indikator
40
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya
2 Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan
8. Langkah-langkah Model pembelajaran Problem posing
Prinsipnya:mewajibkn siswa unt mengjukn soal sndiri melalui belajar soal scr mandiri.
Sintaknya
a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga disarankan.
b. .memberikn latihan soal secukupnya.
c. siswa mengajukan soal yang menantang,& dapat menyelesaikan. Bisa secara kelompok.
d. pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di depan kelas.
e. guru memberikan tugas rumah secara individual
9.. Langkah-langkah Model pembelajaran TGT
• Beri informasi secara klasikal
• Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa (kemampuan siswa heterogen)
41
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
• Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan dengan kuis/latihan yang
telah diberikan (mempelajari kembali)
• Permainan/turnamen (dalam setiap kelompok diwakili satu orang)
• Beri soal untuk dilombakan
• Beri penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus sampai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
10. Langkah Model Pembelajaran Problem Solving
syarat (siswa)
a. Memlki prasyarat untk mngrjakn soal tsb.
b. Belum tahu cara pmchan soal tsb.
c. Soal terjangkau
d. Siswa mau dan berkehendak untk menyelesaikan soal tsb
Langkah guru
a. Guru mengjarkn materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
b. Dngan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
c. Guru membrikn soal yg dikerjakan siswa brdsar persyaratan soal sbgai problem.
d. Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.
11. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiri (menemukan)
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.Questioning (bertanya)
• Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (masyarakat belajar)
• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
42
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
5. Modeling (pemodelan)
• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)
• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
7. Reflection (refleksi)
• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
12. Langkah Model Pembelajaran Example Non Example
CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai
7. Kesimpulan
13. Langkah Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
43
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
14. Langkah Model Pembelajaran Group Investigation
Langkah-langkah :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas
satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
15. Langkah Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
44
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
BAB V
PENGENALAN VARIASI MODEL PEMBELAJARAN
Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah
menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara
senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan
sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas
serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Satu dari sekian banyak masalah di era
global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum
teratasi pada saat ini terutama masalah yang
berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan
(Suyanto, 2007). Adanya kebijakan sertifikasi guru
adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk
meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai
aktor utama dalam pendidikan umumnya dan
pembelajaran khususnya dapat meningkatkan kompetensinya.
Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik terbaik dalam proses
pembelajaran (Carolin Rekar Munro, 2005). Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi
pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang harus
berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan diri, baik yang berkaitan dengan kompe-
tensi bidang studi maupun pedagogik, termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini (Kok Siang
Tang, Ngoh Khang Goh, & Lian Sai Chia, 2006).
Ronald Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan, seperti
pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembelajaran baru akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa guru
yang mampu menguasai bahan ajar dan strategi belajar-mengajar, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan
tidak akan mencapai hasil yang optimal. Hal ini berarti seorang guru tidak hanya diharapkan mampu menguasai
bidang ilmu yang diajarkan, tetapi juga menguasai strategi belajar-mengajar.
45
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Saat ini dunia pendidikan telah banyak menghasilkan berbagai macam inovasi dan menghadirkan
strategi/model pembelajaran. Hal ini semata-mata sebagai upaya mengga-irahan minat belajar peserta didik,
sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Oleh karena itu sudah saatnya guru mengetahui
model-model pembela-jaran, baik jenisnya maupun cara penerapannya.
KONDISI PENDIDIKAN KITA SAAT INI
Seiring dengan kemajuan di bidang pendidikan, maka secara perlahan-lahan telah terjadi perubahan
paradigma pendidikan, seperti perubahan dari teacher centered ke student centered; diterimanya pendekatan,
metode, dan model pembelajaran baru yang inovatif; munculnya kesadaran bahwa informasi/pengetahuan dapat
diakses lewat berba-gai cara dan media oleh peserta didik; teknologi pembelajaran berbasis teknologi infor-masi (TI)
mulai diterapkan; orientasi pendidikan bukan hanya pada pengembangan sum-ber daya manusia (human resources
development), tetapi juga pada pengembangan kapabilitas manusia (human capability development);
diperkenalkannya e-learning; depen-dence ke independence; individual ke team work oriented; dan large group ke
small class.
Namun demikian kita masih melihat adanya pembelajaran di sekolah-sekolah yang berpusat pada guru
dimana guru masih aktif sebagai pemberi informasi dan mendominasi pembelajaran di kelas, sedangkan peserta
didik pasif sebagai penerima informasi, meski-pun paradigma pendidikan yang baru sudah mengarahkan pada
student centered. Selain itu pembelajaran masih menekankan pada hafalan dan drill-drill (latihan) yang kemung-
kinan besar disebabkan banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun
peserta didik tidak lagi dianggap objek pembelajaran, tetapi kenyataannya materi pembelajaran masih sangat
ditentukan oleh guru. Di sebagian besar sekolah, masih terlihat kurang mengoptimalkan pengembangan kapabilitas
peserta didik, baik yang menyangkut cipta, rasa, dan karsa, serta peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk
berpikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif.
Dengan kenyataan seperti itu, maka sudah saatnya bagi guru untuk mencoba mengembangkan
profesionalismenya melalui pengembangan model-model pembelajaran yang benar-benar mampu mengaktifkan dan
menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan sekaligus menyenangkan. Dengan
demikian peserta didik akan merasakan kebermaknaan belajar bagi hidup dan kehidupannya dan akhirnya
meaningful learning akan terwujud.
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, sebenarnya model pembela-jaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan
atau strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang
46
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang
dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola
program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru
mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,
menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori
belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Colin Marsh (1996 : 10) yang menya-takan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta
didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembela-jaran, dan
mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Setiap guru harus
memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkem-bangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan,
baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi belajar peserta didiknya.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada saat ini yang berbasis pada Student
Centered Learning (SCL). Model SCL sangat digemari karena berbagai alasan, diantaranya:
1. diterimanya pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran;
2. adanya pergeseran paradigma pengajaran ke pembelajaran;
3. adanya pergeseran dari teacher oriented ke student oriented;
4. adanya pergeseran dari orientasi hasil ke proses pembelajaran;
5. diterimanya konsep pendidikan sepanjang hayat;
6. diterimanya konsep multiple intelligence;
7. semakin mudah dan murahnya akses informasi melalui jaringan dan perangkat TI;
8. tersedianya buku-buku referensi yang mudah diperoleh. .
Perlu diingat bahwa sebaik apapun model pembelajaran tersebut secara teoretik, tetapi keberhasilannya
dalam membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik sangat tergantung pada kepiawaian
guru dalam menerapkannya. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa keunggulan pembelajaran di Jepang
terutama disebabkan oleh peranan guru yang mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif termasuk di
dalamnya memilih model pembelajaran (Aleks Masyunis, 2000). Guru memberikan warna dan nilai terhadap model
yang diterapkan.
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh model pembelajaran yang berbasis pada SCL. Contoh suatu
model tidak harus ditiru 100% oleh guru, tetapi guru harus dapat memodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta
47
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
didik dan fasilitas yang tersedia di sekolah. Dengan demikian penerapan model pembelajaran tidak membatasi
kreativitas guru dalam menjalankan tugasnya, tetapi tetap mampu mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang
digelutinya.
Berbicara mengenai proses pembelajaran di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi bila dikaitkan
dengan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar. Mengapa demikian? Ya, karena kenyataan menunjukkan
banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi
mereka tidak memahaminya. Sebagian peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/ dimanfaatkan. Selain itu, peserta didik kesulitan
memahami konsep yang diajarkan hanya dengan metode ceramah, apalagi jika konsep yang diajarkan sangat
abstrak. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan
lingkungan dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Banyak pertanyaan muncul di diri guru yang berkeinginan untuk membantu masalah yang dihadapi peserta
didiknya tersebut, seperti:
1. Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata
pelajaran tertentu, sehingga semua peserta didik dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep
tersebut ?
2. Bagaimana setiap bagian mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk
satu pemahaman yang utuh ?
3. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan peserta didiknya yang selalu bertanya-
tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari ?
4. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari peserta didiknya, sehingga mereka
dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat
membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya ?.
Semua pertanyaan itu merupakan tantangan bagi guru untuk selalu berusaha dan berusaha agar dapat
menemukan solusi yang paling tepat untuk mengatasinya. Penga-laman di negara lain menunjukkan bahwa minat
dan prestasi peserta didik dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat:
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman
(pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dapat digunakan di
luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative).
Hal itulah yang merupakan jiwa dan inti pokok dari penerapan model pembelajaran berbasis CTL.
48
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
1. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan CTL
Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penera-pannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questinoning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment) (Johnson, 2002).
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual peserta didik, maka untuk dapat meng-implementasikan
pembelajaran kontekstual guru seharusnya:
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated learning) dengan 3 karakteristik
umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).
Menggunakan teknik bertanya (questioning) yang meningkatkan pembelajaran peserta didik, perkembangan
pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk
bekerja, menemukan, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengeta-huan dan keterampilan
melalui penemuan sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui pengajuan pertanyaan (questioning).
Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun kerjasama antar peserta didik.
Memodelkan (modelling) sesuatu agar peserta didik dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru.
Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
2. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan PAIKEM
a. Pembelajaran Aktif
Anak didik belajar, 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50%
dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan
(Sheal, Peter, 1989). Pernyataan tersebut nampak sejalan dengan yang diharapkan dalam Kurikulum 2006, yang
menginginkan peserta didik mencapai suatu kompetensi tertentu yang dapat diko-munikasikan dan ditampilkan.
Kurikulum terbaru kita menginginkan adanya perubahan pembelajaran dari teacher centered ke student
centered. Perubahan ini tidak semudah diucapkan, karena pola pembelajaran kita sudah terbiasa dengan cara guru
menjelaskan dan menyampaikan informasi, sedangkan peserta didik lebih banyak menerima. Namun bukan berarti
kita pesimis dengan perubahan itu, tetapi mungkin pencapaiannya memerlukan waktu. Bagaimanapun habits yang
49
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
sudah terbentuk lama, untuk mengubahnya perlu kesung-guhan dan kemauan tinggi dari semua komponen yang
terlibat dalam pembelajaran.
