bab i pendahuluan - studiowisatasolo.files.wordpress.com · boyolali dengan kota solo. namun yang...

9
1 | Studio 4 Integrated Tourism Management Planning of Solo-Boyolali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa wilayah di Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan otonomi daerah yang mengakibatkan munculnya persaingan antar wilayah. Hal ini dipicu oleh ketidakmerataan kesejahteraan atau distribusi pendapatan dan ketidakseimbangan perkembangan wilayah, dimana di satu cakupan wilayah hanya ada satu kota primer yang menjadi nodal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya wilayah disekitarnya tidak mampu mengimbanginya hingga menjadi tertinggal dari segi pembangunan fisik, ekonomi, dan sumber daya manusianya. (Priasukmana, 2001) Adanya perkembangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya dipicu oleh adanya demand dan supply antara urban dan hinterland-nya, dimana urban membutuhkan hinterlandnya untuk memasok kebutuhan pokok dan hinterland membutuhkan urban sebagai pusat pemasaran produknya. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan pengembangan wilayah yang dilaksanakan pada kondisi yang diperlukan untuk tujuan pelatihan dan untuk lebih memahami alam dan ruang lingkup pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam studio kali ini kami mengambil tema pariwisata. Mengapa pariwisata menjadi penting dalam peranannya sebagai generator pengembangan wilayah? Hal ini tentunya tidak lepas dari efek mobilitas penduduk dari urban ke hinterland maupun sebaliknya yang mampu menggerakkan aktivitas-aktivitas perkotaan. Dari hal tersebut aktivitas pariwisata mampu menghidupkan berbagai sektor kegiatan mulai dari transportasi, industri, perdagangan, dll. Selain itu, aktivitas pariwisata menjadi salah satu sumber perekonomian dan lapangan pekerjaan. Pada perencanaan pengembangan pariwisata kali ini akan dilakukan di Kota Solo dan Kabupaten Boyolali yang termasuk ke dalam wilayah Tourism brings economic development and the creation of direct and indirect jobs. Tourism projects might be of special relevance for coastal areas and island territories and to vulnerable rural or mountain regions that might find in tourism a rare opportunity for development facing the decline of their traditional economic activities. (Antonio de la Morena 2004). Planning process could be different, there is no a single widely-accepted process to every problem and the choice of what is the best process depends on some aspects such as the current state, context of planning, who is the client, and what goals? But they have similarities and that’s ideal ized planning (Bendavid Val,1991)

Upload: lykhanh

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

1 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa wilayah di Indonesia

sedang gencar-gencarnya melakukan

otonomi daerah yang mengakibatkan

munculnya persaingan antar wilayah. Hal

ini dipicu oleh ketidakmerataan

kesejahteraan atau distribusi pendapatan

dan ketidakseimbangan perkembangan

wilayah, dimana di satu cakupan wilayah

hanya ada satu kota primer yang menjadi

nodal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya

wilayah disekitarnya tidak mampu

mengimbanginya hingga menjadi

tertinggal dari segi pembangunan fisik,

ekonomi, dan sumber daya manusianya.

(Priasukmana, 2001)

Adanya perkembangan tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah

satunya dipicu oleh adanya demand dan

supply antara urban dan hinterland-nya,

dimana urban membutuhkan

hinterlandnya untuk memasok kebutuhan

pokok dan hinterland membutuhkan

urban sebagai pusat pemasaran

produknya. Oleh karena itu, dibutuhkan

perencanaan pengembangan wilayah yang

dilaksanakan pada kondisi yang

diperlukan untuk tujuan pelatihan dan

untuk lebih memahami alam dan ruang

lingkup pembangunan ekonomi dan sosial.

Dalam studio kali ini kami

mengambil tema pariwisata. Mengapa

pariwisata menjadi penting dalam

peranannya sebagai generator

pengembangan wilayah? Hal ini tentunya

tidak lepas dari efek mobilitas penduduk

dari urban ke hinterland maupun

sebaliknya yang mampu menggerakkan

aktivitas-aktivitas perkotaan. Dari hal

tersebut aktivitas pariwisata mampu

menghidupkan berbagai sektor kegiatan

mulai dari transportasi, industri,

perdagangan, dll. Selain itu, aktivitas

pariwisata menjadi salah satu sumber

perekonomian dan lapangan pekerjaan.

Pada perencanaan pengembangan

pariwisata kali ini akan dilakukan di Kota

Solo dan Kabupaten Boyolali yang

termasuk ke dalam wilayah

Tourism brings economic development

and the creation of direct and indirect

jobs. Tourism projects might be of special

relevance for coastal areas and island

territories and to vulnerable rural or

mountain regions that might find in tourism a

rare opportunity for development facing the

decline of their traditional economic

activities. (Antonio de la Morena 2004).

Planning process could be different, there

is no a single widely-accepted process to

every problem and the choice of what is the

best process depends on some aspects such as

the current state, context of planning, who is

the client, and what goals? But they have

similarities and that’s idealized planning

(Bendavid Val,1991)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

2 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta,

Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Wilayah–

wilayah ini memiliki keterkaitan dimana

kota Solo sebagai kota berhirarki paling

tinggi yang melayani kebutuhan wilayah di

sekitarnya. Wilayah-wilayah tersebut

membangun kerjasama dan terdapat

badan yang menaunginya yaitu Badan

Kerjasama Antar Daerah (BKAD). Dalam

ikatan kerjasama ini terdapat dasar

hukum, memiliki program–program

khusus serta membahas solusi dari

permasalahan antarwilayah meliputi

berbagai bidang yaitu, ketenagakerjaan

dan kepegawaian, bidang tata ruang dan di

bidang pariwisata. Dalam hal yang akan

direncanakan yaitu pariwisata, Solo

sebagai kota primer yang memiliki banyak

objek wisata budaya yang tidak dimiliki

wilayah sekitarnya yaitu

SUBOWONOSRATEN.

Pariwisata Solo dan Boyolali

merupakan sebuah integrasi pariwisata

yang sangat baik. Hal ini karena

Kabupaten Boyolali mampu

manawarkan pariwista alam yang tidak

dipunyai Kota Solo, sedangkan Kota

Solo menawarkan pariwisata budaya

yang lebih menonjol dibanding

Boyolali. Jalan utama di Kota Solo yaitu

Jalan Slamet Riyadi dipilih dalam ruang

lingkup pengamatan dan perencanaan

pariwisata di Kota Solo. Hal ini karena

Jalan Slamet Riyadi mampu mawakili

panorama Kota Solo yang sanggup

mempromosikan pariwisata budayanya,

Ada berbagai objek wisata seperti

museum, taman budaya, dan tur kota yang

sangat menarik di sepanjang Jalan Slamet

Riyadi. Untuk melakukan integrasi paket

wisata tersebut, pemilihan lokasi di

Kabupaten Boyolali sangat tepat karena

masih berdekatan, aksesibel, dan sejalur

utama dengan Jalan Slamet Riyadi.

Dibanding dengan kabupaten lain, Boyolali

paling memungkinakan untuk dilakukan

integrasi paket wisata. Beberapa

alasannnya karena terdapat bandara Adi

Sumarmo yang sangat berpotensi sebagai

“pintu masuk” wisatawan yang mudah.

Namun pengelolaan pariwisata di Kota

Solo tidak cukup baik karena terdapat

benturan kepentingan antar

stakeholders sedangkan di Boyolali,

infrastruktur menuju objek wisata

masih belum memadai. Padahal untuk

mencapai kualitas pariwisata yang baik

dibutuhkan IQM (Integrated Quality

Management) hal ini dilakukan agar

wisatawan punya keinginan untuk kembali

mengunjungi wisata itu dan

merekomendasikannya ke pengunjung

yang potensial lainnya.