Pembelajaran aktif artinya pembelajaran yang mampu mendorong anak didik aktif secara fisik, sosial, dan
mental untuk memahami dan mengembangkan kecakapan hidup menuju belajar yang mandiri, atau pembelajaran
yang menekankan keaktifan anak didik untuk mengalami sendiri, berlatih, beraktivitas dengan menggunakan daya
pikir, emosi-onal, dan keterampilannya. Melalui pembelajaran aktif diharapkan anak didik akan lebih mampu
mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya. Selain itu, mereka secara penuh dan
sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa,
berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran
informasi yang bermakna baginya.
Guru yang aktif adalah guru yang memantau kegiatan belajar anak didik, memberi umpan balik,
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan memperbanyak gagasan anak didik untuk dapat dimunculkan.
Sedangkan anak didik yang aktif adalah mereka yang sering bertanya, mengemukakan pendapat, mempertanyakan
gagasan sendiri/orang lain, dan aktif melakukan suatu kegiatan belajar (Mel Silberman, 2002).
Sayangnya, sebagian guru kurang mampu mengajukan pertanyaan yang menan-tang kepada anak didik,
sehingga pembelajaran aktifpun jarang tercipta. Hal ini kemung-kinan disebabkan berbagai hal, seperti alasan klise
karena dikejar waktu untuk menye-lesaikan materi hingga tak sempat berpikir ke arah itu, ketidaksiapan guru itu
sendiri untuk membuat dan menjawab pertanyaan menantang. Padahal dengan pertanyaan menantang sudah pasti
anak didik kita terpacu dan termotivasi untuk mencari jawaban dan itu berarti aktivitas belajar mereka semakin tinggi
dan wawasan pengetahuannya akan selalu ber-tambah dari hari ke hari.
b. Pembelajaran Inovatif dan Kreatif
Setiap manusia secara normal pasti memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu
yang baru. Demikian juga anak didik, jika dalam pembelajaran disuguhi sesuatu yang baru pasti akan timbul
semacam energi baru dalam mengikuti pelajaran. Dengan kata lain, sesuatu yang baru mampu bertindak seperti
magnet yang menarik minat dan motivasi anak didik untuk mengikutinya.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran dengan memperkenalkan sesuatu yang berbeda yang belum
dialami dari sebelumnya. Sesuatu yang baru tidak identik dengan sesuatu yang mahal. Apa yang nampaknya sepele,
bisa saja mampu membuat pembelajaran lebih hidup hanya karena sang guru mampu melakukan inovasi. Dalam
penciptaan pembelajaran inovatif yang terpenting adalah kemauan dan keinginan guru untuk membuat belajar
menjadi menarik untuk diikuti dan menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar.
Kreatif adalah cara berpikir yang mengajak kita keluar dan melepaskan diri dari pola umum yang sudah
terpateri dalam ingatan. Pembelajaran kreatif adalah pembela-jaran yang mengajak anak didik untuk mampu
mengeluarkan daya pikir dan daya karsanya untuk menciptakan sesuatu yang di luar pemikiran orang kebanyakan.
50
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Kreatif merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris to create yang dapat diurai : C (combine), R (reverse), E
(eliminate), A (alternatif), T (twist), E (elaborate). Jadi, seorang anak didik yang berpikir kreatif dalam benaknya berisi
pertanyaan : dapatkan saya mengkombinasi / menambah, membalik, menghilangkan, mencari cara / bahan lain,
memutar, mengelaborasikan sesuatu ke dalam benda yang sudah ada sebelumnya ?
Melepaskan diri dari sesuatu yang sudah terpola dalam pikiran kita bukanlah pekerjaan yang mudah.
Beberapa hal yang mampu membangkitkan pikiran kita untuk menjadi kreatif antara lain : berfantasi atau
mengemukakan gagasan / ide yang tidak umum, terkesan “nyleneh”, berada pada satu gagasan / ide untuk
beberapa saat, berani mengambil resiko, peka terhadap segala keajaiban, penasaran terhadap suatu kebenar-an,
banyak membaca artikel penemuan yang membuatnya kagum dan terheran-heran.
Berpikir kreatif dapat diawali dengan bercanda dan berteka-teki tentang sesuatu, karena berpikir kreatif
berlangsung ketika otak dalam keadaan santai. Seorang pemikir kreatif suka mencoba gagasan/ide yang
berkebalikan dengan yang dipikirkan oleh orang banyak. Mereka suka melihat sisi-sisi lain yang baginya lebih
menarik untuk dicermati dan dipikirkan. Kadang-kadang orang yang berpikir lurus tidak akan dapat “berteman baik”
dengan orang yang berpikir kreatif, karena menganggap ia sebagai orang aneh.
Untuk dapat menciptakan pembelajaran inovatif maupun kreatif diperlukan tiga sifat dasar yang harus
dimiliki anak didik maupun guru, yaitu peka, kritis, dan kreatif terhadap fenomena yang ada di sekitarnya. Peka
artinya orang lain tidak dapat melihat keterkaitannya dengan konsep yang ada dalam otak, tetapi kita mampu
menangkapnya sebagai fenomena yang dapat dijelaskan dengan konsep yang kita miliki. Kritis artinya fenomena
yang tertangkap oleh mata kita mampu diolah dalam pikiran hingga memunculkan berbagai pertanyaan yang
menggelitik kita untuk mencari jawabannya. Kreatif artinya dengan kepiawaian pola pikir dan didasari pemahaman
yang mendalam tentang konsep-konsep tertentu lalu kita berusaha menjelaskan/menciptakan suatu aktivitas yang
mampu menjelaskan fenomena tersebut kepada diri sendiri atau orang lain.
Guru yang kreatif dan inovatif adalah guru yang mampu mengembangkan kegiatan yang beragam di dalam
dan di luar kelas, membuat alat bantu/media sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh anak didiknya. Demikian pula
anak didik yang kreatif dan inovatif mampu merancang sesuatu, menulis dan mengarang, dan membuat refleksi
terhadap semua kegiatan yang dilakukannya.
c. Pembelajaran Efektif
Efektif memiliki makna tepat guna, artinya sesuatu yang memiliki efek/pengaruh terhadap yang akan
dicapai/dituju. Pembelajaran efektif artinya pembelajaran yang mampu mencapai kompetensi yang telah dirumuskan,
pembelajaran dimana anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran dikatakan efektif
jika terjadi perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Adapun ciri-ciri pembelajaran efektif diantaranya tercapainya tujuan yang diharap-kan, anak didik
menguasai keterampilan yang ditargetkan. Belajar dan mengajar akan efektif jika anak didik aktif dan semua aktivitas
51
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
pembelajaran berpusat pada anak didik. Hal ini karena pembelajaran yang berpusat pada anak didik akan mampu
menimbulkan minatnya dan secara tidak langsung mereka memahami konsep dan kaitannya dengan aspek-aspek
kehidupan.
d. Pembelajaran Menyenangkan (Joyful Learning)
Saat ini di berbagai negara sedang trend dan semangat mengembangkan joyful learning dan meaningful
learning, yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sede-mikian rupa sehingga anak didik menjadi betah di
kelas karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan dan bermakna. Mereka merasakan bahwa pembelajaran
yang dijalani memberikan perbedaan dalam basis pengetahuan yang ada di pikirannya, berbeda dalam memandang
dunia sekitar, dan merasakan memperoleh sesuatu yang lebih dari apa yang telah dimilikinya selama ini. Sebagai
bangsa yang ingin maju dalam era globalisasi yang kompetitif ini tentunya kita juga ingin merasakan pembelajaran
yang demikian.
Semua mata pelajaran dapat dibuat menjadi menyenangkan, tergantung bagai-mana niat dan kemauan
guru untuk menciptakannya. Pembelajaran yang dikemas dalam situasi yang menyenangkan, jenaka, dan
menggelitik sangat diharapkan oleh anak didik saat ini yang sangat rawan stres karena saratnya materi ajar yang
harus dikuasai. Penelitian terhadap beberapa anak-anak sekolah di dunia yang diadakan UNESCO menunjukkan
sebagian dari mereka menginginkan belajar dengan situasi yang menye-nangkan (Dedi Supriadi, 1999).
Pembelajaran menyenangkan artinya pembelajaran yang interaktif dan atraktif, sehingga anak didik dapat
memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika
seorang guru menjelaskan suatu materi tanpa ada selingan dan anak didik hanya mendengarkan, melihat, dan
mencatat, maka perhatian dan konsentrasi mereka akan menurun secara draktis setelah 20 menit. Keadaan ini
semakin parah jika guru tidak menyadari dan pembelajaran hanya berjalan monoton dan membosankan (Tjipto
Utomo dan Kees Ruijter, 1994). Lebih lanjut dikemukakan, keadaan ini dapat diatasi apabila guru menyadari lalu
mengubah pembelajarannnya menjadi menyenangkan dengan cara memberi selingan aktivitas atau humor.
Tindakan ini secara signifikan berpengaruh meningkatkan kembali perhatian dan konsentrasi anak didik yang relatif
besar.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak didik tidak takut salah,
ditertawakan, diremehkan, tertekan, tetapi sebaliknya anak didik berani berbuat dan mencoba, bertanya,
mengemukakan pendapat / gagasan, dan mempertanya-kan gagasan orang lain. Menciptakan suasana yang
menyenangkan tidaklah sulit, karena kita hanya menciptakan pembelajaran yang relaks (tidak tegang), lingkuangan
yang aman untuk melakukan kesalahan, mengaitkan materi ajar dengan kehidupan mereka, belajar dengan balutan
humor, dorongan semangat, dan pemberian jeda berpikir. Dalam belajar guru harus menyadari bahwa banyak kata
”aku belum tahu” akan muncul dan kata ”aku tahu” sedikit muncul, karena mereka memang dalam tahap belajar.
52
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Demikian pula guru harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang dapat disuruh berpikir tanpa henti,
sehingga perlu pelemasan dan relaksasi.