Oleh karena itu dibutuhkan

perencanaan pengembangan pariwisata di

Tourism as a regional agent of

development, tourism development is

diffused from core to peripheral areas. In the

context of countries deemed peripheral, such

as the world’s less developed countries, there

is little detailed research undertaken on

tourism (Brown and Hall, 2000).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

3 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

wilayah Solo-Boyolali. Perencanaan ini

berlaku untuk tahun 2011-2021, sehingga

diharapkan konsep yang nanti diterapkan

mampu mengembangkan pariwisata dan

menggerakan pertumbuhan sektor

pendukung lainnya di antara kedua

wilayah tersebut.

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari studio

perencanaan ini adalah untuk

merencanakan pengembangan

wilayah berbasis integrasi

pengelolaan paket wisata di Kota

Solo dan Kabupaten Boyolali dari

tahun 2011 hingga 2021 di wilayah

Solo-Boyolali yang. Hal ini akan

melibatkan kondisi potensi wisata

yang ada, konstelasi antar titik

lokasi pengembangan pariwisata,

serta pengaruh yang diharapkan

dapat meningkatkan perekonomian

dan hubungan kelembagaan di

antara kedua wilayah tersebut.

1.2.2 Sasaran

Untuk mencapai tujuan dari

studio perencanaan ini maka

terdapat sasaran yang harus

dilakukan, yaitu dengan:

Teridentifikasi karakteristik

atau gambaran Kota Solo dan

Kabupaten Boyolali.

Terdeintifikasi potensi dan

masalah Kota Solo dan

Kabupaten Boyolali yang terkait

dengan pengembangan

pariwisata.

Terencanakan konsep

pengembangan pariwisata

berbasis Integrated tourism

management .

Tersusun skenario dan strategi

pengembangan pariwisata Kota

Solo dan Kabupaten Boyolali

selama 10 tahun ke depan.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada

kegiatan ini pada wilayah Kabupaten

Boyolali dengan Kota Solo. Namun

yang lebih diperhatikan pada

kegiatan ini adalah aktivitas

pariwisata diantara keduanya

maupun hubungan antar keduanya.

Aktivitas pariwisata di daerah

Kabupaten Boyolali yaitu Wisata

Tlatar yang terdapat di Desa

Kebonbimo, Kecamatan Boyolali dan

Desa Wisata Samiran, Kecamatan

Selo. Sedangkan, untuk di daerah

Kota Solo yaitu sepanjang koridor

Jalan Raya Slamet Riyadi. Wisata–

wisata ini memiliki keunikan

tersendiri dikarenakan merupakan

ciri khas sebagai wisata alam untuk

daerah Kabupaten Boyolali dengan

wisata budaya untuk daerah Kota

Solo.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

4 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

Wilayah amatan yang di

ambil pada kegaiatan ini disesuaikan

berdasarkan daerah keempat obyek

wisata tersebut dan kawasan

sekitarnya. Dalam kegiatan kali ini

obyek–obyek yang diperhatikan

tidak hanya di dalam obyek wisata

tersebut, tetapi juga daerah

sekitarnya seperti kawasan

permukiman, industri, perdagangan

dan jasa serta infrastruktur dan

fasilitas penunjang di sekitar

pariwisata. yang berada di sekitar

obyek wisata.

Alasan pemilihan lokasi studi

ini karena mempunyai karakter

wisata yang menarik dan diminati

wisatawan, baik dari lokal maupun

mancanegara. Diantara kedua wisata

di wilayah tersebut mempunyai

potensi untuk dijadikan paket wisata

dikarenakan mempunyai integrasi

yang unik antara wisata budaya

dengan wisata alam. Keberadaan

sektor pariwisata ini dapat

berdampak bagi pemasukan pajak

yang berguna untuk pembangunan

di Wilayah Boyolali maupun Solo

serta pemberdayaan sumber daya

lokal.

1.3.2 Ruang Lingkup Materi

Pada penyusunan rencana

pengembangan wilayah berbasis

pariwisata, ada beberapa hal yang

perlu dibahas dan diteliti sesuai

dengan literatur yang ada.