Sesuai dengan pendapat Ausubel bahwa belajar akan bermakna jika peserta didik dapat mengaitkan
konsep yang dipelajari dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitifnya, dan pendapat Bruner yang
menyatakan belajar akan berhasil lebih baik jika selalu dihubungkan dengan kehidupan orang yang sedang belajar.
Secara logika dapat dipahami, bahwa kita pasti akan belajar serius bila yang dipelajari ada kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari dan kata-kata atau kalimat yang didengar sudah familiar di kepala kita. Melalui joyful learning
diharapkan ada perbaikan praktik pembelajaran ke arah yang lebih baik. Perubahan ini tidak harus terjadi secara
draktis, perlahan-lahan tetapi pasti. Perbaikan proses sangat penting agar keluaran yang dihasilkan benar-benar
berkualitas.
Seperti diketahui, otak kita terbagi menjadi dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Terkadang dalam dunia
pendidikan kita lupa akan pentingnya mengembangkan otak sebelah kanan. Secara umum hanya otak kiri yang
menjadi sasaran pengembangan, terutama untuk ilmu eksakta. Otak sebelah kanan adalah bagian yang berkaitan
dengan imajinasi, estetika, intuisi, irama, musik, gambar, seni. Sebaliknya otak sebelah kiri berkaitan dengan logika,
rasio, penalaran, kata-kata, matematika, dan urutan. Untuk menepis hal itu, sebenarnya kita dapat tunjukkan bahwa
ilmu apapun mampu digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan otak sebelah kanan, diantaranya dengan
cara memahami dan menghafal konsep melalui puisi, nyanyian, maupun permainan teka-teki.
Otak kita adalah bagian tubuh yang paling rawan dan sensitif. Otak sangat menyukai hal-hal yang bersifat
tidak masuk akal, ekstrim, penuh warna, lucu, multisenso-rik, gambar 3 dimensi (hidup), asosiasi, imajinasi, simbol,
melibatkan irama / musik, dan nomor/urutan. Berdasarkan hal ini, maka kita sebagai pendidik dapat merancang apa
yang sebaiknya kita berikan kepada anak didik agar otak mereka menyukainya. Sebagai contoh mengemas
pembelajaran dengan menggunakan puisi atau lagu untuk menyimpul-kan materi yang diajarkan, atau melalui teka-
teki jenaka untuk mengevaluasi sejauhmana mereka menguasai materi yang diajarkan.
3. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kontroversi Isu
Masyarakat kita adalah masyarakat yang heterogen dalam hal latar belakang budaya, pendidikan, status
ekonomi, bahasa, agama, dan lain-lain. Latar belakang pendi-dikan yang berbeda akan mempengaruhi cara berpikir
dan menerima informasi yang berkembang di masyarakat. Mulai dari informasi yang berkaitan dengan ekonomi,
politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi saat ini kita berada di era globalisasi dimana
kemajuan di bidang TIK demikian canggih, sehingga semua informasi dengan mudah dan cepat dapat diterima
masyarakat.
Bagi masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang relatif rendah akan menelan mentah-mentah
segala informasi yang dilihat dan diterima dari berbagai media, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Namun bagi guru yang termasuk dalam golongan intelektual tentunya tidak berpikir sama dengan mereka, karena
53
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
guru memiliki bekal ilmu pengetahuan yang relatif cukup untuk dapat mencerna dan menelaah/ mengkaji kebenaran
informasi yang masih bersifat isu tersebut.
Ball (1988) menyatakan bahwa penguasaan guru terhadap bidang ilmunya meru-pakan sesuatu yang
fundamental agar peserta didik dapat dibantu dalam mempelajari bidang ilmu tersebut. Menurut Amy J. Phelps &
Cherin Lee (2003), guru akan dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya dalam suatu prosedur yang
sederhana dan tepat bila ia menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik. Hal ini sejalan dengan kebijakan
Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 PP RI No 19/2005 bahwa seorang guru harus memiliki
empat jenis kompetensi, diantaranya kompetensi profesional. Keprofesionalan guru harus ditunjukkan melalui
aktivitas penggalian dan pengembangan wawasan bidang ilmu yang ditekuninya secara terus menerus tanpa batas
waktu dan ruang. Termasuk ketika ada suatu isu yang berkembang di masyarakat yang ada kaitannya dengan
bidang ilmu yang ditekuninya, guru harus secara cepat dan tanggap mencari informasi lebih lanjut untuk mengetahui
lebih jelas dan benar tentang isu tersebut.
Constance Blasie & George Palladino (2005) berpendapat bahwa pengetahuan dan penggunaan teknologi
informasi secara tepat dalam pengajaran dan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh guru
sekolah lanjutan. Hal ini mengisyarat-kan pada kita selaku guru akan pentingnya penguasaan penggunaan kemajuan
TIK dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan menjalankan tugas. Contoh konkretnya penguasaan
penggunaan internet dalam menelusuri informasi yang diperlukan untuk mengkaji kebenaran isu yang berkembang
di masyarakat.
Beberapa contoh isu yang berkembang di masyarakat yang sempat membuat masyarakat bingung dan
resah dan memerlukan penjelasan ilmiah yang mampu menepis isu-isu yang kontroversial tersebut agar meredam
keresahan masyarakat diantaranya isu MSG, isu minyak babi, isu banyu geni, isu merkuri, isu kiamat, isu kontroversi
buku gurita Cikeas, isu batas TOEFL untuk kelulusan mahasiswa, dan sebagainya.
Salah satu wujud nyata peningkatan profesional guru adalah kemampuan guru dalam menerapkan
pendekatan dan metode pembelajaran baru yang dipandang sesuai dengan nuansa dan esensi kurikulum yang
berlaku. Salah satunya adalah pendekatan kontekstual yang mengharuskan guru mengaitkan materi ajar dengan
dunia nyata peserta didik, sehingga peserta didik memiliki transfer of knowledge dan transfer of value di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Banyaknya isu yang terekspose di masyarakat melalui kecanggihan TIK menuntut guru untuk mampu
menerapkan pendekatan kontekstual dengan cara melihat keterkaitan isu-isu tersebut dengan materi yang diajarkan
dan kebutuhan peserta didik akan penje-lasan/informasi yang benar dan tepat. Dengan demikian berarti guru mampu
tampil seba-gai “pahlawan” dalam menenangkan keresahan masyarakat, sekaligus sarana bagi guru dalam
mengembangkan ilmunya. Jika pembelajaran kontekstual berbasis kontroversi isu yang berkembang di masyarakat
ini dapat terimplementasi dengan baik secara terus menerus, maka citra dan martabat guru semakin gemilang.
54
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
4. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Lingkungan
Ketiadaan alat dan bahan laboratorium sering menjadi kendala tidak dilakukannya praktikum, meskipun
guru pengampu memiliki petunjuk praktikumnya. Oleh karena itu sangat diperlukan kreativitas guru IPA dalam
mencari alternatif bahan dan alat lain yang dapat digunakan agar praktkum tetap dapat dilaksanakan. Dengan
demikian pelaksanaan praktikum tidak bergantung pada fasilitas laboratorium yang ada di sekolah, tetapi cukup
menggunakan bahan dan alat yang dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Metode praktikum sangat dianjurkan dalam pembelajaran IPA, karena sesuai dengan tujuan pendidikan
yang meliputi 3 aspek, yaitu mengembangkan pengetahuan, menanamkan sikap ilmiah, dan melatih keterampilan.
Melalui praktikum peserta didik memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu konsep, sebab mereka
melaku-kan dan melihat sendiri.
Bila dilihat dari buku petunjuk praktikum yang sudah ada di lapangan, nampaknya tidak semua materi pokok
yang ada dalam kurikulum mata pelajaran IPA terwakili oleh suatu topik percobaan. Ironisnya, sebagian besar buku
petunjuk praktikum yang beredar di pasaran isinya sama, tidak ada yang memiliki kelebihan, misalnya menyajikan
topik percobaan yang berbeda dan baru/aktual. Meskipun semua percobaan bertujuan mengaktifkan peserta didik,
namun akan lebih menarik minat belajar peserta didik bila buku petunjuk praktikum berisikan aktivitas percobaan
sederhana yang menarik dengan bahan dan alat yang digunakan dapat diperoleh di lingkungan sekitar, sehingga
peserta didik dapat mencobanya di rumah.
Bagaimanakah cara kita sebagai guru menciptakan suatu percobaan baru sehing-ga peserta didik
tertantang dan tertarik untuk melakukannya ? Suatu materi ajar dapat dikonstruksi menjadi percobaan dengan
mengikuti langkah-langkah berikut ini :
a. Pelajari secara mendalam materi ajar tersebut, lalu coba cari hubungan setiap konsep yang ada dengan
fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
b. Setelah kita menemukan suatu fenomena, cobalah berpikir bagaimana mengangkat fenomena tersebut menjadi
suatu rancangan percobaan sederhana dengan mencari hubungannya dengan konsep kimia tertentu.
c. Buatlah langkah-langkah pengujian / pembuktiannya.
d. Ujicobalah sesuai dengan rancangan yang dibuat.
e. Tulis rancangan kita dengan format prosedur sederhana yang mudah dipahami.
Untuk dapat menemukan fenomena yang berkaitan dengan materi ajar mungkin dirasa sulit oleh kita,
namun sebenarnya semakin banyak membaca buku dan membuka internet, semakin besar kepekaan kita terhadap
fenomena kimia di sekitarnya.
5. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Konstruktivistik
55
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Menurut Canella & Reiff (1994: 27-28) belajar dengan pendekatan konstruktivistik berarti mengonstruksi
atau menyusun struktur pemahaman/pengetahuan dengan cara mengaitkan dan menyelaraskan fenomena, ide, atau
pengetahuan baru ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus
diinter-prestasikan sendiri oleh mereka. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Jawaban peserta didik atas suatu persoalan adalah jawaban yang masuk akal bagi
mereka saat itu. Jika ada jawaban salah, bukan disalahkan, tetapi ditanyakan bagaimana ia dapat memperoleh
jawaban itu. Dengan demikian peserta didik terlibat aktif dalam proses perolehan suatu konsep.
Strategi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat dilakukan guru dengan memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada peserta didik dalam konteks yang sesuai dengan tingkat
perkembangan mereka
b. Menekankan pembelajaran di sekitar konsep-konsep primer
c. Mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan sendiri
d. Mengkondisikan peserta didik berani menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri
e. Mengkondisikan peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dan menghargai sudut pandangnya
sendiri.
f. Menantang peserta didik agar dapat melakukan pemahaman yang mendalam, bukan sekedar penyelesaian
tugas melalui pertanyaan yang menantang.
g. Menganjurkan peserta didik belajar dalam kelompok
h. Mendorong peserta didik untuk berani menemukan tanggungjawab
i. Melakukan penilaian, baik terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran.
Inti pendekatan konstruktivistik adalah peserta didik diharuskan mampu mengons-truksi sendiri pemahaman
terhadap suatu konsep berdasarkan struktur kognitif yang telah ada, dimana peserta didik melakukan penyelarasan
dengan konsep baru yang diterimanya
56
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
BAB VI PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENTASINYA DI SEKOLAH DASAR
Pemerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini antara
lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar dalam mengelola sumber
daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan-
terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di
sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna
bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan
model ini secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran tematik secara
konseptual dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Arti dan Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata
pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik
akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam
belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
belajar mengajar.
57
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan
yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3)
efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu
topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan
masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong
untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
3. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan
sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id.
sebagai berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.,
5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu
memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang
menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
58
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas
dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang
bermakna.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersifat fleksibel
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik
pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan
pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada
hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.
Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:
1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman
pribadi siswa.
5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata.
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru memilih
tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus
antar siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik
59
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak
sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan yang diperolehnya.
Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat
beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:
1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran
secara tepat.
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru, sehingga dalam
implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam
melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan
secara intensif tentang pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan
kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas-kelas bawah
(kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya
pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.
60
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan,
penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka perencanaan
yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi
dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan
kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat
dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks/jaringan topik pembelajaran tematik
2. Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung
laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai sumber belajar
yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai
tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah
memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber
belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang
kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada
tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih
diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi
kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan
pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat
digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat
61
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat
berupa wawancara, atau dialog secara informal.
Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan,
ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.
BAB VII
PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL DALAM
PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali
orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan
harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
A. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus
dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai
sasaran.
62
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai
dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta
didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
B. Stratregi Pembelajaran, menurut Kemp (dalam Wina Senjaya, 2008) dikemukanan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving
something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
C. Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
63
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
D. Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan
berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula,
dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
E. Taktik Pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of
humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
E. Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
64
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce
Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4
(empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-
masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
F. Desain Pembelajaran, Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah
desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan
suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika
dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-
masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah
menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan
urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru
dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
65
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon
guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk
kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori
dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
BAB VIII
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS e-LEARNING
Konsep e-Learning
Sebelum e-learning lahir, yang populer lebih dulu ialah Computer Assisted Instruction (CAI) dan Computer Assisted
Learning (CAL). Media yang digunakan berupa disket, PC (komputer pribadi) atau komputer mainframe yang diakses
melalui work station lokal. Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu
tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak mampu memberikan interaksi
sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu dikombinasikan dengan guru.
Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser
menjadi e-learning. Di situlah terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning. Dengan demikian,
pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.
E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs
lain, men-download, berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya berubah,
menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.
66
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning
kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran
(2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau
bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai
kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno
W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan
sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat
teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau
memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini
sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi
internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya
walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang
menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-Learning adalah pemanfaatan teknologi internet. e-
learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui
teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan
juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk
67
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001)
menjelaskan filosofis e-Learning sebagai berikut:
a. e-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
b. e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional
(model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer)
sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
c. e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa
yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-Learning, dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. One way communication (komunikasi satu arah); dan
2. Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-
learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan
pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam
dahulu sebelum digunakan.
Pemanfaatan e-Learning dalam Pembelajaran
Dunia pendidikan terimbas pula oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah lewat internet menjadi
sesuatu hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media pendidikan yang tidak mengenal
ruang dan waktu. Model sekolah lewat internet seharusnya ideal buat negeri kita.
68
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di
internet begitu lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran.
Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru disebut the era of teacher, sementara siswa
hanya mendengar penjelasan guru. Kemudian, proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru
dan buku (the era of teacher and book) dan pada saat ini proses belajar dan mengajar didominasi oleh
peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi
sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat
membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa
sebagai media massa dan interpersonal, dan sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat
dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao
Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi
suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di
dunia.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak, ada tiga hal
dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
a. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas
institusi atau batas negara.
b. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
c. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan
internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan
adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media
kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses
hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan
komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi
media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
69
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan
pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan oleh Center for
Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan
positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Walaupun masih banyak kendalanya, terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu pendidikan antar-daerah
seperti itu setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat internet, e-learning. Syaratnya,
mengubah paradigma teaching menjadi learning. Pembelajaran (learning) berbeda dengan pengajaran
(teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut
perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery (menguak apa yang semula
tertutup). Pendeknya, belajar mengubah seseorang menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. "Pintar" dan
"cerdas" berbeda: smart people know from repetition of others. Intelligent people can figure it out by
themselves.
Sedangkan dalam pengajaran guru atau instruktur memberikan waktu, energi, dan usaha untuk
menyiapkan murid atau anak didik sesuai dengan tujuan instruksional. Guru memberi, murid menerima.
Namun, orang yang diajar oleh guru atau melalui komputer belum tentu belajar, karena hasil belajar
mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri.
Model Pembelajaran Berbasis e-Learning
Pengembangan pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang
diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet,
maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada
tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web
centric course, dan web enhanced course”. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap
muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak
jauh.
70
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap muka (jarak
jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk
pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan
arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan
pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa (dengan mengakses website
yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif
lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar
terhadap nilai ujian mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada
penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih
tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar yang
menggunakan teknologi dan metode belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006).
Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta
didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang
relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja,
namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan
pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-
learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi
dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan
memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada
panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar
71
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-
learning-nya.
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-
learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan
pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur
direkam dahulu sebelum digunakan.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru
yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal,
peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan
membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan
peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh
pengajar atau pengelola.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya
saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi
unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari
perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan
motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit,
problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh
karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli
komunikasi, programmer, seniman, dan sebagainya.
Kelebihan Dan Kekurangan e-Learning
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk
tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan,
1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
72
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
a. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual
melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan
mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah
peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
g. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri,
dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari
berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini
bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga
dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya
listrik, telepon ataupun komputer);
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
h. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
73
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki
komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri
peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi
pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata
pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi
pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat
kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak
dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan (Tucker, 2000).
Pengkritik e-Learning mengatakan bahwa “di samping daerah jangkauan kegiatan e-Learning yang
terbatas (sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung antarsesama siswa
maupun antara siswa dengan nara sumber sangat minim, demikian juga dengan peluang siswa yang
terbatas untuk bersosialisasi (Wildavsky, 2001). Terhadap kritik ini, lingkungan pembelajaran elektronik
dapat membantu membangun/mengembangkan “rasa bermasyarakat” di kalangan peserta didik sekalipun
mereka terpisah jauh satu sama lain.
Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik untuk bekerja dalam beberapa kelompok untuk
mengembangkan dan mempresentasikan tugas yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas
kelompok ini dapat bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu, peserta didik sendiri
dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi kelompok dengan menggunakan e-mail
(Website kudos, 2002).
Concord Consortium (2002) (http://www.govhs.org/) mengemukakan bahwa pengalaman belajar melalui
media elektronik semakin diperkaya ketika peserta didik dapat merasakan bahwa mereka masing-masing
adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik, yang berada dalam suatu lingkungan bersama. Dengan
mengembangkan suatu komunitas dan hidup di dalamnya, peserta didik menjadi tidak lagi merasakan
terisolasi di dalam media elektronik. Bahkan, mereka bekerja saling bahu-membahu untuk mendukung satu
sama lain demi keberhasilan kelompok.
Lebih jauh dikemukakan bahwa di dalam kegiatan e-Learning, para guru dan peserta belajar
mengungkapkan bahwa mereka justru lebih banyak mengenal satu sama lainnya. Para peserta belajar
sendiri mengakui bahwa mereka lebih mengenal para gurunya yang membina mereka belajar melalui
74
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
kegiatan e-Learning. Di samping itu, para guru e-Learning ini juga aktif melakukan pembicaraan
(komunikasi) dengan orangtua peserta didik melalui telepon dan email karena para orangtua ini merupakan
mitra kerja dalam kegiatan e-Learning. Demikian juga halnya dengan komunikasi antara sesama para
peserta e-Learning.
BAB IX MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
A. Rasional
Dalam pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi, guru dituntut memiliki kompetensi terutama
dalam mengelola proses pembelajaran (PBM), karena itu untuk dapat mengantarkan siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan, guru harus mampu merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran
yang efektif.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (Ditendik), kompetensi guru ada tiga, yaitu : (1) Penguasaan
akademik, (2) Pengelolaan pembelajaran, dan (3) Pengembangan profesi.
Sehubungan dengan ketiga kompetensi guru tersebut, kondisi di lapang-an saat ini menunjukkan,
bahwa kompetensi guru belum merata dan bervariasi pada semua jenjang dan tingkat sekolah.
Akibatnya, tingkat efektivitas dan ketercapaian tujuan proses pembelajaran siswa bervariasi pula.
Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator harus memahami teori-teori belajar,
teori-teori pedagogik dan teknik-teknik pembela-jaran. Sehingga guru mampu merancang dan
melaksanakan PBM secara efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan.
Metode dan strategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat dan revolusioner untuk menjawab
tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkem-bangan sosial, ekonomi dan teknologi informasi yang
telah meng-global.