Industri pariwisata menjadi

salah satu sumber perekonomian

Gambar 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi

Sumber: Analisis Kelompok 4, 2011

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

5 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

dan lapangan pekerjaan. Pemerintah

wilayah dan pemerintah lokasl

berperan besar dalam kebijakan

pengembangan pariwisata yaitu

berupa proyek infrastruktur yang

besar (Constantin, 2000).

Menurut Kusmayadi (2000),

yang perlu diperhatikan dalam

sektor pariwisata yaitu:

1. Wisatawan

Hal yang perlu diamati dari

wisatawan yaitu yang terkait

dengan asal wisatawan, lama

domisili di tempat wisata, jenis

akomodasi yang diinginkan,

souvenir, kebutuhan akan

pemanduan selama berwisata

yang diharapkan. Hal tersebut

membantu perencana untuk

dapat membuat konsep

pengembangan industri

pariwisata sesuai dengan

permintaan pasar.

2. Industri Pariwisata

Industri pariwisata terkait

dengan fasilitas atau sarana

pendukung yang terkait dengan

akomodasi seperti ketersediaan

restoran, penginapan,

transportasi yang tersedia,

pengembangan daerah tujuan

wisata yang didukung dengan

kelayakan obyek wisata,

arsitektur bangunan, rekayasa,

dll), ketersediaan fasilitas

rekreasi dan atraksi wisata.

Penyediaan fasilitas pendukung

ini membantu sektor

perdagangan dan jasa turut

berkembang di sekitar obyek

wisata.

3. Sektor Kelembagaan

Hal ini berkaitan dengan

kebijakan, tingkat penyerapan

tenaga kerja, peran serta

masyarakat setempat, promosi

wisata, tingkat distribusi

pendapatan, penyediaan sarana

dan prasarana, dan koordinasi

antara stakeholders.

4. Infrastruktur Pendukung

Pariwisata

Hal ini berkaitan dengan

ketersediaan dan kondisi

infrastruktur pendukung seperti

kondisi jalan, ketersediaan

listrik, air bersih, sistem

drainase, pengelolaan sampah,

prasarana telekomunikasi, jalan,

dan sanitasi. Keseluruhan

infrastruktur ini wajib

diperhatikan terkait pemenuhan

kebutuhan untuk kenyamanan

tinggal warga pengelola obyek

wisata maupun wisatawannya.

Berikut ini kerangka sistem

pariwisata menurut Soekadijo

(1996):

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

6 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

Adapun klasifikasi

pengembangan komponen

pariwisata oleh Inskeep (1991):

1. Atraksi wisata yang bersumber

daya tarik kondisi fisik alam dan

budaya

2. Akomodasi meliputi hotel,

cottage, homestay, dan lain-lain.

3. Fasilitas dan pelayanan yang

mendukung keberadaan suatu

obyek wisata seperti tempat

perdagangan, toko souvenir dan

pelayanan umum lainnya untuk

memenuhi segala kebutuhan

wisatawan.

4. Transportasi meliputi jalan,

bandara, dan moda transportasi

5. Infrastruktur, meliputi 7

prasarana: telepon, listrik, air

bersih, sanitasi, drainase &

pengelolaan sampah.

6. Institusi, yaitu badan pengelola

dan aturan yang diterapkan dari

pemerintah maupun swasta.

Menurut Jurnal Integrated

Quality Management of Turism

(European Comission, 2000) suatu

kualitas itu hanya untuk menjamin

bahwa servis maupun produk

tersebut sesuai dengan keinginan

dan harapan konsumen. Pariwisata

menyediakan rentetan kualitas yang

dibuat dari hubungan antara

operator tur, agen tracel di luar

tujuan wisata, angkutan penumpang,

agen travel yang ada di dalam tujuan

wisata hotel-hotel, dan penyedia

pelayanan lainnya. Pengunjung juga

dipertemukan dengan satu set

stimultan atas tujuannya, walaupun

tidak spesifik didesain untuk mereka

sehingga membentuk persepsi

mereka mengenai keamanan, status

kondisi jalanan, berbagai polusi dan

pelayanan lokal.