Paradigma guru sebagai knowledge transformator telah bergeser men-jadi knowledge facilitator.
Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut, maka guru perlu memperkaya pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan-nya, terutama dalam metode dan strategi pembelajaran. Di samping faktor
75
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
kesiapan siswa, keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran, merupakan salah
satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal.
Model belajar secara kelompok, telah menjadi salah satu pilihan guru dalam mengelola pembelajaran.
Namun dalam penerapannya, pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber dan
bahan belajar, kesiapan siswa serta pengaturan kelas (setting) juga menjadi penyebab PBM kurang
efektif.
Model pembelajaran Cooperative Learning (CL) dengan berbagai tipe sangat menarik perhatian para
guru dan para instruktur di sekolah dan tempat-tempat pelatihan, karena model CL memiliki banyak
kelebihan dibanding model-model pembelajaran yang telah dikenal sebelumnya. Model CL berbasis „
kerja-sama „ antar individu dalam kelompok dan „ saling ketergantungan „ antar anggota kelompok
selaras dengan konsep pendidikan UNESCO yang dikenal dengan Empat Pilar Pendidikan. Salah satu
pilarnya menyebutkan “ How learn to live together “.
Model pembelajaran CL dengan berbagai tipe dikembangkan berlandas-kan teori belajar
Constructivism (Konstruktivisme). Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis)
pendekatan konsep dalam pembelajaran. Menurut teori belajar ini, pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak datang sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkon-struksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Model CL juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup (life skill), karena
terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara individu dan membangun
kerjasama antar anggota dalam kelom-pok. Pengalaman belajar menggali informasi dan mengolah
informasi secara mandiri dapat menanamkan kebiasaan siswa membaca atau mencari informasi dari
berbagai sumber belajar, tidak bergantung pada guru dan tidak menggang-gap guru sebagai satu-
satunya sumber belajar.
Pengertian Apakah model Cooperative Learning ?
CL adalah model pembelajaran bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara tiga
sampai lima orang siswa. Para anggota bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas
yang telah diberikan guru.
Menurut Kagan, terdapat empat prinsip dasar model CL, yakni:(1) Inter-aksi yang simultan; (2) Saling
ketergantungan antar anggota ; (3) Tiap individu memiliki tanggungjawab terhadap kelompok ; dan (4)
Peranserta anggota yang seimbang.
Menurut pendapat Slavin, model CL meliputi tiga konsep utama yaitu :
(1) Pengakuan kelompok (Team recognition);
(2) Tanggungjawab individu; dan
(3) Keseimbangan peluang untuk meraih sukses bersama
76
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Sedangkan menurut Johnson, model CL terdapat lima prinsip dasar, terdiri :
(1) Menumbuhkan semangat saling ketergantungan;
(2)Tanggung-jawab individual;
(3) Bekerja dalam kelompok (group processing);
(4) Tumbuh kecakapan sosial dan bekerjasama; dan
(5) Terjadi interaksi antar anggota secara langsung.
Apakah manfaat model CL ?
Bagi sekolah, manfaatnya adalah: (1) Pengembangan kognitif dan afektif siswa; (2) Membina hubungan
baik antar agama, ras maupun etnik; dan (3) Tercapainya keseimbangan dalam pendidikan
Bagi siswa, model CL bermanfaat untuk : (1) mengembangkan kemam-puan akademik dan (2)
Mengembangkan kecakapan pribadi dan sosial.
Bagi bangsa, model CL bermanfaat untuk menumbuhkan visi kene-garaan. dan nasionalisme
Bagaimana melaksanakan model CL ?
Pelaksanaan model CL, diperlukan interaksi antar siswa,. Oleh sebab itu, dalam menyelesaikan tugas dari
guru, para siswa perlu berdiskusi, terma-suk mengemukakan pendapatnya yang dapat dipahami oleh
anggota lainnya, sehingga anggota tersebut dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Dalam hal ini,
guru cukup menyediakan lembar kerja (LKS) untuk dikerjakan secara kelompok, memantau kerjasama
kelompok, mengarahkan diskusi, memberikan bimbingan kepada kelompok yang memerlukan dan validasi
hasil kerja kelompok.
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE STAD, TGT DAN JIGSAW II
Telah dikenal sedikitnya ada 29 tipe model CL, ada Role Playing, Problem Based Intruction (PBI), Course
Review Horay (Bingo), Mind Mapping, Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Game
Tournament (TGT), Jigsaw II, dan lainnya, Dalam makalah ini yang akan dibahas hanya tiga tipe model CL
terakhir tersebut.
B. Model pembelajaran CL tipe STAD
Menurut Robert E Slavin dan kawan-kawan , model CL tipe STAD terdiri dari 5 komponen
(fase) , yakni :
1. Presentasi Kelas (Class presentation)
2. Pembentukan tim (Teams)
3. Kuis Individu (Individual Quizzes)
4. Perubahan skor individu (Individual improvement score)
77
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
5. Pengakuan tim (Team recognition)
Model ini sangat cocok untuk menyajikan materi pembelajaran terstruktur, yang terdiri dari
beberapa bagian dan saling berhubungan antar bagian-nya. Misalnya seorang guru akan
menyajikan pokok materi/ bahasan yang tertruktur terdiri atas 4 sub pokok materi/ bahasan A,
B, C dan D. Artinya, sebelum dapat mempelajari sub B, siswa harus menguasai sub A,
sebelum mempelajari sub c, siswa harus sudah menguasai sub A dan sub B, demikian
seterusnya untuk sub D.
Langkah-langkah :
Fase 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari,
misalnya konsep, materi secara garis besar dan prosedur kegiatan
(eksperimen). Guru juga perlu menjelaskan tata cara kerjasama dalam
kelompok, terutama kepada kelompok atau kelas yang belum terbiasa
menjalankan model CL.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok, berdasarkan kemampuan (prestasi sebelumnya), jenis kelamin, ras dan etnik. Jumlah anggota tiap kelompok antara 3-5 orang siswa
Fase 3 : Bekerja dalam kelompok, Siswa belajar bersama, diskusi, menjawab
soal atau mengerjakan eksperimen sesuai LKS yang diberikan guru
Fase 4 : Scafolding. Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas
Fase 5 : Validation. Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan
memberikan kesimpulan hasil tugas kelompok
Fase 6 : Quizzes. Guru mengadakan kuis secara individual. Hasil nilai yang
diperoleh tiap anggota, dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam
kelompok, untuk menentukan predikat kelompok. Dalam menjawab quiz,
anggota tidak boleh saling membantu. Perubahan skor awal (base
score) individu dengan skor hasil quiz disebut skor perkembangan.
Penghitungan skor perkembangan sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai Penghargaan Kelompok (Penghitungan skor Perkembangan)
NO SKOR TES NILAI PERKEMBANGAN
1. Lebih dari 20 poin di atas skor awal 30
2 Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal 20
3 Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal 10
4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
78
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Fase 7 : Penghargaan kelompok : Berdasarkan skor penghitungan yang diperoleh
anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk menentu-kan predikat tim (lihat Tabel 2)
Tabel 2 : Perolehan Skor dan Predikat Tim Tipe STAD dan Jigsaw
NO PREDIKAT TIM RATA-RATA SKOR
1 Super Team 25 - 30
2 Great Team 20 - 24
3 Good team 15 - 19
Fase 8 : Evaluasi oleh guru
C. Model pembelajaran CL tipe Jigsaw II :
Model CL tipe Jigsaw II ini dikenal juga Kelompok Ahli. Model ini dapat diterapkan pada materi
pembelajaran yang tak berstruktur (tidak saling berhubungan antar sub-sub materi).
Prosedur pelaksanaan Jigsaw mirip dengan STAD, cara menentukan skor individu dalam
kelompok (nilai perkembangan) dan kriteria penghargaan kelompok sama dengan tipe STAD.
Menurut Slavin (1998), tipe Jigsaw terdiri 5 fase. Pembagian kelompok berdasarkan kriteria
prestasi individu (dari ulangan sebelumnya atau pretest), gender, etnik dan ras. Tiap
kelompok beranggotakan 2 – 4 orang. Kelompok Expert , jumlahnya disesuaikan dengan
pokok bahasan materi yang dipelajari. Contoh, suatu topik/ pokok materi terdiri 4 sub pokok
materi (pokok bahasan), maka kelompok expert jumlahnya juga 4.
Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa.
Contoh : Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk menjadi 10 kelompok
(Kelompok 1, 2, 3 ……10). Tiap kelompok terdiri 4 orang siswa. Setelah kelompok belajar
terbentuk, guru membagikan LKS untuk dipela-jari bersama. Pada kegiatan ini, oleh Slavin
disebut Fase 1 (Reading). Selanjutnya, anggota masing-masing kelompok tersebut berunding
mem-bagi tugas untuk masuk ke kelompok expert. Misalnya, pokok materi ter-diri dari 4 sub
pokok materi/ bahasan, maka dapat dibentuk sejumlah 4 kelompok expert (Expert A, B, C, D).
Kemudian kelompok belajar tersebut berunding untuk menentukan satu orang siswa sebagai
wakil dari kelom-pok belajar bergabung ke tiap kelompok expert A, B, C dan D, sesuai hasil
perundingan. Jadi dalam kelompok expert masing-masing beranggotakan 10 orang siswa.
Fase 2 (Expert Group Discussions) : Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi
membahas dan memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalam LKS. Setelah diskusi
kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar
semula. Fase 3 (Team reports) : Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di
kelompok expert menjelaskan kepada teman-temannya se kelompok. Demikian juga teman
79
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
dari expert yang lain menjelaskan kepada teman- teman sekelompok tentang apa yang
dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah,
guru dapat mem-berikan bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing
expert. Fase berikutnya Fase 4 (Assessment) : Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan
oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu anggota kelompok. Fase 5 (Team
recognition) : Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score) siswa
dengan nilai hasil kuis secara individual menggunakan Tabel 1 (lihat Tabel Nilai Peng-hargaan
Kelompok STAD dan Jigsaw). Kemudian nilai semua siswa ang-gota masing-masing kelompok
dijumlahkan dan dirata-rata, maka akan diperoleh nilai antara 5 – 30 sebagai nilai kelompok.
Untuk menentukan predikat kelompok, gunakan Tabel 2 Penghargaan Kelompok, caranya
sama seperti penghargaan kelompok pada model tipe STAD.
Persiapan Guru :
1. Menyiapkan bacaan (LKS)
2. Kalau kegiatan expert berupa praktik atau demonstrasi, maka guru menyiapkan alat/
bahan
3. Menyiapkan instrumen untuk kuis
4. Menyiapkan tabel nilai pengamatan psikomotor dan sikap.
5. Menyiapkan tabel rekapitulasi nilai individu dikonversi ke nilai penghar-gaan kelompok
(lihat lampiran)
6. Menyiapkan tabel rekapitulasi rerata nilai kelompok
7. Menyediakan tanda penghargaan/ sertifikat untuk kelompok
D. Model Pembelajaran CL Tipe TGT
Model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena waktu
relatif lebih singkat dan cara melakukannya relatif lebin mudah dibanding STAD dan Jigsaw. Untuk
kelas-kelas di Indonesia, fase-fase TGT dikembangkan dari empat menjadi delapan, sebagai
berikut :
Fase 1 : Penjelasan guru (Teacher presentation).
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan
singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelom-pok.
Fase 2 : Pembagian kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan krite-ria kemampuan
(prestasi) siswa dari pretest atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender),
80
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2 – 4 orang (Slavin, 1998). Jumlah
anggota kelom-pok dapat juga dikembangkan menjadi 5 orang.
Fase 3 : Kerja kelompok (Team study)
Setelah menerima LKS dari guru, siswa bekerjasama dalam kelom-pok masing-masing,
diskusi, praktikum atau menjawab soal-soal pada LKS.
Fase 4 : Bimbingan kelompok/ kelas (Scafolding)
Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dan sikap siswa secara
individual dalam kerja kelompok
Fase 5 : Tournament (Quizzes)
Guru membagikan lembar soal tournament (quizzes). Jumlah soal turnamen antara 10 –
20 butir soal. Aturan main tournamen model TGT adalah sebagai berikut :
1. Setiap kelompok menentukan salah satu anggota sebagai Reader (pembaca soal
kuis turnamen) pertama dan pembaca kunci jawaban. Pembaca soal ke dua, ke tiga
dan seterusnya digilir berurutan searah dengan putaran jarum jam. Pembaca kunci
jawaban adalah siswa yang posisi duduknya di sebelah kanan reader.
2. Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada reader,
selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelom-pok yang lain searah putaran
jarum jam.
3. Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yang memperoleh point
adalah siswa pertama yang menjawab benar.
4. Turnamen berlanjut, sampai semua soal sudah dibacakan. Kemu-dian perolehan
skor masing-masing anggota dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar sekaligus
untuk perhitungan skor kelompok
Fase 6 : Validation
Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya
adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran.
Fase 7 : Penghargaan kelompok (Team recognition)
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok, kemudian diadakan
rekapitulasi nilai dan ditentukan skor kelompok menggunakan Tabel 3 ( Penghitungan
skor kelompok) di bawah ini :
Skor kelompok pada model TGT minimal 190 dan skor maksimal 210 (untuk pemain
5orang).
Tabel 3 : Penghitungan Skor Kelompok
81
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Jumlah
Anggota Penghitungan skor kelompok
2 6600 4400
2200 4400
3 60 50 60 40
40 50 30 40
20 20 30 40
4 60 50 60 60 50 60 40 50
40 50 40 40 50 30 40 50
30 30 40 30 50 30 40 30
20 20 20 30 20 30 40 30
5 60 50 60 60 60 50 60 60 40 50 40 50 60 50 50 50
50 50 40 50 50 50 40 50 40 40 40 50 40 50 50 50
40 40 40 30 40 50 40 30 40 40 40 40 40 30 50 40
30 30 30 30 30 30 40 30 40 40 40 40 30 30 30 30
20 20 20 20 30 20 20 30 30 40 40 20 30 30 30 30
Untuk menentukan penghargaan kelompok, menggunakan Tabel 4 berdasarkan skor rata-rata kelompok.
Tabel 4 : Skor Penghargaan Kelompok Tipe TGT
NO PEROLEHAN SKOR RATA-RATA PREDIKAT
1 45 atau lebih Super Team
2 40 – 44 Great Team
3 30 - 39 Good Team
Fase 8 : Evaluasi oleh guru
PERSIAPAN GURU :
82
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Lembar Soal Kuis (atau berupa kartu soal)
3. Lembar kunci jawaban
4. Lembar format rekap skor individu
5. Lembar format rekap skor kelompok
6. Alat dan bahan praktik (jika ada kegiatan eksperimen/ demonstrasi)
---==ph==---
BAB X
QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
A. Gambaran umum learning
Quantum learning merupakan suatu metode belajar yang pada awal mulanya berkembang
diamerika serikat dan ide cemerlang ini dikembangkan oleh Bobby Deporter. Metode ini
dikembangkan dari berbagai konsep yang beranggapan bahwa siswa tidak hanya perlu belajar
mengenai berbagai pengetahuan, tetapi juga berbagai siswa “untuk belajar caranya belajar”
(learning to how to learn).
Pengembangan metode belajar Quantum Learning merupakan aplikasi dari konsep “belajar
cepat” (accelerated) yang berasal dari ide Dr. George Lozanov, seorang pendidikan
berkebangsaan Bulgaria. Konsep belajar ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan
belajar yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan lozanov
juga bereksperimen yang disebut sugestolory atau sugestopedia pada prinsipnya sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan
sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam
kelas, meningkatkan prestasi individu, menggunakan poster -poster untuk memberi kesan
besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru -guru dalam seni pengajaran
sugesti.
Istilah Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya istilah ini menjadi
cahaya istilah ini diambil dari rumus yang populer dalam istilah quantum rumus tersebut
adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi, atau bersama istilah
kuantum digunakan untuk menunjukkan bahwa semua kehidupan adalah energi oleh. Karena
itu belajar juga merupakan energi seperti juga rumusnya, maka belajar dianggap energi.
83
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Seperti juga rumusnya maka belajar juga dianggap energi yang berhubungan dengan
kecepatan.
Bobby Deporter mendefinisikan Quantum Learning sebagai “interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya atau sebagai metode belajar yang “memungkinkan siswa,
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang normal, dan
dibarengi kegembiraan. Dengan kata lain Quantum Learning makna sebagai percepatan
belajar. Dengan demikian kata kunci dari Quantum Learning adalah kecepatan, kegembiraan
(senang), belajar dengan menyenangkan konsep belajar caranya belajar ini dihajatkan untuk.
membantu siswa untuk memahami memahami materi yang diajarkan dengan letih mudah dan
efektif atau dengan kaia lain bertujuan untuk mernbantu siswa memperoleh energi yang
membantunya untuk belajar lebih alat dan dengan cara yang menyenangkan.
Materi Quantum Learning yang dikembilnbkan oleh Deporter juga merupakan teori belajar
yang mendukung siswa untuk belajar dengan lebih cepat. Teori tersebut antara lain:
1. Teori Otiak Kanan/Kiri--->meningkatkan kekuatan berlikir.
- Otak kiri bersifat : logis, sekuensial, linear dan rasional.
- Otak kanan bersifat: acak, tidak teratur, intuitif dan holistik).
2. Pilihan Modalitas (Visual, Auditoriat, Kinesteaik).
Teori iertang gaya (cara) belajar terasumsi bahwa setiap orang mempunyai panca indra
yang, berfungsi lebih dibandingkan dengan panca indra yang lain dalam prose; bela .jar
mengajar. Hal ini disebut juga modalitas yang terdiri dari: Visual, Auditorial dan Kinestetik (V -
A-K).
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas tersebut, tetapi hampir
semua urang cenderung pada pada salah satu modalitas belajar itu tidaklah bersifat absolut,
mutlak dan kaku, tetapi setiap orang jugadapat memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu
yang memberi bakat dan komunikasi namun demikian kecenderungan pada salah satu
modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu pengetahuan
tentang modalitas ini sangat berguna dalam proses pembelajaran.
Untuk memberi pemahaman singkat dan masing-masing modalitas belajar, berikut ini
diuraikan secara singkat karakteristik dan ciri -cirinya
a. Visual : Modalitas ini yang mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat.
Warna hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini.
Seseorang yang sangat visual bercirikan sebagai berikut:
- teratur memperhatikan segala sesuatu menjaga menampilkan
- mengingat dengan gambar, lebih banyak membaca dari pada dibacakan
- membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail mengingat apa
yang dilihat.
b. Auditorial: Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata, - diciptakan maupun dingat.
Musk nada irama, dialog internal dan suari mcnonjol disini. Seorang yang auditorial dapat
dicirikan:
84
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
- perhatiannya mudah terpecah
- berbicara dengan cara berirama
- belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat memhaca
- berdialog secara internal dan eksternal
c. Kinestetik: Wudalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakun ntaupun diingat.
Gerakan, koordinatsi, irama, tanggapan emosional entosional, dan kenyamanan tisik menonjol
disini. Seseorang yang sangat kinesteik sering:
- menyentuh orang dang berdiri berdekatan, banyak bergerak.
- Belajar dengan melakukan, menunujukan tulisan saat membaca menanggapi secara fisik.
- Mengingat sambil berjalan dan melihat.