Menurut Kutipan Jurnal Tourism

As A Development Factor In The Light

Of Regional Development Theories

(Leszek Butowski, 2010),

keberlanjutan pengembangan

pariwisata di level wilayah dan lokal

harus memenuhi pendekatan

konsisten di tingkat nasional sebagai

implementasi penting dari kerja

sama otoritas pemerintah pusat dan

aktor lainnya, seperti NGO’s dan

pihak swasta, sehingga langkah

kebijakan dan strategi yang

diterapkan dalam pariwisata wilayah

dapat saling melengkapi satu sama

Wisatawan

Transport

asi

Promosi

Atraksi

Wisata

Wisatawan

(demand

) (supply)

Gambar 1.2 Kerangka Sistem Pariwisata Menurut Soekadijo (1996)

Sumber: Metode Penelitian dalam Bidang Pariwisata, 2000

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

7 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

lain dan menguntungkan semua

aktor yang terkait. Oleh karena itu,

sistem pengelolaan dan pemegang

kepentingan di sektor pariwisata

perlu dibahas.

Daya saing wilayah juga

perlu diperhatikan dalam

pengembangan pariwisata karena

melalui daya saing ini, kita dapat

mengidentifikasi potensi unggulan

yang jenisnya sama maupun berbeda

dari wilayah perencanaan terhadap

wilayah lainnya. Daya saing wilayah

terbagi atas dua yaitu:

Keunggulan Komperatif

Keunggulan Kompetitif

Pengaruh dan dampak

Pariwisata juga perlu diperhatikan

dalam rencana pengembangan

pariwisata, seperti yang dikutip di

jurnal Tourism and Regional

Development in the Aegean Region of

Turkey (Prof. Dr. Sedef Akgüngör),

yaitu:

1. Pengaruh negatif:

Biaya pembangunan

infrastruktur yang cukup

besar terutama di lokasi-

lokasi yang memberdayakan

penduduk lokal sebagai

lokasi pariwisata.

Memicu peningkatan harga-

harga barang terutama harga

lahan, rumah, dan lokasi-

lokasi yang strategis untuk

dikembangkan.

Ketergantungan ekonomi

pada sektor pariwisata.

Muncul lapangan pekerjaan

yang hanya aktif pada

musim-musim tertentu saja.

Degradasi lingkungan.

2. Pengaruh positif

Merangsang pembentukan

lapangan pekerjaan baru.

Pengembangan infrastruktur

yang lebih baik.

Peningkatan ekonomi.

Dari berbagai sumber di atas

dapat disimpulkan hal yang akan

dibahas di dalam penyusunan

rencana pengembangan pariwisata

Solo-Boyolali ini adalah:

1. Jenis, lokasi, sejarah

perkembangan pariwisata

yang ditawarkan oleh Kota Solo

dan Boyolali

2. Informasi terkait wisatawan

yaitu asal wisatawan, lama

domisili di tempat wisata, jenis

akomodasi yang diinginkan,

serta kebutuhan akan

pemanduan wisata.

3. Sarana pendukung pariwisata

berupa ketersediaan restoran,

penginapan, sarana

perdagangan, ketersedian

atraksi wisata dan

transportasi yang tersedia.

4. Prasarana pendukung

pariwisata seperti aksesibilitas

jalan (kondisi jalan, lebar jalan,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

8 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

jaringan jalan), pengelolaan

sampah, ketersediaan listrik,

air bersih, jaringan

telekomunikasi, drainase,

dan sanitasi

5. Sektor kelembagaan yang

berkaitan dengan kebijakan

pariwisata, pengelolaan

pariwisata, tingkat

penyerapan tenaga kerja,

tingkat distribusi

pendapatan, peran serta

masyarakat, promosi wisata,

koordinasi antara

stakeholders.

6. Daya saing sektor pariwisata

terhadap

SUKAWONOSRATEN.