3. Teori Kecerdasan Ganda
Kecerdasan merupakan suatu kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup teori ini
beranggapan bahwa manusia memiliki multi kecerdasan untuk memudahkan ingatan maka disingkat
SLIM-n-BH yaitu:
Spastal-Visual seni rupa geometri menggambar teknik
Linguistik-Verbal Seni Bahasa
Interpersonal pembelajaran secara bekerja sama, tugas kelompok
Musikal-Ritmik musik, paduan suara
Naturalis pembelajaran diluar ruang/ lingkungan
Badan- Kinestik olah raga
Intrapersonal berfikir secara reflektif
Logis- Matematis matematika, ilmupasti,sejarah
4. Pendidikaln Holistik (Global/Leurning,,).
Penerapan berbagai teori belajar ini diperlukan untuk memperkuat pengernbangan konsep
Quantum Learning. Sebabai contoh, pada awalnya anak-anak belajar seharihari dari lingkungannya
dengan pendekatan global learning. Jika kita perhatikan, untuk memenuhi keingintahuan pada
benda tertentu, biasanya seoralng anak akan memegang benda iersebut, mengamati dari berbagai
sisi, menggoyangkannya, menempelkan di telinganya, bahkan menjatuhkannya ke l antai. Semua
usaha dilakukan anak dengan penuh perhatian karena adanya keingin tahuan di dalam dirinya.
Tidak ada beban dalam dirinya. ('roses mcn)e;nuhi keingintahuan seorang anak dengan cara
tersebut merupakan bentuk dari pendekatan global learning.
5. Simulasi/Permainan.
Quantum Learning juga mengajarkan bagaimana menjadikan lingkungan di sekitar kita menjadi
tempat yang nyaman untuk belajar. Lingkungan belajar yang nyaman dapat membuat konsentrasi
belajar yang optimal. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan fisik dan suasana.
Selain itu Qrruniunr Leurrring membantu kita mengemangkan nilai dan keyakinan untuk belajar,
scrta mcnunjukkan berbagai keterampilan belajar yang dapat kita lakukan untuk membuat belajar
menjadi sesualu yang lebih wudah dan menyenangkan.
85
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
B. AMBAK dan QUANTUM LEARNING
Proses pembelajaran dalam Quantum Learning berusaha menjembatani jurang antara dunia guru
dan siswa. Hal in i akan mempermudah membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya pengalihan pcngetahuan.
Merupakan hasil dari kombinasi bagaimana anda menyerap, lau mengatur dan mengolah informasi.Isyarat
verbal (visual, auditorial dan kinestik) dapat membantu anda dalam menentukan modalitas belajar anda,
agar menentuka modalitas belajar yang terbaik anda tidak salah arah, maka perlu mengetahui terlebih
dahulu karakteristik- karakteristik pada masing- masing isyarat vebal tersebut, untk menentukan apakah
anda masuk dalam kategori visual, auditorialdan / atau kinestik.
Setelah mengetahui apakah anda/ seseorang itu termaksud orang visual, auditorial dan/ atau kinestetik,
selanjutnya adalh bagaimana anda mengolah informasi. System identifikasi V-A-K membedakan
bagaimana kita menyerap informasi.
Berdasarkan hasil kajian investigasi Antony Gregpore, professor dibidang kurikulum dan mengajar pada
Universitas C onnenticut, menyimpukan adanya dua dominasi otak, yaitu:
1. Persepsi konkrit dan astrak
2. kemampuan pengaturan secara skuensial ( linier) dan acak (non linier).
Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang kita sebut gaya berfikir anda, yakni
Skuensial Konkrit, Skuensi Abstrak, Acak Konkrit dan Acak Abstrak. Orang yang masuk dalam dua
kategori “Skuensial” cendrung memiliki otak kiri, sedangkan orang yang erfikir secara “acak” biasanya
termasuk dominasi otak kanan.
a. Pemikir Skuensi Konkrit (SK)
Pemikir model ini berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linier dan
skuensisl. Bagi para skuensial konkrit, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketehui melalui indra fisik
(indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasaan dan penciuman). Mereka memperlihatkan dan
mengigat realitas, fakta- fakta, informasi, rumus-rumus dan aturan –aturan khusus dengan mudah.
Pelajar Skuensial Konkrit mengatur tugas- tgas menjadi proses tahap demi tahap dan erusaha keras
untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap.merka menyukai pengaahan dan prosedur khusus.
Beberapa kiat jitu bagi pemikir Skuensial konkrit (SK):
bangunlah kekuatan organisasional anda
cari tahu detail yang anda perlukan
bagilah proyek (tugas) anda menjadi beberapa tahap
tatalah lingkungan kerja yang tenang
b. Pemikir Acak Konkrit (AK)
Pemikir Acak Konkrit mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang
tersetruktur. Seperti pemikir Skuensial Konkrit, mereka berdasarkan kenyataan, tetapi ingin melakukan
pendekatan Coba- salah (tria and error), karenanya mereka sering melakukan lompatan intuitif yang
dipertlukan untruk pemikiran kreatif yang sebenarnya.
86
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Mereka memiliki dorongan kuat untuk menemukan alternative dan mengerjakan segala sesuatu dengan
cara sendiri. Waktu bukanlah segalah prioritas baginya dan cendrung tidak memperdulikannya, terutama
jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik. Mereka lebih terorientasi pada proses dari pada hasil,
akibatnya proyek-proyek (tugas) sering kali tidak berjalan sesuai rencananya. Pemikir Acak Konkrit
berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba.
Beberap kiat bagi pemikir Acak Konkrit (AK)
lihatlah logika anda
suburkan kecendrungan anda
upayakan keteratura
analisalah orang- orang yang erhubungan dengan anda
c. Pemikir Acak Abstrak (AA)
Dunia nyata bagi pelajar Acak Abstrak adalah dunia perasaan dan emosional . mereka tertarik pada
nuansa dan sebagian lagi cendrung pada mistisme. Pikiran Acak Abstrak menyerap ide- ide, informasi,
kesan serta mengaturnya dengan refleksi (kadang- lading hal ini memakan waktu lama hingga orang
lain tidak menyangka bahwa orang Acak Abstrak mempunyai atau pendapat). Merka dengan sangat
baik, jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi
belajar mereka.
Mereka merasa dibatasi ketika berada dilingkungan yang sangat teratur, sehingga anda tidak
menemukan banyak dari mereka bekerja diperusahaan asuransi, bank dan lainnya. Mereka berkiprah
dilingkungan yang tidak teratur yang berkaitan dengan orang-orang.
Pemikiran acak Abstrak mengalami peristiwa secara holostik, mereka perlu melihat keseluruahan
gambar sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan ini mereka membantu jika mengetahui bagaimana
segala sesuatu terhubung dengan keseluruhanya sebelum kedalam detai.
Beberapa kiat bagi pemikir Acak Abstrak(AA)
Gunakan kemempuan alamiah anda untuk bekerja sama dengan orang lain.
Ketahuialah betapa kuat emosi mempengaruhi konsenterasi anda
Bangunlah kekuatan beljkar anda dengan berasosiasi
Lihatlah gambar besar
Waspadalah terhadap waktu
Gunakan isyarat-isyarat visual
D. Berfikir kreatif
Orang kreatif selalu akn ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, Suka bermain-main serta
intuitif dan anda memiliki potensi untuk menjadi orang kreatif.Steve Cortis, Seseorang pengusaha dan
pakar kreatifitas mengatakan “ kita semua lahir dengan kreatifitas dan jika anda yakin anda adalah
orang kreatif anda akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian anda balik
dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi anda”
87
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Opini publik yang dikembangkan dimasyarakat kita menyatakan bahwa orang-orang seniman, iluan
dan para penemu sebagai orang yang kreatif. Semestinya jika mempunyai kempuan menjadi pemikir
dan pemecah masalah yang kreatif yang diperlukan adalah rasa ingin tahu, kesanggupan
mengambil resiko dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil( tiga unsur yang ada pada
manusia ).Tanpa melalui upaya ini inposibel menjadi orang yang kreatif.
Orang kreatif mengguanakan pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan orang lain kemudian
membuat trobosan/lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara
yang baru yang belum mereka alami sebelumnya.dengan demikian diperlukan kemampuan menyerap
informasi baru kemudian tampil dengan solisi-solusi untuk berbagai tantangan.
Berkaitan dengan berfikir kreatif kaitanya dengan Quantum Learning, akan dibahas secara singkat hal-
hal berikut ini:
Informasi: bahan mentah perubahan
Tahapan penyelesaian kreatif
Berfikir tentang hasil
Pergeseran faradigma
Curah gagasan (Brainstroming)
Curah gagasan untuk masa depan
Kiat-Kiat untuk berpikir kkreatif
1. Informasi: Bahan Mentah Perubahan
Dunia terus berubah dengan sangat cepat, sebagian besardi sebapkan oleh limpahan dan
ketersediaan informasi. Semakain cepat informasi di terima seseorang semakain cepat orang
menyerap, mengkombinasiakan, merekombinasikan untuk menciptakan konsep, teori, fakta dan
penemuan-penemuan baru. Hal ini menyebapkan dunia berkembang dengan sangat cepat. Ini
mempunyai inflikasi yang sangat besar bagi kita sebagai pengusaha, Guru, murid dan seluruh
warga dunia. Agar hidup kita mendapatkan hasil yang fositif terhadap informasi kita harus
adaptif,kreatif bukan adptif fasif.
2. tahap penyelesaian kretif
proses kreatif mengalir melalui lima tahap
1. Persiapan : mendifinisikan masalah,tujuan dan tantangan
2. Inkubasi : mencerna fakta dan mengolahnya dalam pikiran
3. Iluminasi : medesak gagasan bermunculan ke permukaan
4. Verifikasi : Memastikan apakah solusinya benar-banar memecahkan masalah
5. Aplikasi : Mengambil langkah-langkah untuk menindak lanjuti solusi itu.
3. berfikir tentang hasil
bayangkanlah lima tahun dari sekarang dan anda telah melakukan segala sesuatu yang
telah anda harapkan. Anda telah berhasil, sehat berbahagia dan berimbang dalam segala
88
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
asfek kehidupan. Kini anda sedang melamar pekerjaan yang akan meningkatkan pada
kepuasan dan kesejahteran ekonomi.
Setelah beberapa tahun berlalu,tulis resume yang menggambarkan anda sebagai yang seimbang dan
berhasil. Atau sebagai alternatif, bayangkan diri anda sebagai orang yang menarik, pelopor yang dinamis
sehingga seorang penulis dari surat kabar mewawancaai Anda. Bayangkan lebih jauh lagi foto- foto yang
menyertai. Aktivitas ini menyenangkan dan merupakan cara/ metode berfikir yang berhasil. Anda akan
mendapati bahwa begitu Anda dapat menyesuaikan diri sebagai orang yang Anda cita-citakan Anda
langsung bergerak kearah itu. Kekuatan visi adalah motivasi yang evektif. Para ilmuan melihat bahwa
tindakan yang signifikan selalu diawali oleh visi yang sinifikan.
4. Pergeseran Paradigma
paradigma adalah seperangkat aturan yang kita gunakan untuk mengevaluasi informasi dan
menyatukanya kedalam kehidupan. Setiap orang punya paradigma dan bermanfaat bagi setiap orang,
tetapi paradigma dapat dibatasi. Hidup melalui paradigma seperti selalu melihat jendela yang sama.
Akibatnya hanya melihat sebagian kecil yang sama dari dunia. Anda dapat menjalani seluruh hidup
dengan memandang lewat jendela yang sama dan menjalani hidup biasa- biasa saja.
“ Pergeseran ini Paradigma” seperti menemukan jendela yang baru secara tiba- tiba, dan membuat
Anda berfikir diluar pola fikir Anda sekarang karena muncul solusi baru yang segar.
5. Curah Gagasan (Brainstorming)
Curah gagasan (Brainstorming) merupakan teknik penyelesaian masalah dengan mencatat gagasan-
gagasan yang berkembang ini didasarkan premis bahwa untuk mendapatkan ide- ide besar, Anda
harus memiliki banyak ide agar dapat memilihnya. Hal ini serupa dengan teori fotografi. Jika Anda
menghabiskan satu roll film Anda mungkin mendapatkan sepasangg foto yang baik dan yang gagal.
Sebab ketika Anda mengambil foto tidak tahu mana yang bagus dan yang dan yang tidak. Itulah
sebabnya Anda harus anyak menjepret.
Ketika berfikir tentang curah gagasan bisa dibayangkan juga sepeti ruang konfrensi dimana orang
duduk mengintari meja dan menuangkan gagasan kepada fasilitator untuk dicatat.
Diawali dari kertas kosong pastikan masalah anda terdivinisi dengan baik. Kemudian tulis kata kunci
ditengah kertas dan lingkari. Lalu biarkan gagasan mengalir. Setiap ada gagasan catat dan lingkari
hubungan dengan subyek ditengah atau dengan pikiran utamanya. Buat sebanyak mungkin. Ketika
anda berfikir telah mendaftar setiap hal yang dapat anda fikirkan oleh orang lain sebelumnya.
Penting sekali menerima semua gagasan yang baik, terlepas seberap jauh hubungannya.
Sesungguhnya anda justru mencari yang jauh hubungannya. Karena inovasi baru sering kali tanpak
mustahil dalam pandangan sepintas.
89
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
6. Curah Gagasan Untuk Masa Depan
memandang masa depan adalah salah satu manfaat terpenting kreativitas. Yang tersedia sekarang
adalah bahan mentah untuk masa depan, memproyeksiakan apa yang akan terjadi, meramalkan
variabel- vriael yang lalu, misalnya, seniman dan peramal besar Itaia Leonardo Da vinci,
menggambarkan sengkete- sengketa gagasan tentang kapal terbang, mobil, helikopter dan senjata
mesin. Kita ketahui kini gagasan-gagasan itu menjadi kenyataan. Tetapi kita tidak tahu secara pasti
bagaimana ia mampu meramal itu. Satu- satunya penjelasan kita adalah Ia memanfaatkan informasi
yang ada pada masanya dan membuat lompatan kedunia yang belum Ia ketahui. Ia mengambil
informasi, menyusun kembali dan tampil dengan kemungkinan- kemungkinan yang tidak diterima/
dipahami penduduk dunia pada masa itu hingga beabad- abad setelah kematiannya.
Apabila diinformasikan antara masa depan dengan gagasan adaalah sebagai berikut:
7. Kiat- Kiat Berpikir Kreatif
a. Ingat kesuksesan anda masa lalu baik yang biasa atau yang menakjubkan.
Jika anda pernah sukses/ berhasil maka harus tahu bahwa anda melakukannya lagi. Ingatkan diri
anda akan hal ini ketika menghadapi sebuah tantangan.
b. Yakinlah ini bisa menjadi hari terobosan
Jalani hari anda dengan keyakinan bahwa sesuatu dapat terjadi untuk mengubah segalahnya.
c. Latihlah Kreatifitas Anda
Otak anda seperti bagian tubuh yang lain, berfungsi lebih lancar jika selalu dijaga dalam
keadaan prima. Beberapa hal yang bisa dilakukan.
Isilah teka-teki silang dan permainan-permainan kata.
Lihatlah kejadian sehari- hari dan susunlah urutan kisah tentang peristiwa yang muncul
Pikirkan penggunaan kembali barang-barang lama
Temukan peribahasa-peribahasa yang dapat anda gunakan untuk menjelaskan
sesuatu
Pikirkan berbagai cara untuk menyatakan hal yang sama
Tontonlah acara TV dengan mematikan suaranya dan coba pikirkan apa yang
dikatakan
Disamping itu dapat mencoba permainan- permainan mental yang ada di toko.
d. Ingatkan bahwa kegagalan membawa pada keberhasilan
Banyak ilmuan besar bergelut dalam kgagalan yang tak terhingga banyaknya sebelum
menemukan yang berhasil. Berani mengambil resiko yang salah agar mencapai keberhasilan.
e. Raihlah impian dan fantasi anda
sering kali muncul mimpi dan fantasi merupakan hasil dari pemikiran bawah sadar yang bekerja
untuk mendapatkan solusi suatu masalah. Berikan penghargaan, walaupun kadang nampak tidak
berhubugan. Karena gagasan aneh dapat memunculkan solusi inovatif dan revolusioner.
f. Biarkan kesenangan memasuki kehidupan anda
Masa Kini + Gagasan Berani = Masa Depan
90
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Bermainlah! Meskipun membuat sifat kanak- kanakan muncul tapi dapat memberi wawasan segar.
Anda menjadi lebih kreatif jika ada keseimbangan antara kerja dan bermain.
g. kumpulkan pengetahuan dari tempat lain.
Pada sa`at menghadapi situasi menantang, lihatlah ketempat-tempat lain dan mencoba untuk
melihat kesamaan-kesamaannya. Mungkin sesuatu yang berhasil untuk suatu jenis masalah dapat
digunakan untuk masalah yang dihadapi.
h. bebaskan pikiran anda dari asumsi.
Asumsi dapat menyembunyikan solusi.
i. lihatlah situasi dari semua sisi.
Hal ini dapat memberikan wawasan yang luas yang membutuhkan untuk memecahkan masalah
secara kreatif.
j. Ubah posisi anda sesering mungkin.
Jika anda duduk dibelakang meja pergilah keluar dan berbaringlah diatas rumput. Mengubah
posisi berarti mengubah pandangan dan perubahan posisi akan menghasilkan perubahan sikap
mental.
DAFTAR PUSTAKA
Aleks Masyunis. (2000). Strategi kualitas pendidikan MIPA di LPTK. Makalah pada Seminar Nasional FMIPA UNY
tanggal 22 Agustus 2000.
Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The power of practice : what students learn from how we teach. Journal of
Chemical Education, 80 (7), 829 – 832.
Ball, D. L. (1988). Unlearning to teach mathematics. East Lansing : Michigan State University, National Center for
Research on Teacher Education.
Brandt, Ronald. (1993). What do you mean professional. Educational Leadership. Nomor 6 50, March.
Canella & Reiff .(1994). Individual constructivist teacher education: Teachers as empowered learners. Teacher
Education Quarterly, 21(3), 27-28.
Carolin Rekar Munro. (2005). “Best Practices” in teaching and learning : Challenging current paradigms and
redefining their role in education. The College Quarterly. 8 (3), 1 – 7.
Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Constance Blasie & George Palladino. (2005). Implementing the professional development standards : a research
department’s innovative masters degree program for high school chemistry teachers. Journal of Chemical
Education. 82 (4), 567 – 570.
Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat citra dan martabat guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
91
Matakuliah : Pembelajaran SD/MI
By. Firdaus
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Johnson, E. B. (2002). Contextual teaching and learning. California: A Sage Publications Company, Corwin Press,
Inc.
Kok Siang Tan, Ngoh Khang Goh, & Lian Sai Chia. (2006). Bridging the cognitive – affective gap : teaching chemistry
while advancing affective objectives. Journal of Chemical Education. 83 (1), 59 – 63.
Mel Silberman. (2002). Active learning : 101 Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta : Yappendis.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sheal, Peter. (1989). How to develop and present staff training courses. London : Kogan Page Ltd.
Suyanto. (2007). Tantangan profesional guru di era global. Pidato Dies UNY 27 Mei 2007. Yogyakarta : UNY.
Tjipto Utomo dan Kees Ruijter. (1994). Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia
Publishing.
www. pppg tertulis.or.id. Pembelajaran Tematik
www.p3gmatyo.go.id.Pembelajaran Tematik Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contexrual Teaching and Learning (CTL),
Dit.PLP, Ditjen Dikdasmen, Jakarta
Dryden, Gordon & Vos, Jeannette, 2003, The Learning Revolution (Terjemahan) Cetakan VII, Penerbit Kaifa,
Bandung
Meier, Dave, 2003, The Accelerated Learning (Terjemahan), Kaifa, Bandung
Nasution S, 2000, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan ke tujuh, PT Bumi Aksara,
Bandung
SEAMEO-RECSAM, 2003, Model-model Cooperative Learning (Hand-out) Sosialisasi Hasil-hasil Pelatihan Guru
Matematika dan IPA SMA di RECSAM, Malaysia
Slavin, Robert E, 1995, Cooperative Learning Theory, Research and Practise, Allyn & Bacon A simon & Schuster
Company, Second Edition, Singapore
Zamroni, 2003, Pendidikan untuk Demokrasi, Bigraf Publishing, Yogyakarta