1.4 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran bertujuan unuk

menjelaskan konstelasi hubungan antara

variabel-variabel yang akan diteliti dalam

pembuatan rencana. Kerangka pemikiran

dalam merencanakan pengembangan

pariwisata di Kota Solo dan Kabupaten

Boyolali adalah:

Gambar 1.2 Kerangka Pikir

Analisis Kelompok, 2011

Data Sekunder : - Artikel Internet

- Literatur

Data Sekunder : - Survei Instansional

- Overlay Peta

Kuantitatif : - Analisis Wisatawan - Analisis Kelayakan

Objek WIsata

Data Primer : - Observasi Langsung

- Observasi Visual Foto

- Wawancara - Kuesioner

Kualitatif : - Analisis Potensi Pariwisata

-Analisis Kebijakan dan kinerja pengelolaan sektor

pariwisata -Analisis dampak

keberadaan sektor pariwisata terhadap

perkembangan wilayah

Identifikasi Karakteristik Kota Solo - Kabupaten boyolali

Pengumpulan Data

Identifikasi Isu/ dugaan permasalahan

Kota Solo dan Kabupaten Boyolali Memiliki Aset Pariwisata generator

pengembangan wilayah

Analisis Data

Perumusan Potensi dan Masalah

Review Tujuan Perencanaan

Skenario dan Strategi Perencanaan

Rencana Pengembangan Pariwisata Kota Solo – Kabupaten Boyolali

Berbasis Integrated Tourism Development

Sumber: Analisis Kelompok 4, 2011.

Konsep Perencanaan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - studiowisatasolo.files.wordpress.com · Boyolali dengan Kota Solo. Namun yang lebih diperhatikan pada kegiatan ini adalah aktivitas pariwisata diantara keduanya

9 | S t u d i o 4 – I n t e g r a t e d T o u r i s m M a n a g e m e n t P l a n n i n g o f S o l o - B o y o l a l i

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan ini terdiri dari empat bab

yaitu Pendahuluan, Profil Kota Solo dan

Kabupaten Boyolali, Rancangan Kegiatan,

serta Rencana Kerja. Uraiannya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini bertujuan untuk memberi

penjelasan mengenai latar belakang,

tujuan dan sasaran, ruang lingkup

yang meliputi ruang lingkup wilayah

dan ruang lingkup materi, kerangka

pikir, serta sistematika penulisan.

BAB II PROFIL KOTA SOLO-

KABUPATEN BOYOLALI

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan

konstelasi Solo-Boyolali serta

keduanya baik internal maupun

eksternalnya yaitu

SUBOSUKAWONOSRATEN dalam hal

hubungannya terhadap demand and

supply yang berkaitan dengan sektor

pariwisata, serta membahas mengenai

profil Kota Solo dan Kabupaten

Boyolali yang meliputi letak geografis,

karakteristik fisik, karakteristik

penggunaan lahan, karakteristik

penduduk dan demografi, kondisi

ekonomi, karakteristik prasarana dan

sarana, karakteristik pariwisata, serta

kondisi aspek lain.

BAB III RANCANGAN KEGIATAN

Pada bab ini berisi mengenai

rancangan kegiatan yang meliputi

kebutuhan data Kota Solo dan

Kabupaten Boyolali, metode

pengumpulan dan teknik analisis data

diantaranya pengumpulan data dan

pengolahan data serta analisis data

dan pengenalan masalah, preparat

atau alat bantu untuk kegiatan

lapangan berupa bahan untuk

kegiatan lapangan, pengambilan

rencana foto, peralatan untuk kegiatan

lapangan, form survey, dan teknik

sampling.

BAB IV RENCANA KERJA

Rencana kerja dalam laporan studio

perencanaan ini diantaranya adalah

penetapan wilayah amatan, jadwal

kegiatan yang meliputi tahapan

kegiatan dan output yang diharapkan,

mobilsasi personil, kontribusi kerja

dan pembagian tim kerja, dan yang

terakhir adalah organisasi kerja serta

manajemen tim.